Anda di halaman 1dari 70

BAB I

ENDAHULUAN

Latar Belakang telah melalui proses perencanaan dan perancangan


Kota merupakan suatu kesatuan pemukiman
yang matang, maka pertumbuhan dan perkembangan
yang terbentuk dari beberapa sub-sub sistem dengan
kota menjadi lebih terarah dan dapat dikendalikan
elemen-elemen penting yang di dalamnya membentuk
dengan baik.
suatu kota. Suatu kota pada hakekatnya akan
Rancang kota merupakan suatu wawasan
senantiasa tumbuh dan berkembang, baik melalui
perancangan yang menyangkut segi tampilan
rencana maupun tanpa rencana kota. Yang
(appearance) lingkungan dan struktur fisik. Dalam
membedakan adalah bahwa apabila suatu kota tumbuh
tatanan bentuk, Makna dan lingkungan kota dalam
tanpa direncanakan terlebih dahulu, maka yang akan
kesatuan terpadu antara lingkungan fisik, kehidupan dan
terjadi adalah suatu bentuk kota yang alami, tumbuh
manusianya.
secara spontan dan cenderung tidak dapat

dikendalikan. Namun sebaliknya apabila suatu kota

11
Dalam perancangan kota terdapat delapan dan aspek sosial. Kota ini menjadi pusat bisnis dan
elemen yang sangat penting untuk diperhatikan dalam pariwisata serta kota pelajar.
merencanakan sebuah kota yang baik diantaranya tata
Dengan luas sebesar 32,5 Km², Yogyakarta
guna lahan, tata massa & bentuk bangunan, sirkulasi &
tersusun atas banyak kampung dengan pola jalan yang
parkir, ruang terbuka, jalur pedestrian, pendukung
ada mengikuti perumahan atau penggunaan lahan
aktifitas, tanda-tanda (signage), dan preservasi
lainnya. Hanya beberapa kawasan yang berkembang
bangunan.
dengan desain kota yang teratur seperti Kotagedhe,
Pada tahun 2009 Ikatan Ahli Perenacana (IAP) di
Malioboro, dan kawasan keraton yang itupun masih
Indonesia merilis hasil riset Most Liveable City Index
dperdebatkan hingga kini upaya pelestarian dan
pada 12 kota besar di Indonesia, salah satunya adalah
pengaturannya. Yogyakarta semestinya bisa berpacu
Yogyakarta. Yogyakarta memperole h city index tertinggi dengan roda waktu dan terus berbenah diri. Pemasukan
65,34. Terdapat tujuh indikator penilaian meliputi aspek Yogyakarta dari pajak restoran dan pajak-pajak lain
fisik, aspek lingkungan, aspek ekonomi, aspek terkait pariwisata bisa jadi penopang sendi ekonomi
transportasi, aspek fasilitas, aspek infrastruktur-utilitas,
yang baik. Sementara itu pendidikan di Yogyakarta

2
2
termasuk masuk dalam jajaran prestisius di tingkat  Sirkulasi dan parkir,
nasional.  Ruang terbuka,
Tujuan & Sasaran
 Pedestrian,
Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan Laporan ini  Kegiatan pendukung,

adalah mengidentifikasi dan mengevaluasi elemen-  Tanda-tanda (signage),

elemen dan citra pembentuk kota yang ada di Kota  Preservasi.

Yogyakarta. Serta unsur-unsur pembentuk rancang kota,

Sasaran meliputi:
Sasaran yang ingin dicapai dalam studi ini adalah
 Paths,
mengidentifikasi elemen-elemen dan citra pembentuk
 Nodes,
kota yang ada di Kota Yogyakarta melalui:
 Landmark,

1. Identifikasi dan evaluasi kondisi eksisting elemen  Edges, dan

rancang kota di Kota Yogyakarta meliputi :  District.

 Tata guna lahan, 2. melakukan perbandingan antara teori yang ada

 Bentuk dan massa bangunan, dengan keadaan eksisting mengenai elemen-

3
3
elemen dan Citra pembentuk kota yang terdapat Serta unsur-unsur pembentuk citra lingkungan kota
di Kota Yogyakarta. meliputi :
Ruang Lingkup
o Path
Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi dalam penyusunan laporan ini o Edge

mencakup delapan elemen rancang kota yaitu : o District

• Tata Guna Lahan o Node

• Tata Massa dan Bentuk Bangunan o Landmark

• Sirkulasi dan Parkir


Ruang Lingkup Wilayah
• Ruang Terbuka Ruang lingkup wilayah yang dikaji dalam

• Jalur Pedestrian penyusunan laporan ini, yaitu Kota Yogyakarta. Kota

• Pendukung Aktifitas Yogyakarta adalah salah satu kota besar di Pulau Jawa

• Tanda-Tanda yang merupakan ibukota dan pusat pemerintahan

• Preservasi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sekaligus tempat

pendudukan bagi Sultan Yogyakarta dan Adipati

Pakualam.
4
4
Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah 32,5 Km² m diatas permukaan laut. Meski terletak di lembah, kota
yang berarti 1,025% dari luas wilayah Propinsi DIY ini jarang mengalami banjir karena sistem drainase yang
dengan luas 3.250 hektar tersebut terbagi menjadi 14 tertata rapi yang dibangun oleh pemerintah kolonial,
Kecamatan, 45 Kelurahan, 617 RW, dan 2.531 RT. ditambah dengan giatnya penambahan saluran air yang

dikerjakan oleh Pemkot Yogyakarta.


Kota Yogyakarta terletak di lembah tiga sungai,
Kota Yogyakarta telah terintegrasi dengan
yaitu Sungai Winongo, Sungai Code (yang membelah
sejumlah kawasan di sekitarnya, sehingga batas-batas
kota dan kebudayaan menjadi dua), dan Sungai
administrasi sudah tidak terlalu menonjol. Untuk
Gajahwong. Kota ini terletak pada jarak 600 KM dari
menjaga keberlangsungan pengembangan kawasan
Jakarta, 116 KM dari Semarang, dan 65 KM dari
ini, dibentuklah sekretariat bersama Kartamantul
Surakarta, pada jalur persimpangan Bandung -
(Yogyakarta, Sleman, dan Bantul) yang mengurusi
Semarang - Surabaya - Pacitan.
semua hal yang berkaitan dengan kawasan aglomerasi
Wilayah Kota Yogyakarta terbentang antara
Yogyakarta dan daerah-daerah penyangga (Depok,
110 24 19 sampai 110 28 53 Bujur Timur dan 7 15 24
o ' " o ' " o ' "

Mlati, Gamping, Kasihan, Sewon, dan Banguntapan).


sampai 7 49 26 Lintang Selatan dengan ketinggian rata-
o ' "

rata 114

5
5
Adapun batas-batas administratif Kota Yogyakarta Barat : Kecamatan Gamping dan Kecamatan Kasihan
 Timur : Kecamatan Depok dan Kecamatan
adalah:
Banguntapan

 Utara : Kecamatan Mlati dan Kecamatan Depok

 Selatan : Kecamatan Banguntapan dan

Kecamatan Sewon

6
6
Gambar I.1
Peta Administrasi Kota Yogyakarta

7
7
Metodologi Pengumpulan Data
Berisikan tentang landasan teori yang digunakan dalam
Metode Pengumpulan data yang digunakan yaitu:
penyusunan laporan mengenai elemen elemen rancang
 Data primer (Survei Primer) yaitu dengan melakukan
kota dan unsur pembentuk citra lingkungan kota.
survei ke lapangan secara langsung.
BAB III IDENTIFIKASI ELEMEN PERANCANGAN DAN
 Data Sekunder yaitu dengan mendapatkan
CITRA PEMBENTUK KOTA DI KOTA YOGYAKARTA
informasi atau data dari materi studi (materi kuliah Bagian ini berisi Gambaran Kota Yogyakarta secara

rancang kota) dan studi lain yang bersangkutan umum dan gambaran mengenai kondisi eksisiting kota

dengan struktur pembentukan kota. ditinjau dari elemen-elemen perancangan kota.

BAB IV EVALUASI ELEMEN PERANCANGAN DAN


Sistematika Laporan
Untuk mempermudah memahami studi yang akan CITRA PEMBENTUK LINGKUNGAN DI KOTA
YOGYAKARTA
dilakukan maka rencana penulisan studi ini akan
Berisi tentang perbandingan antara teori elemen
disusun dengan sistematika sebagai berikut:
perancangan kota dan citra pembentuk kota dengan
BAB I PENDAHULUAN
kondisi eksisting elemen perancangan kota dan citra
Berisi tentang latar belakang, tujuan, ruang lingkup,
pembentuk kota di Kota Yogyakarta.
metodologi dan sistematika laporan.
BAB V KESIMPULAN
BAB II TINJAUAN TEORI
8
8
Berisikan tentang kesimpulan atau intisari yang dapat

diambil dari hasil evaluasi mengenai elemen

perancangan kota dan citra pembentuk kota di Kota

Yogyakarta.

