Disusun
Oleh
Kelompok 1
Ekawati : 1404101050057
Arsitektur lanskap atau seni taman adalah ilmu yang mempelajari tentang
seni, perencanaan, perancangan, manajemen, perawatan, dan perbaikan tanah dan
perancangan konstruksi buatan-manusia skala besar. Ruang lingkup dari profesi
ini termasuk desain arsitektural, perencanaan lokasi, pengembangan estate,
restorasi lingkungan, perencanaan kota, perencanaan taman dan rekreasi,
perencanaan regional, perencanaan ruang, dan perawatan sejarah. Arsitek lanskap
dianggap merupakan sebuah profesi yang setara dengan dokter dan pengacara,
karena mereka membutuhkan pengajaran khusus dan lisensi profesional, seperti
yang dibutuhkan oleh pekerja profesional lainnya.
Lanskap, sering diberi pengertian oleh ahli geografi dengan bentang alam
atau kenampakan di atas permukaan bumi termasuk komponen penyusun hasil
kegiatan dan pengaruh manusia. Pengertian ini memberikan suatu indikasi bahwa
cakupan dari bentang alam terdiri atas elemen fisik, elemen biotis dan elemen dari
hasil budidaya manusia. Bentang alam ini dapat ditetapkan berdasar batas-batas
yang diinginkan. Ini berarti bahwa lanskap dapat ditetapkan dalam dimensi skala
makro, meso dan dapat pula dalam dimensi mikro. Oleh karena itu sangat luasnya
pengertian lanskap, maka penulis, termasuk Zonneveld dan Foreman (1990),
lanskap diberikan pengertian, termasuk hal-hal sebagai berikut :
1. Lanskap selalu terdiri atas hasil dari proses alam dan buatan manusia
dalam jangka waktu tertentu, saat ini dan pada waktu yang lalu.
2. Lanskap selalu berubah dari waktu ke waktu. Tetapi perubahannya tidak
dalam tingkat yang sama. Perubahan ada yang secara gradual tetapi ada
perubahan yang tiba-tiba karena suatu bencana alam. Apabila terjadi
perubahan yang mendadak pasti akan terjadi proses pemulihan yang
terjadi secara perlahan hingga mencapai keseimbangan baru.
Keseimbangan ini dapat ditandai dari parameter fisik, kimia dan biologik.
Meskipun dinamika lanskap ini terjadi kadang-kadang tidak terduga, tetapi
dalam waktu tertentu dapat diprediksi seperti proses suksesi atau proses
degradasi.
3. Lanskap merupakan sistem terbuka. Sistem ini sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor eksternal. Lanskap dapat dipahami dengan memperhatikan
daur materi, aliran energi dan organisma.
4. Lanskap sangat beraneka ragam (heterogeneous) dalam susunan horizontal
dan vertikal. Dalam aspek vertikal dapat diketemukan pada lapisan yang
ada di atmosfer, tegakan hutan dan lapisan tanah. Sementara susunan
horizontal dapat diketemukan batas-batas land from (bentuk lahan), land
unit (unit lahan) dan land use (penggunaan lahan).
Dalam skala makro, lanskap dapat ditetapkan mulai dari puncak gunung
hingga batas cakrawala di mana perairan laut sebagai batas, atau daratan dengan
batas garis pantai. Lanskap yang demikian ini adalah lanskap dalam perspektif
geomorfologi. Tetapi lanskap dapat pula, ditetapkan dalam skala meso yaitu suatu
kota atau pedesaan. Sementara dalam skala mikro, bentang alam dapat ditetapkan
dalam batas seuatu kawasan. Apabila diperhatikan, pada hakekatnya bentang alam
dalam skala makro merupakan permukaan bumi. Secara fisik, permukaan bumi ini
terdiri atas darat, udara dan laut. Ketiga komponen tersebut disebut fisiografi. Jadi
fisiografi adalah permukaan bumi yang terdiri atas darat, udara dan laut (Lobeck,
1939). Ketiga komponen permukaan bumi ini, dipelajari dalam ilmu yang
berbeda. Komponen daratan dipelajari dalam ilmu geomorfologi, udara dipelajari
dalam ilmu meteorologi, dan komponen laut dipelajari dalam ilmu oseanologi.
