Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Permasalahan lingkungan khususnya pemanasan global menjadi topik


permasalahan yang mencuat akhir-akhir ini. Dalam dunia arsitektur muncul fenomena
sick building syndrome yaitu permasalahan kesehatan dan ketidak nyamanan karena
kualitas udara dan polusi udara dalam bangunan yang ditempati yang mempengaruhi
produktivitas penghuni, adanya ventilasi udara yang buruk, dan pencahayaan alami
kurang. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, misalnya: emisi ozon mesin fotocopy,
polusi dari perabot dan panel kayu, asap rokok, dsb.
Menurut World Health Organisation (WHO), 30% bangunan gedung di dunia
mengalami masalah kualitas udara dalam ruangan.

Konsep penghematan energi pada bangunan sebaiknya dimulai dengan pemilihan lahan
dimana
bangunan tersebut ditempatkkan. Efisiensi energi, air, dll, diterapkan pada aspek lahan dalam
skala kawasan dan kota yang terkait dengan lingkungan binaan (built environment) akan
semakin nyata. Efisiensi energi dalam hal aspek lahan yaitu dengan cara merancang lahan
dan
bangunan dengan mempertimbangkan aspek penghematan penggunaan energi. Sebagai
contoh
pengalihan fungsi area tanam menjadi bangunan menyumbang emisi CO2 sebesar 18,3 %.
Kemudian jika bangunan sudah dipakai baik sebagai rumah tinggal atau bangunan komersial
menyumbang emisi CO2 sebesar lebih dari 15 %. Dengan demikian perlu diantisipasi
berbagai kemungkinan pelestarian lingkungan dan penghematan energi..
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana memilih lahan yang dapat
berwawasan lingkungan
2. Apa yang dapat menjadikan bangunan
dinamakan Green Building
3.Macam-macam bahan ramah lingkungan

1.3.TUJUAN
1. Mengetahui mengenai pemilihan lahan
yang berwawasan lingkungan
2. Mengetahui tentang bangunan yang
ramah lingkungan
BAB II

PEMBAHASAN

1. PEMILIHAN LAHAN

Proses deforestasi ( pembabatan hutan ) untuk tujuan atau fungsi lain telah menyumbang
18,3%

emisi gas CO2. Disini terlihat emisi yang dikeluarkan secara tidak langsung menunjukkan
bahwa

kegiatan tersebut baik pada pembukaan hutan maupun setelah digunakan fungsi lain

menggunakan energi yang cukup besar. Oleh karenanya pemilihan lahan sudah sepantasnya

mendapat perhatian dan9 FORUM TEKNOLOGI Vol. 05 No. 1 pertimbangan yang cermat,

terutama pada proses konstruksi berskala besar maupun kecil. Misal : perumahan, apartemen,

supermal, rumah tinggal. Sehingga dalam hal alih fungsi, dibutuhkan kemampuan manusia
untuk

menjaga keseimbangan rantai fungsi lahan, terutama dari keadaan alamiah menjadi buatan
yang

tidak merusak lingkungan, tempat kehidupan makhluk hidup setempat (ekosistem).

Penataan sesuai zona peruntukan akan menempatkan kota tertata dengan baik serta

mempermudah penyediaan sarana dan prasarana. Tetapi ada kemungkinan terjadi


pemborosan

energy terutama masalah transportasi, olehkarenanya untuk penghematan energy harus benar-

benar diperhatikan tentang posisi lahan yang ada yang memungkinkan pemakaian energi bisa

dikurangi semaksimal mungkin. Untuk mengurangi emisi gas CO2 maka berikut ini adalah :

beberapa tanaman akan sangat baik dalam penyerapan CO2. Setiawati (2000) dalam
Abrarsyah

(2002) menyebutkan bahwa tanaman yang tergolong tahan terhadap pencemaran kendaraan

bermotor adalah kembang merak, trembesi, angsana, asam londo, flamboyan, kupu – kupu