9
BAB II

TINJAUAN TEORI

Teori Perencanaan, Perancangan dan Arsitektur a. Kumpulan tata ruang kegiatan perekonomian
Perkembangan sebuah teori kota pada dasarnya
b. Di dalamnya terdapat kode moral dan etika yang
dipengaruhi oleh terjadinyasebuah fenomena yang terjadi di
memberikan fungsi danestetika dalam penataan
masyarakat. Dari sejarahnya ilmu bidang keilmuanyang
lingkungan kehidupan kota.
tertarik di dalam mempelajari fenomena dan perkembangan
c. Merupakan cerminan ideologi, moral, etika dan
sebuah kota adalahAntropologi, Geografi dan Arsitektur
kebijakan dalam menatakehidupan politik social
(Heryanto, 2011 :13)
ekonomi, budaya dan keamanan masyarakat
. Wacana yang dilemparkanoleh ketiga bidang keilmuan
Penataan kota seharusnya tidak hanya merancang
tersebut mulai dikembangkan oleh cabang ilmu baru berupau
bangunan namun jugamerancang kehidupan, yaitu
rban planning (perencanaan kota) dan urban design
pembangunan fisik untuk memenuhi kebutuhan jasmanirohani
(perancangan kota) didalam menjelaskan bentuk struktur kota,
masyarakat, baik psikis maupun visual. Saat ini cenderung
baik yang sifatnya tangible berupa bangunandan artefak kota,
kurang manusiawi,karena hanya memperhatikan aspek fisik
serta yang bersifat intangible berupa aspek-aspek
serta upaya di dalam peningkatan pendapatankota. Aspek
kehidupanmasyarakat.Kota merupakan cerminan kebudayaan
dikotomi sebagai heterogenitas sebuah kota, kurang seimbang
dan ekspresi peradaban manusia padasuatu kondisi geografis
proporsinya,sehingga keijakan public yang diambil akan
tertentu dalam bentuk fisik dan spasial, yang berbentuk :
memunculkan permasalahan keserasian(harmony), keselarasan

10
10
(compatible), kesetaraan (equity), keseimbangan (equality), manusia. Manusia yang dibekali akal akan cenderung
dankenyamanan (liveability) Perancangan kota sekarang masih untukmelakukan penyesuaian-penyesuaian untuk menuju
bernuansa utopis/ambisius, artificial/kolosal keadaan yang welfare, meskipun dilalui dengan suatu
dankonsumtif/elitis, jauh dari menghormati kaidah-kaidah pembelajaran terhadap suatu kesalahan. Perencanaan sendiri
lingkungan, sosio budaya, tradisidan kebiasaan masa lalu tidakterlepas dari perubahan, dengan time line masa lalu untuk
dalam penataan kotanya. Bentuk kota adalah hasil interaksi pijakan penjelasan, masa sekarang untuk memahami, dan masa
antara masyarakat dengan lingkungannya, yang dibantu oleh depan untuk meramalkan. Suatu kajian terhadap teori baik
rekayasa teknologi serta diayomi oleh kebijakan penguasa di perencanaan, perancangan maupun arsitektur, diharapkan akan
dalam memenuhi kebutuhan mereka, baik fisik maupun psikis. menjadi titiktolak yang baik dalam menangani masalah
Dalam perkembangannya terdapat proses kegiatan politik perubahan (Catanese, 1996 :3). Posisi teori perancangan kota
social ekonomi,dan budaya yang diadministrasi perilaku moral berada di dalam tataran mezzo, yaitu berada ditengah-tengah
dan etika para actor yang diwujudkan dalam suatu kebijakan antara perencanaan secara makro dan arsitektur secara mikro.
public dalam suatukurun waktu tertentu. Perancangan Kota Teorirancang ibarat jembatan yang menghubungkan antara
semestinya menggabungkan tradisi budayaTimur dengan daya suatu acuan kebijakan/fungsiyang mengatur pola-pola
akal Barat dengan mempertimbangkan kearifan local yang pemenuhan kebutuhan manusia, sebelum dituangkan
ada,bukan hanya yang berbentuk fisik sebagai wujud akhirnya, kedalambentuk detail rencana yang lebih spesifik dalam
namun lebih pada penggalianunsur-unsur etika dan moral yang sebuah proses perencanaan besar.Jembatan inilah yang
berada di dalamnya.Teori perencanaan dan perancangan kota berguna di dalam perwujudan rencana tiga dimensional
serta arsitektur berkembang dinamisseiring dengan yangdapat mudah dipahami untuk pengembangan
peradaban perencanaan. Dengan kata

11
11
lainkesenjangan pemahaman terhadap sebuah produk konsep rancang kota tidak sertamerta bisa keluar begitu saja
perencanaan kota diterjemahkandengan bentuk tiga tanpa campur tangan kebijakan. Begitu pula, polakeruangan
dimensional dengan penajaman guideline rencana. Rancang yang terbentuk dari suatu letak geografis tertentu sangat
kota tidak mungkin hadir sendiri tanpa ada perencanaan kota dipengaruhi olehusaha para penghuninya di dalam pemenuhan
diatasnya, dimana rancang kota banyak mengatur tentang kebutuhannya serta interaksi sosiallainnya.Kemunculan sebuah
unsur fisik lingkungan kota dan produk yang dihasilkan sangat teori, berdasarkan sejarah dapat diartikan dari solusiterhadap
terkait dengan tanggapan inderawi, berupa keindahan,tampilan berbagai masalah yang sedang dihadapi oleh manusia.
visual serta estetika. Jadi tidak hanya egoistisitas seperti Permasalahan yangmuncul bisa sangat beragam, namun dalam
tampilan produkarsitektur, namun telah melakukan proses tataran rancang kota, penataan bisadilaksanakan perbagian
eksplorasi terhadap berbagai macampertimbangan dan analisis disesuaikan dengan permasalahan utama yang dihadapi.
dari produk perencanaan kota. Lingkup penataan yang Dalamsuatu perencanaan yang sifatnya jauh lebih
terdiriatas beberapa massa, juga sudah mengatur tentang komprehensif, solusi yang dilaksanakanlangsung focus
criteria desain yang sarat denganpertimbangan citra dan terhadap masalah yang dihadapi. Teori-teori yang
tampilan.Teori perancangan kota berangkat dari konsep usaha dikembangkan bisasaja merupakan teori untuk awal
manusia di dalammemenuhi kebutuhannnya, sehingga dengan pembentukan suatu kota, pengembangan kota, peremajaan
kata lain konsep perancangan kota-kota didunia, baik dari kota, konservasi, revitalisasi, maupun regenerasi kota.
Barat maupun Timur tidak terlepas dari sejarah institusinya. Kompleksitas dari masalah yang dihadapi bisa dibedakan
Pemenuhanterhadap kebutuhannya tersebut sangat dipengaruhi dengan pemisahan teori yang digunakan, bisadari solusi
oleh kepercayaan, tradisi danidiologi pada sebuah kondisi ekonomi sebagai suatu kesatuan proses terhadap tuntutan
geografis tertentu. Suatu pasar, solusirekayasa yang

12
12
menjawab berbagai kendala-kendal yang bersifat teknis bangunan-bangunan. (Darmawan ,2003:11). Kelompok ruang
pemanfaatan teknologi, solusi sosial yang banyak mengatur yang adadikelompokkan berdasarkan:
dinamika dan tatanan bermayarakat, solusi professional yang a. Bentuk dan kesan secara internal (internal pattern
dikembangkan oleh para pelaku dan penanggungjawab desain, and image)
seperti arsitek dan urban planner maupun yang sifatnya legal b. Bentuk dan kesan secara eksternal (internal pattern
formal sebagai bagian daripengalaman dan trial by error yang and image)
telah teruji kelayakannya. Begitu beragamnya masalah dan c. Parkir dan sirkulasi (circulation and parking)
kemungkinan solusi yang diambil, menjadi kanteori rancang d. Kualitas lingkungan (quality of environment)
kota berkembang dengan pesat, tidak hanya sebagai teknik dan Perancangan sebuah kota berdasarkan sejarahnya
manifestoprofesionalisme dari para pelaku rancang kota, hingga saat sekarang inibanyak didasarkan pada interaksi
namun juga bisa berperan di dalam menengahi suatu masyarakat terhadap kondisi geografis, tuntutanekonomi,
permasalahan yang timbul dari suatu kota. Tidak hanya itu hubungan sosial budaya serta intervensi dari kebijakan yang
saja, teori perancangan kota juga bisa bermakna ganda, yaitu diambil sebagaibagian dari politisasi dalam keruangan.
sebagai sebuah sandaran dari kepentingan public, karena Bagaimana mereka tetap bias survive sebagai sebuah kota,
sifatnya yang lebih luas dari arsitektur yang egocentric, adalah sebuah prestasi tersendiri dalam sejarah peradaban
sekaligus sebagai ekspresi dari kolase, sebuah masterpiece manusia. Kota ibarat pasang surut mengalami dinamika yang
keindahan yang tereksplorasi dari penataan antar tinggi di tengah-tengah keterbatasan sumber daya, baik alam
bangunannya. Rancang kota/urban design, adalah ruang- maupun manusia merupakan bagian dari perkembangan teori
ruang yang berada di antara perencanaan kota, yang berimplikasi pada tataran yang lebih

13
13
detail yaitu rancang kota dan arsitektur. Perkembangan ke arah karakteristik lokal suatu masyarakat yang telah terbukti telah
kota yang berkelanjutan dan pemanfaatan teknologi berhasil bertahan cukup lama sebagai falsafah hidup sehari-
merupakan tantangan baru yang harus terus dipecahkan hari. Globalisasi yang sedemikian cepat akan sulit diikuti oleh
didalam penataan sebuah kota. Teknologi dan globalisasi evolusi sosialbudaya masyarakat tersebut. Pada masa-masa
dalam tanda positif bias diartikan sebagai tools untuk seperti itulah jatidiri dan karakter suatumasyarakat menjadi
menciptakan keefektifan dan efisiensi sebuah proses, namun di sangat penting. Karakteristik lokal akan semakin kabur,
satu sisi globalisasi yang ada juga mampu mengubah arah sejarahakan hanya menjadi cerita, lahan kota akan semakin
perkembangansuatu rancang kota. Nilai dan norma sosial yang mubazir karena peruntukkannya tidak sesuai, yang pada
ada di masyarakat akan ikutterpengaruh akibat ekspansi akibatnya masyarakat akan kehilangan jatidirinya. Daya
wilayah yang didasari akan permintaan ekonomi saingkota akan semakin menurun karena masyarakat menjadi
danpertambahan penduduk yang membuat pemadatan kehilangan arah di dalam mencitrakan dirinya. Pada akhirnya
peruntukan lahan bertempat tinggal. Revolusi kota ke arah perancangan kota seperti yang diungkapkan Winston Churcill
multiused concept membuat social changes merupa kan hal (materi kuliah–Prinsip Rancang Kota-PK) adalah sebagai
yang saat ini jamak ditemui di kota. Proses evolusi peradaban bagian dariperadaban manusia. Dulunya kota merupakan hasil
menuju ke arah universal semakin cepat terjadi. Globalisasi bentukan manusia, namun saat ini kotalah yang menjadikan
juga memegang peranan penting di dalam evolusi sebuah suatu peradaban terlahir.
peradaban. Globalisasi dengan kemajuan teknologi yang tidak
Perancangan Kota
mengenal batas geografis,akan membuat idiologi dan Menurut Beckley yang melihat pengertian perancangan
pemikiran melakukan infiltrasi secara leluasa. Padahal belum kota dari segi profesi menjelaskan bahwa urban design
merupakan suatu jembatan antara profesi perencana kota
tentu idiologi dan paham pemikiran tadi sesuai dengan

