Anda di halaman 1dari 28

Proposal Kompetisi Bangunan Gedung Indonesia XI

Tahun 2019

Gardapati Sipondra

E-Fuse “Eco-Futura House”

Jurusan Teknik Sipil

Politeknik Negeri Semarang

Tahun 2019
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyediaan rumah menjadi salah satu bagian penting dalam majunya sebuah
negara. Rumah menjadi pilar tumbuh kembangnya keluarga yang baik dari sisi
kesejahteraan, kesehatan hingga aspek sosial. Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat melalui Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan
memperkirakan hingga tahun 2025 angka kebutuhan rumah di Indonesia mencapai 30
juta unit. Rumah bukan hanya tempat tinggal yang layak untuk dihuni namun juga
harus memenuhi syarat keandalan bangunan. Berdasarkan UU No. 28 tahun 2002
tentang bangunan gedung dalam pasal 3 menyatakan bahwa untuk mewujudkan
bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan gedung yang
serasi dan selaras dengan lingkungannya, harus menjamin keandalan bangunan gedung
dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.

Dari nilai kesehatan, kenyamanan dan kemudahan, bangunan ramah


lingkungan sekarang ini menjadi dasar perencanaan yang baik. Dalam merencanakan
suatu rumah sirkulasi dan pencahayaan harus dipikirkan. Sirkulasi dan transportasi
sanitasi yang baik dalam perencanaan ini yaitu septictank bersama dan kolam bantuan
pengolahan limbah rumah tangga. Letak rumah menghadap ke selatan untuk
memberikan kenyamanan lebih dari segi pencahayaan. Dalam perencanaan rumah ini
juga digunakan panel surya sebagai energi tambahan. Kemudahan akses transportasi
yang baik dan arsitektur yang indah membuat penghuni betah di rumah. Arsitektur
juga menjadi nilai penting. Untuk mengangkat kesan agar tidak kuno dan biasa saja
kami menggunakan konsep arsitektur modern dalam rumah kami, sehinga bangunan
mempunyai nilai estetika dan bernuansa futuristik. Arsitektur modern dapat dilihat
pada bangunan dengan gaya karakteristik yang mengutamakan kesederhanaan bentuk
dan meghindari banyaknya ornamen.

Keamanan bangunan gedung bukan hanya dilihat dari kekuatan struktur tetapi
juga ketahanan struktur saat terjadi bencana. Salah satu bencana yang rawan melanda
Indonesia beberapa dekade terakhir ini adalah gempa bumi. Hal ini mendukung sebuah
perencanaan bangunan yang tahan terhadap gempa bumi, sehingga struktur dapat
bertahan walaupun terjadi kerusakan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia menjadi
titik pertemuan tiga lempeng tektonik dunia yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng
Pasifik dan lempeng Eurasia. Lempeng Indo-Australia relatif bergerak ke utara,
lempeng Pasifik relatif bergerak ke barat dan lempeng Eurasia relatif bergerak ke
tenggara. Wilayah Indonesia juga sangat kaya dengan sebaran patahan aktif dan sesar
aktif. Sehingga tidak heran jika wilayah Indonesia memiliki resiko gempa bumi yang
tinggi. Gempa bumi berdampak besar terhadap keberlangsungan hidup manusia karena
mengakibatkan kerusakan bangunan tempat tinggal, runtuhnya gedung, korban jiwa,
harta benda dan masalah sosial lainnya. Bencana gempa bumi memang tidak bisa
diprediksi, namun dengan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi diharapkan
mampu meminimalisir kerusakan bangunan akibat gempa bumi. Penggunaan material
yang ringan namun kuat seperti baja canai dingin dapat dijadikan sebagai salah satu
solusi menjawab masalah tersebut.

