Anda di halaman 1dari 14

Energi Ramah Lingkungan

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah instalasi bangunan
Dosen pengampu : :Dian Admilhusia ,ST ,MM.

Disusun oleh :

Muhammad Syaukat Samad

(18410020)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS BOROBUDUR

2021
Latar Belakang

Teknologi ramah lingkungan telah ramai dikampanyekan, masyarakat dikenalkan dengan


konsep ramah lingkungan, misal prinsip pemisahan sampah organik dan anorganik, serta
penggunaan plastik dan sabun yang bisa terdegradasi. Selain itu perusahaan-perusahaan juga
mulai diwajibkan untuk menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dan penanganan
pengolahan limbah sesuai dengan standard yang telah ditetapkan oleh badan yang terkait,
misalnya dengan adanya ISO 4001 tentang lingkungan. Kelangkaan BBM & BBG serta
fenomena global warming menyebabkan setiap bidang keilmuwan berlomba untuk melakukan
inovasi penggunaan energi-energi alternatif selain minyak dan gas bumi, serta berlomba
menciptakan dan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan Green Technology. Energi
alternatif yang banyak dieksplorasi oleh para ahli agar bisa digunakan sebagai pengganti BBM
dan BBG adalah energi matahari, angin, biofuel, biogas, dan bioetanol.

Rumah merupakan elemen terdekat dan terkecil yang merupakan tempat singgah dari subjek
(pelaku utama) pengguna energi BBM & BBG serta sebagai produsen dari limbah baik secara
langsung maupun tidak langsung. Para ahli baik itu arsitek maupun teknokrat sedang dan telah
melakukan berbagai inovasi untuk menciptakan rumah yang hemat energi dan ramah lingkungan.

Indonesia merupakan negara tropis yang dilewati oleh garis katuliswa sehingga dilimpahi
sinar matahari yang cukup sepanjang tahun, serta suhu yang cukup stabil. Dengan
memperhatikan kondisi geografis tersebut, maka energi alternatif matahari sangat cocok
diterapkan di Indonesia. Konstruksi bangunan rumah juga harus memperhatikan  unsur
penggunaan bahan/material dan bentuk bangunan yang mampu mengurangi penggunaan lampu
untuk pencahayaan, AC untuk pendingin, sistem pembuangan yang baik.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut.

1. Apakah yang dimaksud dengan green building?


2. Bagaimana pengunaan energi matahari sebagai alternatif energi listrik?
3. Bagaimana konstruksi dan material rumah ramah lingkungan?
4. Bagaimana rumah tinggal dan kebutuhan energi di Indonesia?
5. Bagaimana konsep hemat energi atau sadar energi?
PEMBAHASAN
 1.    Definisi Green Building

Green building (juga dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang berkelanjutan)
mengacu pada struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan
dan sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidup-bangunan: mulai dari penentuan tapak
untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi pembongkaran, dan. Hal ini
membutuhkan kerjasama yang erat dari tim desain, arsitek, insinyur, dan klien di semua tahapan
proyek. Praktik Green Building memperluas dan melengkapi desain bangunan klasik
keprihatinan ekonomi, utilitas, daya tahan, dan kenyamanan.

Green construction ialah sebuah gerakan berkelanjutan yang mencita-citakan terciptanya


konstruksi dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemakaian produk konstruksi yang ramah
lingkungan, efisien dalam pemakaian energi dan sumber daya, serta berbiaya rendah. Gerakan
konstruksi hijau ini juga identik dengan sustainbilitas yang mengedepankan keseimbangan antara
keuntungan jangka pendek terhadap resiko jangka panjang,dengan bentuk usaha saat ini yang
tidak merusak kesehatan, keamanan dan kesejahteraan masa depan.

2.    Konsep Green Building

Konsep pembangunan berkelanjutan dapat ditelusuri dengan energi (minyak terutama fosil)
krisis dan pencemaran berwawasan lingkungan pada tahun 1970. Gerakan green building di
Amerika Serikat berasal dari kebutuhan dan keinginan untuk lebih hemat energi dan ramah
lingkungan konstruksi praktek. Ada sejumlah motif untuk membangun hijau, termasuk manfaat
lingkungan, ekonomi, dan sosial. Namun, inisiatif keberlanjutan yang modern panggilan untuk
desain terpadu dan sinergis untuk kedua konstruksi baru dan dalam perkuatan struktur yang ada.
Juga dikenal sebagai desain yang berkelanjutan, pendekatan ini mengintegrasikan membangun
siklus hidup dengan setiap praktik hijau digunakan dengan tujuan desain-untuk menciptakan
sinergi antara praktek yang digunakan.