Periode Primitif , pola tergantung alam terutama magic menggunakan batu atau
kayu yang memiliki aspek ritual bebentuk asli atau dipahat.
Periode Antik-Klasik, Terjadi pada masa sebelum masehi. Taman pada periode
ini ditandai dengan pola simetris dan tertutup. Tanaman yang digunakan adalah
tanaman yang dapat dimakan atau dikonsumsi hasilnya serta untuk bahan baku
obat (herbal) dan aromaterapi (parfum). Contoh taman pada periode antik: Taman
Babylonia, Taman Mesir, Taman Persia dan Taman Periode Klasik (Taman
Yunani dan Taman Romawi).
Periode Medieval (abad 7-15), Belangsung sekitar abad ke 7 sampai abad ke 15.
Berhubungan erat dengan perkembangan agama Kristen (Umat Nasrani). Ciri
periode ini adalah Monastert Garden atau Cloister Garden dan memiliki seni
bangunan model Gothik. Taman pada periode ini ditandai dengan pola taman
berbentuk simetrik dan tertutup sama halnya dengan pola taman periode antik atau
klasik. Tanaman yang digunakan adalah tanaman untuk obat (herbal) untuk
konsumsi dengan tanaman hias, seperti tanaman bunga untuk ritual (upacara) dan
bersifat simbolik. Contoh taman pada periode abad pertengahan: Taman Bunga
Madonna Lily merupakan Lambang Bunda Maria.
Periode Modern (>20), Dimulai pada abad 20 masehi dengan bentuk taman yaitu
mempertimbangkan unsur manusia sebagai pengguna taman dan disesuaikan
dengan lingkungan sekitarnya. Termasuk dalam kategori taman berskala manusia.
Contoh taman pada periode Modern: Taman Rumah Tinggal, Taman Kota, Taman
Lingkungan dan Taman Bermain Anak-Anak.
II. PEMBAHASAN
Taman shinden-zukuri
Dalam bahasa Jepang, istilah taman (teien) terdiri dari dua aksara kanji,
niwa dan sono. Istilah niwa mengacu kepada lahan berkerikil untuk melakukan
kegiatan sehari-hari dan upacara keagamaan, dan sono mengacu kepada lahan
pertanian dan sawah berpengairan. Orang zaman Jōmon menamakan lahan tempat
mereka melakukan kegiatan, upacara keagamaan, dan mengumpulkan makanan
sebagai niwa. Benda-benda yang ada di lahan tersebut, seperti pohon, batu besar,
air terjun, dan kerikil di pantai sering kali dipercaya sebagai benda sakral yang
dihuni oleh arwah suci. Pasir, kerikil, atau batu dipakai untuk menandai tanah
yang dipercaya sebagai tempat sakral untuk berdoa. Batu-batu di laut dan gunung
dipercaya dihuni atau digunakan kami ketika turun dari langit (iwakura). Susunan
batu digunakan untuk menandai tempat suci (altar) yang disebut iwasaka.
Elemen dasar, prinsip, dan tema-tema untuk taman sudah dikenal orang
Jepang sejak zaman Heian. Buku-buku klasik mengenai pertamanan hingga kini
masih dijadikan pedoman sewaktu membangun taman Jepang. Buku pertamanan
tertua di Jepang adalah Sakuteiki (Catatan Membuat Taman) yang ditulis pada
pertengahan zaman Heian. Pengarangnya diperkirakan bernama Tachibana no
Toshitsuna. Dalam Sakuteiki, prinsip-prinsip pertamanan dari Cina disesuaikan
dengan estetika dan kondisi alam di Jepang. Konsep-konsep dalam Sakuteiki
antara lain diterapkan di taman lumut Saihō-ji di Kyoto. Tidak seperti halnya
buku pertamanan dari zaman sesudahnya, Sakuteiki hanya berisi teks dan tidak
dilengkapi ilustrasi. Di antara buku pedoman pertamanan dari zaman yang lebih
modern terdapat buku yang diperkirakan ditulis tahun 1466, Sanzui Narabi ni
Nogata no Zu (Ilustrasi untuk Merancang Lanskap Gunung dan Air) dan
Tsukiyama Teizōden (Catatan Pembangunan Taman Bukit Buatan) terbitan tahun
1735.
a. Air : Elemen dasar dalam taman Jepang adalah air, batu, dan tanaman.
Selain sebagai sumber kehidupan, air digunakan untuk menyucikan benda
dari dunia profan sebelum memasuki kawasan sakral. Air dialirkan dari
sungai untuk membuat kolam dan air terjun.
b. Tanaman : Bertolak belakang dari batu yang melambangkan keabadian,
pohon, perdu, bambu, rumpun bambu, lumut, dan rumput adalah benda
hidup yang tumbuh seiring dengan musim sebelum menjadi tua dan mati.
Bertolak belakang dengan taman gaya Eropa yang berfokus pada warna-
warni semak dan bunga, taman di kuil Zen hanya berupa hamparan pasir.
Taman rumah teh hanya menggunakan tanaman berdaun hijau dan pohon
maple yang daunnya menjadi merah di musim gugur. Perbedaan antara
lereng gunung, padang rumput, dan lembah dinyatakan dalam pemakaian
berbagai macam spesies pohon dan perdu yang dipotong dan dipangkas
hingga menyerupai berbagai bentuk. Pohon dan perdu juga dipakai sebagai
penghubung antardua lokasi pemandangan di dalam taman. Bukit-bukit
buatan dibangun dari gundukan tanah.
c. Batu : Batu-batu disusun untuk menyerupai bentuk-bentuk alam seperti
pegunungan, air terjun, dan pemandangan laut, dan dipilih berdasarkan
bentuk, ukuran, warna, dan tekstur. Batu adalah elemen terpenting dalam
taman karena dapat dipakai untuk melambangkan pegunungan, garis
pantai, dan air terjun. Batu untuk taman berasal dari pegunungan, pinggir
laut, atau pinggir sungai, dan digolongkan menjadi tiga jenis: batuan
sedimen, batuan beku, dan batuan malihan. Batuan sedimen biasanya
memiliki permukaan yang halus dan bulat karena terkikis air. Batuan
seperti ini dipasang di pinggir kolam dan sebagai batu pijakan di jalan
setapak. Batuan beku berasal dari gunung berapi dan biasanya memiliki
bentuk dan tekstur yang kasar. Batu seperti ini dipakai sebagai batu
pijakan atau sebagai elemen yang menonjol, misalnya diletakkan untuk
melambangkan puncak gunung. Batuan malihan adalah batu keras yang
biasanya dipasang di sekeliling air terjun atau aliran air. Batu potong dari
batuan sedimen juga populer untuk membangun jembatan, wadah batu
berisi air, dan lentera batu.
d. Pagar : Di taman rumah teh dan taman Jepang model kolam di tengah
(shisen kaiyū), pagar dan bangunan gerbang merupakan elemen penting
dalam lanskap. Pagar secara garis besar terdiri dari pagar hidup (ikigaki)
dari tanaman perdu yang dipangkas dan pagar buatan dari kayu atau
bambu. Pagar hidup berfungsi sebagai pembatas, penghalang pandangan,
pelindung dari angin, api, dan debu, serta penghambat suara. Pagar bambu
tembus cahaya (sukashigaki) disusun dari batang-batang bambu yang
lebar-lebar jaraknya hingga pemandangan di balik pagar masih terlihat.
