Tahun 2019
Gardapati Sipondra
Tahun 2019
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
Penyediaan rumah menjadi salah satu bagian penting dalam majunya sebuah
negara. Rumah menjadi pilar tumbuh kembangnya keluarga yang baik dari sisi
kesejahteraan, kesehatan hingga aspek sosial. Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat melalui Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan
memperkirakan hingga tahun 2025 angka kebutuhan rumah di Indonesia mencapai 30
juta unit. Rumah bukan hanya tempat tinggal yang layak untuk dihuni namun juga
harus memenuhi syarat keandalan bangunan. Berdasarkan UU No. 28 tahun 2002
tentang bangunan gedung dalam pasal 3 menyatakan bahwa untuk mewujudkan
bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan gedung yang
serasi dan selaras dengan lingkungannya, harus menjamin keandalan bangunan gedung
dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
Keamanan bangunan gedung bukan hanya dilihat dari kekuatan struktur tetapi
juga ketahanan struktur saat terjadi bencana. Salah satu bencana yang rawan melanda
Indonesia beberapa dekade terakhir ini adalah gempa bumi. Hal ini mendukung sebuah
perencanaan bangunan yang tahan terhadap gempa bumi, sehingga struktur dapat
bertahan walaupun terjadi kerusakan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia menjadi
titik pertemuan tiga lempeng tektonik dunia yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng
Pasifik dan lempeng Eurasia. Lempeng Indo-Australia relatif bergerak ke utara,
lempeng Pasifik relatif bergerak ke barat dan lempeng Eurasia relatif bergerak ke
tenggara. Wilayah Indonesia juga sangat kaya dengan sebaran patahan aktif dan sesar
aktif. Sehingga tidak heran jika wilayah Indonesia memiliki resiko gempa bumi yang
tinggi. Gempa bumi berdampak besar terhadap keberlangsungan hidup manusia karena
mengakibatkan kerusakan bangunan tempat tinggal, runtuhnya gedung, korban jiwa,
harta benda dan masalah sosial lainnya. Bencana gempa bumi memang tidak bisa
diprediksi, namun dengan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi diharapkan
mampu meminimalisir kerusakan bangunan akibat gempa bumi. Penggunaan material
yang ringan namun kuat seperti baja canai dingin dapat dijadikan sebagai salah satu
solusi menjawab masalah tersebut.
Baja canai dingin dibuat dengan pons yang dipotong dari lembaran baja atau
pelat baja tipis dengan bahan mutu tinggi, kemudian dibentuk dengan mesin roll-
forming. Proses pengerjaan dilakukan dalam kondisi dingin sehingga sering dikenal
dengan nama baja canai dingin (cold-formed atau cold-rolled). Proses memberi
tekukan pada baja itulah yang membuat baja memiliki struktur kokoh. Keunggulan
dari penggunaan baja canai dingin antara lain adalah berat yang ringan, pemasangan
relatif mudah dan cepat, harga yang kompetitif, dan ketahanan terhadap berbagai
kondisi lingkungan. Tidak hanya penggunaan material, pemahaman yang
komprehensif mengenai berbagai aspek dalam pembangunan hunian atau gedung
sangatlah penting untuk mendapatkan hasil yang optimum dari segi fungsi, ekonomi,
dan pemeliharaan. Diharapkan ide dan desain yang dibawa oleh penulis dapat menjadi
salah satu referensi model pembangunan hunian atau gedung di Indonesia di masa
mendatang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perancangan sebuah rumah dua lantai menggunakan baja canai dingin
bernuansa futuristik dengan memperhatikan aspek kekokohan, keringanan,
ketahanan gempa, estetika dan ramah lingkungan?
2. Bagaimana cara membuat sambungan baja canai dingin yang tahan gempa pada
model bangunan sebenarnya?
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang ingin dicapai
adalah :
1. Mendapatkan desain rumah dari baja canai dingin yang kokoh, ringan, dan tahan
gempa
2. Mendapatkan desain rumah yang nyaman dan sehat dengan konsep ramah
lingkungan dan hemat energi
3. Mendapatkan desain bangunan berarsitektur modern bernuansa futuristik
4. Merancang sistem dan metode perencanaan rumah yang ekonomis, mudah dan
cepat
Proposal ini dibuat dengan menggunakan metode studi pustaka. Studi pustaka
dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari literatur-literatur yang berhubungan
dengan proposal ini.
BAB II
Atap pelana bercirikan dua bidang trapesium dengan kemiringan 30-40 derajat
yang bertemu di puncak (bubungan). Atap ini sangat cocok diterapkan di wilayah
Indonesia yang beriklim tropis. Air hujan dapat dengan mudah mengalir kebawah.
Selain itu, bentuk langit-langit yang tinggi dapat mengurangi hawa panas dalam
ruangan. Hal inilah yang menjadi sumber ide bangunan modern kami yaitu E-Fuse
“Eco-Futura House”. Untuk mengangkat kesan agar desain atap tidak kuno dan biasa
saja kami menggunakan konsep arsitektur modern dalam rumah kami, sehinga
bangunan mempunyai nilai estetika lebih dan bernuansa futuristik. Arsitektur modern
dapat dilihat pada gaya karakteristik bangunan yang mengutamakan kesederhanaan
bentuk dan menghindari banyaknya ornamen.
Pemanasan global yang terjadi menuntut kita sebagai praktisi sipil mendesain
bangunan yang ramah lingkungan, dimana bangunan tidak banyak mengkonsumsi
energi listrik seperti pendingin dan lainnya. Oleh karena itu dalam desain bangunan
ini ketersediaan udara bersih, pencahayaan alami, penghawaan menjadi standar utama.
Prosesnya yaitu dengan pengkondisian udara buatan dari sistem “cross ventilation”
(Gambar 2) yang ditangkap oleh air di kolam depan (Gambar 1) untuk meningkatkan
kelembaban udara sekitar. Selain itu sistem pencahayaan di siang hari memaksimalkan
cahaya dari sinar matahari. Ventilasi juga memaksimalkan adanya bukaan dan kaca
dengan sistem sun shading yang akan memberikan efek lembut pada cahaya yang
masuk sehingga penghuni tidak silau (Gambar 3). Letak rumah menghadap ke arah
selatan, sehingga teras dan bagian depan rumah akan lebih sering teduh. Pada pagi hari
bagian depan rumah terkena sinar matahari dari arah samping, begitu pula pada sore
hari juga mendapat sinar matahari dari arah samping rumah. Letak rumah menghadap
ke selatan memberikan efek teduh dan dapat menciptakan kenyamanan lebih bagi
penghuninya.
1) Limbah Feses
Desain pembuangan yaitu komunal dimana pada konstruksi sebenarnya rumah
desain kami dibangun secara massal pada suatu lokasi (perumahan), sehingga sistem
pembuangan limbahnya komunal dan bersama. Hal ini untuk menghindari pencemaran
air dimana kita ketahui syarat sumber air bersih dengan jarak septictank 10 meter dari
rumah tinggal. Sehingga dengan septictank bersama ini lebih ramah lingkungan dan
ekonomis karena 1 bangunan septictank bisa digunakan bersama.
Limbah non feses sebelumnya disaring pada bak kontrol yang ada di setiap depan
rumah. Pengolahan limbah ini dilakukan dalam empat tahapan. Tahap pertama
pemisahan limbah berukuran makro (besar) seperti limbah sisa ikan menggunakan
saringan kawat yang disusun berlapis. Lapisan pertama kawat dengan celah lubang
besar, lapisan kedua kawat dengan celah lubang sedang, dan lapisan ketiga kawat
dengan celah lubang kecil. Setelah melewati saringan ini, maka hasilnya hanya limbah
cair bangunan. Limbah cair bangunan ini dilolah pada tahap kedua yaitu filter berlapis
berbahan nano karbon aktif dan nano zeolit. Ketika limbah cair melewati lapisan nano
karbon aktif akan terjadi proses degradasi warna, bau dan membunuh bakteri yang
terkandung pada limbah cair. Dari sifat fisik dan kimia, karbon aktif memang memiliki
kemampuan absorben terhadap warna, bau dan dapat membunuh bakteri. Nano karbon
aktif memiliki kemampuan absorben yang baik terhadap warna dan bau serta
membunuh bakteri, karena ukurannya nano meter setara dengan 10-9 meter. Ketika
limbah cair melewati lapisan nano zeolit terjadi proses absorsi logam berat. Dari sifat
fisik, zeolit memang memiliki kemampuan absorben terhadap logam berat, hal ini
terjadi karena zeolit memiliki pori unik yang dapat mengabsorbsi logam berat. Nano
zeolit memiliki kemampuan absorben yang baik terhadap logam berat yang terkandung
pada limbah cair karena ukurannya nano meter setara dengan 10-9 meter. Setelah
melewati tahap kedua ini maka limbah sudah tidak berbahaya lagi dan tidak akan
mecemari lingkungan. Tahap ketiga, limbah yang sudah aman dialirkan ke suatu
tabung untuk dianalisa COD dan BOD. Selanjutnya, tahap terakhir air limbah dialirkan
pada tempat pembuangan akhir.
2.2.1 Material
Pada bangunan sebenarnya untuk menggabungkan square box jadi satu yaitu
dengan di las, sedangkan alat sambung antar struktur menggunakan plat dan baut
dengan diameter tertentu sesuai SNI 7971-2013 Struktur Baja Canai Dingin Pasal
5.3.5.