14
14
dengan arsitektur dengan perhatian utama pada bentuk fisik berfungsi sebagai lokasi suatu aktivitas penting, tetapi tidak
kota (Catanese,1986:45). Sedangkan menurut disiplin
mempunyai pelingkup fisik dan lantai yang semestinya. (Eko
keilmuan, urban design merupakan bagian dari proses
perencanaan yang berhubungan dengan kualitas lingkungan Budiharjo; Kota Berkelanjutan,1999,63)
fisik kota (Shirvani,1985:6). Dalam pengertian lain,
perancangan Kota (Urban Design) merupakan suatu 2. Ruang Terbuka (Open Space)
perpaduan kegiatan antara profesi perencana kota, arsitektur,
lansekap, rekayasa sipil, dan transportasi dalam wujud fisik. Ruang terbuka dapat dikatakan sebagai unsur ruang
alam yang dibawa ke dalam kota atau lapangan terbuka yang
Perancangan kota lazimnya lebih memperhatikan
dibiarkan tetap seperti keadaan aslinya. Penampilannya
bentuk fisik perkotaan. Bentuk-bentuk perancangan kota dapat
dicirikan oleh pemandangan tumbuh-tumbuhan alam segar
direfleksikan sebagai facade bangunan, bentuk jaringan jalan,
daripada bangunan sekitar. Ruang terbuka di dalam kota
dan elemen lain yang mempengaruhi bentuk wilayah
mempunyai beberapa maksud sebagai pelengkap dan
perkotaan. Produk perancangan kota dapat dikategorikan
pengontras bentuk kota, menyediakan tanah untuk penggunaan
dalam dua bentuk umum (Eko Budiharjo; Kota
di masa depan. Pada saat melakukan survei perancangan kota,
Berkelanjutan,1999,59), yaitu:
harus mempelajari ruang kota sebagai struktur keseluruhan.
1. Ruang Kota (Urban Space) (Eko Budiharjo; Kota Berkelanjutan,1999,65)

Pada dasarnya ruang kota harus dibedakan oleh suatu


Menurut Shirvani, Perancangan kota merupakan bagian
karakteristik yang menonjol, seperti kualitas pengolahan detail
dari proses perencanaan yang kemudian diuraikan dengan
dan aktivitas yang berlangsung di dalamnya. Sebuah ruang
kualitas fisik dari suatu lingkungan. Perancangan kota
kota dapat diolah dengan lansekap yang indah sebagai taman
merupakan kelanjutan dari urban planning (perencanaan kota)
kota yang tenang. Dalam hal ini sebuah tempat tertentu daalm
kota

15
15
sebab bagaimanapun hasil perencanaan kota belum “selesai” Untuk mewujudkan suatu kota yang membentuk
atau belum dapat dilaksanakan tanpa ada rancang desain dari kesatuan sistem organisasi, maka dibutuhkan suatu proses
rencana yang telah disusun. Dari pengertian di atas maka perencanaan maupun perancangan yang terpadu. Sebuah
urban design memiliki tekanan bahwa urban design lebih kota tidak cukup hanya direncanakan tanpa dirancang. Karena
terprioritas pada penataan lingkungan fisik kota. Dalam walau bagaimana juga perancangan kota merupakan jembatan
perancangan kota tentunya memiliki panduan rancang kota antara perencanaan kota yang bersifat 2 dimensi dengan
yang merupakan seperangkat panduan dan peraturan yang perancanagan arsitektural.
digunakan untuk mengatur dan membatasi penggunaan dan
Perancangan kota merupakan suatu proses dan produk
pengembangan ruang kota dan arsitektur kota (Yusuf,2001:50).
hasil rancangan yang berfungsi sebagai alat untuk mewujudkan
Urban design dalam prosesnya dapat dibagi menjadi suatu lingkungan binaan yang berkualitas. Adapun
dua kategori, yaitu “sadar diri” dan “tidak sadar diri”. Urban perancangan digunakan juga untuk mengelola perkembangan
design yang “sadar diri” adalah yang diciptakan oleh orang- dan pertumbuhan suatu kota serta perubahan sikap, trend,
orang yang menganggap diri mereka sebagai desainer dan maupun gaya hidup masyarakat yang dipengaruhi oleh
menggunakan keahlian desain mereka untuk menciptakan berbagai macam faktor. Perancangan kota biasanya dilakukan
suatu lingkungan yang nyaman. Sedangkan urban design yang untuk meminimalkan ataupun mencegah permasalahan yang
“tidak sadar diri” adalah yang diciptakan oleh orang-orang biasanya timbul di suatu kota.
yang tidak menganggap dirinya sebagai seorang desainer,
tetapi mereka mempunyai peranan dalam mempengaruhi
bentuk lingkungan perkotaan (Catanese,1986:42).

16
16
Adapun di dalam perancangan kota unsur-unsur tersebut di Penggunaan lahan (land use) merupakan cerminan
bawah ini harus tetap diperhatikan dan jangan sampai hubungan dan keterkaitan antara sirkulasi dan kepadatan
dilupakan, apalagi diabaikan. Unsur-unsur tersebut antara lain: aktivitas dalam sebuah kawasan. Setiap kawasan memiliki

1. Peruntukan lahan mikro karakteristik penggunaan lahan yang berbeda, sesuai dengan

2. Sistem penghubung jalan( sirkulasi) daya tampungnya, kemudahan pencapaian, parkir, sistem

3. Jaringan utilitas umum kota transportasi dan kebutuhan penggunaan lahan individual.

4. Ruang terbuka dan tata hijau Perencanaan guna lahan selalu mengacu kepada kebijaksanaan

5. Tata masa bangunan pemerintah dan menjadi pedoman dalam pengembangan fungsi

6. Pelestarian struktur alami dan binaan kawasan tertentu.

7. Unsur-unsur penunjang 2. Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing)

8. Penciptaan unsur identitas kota Bentuk dan massa bangunan menunjukkan ciri
kawasan yang mencakup ketinggian, rasio luas lantai (FAR),
coverage, street-line setback, skala, bahan, tekstur, warna yang
kesemuanya harus memperhatikan kesesuaian dengan
Elemen Perancangan Kota
Shirvani (1985) dalam bukunya yang berjudul The lingkungan sekitar.

Urban Design Process mengemukakan elemen perancangan 3. Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking)

kota yang terdiri dari : Sirkulasi dan parkir merupakan sistem pergerakan dan

1. Penggunaan Lahan elemen utama yang memberi bentuk lingkungan kota. Karena
sistem pergerakan ini dapat membentuk arah dan

17
17
mengendalikan pola aktivitas kota melalui sistem jaringan tidak hanya berupa jalur pedestrian atau plaza tetapi fungsi-
jalan, jalur pejalan kaki dan sistem perhentian/transit yang fungsi yang dapat menumbuhkan aktivitas lain, sehingga
menghubungkan dan memusatkan pergerakan. kawasan tersebut hidup setiap waktu dan menunjang
4. Ruang Terbuka (Open Space) terciptanya interaksi pengguna kawasan.
Perencanaan ruang terbuka merupakan elemen penting 7. Tanda-tanda (Signase)
yang harus dilakukan secara integral dengan perencanaan Penandaan berguna untuk menunjukkan arah dan
bangunan dan saling menunjang. Open space ini dapat berupa fungsi bangunan serta kawasan tertentu. Penandaan tidak
taman dan lapangan, jalur hijau kota dan semua elemen hanya dilakukan melalui pemberian papan nama dan arah
penyusunnya. panah, tetapi juga dapat dilakukan melalui pembedaan bentuk
5. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways) atau ciri visual lain.
Jalur pejalan kaki, terutama di kawasan pusat kota 8. Konservasi (Preservation)
sangat penting selain untuk mendukung kelangsungan aktivitas Upaya pelestarian harus melindungi kelestarian
kawasan, juga menunjang keindahan. Jalur pejalan kaki harus lingkungan yang telah ada dan ruang-ruang kawasan yang
mendukung interaksi antar elemen perancangan kota yang lain, sudah terbentuk seperti bangunan bersejarah. Preservasi juga
berhubungan erat dengan lingkungan terbangun dan pola dilakukan terhadap aktivitas yang sudah berlangsung dengan
aktivitas yang ada serta sesuai dengan perubahan fisik kota. memperhatikan aspek sejarah kawasan selama aktivitas
6. Aktivitas Penunjang (Activity Support) tersebut masih dianggap sesuai.
Penunjang kegiatan terdiri dari semua kegiatan yang
memperkuat penggunaan ruang publik. Penunjang kegiatan