Baja canai dingin dibuat dengan pons yang dipotong dari lembaran baja atau
pelat baja tipis dengan bahan mutu tinggi, kemudian dibentuk dengan mesin roll-
forming. Proses pengerjaan dilakukan dalam kondisi dingin sehingga sering dikenal
dengan nama baja canai dingin (cold-formed atau cold-rolled). Proses memberi
tekukan pada baja itulah yang membuat baja memiliki struktur kokoh. Keunggulan
dari penggunaan baja canai dingin antara lain adalah berat yang ringan, pemasangan
relatif mudah dan cepat, harga yang kompetitif, dan ketahanan terhadap berbagai
kondisi lingkungan. Tidak hanya penggunaan material, pemahaman yang
komprehensif mengenai berbagai aspek dalam pembangunan hunian atau gedung
sangatlah penting untuk mendapatkan hasil yang optimum dari segi fungsi, ekonomi,
dan pemeliharaan. Diharapkan ide dan desain yang dibawa oleh penulis dapat menjadi
salah satu referensi model pembangunan hunian atau gedung di Indonesia di masa
mendatang.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perancangan sebuah rumah dua lantai menggunakan baja canai dingin
bernuansa futuristik dengan memperhatikan aspek kekokohan, keringanan,
ketahanan gempa, estetika dan ramah lingkungan?
2. Bagaimana cara membuat sambungan baja canai dingin yang tahan gempa pada
model bangunan sebenarnya?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang ingin dicapai
adalah :

1. Mendapatkan desain rumah dari baja canai dingin yang kokoh, ringan, dan tahan
gempa
2. Mendapatkan desain rumah yang nyaman dan sehat dengan konsep ramah
lingkungan dan hemat energi
3. Mendapatkan desain bangunan berarsitektur modern bernuansa futuristik
4. Merancang sistem dan metode perencanaan rumah yang ekonomis, mudah dan
cepat

1.4 Metode Penulisan

Proposal ini dibuat dengan menggunakan metode studi pustaka. Studi pustaka
dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari literatur-literatur yang berhubungan
dengan proposal ini.
BAB II

DESAIN BANGUNAN UKURAN SEBENARNYA

2.1 Dasar Teori Desain

2.1.1 Konsep Arsitektur Modern

Perkembangan arsitektur di Indonesia sangat pesat beberapa dekade ini. Salah


satu arsitektur yang banyak diminati adalah arsitektur modern. Arsitektur modern
dapat dilihat pada sejumlah bangunan dengan gaya karakteristik yang mengutamakan
kesederhanaan bentuk dan menghindari banyaknya ornamen. Fungsi ruang pada
bangunan didapatkan dari pola aktivitas penghuninya. Material bangunan yang
digunakan juga mampu menciptakan hasil akhir berupa estetika yang diinginkan. Pada
proposal ini yang diangkat yaitu bangunan berarsitektur modern bernuansa futuristik
yang dipadukan dengan konsep ramah lingkungan.

2.1.2 Konsep Desain Atap Pelana Modern

Atap pelana bercirikan dua bidang trapesium dengan kemiringan 30-40 derajat
yang bertemu di puncak (bubungan). Atap ini sangat cocok diterapkan di wilayah
Indonesia yang beriklim tropis. Air hujan dapat dengan mudah mengalir kebawah.
Selain itu, bentuk langit-langit yang tinggi dapat mengurangi hawa panas dalam
ruangan. Hal inilah yang menjadi sumber ide bangunan modern kami yaitu E-Fuse
“Eco-Futura House”. Untuk mengangkat kesan agar desain atap tidak kuno dan biasa
saja kami menggunakan konsep arsitektur modern dalam rumah kami, sehinga
bangunan mempunyai nilai estetika lebih dan bernuansa futuristik. Arsitektur modern
dapat dilihat pada gaya karakteristik bangunan yang mengutamakan kesederhanaan
bentuk dan menghindari banyaknya ornamen.

Gambar 2.1 Atap Pelana Modern


Keterangan : Tampak depan bentuk atap
Sumber : Desain pribadi
2.1.3 Konsep Bangunan Hemat Energi

Green building atau bangunan hijau menurut PERMEN PU No.


