Anda di halaman 1dari 21

Laporan Studi Literatur

“Eco-House” 

DOSEN PEMBIMBING : WAHYU ABDILAH, ST. MT

Disusun Oleh :

Yusman Dita Hulu (190406019)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
2018/2019

 
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan
rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan dan menyusun laporan studi literature

Perancangan Arsitektur I “Eco-House” ini.

Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :


1. Kepada orang tua saya yang telah memberikan kasih sayang dan mendidik saya sehingga dapat
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
2. Bapak Wahyu Abdilah, ST. MT sebagai dosen pembimbing mata kuliah Perancangan Arsitektur I.

Sebagai manusia biasa saya menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, untuk itu saya
mengharapkan saran dan kritik yang mendukung untuk kesempurnaan laporan ini.

Medan, 08 Oktober 2020

Yusman Dita Hulu


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR  ................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................


1.1 Pengertian .................................................................................................
1.2 Syarat dan Kriteria Pembuatan Shelter.....................................................

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................


2.1Jenis – Jenis Shelter ............................................................................
2.2Contoh Shelter.......................................................................................
2.3Shelter Daerah Pegunungan..................................................................
2.4Shelter Daerah Pantai...........................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Pengertian

Eco-house adalah rumah ramah lingkungan yang dirancang hemat energi dan dibangun
menggunakan bahan dan teknologi yang mengurangi jejak karbon dan menurunkan kebutuhan
energinya. (sumber : Wikipedia)

Gambar : Eco-House
(sumber: https://id.pinterest.com/pin/324681454357092543/?lp=true)

Bangunan ramah lingkungan yang juga dikenal sebagai konstruksi ramah lingkungan atau
bangunan berkelanjutan adalah menciptakan struktur dan proses pembuatannya juga ramah
lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh bangunan daur-hidup, mulai dari
survey hingga desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi, dan deconstruction.
Praktek ini meluas dan menyempurnakan desain bangunan klasik yang memperhitungkan biaya,
kegunaan, daya tahan dan kenyamanan. Walaupun teknologi-teknologi baru terus dikembangkan

untuk menyempurnakan pembuatan struk tur yang lebih “eco-

friendly”, tujuan yang sama adalah bangunan ramah lingkungan didesain untuk
mengurangi akibat buruk terhadap lingkungan dan kesehatan manusia melalui:

1. Penggunaan energi secara efektif, air dan sumber daya lainnya

2. Melindungi kesehatan penghuni dan meningkatkan produktifitas kerja

3. Mengurangi sampah, polusi dan kerusakan lingkungan


Pengembangan Eco-house di negara berkembang pada saat ini didasarkan pada prinsip - prinsip ramah

lingkungan seperti:

1. Meminimalkan penggunaan energi melalui banyaknya bukaan dan lubang-lubang ventilasi yang

diharapkan akan menekan kebutuhan penggunaan listrik untuk penerangan atau sirkulasi udara.

Pola pembagian ruang yang terbuka ini juga untuk meningkatkan kualitas kesehatan rumah.

2. Penggunaan bahan alami lokal namun tidak membebani sumber daya alam setempat dan bahkan

dapat mempromosikan perekonomian setempat. Contohnya adalah kombinasi kayu (misalnya kayu

kelapa) dengan batu serta penggunaan bata merah yang merupakan hasil industri setempat.

3. Memiliki cukup ruang dan sarana dasar untuk mengembangkan pola pengolahan sampah sendiri

(pengkomposan) maupun penambahan fasilitas pengolahan air kotor atau daur ulang air pada

saatnya. Tersedia pula cukup ruang untuk mengembangkan taman dan apotik hidup yang

diharapkan turut memperbaiki kualitas udara rumah.

