Anda di halaman 1dari 9

GREEN ARSITEKTUR

NAMA : Sandy Muhamad Abdilah


NPM : 26311589
KELAS : 2TB03
MATA KULIAH : Arsitektur dan Lingkungan
E-MAIL : Sandysadut68@yahoo.com
GREEN ARSITEKTUR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zaman yang sudah modern seperti saat ini, banyak sekali fasilitas yang sudah memadai. Dengan adanya
kebutuhan yang serba instant, membuat orang semakin malas untuk melakukan sesuatu secara
konvensional.
Kebutuhan papan yang sekarang menjadi kebutuhan capital bagi setiap orang membuat bidang properti
menjadi meningkat. Hal ini dapat mempengaruhi percepatan arus urbanisasi dan dampak social yang
terjadi. Mereka yang belum memiliki tempat tinggal secara permanen, telah membentuk lingkungan yang
kumuh. Selain itu, pemanfaataan sumber daya alam yang sudah tidak diperhitungkan lagi seberapa
besar dampak yang akan terjadi, menambah kerusakan pada alam ini.
Banyak sekali dampak yang terjadi dari pemanfaatan alam yang tidak dimanfaatkan secara sebaikbaiknya. Akhir-akhir ini telah kita rasakan dampak yang terjadi akibat pengaruh dari kerusakan alam ini.
Sekarang, ruang hijau menjadi semakin berkurang, dan resapan air juga semakin berkurang sehingga
menyebabkan terjadinya banjir.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara menangani semua yang terjadi di permukaan bumi ini dengan cara arsitektural.Karena
arsitektur adalah salah satu pemeran utama sebagai penyebab dan penanggung jawab atas segala
perubahan dimuka bumi Salah satu cara yang paling tepat untuk menangani damak pergantiaan iklim ini
dalam bidang arsitektur ialah ndengan cara menerapkan konsepGreen Architecture.Karena dengan
cara ini segala dampak perusakkan alam, penghematan energy dan lain lainya dapat ditekan.
1.3 Pemecahan Masalah
Dengan adanya bencana yang terjadi, kini ramai dengan istilah Green Architecture. Green Architecture
merupakan sebuah konsep merancang dengan memadukan antara bangunan dengan kondisi lingkungan
yang sudah ada, sehingga keberadaan bangunan tersebut tidak merugikan lingkungannya. Konsep ini
semakin banyak dikembangkan seiring dengan isu internasional yaitu global warming.
Green Architecture pendekatan pada bangunan yang dapat meminimalisasi berbagai pengaruh
membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Arsitektur hijau meliputi lebih dari sebuah
bangunan.
Keselarasan hidup manusia dan alam terangkum dalam konsep green architecture. Konsep yang kini
tengah digalakkan dalam kehidupan manusia modern.
Dalam perencanaannya, harus meliputi lingkungan utama yang berkelanjutan. Untuk pemahaman dasar
arsitektur hijau (green architecture) yang berkelanjutan, di antaranya lanskap, interior, dan segi
arsitekturnya menjadi satu kesatuan.
I.KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang MAha Esa atas terselesaikan penulisan ilmiah ini.
Penulisan ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Fisika Bangunan. Kami berharap penulisan ini
dapat membantu dan memjadikan bahan referensi.
Penulisan ini berisikan tentang analisa hasil data data yang berkaitan tentang konsep Green
Architecture yang sekarang bayak diperbincangkan public.
Kami berterima kasih pada berbagai pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan penulisan
ilmiah ini :
Ibu Diana Susilowati sebagai Dosen pengajar.
Kepada teman teman yang telah membantu menyelesaikan penulisan ini.
Dan yang tidak kalah pentingnya kepada berbagai sumber sumber pencarian data data ini.