Green building menyatukan array yang luas dari praktek, teknik, dan keterampilan untuk
mengurangi dan akhirnya menghilangkan dampak bangunan terhadap lingkungan dan kesehatan
manusia. Hal ini sering menekankan mengambil keuntungan dari sumber daya terbarukan,
misalnya, menggunakan sinar matahari melalui solar pasif, surya aktif, dan fotovoltaik teknik
dan menggunakan tanaman dan pohon-pohon melalui atap hijau, taman hujan, dan pengurangan
air hujan run-off. Banyak teknik lain yang digunakan, seperti menggunakan kayu sebagai bahan
bangunan, atau menggunakan beton kerikil atau permeabel dikemas bukan beton atau aspal
konvensional untuk meningkatkan pengisian air tanah. Di sisi estetika arsitektur hijau atau desain
yang berkelanjutan adalah filosofi merancang bangunan yang harmonis dengan fitur alam dan
sumber daya sekitar situs. Ada beberapa langkah kunci dalam merancang bangunan
berkelanjutan: menentukan ‘hijau’ bahan bangunan dari sumber-sumber lokal, mengurangi
beban, sistem mengoptimalkan, dan menghasilkan di tempat energi terbarukan.

Aplikasi dari konstruksi hijau pada tahap perencanaan terlihat pada beberapa desain
konstruksi yang memperoleh award sebagai desain bangunan yang hemat energi, dimana sistem
bangunan yang didesain dapat mengurangi pemakaian listrik untuk pencahayaan dan tata
udara.Selain itu berbagai terobosan baru dalam dunia konstruksi juga memperkenalkan berbagai
material struktur yang saat ini menggunakan limbah sebagai salah satu komponennya, seperti
pemakaian flyash, silica fume pada beton siap pakai dan beton pra cetak. Selain itu terobosan
sistem pelaksanaankonstruksi juga memperkenalkan material yang mengurangi ketergantungan
dunia konstruksi pada pemakaian material kayu sebagai perancah.

Pemakaian material/bahan bangunan yang banyak digunakan seperti kaca, beton, kayu,
asphalt, baja dan jenis metal lainnya ditengarai dapat menimbulkan efek pemanasan global yang
signifikan dan menyebabkan perubahan iklim di dunia. Ingat kan penggunaan kaca gelap/ kaca
yag dapat memantulkan cahaya matahari yang biasanya digunkan pada gedung-gedung
tinggi/bertingkat yang biasa disebut dengan kaca film ribben. Jelas-jelas itu sangat merugikan
karena menghantarkan cahaya matahari kembali ke atmosfer bumi dan terjadilah penumpukan
sehingga suhu bumi semakin panas. Empat aspek utama yang perlu dipertimbangkan dalam
membangun green building yaitu:

 Material
Material yang digunakan untuk membangun haruslah diperoleh dari alam,
merupakan sumber energi terbarukan yang dikelola secara berkelanjutan, atau bahan
bangunan yang didapat secara lokal untuk mengurangi biaya transportasi. Daya tahan
material bangunan yang layak sebaiknya tetap teruji, namun tetap mengandung unsur
bahan daur ulang, mengurangi produksi sampah, dan dapat digunakan kembali atau
didaur ulang.

 Energi
Penerapan panel surya diyakini dapat mengurangi biaya listrik bangunan. Selain itu,
bangunan juga selayaknya dilengkapi jendela untuk menghemat penggunaan energi
(terutama untuk lampu serta AC). Untuk siang hari, jendela sebaiknya dibuka untuk
mengurangi pemakaian listrik. Jendela tentunya juga dapat meningkatkan kesehatan dan
produktivitas penghuninya. Green building juga harus menggunakan lampu hemat energi,
peralatan listrik hemat energi lain, serta teknologi energi terbarukan seperti turbin angin
dan panel surya.
 Air
Penggunaan air dapat dihemat dengan menginstal sistem tangkapan air hujan. Cara
ini akan mendaur ulang air yang misalnya dapat digunakan untuk menyiram tanaman atau
menyiram toilet. Gunakan pula peralatan hemat air, seperti pancuran air beraliran rendah,
tidak menggunakan bathtub di kamar mandi, menggunakan toilet flush hemat air atau
toilet kompos tanpa air, dan memasang sistim pemanas air tanpa listrik.

 Kesehatan
Gunakan bahan-bahan bagunan dan furnitur yang tidak beracun serta produk dapat
meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, untuk mengurangi risiko asma, alergi, dan
penyakit lainnya. Bahan-bahan yang dimaksud adalah bahan bebas emisi, rendah atau
non-VOC, dan tahan air untuk mencegah datangnya kuman dan mikroba lainnya.
Kualitas udara dalam ruangan juga dapat ditingkatkan melalui sistim ventilasi dan alat-
alat pengatur kelembaban udara.