02/PRT/M/2015 adalah bangunan gedung yang memenuhi persyaratan dan memiliki
kinerja terukur secara signifikan dalam penghematan energi, air, dan sumber daya
lainnya melalui penerapan prinsip bangunan gedung hijau sesuai fungsi dan klasifikasi
dalam setiap tahap penyelenggaraan. Dalam rancangan rumah ini digunakan panel
surya yang berfungsi sebagai energi tambahan sehingga tidak bergantung pada PLN.

Gambar 2.2 Panel surya dan penerapannya


Sumber : www.gogreensolar.com dan desain pribadi

2.1.4 Konsep Bangunan Ramah Lingkungan

Pemanasan global yang terjadi menuntut kita sebagai praktisi sipil mendesain
bangunan yang ramah lingkungan, dimana bangunan tidak banyak mengkonsumsi
energi listrik seperti pendingin dan lainnya. Oleh karena itu dalam desain bangunan
ini ketersediaan udara bersih, pencahayaan alami, penghawaan menjadi standar utama.
Prosesnya yaitu dengan pengkondisian udara buatan dari sistem “cross ventilation”
(Gambar 2) yang ditangkap oleh air di kolam depan (Gambar 1) untuk meningkatkan
kelembaban udara sekitar. Selain itu sistem pencahayaan di siang hari memaksimalkan
cahaya dari sinar matahari. Ventilasi juga memaksimalkan adanya bukaan dan kaca
dengan sistem sun shading yang akan memberikan efek lembut pada cahaya yang
masuk sehingga penghuni tidak silau (Gambar 3). Letak rumah menghadap ke arah
selatan, sehingga teras dan bagian depan rumah akan lebih sering teduh. Pada pagi hari
bagian depan rumah terkena sinar matahari dari arah samping, begitu pula pada sore
hari juga mendapat sinar matahari dari arah samping rumah. Letak rumah menghadap
ke selatan memberikan efek teduh dan dapat menciptakan kenyamanan lebih bagi
penghuninya.

Gambar 2.3 Visualisasi bangunan ramah lingkungan


Keterangan : (1) Penerapan kolam pada desain sebenarnya , (2) Sistem Cross Ventilation, (3)
Konsep sistem pencahayaan

2.1.5 Konsep Zero Waste

Media kolam pada (Gambar 1) bukan hanya sebagai penjaga kelembaban


udara, tetapi juga sebagai penampung dan pengolahan limbah rumah tangga ringan.

2.1.5.1 Pengolahan Limbah Ringan (Penerapan Eleketrokoagulasi)


Dalam sanitasi ke arah pembuangan (kolam pada Gambar 1) di terapkan
penyaringan dengan teknologi elektrokoagulasi. Hal ini untuk menetralisir limbah-
limbah yang telah terkontaminasi bahan kimia seperti sabun agar tidak mencemari
lingkungan. Dalam proses elektrokoagulasi terjadi oksidasi alumunium Al(OH)3.
Arus listrik yang dialirkan melalui elektroda akan menimbulkan elektrokimia. Dalam
proses elektrolisa ini pada katoda akan dihasilkan gas hidrogen dan ion hidroksida.
Sedangkan pada anoda akan terjadi reaksi oksidasi ion sisa asamnya. Karena dalam
proses elektrokoagulasi ini banyak menghasilkan gelembung-gelembung gas H2, O2
dan Cl, kemudian gas tersebut akan terangkat naik ke atas permukaan (Tjokrokusumo,
1995).
Gambar 2.4 Sistem elektrokoagulasi dan hasil uji limbah
Keterangan :Hasil pengujian didapatkan bersama teman kost kating
dari Fisika FMIPA Universitas Diponegoro

2.1.5.1 Pengolahan Limbah Berat


Pada pengolahan limbah bangunan dengan kelompok berat ini dibagi menjadi
2 yaitu limbah dari feses manusia dan limbah non feses :