, saputangan, kaliandra, sengon, nyamplung, kenanga, mahoni, eboni, krey payung, kesumba,

glodokan, akasia aurikuliformis dan salam. Adapun tanaman yang tergolong sangat tahan
terhadap pencemaran kendaraan bermotor adalah akasia mangium, sawo kecik, kayu manis,
kayu

putih, beringin dan kenari diacu dalam (Abrarsyah 2002). Sumber:

http://hends86.wordpress.com/2011/07/01/ karbon-dioksida-co2-efek-dan- penanganannya/

Sedangkan untuk mengurangi pengurukan atupun pengangkutan tanah mka seorang arsitek

sebaiknya memanfaatkan kontur tanah, kemiringan tanah untuk bangunan yang dibangun,
Misal

: bangunan hotel resort ditempatkan pada lahan yang mempunyai keindan alam dan bila lahan

mempunyai kemiringan tanah/ tidak datar atau cura bisa dibuat perencanaan bangunan yang

memanfaatkan kemiringan lahan sebanyak – banyaknya sehingga bisa mengurangi


penggunaan

energi, tidak perlu mengangkut material dari tempat lain sehingga mengurangi transportasi
yang

akan mengurangi emisi gas CO2. Contoh : pemilihan lahan yang memperhatikan kemiringan

tanah dan keindahan alam

2. GREEN BUILDING

Bangunan hijau (Green Building) mengacu pada struktur dan menggunakan

proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di

seluruh siklus hidup bangunan: dari penentuan tapak sampai desain, konstruksi,

3. PENERAPAN GREEN ARCHITECTURE

1) Memiliki Konsep High Perfomance Building & Earth Friendly.

a. Dapat dilihat dari dinding bangunan, terdapat kaca di beberapa

bagiannya. Fungsinya adalah untuk menghemat penggunaan elektrisiti

untuk bangunan terutama dari segi pencahayaan dari lampu.

b. Menggunakan energi alam seperti angin, sebagai penyejuk lingkungan.

c. Bahan-bahan bangunan yang digunakan cenderung ramah pada

lingkungan seperti keramik dengan motif kasar pada lantai untuk


mengurangi pantulan panas yang dihasilkan dari dinding yang berkaca.

d. Kolam air disekitar Bangunan berfungsi selain dapat memantulkan sinar

lampu, juga dapat mereduksi panas matahari sehingga udara tampak

sejuk dan lembab.

2) Memiliki Konsep Sustainable

Pembangunannya sangat di konsepkan, menelaah lahan lingkungan wilayah

yang sangat terbatas, dengan konsep alamiah dan natural, dipadukan dengan konsep

konsep teknologi tinggi, bangunan ini memungkinkan terus bertahan dalam

jangka panjang karena tidak merusak lingkungan sekitar yang ada.

3) Memiliki Konsep Future Healthly.

a. Dapat dilihat dari beberapa tanaman rindang yang mengelilingi

bangunan, membuat iklim udara yang sejuk dan sehat bagi kehidupan

sekitar, lingkungan tampak tenang, karena beberapa vegetasi dapat

digunakan sebagai penahan kebisingan.

b. Dinding bangunan curtain wall dilapisi alumunium dapat berguna untuk

UV protector untuk bangunan itu sendiri. Tentunya ini semua dapat

memberi efek positif untuk kehidupan.

c. Pada bagian atap gedung, terdapat tangga untuk para pengguna yang

akan menuju lantai atas. Ini dapat meminimalisasi penggunaan listrik

untuk lift atau eskalator.

d. Tentu lebih menyehatkan, selain sejuk pada atap bangunan terdapat

rumput yang digunakan sebagai green roof, pengguna juga mendapatkan

sinar matahari.

4) Memiliki Konsep Climate Supportly.

Dengan konsep penghijauan, sangat cocok untuk iklim yang masih

tergolong tropis (khatulistiwa). Pada saat penghujan, dapat sebagai resapan

air, dan pada saat kemarau, dapat sebagai penyejuk udara.


5) Memiliki Konsep Esthetic Usefully.

Penggunaan green roof pada kampus ini, selain untuk keindahan dan agar

terlihat menyatu dengan alam, juga dapat digunakan sebagai water catcher

sebagi proses pendingin ruangan alami karena sinar matahari tidak diserap

beton secara langsung. Ini juga menurunkan suhu panas di siang hari dan

sejuk di malam hari untuk lingkungan sekitarnya. Desainnya yang

melengkung digunakan agar penyerapan matahari oleh kulit bangunan dapat

di minimalisasikan.