18
18
Elemen Citra Kota salutan, dsb. Path memiliki identitas yang lebih baik apabila
Citra kota dapat disebut juga sebagai kesan atau
terdapat penampakan yang kuat, tujuan rute-rute sirkulasi yang
persepsi antara pengamat dengan lingkungannya. Kesan
jelas/belokan yang jelas.
pengamat terhadap lingkungannya tergantung dari kemampuan
2. Edge
beradaptasi “pengamat” dalam menyeleksi, mengorganisir
Elemen linear yang tidak dilihat sebagai path. Edge
sehingga lingkungan yang diamatinya akan memberikan
berada pada batas antar dua kawasan tertentu dan berfungsi
perbedaan dan keterhubungan. Persepsi atau perseive dapat
sebagai pemutus linear, misalnya pantai, tembok, batasan
diartikan sebagai pengamatan yang dilakukan secara langsung
antara lintasan kereta api, topografi, dsb. Edge merupakan
dikaitkan dengan suatu makna. Persepsi setiap orang berbeda-
penghalang walaupun kadang-kadang terdapat tempat untuk
beda, hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pengalaman
masuk. Edge merupakan pengakhiran dari sebuah
yang dialami, sudut pengamatan, dan lain-lain.
district/batasan sebuah district dengan yang lainnya.
Lynch dalam bukunya yang berjudul Perancangan Kota
Identitasnya akan terlihat lebih baik jika kontinuitasnya
Secara Terpadu mengemukakan lima elemen pokok yang
tampak jelas, demikian pula kejelasan fungsi batasnya untuk
dapat menentukan image suatu kota yaitu:
membagi/menyatukan.
Sumber : Zahnd, 1999
1. Path
3. District
Path merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya
District merupakan kawasan-kawasan kota dalam dua
digunakan orang untuk melakukan pergerakan secara umum,
dimensi. Sebuah district memiliki ciri khas yang mirip
yakni jalan, gang-gang utama, jalan transit, lintasan kereta api,
(bentuk, pola dan wujud) dan batas yang khas pula, dimana
orang merasa harus mengakhiri/memulainya. Identitasnya
akan terlihat lebih

19
19
baik jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan membantu orang mengenali suatu daerah. Landmark
dapat dilihat homogen serta funsi dan posisinya jelas. mempunyai identitas yang lebih baik jika bentuknya jelas dan
4. Node unik dalam lingkungannya, terdapat sekuens dan perbedaan
Node merupakan simpul/lingkaran daerah pertemuan skala dari beberapa landmark sehingga tercipta rasa nyaman
arah/aktivitas yang dapat diubah ke arah/aktivitas yang lain, dalam orientasi.
misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang, Sumber : Zahnd, 1999
jembatan, kota secara keseluruhan dalam skala makro besar,
Elemen Estetika
pasar, taman, square, dsb. Tidak semua persimpangan jalan Elemen estetika meupakan elemen yang ditimbulkan
merupakan suatu node, namun yang menetukan adalan citra dari adanya konfigurasi massa bangunan dengn maksud dan
place terhadapnya. Node merupakan suatu tempat dimana tujuan tertentu. Elemen ini digunakan sebagai pertimbangan
orang memiliki perasaan ’masuk’ dan ’keluar’ dalam tempat dalam perancangankawasan. Adapun elemen-elemen estetika
yang sama. Node akan mempunayi identitas yang loebih baik tersebut adalah sebagai berikut :
jika tempatnay memilki bentuk yang jelas, mudah diingat serta
memiliki tampilan visual yang berbeda dari lingkungannya 1. Sumbu
(fungsi, bentuk). Elemen ini merupakan garis maya yang seakan-akan
5. Landmark menghubungkan antara satu titik dengan titik yang lain dalam
Landmark adalah elemen eksternal dan merupakan satu konfigurasi masa bangunan.
bentuk visual yang menonjol dari kota. Landmark dapat 2. Simetri
membantu orang untuk mengorientasikan diri di dalam kota
dan

20

20
Merupakan distribusi bentuk-bentuk ruang-ruang yang 5. Irama
sama dan seimbang terhadap suatu garis bersama (sumbu)/ Irama merupakan suatu bentuk konfigurasi massa
titik (pusat). Simetri adalah suatu media atau objek dengan banguanan yang menimbulkan perasaan keteraturan bagi
bentuk dan ukuran di kedua sisinya (kanan dan kiri) sama. pengamat. Elemem ini dapat ditunjukkan dengan adanya suatu
3. Hierarki bentuk yang diulang baik ukuran atau warna atau bentuk.
Hirarki adalah penonjolan salah satu objek yang 6. Skala
memiliki hirarki lebih tinggi dibandingkan objek lain menurut Skala adalah proporsi tertentu yang digunakan untuk
besarnya, potongan / penempatannya secara relatif terhadap menetapkan pengukuran dan dimensi-dimensi. Skala
bentuk-bentuk dan ruang-ruang lain dari suatu organisasi. memandang besarnya unsure bangunan atau ruang terhadap
Hirarki menunjukkan derajat kepentingan dari bentuk dan bentuk-bentuk lain.
ruang serta peran-peran fungsional, formal dan simbolis. 7. Proporsi
4. Balance Proporsi merupakan konfigurasi massa bangunan yang
Balance yaitu rasa yang menyatakan bahwa ada ditujukan untuk menimbulkan perasaan tertentu bagi pengamat
keseimbangan dalam suatu kawasan. Perancangan yang yang berhubungan dengan detail dalm konfigurasi itu sendiri.
proporsional dapat menciptakan kesan ini misalnya dengan 8. Konteks dan Kontras
persebaran bangunan atau aktivitas yang merata atau Kontekstual merupakan suatu konfigurasi massa
pengaturan penempatan antara bentuk-bentuk / ruang-ruang bangunan yang menimbulkan perasaan unity meskipun terdiri
yang serupa maupun tidak serupa sehingga dapat dari satuan massa bangunan yang berbeda.
menimbulkan keseimbangan.

21
21
Kontras merupakan suatu konfigurasi yang
menimbulakn adanya perasaan adanya perbedaan dalam
konfigurasi tersebut.

22
22
BAB III

GAMBARAN UMUM DAN IDENTIFIKASI ELEMEN RANCANG


KOTA

Gambaran Umum Kota Yogyakarta


Kota Yogyakarta adalah salah satu kota besar di Pulau Jawa sebuah dalem yang bernama Dalem Gerjiwati; lalu dinamakan
yang merupakan ibukota dan pusat pemerintahan Daerah Istimewa ulang oleh Sunan Pakubuwana II sebagai Dalem Ayogya.
Yogyakarta, dan sekaligus tempat pendudukan bagi Sultan  Secara Geografi
Yogyakarta dan Adipati Pakualam. Kota Yogyakarta terletak di lembah tiga sungai, yaitu Sungai
Salah satu kecamatan di Yogyakarta, yaitu Kotagede pernah Winongo, Sungai Code (yang membelah kota dan kebudayaan
menjadi pusat Kesultanan Mataram antara 1575-1640. Keraton menjadi dua), dan Sungai Gajahwong. Kota ini terletak pada
(Istana) yang masih berfungsi dalam arti yang sesungguhnya adalah jarak 600 KM dari Jakarta, 116 KM dari Semarang, dan 65 KM
Karaton Ngayogyakarta dan Puro Pakualaman, yang merupakan dari Surakarta, pada jalur persimpangan Bandung - Semarang -
pecahan dari Mataram. Surabaya - Pacitan. Kota ini memiliki ketinggian sekitar 112 m
 Secara Etimologis, dpl.
Nama Yogyakarta terambil dari dua kata, yaitu Ayogya atau Meski terletak di lembah, kota ini jarang mengalami banjir
'''Ayodhya''' yang berarti "kedamaian" (atau tanpa perang, a karena sistem drainase yang tertata rapi yang dibangun oleh
"tidak", yogya merujuk pada yodya atau yudha, yang berarti pemerintah kolonial, ditambah dengan giatnya penambahan
"perang"), dan Karta yang berarti "baik". Ayodhya merupakan saluran air yang dikerjakan oleh Pemkot Yogyakarta.
kota yang bersejarah di India dimana wiracarita Ramayana  Batas Administrasi
terjadi. Tapak keraton Yogyakarta sendiri menurut babad Kota Yogyakarta telah terintegrasi dengan sejumlah kawasan
(misalnya Babad Giyanti) dan leluri (riwayat oral) telah berupa di sekitarnya, sehingga batas-batas administrasi sudah tidak
terlalu menonjol. Untuk menjaga keberlangsungan

23
23
pengembangan kawasan ini, dibentuklah sekretariat bersama
Kartamantul (Yogyakarta, Sleman, dan Bantul)
yang mengurusi semua hal yang berkaitan dengan kawasan Selatan : Kecamatan Banguntapan, Kecamatan Sewon, dan
aglomerasi Yogyakarta dan daerah-daerah penyangga (Depok, Kecamatan Banguntapan
Mlati, Gamping, Kasihan, Sewon, dan Banguntapan). Barat : Kecamatan Gamping dan Kecamatan Kasihan
Adapun batas-batas administratif Yogyakarta Timur : Kecamatan Depok dan Kecamatan Banguntapan
adalah: Utara : Kecamatan Mlati dan Kecamatan
Depok
 Pembagian administratif
Kota Yogyakarta terdiri atas 14 kecamatan. Berikut adalah
daftar kecamatan di Yogyakarta : - Pakualaman
- Mantrijeron - Gondomanan
- Kraton - Ngampilan
- Mergangsan - Wirobrajan
- Umbulharjo - Gedongtengen
- Kotagede - Jetis
- Gondokusuman - Tegalrejo
- Danurejan