1.    Penggunaan Energi Matahari

Sinar dari matahari dapat diubah menjadi energi listrik menggunakan komponen yang
disebut sel surya. Sel surya merubah sinar matahari menjadi arus listrik DC. Arus yang
dihasilkan sebanding dengan intensitas sinar matahari yang diterima dan juga sebanding dengan
luas permukaan dari sel surya yang terpapar sinar matahari.

Para ahli telah berhasil memanfaatkan prinsip dari sel surya dengan menciptakan panel surya
yang dapat digunakan sebagai atap rumah. Dengan pesatnya kemajuan teknologi, para ilmuwan
juga telah menciptakan panel surya yang mampu berputar untuk menyesuaikan posisinya
mencari intensitas matahari yang tertinggi. Profesor Michael Gratzel dari Lausanne Federal
Technology Institute juga telah berhasil menemukan sel surya murah yang bisa digunakan
membangun jendela yang menghasilkan listrik dengan efisiensi yang tinggi.

Peralatan pendukung untuk bisa memanfaatkan energi matahari sebagai pengganti listrik
dari PLN, antara lain adalah controller (pengatur pengeluaran daya dari sel surya), inverter untuk
merubah arus DC menjadi arus AC karena peralatan elektronik rumah tangga sebagian besar
menggunakan sumber arus AC, dan baterai yang berguna untuk menyimpan energi yang
dihasilkan sel surya pada siang hari agar bisa dimanfaatkan oleh penghuni rumah pada malam
hari.

Kendala yang dihadapi agar bisa memanfaatkan energi matahari menggunakan panel surya
adalah dari segi biaya pemasangan/instalasi masih mahal jika dibandingkan menggunakan energi
listrik dari PLN. Biaya yang perlu dikeluarkan untuk pemasangan panel surya adalah US$ 8-
10/Watt. Jika seseorang ingin membeli sel surya untuk keperluan penerangan rumah tangga yang
sekitar 900 Watt, maka secara kasar biaya yang perlu dikeluarkan (diinvestasikan?) sebesar 900
Watt x US$ 8 = US$ 7200. Harga ini sudah termasuk biaya pemasangan dan beberapa komponen
pendukung untuk dipasang di atap sebuah rumah. Sedangkan pemasangan listrik PLN dengan
daya 900 Watt sekitar Rp. 1.500.000,- . Hal inilah yang menyebabkan masyarakat masih jarang
menggunakan panel surya sebagai sumber listriknya.

Tingginya biaya untuk pemasangan panel surya sebenarnya bisa diatasi jika pemerintah
punya tekad yang kuat untuk memasyarakatkan energi-energi alternatif selain BBM. Pada
awalnya pemerintah bisa memberikan subsidi-subsidi pada energi alternatif untuk mengantikan
listrik PLN, khususnya penggunaan panel surya. Sebagai contoh di Korea Selatan, harga sel
surya yang dibeli oleh konsumen setempat  mampu ditekan hingga 70% sekitar US$ 3 hingga 4
per Watt-nya. Jika diasumsikan pemerintah telah memberikan subsidi sama dengan Korea, maka
biaya pemasangan untuk daya 900 Watt adalah Rp. 27.000.000,-(dengan kurs US$ 1 sebesar Rp.
10.000.000,-).

   Selanjutnya dilakukan sosialisai besar-besaran mengenai keuntungan-keuntungan yang


diperoleh jika menggunakan panel surya, antara lain panel surya bisa digunakan sampai +/- 15
tahun. Jika dihitung biaya listrik yang harus dibayar ke PLN selama 15 tahun dengan rata-rata
pemaikaian tiap bulan Rp. 200.000,-  adalah sebesar RP.36.000.000,- sehingga masih ada selisih
keuntungan sebesar Rp. 9.000.000,- ditambah lagi jika TDL naik maka nilai keuntungan
pemaikaian panel surya akan lebih besar lagi. Jika semakin banyak penguna panel surya, maka
pasar otomatis akan berusaha untuk memenuhi permintaan tersebut, dan bisaanya akan diikuti
oleh usaha inovasi-inovasi untuk bisa memproduksi dengan efisien dan murah oleh produsen-
produsen/pabrik pembuat panel surya, sehingga harga akan semkin murah, sebagai contoh
semakin murahnya harga-harga barang elektronik pada saat sekarang ini karena telah ditemukan
teknologi dan proses produksi yang efisien.