2.PENERAPAN GREEN BUILDING

1) Efisiensi Energy

Bangunan hijau sering termasuk langkah-langkah untuk mengurangi

konsumsi energi - energi yang terkandung baik diperlukan untuk

mengekstrak, proses, transportasi dan menginstal bahan bangunan dan

energi operasi untuk menyediakan layanan seperti pemanasan dan listrik

untuk peralatan.

Seperti kinerja tinggi bangunan menggunakan energi operasi yang kurang,

energi yang terkandung telah diasumsikan penting jauh lebih besar - dan

mungkin membuat sebanyak 30% dari konsumsi energi secara keseluruhan

siklus hidup. Studi gedung menunjukan bahwa bangunan yang dibangun

terutama dengan kayu akan memiliki energi yang terkandung lebih rendah

daripada mereka dibangun terutama dengan bata, beton atau baja

Untuk mengurangi operasi penggunaan energi, efisiensi tinggi jendela dan

isolasi di dinding, plafon, dan lantai meningkatkan efisiensi selubung

bangunan, (penghalang antara ruang AC dan tanpa syarat). Strategi lain,

desain bangunan pasif surya, sering diimplementasikan dalam energi rendah

rumah. Desainer mengorientasikan jendela dan dinding dan tenda tempat,


beranda, dan pohon untuk jendela naungan dan atap selama musim panas

sambil memaksimalkan keuntungan surya di musim kemarau. Selain itu,

penempatan jendela yang efektif (pencahayaan) dapat memberikan lebih

banyak cahaya alami dan mengurangi kebutuhan untuk penerangan listrik

pada siang hari. Pemanas air tenaga surya lebih lanjut mengurangi biaya

energi.

Ruang generasi energi terbarukan melalui tenaga surya, tenaga angin, tenaga

air, atau biomassa secara signifikan dapat mengurangi dampak lingkungan

dari bangunan. Pembangkit listrik umumnya fitur yang paling mahal untuk

ditambahkan ke sebuah bangunan

2) Efisiensi Air

Mengurangi konsumsi air dan melindungi kualitas air merupakan tujuan

utama dalam bangunan yang berkelanjutan. Salah satu isu penting dari

konsumsi air adalah bahwa di banyak daerah, tuntutan terhadap penyediaan

akuifer melampaui kemampuannya untuk mengisi dirinya sendiri.

Semaksimal mungkin, fasilitas harus meningkatkan ketergantungan mereka

pada air yang dikumpulkan, digunakan, dimurnikan, dan digunakan kembali

di tempat. Perlindungan dan konservasi air sepanjang kehidupan bangunan

dapat dicapai dengan merancang untuk pipa ganda yang mendaur ulang air

di toilet disiram.

Limbah-air dapat diminimalkan dengan memanfaatkan perlengkapan

konservasi air seperti ultra-rendah toilet flush dan aliran rendah kepala

pancuran. Bidets membantu menghilangkan penggunaan kertas toilet,

mengurangi lalu lintas selokan dan kemungkinan meningkatnya kembali

menggunakan air di tempat. Titik perawatan menggunakan air dan pemanas

meningkatkan baik kualitas air dan efisiensi energi sementara mengurangi

jumlah air dalam sirkulasi. Penggunaan non-limbah dan greywater untuksitus


digunakan seperti situs-irigasi akan meminimalkan tuntutan pada

akuifer setempat

3) Efisiensi Bahan / Material

Bahan bangunan biasanya dianggap sebagai 'hijau' termasuk kayu dari hutan

yang telah disertifikasi dengan standar hutan pihak ketiga, bahan tanaman

cepat terbarukan seperti bambu dan jerami, batu dimensi, batu daur ulang,

logam daur ulang, dan produk lainnya yang non- beracun, dapat digunakan

kembali, terbarukan, dan / atau didaur ulang (misalnya, Trass, Linoleum,

wol domba, panel terbuat dari kertas serpih, tanah liat, vermikulit, linen

rami, sisal, padang lamun, gabus , kelapa, kayu piring serat, kalsium pasir

batu, beton) juga menyarankan menggunakan barang-barang industri daur

ulang, seperti produk pembakaran batubara, pasir pengecoran, dan puingpuing

pembongkaran dalam proyek konstruksi

Bahan bangunan harus diekstrak dan diproduksi secara lokal ke situs

bangunan untuk meminimalkan energi tertanam dalam transportasi mereka.