Kami menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kami masih mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk meningkatkan kualitas penulisan kami
selanjutnya.
Tim penulis
Jakarta, 1 April 2010
BAB II GREEN ARSITEKTUR
1.Pengertian.
Konsep green architecture atau arsitektur hijau menjadi topik yang menarik saat ini, salah satunya
karena kebutuhan untuk memberdayakan potensi site dan menghemat sumber daya alam akibat
menipisnya sumber energi tak terbarukan. Berbagai pemikiran dan interpretasi arsitek bermunculuan
secara berbeda-beda, yang masing-masing diakibatkan oleh persinggungan dengan kondisi profesi yang
mereka hadapi. Green arsitektur ialahsebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh
buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan
lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara
efisien dan optimal. Konsep arsitektur ini lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan, memiliki tingkat
keselarasan yang tinggi antara strukturnya dengan lingkungan, dan penggunaan sistem utilitas yang
sangat baik. Green architecture dipercaya sebagai desain yang baik dan bertanggung jawab, dan
diharapkan digunakan di masa kini dan masa yang akan datang.
Dalam jangka panjang, biaya lingkungan sama dengan biaya sosial, manfaat lingkungan sama juga
dengan manfaat sosial. Persoalan energi dan lingkungan merupakan kepentingan profesional bagi arsitek
yang sasarannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup.
2.Prinsip prinsip pada green architecture
PRINSIP-PRINSIP GREEN ARCHITECTURE :
1. Hemat energi / Conserving energy : Pengoperasian bangunan harus meminimalkan penggunaan
bahan bakar atau energi listrik ( sebisa mungkin memaksimalkan energi alam sekitar lokasi bangunan ).
2. Memperhatikan kondisi iklim / Working with climate : Mendisain bagunan harus berdasarkan iklim
yang berlaku di lokasi tapak kita, dan sumber energi yang ada.
3. Minimizing new resources : mendisain dengan mengoptimalkan kebutuhan sumberdaya alam yang
baru, agar sumberdaya tersebut tidak habis dan dapat digunakan di masa mendatang /
Penggunaan material bangunan yang tidak berbahaya bagi ekosistem dan sumber daya alam.
4. Tidak berdampak negative bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan tersebut / Respect
for site : Bangunan yang akan dibangun, nantinya jangan sampai merusak kondisi tapak aslinya,
sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak berubah.( tidak
merusak lingkungan yang ada ).
5. Merespon keadaan tapak dari bangunan / Respect for user : Dalam merancang bangunan harus
memperhatikan semua pengguna bangunan dan memenuhi semua kebutuhannya.
6. Menetapkan seluruh prinsip prinsip green architecture secara keseluruhan / Holism : Ketentuan
diatas tidak baku, artinya dapat kita pergunakan sesuai kebutuhan bangunan kita.
3.Sifat sifat pada bangunan berkonsep green architecture.
Green architecture (arsitekture hijau) mulai tumbuh sejalan dengan kesadaran dari para arsitek akan
keterbatasan alam dalam menyuplai material yang mulai menipis.Alasan lain digunakannya arsitektur
hijau adalah untuk memaksimalkan potensi site.
Penggunaan material-material yang bisa didaur-ulang juga mendukung konsep arsitektur hijau, sehingga
penggunaan material dapat dihemat.
Green dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earthfriendly (ramah lingkungan), dan
high performance building (bangunan dengan performa sangat baik).
A.Sustainable ( Berkelanjutan ).
Yang berarti bangunan green architecture tetap bertahan dan berfungsi seiring zaman, konsisten
terhadap konsepnya yang menyatu dengan alam tanpa adanya perubahan perubuhan yang signifikan
tanpa merusak alam sekitar.
B. Earthfriendly ( Ramah lingkungan ).
Suatu bangunan belum bisa dianggap sebagai bangunan berkonsep green architecture apabila
bangunan tersebut tidak bersifat ramah lingkungan. Maksud tidak bersifat ramah terhadap lingkungan
disini tidak hanya dalam perusakkan terhadap lingkungan. Tetapi juga menyangkut masalah pemakaian
energi.Oleh karena itu bangunan berkonsep green architecture mempunyai sifat ramah terhadap
lingkungan sekitar, energi dan aspek aspek pendukung lainnya.

C. High performance building.


Bangunan berkonsep green architecture mempunyai satu sifat yang tidak kalah pentingnya dengan sifat
sifat lainnya. Sifat ini adalah High performance building. Mengapa pada bangunan green architecture
harus mempunyai sifat ini?. Salah satu fungsinya ialah untuk meminimaliskan penggunaan energi dengan
memenfaatkan energi yang berasal dari alam ( Enrgy of nature ) dan dengan dipadukan dengan teknologi
tinggi ( High technology performance ). Contohnya :
1).
Penggunaan panel surya ( Solar cell ) untuk memanfaatkan energi panas matahari sebagai
sumber pembangkit tenaga listrik rumahan.
2.)
Penggunaan material material yang dapat di daur ulang, penggunaan konstruksi konstruksi
maupun bentuk fisik dan fasad bangunan tersebut yang dapat mendukung konsep green architecture.
bangunan perkantoran yang menggunakan bentuk bangunan untuk menyatakan symbol green
architecture.
Hotel yang menggunakan konsep green architecture.
Secara sederhana konsep green architecture ini bisa kita terapkan di dalam rancangan rumah sederhana
sekalipun, hanya apakah ada goodwill atau tidak untuk penerapannya.konsep-konsep sedrehana seperti
rumah hemat listrik, hemat air, dan sebagainya dapat mulai diterapkan untuk mengantisipasi
berkurangnya sumber listrik dan air di kehidupan sehari-hari.
4. Beberapa contoh bangunan yang menggunkan konsep GREEN ARCHITECTURE.
1.) Healthy House ( Indonesia ).
Salah satu prinsip Green Architecture adalah working with Climate (bekerjasama dengan iklim). Wilayah
Indonesia yang beriklim tropis dengan ciri-ciri udara panas-lembab, curah hujan rata-rata cukup tinggi
dan sinar matahari yang bersinar sepanjang tahun, diperlukan penanganan khusus dalam merancang
bangunan Healthy House pada daerah tropis. Perencanaan dengan mempertimbangkan kondisi
lingkungan ini akan memperoleh hasil yang maksimal. Tidak jarang kita temui bangunan dibuat tanpa
memperhitungkan aspek iklim, misalnya dengan menggunakan dinding kaca keseluruhan, padahal
pantulan sinar dan panas matahari menambah panas dalam ruangan.
healty house
2.) Architecture Design Kindergarten School ( Croatia ) .
kindergarden school
Berdiri diatas sebidang tanah dengan luas 2300 m2 .s
Sekolah ini didirikan dengan sebuah konsep green architecture. Hal ini dapat dilihat dari bentuk dan
pengaturan sirkulasinya. Sekolah ini banyak mengambil ruang terbuka untuk mengambil sirkulasi udara
alami dan memanfaatkan kaca kaca sebagai pencahayaan alami melaui sinar matahari.
Bentuk geometri ada setelah sang perancang telah melakukan tahapan perancangannamun satu hal
yang perlu diketahui, kita adalah arsitek-bukan seniman.proses meracangan seorang arsitek tidak
sesederhana seorang seniman patung. Tulisan ini tidak akan membahas beberapa luas geometri (yang
sudah saya simpulkan secara luas dan bebas), namun tulisan ini akan membahas bagai mana proses
perancangan arsitektur sehingga membentuk sebuah bentuk geometri.
Setujunya saya akan berpendapat bahwa geometri mengikat perancangan terkait dengan perjalanan
saya setelah melewti serangkaian proses perancangan arsitektur. Ada sebuah kecenderungan untuk
pendekatan perancangan yang mem-bypass sebuah tahapan pra-perancangan seperti analisis site,
konsep fungsi dan studi tipologi.seringkali tahapan tersebut di tempatkan dibelakang atau sekedar
dilampirkan dalam lembar peyanjian akhir sebagai formalitas belaka, sebuah proses perancangan yang
terbaik. Ironisnya, metode tersebut banyak bertengger dalam banyak proses perancangan, dan harus
saya akui banyak metode tersebut seringkali menghasilkan masa yang sangat kaya secara geometri,
namun gagal secara makna bila dikaitkan dengan lingkungan sekitar atau konteks tampat.
DArchy Thompson mengemukakan bahwa terbentuknya sebuah bentuk (form) merupakan resultan dari
kehadiran dari banyak force yang berada didalam atau di sekitarnya. Bentuk akan terus ber-evolve serta
beradaptasi dengan force yang ada (Thompson, 1961:11). Bentuk geometri yang dihasilkan merupakan