   Selain keuntungan dari segi biaya jangka panjang (investasi), masih ada lagi keuntungan-
keuntungan yang diperoleh jika menggunakan panel surya. Antara lain penggunaan panel surya
akan mengurangi dampak pencemaran terhadap lingkungan, kita ketahui bahwa pembangkit
tenaga listrik masih banyak yang menggunakan proses pembakaran dari BBM, BBG, batu bara,
dan bahkan nuklir. Pembakaran bahan apapun pasti akan menghasilkan gas yang akan
mencemari udara. Keuntungan yang lain penggunaan listrik dari panel surya ini adalah tidak
akan terpengaruh oleh adanya pemadaman bergilir dari PLN, bayangkan jika tempat transaksi
ekonomi, misalnya mall ataupun perkantoran mengalami pemadaman listrik dari PLN dalam satu
jam saja berapa kerugian yang harus ditanggung.
2.    Konstruksi Dan Material Rumah Ramah Lingkungan

Kampanye green technology juga telah membuat para arsitektur maupun teknokrat dibidang


konstruksi untuk melakukan berbagai inovasi untuk merancang konstruksi bangunan dan
memilih material bangunan yang  sesuai dengan prinsip ramah lingkungan. Sebagai contoh,
berbagai instansi telah banyak mengadakan lomba desain rumah indah, sederhana, hemat, dan
ramah lingkungan.

Terdapat banyak aspek yang harus diperhatikan ketika merancang sebuah rumah. Berikut ini
adalah berbagai contoh yang telah ditawarkan/dicontohkan oleh para arsitektur yang peduli akan
lingkungannya. Pertama, kita bisa meniru konsep rumah pangung. Dengan adanya  jarak antara
tanah dengan lantai, maka area tanah dibawah lantai masih bisa berfungsi untuk penyerapan air.
Hal ini bisa bermanfaat untuk mengurangi banjir. Kedua, harus diperhatikan masalah
pencahayaan. Jika rumah mempunyai titik-titik masuknya cahaya yang cukup, maka akan
mengurangi penggunaan lampu pada siang hari. Selanjutnya yang ketiga adalah masalah
ventilasi, jika pertukaran udara di rumah cukup, maka akan mengurangi penggunaan AC maupun
kipas angin, ditambah lagi jika rumah mempunyai ruang terbuka hijau maka udara yang keluar
masuk rumah akan lebih bersih begitupun suhu udara akan menjadi lebih rendah. Masalah
sanitasi juga harus diperhatikan, misalnya perancangan saluran pembuangan air dan penempatan
tempat sampah organic maupun anorganik.

Pemilihan material untuk membangun sebuah rumah juga akan berpengaruh terhadap efek
keramah-tamahan lingkungan yang sedang gencar-gencarnya dikampanyekan. Pertama, gunakan
sumber daya yang bisa diperbarui. Sumber daya yang bisa diperbarui misalnya material
bangunan dari kayu, bebatuan dan semacamnya yang pada umumnya adalah material alami yang
banyak terdapat di lingkungan sekitar dan mudah untuk diperbarui kembali. Selanjutnya kita bisa
menggunakan kembali material bangunan yang masih layak pakai, dan mengolah limbah atau
material sisa bangunan untuk dapat dimanfaatkan kembali.

Berikut ini adalah contoh berbagai bahan yang bisa dipilih untuk menghasilkan sebuah
rumah yang ramah lingkungan. Low E-Glass, yang bisa digunakan untuk kaca jendela yang akan
menyerap panas sehingga ruangan tidak akan terlalu panas dan berarti penggunaan AC juga bisa
dihemat. Rain Harversting yang memanfaatkan air hujan dengan cara menampungnya dan
digunakan kembali untuk kebutuhan sehari-hari seperti menyiram tanaman sampai untuk
toilet. Storage Heating adalah penyimpanan sumber panas yang nantinya akan digunakan untuk
menghangatkan ruangan pada saat suhu dingin tiba, sehingga penggunaan mesin penghangat
ruangan (heater) dapat dikurangi. Penggunaan bahan Photocatalytic pada permukaan dinding
bagian luar yang akan mengkonversi organik yang berbahaya menjadi tidak berbahaya.

Dalam penerapan green construction tentunya banyak tantangan yang harus dilalui, yaitu :

Modal atau Biaya

Tak bisa dipungkiri penggunaan design hijau ini memakan biaya yang banyak. Untuk
konsep Green Building tentunya tidak akan sama dengan gedung-gedung yang lainnya. Banyak
faktor yang membuat Green Construction´ memakan modal yang cukup besar, seperti contohnya
dalam peggunaan pakar atau tenaga ahli dalam pembuatan gedung yang berkonsep Green
Building tentunya mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.