Bila memungkinkan, elemen bangunan harus diproduksi off-situs dan

dikirimkan ke situs, untuk memaksimalkan manfaat dari off-situs

manufaktur termasuk meminimalkan limbah, daur ulang memaksimalkan

(karena manufaktur adalah di satu lokasi), kebisingan unsur kualitas tinggi,

lebih baik manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

4) Peningkatan Mutu Lingkungan

Kualitas Lingkungan diwujudkan dalam kategori untuk memberikan

kenyamanan, kesejahteraan, dan produktivitas penghuninya, kualitas udara

dalam ruangan, kualitas termal, dan pencahayaan kualitas.

Indoor Air Quality berusaha untuk mengurangi senyawa organik yang

mudah menguap, atau kotoran udara lainnya seperti kontaminan mikroba.


Bangunan bergantung pada sistem ventilasi yang dirancang dengan baik

(passively/naturally- atau mekanis bertenaga) untuk menyediakan ventilasi

yang memadai udara bersih dari luar rumah atau diresirkulasi, udara

disaring serta operasi terisolasi (dapur, pembersih kering, dll) dari hunian

lain. Selama proses desain dan konstruksi memilih bahan bangunan dan

produk selesai interior dengan emisi nol atau rendah akan meningkatkan

kualitas udara.

Sebagian besar bahan bangunan dan pembersihan / pemeliharaan produk

memancarkan gas, beberapa dari mereka beracun, termasuk formaldehida.

Gas-gas ini dapat memiliki dampak merugikan pada kesehatan penghuni,

kenyamanan, dan produktivitas.

Juga penting untuk kualitas udara dalam ruangan adalah kontrol akumulasi

kelembaban (kelembaban) yang mengarah ke pertumbuhan jamur dan

adanya bakteri dan virus serta tungau debu dan organisme lain dan

kekhawatiran mikrobiologi. Intrusi air melalui amplop bangunan atau

kondensasi air pada permukaan dingin pada interior bangunan dapat

meningkatkan dan mempertahankan pertumbuhan mikroba. Sebuah amplop

baik berisolasi dan tertutup rapat akan mengurangi masalah kelembaban,

tetapi ventilasi yang memadai juga diperlukan untuk menghilangkan uap air

dari dalam ruangan sumber termasuk proses metabolisme manusia,

memasak, mandi, membersihkan, dan kegiatan lainnya.

Kontrol suhu aliran udara atas sistem AC ditambah dengan selubung

bangunan yang dirancang dengan baik juga akan membantu dalam

meningkatkan kualit 0.

as termal bangunan. Menciptakan lingkungan


bercahaya kinerja tinggi melalui integrasi hati-hati dan sumber cahaya siang

hari listrik akan memperbaiki kualitas pencahayaan dan kinerja energi dari

struktur.

Produk-produk kayu solid, khususnya lantai, seringkali ditentukan dalam

lingkungan di mana penghuni diketahui memiliki alergi terhadap debu atau

partikel lainnya. Kayu itu sendiri dianggap hypo-allergenic dan permukaan

halus mencegah penumpukan partikel lembut seperti karpet. Untuk itu

direkomendasikan kayu, vinil, ubin lantai linoleum atau batu tulis bukan

karpet. Penggunaan produk kayu juga dapat meningkatkan kualitas udara

dengan menyerap atau melepaskan uap air di udara untuk kelembaban

moderat.