terjemahan dari proses evolusi tersebut. Force sendiri di akui oleh DArchy sebagai sesuatu yang abstrak
yang sangat luas, namun pemakaian kata force merupakan simbol dari konsepsebab (Thompson,
1961:12) form yang dijelaskan DArchy merupakan penggambaran dari proses evolusi, bentuk dari
bentuk organik mahluk hidup. Kata form dan force akan diangkat sebagai kata kunci dalam penulisan ini.
Sekarang bagaimana dengan arsitektur?. Apakah bentuk arsitektural juga ikut dipengaruhi dari beragam
foce yang ada?. Untuk itu saya mencontohkan konsep mengenai terbentuknya bentuk vernakular[1].
Amos Rapoport dalam buku house form and culture menyatakan bahwa terjadinya bentuk-bentuk atau
model vernacular disebabkan oleh enam faktor yang dikenal sebagai modifying faktor (Rapoport,
1969:78) diantaranya adalah:
Amos Rapopor juga mengakui bahwa factor diatas tidak bersifat statis namun bersifat dunamis sehingga
model vernacular akan terus berevolusi seiring dengan berubahnya factor diatas. Keenam factor diatas
membuktikan bahwa bentuk geometri dari model vernacular merupakan hasil trial dan error setelah
melalui evaluasi dari beragam force yang ada. Evolusi dari model vernacular terus berkembang menjadi
apa yang kita kenal sekarang sebagai arsitektur modern. Diawali dari arsitektur klasik (baroque,
ecclictism, art nouveau, Victorian dll.) dan diakhiri dengan gaya arsitektur post-modern. Keseluruhan
gaya arsitektur modern diatas tidak hanya berdiri sendiri namun juga mengalami proses trial and error
menghadapi beragamnya factor atau force yang ada. Yang membedakan arsitektur modern dengan
arsitektur vernacular adalah evolusi atau berkembangnya motivasi pembentuknya force-nya.
TAMAN DIATAS ATAP
Taman diatas atap adalah jenis atap yang baru-baru ini berkembang dengan pesat, digunakan baik untuk
rumah tinggal maupun bangunan komersial. Tujuannya adalah agar bisa memiliki taman meskipun
berada diatas bangunan. Dalam merencanakan konstruksi taman diatas atap, kita harus memperhatikan
dahulu faktor keamanan berupa beban yang harus dipikul oleh keseluruhan struktur yaitu dak beton itu
sendiri, beban tanah dan lapisan taman, tanaman dan juga manusia. Dalam artikel ini saya pilihkan buku
yang ditulis Heinz Frick berjudul Atap bertanaman ekologis dan fungsional.
sumber gambar: http://www.thaigardendesign.com
Kutipan: Beban tambahan yang perlu diperhitungkan dalam tahap desain meliputi:
beban mati yang meliputi berat dari kotak tanaman atau dinding pembatas taman lainnya. Untuk
bahan beton bertulang, berat lazimnya mencapai 24 kN/m2. Berat ini tentunya dapat bervariasi
tergantung apakah struktur beton ini dalam keadaan basah atau kering.
Beban hidup dapat terdiri atas berat kering dan bash dari media tanam (tanah), pepohonan, air, dan
juga orang yang menggunakan atap bertanaman ini.
Beban hidup yang diperhitungkan untuk penggunaan (untuk atap datar yang dapat dipergunakan tidak
hanya untuk pemeliharan taman) adalah sekitar 1.5 kN/m2 denah.
Berat dari tanah yang basah mencapai sekitar 22 kN/m3. Tanah pada atap bertanaman ini beratnya
tentu bervariasi tergantung pada ketebalan lapisan tanah yang dipakai. Sebagai gambaran umum,
kedalaman lapisan tanah ini berkisar antara 0.3-0.5 m untuk jenis taman yang ditanami oleh rumput dan
perdu dan berkisar antara 1-1.5m untuk pohon pelindung yang berukuran kecil dan sedang.
Beban angin harus dipertimbangkan dengan matang dalam desain atap bertanaman dengan jalan
memasukkan angka yang sesuai untuk beban tekanan yang disebabkan oleh angin. Beban tekanan
(tiupan) angin ini tergantung pada ketinggian tempat, bentuk pohon (rimbun tidaknya) dan tipe struktur
bangunan yang menopang atap bertaman tersebut.
Posisi dari beban terpusat di suatu lokasi atap bangunan yang ditimbulkan oleh pohon dan beban
tambahan struktural lainnya sangat penting untuk dipikirkan sejak awal sehingga pekerjaan kedap air
(waterproofing) telah dipersiapkan sebelumnya dan pelat atap mempunyai kekuatan yang memadai untuk
diberi beban tekanan akibat dari tambahan berat ini.
Sangat penting bagi para pemilik, pengguna, dan pihak manajemen gedung untuk memperhatikan
kterbatasan beban atap yang diizinkan dengan cara tidak membuat taman di sembarang lokasi pada
atap. Hal ini perlu diperhatikan untuk menghindari hal-hal yang dapat membahayakan keamanan struktur
bangunan akibat diletakkannya taman dan pepohonan yang berat pada atap yang seharusnya tidak boleh
dibebani.
Secara alamiah, setiap pohon dan tanaman akan tumbuh dan bertambah berat sejalan dengan
perkembangannya. Hal ini juga harus diperhatikan dalam perhitungan struktur sebagai beban tambahan
yang akan terkumpul seiring dengan bertambahnya usia bangunan.