24
24
Gambar 3. 1
Peta Administrasi Kota Yogyakarta

25
25
 Demografi  Transportasi
Jumlah penduduk kota Yogyakarta, berdasar Sensus Dalam kota
Penduduk 2010 [3]., berjumlah 388.088 jiwa, dengan proporsi a. Bus kota
laki-laki dan perempuan yang hampir setara. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di
Islam merupakan agama mayoritas yang dianut masyarakat Indonesia yang tidak mengenal istilah angkutan kota
Yogyakarta, dengan jumlah penganut Kristen dan Katolik yang (angkot dengan armada minibus). Transportasi darat di
relatif signifikan. Seperti kebanyakan dari Islam kebanyakan di dalam Yogyakarta dilayani oleh sejumlah bus kota. Kota
kota-kota pedalaman Jawa, mayoritas masih mempertahankan Yogyakarta punya sejumlah jalur bus yang dioperasikan
tradisi Kejawen yang cukup kuat. oleh koperasi masing-masing (antara lain Aspada,
Yogyakarta juga menjadi tempat lahirnya salah satu Kobutri, Kopata, Koperasi Pemuda Sleman, dan
organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah Puskopkar) yang melayani rute-rute tertentu
yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1912 di b. Trans Jogja
Kauman, Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta. Hingga saat ini, Sejak Maret 2008, sistem transportasi bus yang baru,
Pengurus Pusat Muhammadiyah masih tetap berkantor pusat di bernama Trans Jogja hadir melayani sebagai transportasi
Yogyakarta. massal yang cepat, aman dan nyaman. Trans Jogja
Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, karena hampir 20% merupakan bus 3/4 yang melayani berbagai kawasan di
penduduk produktifnya adalah pelajar dan terdapat 137 Kota, Sleman dan sebagian Bantul. Hingga saat ini
perguruan tinggi. Kota ini diwarnai dinamika pelajar dan (Tahun 2014), telah ada 8 (delapan) trayek yang
mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. melayani berbagai sarana vital di Yogyakarta, yaitu[5]:
Perguruan tinggi yang dimiliki oleh pemerintah adalah Trayek 1A dan Trayek 1B, melayani ruas protokol dan
Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, kawasan pusat perekonomian dan pemerintahan, seperti
Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga dan Institut Seni Indonesia Yogyakarta. 26

26
Stasiun Yogyakarta, Malioboro, Istana Kepresidenan
Yogyakarta.
Trayek 2A dan Trayek 2B, melayani kawasan
perkantoran Kotabaru dan Sukonandi.
Trayek 3A dan Trayek 3B, melayani kawasan selatan,
termasuk juga kawasan sejarah Kotagede.
Trayek 4A dan Trayek 4B, melayani kawasan
pendidikan, seperti UII, APMD, UIN Sunan Kalijaga,
dan Stasiun Lempuyangan.
Trans Jogja sangat diminati selain karena aman dan
nyaman, tarif yang saat ini diterapkan juga terjangkau,
yaitu Rp 4.000,- untuk sekali jalan, dengan dua sistem
tiket: sekali jalan dan berlangganan. Bagi tiket
berlangganan, dikenakan potongan sebesar 10% untuk
umum dan 30% bagi pelajar.
c. Taksi
Taksi mudah dijumpai di berbagai ruas jalan di
Yogyakarta, terutama di ruas protokol dan kawasan pusat
ekonomi dan wisata. Ada berbagai perusahaan taksi yang
melayani angkutan ini, dari yang berupa sedan hingga
minibus.

27
27
Elemen-elemen Perancangan Kota Yogyakarta pariwisata, kebudayaan, dan keagamaan itulah yang membuat
Tata Guna Lahan Kota Yogyakarta dapat berkembang dalam segi perkonomian.
Tata Guna Lahan adalah salah satu elemen kunci dari
Hal ini dikarenakan menarik minat investasi dan wisatawan untuk
perancangan kota. Tata Guna Lahan menentukan
berkunjung sehingga menambah jumlah lalu lintas barang dan
perwujudan rencana-rencana dua dimensi ke dalam bentuk jasa yang terjadi.
ruang 3 dimensinya dan perwujudan fungsi yang dibentuk. Perkembangan ini tentunya selain menimbulkan potensi
Kota Yogyakarta sebagai salah satu kota kuno di Indonesia tetapi juga tantangan dan permasalahan dalam perkembangan
merupakan kota yang lahir secara terencana. Dalam hal ini baik Kota Yogyakata, seperti halnya kemacetan, banjir, dan alih fungsi
pemilihan lokasi hingga rencana tata ruang semua terencana lahan dari kawasan non terbangun menjadi kawasan terbangun
dengan baik. Civic center (CBD) yang dimilikinya berfungsi seperti halnya komersialisasi perdagangan dan jasa, seperti mall,
sebagai pusat bagi berbagai macam kegiatan penduduk, baik hotel, dan lain- lain.
sebagai pusat politik, spiritual, ekonomi, pertahanan, dan rekreasi
(Kostof, 1992). Adapun yang menjadi Civic center (CBD) ini
merupakan kawasan keraton dan sekitarnya hingga kepatihan.
Dalam kawasan ini terdapat berbagai macam bangunan yang
digunakan sebagai kawasan permukiman maupun pusat kegiatan
perdagangan dan jasa yang berguna untuk menunjang kehidupan
bermasyarakat.
Pada Civic Center (CBD) Kota Yogyakarta terdapat tata
letak komponen-komponen yang dapat dirutkan sebagai berikut Gambar 3.2
Pasar Sore
Utara jalan Malioboro terdapat kompleks kepatihan, Pasar
Malioboro
Beringharjo, Alun-Alun Lor, Masjid Agung, keraton, Taman
Asri, Alun-Alun Kidul, Tembok Baluwarti, jaringan jalan, dan
permukiman penduduk. Berbagai potensi terkait dengan
ekonomi, 28
28
2929
kebudayaan Jawa yakni adanya kesatuan antara gedung
Tata Massa Bangunan pemerintahan, ruang publik, dan tempat ibadah. Dengan
Bentuk dan tata massa bangunan pada awalnya menyangkut implementasi pembangunan bangunan- bangunan penting
aspek-aspek bentuk fisik karena setting spesifik yang meliputi apabila dilihat dari pusat Keraton akan membentuk garis
ketinggian, pemunduran (setbacks), dan penutupan (coverage). lurus dari Keraton tersebut. Hal ini membuktikan kesinergian
Selanjutnya lebih luas menyangkut juga penampilan dan dan pentingnya nilai- nilai kebudayaan dari Keraton
konfigurasi bangunan, yaitu disamping ketinggian, Yogyakarta sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
kepejalan, kehidupan masyarakat di Kota Yogyakarta.
juga meliputi warna, material, tekstur, fasade, skala, dan gaya
dari bangunan
Dalam sisi perancangan kota dan gaya
arsitekturalnya, Kota Yogyakarta sendiri memiliki kombinasi
ataupun perpaduan dari dua budaya yang tentunya sudah
saling bersinergi untuk pembangunan Kota Yogyakarta yang
berbudaya. Bangunan Eropa yang banyak berada di
Kotabaru Yogyakarta, dengan gaya arsitek Indische dan gaya
arsitek Klasik. Selain pengembangan gaya Eropa,
perancangan Kota Yogyakarta juga mengadopsi perancangan
struktur kota atau kerajaan-kerajaan di Jawa yang sangat Gambar 3. 3
Bank indonesia dan Pos Indonesia yang terlihat
memperhatikan konsep arah mata angin, struktur bangunan Kontras
di Kota Yogyakarta memiliki pola radial atau memusat
dengan Keraton dan gedung pemerintah di Malioboro
sebagai pusatnya. Selain itu, penataan di kawasan Kota
30
Yogyakarta mengadopsi konsep
30
Sirkulasi dan Parkir b. Parkir
a. Sirkulasi
Parkir merupakan salah satu elemen rancang kota yang
Sirkulasi merupakan salah satu elemen rancang kota yang
penting terkait dengan semakin meningkatnya jumlah
paling kuat dalam membentuk struktur lingkungan kota. Selain
kendaraan serta terakumulasinya kendaraan di pusat-pusat
membentuk dapat juga mengarahkan serta mengendalikan pola-
kota. Tempat parkir yang nyaman dan indah (berdampak
pola kegiatan perkotaan, melalui keterkaitan sistem tranportasi
visual sedikit), penting bagi berhasilnya perancangan kota.
yang terdiri dari jaringan jalan, jalur pejalan kaki dan sistem
Parkir memiliki dampak langsung terhadap kualitas
transit (halteu, terminal, sub-terminal, dll).
lingkungan, berupa :
Terdapat 3 prinsip dalam pengaturan sirkulasi :
(1) kelangsungan aktivitas perdagangan (komersial) di
 Jalan seharusnya menjadi ‘elemen ruang terbuka visual
pusat kota,
yang positif’
 Jalan harus dapat memberikan orientasi kepada pengguna
jalan dan menyediakan lingkungan yang nyaman
 Pencapaian tujuan tersebut harus didukung oleh sektor
pemerintah dan
swasta

Gambar 3. 5
Parkir di Sekitar Malioboro

(2) dampak visual terhadap bentuk fisik dan komponen


kota (Shirvani, 1985 : 24).

Gambar 3. 4 3131
Jalan di Kota Yogyakarta
Salah satu contoh parkir yang di jogja yaitu parkir Ngabean yang merupakan penunjang aktivitas pengunjung karena tempatnya yang cukup strategis dan luas.
3.2.4 Pedestrian
Jalur pedestrian adalah salah satu elemen penting perancangan
kota dan bukan hanya bagian dari program keindahan kota.