1) Limbah Feses
Desain pembuangan yaitu komunal dimana pada konstruksi sebenarnya rumah
desain kami dibangun secara massal pada suatu lokasi (perumahan), sehingga sistem
pembuangan limbahnya komunal dan bersama. Hal ini untuk menghindari pencemaran
air dimana kita ketahui syarat sumber air bersih dengan jarak septictank 10 meter dari
rumah tinggal. Sehingga dengan septictank bersama ini lebih ramah lingkungan dan
ekonomis karena 1 bangunan septictank bisa digunakan bersama.

2) Limbah Non Feses

Limbah non feses sebelumnya disaring pada bak kontrol yang ada di setiap depan
rumah. Pengolahan limbah ini dilakukan dalam empat tahapan. Tahap pertama
pemisahan limbah berukuran makro (besar) seperti limbah sisa ikan menggunakan
saringan kawat yang disusun berlapis. Lapisan pertama kawat dengan celah lubang
besar, lapisan kedua kawat dengan celah lubang sedang, dan lapisan ketiga kawat
dengan celah lubang kecil. Setelah melewati saringan ini, maka hasilnya hanya limbah
cair bangunan. Limbah cair bangunan ini dilolah pada tahap kedua yaitu filter berlapis
berbahan nano karbon aktif dan nano zeolit. Ketika limbah cair melewati lapisan nano
karbon aktif akan terjadi proses degradasi warna, bau dan membunuh bakteri yang
terkandung pada limbah cair. Dari sifat fisik dan kimia, karbon aktif memang memiliki
kemampuan absorben terhadap warna, bau dan dapat membunuh bakteri. Nano karbon
aktif memiliki kemampuan absorben yang baik terhadap warna dan bau serta
membunuh bakteri, karena ukurannya nano meter setara dengan 10-9 meter. Ketika
limbah cair melewati lapisan nano zeolit terjadi proses absorsi logam berat. Dari sifat
fisik, zeolit memang memiliki kemampuan absorben terhadap logam berat, hal ini
terjadi karena zeolit memiliki pori unik yang dapat mengabsorbsi logam berat. Nano
zeolit memiliki kemampuan absorben yang baik terhadap logam berat yang terkandung
pada limbah cair karena ukurannya nano meter setara dengan 10-9 meter. Setelah
melewati tahap kedua ini maka limbah sudah tidak berbahaya lagi dan tidak akan
mecemari lingkungan. Tahap ketiga, limbah yang sudah aman dialirkan ke suatu
tabung untuk dianalisa COD dan BOD. Selanjutnya, tahap terakhir air limbah dialirkan
pada tempat pembuangan akhir.

Gambar 2.5 Alur limbah bangunan – Bak kontrol – Septictank bersama

2.2 Kriteria Desain

2.2.1 Material

Penggunaan material pada bangunan sebenarnya adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Material Bangunan


No. Pekerjaan Material
1. Pondasi footplat Pasir, batu split, semen, air,
tulangan besi, papan bekisting
2. Portal Kolom, balok, ring balk, tangga
(square box canai 30x30x2 mm
untuk kolom, LC 150x130x20x2,3
mm untuk balok induk dan LC
125x100x20x2,3 mm untuk balok
anak)
3. Dinding Kerangka dinding (canai C
100x50x2 mm)
Dinding papan fiber semen
(calsiboard)
Dinding bawah t=70 cm dan 100
cm (pada kamar mandi dan tempat
cuci) menggunakan bata ringan
hebel
Partisi antar ruang papan
calsiboard
Batako finishing plester trasram
untuk kamar mandi
4. Ventilasi Pintu dan jendela kayu bekas
5. Lantai Lantai 1 keramik granitile 60x60
cm, lantai 2 papan fiber semen
lantai+parket
6. Atap Rangka kuda-kuda baja canai
dingin
Penutup : galvalum (zincalum)
Plafond + rangka hollow
7. Material lainnya Material lainnya seperti sanitasi
dan kelistrikan seperti closed
8. Arsitektur Ornamen batu temple, panel surya,
dll