Pembuatan design yang startegis

Setiap gedung atau suatu konstruksi dipastikan memiliki design yang berbeda-beda,
tentunya dalam prinsip Green Building design haruslah meningkatkan efesiensi penggunaan
sumber daya pelaksanaan dan pemakaian produk konstruksi yang berkonsepkan ramah
lingkungan.Tentunya hal itu menjadi tantangan utama para ahli Green Building untuk membuat
design yang cocok pada kondisi eksternal internal lingkungan sekitarnya.

Pemilihan material/bahan bangunan yang ramah lingkungan

Mayoritas rumah saat ini dibangun dengan menggunakan bingkai kayu, Gedung tradisional
Bahan dan bahan pilihan bagi banyak orang. Namun membangun rumah kayu berbingkai
membutuhkan rencana yang sangat hati-hati dirancang dan kru konstruksi dengan banyak
pengalaman dan keterampilan. Membangun rumah dengan bingkai kayu umumnya akan
menghasilkan struktur yang handal dan aman, namun juga rentan terhadap kegagalan prematur
ketika rincian kecil dibiarkan atau dibuat dengan produk kayu berkualitas buruk.Saat ini pemilik
rumah memiliki kesempatan untuk memilih dari alternatif Bahan Bangunan Hijau. Namun
dengan isu ilegal logging yang masih banyak penggunaan kayu sebagai material mulai
ditinggalakan untuk kelestarian lingkungan. Penggunaan bau alam, batu bata, gypsum, dan
alumunium serta baja ringanpun menjadi piliha yang tepat. Karena selain ramah lingkungan tapi
juga mampu menunjang ketahanan bangunan dan tentunya healthy conditional.
Pembuatan peraturan-peraturan yang sah dalam penerapan green construction

Di Indonesia saat ini , wacana konstruksi hijau mulai tampak pada penerapan beberapa
proyek seperti proyek ruas jalan tol bandara yang dikerjakan oleh PT. Pembangunan Perumahan
dan proyek Rusunami oleh PT Perumnas. Namun sayangnya hingga saat ini belum ada payung
hukum yang menaungi penerapan konstruksi hijau di Indonesia apa lagi sejumlah insentif yang
akan diberikan pada pelaksanaan proyek yang menerapkan konsep konstruksi hijau.

Penataan kota  untuk mewujudkan konsep  green building

Green Building pastinya harus membuat suatu area yang di tempatinya menjadi daerah yang
asri dan ramah lingkungan. Oleh karena itu diperlukan tata kota yang tepat jika kita ingin
membuat suatu Green Building di Indonesia. Letak tata kota yang sesuai dengan keseimbangan
ekosistem lingkungan, jangan sampai pembuatan Green Building malah merusak area hijau, atau
siklus udara dan hidrologi yang dipengaruhi oleh hilangnya area resapan air. Untuk di daerah
Indonesia sendiri, bila kita ambil contoh jakarta mungkin pembangunan Green Building susah
untuk dilaksanakan, dikarenakan tata letak kota jakarta yang memang sudah padat untuk
bangunan-bangunan bersifat kepentinan komersial ataupun bangunan hunian tempat tinggal.

Pembiayaan serta perawatan green building

Tidak mudah merawat suatu gedung atau bangunan apalagi bangunan dengan konsep Green
Building, yang harus mempertahankan manfaatnya untuk lingkungan sekitar.

 Faktor Kesehatan
Menggunakan material & produk-produk yang non-toxic akan meningkatkan kualitas
udara dalam ruangan, dan mengurangi tingkat asma, alergi dan sick building syndrome.
Material yang bebas emisi, dan tahan untuk mencegah kelembaban yang menghasilkan
sporadan mikroba lainnya. Kualitas udara dalam ruangan juga harus didukung
menggunakan sistem ventilasi yang efektif dan bahan-bahan pengontrol kelembaban
yang memungkinkan bangunan untuk bernapas. Bahan-bahan alami atau natural sudah
diketahui memang cukup rentan terhadap gangguan lingkungan itu sendiri seperti
keberadaan mikroorganisme ,serta kelembaban udara dan suhu diluar maupun didalam
ruangan yang harus diseimbangkan untuk meminimalisasi kerusakan bangunan.

 Membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya green building


Tantangan ini juga cukup penting untuk dipecahkan, Banyak masyarakat Indonesia
yang tentunya belum tahu akan makna Green Building. Mulai dari konsep,manfaatnya
dalam jangka panjang serta aplikasinya. Penyuluhan akan Green Building seharusnya
juga diberikan kepada masyarakat Indonesia agar lebih mengetahui peranan Green
Building dalam dunia pembangunan di Indonesia. Apalgi dengan ekonomi masyarakat
Indonesia yang minim membuat rencana ini hanya terbatas kepada pengembang
bangunan dengan modal besar dan kalangan menegah ke atas.

Green Building lebih dari sebuah konsep untuk hidup berkelanjutan, tetapi bisa membangun
harapan untuk masa depan. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat Indonesia harus ditingkatkan
untuk mengetahui pentingnya membuat bangunan dengan konsep Green Construction. Apapun
yang dilakukan manusia untuk pelestarian lingkungan dan perbaikan lingkungan mau sekecil
apapun memang sangat berarti seperti membuang sampah pada tempatnya, itu pun masih belum
tercapai sempurna. Dengan usia yang menipis karena perubahan iklim, kekurangan energi yang
semakin meningkat dan masalah kesehatan, memang masuk akal untuk membangun gedung
yang tahan lama,menghemat energi, mengurangi limbah dan polusi, dan meningkatkan kesehatan
dan kesejahteraan. Upaya-Upaya untuk mewujudkan Green Construction:

1) Membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya Green Construction bagi dunia


pembangunan di Indonesia.
2) Membuat bangunan-bangunan yang berbahan dasar ramah lingkungan.
3) Mengatur tata letak kota yang sesuai dengan konsep Green Construction yang berwawasan
lingkungan.
4) Membangun sistem bangunan yang effisien dalam menggunakan energi.
5) Membangun Green Construction dengan menggunakan material yang dapat di perbaharui,
didaur ulang, dan digunakan kembali serta mendukung konsep efisiensi energi.
6) Mengolah limbah-limbah yang bermanfaat untuk dijadikan material bahan dasar.
7) Membangun Green Construction yang sesuai dengan kondisi alam, dan iklim wilayah
Indonesia.
8) Inovasi untuk mengembangkan green building terus dilakukan sebagai upaya untuk
menghemat energi dan mengurangi masalah-masalah lingkungan.
9) Pemilihan material yang pas agar Green Building bisa bertahan lebih lama.
10) Penggunaan teknologi-teknologi yang sesuai dan ramah lingkungan agar tidak merusak
ekosistem sekitar.

3.    Rumah Tinggal Dan Kebutuhan Energi


Indonesia adalah sebagai negara yang seluruh wilayahnya dikawasan equator, merupakan
keuntungan namun juga menjadi suatu kerugian yang sangat besar. Sebagai keuntungan, karena
sebenarnya iklim tropis membuat kekayaan alam semakin berlimpah, namun menjadi kerugian
karena iklim tropis menjadikan tingginya irradiance matahari, yakni rata-rata 200-250 W/m2
selama setahun atau 850-1100 W/m2 selama masa penyinaran. Hal ini menyebabkan suhu
permukaan akan naik lebih tinggi dari daerah lain di dunia. Irradiance yang sangat besar ini bisa
dimanfaatkan menjadi sebuah sumber energi yang luar biasa atau juga bisa menjadi kendala yang
sangat besar sebab dengan tingginya suhu permukaandi kawasan Indonesia, akan dibutuhkan
energi yang besar pula untuk menyejukan rumah. (Daryono, 2008) Pada kenyataannya kondisi
iklim tropis di Indonesia sering dianggap sebagai masalah.

 Tidak tercapainya kenyamanan penghawaan dalam rumah tinggal, membuat berputus asa
dalam mencari penyebabnya. Dan umumnya langsung dicarikan solusi atau dikatakan sebagai
jalan pintas, dengan penggunaan alat pengkondisian udara atau air conditioner (AC). Prinsip
kerja AC memang menurunkan suhu udara untuk penyegaran ruang. Prinsip kerja ini yang diakui
dapat menjamin kenyamanan ruang. Namun apabila diperhatikan dengan seksama sebenarnya
penggunaan AC adalah pemborosan energi yang berasal dari sumber daya yang tidak
terbaharukan (non-renewable resources). Dan proses kerja AC akan menghasilkan zat emisi
karbon CFC (klorofluorokarbon), yang akan membentuk efek rumah kaca dan merusak lapisan
ozon. (Frick, 2006) Seluruh permukaan bangunan harus terlindungi dari sinar matahari secara
langsung.