Gambar 3. 6
Jalur Pedestrian di Kota Gambar 3. 7 Dalam tata
Yogjakarta Alun-alun Kidul Kota
Yogyakarta arsitektur
tradisional Jawa dikenal istilah Catur Gatra Tunggal, artinya
empat elemen dalam satu kesatuan. Hal ini bisa disaksikan di
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat tempat berdirinya keraton,
masjid, alun-alun, dan pasar. Masing-masing sebagai pusat
kekuasaan, ibadah, kegiatan rakyat, dan ekonomi. Yogyakarta
mempunyai dua alun-alun, satu ada di depan keraton yang
Ruang Terbuka disebut Alun-Alun Utara (alun-alun lor), satu lagi ada di
Ruang terbuka adalah salah satu elemen perancangan kota
belakang yang disebut Alun-Alun Selatan (alun-alun kidul).
yang penting keberadaannya pada sebuah kota sebagai
Letak keraton Yogyakarta sendiri berada di sebuah garis
penyeimbang padatnya massa bangunan dan penggunaan lahan
imajiner yang menghubungkan antara Gunung Merapi, Keraton,
lainnya.
dan Pantai Parangtritis.

32
32
Pendukung Kegiatan (Aktivity Support)
Pendukung kegiatan merupakan kegiatan penunjang yang
3.2.8 Preservasi
menghubungkan dua atau lebih, pusat-pusat kegiatan umum
Preservasi adalah tindakan atau proses penerapan langkah-
yang ada di perkotaan, antara lain dapat berupa ruang terbuka,
langkah dalam mendukung keberadaan bentuk asli, keutuhan
atau bangunan yang diperuntukkan bagi kepentingan umum.
material bangunan / struktur, serta bentuk tanaman yang ada
dalam tapak. Bangunan-bangunan Preservasi cukup banyak di
temukan di jogja yaitu :
1.Keraton Jogja
Keraton Ngayogyakarta
Hadiningrat atau Keraton
Yogyakarta Karaton
Ngayogyakarta Hadiningrat)
Gambar 3. 8
Pendukung Kegiatan di Depan Museum Vredeburg merupakan istana resmi
3.2.7 Signage (Tanda-tanda)
Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di
Tanda-tanda adalah segala
Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.
sesuatu yang Gambar 3. 9
Keraton kota Walaupun kesultanan tersebut secara resmi telah menjadi
secara fisik Yogyakarta
bagian Republik Indonesia pada tahun 1950, kompleks
bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal
Gambar 3. 10
Signage Kota Jogja sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan
menginformasikan sesuatu pesan tertentu tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga
kepada masyarakat kota. Bentuknya secara merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta.
fisik Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang
merupakan sesuatu yang mudah untuk dibaca (legibility).

33
33
menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk zaman dahulu merupakan tempat rekreasi bagi sultan beserta
berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka kerabat istana. Di kompleks ini terdapat tempat yang masih
keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini dianggap sakral di lingkungan Taman Sari, yakni Pasareyan
merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang Ledoksari tempat peraduan dan tempat pribadi Sultan.
terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan Bangunan yang menarik adalah Sumur Gumuling yang berupa
serta paviliun yang luas bangunan bertingkat dua dengan lantai bagian bawahnya

Keraton atau Kraton Jogja merupakan kerajaan terletak di bawah tanah. Di masa lampau, bangunan ini

terakhir dari semua kerajaan yang pernah berjaya di tanah merupakan semacam surau tempat sultan melakukan ibadah.

jawa. Ketika kerajaan hindu-budha berakhir kemudian di Bagian ini dapat dicapai melalui lorong bawah tanah. Di

teruskan dengan kerajaan islam pertama di Demak, lalu berdiri bagian lain masih banyak lorong bawah tanah yang lain, yang

kerajaan yang lain seperti Mataram islam yang di dirikan oleh merupakan jalan rahasia, dan dipersiapkan sebagai jalan

Sultan Agung lalu berjalan dan muncul Keraton Jogja yang penyelamat bila sewaktu-waktu kompleks ini mendapat

didirikan oleh Sultan Hamengku Bowono I. Hingga sekarang, serangan musuh. Sekarang kompleks Taman Sari hanya tersisa

keraton Jogja masih menyimpan kebudayaan yang sangat sedikit saja

mengagumkan
2. Tamansari

Kompleks Taman Sari


merupakan peninggalan
Sultan HB I. Taman Sari
(Fragrant Garden) berarti
taman yang indah, yang pada
Gambar 3. 10
Tamansari Kota

3434
3. Bank Indonesia 1879 dibnagunlah sebuah bangunan sebagai Kantor
Cabang De Javasche Bank di Yogyakarta dengan
menempati area seluas 300 meter dan tanah yang
dipergunakan tanah berstatus eigendom atau bukan
merupakan tanah milik Sultan Yogyakarta lagi melainkan
milik De Jav
Rancangan Bangunan Kantor Cabang De Javasche
Gambar 3. 11
Bank Indonesia Kota Yogyakarta Bank ini dibuat oleh arsitek arsitek Hulswitt dan Cuypers

Bank Indonesia Yogyakarta awal mulanya adalah sebuah dengan mengedepankan gaya eropa dengan kemegahan

kantor cabang De Javasche Bank Djogdjakarta. arsitekturalnya

Keberadaan Kantor Cabang De Javasche Bank 4. Pos Indonesia

Yogyakarta ini merupakan usulan dari Firma Dorrepaal Kantor Pos dibangun

and Co Semarang. Dengan beberapa pertimbangan sejak pemerintahan

diantaranya dengan melihat Volume perdagangan di Belanda sekitar tahun

Yogyakarta yang semakin meningkat dan perputaran 1800-an. Semula

uang yang ada di Yogyakarta mencapai 2 hingga 3,5 juta bangunan ini bernama

gulden yang dilihat melalui Kantor Cabang De Post en telegraafkantoor.

javasche Sampai saat ini


Gambar 3. 12
Bank Soerakarta serta nilai produksi gula yang mencapai
kurang lebih 2.580 ton per tahun maka preseiden De Pos Indonesia Kota bangunan tersebut masih
Yogyakarta

Javasche Bank ke -7 yakni MR. N P Van den Berg berfungsi sebagai kantor pos dengan nama Kantor Pos
beserta jajaran direksi menyetujui usulan tersebut. Dan Besar Yogyakarta. Bangunan ini menghadap ke arah
pada tahun utara, denah bangunan berbentuk tapal kuda. Arsitektur

35
35
yang tampak pada bangunan ini adalah arsitektur Indis, Yogyakarta. Sekarang, benteng ini menjadi sebuah
yang terdiri dari 2 lantai. Dengan luas bangunan seluas museum. Di sejumlah bangunan di dalam benteng ini
2 2
1121,45 m dan luas lahan seluas 6400m . terdapat diorama mengenai sejarah Indonesia.

5. Museum Benteng Vredeberg Benteng ini dibangun sebagai pusat pemerintahan dan
pertahanan residen Belanda kala itu, dengan dikelilingi ole
Gambar 3. 13 Museum Benteng
Museum Benteng sebuah parit (jagang) yang sebagian bekas-bekasnya
Vredeberg Vredeberg adalah sebuah
telah direkonstruksi dan dapat dilihat hingga sekarang.
benteng yang terletak di
Benteng berbentuk persegi ini mempunyai menara pantau
depan Gedung Agung dan
(bastion) di keempat sudutnya.
Kraton Kesultanan

36
36
BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

Kota Yogyakarta merupakan kota dengan lintasan sejarah karena faktor umur. Hal ini juga mengakibatkan kerusakan, atau
yang cukup panjang, kemudian dengan kekayaan sejarah ini juga keinginan untuk “merusak”.
disertai oleh kekayaan pusaka sebagai bentuk peradaban yang Banyaknya kawasan atau bangunan bersejarah di Kota
tumbuh berkembang seiring dengan waktu baik pusaka ragawi Yogyakarta sehingga memerlukan penanganan intensif untuk
berupa bangunan-bangunan bersejarah maupun pusaka tidak ragawi menjaga dan melestarikan. Dibutuhkan pula perencanaan dan
berupa bahasa, tarian, seni musik karawitan, tembang hingga nilai- perancangan yang matang. Dalam perancangan kota sendiri terdapat
nilai budaya yang melekat erat di masyarakat. Kesemuanya adalah delapan elemen rancang kota yang perlu diperhatikan sekaligus
merupakan sebuah modal yang sangat berharga dalam kehidupan di sebagai materi obyek yang patut dipertimbangkan keberadaannya.
Kota Yogyakarta. Suatu perancangan kota selain dapat memberikan nilai estetika tetapi
Pertambahan jumlah penduduk di Kota Yogyakarta dari juga dapat digunakan sebagai solusi dari permasalahan disuatu kota.
masa ke masa membawa konsekuensi-konsekuensi tertentu, seperti: Untuk itu dibutuhkan perancangan Kota yang baik bagi Kota
pertambahan sarana-prasarana hingga pertambahan limbah. Di Yogyakarta. Untuk mewujudkan Kota Yogyakarta sebagai kota yang
samping itu, perkembangan zaman juga membawa implikasi lain baik dibutuhkan suatu rencana tata ruang dan pola ruang serta
seperti: perubahan jenis kendaraan, pergeseran tradisi, elemen- elemen perancangan kota yang sesuai. Adapun Elemen-
perkembangan kebutuhan penduduk kota. Hal-hal tersebut di atas elemen Rancang Kota tersebut diantaranya :
memicu terjadinya ancaman-ancaman serta perusakan-perusakan 1. Tata Guna Lahan (Land Use)
baik disengaja maupun karena ketidaktahuan. Tentu saja harus 2. Tata Massa dan Bangunan (Building Form and Massing)
dipahami pula bahwa banyak bangunan lama di Kota Yogyakarta 3. Sirkulasi dan Parkir (Sirculation and Parking)
yang sudah mengalami keausan 4. Ruang Terbuka (Open Space)