2.2.2 Alat Sambung

Pada bangunan sebenarnya untuk menggabungkan square box jadi satu yaitu
dengan di las, sedangkan alat sambung antar struktur menggunakan plat dan baut
dengan diameter tertentu sesuai SNI 7971-2013 Struktur Baja Canai Dingin Pasal
5.3.5.
2.2.3 Pembebanan
1. Beban Mati
Canal profil C 75.35.0,75 fu = 550 MPa
Mutu G550 (berat 7850 kg/m³) fy = 0,9fu = 495 MPa
Tinggi 2,6 m Ag = 115,4419 mm
5 buah kuda-kuda (jarak 1,5 m)
18 buah gording (jarak 0,65 m)
Atap galvalum (ukuran 77 x 88 cm;berat 2,5 kg/lembar)
• Berat gording = 18 x (0,075 x 0,035 x 0,00075) x 7850 = 1,7 kg
• Beban atap
• L = 1,5 m x 0,65 m = 0,975 m²
2,5 2,5
• P = L x (77 x 88) = 0,975 x (77 x 88) = 3,585 kg

• Beban angin
Tekanan angin = 40 kg/m²
Angin tekan (sudut atap 30º) = 0,2 x 40 kg/m² = 8 kg/m²
Angin hisap (sudut atap 30º) = 0,4 x 40 kg/m² = 16 kg/m²
• Menghitung luasan gaya pada setiap buhul kuda-kuda
- Jarak antar kuda-kuda = 1,5 m
- Jarak antar gording = 0,65 m 1,2 x 0,65 = 0,975 m²

sehingga didapat :
- Angin tekan
P = 8 kg/m² x 0,975 m² = 7,8 kg
- Angin hisap
P = 16 kg/m² x 0,975 m² = 15,6 kg
2. Beban Plat Lantai Lt. 2
• Beban hidup plat lantai = 200 kg/m² = 2 kN/m²
• Beban mati yang bekerja pada plat lantai
- Beban pasir setebal 1 cm = 0,01 x 16 = 0,16 kN/m²
- Beban spesi setebal 3 cm = 0,03 x 21 = 0,63 kN/m²
- Beban lantai parket tebal 1 cm = 0,01 x 24 = 0,24 kN/m²
- Beban plafon dan penggantung = 0,2 kN/m²
- Beban instalasi ME = 0,04 kN/m² +
TOTAL = 1,27 kN/m²
3. Beban Dinding
• Dinding calsiboard (30% berat pasangan bata) = 30% x 250 kg/m²
= 75 kg/m²
• Lt. 2 = 75 kg/m² x 3,6 m = 270 kg/m = 2,7 kN/m
2.2.4 Standar/Code

Standar yang digunakan dalam perancangan bangunan ini adalah SNI


7972- 2013 tentang Baja Canai Dingin, SNI 1726-2012 tentang Pembebanan
Gempa, dan SNI 1727-2013 Pembebanan minimum struktur gedung.
2.2.5 Metodologi Desain
Mulai

Studi Literatur dan


Pengumpulan Data

Konsep dan Desain Bangunan Perhitungan Pembebanan

Analisa Struktur
SAP 2000 V.14
Gambar Rancangan dan
Visualisasi
Yes / No
Kontrol Penampang

Perencanaan Sambungan

Metode Pelaksanaan

Finalisasi Gambar Kerja Struktur dan Arsitektur

Selesai

Gambar 2.7 Flowchart Metode


2.3 Sistem Struktur

Sistem struktur yang digunakan dalam perancangan bangunan ini adalah sistem
portal. Portal adalah suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian struktur yang saling
berhubungan dan berfungsi menahan beban sebagai suatu kesatuan lengkap yang
berdiri sendiri dengan atau tanpa dibantu oleh diafragma-diafragma horizontal atau
sistem-sistem lantai.