Gambar : Konsep Eco-House

(sumber: http://rsamant0106.blogspot.com/2017/11/eco-house-project-weekly-blog-1030-
113.html)
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konstruksi Eco-House

Konstruksi pada Eco-House perlu memperhatikan beberapa faktor termasuk diantara nya yaitu
sanitasi, pencahayaan, material, penghawaan, efisiensi energy dan yang lainnya.

Beberapa point berikut ini penting diperhatikan saat merancang sebuah Eco- House,
diantaranya :
1. Ruang Terbuka Hijau
Yang patut diperhatikan pada tahap awal adalah masalah desain rumah itu sendiri,
bagaimana penataan ruang (denah), tata letak dan bentuk bangunan, bagaimana keselarasan
dengan alam maupun lingkungan sekitar. Metode yang dapat dilakukan yaitu mengalokasikan 30-
40% dari luas lahan untuk dijadikan ruang terbuka hijau, bisa ditanami dengan rumput atau
berbagai tanaman lainnya. Namun, Ruang terbuka hijau sebaiknya ditanami pepohonan yang
mampu mengurangi polusi udara secara signifikan (Dwiyanto, 2009). Sifat tanaman yang
menghisap karbondioksida dan mengeluarkan oksigen tentunya sangat bermanfaat untuk
meningkatkan kualitas udara di lingkungan sekitar rumah. Selain itu ruang hijau berfungsi sebagai
area resapan air.

Gambar : Rumah dengan ruang terbuka hijau


(sumber: https://jasapembuatantamankota.wordpress.com/tag/harga-pembuatan-
taman-kota-per-meter/) 
2. Penghawaan dan Pencahayaan Alami
Rumah ramah lingkungan hendaknya banyak memiliki bukaan untuk sirkulasi udara,
agar selalu mendapatkan pasokan udara bersih. Rumah dengan desain seperti ini memberikan dua
keuntungan, yakni meningkatkan kualitas kesehatan penghuni dan hemat energi.

Selain itu, rumah dengan konsep ini banyak memanfaatkan sinar matahari untuk
pencahayaan. Prinsipnya memaksimalkan terangnya dan mengurangi teriknya. Karena itu
sedapat mungkin setiap bagian dari rumah mendapatkan paparan sinar matahari yang cukup.
Sementara untuk mengurangi sengatan matahari bisa disiasati dengan membuat kanopi pada tiap
jendela. Suhu ruangan dapat meningkat seiring dengan banyaknya sinar matahari langsung yang
masuk.

Oleh sebab itu jumlah dan lamanya sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan perlu
dibatasi, khususnya sinar matahari langsung. Bangunan sebisa mungkin hanya menerima cahaya
dari kubah langit atau cahaya matahari tidak langsung (Mediastika,2013). Hal ini dapat
mengurangi panas yang dibawa oleh sinar matahari namun tetap mendapatkan cahaya sebagi
penerangan alami.

Gambar : Konsep penghawaan dan pencahayaan alami


(sumber: https://www.matuisichiro.com/passive-cooling-house-

 
3. Efisiensi Penggunaan Energi
Jika memungkinkan, gunakan sumber energi listrik alternatif selain dari PLN. Ada banyak
jenis sumber listrik alternatif, kincir angin, mikro hidro, tenaga surya dan sebagainya. Namun
dari beberapa energi alternatif tersebut, sepertinya listrik tenaga surya lebih cepat dan mudah
diadaptasi untuk digunakan / diterapkan penggunaannya.

Hal ini dibuktikan dengan mulai banyaknya penerangan jalan maupun lampu pengatur lalu
lintas yang menggunakan listrik tenaga surya. Walau saat ini teknologi tenaga surya yang
menggunakan solar panel masih dirasa cukup mahal untuk sebuah rumah tinggal, namun siapa
tahu beberapa tahun mendatang system listrik tenaga surya akan jauh lebih murah, tak ada
salahnya jika sejak sekarang hal itu menjadi cita-cita bersama. Efisiensi penggunaan listrik dalam
rangka menciptakan lingkungan yang berkelanjutan jangan hanya dilihat sebagai penerapan
teknologi dan banguan modern. Kategori bangunan ramah lingkungan dan menerapkan efisiensi
penggunaan listrik juga dapat disematkan pada bangunanbangunan tradisional, seperti halnya
hasil penelitian Wahyudi, A. (2013) terhadap kampong tradisional di Jawa Barat, yaitu
Kampung Bojong Koneng yang ada di Sentul, Bogor dengan Kampung Kranggan yang ada di
Pondok Gede, Bekasi.