37
37
5. Pedestrian Dasar Penentuan Variabel Penilaian
6. Aktifitas Pendukung (Activity Support) Untuk variabel penilaian evaluasi sendiri menggunakan 8
7. Tanda-tanda (Signage) elemen rancang kota menurut Hamid Shirvani, antara lain:
8. Preservasi (Preservation) 1. Tata Guna Lahan (Land Use)
Dasar Analisis dan Evaluasi Prinsip Land Use adalah pengaturan penggunaan lahan untuk
Dasar Penentuan Lokasi menentukan pilihan yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi
Kota Yogyakarta adalah salah satu kota kuno di Indonesia tertentu, sehingga kawasan tersebut berfungsi dengan semestinya.
yang tetap hidup, bahkan semakin hari semakin berkembang, baik
dalam segi kehidupan masyarakatnya maupun dari segi spasial. 2. Tata Massa dan Bangunan (Building From and Massing)

Dengan kekhasan dan kemampuan Kota Yogyakarta untuk tetap Tata Massa Bangunan membahas mengenai bagaimana

menjaga budaya dan warisan sejarahnya di tengah perkembangan bentuk dan massa bangunan yang ada dapat membentuk suatu kota

gaya hidup modern, telah menjadikan Kota Yogyakarta sebagai serta bagaimana hubungan antar-massa (banyak bangunan) yang

salah satu tujuan wisata favorit tidak hanya bagi wisatawan lokal ada. Pada penataan suatu kota, bentuk dan hubungan antar-massa

tetapi hingga mancanegara. seperti ketinggian bangunan, jarak antar-bangunan, bentuk

Terlepas dari perencanaan, penataan, maupun pengendalian bangunan, fasad bangunan, dan sebagainya harus diperhatikan

atau regulasi, baik yang dilakukan oleh Pemerintah setempat dan sehingga ruang yang terbentuk menjadi teratur, mempunyai garis

masyarakatnya, Kota Yogyakarta dengan warisan budaya dan langit – horizon (skyline) yang dinamis serta menghindari adanya

sejarah yang khas telah menjadi daya tarik untuk dijadikan objek lost space (ruang tidak terpakai).

penelitian dalam studi mata kuliah Perancangan Kota.


3. Sirkulasi dan Parkir (Sirculation and Parking)
Sirkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara
langsung dapat membentuk dan mengontrol pola kegiatan kota,
sebagaimana halnya dengan keberadaan sistem transportasi dari
jalan
38
38
publik, pedestrian way, dan tempat-tempat transit yang saling 6. Aktifitas Pendukung (Activity Support)
berhubungan akan membentuk pergerakan. Sedangkan parkir Pendukung kegiatan adalah semua fungsi bangunan dan
mempunyai pengaruh langsung pada suatu lingkungan yaitu pada kegiatan-kegiatan yang mendukung ruang publik suatu kawasan
kegiatan komersial di daerah perkotaan dan mempunyai pengaruh kota. Bentuk, lokasi dan karakter suatu kawasan yang memiliki ciri
visual pada beberapa daerah perkotaan. Penyediaan ruang parkir khusus akan berpengaruh terhadap fungsi, penggunaan lahan dan
yang paling sedikit memberi efek visual yang merupakan suatu kegiatan- kegiatannya. Pendukung kegiatan tidak hanya
usaha yang sukses dalam perancangan kota. menyediakan jalan, pedestrian atau plaza, tetapi juga harus
mempertimbangkan fungsi utama dan penggunaan elemen-elemen
4. Ruang Terbuka (Open Space)
kota yang dapat menggerakkan aktivitas.
Ruang terbuka selalu berhubungan dengan lansekap.
Lansekap terdiri dari elemen keras dan elemen lunak. Open space 7. Tanda-Tanda (Signage)
biasanya berupa lapangan, jalan, sempadan, sungai, taman, makam, Yang dimaksud tanda-tanda adalah petunjuk arah jalan,
dan sebagainya. rambu-rambu lalu lintas, media iklan, dan berbagai bentuk penanda
lainnya. Keberadaan penanda akan sangat mempengaruhi visualisasi
5. Pedestrian
kota baik secara mikro ataupun makro jika jumlahnya cukup banyak
Elemen pedestrian harus dibantu dengan interaksi pada
dan memiliki karakter yang berbeda.
elemen-elemen dasar desain tata ruang kota dan harus berkaitan
dengan lingkungan kota dan pola-pola aktifitas serta sesuai dengan 8. Preservasi (Preservation)
rencana perubahan atau pembangunan fisik kota dimasa yang akan Preservasi dalam perancangan kota adalah perlindungan
datang. terhadap lingkungan tempat tinggal (pemukiman) dan urban place
(alun-alun, plaza dan area perbelanjaan) yang ada dan mempunyai
ciri khas. Seperti halnya perlindungan terhadap bangunan
bersejarah.
39
39
Salah satu manfaat dari adanya preservasi adalah peningkatan nilai
lahan, nilai lingkungan dan menghindarkan dari pengalihan bentuk
dan fungsi akibat perkembangan aspek komersialisasi.

40
40
Evaluasi
Tabel IV.1
Evaluasi Berdasarkan Elemen Rancang Kota

Faktor Evaluasi Positif ( + ) Negatif ( - ) Keterangan

Kecenderungan yang ada di Kota Yogyakarta


(khususnya kawasan yang dijadikan kajian studi)
jika dilihat sejarahnya kawasan ini memang sudah
menjadi kawasan yang sesuai dengan
Tata Guna Lahan peruntukkannya, beberapa diantaranya yaitu
(Land Use) kawasan pemukiman yang dahulunya menjadi
kawasan pemukiman keluarga keraton dan para
abdi dalem, sehingga pemerintah Kota
Yogyakarta hanya mempertahankan dan menata
kembali kawasan yang belum tertata.

41
41
Faktor Evaluasi Positif ( + ) Negatif ( - ) Keterangan
Tata Massa dan
Bangunan
(Building Form
and Massing)

Untuk Tata Massa dan Bangunan di Kota


Yogyakarta sendiri, beberapa bangunan
bersejarahnya merupakan peninggalan dari
Pemerintah Kolonial Belanda dengan arsitektur art
deco dan hal tersebut dipertahankan oleh
Pemerintah Kota Yogyakarta. Kawasan
permukimannya pun memperlihatkan
keseragaman baik dalam hal ketinggian, warna
serta bentuk. Dengan regulasi yang ada, demi
menjaga bentuk bangunan yang seragam dan
terlihat kompak agar memberikan kesan tertib di
Kota Yogyakarta.

42
42
Faktor Evaluasi Positif ( + ) Negatif ( - ) Keterangan
Sirkulasi dan
Parkir
(Sirculation
and Parking)

Pada beberapa lokasi, tempat parkir telah


disediakan dan memenuhi standar kelayakan,
seperti tempat parkir ngabean. Sementara di
beberapa lokasi lainnya (seperti di sekitar jalan
Malioboro), tempat parkir tidak tersedia sehingga
munculah on street parking. Hal ini tentunya
menganggu kelancaran pergerakan baik
kendaraan maupun orang.

43
43
Faktor Evaluasi Positif ( + ) Negatif ( - ) Keterangan
Pedestrin
Kondisi pedestrian di Kota Yogyakarta secara
keseluruhan cukup terawat dan layak guna.
Sebagian masyarakat bahkan para wisatawan
memilih untuk berjalan kaki mengelilingi Kota
Yogyakarta. Keberadaan pedestrian ini benar-
benar membantu mengurangi volume kendaraan
di Kota Yogyakarta. Sayangnya, masih saja ada
pihak-pihak yang menyalahgunakan pedestrian
khususnya trotoar, beberapa diantaranya
menjadikan trotoar sebgaai tempat berdagang
(PKL dsb).

Keberadan Ruang Terbuka di Kota Yogyakarta


sendiri masih kurang dari jumlah yang seharusnya
dan penyebarannya juga belum merata. Meskipun
Ruang Terbuka demikian, Pemerintah Kota Yogyakarta tetap
(Open Space) berusaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
salah satunya dengan memaksimalkan Ruang
Terbuka yang sudah ada (eksisting) dengan
melakukan renovasi dan revitalisasi.

44
44
Faktor Evaluasi Positif ( + ) Negatif ( - ) Keterangan

Menjadi salah satu tujuan favorit untuk berwisata,


mengakibatkan banyaknya aktivitas pendukung
yang tumbuh di Kota Yogyakarta. Misalnya saja,
pada sore hari di pinggiran jalan raya perkotaan
Aktivitas atau mendekati rambu traffic light akan sangat
Pendukung mudah ditemukan sekelompok pemain musik
(Activity yang menampilkan kemampuan bermusiknya.
Support) Atau pada beberapa lokasi dengan pengunjung
yang ramai, dapat ditemukan sekelompok
pedagang kaki lima atau pedagang makanan
ringan/buah tangan, pernak pernik, dsb.

45
45
Faktor Evaluasi Positif ( + ) Negatif ( - ) Keterangan
Tanda-Tanda
(Signage)

Keberadaan Tanda-Tanda (Signage) di Kota


Yogyakarta secara keseluruhan cukup baik, sangat
informatif serta yang paling penting mengandung
unsur estetika yang khas sehingga membawa
kesan tersendiri, (untuk rambu-rambu). Tetapi
pada kawasan pusat perdagangan, umumnya
tanda- tanda tersebut malah terlihat menganggu
karena padat, banyak dan tidak berimbang
sehingga terlihat kurang menarik secara visual.

46
46
Faktor Evaluasi Positif ( + ) Negatif ( - ) Keterangan

Preservai
(Preservation)

Sesuai dengan pengembangannya sebagai salah


satu Kota Herittage di Indonesia, Pemerintah Kota
Yogyakarta sangat-sangatlah memperhatikan
kondisi bangunan-bangunan tua dan bersejarah
yang ada. Beberapa diantara bangunan-bangunan
tersebut adalah bagian dari Keraton
Ngayogyakarta.