Sebaliknya, pagar pembatas (shaheigaki) dibangun dari susunan bambu
yang rapat dan membatasi pemandangan di baliknya.Di dalam taman tidak
digunakan dinding dari tanah yang dikeraskan, kayu, atau batu. Dinding
hanya dipakai sebagai dinding luar pembatas taman.
e. Lentera : Lentera (tōrō) berasal dari tradisi Cina untuk menyumbangkan
lentera ke kuil Buddha. Sejak zaman Heian, lentera juga disumbangkan ke
kuil Shinto untuk penerangan di malam hari dan sebagai hiasan. Lentera
batu mulai dijadikan dekorasi standar di taman rumah teh sejak zaman
Muromachi.Setelah menjadi mode di taman-taman rumah teh, lentera batu
akhirnya dipasang di berbagai taman Jepang karena keindahan dan
kegunaannya.
f. Wadah Air : Wadah batu berisi air (tsukubai) adalah perlengkapan
standar taman rumah teh. Air dari tsukubai dipakai untuk mencuci tangan
tamu sebelum mengikuti upacara minum teh. Tradisi menyediakan wadah
batu berisi air di taman rumah teh berasal dari tradisi menyediakan wadah
batu berisi air dalam agama Buddha dan Shinto. Sebelum berdoa di kuil,
orang berkumur dan membersihkan diri dengan air dari wadah batu yang
disebut chōzubachi. Wadah batu yang diletakkan di tanah disebut tsukubai
chōzubachi (disingkat tsukubai) karena orang yang mengambil air harus
berjongkok (tsukubau). Setelah banyak dipasang di taman-taman, tsukubai
akhirnya dijadikan perlengkapan standar di taman-taman rumah teh.
Di depan pintu the shoppes marina bay sands terdapat Rain Oculus. Rain
oculus adalah sebuah ornamen bangunan Karya Ned Khan yang dapat
menciptakan gerakan pusaran air jika hujan turun diatasnya. Didepannya
terbentang teras yang luas disebut EVENT PLAZA. Event plaza adalah teater
terbuka yang merupakan area untuk konser, teater maupun opera. Tidak jauh dari
marina Bay terdapat taman Gardens by the Bay yang menawarkan pemandangan
pantai yang luar biasa.
c. Hotel Raffles
a) Amerika
National Park
Obyek-obyek berupa:
State Park
State Park adalah taman yang dikelola oleh negara bagaian masing-
masing yang berfungsi sebagai tempat rekreasi juga olah raga dan camping,
pada tempat-tempat tertentu, yang tidak menimbulkan kebakaran dan untuk
kegiatan-kegiatan camping ini disediakan fasilitas berupa : lokasi, tempat
parkir, tenda, tempat memasak, listrik dan lobang-lobang sanitasi. Kegiatan
camping dilakukan pada musim panas, yang harus diorganisir oleh suatu
badan misalnya anak-anak sekolah yang dididik untuk sadar ligkungan. Stae Park
mempunyai dasar hukum sehingga dapat menguasi daerah-daerah rawan yang
dinamakan hazard area, berupa tanah yang mudah longsor pada musim semi, baik
jalurnya maupun daerah-daerah yang longsor.
b) Brazil
Tata ruang yang ada pada saat itu tidak terlepas dari konteks ideologi yang
berkembang yaitu pengaruh politik kiri, seperti gedung-gedung yang didesain oleh
arsitek Oscar Niemeyer yang memenangi kontes untuk proyek perkotaan. Pada
tahun 1960, kota Brasilia diresmikan dan ditetapkan sebagai World Heritage
Site oleh UNESCO pada tahun 1987.
Sebagai tambahan, taman tersebut juga telah menjadi bagian dari sebuah
kampus bernama Federal University of Paraná. Setelah di portal masuk, taman
luas dalam gaya Prancis di tengah-tengah air mancur dapat dilihat, serta air terjun
dan danau, dan rumah kaca utama 458 meter persegi, yang penampungan di
interior, salinan karakteristik dari tanaman tropis daerah. Ini gulungan karpet yang
keluar dari bunga ke kanan pengunjung di pintu masuk. Untuk semakin
menambah keindahan dari taman, di dalam taman juga dibuat air mancur, air
terjun, dan juga sejumlah danau.
C. Perbedaan Arsitektur Pertamanan di Negara Asia dengan Negara
Amerika