Aspek Konstruksi dan Susunannya


Atap bertanaman pada dasarnya disusun sebagai berikut:
Atap pelat beton bertulang dengan plesteran finishing semen; atau
atap konstruksi kayu dengan lapisan papan atau multipleks;
lapisan kedap air yang tahan terhadap akar tanaman;
lapisan pelindung lapisan kedap air terhadap kerusakan mekanis;
lapisan drainase (pengaliran air);
lapisan penyaring;
lapisan media tanam (tanah dan sebagainya); serta
vegetasi (tanaman/pepohonan)
Ketebalan dari konstruksi taman diatas atap akan bervariasi tergantung pada tanaman yang akan
ditanam, rancangan sistem, dan fungsi tambahan lainnya disekitar taman.

BANGUNAN ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN


Arsitektur Ramah Lingkungan
Dasar Pemikiran
Konsep bangunan ramah lingkungan atau green building didorong menjadi tren dunia, terutama bagi
pengembangan properti saat ini. Bangunan ramah lingkungan ini mempunyai kontribusi menahan laju
pemanasan global dengan membenahi iklim mikro. Dalam pemanasan global, hal yang perlu diperhatikan
adalah dengan penghematan air dan energi serta penggunaan energi terbarukan.
Arsitektur ramah lingkungan, yang juga merupakan arsitektur hijau, mencakup keselarasan antara
manusia dan lingkungan alamnya. Arsitektur hijau mengandung juga dimensi lain seperti waktu,
lingkungan alam, sosio-kultural, ruang, serta teknik bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur hijau
bersifat kompleks, padat dan vital dibanding dengan arsitektur pada umumnya.
Green architecture didefinisikan sebagai sebuah istilah yang menggambarkan tentang ekonomi, hemat
energi, ramah lingkungan, dan dapat dikembangkan menjadi pembangunan berkesinambungan.
Green architecture (dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang berkelanjutan) adalah praktek
membuat struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber
daya yang efisien di seluruh siklus hidup bangunan: dari tapak untuk desain, konstruksi, operasi,
pemeliharaan, renovasi, dan dekonstruksi. Praktek ini memperluas dan melengkapi desain bangunan
klasik keprihatinan ekonomi, utilitas, daya tahan, dan kenyamanan. Tujuan umumnya adalah bahwa
bangunan hijau dirancang untuk mengurangi dampak keseluruhan dari lingkungan yang dibangun pada
kesehatan manusia dan lingkungan alam oleh:
* Efisien menggunakan energi, air, dan sumber daya lain
* Kesehatan penghuni Melindungi dan meningkatkan produktivitas karyawan
* Mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan
Fakta akibat pemanasan global mendorong lahirnya berbagai inovasi produk industri terus berkembang
dalam dunia arsitektur dan bahan bangunan. Konsep pembangunan arsitektur hijau menekankan
peningkatan efisiensi dalam penggunaan air, energi, dan material bangunan, mulai dari desain building
interior, pembangunan, hingga pemeliharaan bangunan itu ke depan.
Desain rancang bangunan memerhatikan banyak bukaan untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan
cahaya alami. Sedikit mungkin menggunakan penerangan lampu dan pengondisi udara pada siang hari.
Bentuk arsitek design bangunan yang baik dan ramah lingkungan adalah bangunan yang memperhatikan
lingkungan sekitarnya seperti membuat taman di lingkungan rumah dan gedung selain itu kurangi jumlah
penggunaan kaca pada rumah atau bangunan gedung kantor. Untuk desain interior, menggunakan
interior yang ramah lingkungan dan mengurangi pengunaan listrik yang sangat berlebihan, selain itu
gunakan bahan bahan seperti kayu, dan kurangin penggunaan kaca dan lampu atau interior lainnya yang
menggandung bahan kaca. Sedangkan pada desain eksteriornya, dengan menghindari penggunaan
bahan bangunan yang berbahaya dan diganti dengan yang ramah lingkungan, dengan memperbanyak
taman hijau dan taman yang memang di butuhkan untuk mengatur keseimbang lingkungan sekitar.
Desain bangunan hemat energi, membatasi lahan terbangun, layout sederhana, ruang mengalir, kualitas

bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material ramah lingkungan. Atap-atap bangunan dikembangkan
menjadi taman atap (roof garden, green roof) yang memiliki nilai ekologis tinggi (suhu udara turun,
pencemaran berkurang, ruang hijau bertambah).
Pemilihan material yang ramah lingkungan dapat dijabarkan menjadi dua hal yakni dari sisi teknologi dan
penggunaan. Dari sisi teknologi, pemilihan bahan sebaiknya menghindari adanya toksin atau racun dan
diproduksi tidak bertentangan dengan alam. Sebagai contoh, minimalkan penggunaan material kayu,
batu alam ataupun bahan bangunan yang mengandung racun seperti asbeston. Sedangkan dari sisi
penggunaan, pemilihan material yang ramah lingkungan misalnya menggunakan lampu hemat energi
seperti lampu LED yang rendah konsumsi listrik, semen instan yang praktis dan efisien, atau pun memilih
keran yang memakai tap yang hanya mengeluarkan air dalam volume tertentu.
Penggunaan material bahan bangunan yang tepat berperan besar dalam menghasilkan bangunan
berkualitas yang ramah lingkungan. Beberapa jenis bahan bangunan ada yang memiliki tingkat kualitas
yang memengaruhi harga. Penetapan anggaran biaya sebaiknya sesuai dengan anggaran biaya yang
tersedia dan dilakukan sejak awal perencanaan sebelum konstruksi untuk mengatur pengeluaran
sehingga baik building interior maupun eksteriornya tetap berkualitas.Bahan baku building interior design
maupun eksteriornya yang ramah lingkungan berperan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan
bumi. Beragam inovasi teknologi proses produksi terus dikembangkan agar industri bahan baku tetap
mampu bersahabat dengan alam. Industri bahan bangunan sangat berperan penting untuk menghasilkan
bahan bangunan yang berkualitas sekaligus ramah lingkungan.
Konstruksi design bangunan yang berkelanjutan dilakukan dengan penggunaan bahan-bahan alternatif
dan bahan bakar alternatif yang dapat mengurangi emisi CO2 sehingga lebih rendah daripada kadar
normal bahan baku yang diproduksi sebelumnya. Bahan baku alternatif yang digunakan pun beragam.
Bahan bangunan juga memengaruhi konsumsi energi di setiap bangunan. Pada saat bangunan didirikan
konsumsi energi antara 5-13 persen dan 87-95 persen adalah energi yang dikonsumsi selama masa
hidup bangunan.
Fenomena Arsitektur Hijau, Arsitektur Ramah Lingkungan dan Arsitektur Berkelanjutan
Antariksa
Dalam arsitektur hijau, filosofi desain struktur dan bangunan mempunyai tujuan untuk menggunakan
seminimal mungkin bahan-bahan non-renewable dan/atau bahan-bahan yang dapat mencemari yang
digunakan dalam konstruksi. Berarti arsitek yang melakukan pekerjaan mendesain bangunan,
seharusnya sudah memahami dan mengerti bahwa tahapan dari proses perencanaan dan desain
bangunannya mengikuti pemikiran tersebut. Kalau saat ini banyak digembar-gemborkan mengenai apa
itu arsitektur hijau, arsitektur berkelanjutan, dan juga arsitektur ramah lingkungan, sudah seharusnya
menjadi bagian yang perlu dipikiran oleh para arsitek saat ini. Dewas ini, arsitektur hijau/berkelanjutan
adalah interpretasi dari berbagai macam ragam. Definisi yang paling umum adalah bahwa itu melibatkan
adanya reduksi dari keseluruhan pengaruh dan proses dari desain melalui konstruksi serta operasional
bangunan pada penggunakan kembali dari struktur dan elemen-elemennya. Hal itu mengambil beberapa
dasar di antaranya: - efisiensi penggunaan site, ruang, bahan-bahan dan energi; - mereduksi
pencemaran baik internal maupun eksternal, pemborosan, dan kesehatan lingkungan; dan
memperbaiki produktifitas pekerja, dan perlindungan kesehatan seluruh penghuni.
Oleh karena itu, arsitektur berkelanjutan adalah arsitektur yang didesain dengan keramahan lingkungan.
Kemudian tujuan dari berkelanjutan atau arsitektur hijau adalah untuk menciptakan struktur yang indah
dan fungsional, akan tetapi juga memberikan kontribusi untuk keberlanjutan budaya dan kehidupan.
Perhatian di dalam arsitektur keberlanjutan tumbuh secara radikal di awal abad ke-21, hal ini terjadi
akibat dari respon perkembangan lingkungan, tetapi pada kenyataannya masyarakat telah membangun
keberlanjutan selama ribuan tahun. Di sini hijau atau berkelanjutan berhubungan dengan efisiensi
penggunaan bahan-bahan seperti air, energi, bahan-bahan, habitat alam serta menyumbangkan pada
lingkungan dan kesehatan manusia yang well being. Banyak praktik kita yang sekarang adalah buta
karena tidak dibimbing oleh teori atau bersandar pada teori yang tidak mampu bertahan (viable).
Penggabungan teori dengan praktik secara khusus mencolok di dalam arsitektur (Skolimowski 2004:122).
Perkembangan desain inilah yang membuat kesalahan dalam memahami lingkungan dan alam serta
kehidupan masyarakat urban dan tradisional. Tempat menjadi sangat penting dalam mengungkapkan
proses desainnya, sehingga pengalaman teori dari pendidikan formal yang didapat para arsitek harus
dapat diterjemahkan ke dalam pemikiran praksis lingkungan alamnya. Ditambahkan oleh Skolimowski