Gambar: Rumah dengan system efisinsi energy


(sumber: http://rsamant0106.blogspot.com/2017/11/eco-house-project-weekly-

 blog-1030-113.html) 
4. System Sanitasi

Sistem sanitasi terkait dengan pemanfaatan air bersih dan pengolahan air kotor / limbah

yang di akibatkan dari aktivitas rumah tangga. Rumah yang ideal mempunyai sistem saluran air

bersih, air kotor, dan air limbah (tinja) yang dibuat terpisah dan memenuhi persyaratan teknis

agar dapat berfungsi dengan baik.

Penggunaan sumber air bersih dari air tanah dengan bantuan pompa dialirkan ke bak

penampung air terlebih dahulu, kemudian dialirkan ke saluran air bersih dengan sistem gravitasi.

Dengan adanya penampung air, akan menghemat listrik akibat penggunaan pompa listrik.

Ketersediaan air tanah perlu dilakukan mengingat sebagian besar sumber air bersih

mengandalkan air tanah. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain : Air bekas mandi,

mencuci sayuran, mencuci piring, mencuci pakaian, ditampung, disaring (dinetralisasi), dan

diresapkan secara alami ke dalam sumur resapan air yang dilengkapi filter alami (pasir, kerikil,

ijuk, pecahan bata/genting). Jika memungkinkan, air hujan dapat pula ditampung, diserap, dan

dialirkan ke dalam pipa serta diresapkan ke dalam sumur resapan air. Hampir tidak ada buangan

percuma dari konsep rumah ramah lingkungan, semuanya dimanfaatkan sesuai dengan konsep

daur ulang. Rumah ramah lingkungan menyerap air yang jatuh sebanyak-banyaknya ke dalam

tanah (zero run off).

Gambar: Pemanfaatan Gray Water (sumber: 


Gambar: Pemanfaatan air hujan

(sumber:
http://cv.uoc.edu/web/~mcooperacion/aulas/ecological_25012011/Water/Rainwa

5. Material
Pada material eco-house dapat digunakan material dengan karbon rendah, tidak mengganggu
lingkunan dan yang paling penting adalah memanfaatkan bahan material local. Hal ini dilakukan
agar tidak perlu melakukan pengiriman yang sangat jauh dan memakan banyak bahan bakar.
Beberapa material ramah lingkungan adalah :

1. Jerami
Alih-alih mengandalkan penelitian dan teknologi baru, bangunan jerami membangun
kembali masa-masa ketika rumah-rumah dibangun dari bahan-bahan alami dan lokal. Jerami
digunakan untuk membuat dinding rumah di dalam bingkai, menggantikan bahan bangunan
lain seperti beton, kayu, gipsum, plester, fiberglass, atau batu. Ketika disegel dengan baik,
jerami alami memberikan tingkat insulasi yang sangat tinggi untuk iklim panas atau dingin,
dan tidak hanya terjangkau tetapi berkelanjutan karena jerami adalah sumber daya yang dapat
diperbarui dengan cepat.
Gambar: Rumah dengan dinding jerami
(sumber : https://inhabitat.com/11-green-building-materials-that-are-way-better-
than-concrete/)

2. Grasscrete
Seperti namanya, grasscrete adalah metode peletakan lantai beton, trotoar, dan  jalan
masuk dengan cara sedemikian rupa sehingga ada pola terbuka yang memungkinkan rumput
atau tumbuh-tumbuhan lain untuk tumbuh. Meskipun ini memberikan manfaat untuk
mengurangi penggunaan beton secara keseluruhan, hal ini juga meningkatkan penyerapan
dan drainase stormwater.