2.2.3 Pembebanan
1. Beban Mati
Canal profil C 75.35.0,75 fu = 550 MPa
Mutu G550 (berat 7850 kg/m³) fy = 0,9fu = 495 MPa
Tinggi 2,6 m Ag = 115,4419 mm
5 buah kuda-kuda (jarak 1,5 m)
18 buah gording (jarak 0,65 m)
Atap galvalum (ukuran 77 x 88 cm;berat 2,5 kg/lembar)
• Berat gording = 18 x (0,075 x 0,035 x 0,00075) x 7850 = 1,7 kg
• Beban atap
• L = 1,5 m x 0,65 m = 0,975 m²
2,5 2,5
• P = L x (77 x 88) = 0,975 x (77 x 88) = 3,585 kg
• Beban angin
Tekanan angin = 40 kg/m²
Angin tekan (sudut atap 30º) = 0,2 x 40 kg/m² = 8 kg/m²
Angin hisap (sudut atap 30º) = 0,4 x 40 kg/m² = 16 kg/m²
• Menghitung luasan gaya pada setiap buhul kuda-kuda
- Jarak antar kuda-kuda = 1,5 m
- Jarak antar gording = 0,65 m 1,2 x 0,65 = 0,975 m²
sehingga didapat :
- Angin tekan
P = 8 kg/m² x 0,975 m² = 7,8 kg
- Angin hisap
P = 16 kg/m² x 0,975 m² = 15,6 kg
2. Beban Plat Lantai Lt. 2
• Beban hidup plat lantai = 200 kg/m² = 2 kN/m²
• Beban mati yang bekerja pada plat lantai
- Beban pasir setebal 1 cm = 0,01 x 16 = 0,16 kN/m²
- Beban spesi setebal 3 cm = 0,03 x 21 = 0,63 kN/m²
- Beban lantai parket tebal 1 cm = 0,01 x 24 = 0,24 kN/m²
- Beban plafon dan penggantung = 0,2 kN/m²
- Beban instalasi ME = 0,04 kN/m² +
TOTAL = 1,27 kN/m²
3. Beban Dinding
• Dinding calsiboard (30% berat pasangan bata) = 30% x 250 kg/m²
= 75 kg/m²
• Lt. 2 = 75 kg/m² x 3,6 m = 270 kg/m = 2,7 kN/m
2.2.4 Standar/Code
Analisa Struktur
SAP 2000 V.14
Gambar Rancangan dan
Visualisasi
Yes / No
Kontrol Penampang
Perencanaan Sambungan
Metode Pelaksanaan
Selesai
Sistem struktur yang digunakan dalam perancangan bangunan ini adalah sistem
portal. Portal adalah suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian struktur yang saling
berhubungan dan berfungsi menahan beban sebagai suatu kesatuan lengkap yang
berdiri sendiri dengan atau tanpa dibantu oleh diafragma-diafragma horizontal atau
sistem-sistem lantai.
b) Portal tertutup, dimana momen-momen dan gaya yang bekerja pada konstruksi
ditahan terlebih dahulu oleh sloof/beam kemudian diratakan, baru sebagian kecil
beban dilimpahkan ke pondasi. Sloof/beam berfungsi sebagai pengikat kolom
yang satu dengan yang lain untuk mencegah terjadinya Differential Settlement.
Rangka atap bangunan berbentuk atap pelana dengan denah detail atap sebagai
berikut :
Dengan visualisasi hasil analisis struktur pada SAP 2000 sebagai berikut :
3.2.1. Material
Tabel 3.1 Material Model
Nama Material Keterangan
3. Merangkai balok induk dengan kolom dan merangkai balok anak dengan balok
induk untuk lantai 1.
4. Merangkai balok dengan kolom untuk lantai 2.
Lem
Lem
Lem
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Struktur bangunan menggunakan baja canai dingin dapat membuat berat bangunan
relatif lebih ringan. Karena memiliki berat yang lebih ringan dibandingkan material
lain, maka struktur bangunan yang menggunakan baja canai dingin lebih kokoh
terhadap beban gempa.
2. Struktur dan arsitektur bangunan dirancang menggunakan konsep rumah modern
untuk mengangkat kesan agar tidak kuno dan biasa saja, sehingga bangunan
mempunyai nilai estetika dan bernuansa futuristic. Arsitektur modern dapat dilihat
pada gaya karakteristik bangunan yang mengutamakan kesederhanaan bentuk dan
menghindari banyaknya ornamen.
3. Bangunan dirancang berwawasan lingkungan dengan adanya energi terbarukan
tambahan panel surya, sistem zero waste pengolahan limbah dengan desain
kenyamanan, keamanan dan kesehatan bangunan yang diperhatikan dalam
rancangan.
4. Hasil rancangan menunjukkan keamanan struktur sehingga bangunan dapat
direalisasikan.
5. Beban horizontal yang diterapkan yaitu
6. Metode dan sistem perakitan mudah dipahami, sehingga dapat diterapkan oleh
masyarakat umum. Melalui metode ini waktu pengerjaan lebih cepat dan ekonomis
sehingga dapat menekan biaya material dan tenaga selama pengkonstruksian.
LAMPIRAN