(2004:122) bahwa arsitektur membangun suatu jembatan di antara logos dengan praksis; ia adalah suatu
titik di mana kedua hal itu bertemu. Karena alas an ini arsitektur memperlihatkan secara nyata kebesaran
visi-visi kita dan juga kegagalan konsepsi-konsepsi kita yang lebih besar. Singkatnya, di dalam arsitektur
banyak ide yang didiskusikan di dalam bab-bab sebelumnya menemukan suatu perwujudan yang dapat
dilihat.
Pendapat Wines (2008) menjadi sangat jelas bahwa bangunan-bangunan telah mengkonsumsi
seperenam sumber air bersih dunia, seperempat produksi kayu dunia, dan duaperlima bahan bakar dari
fosil. Oleh karena itu arsitektur merupakan salah satu target utama dari reformasi ekologi. Meskipun
beberapa arsitek telah melakukan rancangan bangunannya yang katanya environmental friendly, namun
kenyataanya masih banyak yang belum sadar akan hal itu. Mereka tetap melakukan rancangannya baik
dengan spirit teknologi maupun mengkopi masa lalu yang dikombinasikan dengan industrialisasi.
Sebenarnya pemikiran ke depan adalah bagaimana arsitek sebagai manusia tidak akan membiarkan
sebuah bangunan yang secara estetika buruk meskipun bangunan itu dibalut dengan nama arsitektur
hemat energi atau arsitektur ramah lingkungan. Radikalisme arsitektur mulai berkembang dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan, kemudian alam dijadikan tempat sebagai pelampiasan inspirasi untuk
merepresentasikan model karya arsitekturnya, yang dikatakan arsitektur yang tanggap terhadap kondisi
alam dan bumi saat ini. Apakah arsitektur yang berkelanjutan itu merupakan spirit atau style dapat
terintegrasi dalam sutuasi dan kondisi lingkungan sekitarnya. Apakah arsitektur hijau itu bagian dari
perilaku manusia untuk melawan dan mengurangi kerusakan lingkungan. Hijau merupakan istilah yang
menjadi konsep sustainable development atau pembangunan berkelanjutan sebagaimana yang
diterapkan pada bangunan industri. Arsitektur hijau ialah arsitektur yang memepertimbangkan konsep
pembangunan berkelanjutan (Saraswati 2011:4). Jawaban itu harus dimulai sejak awal rancangan
bangunan itu, kemudian proses pembangunannya dan terakhir sesudah bangunan itu berdiri.
Sebenarnya pengertian bangunan hijau dalam konteks arsitektur bangunan gedung tidak terlepas denga
pengertian arsitektur bioklimatik, arsitektur ramah lingkungan maupun arsitektur hemat energi (Saraswati
2011:11). Arsitektur hijau atau desain hijau adalah sebuah pendekatan pada bangunan yang
meminimalkan efek kerusakan terkait dengan kesehatan manusia dan lingkungannya. Arsitek hijau atau
perancang berusaha untuk melindungi udara, air dan tanah dengan memilih material bangunan ramah
lingkungan dan praktek konstruksi. Bangunan hijau menggunakan konstruksi nyata dan material yang
bertanggung-jawab pada lingkungan, dan efisiensi bahan dan fase desain melalui perawatan dan
idealnya untuk merenovasi maupun dekonstruksi.
Kecenderungan saat ini banyak yang menoleh pada arsitektur vernakular dan tradisional dalam melihat
sebagai latar belakang keilmuan, dan dijadikan dasar rancangan bangunan-bangunan di Indonesia.
Bentuk-bentuk arsitekturnya menyatu dengan alam lingkungan sekitarnya, dengan elemen-elemen
ekologisnya menjadikan salah satu inspirasi yang dapat diterapkan untuk bangunan arsitektur di
Indonesia. Mereka kaya dengan tawaran tradisi bahan dan teknologi serta menawarkan berbagai macam
solusi permasalahan iklim tropis, dan yang paling utama adalah iklim panas lembabnya. Namun sebagian
besar teknologi yang berkembang saat ini dalam industri arsitektur belum tentu cocok untuk kondisi
geografis-budaya di tempat kita. Iklim tentu saja sangat berpengaruh terhadap bahan bangunan,
kemudian perilaku dan tatanan budaya juga akan memberikan dampak besar terhadap hasil karya
arstektur tersebut. Untuk itu pendidikan arsitektur sangat berperan besar untuk mengontrol pemahaman
teknik bahan dan bangunan berdasar lingkungan tradisi budaya kita yang bersahabat dengan alam
lingkungannya. Sebagai kenyataan bangunan modern yang dirancang berdasar prinsip arsitektur
berkelanjutan atau arsitektur hijau tentunya dilakukan dengan memasukkan unsur-unsur elemen yang
berkaitan dengan penghawaan. Bangunan hijau (green building) ialah bangunan yang berkinerja tinggi
(high-performance building) yang dirancang agar responsive terhadap lingkungan, secara ekonomi cukup
profit, dan sebagai tempat yang sehat untuk ditempati dan untuk bekerja (envoronmentaly responsible,
economically profitable, and healthy places to live and work). Konsep hijau tidak sekedar sebagai trend
masa kini, namun harus diperlakukan sebagai prinsip dasar ketika kita mulai merancang bangunan
(Saraswati 2011:5-6).
Bagaimana Bangunan Menjadi Hijau
Lebih dari lima tahun terakhir beberapa penekanan telah diletakkan untuk menuju hijau. Di dalam
mendorong individu untuk mengubah kebiasaan agar mereka lebih ramah lingkungan. Disana juga telah
dilakukan tekanan besar agar mereka dapat membuat bangunan lebih hijau. Dikatakan pula bahwa
arsitektur hijau adalah tidak lebih dari percampuran cat warna kuning dan biru untuk merapikan ruang
luar dari rumah mereka. Arsitektur hijau adalah integrasi dari teknologi, dalam teknik konstruksi dengan