Interaksi antara semua komponen indoor dan penghuni bersama-sama

membentuk proses-proses yang menentukan kualitas udara dalam ruangan konsep

5) Operasi Dan Optimasi Pemeliharaan

Keberkelanjutan bangunan dapat dioperasikan secara bertanggung jawab

dan dipelihara dengan baik. Jika tahap operasi dan pemeliharaan merupakan

bagian dari perencanaan proyek dan proses pembangunan akan membantu

mempertahankan kriteria hijau yang dirancang pada awal proyek. Setiap

aspek dari bangunan hijau adalah diintegrasikan ke dalam fase Operating

dan Maintenance. Meskipun tujuan pengurangan limbah dapat diterapkan

selama fase desain, konstruksi dan pembongkaran tetapi siklus hidup

bangunan itu adalah dalam fase O & M dengan cara seperti daur ulang dan

peningkatan kualitas udara berlangsung.

6) Pengurangan Sampah
Arsitektur hijau juga berusaha untuk mengurangi pemborosan energi, air

dan bahan yang digunakan selama konstruksi. Selama fase konstruksi, satu

tujuan harus untuk mengurangi jumlah bahan pergi ke tempat pembuangan

sampah. Bangunan yang dirancang dengan baik juga membantu mengurangi

jumlah limbah yang dihasilkan oleh penghuni juga, dengan menyediakan di

tempat sampah solusi seperti kompos untuk mengurangi masalah akan ke

tempat pembuangan sampah.

Untuk mengurangi jumlah kayu yang masuk ke TPA, saat bangunan

mencapai akhir masa pakainya, mereka biasanya dibongkar dan diangkut ke

tempat pembuangan sampah. Dekonstruksi adalah metode apa yang

umumnya dianggap "sampah" dan reklamasi menjadi bahan bangunan yang

berguna. Memperpanjang masa manfaat struktur juga mengurangi limbah -.

Bahan bangunan seperti kayu yang ringan dan mudah untuk bekerja dengan

membuat renovasi mudah.

Untuk mengurangi dampak pada sumur atau pabrik pengolahan air, ada

beberapa pilihan. "Greywater", air limbah dari sumber seperti pencuci piring

atau mesin cuci, dapat digunakan untuk irigasi bawah permukaan, atau jika

dirawat, untuk non-minum tujuan, misalnya, untuk menyiram toilet dan

mencuci mobil. Kolektor air hujan digunakan untuk tujuan serupa.

Sentralisasi sistem pengolahan air limbah dapat mahal dan menggunakan

banyak energi. Sebuah alternatif untuk proses ini adalah mengkonversi

limbah dan air limbah menjadi pupuk, yang menghindari biaya ini dan

menunjukkan manfaat lainnya. Dengan mengumpulkan limbah manusia di

sumbernya dan berjalan ke pabrik biogas semi-terpusat dengan limbah

biologis lainnya, pupuk cair dapat diproduksi. Praktik seperti ini

menyediakan tanah dengan nutrisi organik dan menciptakan penyerap

karbon yang menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer, offsetting emisi


gas rumah kaca. Memproduksi pupuk buatan juga lebih mahal dalam energy

7) Optimasi Biaya dan Manfaat

Masalah yang paling dikritik tentang membangun bangunan ramah

lingkungan adalah harga, peralatan baru, dan teknologi modern cenderung

biaya lebih banyak uang. Penghematan uang berasal dari penggunaan yang

lebih efisien utilitas yang menghasilkan tagihan energi menurun.

Studi telah menunjukkan selama masa hidup rentabilitas investasi green

building, mencapai sewa secara signifikan lebih tinggi, harga jual dan

tingkat hunian serta tingkat kapitalisasi yang lebih rendah berpotensi

mencerminkan risiko investasi yang lebih rendah

8) Peraturan Dan Operasi

Sebagai akibat dari meningkatnya minat dalam konsep green building dan

praktek, sejumlah organisasi telah mengembangkan standar, kode dan

sistem rating yang memungkinkan regulator pemerintah, membangun

profesional dan konsumen menerima green building dengan keyakinan.

Dalam beberapa kasus, kode ini ditulis sehingga pemerintah daerah dapat

mengadopsi mereka sebagai peraturan untuk mengurangi dampak

lingkungan lokal bangunan.

Perlu Kode dan Peraturan tentang Standar Bangunan Hijau / Green Building

yang membantu menentukan tingkat konsumen struktur dari kinerja

lingkungan, membangun fitur opsional yang mendukung desain hijau dalam

kategori seperti lokasi dan pemeliharaan bangunan, konservasi air, energi,

dan bahan bangunan, dan kenyamanan penghuni dan kesehatan, serta

menetapkan persyaratan minimum untuk elemen bangunan hijau seperti

bahan atau pemanasan dan pendinginan.