Gambar : Grasscrete
(sumber: https://inhabitat.com/11-green-building-materials-that-are-way-

 
3. Rammed Earth
Tanah press adalah teknologi yang telah digunakan oleh peradaban manusia selama

ribuan tahun, dan dapat bertahan sangat lama. Tanah dipadatkan dengan sangat padat seperti

bentuk kayu.Bangunan modern dapat dibuat lebih aman dengan menggunakan kayu atau

bamboo press, menggunakan tamper mekanis untuk mengurangi jumlah tenaga kerja yang

diperlukan untuk membuat dinding yang kokoh.

Gambar : Dinding dari tanah press


(sumber: https://inhabitat.com/11-green-building-materials-that-are-way-
 better-than-concrete/) 

4. Bambu
Yang membuat bambu sebagai bahan bangunan yang menjanjikan untuk bangunan
modern adalah kombinasi dari kekuatan tarik, bobot ringan, dan sifatnya yang tumbuh
dengan cepat.Digunakan untuk membingkai bangunan dan tempat penampungan, bambu
dapat menggantikan bahan impor yang mahal dan berat dan memberikan alternatif untuk
konstruksi beton dan rebar, terutama di daerah yang sulit dijangkau, pembangunan kembali
pascabencana, dan daerah berpenghasilan rendah dengan akses ke sumber daya alam lokal
bambu.
Gambar : Rumah banbu
(sumber: https://inhabitat.com/11-green-building-materials-that-are-way-

 
5. Plastik Daur Ulang
Alih-alih menambang, mengekstraksi, dan menyuling komponen- komponen baru,
para peneliti menciptakan beton yang mencakup plastik yang didaur ulang, yang tidak hanya
mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi juga mengurangi berat dan menyediakan
 penggunaan baru untuk limbah plastic.

Gambar : Rumah dengan bahan plastic daur ulang


(sumber: https://inhabitat.com/11-green-building-materials-that-are-way-
 

6. Kayu

Kayu masih memiliki banyak keunggulan dibandingkan bahan bangunan industri lainnya

seperti beton atau baja. Pohon tidak hanya menyerap CO2 ketika mereka tumbuh, mereka

membutuhkan metode yang lebih sedikit energi intensif untuk diproses menjadi produk

konstruksi. Hutan yang dikelola dengan baik juga dapat diperbaharui dan dapat memastikan

habitat keanekaragaman hayati.


Gambar : Rumah dengan bahan plastic daur ulang
(sumber: https://inhabitat.com/11-green-building-materials-that-are-way-
 better-than-concrete/) 

1.   Adobe

Adobe merupakan metode konstruksi tertua yang terdiri dari campuran tanah liat, pasir dan air.

Kadang-kadang potongan jerami atau serat lain untuk menambah kekuatan. Campuran ini

kemudian dibiarkan kering dalam bentuk yang dikehendaki. Setelah kering 50-60% pasir dan 35-

40% tanah liat akan meningkatkan kekuatan batu. New Mexico US Extension Service

menyarankan pencampuran yang terdiri dari tidak lebih 1/3 tanah liat, tidak kurang ½ pasir dan

tidak lebih dari 1/3 debu. Biasanya adobe dibentuk menjadi batu bata yang dapat ditumpuk untuk

membentuk dinding. Kadang-kadang adobe stabil dengan sedikit semen atau aspal emulsi untuk

memberikan sifat kedap air lebih baik. Untuk melindungi dinding dan mengurangi pemeliharaan,

 bangunan adobe memiliki atap besar yang menjorok dan pondasi cukup besar. Adobe dapat

diplester dengan cob atau kapur untuk meningkatkan penampilan dan perlindungan.

Adobe banyak digunakan sebagai arsitektur di daerah beriklim gurun. Selain karena mudah

didapatkan, adobe juga melindungi penghuni dari siang yang panas dan malam yang dingin. Adobe

memiliki massa termal yang baik, yang berarti adobe sulit untuk mengirimkan panas atau dingin.

Dinding yang besar menghambat panas dari matahari dan udara sebelum akhirnya memanaskan
suhu ruangan. Setelah matahari terbenam, dinding yang hnagat melanjutkan mentransfer panas ke

dalam ruangan. Perencanaan ketebalan dinding adobe sangat mempengaruhi temperatur suhu

ruangan di iklim ekstrim seperti gurun.

Gambar : Adobe
(sumber: http://jjtravels.net/2009/10/09/vilcabamba-
2.   Cob
Istilah cob digunakan untuk mendeskripsikan sistem bangunan monolitik dengan bahan
dasar campuran tanah liat, pasir dan  jerami. Konstruksinya tidak menggunakan batu atau rangka

kayu. Variasi bentuk dari bangunan “cob” telah digunakan dalam banyak bagian di dunia selama

berabad-abad. Cob mulai digunakan di Inggris dan menghilang ketika Perang Dunia I. Cob salah
satu teknik yang paling sederhana dan murah, serta dapat dibuat dalam berbagai bentuk.

b.  Contoh Bangunan Eco House di Sumatera

1)   Bukit Lawang Eco Lodge

Terletak di tepi Taman Nasional Gunung Leuser, penginapan ini telah memasukkan banyak
faktor untuk menjadi tempat tinggal yang ramah lingkungan, seperti pertanian organik, desain
bangunan ramah lingkungan, Pembangkit Listrik Tenaga Surya untuk energi terbarukan dan
pemisahan limbah, dan dijalankan oleh Yayasan Ekosistem Lestari yang memberikan semua
pendapatan kembali ke program sosial dan alam.

Gambar : Penginapan bukit Lawang (sumber: 


2)   Satwa Elephant Eco Lodge

Ecolodge ini terletak di dekat Taman Nasional Way Kambas dan membantu melindungi gajah
sumatera yang terancam punah, badak dan harimau yang tinggal di sini dengan berkontribusi pada
proyek-proyek konservasi, dan mendidik masyarakat setempat tentang pembangunan
berkelanjutan.

Gambar : Satwa Elephant Eco Lodge (sumber: https://www.istania.net/blog/the-


best-eco-friendly-stays-in-sumatra/) 

3)   Freddies Santai Sumurtiga

Bungalow Santai Sumurtiga terletak di tempat yang bagus dengan pemandangan pantai dengan
air biru jernih dan dibangun dengan bantuan masyarakat setempat, terutama menggunakan bahan-
bahan alami dari Sabang dan mengurangi kerusakan alam setempat sebanyak mungkin.

Gambar : Freddies Santai Sumatera (sumber: 


DAFTAR PUSTAKA 
1.   https://www.istania.net/blog/the-best-eco-friendly-stays-in-sumatra/
2.   https://inhabitat.com/11-green-building-materials-that-are-way-better-than-concrete/
3.  http://cv.uoc.edu/web/~mcooperacion/aulas/ecological_25012011/Water/RainwaterH
arvesting.html
4.  http://rsamant0106.blogspot.com/2017/11/eco-house-project-weekly-blog-1030-

5. 

6.   Dianita, R., & Sutrisno, S. (2014). Analisa pemilihan material bangunan dalam
mewujudkan green building (studi kasus: gedung kantor perwakilan bank Indonesia
Solo). Pendidikan Teknik Bangunan, 4(4).

7.   Dwiyanto, A. (2009). Kuantitas dan kualitas ruang terbuka hijau di permukiman


 perkotaan. Teknik, 30(2), 88-92.

Anda mungkin juga menyukai