berpikir sehat ketika memulai merancang sebuah bangunan. Hal ini untuk memperkecil dampak
lingkungan dari struktur serta untuk mereka yang tinggal atau bekerja di dalamnya. Bangunan hijau juga
dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan berkelanjutan berhubungan dengan sebuah struktur
dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan. Efisiensi bahan melalui siklus
usia bangunan dimulai dari awal ke desain, konstruksi, operasional, perawatan, renovasi, dan demolisi.
Praktik ini diperluas dan komplemen desain bangunan klasik terdiri dari ekonomi, utiliti, daya tahan, dan
kenyamanan.
Arsitektur ramah lingkungan adalah menjadi lebih popular hampir disemua Negara. Bentuk dari bangunan
yang keberlanjutan mengambil ke dalam sebuah pandangan luas dari dunia dan akibat dari hal-hal yang
telah ada di dalamnya. Arsitektur ramah lingkungan bertujuan untuk mengendalikan keseimbangan
lingkungan pada bangunan dan area yang mengelilinginya. Arsitektur ramah lingkungan adalah kerapkali
menyerah pada sebagian bangunan berkelanjutan atau desain hijau. Struktur hijau dengan struktur paling
tidak-kecil, ruang keluarga yang movabel yang menggunakan bahan yang dapat diperbaharui. Dengan
demikian arsitektur ramah lingkungan dapat dikembangkan untuk membantu lingkungan melalui desain
mereka dan memproduksi mereka menggunakannya di dalam rumah dan pada ruang publik.
Dalam pengertian umum, arsitektur berkelanjutan dapat menjelaskan ke lingkungan mengenai kesadaran
teknik desain dalam bidang arsitektur. Keberlanjutan adalah kerangka dengan diskusi yang luas dari
keberlanjutan dan menekankan issue ekonomi dan politik dari dunia kita. Dalam konteks yang luas,
arsitektur berkelanjutan meminta untuk mengurangi akibat negatif bangunan terhadap lingkungan dengan
menaikkan efisiensi dan tidak berlebihan dalam penggunaan material, energi, dan pengembangan ruang.
Sangatlah mudah bahwa ide dari keberlanjutan, atau desain ekologi adalah untuk memastikan bahwa
aktifitas kita dan keputusan hari ini tidak menghalangi kesempatan generasi masa depan. Pengertian ini
dapat digunakan untuk menjelaskan energi dan sadar secara ekologis pendekatan pada desain dan
lingkungan binaan. Dewas ini melalui kata-kata di dalam arsitektur telah muncul, keberlanjutan, ramah
lingkungan, hi-tech, daur-ulang, dan modern. Semua fenomena aktual itu merupakan representasi
melalui kata-kata adalah bentuk arsitektur rumah tinggal. Keberlanjutan adalah sebuah kata yang telah
menggantikan daya tahan dalam millennium baru. Di abad ke-20 penekanan telah dilakukan pada
struktur bangunan dan melakukan segala-galanya. Arsitektur berkelanjutan termasuk inovasi desain atau
usia dari desain yang telah ribuan tahun diketemukan kembali dan akan diadaptasi ke dalam kehidupan
modern untuk dan untuk kebutuhan personal anda sementara berharap kehidupan yang berkelanjutan.
Konsep pemikiran efisiensi energi, adalah penting selama mereka dapat mengurangi kebutuhan energi
dari rumah anda menjadi nol, sesuatu yang sangat berat untuk meningkatkan kemampuan perabot yang
terdapat pada bangunan itu.
Sebagai pengguna kita sering berhadapan keputusan gaya hidup yang dapat memebrikan akibat pada
lingkungan kita. Ada beberapa pilihan dalam hidup yang akan membuat perbedaan yang mana kualitas
hidup yang akan diikuti oleh mereka. Berjalan dengan aliran dari budaya kita adalah sangat berat untuk
menghindari, dan tidak menguntungkan aliran itu tidak pada arah yang benar untuk mengembangkan ke
masa depan. Ada beberapa prinsip dari arsitektur berkelanjutan yang diungkapkan oleh Kelly Hart.
Daftar dari tiga belas prinsip dari arsitektur berkelanjutan yang dapat menunjukkan anda di dalam memilih
rumah. Prinsip dari arsitektur berkelanjutan tersebut adalah: small is beautiful, heat with the sun, keep
your cool, let nature cool your food, be energy efficient, conserve water, use local material, use natural
material, save the forests, recycle material, build to cast, grow your food, dan share facilities.
Belajar dari Lokalitas Arsitektur Tradisional
Pelajaran dari arsitektur tradisional dan vernakular yang terdapat di nusantara ini sebenarnya telah
banyak memberikan jawaban yang dapat digunakan dan diterapkan dalam mendesain bangunan saat ini.
Kedewasaan lokalitas arsitektur tersebut dengan segala macam bentuk fisiknya telah banyak
memberikan contoh, dan tentu saja hal itu merupakan salah satu yang dapat dikontribusikan sebagai
bagian dari perjalanan berarsitektur di Indonesia. Salah satu bentuk penerapan nilai lokalitas adalah
adaptasi tempat tinggal terhadap iklim. Menurut Skolimowski (2004:123-124) arsitektur mengikhtisarkan
kebudayaan di mana ia merupakan bagian. Di dalam suatu kebudayaan yang maju, arsitektur ikut serta di
dalam kemegahan. Kemudian ia mengungkapkan bukan hanya kekokohan dan komoditi tetapi juga
kegembiraan. Ketika sebuah kebudayaan sedang runtuh dan tak mampu mempertahankan corak
khasnya, arsitektur mendapat bagian yang banyak dipersalahkan karena kekurangan-kekurangannya
terlihat sangat mencolok dan dialami semua orang. Kita lihat konstruksi rumah tradisional Suku Tengger
Desa Wonokitri mempunyai kemampuan dalam beradaptasi terhadap iklim setempat. Karena adanya
faktor adaptasi terhadap iklim tersebut mengakibatkan adanya beberapa perubahan dan perkembangan