3.MACAM MACAM BAHAN RAMAH LINGKUNGAN

1. Batang jerami

Bangunan yang terbuat dari tumpukan batang jerami mengingatkan pada zaman dimana
rumah-

rumah dibangun menggunakan material yang alami dan diproduksi lokal. Batang jerami yang

digunakan untuk menggantikan dinding bata, kayu atau gipsum ternyata dapat menghasilkan

insulasi yang sangat baik bila disusun dengan baik. Tidak hanya murah namun juga

berkelanjutan karena jerami tumbuh sangat cepat di alam.

2. Beton rumput

Bahan ini biasanya digunakan di jalur pejalan kaki namun memiliki lubang-lubang yang
cukup untuk rumput tumbuh di sela-selanya. Bahan ini mengurangi pemakaian beton dan
juga bisa menjadi jalan masuknya air hujan ke dalam tanah.
3. Tanah yang dipadatkan

Apalagi yang lebih alami daripada merasakan tanah sebagai lantai rumah? Bahkan
sebenarnya dinding yang mirip dengan beton bisa dibuat dengan hanya memadatkan tanah di
rangka kayu. Pemadatan tanah adalah teknologi yang digunakan oleh peradaban manusia
sejak ribuan tahun lalu dan mampu bertahan lama
4. Bambu

Bambu merupakan bahan bangunan yang sudah digunakan di beberapa negara selama ribuan
tahun. Hal yang paling menjanjikan dari bahan ini adalah kombinasi antara kekuatannya
dalam menghadapi tekanan, berbobot ringan, dan sangat cepat tumbuh di alam. Digunakan
sebagai rangka bangunan dan untuk bangunan sederhana, bambu bisa menggantikan bahan
yang diimpor dan mahal, terutama di daerah pedalaman, bangunan pasca bencana dan untuk
daerah yang berpendapatan rendah namun memiliki akses luas terhadap tanaman bambunya.

5.Plastik daur ulang

Daripada memproduksi plastik lagi, para peneliti sekarang membuat bahan bangunan yang
didalamnya mengandung plastik daur ulang dan sampah sehingga bisa mengurangi emisi gas
rumah kaca. Hasilnya adalah bahan bangunan yang ringan dan membantu mengurangi
6..Kayu

masih memiliki banyak keunggulan dibanding beton dan baja. Selama tumbuh, kayu
menyerap gas CO2 dan cara pengolahannya hingga menjadi bahan bangunan tidak
menghabiskan banyak energi. Hutan yang dikelola dengan baik juga bisa berkelanjutan dan
memastikan habitat untuk mahluk hidup.
BAB III

Kesimpulan

Hemat energi merupakan salah satu prinsip dari green building,

pengembang perumahan mulai banyak mengembangkan prinsip tersebut dalam

pengembangan perumahannya. Pemahaman tentang rumah hemat energi telah

menjadi salah satu pertimbangan konsumen dalam pemilihan rumah di suatu

perumahan. Penelitian kualitas rumah hemat energi menurut persepsi konsumen

menghasilkan faktor kenyataan yang ada di lapangan dan faktor harapan. Lokasi

responden penelitian di Citraland Utara Surabaya yang mengedepankan green

building pada pemasarannya. Hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian

tersebut dapat disimpulkan melalui hasil analisis statistik deskriptif mean-standar

deviasi pada tingkat kenyataan variabel dominan. Variabel tingkat kenyataan itu

adalah variabel cat dinding, tumbuhan di depan rumah sebagai peneduh,

penerangan siang hari dan penyediaan lahan untuk sistem biopori. Sedangkan

hasil analisis statistik deskriptif mean-standar deviasi pada tingkat harapan dari

responden yang paling utama adalah adanya pemisahan bak sampah yaitu organik

dan anorganik. Hasil analisis statistik deskriptif kepuasan hampir semua variabel

memliki nilai kepuasan yang negatif. Nilai kepuasan yang responden paling tidak

puas yaitu variabel pemisahan bak sampah organik dan organik memiliki nilai

kepuasan paling kecil. Yang kemudian analisis lebih detail lagi pada proses

analisis faktor.