Pada dasarnya sistem struktur bangunan terdiri 2, yaitu :


a) Portal terbuka, dimana seluruh momen-momen dan gaya yang bekerja pada
konstruksi ditahan sepenuhnya oleh pondasi, sedangkan sloof hanya berfungsi
untuk menahan dinding saja. Pada portal terbuka kekuatan dan kekakuan portal
dalam menahan beban lateral dan kestabilannya tergantung pada kekuatan dari
elemen-elemen strukturnya.

b) Portal tertutup, dimana momen-momen dan gaya yang bekerja pada konstruksi
ditahan terlebih dahulu oleh sloof/beam kemudian diratakan, baru sebagian kecil
beban dilimpahkan ke pondasi. Sloof/beam berfungsi sebagai pengikat kolom
yang satu dengan yang lain untuk mencegah terjadinya Differential Settlement.

2.4 Modelisasi Struktur


Pemodelan ini dilakukan dengan bantuan program SAP 2000. Masing-masing
elemen struktur dimodelkan berdasarkan data rencana dengan material sesuai rencana.
Adapun hasil pemodelan struktur bangunan ini sebagai berikut :

Gambar 2.8 Modelisasi Struktur


Keterangan : (a) Modelisasi Portal keseluruhan (b) Modelisasi Struktur Keseluruhan

2.5 Analisa Struktur

2.5.1 Perencanaan Atap

Rangka atap bangunan berbentuk atap pelana dengan denah detail atap sebagai
berikut :

Gambar 2.9 Denah Kuda-kuda


Gambar 2.10 Analisa Struktur Kuda-kuda
Didapatkan data (Lampiran) bahwa beban nominal penampang dalam
menerima lebih besar dari beban itu sendiri sehingga konstruksi yang direncanakan
aman.

2.5.2 Perencanaan Portal

1. Perencanaan Struktur Balok

2. Perencanaan Struktur Kolom

Dengan visualisasi hasil analisis struktur pada SAP 2000 sebagai berikut :

Gambar 2.11 Analisa Struktur Portal

2.6 Desain Komponen Struktur


Desain komponen struktur pada bangunan sebenarnya yaitu bentuk
penyekalaan yang mendekati dengan komponen model dimana dimensinya didapatkan
dari hasil perencanaan analisa struktur.

Gambar 2.12 Komponen Struktur Bangunan Sebenarnya


Gambar 2.13 Kerangka Kuda-kuda
Tabel 2.5 Tabel Komponen Struktur

No Komponen Ukuran Keterangan


Sebenarnya
1 Pondasi 50x50x20cm, Footplan struktur beton K250 dengan
tinggi pedestal 100 cm
2 Kolom 12 x 12 cm Kolom menggunakan square box 40x40
ketebalan 3mm yang di rakit 9 batang
jadi satu sehingga dimensinya 12x12 cm
(Gambar Keterangan 1)
3 Balok 12,7x10,6 cm Balok induk pakai LC12730 ukuran
Induk 127x106x3 mm (Gambar Keterangan
2)
4 Balok Anak 10,3x6,8 cm Balok anak pakai LC12730 103x68x3
mm (Gambar Keterangan 3)
5 Kerangka 100x50x2mm Kerangka penopang lantai dengan C-
Plat Lt.2 Chanel (Gambar Keterangan 4)
6 Tangga - Tangga pakai LC12730 ukuran
127x106x3 mm dengan pesan terlebih
dahulu (precast)
7 Kerangka 100x50x2mm Menggunakan kerangka C chanel, yang
Dinding berfungsi juga sebagai balok lateui pada
jendela (Gambar Keterangan 5)
8 Plafond 50x50x0,4 Hollow kerangka plafond
9 Atap 75x100x1mm Menggunakan baja C-Chanel (Gambar
Keterangan 6)
BAB III

DESAIN MODEL BANGUNAN GEDUNG

3.1. Dasar Teori Model

3.2. Kriteria Desain


Acuan yang dignakan dlam perancangan gedung ini adalah SNI 7971 :
2013 Struktur Baja Canai Dingin.