dalam penggunaan bahan dan material bangunan pada rumah tradisional masyarakat Suku Tengger di
Desa Wonokitri dari waktu ke waktu (Ayuninggar et al. 2011). Rumah-rumah yang terdapat di Desa
Kemiren Banyuwangi sebagian besar merupakan rumah yang usianya sudah tua, prosentase paling
besar menunjukkan bahwa rumah yang ditinggali memiliki usia lebih dari 50 tahun. Dilihat dari konstruksi
rumah asli di Desa Kemiren, hanya tersusun dari tembok berupa kayu dan gedeg, namun mempunyai
kekuatan yang melebihi rumah dari dinding bata. Meskipun konstruksinya hanya terbuat dari kayu, rumah
asli bisa tahan dari serangan binatang pengerat karena dinding kayu atau gedeg tidak menempel dengan
tanah. Antara tanah dan dinding terdapat jarak antara 5-10 cm. Hal ini merupakan salah satu faktor
ketahanan rumah Using hingga berpuluh-puluh tahun (Muktining Nur et al. 2009). Di Propinsi nanggroe
Aceh Darussalam, jejak-jejak kearifan para arsitek jaman dahulu masih dapat ditemukan. Seperti rumahrumah tradisional lain di Asia Tenggara, rumoh (rumah) Aceh berupa rumah panggung, yang dirancang
sesuai dengan kondisi iklim, arah angin dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Tidak sekedar
sebagai hunian, rumoh Aceh juga menyiratkan budaya dan tata cara hidup orang Aceh yang kaya makna
(Burhan 2008).
Kerifan lokal telah menjadi bagian yang akan mengisi arsitektur masa depan, lokalitas memberikan
sumbangan yang sangat besar melalui budaya dan tradisi dari masyarakat. Teknologi dan struktur
budaya masyarakat tradisional yang kita punyai ini mempunyai nilai sejarah dan makna arsitektural yang
besar bagi perkembangan arsitektur di masa mendatang. Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom
dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak
dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu (Ernawi 2009:7).
Masih banyak lagi tradisi budaya masyarakat tradisional nusantara Indonesia ini yang masih terpendam
dan perlu untuk diungkapkan kearsitekturannya. Menjadi tinggalan abadi yang perlu dilestarikan menjadi
bagain dari apa yang sekarang banyak dibicarakan dan menjadi bagian dalam pembelajaran
berarsitektur, yaitu arsitektur keberlanjutan. Alam tropis nusantara memberikan karunia besar bagi
masyarakat dan arsitektur huniannya. Keragaman dengan kecirian tradisi budaya yang tinggi telah
membentuk fisik alam lingkungannya berdasar letak geografisnya. Hal ini dapat terlihat dari bentuk dan
teknologi masing-masing bangunannya. Alam nusantara telah memberikan keindahan dalam
berkehidupan, tradisi dan budaya menciptakan teknoligi dan struktur ruang yang menakjubkan, sehingga
dengan mempelajari hasil budaya masyarakat masa lalu, kemudian mengambil nilai keilmuannya akan
menjadi kebangkitan baru dalam berarsitektur di nusantara Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai