BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Definisi
Refraktori atau batu tahan api adalah suatu material inorganik baik natural
(langsung dari alam), umumnya senyawa oksida, maupun sintetis, yang mampu
mempertahankan sifat mekanis dan kimianya terhadap beban temperatur diatas
15000C tanpa terjadi perubahan bentuk atau melebur. Dengan demikian, salah satu
syarat material refraktori adalah pada temperatur tinggi dan berbagai kondisi
material ini masih mampu mempertahankan bentuk dan mampu mempertahankan
kekuatan. Refraktori digunakan pada berbagai industri antara lain industri besi-
baja, industri non-ferous seperti timah, aluminium, nikel, tembaga, industri
semen, keramik, pupuk, perminyakan, dll. Contoh pemasangan refraktori
ditunjukan pada gambar dibawah ini.
Tahan terhadap reaksi kimia dengan berbagai zat lain selama kontak dalam
penggunaan
Mampu untuk menahan beban dibawah kondisi suhu tinggi selama operasi
Tahan abrasi karena perubahan aliran akibat nyala api, partikel halus, dan gas.
Harus memiliki perubahan volume yang rendah baik permanen atau reversible
pada temperatur pemakaian
Tahan terhadap beban pada kondisi perbaikan
Dapat bersifat isolator artinya mampu menghemat panas
Memiliki koefisien ekspansi yang sangat rendah
Tidak boleh mencemari bahan yang bersinggungan
BAB II
SIFAT-SIFAT REFRAKTORI
II.1. Porositas
Porositas merupakan volume pori-pori yang terbuka, dimana cairan dapat
menembus, sebagai persentase volum total refraktori. Sifat ini penting ketika
refraktori melakukan kontak dengan terak dan isian yang leleh. Porositas yang
nampak rendah mencegah bahan leleh menembus refraktori. Sejumlah besar
pori-pori kecil biasanya lebih disukai daripada sejumlah kecil pori-pori yang
besar. Jika porositas menurun maka kualitas refraktori akan meningkat (harga juga
meningkat). Nilai porositas refraktori umunya sekitar 20-25%. Secara umum
porositas sebuah refraktori akan mempengaruhi sifat penetrasi slag, sifat thermal
shock, permeabilitas serta nilai konduktivitas panas.
II.2. Refraktoriness
Refraktoriness merupakan sifat refraktori agar material dapat bertahan pada
temperatur yang tinggi. Material dikatakan refraktori jika memiliki minimum nilai
refractoriness nya 15800C. Sedangkan disebut “high refractory” jika nilai
refractoriness diatas 17800C.
Bulk density merupakan sifat refraktori yang penting, yakni jumlah bahan
refraktori dalam suatu volum (kg/m3). Kenaikan dalam bulk density refraktori
akan menaikan stabilitas volum, kapasitas panas dan tahanannya terhadap
penetrasi terak.
BAB III
Mutu dan kualitas refraktori sangat tergantung dari mineral atau bahan
baku yang digunakan. Oleh karena itu, pemilihan bahan baku refraktori menjadi
hal yang sangat penting. Bahan baku refraktori terbagi atas dua jenis yakni bahan
baku natural serta bahan baku sintesis. Selain itu untuk pengingat digunakan juga
binder (pengikat).
Refraktori dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:
Kelompok silika
Kelompok fire clay (Al2O3-SiO2)
Group high – alumina
Group magnesia atau magnesia-lime dan magnesia-chrome
Group Chrome
Group Zirkon
Bahan baku Fire Clay umumnya mengandung minimum SiO 2 sebesar 50-
60% dengan oksida lain umumnya Al2O3 sebesar 25-30%. Kaolin
(Al2O3.2SiO2.2H2O) adalah salah satu mineralnya dan ini cukup banyak tersedia di
Indonesia. Warna agak keputih-putihan dengan nilai berat jenis sekitar 2,60-2,65,
Tabel 3.3 berbagai mineral yang mengandung Al2O3 yang tinggi. Tabel 3.3.
Berbagai mineral yang mengandung Al2O3 tinggi
Nama MIneral Al2O3(%) SiO2(%) H2O(%) F(%) Fe2O3(%) TiO2(%)
Al4.5Si1.5O9.75 (Mullite) 71.79 28.21
Al2SiO5(Andalusite 62.92 37.08
Al2O3.3H2O(Bauksit) 45-65 1-12 14-36 2-25 >3
Al2SiO5(Kyanite) 62.92 37.08
Al2(SiO4)F1.1(OH)0.9 55.95 32.97 4.45 11.5
(Topaz)
material tersebut. Magnesia brick terbuat dari periclase, yaitu mineral dengan
bentuk magnesia (MgO). Periclase terbentuk dari magnesite (Magnesium
Carbonate (MgCO3) atau magnesium hydroxide (Mg[OH]2). Pada umumnya,
magnesia clinker mempunyai sifat sangat tahan korosi, tahan terhadap slag basa,
konduktifitas termal tinggi dan ekspansi termal besar.
Bahan dasar magnesite antara lain 91,7 – 97,5% MgO, 0,8 – 4,5 SiO2, 1 –
2% CaO. CaO mempunyai titik lebur 25700C dan mudah menyerap air sehingga
sulit menghilangkan air dari CaO. MgO mempunyai titik lebur 2800 0C namun
cadangan tidak sebanyak dan semurah batu kapur.
MgO-CaO (Dolomite)
Dolomite (Gambar 3.4) merupakan gabungan mineral dan batuan.
Dolomite adalah calcium-magnesia carbonate yang mempunyai calcite dan
limestone (batu kapur). Dolomite dapat bewarna putih, bewarna terang seperti
pink, kuning, maupun tidak bewarna. Dolomite memiliki hardness 3,5-4 dan
hanya akan bereaksi dengan asam jika dipanaskan atau dalam bentuk serbuk.
Dolomite merupakan dua garam karbonat yaitu CaCO3 dan MgCO3. Gabungan
kedua garam tersebut adalah CaO. MgO dengan titik lebur 2300 0C sehingga
mempunyai sifat refraktori yang sangat baik.
MgO-SiO2 (Forsterite)
Painite CaZrBAl9O18
Kimzeyit Ca3(Ti,Zr)2(SiAlFe3+)O4]3 Hardness 7, bewarna coklat tua
BAB IV
JENIS-JENIS REFRAKTORI
NETRAL, yang tidak Batu bata tahan api, Khrom, Alumina Murni
bergabung dengan asam
ataupun basa
Metoda pembuatan Proses kempa kering, fused cast, cetakan tangan, pembentukan
normal, ikatan dengan pembakaran atau secara kimiawi, tidak
dibentuk (monolitik, plastik, ramming mass, gunning castable,
penyemprotan)
IV.4. Magnesit
Refraktori magnesit merupakan bahan baku kimia, yang mengandung
paling sedikit 85 % magnesium oksida. Tersusun dari magnesit alami (MgCO3).
Sifat-sifat refraktori magnesit tergantung pada konsentrasi ikatan silikat pada
suhu operasi. Magnesit kualitas bagus biasanya dihasilkan dari perbandingan
CaO-SiO2 yang kurang dari dua, dengan konsentrasi ferrit yang minimum,
terutama jika tungku yang dilapisi refraktori beroperasi pada kondisi oksidasi
dan reduksi. Perlawanan terak sangat tinggi terutama terhadap kapur dan terak
yang kaya dengan besi.
IV.8. Monolitik
Refraktori monolitik adalah sebuah cetakan tunggal dalam
pembentukan peralatan, seperti sendok besar. Refraktori ini secara cepat
menggantikan refraktori jenis kovensional dalam banyak digunakan termasuk
tungku-tungku industri. Keuntungan utama monolitik adalah:
Penghilangan sambungan yang merupakan titik kelemahan
Metoda penggunaannya lebih cepat
Tidak diperlukan keakhlian khusus untuk pemasangannya
Mudah dalam penanganan dan pengangkutan
Cakupan yang lebih baik untuk mengurangi waktu penghentian dalam
perbaikan
Cakupannya sungguh mengurangi tempat penyimpanan dan
BAB V
PEMBUATAN REFRAKTORI
1. Prymary crushing
2. Secondary crushing
3. Fine crushing
4. Super fine crushing. Proses ini menggunakan alt-alat seperti vibrating mill, jet
mill, dan micronizer. Proses ini mampu mereduksi ukuran butir hingga
mencapai kurang dari 10 mikron.
Proses drying dan firing dilakukan untuk menguatkan ikatan antar butir
dan mengurangi kadar air dalam bahan refraktori. Setelah forming, maka proses
berikutnya adalah pengeringan yang bertujuan mengurangi kadar air sampai 1 %
bahkan hingga mencapai 0.5 %. Umumnya proses ini dilakukan dalam tunel kiln
dengan durasi waktu 1 hari (24 jam ). Daerah pemanasan memanfaatkan udara
panas yang masuk kedalam tunnel kiln dengan temperatur 150-2500C. Pada
proses ini, metode yang umumnya digunakan adalah solid state firing. Tujuan
utamanya adalah untuk meminimalisasikan jumlah pori dan memperbesar nilai
densitas produk akhir refraktori.
BAB VI
PENGGUNAAN REFRAKTORI
Pada proses peleburan baja pada (EAF) dilakukan beberapa tahapan proses
diantaranya:
Tahapan Preparasi
Tahapan preparasi merupakan tahapan menyiapkan kondisi EAF agar siap untuk
melakukan proses peleburan berikutnya. Tahapan preparasi ini dilakukan setiap
EAF telah melakukan satu kali tapping. Preparasi yang dilakukan biasanya berupa
Electrode Setting dan Reparasi Dapur.
Penetrasi adalah penembusan elektroda pada material yang belum mencair dengan
kedalaman tertentu dengan menggunakan penyetelan tegangan listrik yang rendah.
Penyetelan tegangan listrik yang rendah ini dimaksudkan agar arc dari elektroda
tidak merusak dinding dan atap dapur. Sedangkan bila pemakaian scrap 100%,
maka dalam periode penetrasi bisa langsung dipakai tegangan listrik yang tinggi,
hal ini dikarenakan sifat dari scrap yang mudah ditembus.
Tahap Pemurnian
Refining adalah pengaturan komposisi kimia untuk mendapatkan kualitas baja
sesuai dengan spesifikasi yang diiinginkan. Dalam proses refining ini terjadi
penambahan dan pengurangan unsure-unsur seperti C, P, Si, S, dan Mn. Proses
refining ini dilakukan setelah muatan melebur 100% dan pada suhu sekitar 1540-
1570 ° C.
Jenis dan komposisi refraktori yang digunakan pada bagian- bagian EAF.
Bottom
Bottom merupakan bagian dasar dari dapur yang berkontak langsung dengan baja
cair. Material untuk daerah bottom ini harus memiliki sifat thermal shock dan
ketahanan erosi pada temperatur tinggi, selain itu juga area bottom harus memiliki
cold strength yang baik karena area bottom harus kuat menahan hantaman bahan
baku pada saat feeding, sehingga material refraktori yang tepat digunakan pada
daerah bottom ini adalah Magnesite Brick.
Komposisi Kimia :
MgO = 90%
Fe2O3 = 5.5%
Al2O3 = 1.5%
CaO = 3%
MATA KULIAH TEKNOLOGI KERAMIK Hal.
34
[KELOMPOK REFRAKTORI] [31 MARET 2010]
SiO2 = 0.5%
Slag line
Merupakan daerah yang berkontak langsung dengan slag. Daerah ini sangat
menentukan ketahanan umur dapur karena mengingat pada daerah tersebut
erosinya lebih cepat terjadi dibandingkan dengan daerah dapur yang lainnya,
sehingga apabila slag line mengalami kerusakan maka mengakibatkan dapur
berhenti beroperasi untuk perbaikan. Penyebab utama kerusakan slag line adalah
efek atau pengaruh dari slag selama proses, komposisi slag, dan jumlah slag serta
temperature. Jika melihat dari kondisi operasinya, maka sifat refractoriness, slag
resistance, dan spalling resistance yang tinggi sangat diperlukan bagi refraktori
yang akan digunakan pada daerah slag line ini, sebagai contohnya adalah Pitch
Impregnated Brick yang memiliki kandungan MgO yang tinggi.
Komposisi Kimia :
MgO = 98-99.5%
Fe2O3 = 0.1-0.2%
Al2O3 = 0.1-0.2%
CaO = 0.6-1.2%
SiO2 = 0.2-0.5%
Hot spot
Merupakan daerah yang terkena gangguan temperatur yang paling tinggi
dibandingkan dengan daerah lainnya, namun daerah ini tidak terkena reaksi kimia
slag ataupun baja cair. Jika melihat dari kondisi operasinya, maka sifat
refractoriness, spalling resistance, dan hot strength yang tinggi sangat diperlukan
bagi refraktori yang akan digunakan pada daerah hot spot ini. Dengan biaya yang
sesuai dan dinilai bisa memenuhi kondisi operasi untuk hot spot di EAF, maka
material refraktori yang tepat untuk digunakan pada area hot spot ini adalah
Magnesite Chrom Brick.
Komposisi Kimia :
MgO = 55%
Fe2O3 = 14%
Al2O3 = 7%
CaO = 1.2%
SiO2 = 0.5%
Furnace Roof
Merupakan bagian atap penutup dari EAF. Ketika EAF beroperasi, roof
mengalami temperatur tinggi, mengalami hantaman dari bahan baku yang
terpental ketika mulai dilakukan penetrasi elektroda, mengalami proses abrasi
akibat hantaman bahan baku yang terpental dari arc furnace, dan mengalami
beban dari bodinya sendiri yang besar. Jika melihat dari kondisi operasinya
tersebut, maka sifat refractoriness, spalling resistance, dan hot strength, RUL
yang tinggi sangat diperlukan bagi refraktori yang akan digunakan untuk roof ini.
Dengan biaya yang sesuai dan dinilai bisa memenuhi kondisi operasi untuk
furnace roof di EAF, maka material refraktori yang tepat untuk digunakan pada
area furnace roof ini adalah High Alumina Refractory.
Komposisi Kimia : Al2O3 = 85%
Upper Wall
Merupakan dinding dapur diatas batas area slag line dan hot spot. Dalam kondisi
operasi di EAF, upper wall ini mengalami temperatur tinggi, hantaman dari bahan
baku yang terpental baik pada saat penetrasi elektroda ataupun saat feeding bahan
baku ke dapur. Dengan biaya yang sesuai dan dinilai bisa memenuhi kondisi
operasi untuk upper wall di EAF, maka material refraktori yang tepat untuk
digunakan pada area upper wall ini adalah Magnesite Chrom Brick.
Komposisi Kimia :
MgO = 68-71%
Fe2O3 = 5.5-7%
Al2O3 = 9-11%
CaO = 0.5-0.9%
SiO2 = 1.5-2.5%
Cr2O3 = 13-16%
Proses dimana gas oksigen murni diinjeksikan kedalam logam panas dari bagian
bawah BOF. Bottom blowing ini meningkatkan stirring hot metal dan
mempersingkat waktu pencampuran dalam molten steel bath, serta menghasilkan
transfer karbon dalam bath, mencegah over oksidasi pada slag, yang merupakan
penyebab terjadinya slopping dan spitting. Sebagai konsekuensinya, bottom
blowing meningkatkan efisiensi dekarburisasi, terutama pada kandungan karbon
yang rendah.
slag dan logam diantara butir-butir refraktori, mechanical erosion oleh pergerakan
liquid, dan serangan slag secara kimia berkontribusi terhadap kehilangan dari
material pelapis. Profile refraktori pada BOF.
ukuran kristal yang besar, grafit flake dengan kemurnian tinggi dan
mengandung logam tambahan.
Trunnions
Area trunnion pada converter sangat sulit untuk di maintenance, karena area
ini berotasi, dan slagnya tidak dapat dibersihkan.
Knuckle
Area knuckle di dalam converter merupakan area yang paling aus. Area
knuckle sangat rentan terhadap slag, sehingga membutuhkan material
refraktori yang memiliki ketahanan terhadap korosi slag dan erosi slag bagus.
Upper sidewall
Upper sidewall pada converter selain rentan terhadap slag, tapi juga rentan
terhadap siklus temperatur yang berbeda. Material dengan ketahanan slag
sangat dibutuhkan, tetapi pada area ini lapisan refraktori sebaiknya harus di
coating.
Cone
Area cone dihadapkan pada erosi temperatur tinggi dengan menggunakan gas
yang berkecepatan tinggi yang membawa bersama partikel-partikel yang
terperangkap. Material resin bonded magnesit karbon memberikan kinerja
bagus di area cone.
Upper cone
Pada upper cone mekanisme wear dimodifikasi dengan kehilangan material
refraktori saat skull removal. Kerusakan refraktori pada upper cone terjadi saat
diskulling baik kehilangan ujung-ujung brick saja ataupun kerusakan pada
seluruh brick. Material dengan resilience yang tinggi, dikombinasikan dengan
kekuatan dan ketahanan oksidasi merupakan prasyarat untuk area ini. Pitch
bonded, impregnated magnesit, comoulded metal plate, yang berekspansi saat
oksidasi dankerapatan ring brick merupakan produk yang sangat sesuai.
Untuk mencegah terjadinya lining wear, critical wear zone dalam furnace
harus menggunakan brick dengan kualitas terbaik. Dolomite ditambahkan
dalam fluks untuk menghasilkan slags dengan MgO. Selain penggunaan brick,
refraktori pada BOF dapat juga terbuat dari monolitik refraktori yaitu,
stainless steel fibres. Hal ini karena fibres ductile pada temperatur kamar dan
digunakan untuk reinforce sprayed refractories.
Dibutuhkan refraktori yang memiliki kekuatan tinggi pada temperature kerja serta
tahan erosi. Refraktori yang digunakan adalah alumina dan pressed alumina blok.
Tundish cover berfungsi untuk thermal insulation, melinduingi pekerja
dari cipratan api saat pouring di lakukan serta melindungi reoksidasi dari
atmosfer. Tipe refraktori yang digunakan insulating brick, castables dan raming
material. Tundish nozzle befungsi mengalirkan serta menjaga kestabilan aliran
molten steel menuju dies. Tujuannya menjaga aliran guna meminimalisir spatter
serta oksidasi pada molten steel. Daerah tersebut harus tehan erosi serta bersifat
heat insulator agar temperatur tetap terjaga. Refraktori yang digunakan tipe high
purity zirconia. Flow control device berfungsi sebagai pembatas antar bagian
tundish guna mengatur aliran molten steel menuju pouring tube. Daerah tersebut
sering terkena erosi dari aliran molten cair. Jenis refraktori yang digunakan tipe
zirconia nozzle inlet serta tipe high alumina bila tak terekspose langsung dengan
molten steel.
Pouring tube berfungsi meminimalisir terjadinya oksidasi terhadap molten
steel saat dialirkan menuju continuous casting mold. Daerah tersebut sering
terkena erosi high velocity dari molten steel. Ditujukan memiliki thermal
conductivity rendah guna menghindari freezing molten steel di dalam tube serta
dituntut memiliki ketahanan thermal shock. Refraktori yang digunakan adalah tipe
alumina grafit dan tipe fused silica ( akan cepat tererosi jika molten steel banyak
mengandung Mn )
RADEK SCD merupakan refraktori campuran antara magnesia dan dolomite. Jadi
refraktori ini memiliki sifat kombinasi dari dolomite berupa ketahanan kimia yang
baik dan magnesit yaitu refractoriness yang sangat baik. Sedangkan refraktori
RADEK BD65-01 menawarkan alternatif terbaik yang dapat digunakan untuk
daerah tuyure. PENTARAM,PENTAMIX E, PENTAFILL B, dan PENTAREP FL
REFERENSI