Hasil analisis faktor eksploratori menunjukkan terdapat 16 variabel yang

menjadi prasyarat rumah hemat energi didapat dari kajian pustaka dan survei

pendahuluan. Pada tingkat kenyataan persepsi penghuni rumah hemat energi,

faktor yang dominan adalah Faktor Kenyamanan Hunian dengan varibel

pembentuk variabel tinggi langit-langit/ plafond, penyediaan lahan untuk sistem


biopori, material bangunan-plasteran dinding, material bangunan-cat dinding,

Solar cell. Yang berarti faktor-faktor tingkat kenyataan sudah ada pada rumah

hemat energi menurut persepsi responden. Tingkat harapan yang dominan 80

menurut persepsi responden adalah variabel penerangan siang hari, bukaan

jendela, tinggi langit-langit/ Plafond, penyediaan lahan untuk sistem biopori,

tempat sampah organik dan anorganik, Solar cell kemudian penamaannya disebut

dengan Faktor Pemanfaatan Alam. Yang berarti faktor-faktor tersebut merupakan

faktor yang dianggap penting dan harus mencukupi menurut persepsi responden

untuk mewujudkan rumah hemat energi yang memenuhi harapan responden

sebagai pemilik rumah.

Hasil Analisis kuadran harapan dan persepsi ( Importance Performance

Analysis) responden terhadap rumah hemat energi menunjukkan variabel yang

dianggap penting oleh konsumen adalah ada jarak bangunan dengan sekitar,

penghawaan, pemisahan bak sampah organik dan anorganik, plesteran dinding

dan Solar cell. Variabel tersebut diatas diharapkan dari responden kepada

pengembang Citraland Utara Surabaya untuk diutamakan dalam pengembangan

selanjutnya.

Saran

Dalam penelitian kualitas hemat energi dibahas melalui analisis faktor

menurut persepsi kosumen. Penelitian selanjutnya kiranya perlu dibahas dan lebih

lanjut antara lain :

a. Penelitian ini membahas kualitas rumah hemat energi menurut konsumen

penghuni rumah tersebut sehingga untuk penelitian selanjutnya bisa

dilakukan komparasi antara presepsi konsumen dengan pihak developer.

b. Penelitian ini hanya berbicara mengenai desain rumah hemat energi di

suatu perumahan dan untuk kedepannya bisa dikaitkan dengan harga jual,
jadi bagaimana konsep rumah hemat energi meningkatkan nilai jual

properti.

c. Penelitian ini menentukan kriteria respondennya berdasarkan strategi

marketing dari pengembang perumahan yang menyatakan bahwa rumah

yang dikembangkan adalah rumah hemat energi, untuk penelitian

selanjutnya bisa di lebih spesifikkan lagi pemilihan respondennya menurut

kajian teori yang ada


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah yang maha esa karna berkat rahmat dan
karunianya ,makalah ini dapat selesai dengan baik,solawat serta salam tak lupa penulis
haturkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman
jahilliyah menuju zaman terang benderang dan semoga kita mendapatkan safaatnya di harin
akhir

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dra.Lindawati,M.Pd selaku dosen bahasa
Indonesia yang telah memberikan bimbingannya sehingga makalah ini dapat selesai tepat
waktu

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan didalam penulisan makalah ini jika
terdapat kesalahan kata ataupun kalimat penulis memohon maaf sebesar-besarnya

Palembang, 2019

penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...i

KATA PENGANTAR……………………………………………………….…...ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………….…….iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………..……1
1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………….1

1.2 RUMUSAN MASALAH……………………..……………….…….2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………...3

2.1 PEMILIHAN LAHAN……………………………………………….3

2.2 PENERAPAN GREEN BUILDING…………………………………4

2.3 MACAM –MACAM BAHAN RAMAH LINGKUNGAN………….5

BAB III PENUTUP……………………………………………………………….22

3.1 KESIMPULAN………………………………………………………22

3.2 SARAN……………………………………………………................22

Anda mungkin juga menyukai