3.2.1. Material
Tabel 3.1 Material Model
Nama Material Keterangan

Multiplek Tebal 12mm,6mm,3mm BJ=600 kg/m3

Baja Canai Dingin G550 Fy = 550 Mpa, fu= 550 Mpa

3.2.2. Alat Sambung


Alat sambung yang digunakan dalam permodelan rumah rancangan
menggunakan baja canai dingin G550 profil L yang di gunakan pada
seiap sudutnya serta menggunakan mur-baut ukuran 3 mm dengan
spesifikasi fuf = 60 Mpa.

3.2.3. Beban Uji

3.2.4. Metodologi Desain


Metodologi dalam pendesainan model mengacu pada hal hal sebai
berikut :

a) Merancang desain penyesuaian skala dan ornamen untuk


arsitektur bangunan
b) Pemodelan struktur pada portal untuk menghitung gaya pada
elemen struktural dengan beban berupa berat sendiri struktur.
c) Analisis komponen struktur kuda-kuda
d) Analisis komponen struktur portal.
e) Membuat gambar kerja atau gambar panduan
f) Menghitung berat bangunan kebutuhan komponen
g) Menghitung kebutuhan komponen
h) Memodelkan simpangan maksimum dan perkiraan kurva histeretik
i) Menyusun metode perakitan model

3.3. Sistem Struktur


Sistem struktur yang di gunakan dalam pembuatan bangunan ini adalah
system portal. Portal adalah suatu system yang terdiri dari bagian – bagian
struktur yang saling berhubungan dengan fungsi untuk menahan sebagan suatu
kesatuan lengkap yang bediri sendiri dengan atau tanpa ole diafrakma –
diafragma horizontal atau sistem-sistem lantai.

3.4. Modelisasi Struktur


3.5. Analisis Struktur
3.6. Desain Komponen Struktur
3.7. Desain Sambungan Komponen Struktur dan Antar Komponen Struktur
3.8. Desain Sistem Sambungan Kolom dengan Lantai
3.9. Berat Desain dari Model Bangunan
3.10. Daftar Kebutuhan Profil Komponen Stuktural Bangunan dan Material
Sisa
3.11. Beban/Gaya Horizontal Desain
Pada model bangunan rumah tinggal atau gedung diterapkan siklus kendali
simpangan/rasio drift horizontal 4 (empat) siklus penuh bolak-balik (4 kali
dorong dan tarik) untuk merepresentasikan perpindahan (displacement) rumah
atau gedung akibat beban gempa secara bertahap sampai dengan nilai rasio
drift maksimum +5,5%. Dari persyaratan ini dilakukan uji coba dalam
memasukan beban horizontal dan di dapatkan beban asumsi 6 kg per join
sehingga mendapat nilai rasio drift 5,4%.

3.12. Perkiraan Kurva Histeretik

3.13. Rencana Waktu Pelaksanaan Konstruksi


Waktu ( menit )
15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165 180
No Pekerjaan
1 Persiapan
2 Pemasangan Kolom
3 Pemasangan Balok
4 Pemasangan Plat Lt.2
5 Pemasangan Tangga
6 Pemasangan dinding Lt.1
7 Pemasangan Kuda-kuda
8 Pemasangan Penutup Atas
9 Pemasangan dinding Lt.2
9 Pemasangan Ornamen
10 Perapian area pekerjaan
BAB IV

GAMBAR METODE PERAKITAN MODEL BANGUNAN HUNIAN 2


TINGKAT (SOP)

Metode perakitan yang dilaksanakan sebagai berikut :

1. Mempersiapkan alas bangunan dari multiplek 12mm.


2. Memasang kolom pada alas lantai bangunan menggunakan plat siku dengan
cara dibaut pada semua sisi kolom.

Gambar 4.1 Papan Alas Lantai Gambar 4.2 Pemasangan Kolom

3. Merangkai balok induk dengan kolom dan merangkai balok anak dengan balok
induk untuk lantai 1.
4. Merangkai balok dengan kolom untuk lantai 2.