Dinding dapat dibayangi oleh pepohonan. Atap perlu diberi isolator panas atau penangkal
panas. Langit-langit umum dipergunakan untuk mencegah panas dari atap merambat langsung ke
bawahnya (Satwiko, 2005). Desain sadar energi (energy conscious design) merupakan salah satu
paradigma arsitektur yang menekankan pada konservasi lingkungan global alami khususnya
pelestarian energi yang bersumber dari bahan bakar tidak terbarukan (non renewable
energy) dan yang mendorong pemanfaatan energi terbarukan (renewable energy). Dalam desain
sadar energi mutlak diperlukan pemahaman kondisi dan potensi iklim setempat untuk
mempertimbangkan keputusan-keputusan desain yang akan berdampak pada konsumsi energi
baik pada tahap pembangunan maupun pada tahap operasional bangunan.

Pada skala lingkungan mikro, fenomena radiasi matahari ini mempengaruhi laju peningkatan
suhu lingkungan. Kondisi demikian mempengaruhi aktivitas manusia di luar ruangan, untuk
mengatasi fenomena ini ada tiga hal yang bisa dikendalikan yaitu durasi penyinaran matahari,
intensitas matahari, dan sudut jatuh matahari (Satwiko, 2003).

4.     Konsep Hemat Energi Atau Sadar Energi


Sebaran penggunaan energi dalam rumah tinggal lebih banyak pada aspek fungsi
penghawaan atau penyegaran udara dan aspek fungsi pencahayaan, sehingga kedua hal ini
penting untuk menjadi fokus dalam pembahasan konsep penghematan energi ini. Pembahasan
tentang penghematan energi ditekankan pada langkah ekologis, yaitu dengan menciptakan
kesinambungan antara rumah tinggal dengan lingkungannya atau adanya interaksi dengan alam.

Di samping dua hal tersebut terdapat aspek penting lainnya untuk rumah tinggal, adalah
pemanfaatan air sebagai sumber daya penunjang kualitas hidup, dengan sistem reduce, reuse,
recycle. Sistim Surya Pasif (passive solar system) merupakan suatu teknik pemanfaatan energi
surya secara langsung dalam bangunan tanpa atau seminimal mungkin menggunakan peralatan
mekanis, melalui perancangan elemen elemen arsitektur (lantai, dinding, atap, langit langit,
aksesoris bangunan) untuk tujuan kenyamanan manusia (mengatur sirkulasi udara alamiah,
pengaturan temperatur dan kelembaban, kontrol radiasi matahari, penggunaan insulasi termal).

Pertukaran udara alami naiknya suhu dalam rumah menyebabkan panas dan hal ini sangat
terkait dengan kondisi iklim mikro skala rumah dan kawasan sekitarnya. Untuk menurunkan
suhu sekaligus memberikan kenyamanan penghawaan diperlukan aliran udara yang cukup.
Prinsip aliran udara adalah adanya perbedaan suhu dan tekanan antara dua atau lebih space, baik
space antar ruang maupun antara ruang dalam dan ruang luar. Oleh sebab itu perlu diciptakan
bidang-bidang bangunan yang dapat membuat perbedaan suhu dan tekanan udara. Beberapa
aplikasi konsep penyegaran udara adalah :

1. Ventilasi Atap
Angin akan mengalir dari suhu rendah menuju suhu yang lebih tinggi. Ruang bawah
atap merupakan bagian yang menerima radiasi terbesar, sehingga memiliki suhu yang
panas. Sebaiknya ruang bawah atap dilengkapi lubang ventilasi, sehingga akan menarik
udara dari dalam ruang untuk dialirkan ke luar bangunan. 

Melalui lubang ventilasi yang terletak di bagian atap, maka tekanan udara panas di
dalam ruang akan tertarik dan terbuang ke luar melalui atap. Untuk mendapatkan efek
cerobong (stack effect), maka menara angin dibuat dengan bentuk penutup menghadap
arah datang angin, dan lebih baik lagi adanya void. Efek cerobong akan optimal bila
rumah tinggal/bangunan memiliki plafon tinggi atau minimal dua lantai. Semakin tinggi
plafon, maka semakin baik ventilasinya (aliran angin).

2. Teras dan teritisan


Teras berfungsi sebagai ruang peralihan antara ruang luar dan ruang dalam.Pada
daerah beriklim panas, seperti di Indonesia, kehadiran teras dapat menciptakan iklim
mikro yang memberikan kenyamanan di dalam bangunan dan sekitarnya. Hal ini
disebabkan tekanan udara yang ada di halaman menjadi mengembang karena suhu yang
panas, sementara itu teras merupakan daerah hisapan angin yang bertekanan lebih tinggi
dan bersuhu lebih dingin. Perbedaan suhu dan tekanan menyebabkan udara mengalir, dari
suhu dingin ke suhu yang lebih panas, atau dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih
rendah. Udara di dalam ruang akan tertarik ke luar dan segera berganti. Seperti juga teras,
fungsi teritisan akan mendinginkan suhu udara lebih dulu, sebelum masuk ke dalam
ruang. Semakin lebar teritisan, maka suhu ruangan akan semakin dingin.

3. Vegetasi Lingkungan
Vegetasi berfungsi sebagai climate regulator atau pengatur iklim (suhu, kelembaban
dan laju angin), baik untuk lingkup tapak rumah tinggal maupun untuk skala kawasan.
Penyediaan vegetasi yang sesungguhnya (terbukanya tapak untuk vegetasi) berarti juga
penyediaan ruang terbuka hijau (RTH), yang berarti juga sebagai pengendali tata air.
Ketersediaan ruang terbuka dan vegetasi akan menyuplai oksigen dan akan
mengalirkannya ke dalam rumah, ditambah dengan adanya air (alternatif berbentuk
kolam) yang akan menurunkan suhu udara yang panas. Oksigen dan suhu dingin
mengalir ke dalam rumah dan akan memberikan kenyamanan. Vegetasi di atap rumah
(greenroof) dapat menahan radiasi matahari, sehingga mengkondisikan ruang di
bawahnya bersuhu lebih dingin. Unsur hijau yang diidentikkan dengan vegetasi
ditunjukkan dengan menambahkan elemen-elemen penghijauan tidak hanya pada
lansekap saja tetapi juga dalam bangunan, seperti pemberian roof garden, pemberian
vegetasi rambat pada dinding bangunan dan lain sebagainya.

4. Pencahayaan alami
Tujuan dari pencahayaan adalah disamping mendapatkan kuantitas cahaya yang
cukup sehingga tugas visual mudah dilakukan, juga u ntuk mendapatkan lingkungan
visual yang menyenangkan atau mempunyai kualitas cah aya yang baik. Dalam
pencahayaan alami, yang sangat mempengaruhi kualitas pencah ayaan adalah terjadinya
penyilauan. Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila : pada siang hari
antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu setempat, terdapat cukup banyak
cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata
dan atau tidak menimbulkan kontras yang mengganggu. Penyilauan adalah kondisi
penglihatan dimana terdapat ketidaknyamanan atau pengurangan dalam kemampuan
melihat suatu obyek, karena luminansi obyek yang terlalu besar, distribusi luminansi
yang tidak merata atau terjadinya kontras yang berlebihan.
Ada dua jenis penyilauan :
a) penyilauan yang menyebabkan ketidakmampuan melihat suatu obyek (disability
glare),
b) penyilauan yang menyebabkan ketidaknyamanan melihat suatu obyek tanpa perlu
menimbulkan ketidakmampuan melihat (discomfort glare). Prinsip pencahayaan
alami adalah memanfaatkan cahaya matahari semaksimal mungkin dan
mengurangi panas matahari semaksimal mungkin. Pemanfaatan cahaya alami jelas
akan menghemat listrik.

5. Orientasi Bangunan
Orientasi bangunan bertujuan untuk mendapatkan kantong cahaya matahari (sun
pocket), yaitu kondisi di mana cahaya matahari berada pada intensitas radiasi paling
rendah, sesuai siklus terbit dan tenggelamnya, dan matahari memiliki sudut jatuh cahaya
yang kecil. Dengan demikian area yang tercahayai akan lebih besar dan cahaya matahari
tidak panas.

Orientasi bangunan terbaik adalah memiliki sudut kemiringan 20° terhadap sumbu
barat-timur dengan bidang permukaan fasade terluas pada sumbu utara-selatan. Apabila
kondisi ideal orientasi bangunan tidak memungkinkan, dapat dilakukan dengan
memperluas bukaan untuk masuknya cahaya atau mengurangi pembatasan ruang, agar
cahaya dapat memasuki ruang-ruang dalam. Bila diperlukan pembatas, maka gunakan
material transparan Pemanfaatan material lokal Selubung bangunan yang memperoleh
radiasi matahari terbesar adalah atap dan kemudian dinding. Agar penghematan energi
dapat dilakukan, maka harus dihindari radiasi matahari yang optimal pada siang hari,
karena akan meningkatkan suhu ruangan.

Pemanfaatan material alami dari vegetasi dapat didisain menyatu dengan konstruksi
selubung bangunan. Belajar dari dusun Ngibikan yang mencoba memanfaatkan potensi
lokal dengan memanfaatkan kayu dari batang kelapa, dan bambu.

Anda mungkin juga menyukai