47
47
Faktor Evaluasi Positif ( + ) Negatif ( - ) Keterangan

Sumber: Hasil Analisis 2015

48

48
Tabel IV.2
Matriks Evaluasi (Skoring)

Tinggi Sedang Rendah Total


Faktor Evaluasi
(Skor = 8 - 10) (Skor = 5 - 7) (Skor = 1 - 4) Skor

Tata Guna Lahan


9
(Land Use)
Tata Guna Lahan di Kota Yogyakarta,
terutama pada daerah kajian studi,
sudah sesuai dengan peruntukkannya
serta peran Pemerintah Kota
Yogyakarta dan masyarakatnya yang
turut menjaga dan
mempertahankan fungsi asli
dari kawasan tersebut.

49
49
Tinggi Sedang Rendah Total
Faktor Evaluasi
(Skor = 8 - 10) (Skor = 5 - 7) (Skor = 1 - 4) Skor

Tata Massa dan


Bangunan
9
(Building Form
and Massing)
Terlihat keseragaman dan kesan
tertib pada bangunan-bangunan yang
ada di Kota Yogyakarta seperti yang
dapat dilihat dari bentuk, tinggi, dan
warna
yang cenderung sama.
Sirkulasi dan
Parkir
(Sirculation
and Parking)

Masih kurangnya keberadaan


tempat parkir yang layak, dan yang
lebih banyak terjadi adalah on street
parking, dimana hal ini memberikan

50

50
Tinggi Sedang Rendah Total
Faktor Evaluasi
(Skor = 8 - 10) (Skor = 5 - 7) (Skor = 1 - 4) Skor
kesan yang buruk bagi estetika
serta kelancaran lalu lintas.
Pedestrian

Kondisi pedestrian di Kota Yogyakarta


sudah cukup memadai serta berfungsi
dengan semestinya. Hanya saja pada
beberapa tempat, kondisi pedestriannya
rusak atau terdapat retak yang jika dibiarkan
terlalu lama ini akan menganggu
kenyamanan dan keamanan bagi pejalan
kaki, selain itu
penyalahgunaan pedestrian sebagai
tempat parkir atau tempat berdagang oleh
PKL.

51
51
Tinggi Sedang Rendah Total
Faktor Evaluasi
(Skor = 8 - 10) (Skor = 5 - 7) (Skor = 1 - 4) Skor

Ruang Terbuka
(Open Space)
4

Keberadaan ruang terbuka di Kota


Yogyakarta masih kurang jika
dilihat dari presentase jumlah
seharusnya.
Salah satu yang menghambat
penambahan ruang terbuka ini adalah
keterbatasan lahan dan pembebasan
lahan yang sulit.
Aktivitas
Pendukung
(Activity
Support)

52

52
Tinggi Sedang Rendah Total
Faktor Evaluasi
(Skor = 8 - 10) (Skor = 5 - 7) (Skor = 1 - 4) Skor

Untuk aktivitas pendukung yang ada di Kota


Yogyakarta umumnya sudah cukup banyak
dari segi jumlah dan tersebar di sekitar pusat-
pusat perdagangan atau keramaian, seperti
daerah wisata atau herittage, hanya saja
terkadang kemunculan aktivitas pendukung
seperti PKL tidak memperhatikan kondisi
setempat sehingga diperlukan adanya
penataan ataupun penyediaan tempat khusus
bagi para pedagang tersebut.
Tanda-Tanda
(Signage)

6
Dilihat dari kondisi tanda-tanda yang ada
khususnya untuk rambu-rambu itu sudah
cukup bagus dengan tampilan yang menarik
tetapi tetap informatif. Tetapi jika tanda-
tanda seperti plang iklan atau keterangan dari
nama Toko/Grosir/Retail dsb yang berada di
pusat perdagangan cenderung tidak sesuai
atau menganggu sehingga perlu tindakan
penataan
untuk itu.

53

53
Tinggi Sedang Rendah Total
Faktor Evaluasi
(Skor = 8 - 10) (Skor = 5 - 7) (Skor = 1 - 4) Skor

Preservasi
9
(Preservation)

Bangunan-bangunan bersejarah di Kota


Yogyakarta secara keseluruhan dalam
kondisi yang terawat bahkan beberapa
diantaranya telah dilindungi sehingga
kondisi bangunan tersebut sekarang
menjadi perhatian utama agar dapat
terlestarikan hingga masa yang akan
datang.
Sumber: Hasil Analisis 2015

54
54
BAB V

KESIM ULAN DAN REKOMENDASI

5. 1 Untuk Tata Massa dan Bangunan di Kota


Kesimpulan
Kesimpulan dari mengevaluasi elemen-elemen Yogyakarta sendiri, beberapa bangunan bersejarahnya
perancangan kota di Kota Yogyakarta , khususnya di merupakan peninggalan dari Pemerintah Kolonial
Kawasan Kota Heritage Yogyakarta dapat di uraikan Belanda dengan arsitektur art deco dan hal tersebut
dari tiap-tiap elemen perancangan kota, yaitu sebagai dipertahankan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta.
berikut : Kawasan permukimannya pun memperlihatkan
1. Tata guna lahan keseragaman baik dalam hal ketinggian, warna serta
Kecenderungan yang ada di Kota Yogyakarta bentuk..
(khususnya kawasan yang dijadikan kajian studi) jika 3. Sirkulasi Dan Parkir (Circulation And Parking)
dilihat sejarahnya kawasan ini memang sudah Untuk Tata Massa dan Bangunan di Kota
menjadi kawasan yang sesuai dengan Yogyakarta sendiri, beberapa bangunan bersejarahnya
peruntukkannya, beberapa diantaranya yaitu kawasan merupakan peninggalan dari Pemerintah Kolonial
pemukiman yang dahulunya menjadi kawasan Belanda dengan arsitektur art deco dan hal tersebut
pemukiman keluarga keraton dan para abdi dalem, dipertahankan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta.
sehingga pemerintah Kota Yogyakarta hanya Kawasan permukimannya pun memperlihatkan
mempertahankan dan menata kembali kawasan yang keseragaman baik dalam hal ketinggian, warna serta
belum tertata.. bentuk.
2. Tata Massa dan Bangunan
55
55
4. Ruang Terbuka (Open Space) untuk memenuhi kebutuhan tersebut, salah satunya
Keberadan Ruang Terbuka di Kota dengan memaksimalkan Ruang Terbuka yang sudah
Yogyakarta sendiri masih kurang dari jumlah yang ada (eksisting) dengan melakukan renovasi dan
seharusnya dan penyebarannya juga belum merata. revitalisasi..
Meskipun demikian, Pemerintah Kota Yogyakarta
tetap berusaha perkotaan atau mendekati rambu traffic light akan
5. Pedestrian sangat mudah ditemukan sekelompok pemain
Kondisi pedestrian di Kota Yogyakarta secara
musik yang menampilkan kemampuan
keseluruhan cukup terawat dan layak guna. Sebagian
bermusiknya.
masyarakat bahkan para wisatawan memilih untuk
8. Preservasi
berjalan kaki mengelilingi Kota Yogyakarta.
Sesuai dengan pengembangannya sebagai
6. Tanda-Tanda (Signage)
salah satu Kota Herittage di Indonesia, Pemerintah
Keberadaan Tanda-Tanda (Signage) di
Kota Yogyakarta sangat-sangatlah memperhatikan
Kota Yogyakarta secara keseluruhan cukup baik,
kondisi bangunan-bangunan tua dan bersejarah
sangat informatif serta yang paling penting
yang ada. Beberapa diantara bangunan-bangunan
mengandung unsur estetika yang khas sehingga
tersebut adalah bagian dari Keraton
membawa kesan tersendiri, (untuk rambu-rambu).
Ngayogyakarta.
7. Activity Support
Menjadi salah satu tujuan favorit untuk Wilayah studi di Kota Lama Semarang,
berwisata, mengakibatkan banyaknya aktivitas merupakan kawasan yang memiliki daya tarik
pendukung yang tumbuh di Kota Yogyakarta. tersendiri bagi para wisatawan. Agar dapat
Misalnya saja, pada sore hari di pinggiran jalan menyedot wisatawan yang lebih banyak ,
raya
56
56
pemerintah perlu merancang kembali kawasan
tersebut dengan memperhitungkan 8(delapan)
elemen-elemen perancangan kot

5.2 Rekomendasi
1. Kawasan Heritage Kota Yogyakarta sangat berpotensi - Normative
sebagai tempat wisata. Oleh karena itu, pemerintah
- Efisien dan efektif
diharapkan mampu memfasilitasi dengan fasilitas publik
lainnya, seperti restoran, hotel, sarana hiburan, toko - Berdasarkan Kendala dan limitasi
suvenir, dan tempat ibadah, terutama lahan parkir yang
- Tanggap lingkungan
memadai.
2. Kepada pemerintah dan masyarakat setempat diharapkan - Dan estetika
mampu menjaga dan melestarikan kawasan Heritage.
4. Diberlakukannya preservasi yang ketat memang baik,
3. Pemerintah diharapkan menerapkan peraturan yang
tetapi alangkah lebih baik jika bangunan digunakan
tegas mengenai penataan ruang kota lama, Agar
berdasarkan fungsi tertentu dan bekerja sama dengan
kawasan tersebut memiliki :
pihak swasta sehingga hal tersebut memungkinkan
- Manfaat
bangunan-bangunan dapat terjaga.
- Fungsional

57
57
DAFTAR USTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakarta

https://ilmutatakota.wordpress.com/2011/04/10/konsep-citra-kota-dalam-urban-design/

http://rumaharsitektur.blogspot.com/2011/08/elemen-rancang-kota.html

58
58
LAM IRAN

TIM PENYUSUN

59
59

Anda mungkin juga menyukai