Gambar 4.3 Rangkaian Balok Gambar 4.4 Rangkaian Balok


dengan Kolom dan Balok Anak Lantai 2 dengan Kolom

5. Memasang plat lantai multiplek 6mm dengan meletakkannya di atas balok


induk maupun balok anak per elemen atau per ruangan.
6. Memasang tangga lantai 1 ke lantai 2.
Gambar 4.5 Pemasangan Plat Lantai Gambar 4.6 Pemasangan Tangga

7. Memasang dinding, pintu dan jendela lantai 1 ke rangka bangunan


menggunakan baut 3mm yang dipasang di ujung panel dinding.
8. Memasang dinding, pintu dan jendela lantai 2 ke rangka bangunan
menggunakan baut 3mm yang dipasang di ujung panel dinding.

Gambar 4.7 Pemasangan Dinding Gambar 4.8 Pemasangan Dinding


Lantai 1 Lantai 2

9. Memasang kuda-kuda ke balok lantai 2 (ring balok) menggunakan alat


sambung baut 3mm.
10. Memasang penutup atap multiplek menggunakan alat sambung baut 3mm.
11. Memasang ornamen-ornamen tambahan.
BAB V

GAMBAR MODEL BANGUNAN HUNIAN ATAU GEDUNG 12 TINGKAT


DAN DETAIL SAMBUNGAN ANTAR KOMPONEN STRUKTUR

5.1. Gambar Model Bangunan Hunian atau Gedung 12 Tingkat

Gambar 5.1 Model Bangunan


12 Tingkat Tampak Sudut

Gambar 5.2 Model Bangunan Gambar 5.3 Model Bangunan


12 Tingkat Tampak Samping 12 Tingkat Tampak Depan
5.2. Detail Sambungan Antar Komponen Struktur

Lem

Gambar 5.4 Detail Sambungan Kolom 6x6mm dengan Balok

Lem

Gambar 5.4 Detail Sambungan Kolom 4x4mm dengan Balok

Lem

Gambar 5.4 Detail Sambungan Balok dengan Balok


Gambar 5.4 Detail Sambungan Kolom dengan Kolom
BAB VI

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil diatas dapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Struktur bangunan menggunakan baja canai dingin dapat membuat berat bangunan
relatif lebih ringan. Karena memiliki berat yang lebih ringan dibandingkan material
lain, maka struktur bangunan yang menggunakan baja canai dingin lebih kokoh
terhadap beban gempa.
2. Struktur dan arsitektur bangunan dirancang menggunakan konsep rumah modern
untuk mengangkat kesan agar tidak kuno dan biasa saja, sehingga bangunan
mempunyai nilai estetika dan bernuansa futuristic. Arsitektur modern dapat dilihat
pada gaya karakteristik bangunan yang mengutamakan kesederhanaan bentuk dan
menghindari banyaknya ornamen.
3. Bangunan dirancang berwawasan lingkungan dengan adanya energi terbarukan
tambahan panel surya, sistem zero waste pengolahan limbah dengan desain
kenyamanan, keamanan dan kesehatan bangunan yang diperhatikan dalam
rancangan.
4. Hasil rancangan menunjukkan keamanan struktur sehingga bangunan dapat
direalisasikan.
5. Beban horizontal yang diterapkan yaitu
6. Metode dan sistem perakitan mudah dipahami, sehingga dapat diterapkan oleh
masyarakat umum. Melalui metode ini waktu pengerjaan lebih cepat dan ekonomis
sehingga dapat menekan biaya material dan tenaga selama pengkonstruksian.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai