1. PENDAHULUAN
Gas rumah kaca menyebabkan terjadinya kenaikan suhu bumi (global warming). Selama
100 tahun, kenaikan suhu rata-rata dunia mencapai 0.7 C sedangkan kenaikan suhu
kota-kota besar di Indonesia mencapai 1-4 C. Karbon dioksida merupakan salah satu
gas penyumbang gas rumah kaca yang menyebabkan global warming.
Kenaikan suhu bumi tersebut paling tinggi dirasakan oleh masyarakat daerah perkotaan.
Hal ini disebabkan oleh adanya fenomena pulau panas perkotaan (Urban Heat Island),
yaitu konsentrasi panas di daerah perkotaan, sehingga suhu di kota cenderung lebih
panas dibandingkan daerah pedesaan. Penyebab utama UHI adalah pengembangan
kota yang merubah permukaan tanah dengan material yang menyimpan panas (beton)
matahari untuk kemudian dilepaskan kembali ke udara. Kontributor kedua dalam
pembentukan UHI adalah panas buangan penggunaan energy pada satu area dengan
kepadatan yang tinggi. Ketika pusat penduduk berkembang, Dengan demikian, semakin
berkembangnya suatu daerah menjadi perkotaan bila tidak ditata dengan konsep hijau
akan mempercepat global warming.
Berbagai upaya terus dilakukan untuk mengurangi efek pemanasan global tersebut,
termasuk oleh para praktisi di bidang konstruksi dan industri yang mendukungnya. Saat
ini semakin banyak diterapkan konsep bangunan hijau yang menerapkan praktek-
praktek ramah lingkungan dalam tiap tahap pembangunannya.
2. PEMBAHASAN
2.1 KONSEP GREEN BUILDING
Sebagai wujud kontribusi dunia konstruksi terhadap pengurangan dampak pemanasan
global, maka pembangunan diarahkan ke arah konsep bangunan hijau. Konsep
bangunan hijau di Indonesia bisa mengacu pada salah satu badan independent yaitu
Green Building Council Indonesia (GBCI). GBCI menjabarkan bahwa konsep bangunan
hijau ini adalah bangunan yang dalam perencanaan, pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaannya memperhatikan aspek aspek :
Seminar dan Pameran HAKI 2012 - Konsep Green Building Teknologi Coating Terkini untuk Bangunan Ramah Lingkungan 1
Suatu bangunan dikatakan sebagai bangunan hijau jika bangunan tersebut telah
mendapatkan sertifikat dari lembaga yang ditunjuk. Dalam proses penilaian tersebut
digunakan suatu system rating Greenship yang dikelompokan menjadi 6 kategori, yaitu :
Sinar matahari terdiri dari 5% sinar UV, 45% sinar tampak dan 50% sinar NIR (Near
Infrared). Sinar IR berupa panas, yang jika mengenai permukaan luar suatu bangunan
akan diserap sebagian dan sisanya dipantulkan. Panas yang diserap akan diteruskan ke
dalam bangunan melalui proses konduksi, konveksi dan radiasi, sehingga ruang bagian
dalam terasa panas.
Proses penyerapan panas tersebut sangat dipengaruhi jenis bahan dan warna. Bahan yang
berbeda akan memberikan nilai konduktivitas panas yang berbeda pula. Konduktivitas
panas (W/m.K) adalah suatu besaran intensif bahan yang menunjukkan kemampuannya
untuk menghantarkan panas (secara matematik : laju aliran panas jarak / ( luas
Seminar dan Pameran HAKI 2012 - Konsep Green Building Teknologi Coating Terkini untuk Bangunan Ramah Lingkungan 2
perbedaan suhu )). Semakin besar nilai konduktivitas panas suatu bahan, maka bahan
tersebut semakin mudah merambatkan panas.
Selain jenis bahan, warna juga memberikan pengaruh terhadap proses penyerapan
panas. Besarannya dinyatakan dalam nilai albedo atau TSR. TSR adalah ratio jumlah
sinar matahari yang dipantulkan oleh suatu permukaan dibandingkan dengan total sinar
matahari yang mengenai permukaan tersebut, memiliki range : 0 1 (0: warna hitam; 1:
warna putih). Semakin besar nilai TSR, maka panas yang dipantulkan semakin besar
dan permukaan akan semakin dingin.
Pigment merupakan suatu bahan yang memberikan warna, opaksitas (daya tutup), sifat-
sifat mekanik dan perkuatan terhadap media yang ditambahkan. Sedangkan pigment
reflective IR yaitu pigment yang dapat merekflesikan panjang gelombang IR sekaligus
sinar UV secara selektif (Bendiganavale and Malshe, 2007). Pigment reflective IR
merupakan teknologi terkini dalam dunia coating untuk memberikan solusi panas pada
bangunan.
Pembuktian keefektifan teknologi ini secara laboratorium dan rumah contoh dengan
menggunakan kamera thermal (kamera yang menggunakan radiasi infrared untuk
membentuk gambar sehingga dapat terlihat perbedaan temperature di permukaan suatu
benda).
Kamera Thermal ini dapat menunjukkan efektifitas pigment IR reflektif ini dalam
kerefleksikan sinar IR melalui pengurangan panas yang terserap ke dalam substrat.
Seminar dan Pameran HAKI 2012 - Konsep Green Building Teknologi Coating Terkini untuk Bangunan Ramah Lingkungan 3
PIGMENT
ABU STD
PIGMENT
REFLECTIVE ABU
Ceramic filler adalah sejenis bahan pengisi yang memiliki rongga udara di dalamnya.
Rongga udara ini bersifat sebagai insulasi panas. Besarnya efektifitas sifat insulasi
diukur oleh besaran konduktivitas thermal cat/coating tersebut.
Thermal Conductivity
0.025 112.2 0.8 - 1.28 0.9 - 1.5 0.13 0.1 0.035 - 0.16
(W/m.K)
Seminar dan Pameran HAKI 2012 - Konsep Green Building Teknologi Coating Terkini untuk Bangunan Ramah Lingkungan 4
2.3.3 Aspek Waterproofing
Aspek kedap air dalam sistim coating ini dengan menerapkan teknologi bahan polimer
waterproofing yang mempunyai nilai perembesan air yang sangat rendah. Perlindungan
terhadap air ini memberikan perlindungan pada bangunan untuk masa pakai yang lebih
lama.
TSR 48-80%
Seminar dan Pameran HAKI 2012 - Konsep Green Building Teknologi Coating Terkini untuk Bangunan Ramah Lingkungan 5
Gambar 7. Ilustrasi Aplikasi Coating Pada Atap Metal
Point 1 : Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island efect pada
area atap gedung sehingga nilai albedo (daya refleksi panas matahari) minimum 0.3
sesuai dengan perhitungan
Point 2 : Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat island efect pada
area non-atap sehingga nilai albedo (daya refleksi panas matahari) minimum 0.3 sesuai
dengan perhitungan
Penjelasan :
ASUMSI :
Penurunan suhu udara rata-rata dalam ruangan dengan pemakaian coating
yang menggunakan pigment IR reflektif dan ceramic filler : 1.5 C
Setiap penurunan suhu 1C, hemat energi listrik = 6% (Prihantiani, 2012). Jadi
penghematan energi AC = 9%
Seminar dan Pameran HAKI 2012 - Konsep Green Building Teknologi Coating Terkini untuk Bangunan Ramah Lingkungan 6
Grid Emission Factor = 0.891 tCO2/MWh (0.891 kg CO2/ KWh) (sumber : National
Commission for Clean Development Mechanism, http://dna-cdm.menlh.go.id/en/, and National Council on
Climate Change Indonesia)
Energi Per Hari 0.75 KWx12 jam = 9 KWH (100-9)%x0.75 KWx12 jam = 8.19 KWH
Gambar 8. Perbandingan Emisi CO2 Oleh AC Pada Ruangan Dengan dan Tanpa
Specialty Coating
Point 2 : Menggunakan material yang lokasi bahan baku utama dan pabrikasinya
berada dalam wilayah Republik Indonesia bernilai minimal 80% dari total biaya material
Penjelasan : Produk coating yang digunakan harus diproduksi di dalam negri dengan
bahan baku utama juga diproduksi di Indonesia, sehingga dapat mengurangi jejak
karbon.
Seminar dan Pameran HAKI 2012 - Konsep Green Building Teknologi Coating Terkini untuk Bangunan Ramah Lingkungan 7
DAFTAR PUSTAKA
Bendiganavale,A.K., Malshe, V.C., Infrared Reflective Inorganic Pigment (2009),
Recent Patents on Chemical Engineering 2008, I, 67-79.
Nasrullah, Perubahan Iklim dan Trend Data Iklim, Bidang Informasi Perubahan Iklim
BMKG
Seminar dan Pameran HAKI 2012 - Konsep Green Building Teknologi Coating Terkini untuk Bangunan Ramah Lingkungan 8