DISUSUN OLEH :
OGUNG SORI SIANTURI (03111640000065)
SAFIRA RACHMASARI DAMAYANTI (03111640000152)
BIMA WIRA KUMARA CITTOPACAMA (03111740000056)
MUHAMMAD NADIM CUNDOKO (03111740000116)
MUHAMMAD RIFAT HIDAYAT (03111740000147)
Puji Syukur kami panjatkan kehadiranTuhan Yang Maha Esa, karena atas
anugrahNya penulisan paper ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya
penulisan paper ini hingga bisa tersusun dengan baik.
Paper ini kami susun berdasarkan pengetahuan yang kami peroleh dari beberapa
buku dan media elektronik dengan harapan orang yang membaca dapat memahami
tentang “SISTEM SUSTAIN GREEN-BUILDING DI INDONESIA YANG
BERKONTRIBUSI TERHADAP PERMASALAHAN LINGKUNGAN”.
Akhirnya, kami menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
perbaikan penerbitan paper ini di masa mendatang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB IV KESIMPULAN 22
4.1 KESIMPULAN 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
sebesar 5% saat pembangunannya. ”Dengan hanya menambah 5% dari biaya
pembangunan gedung biasa, konsumsi energi gedung dapat diturunkan hingga
50%.” Green Building dibangun dengan perencanaan energi modern. Selain
dari sisi desain yang dipertimbangkan untuk meminimalkan masuknya sinar
matahari sehingga mengurangi penggunaan beban Air Conditioner (AC), pada
atap gedung bisa dipasang panel surya yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi dalam gedung. Beberapa sudut pandang dapat
dipertimbangkan dalam perencanaan tersebut diantaranya adalah aspek
Passive Design, Active Design, Kondisi Udara Ruangan, Management, serta
Service & Maintenance.
Indikasi arsitektur disebut sebagai 'green' jika dikaitkan dengan praktek
arsitektur antara lain penggunaan renewable resources (sumber-sumber yang
dapat diperbaharui, passive-active solar photovoltaic (sel surya pembangkit
listrik), teknik menggunakan tanaman untuk atap, taman tadah hujan,
menggunakan kerikil yang dipadatkan untuk area perkerasan, dan sebagainya.
3
tidak murah. Bagaimana konsep terapan green architecture dan green building
dapat mendukung konsep arsitektur berkelanjutan?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
5. Bangunan hijau tidak secara khusus menangani masalah perkuatan
rumah yang ada..
6. Mengurangi dampak lingkungan : Praktek green building bertujuan untuk
mengurangi dampak lingkungan dari bangunan.
2.2 Sustainable Building
Arsitektur Berkelanjutan, adalah sebuah topik yang menarik. Akhir-akhir
ini semakin banyak diberitakan dan dipromosikan dalam kalangan arsitek,
karena arsitek memiliki peran penting dalam pengelolaan sumber daya alam
dalam desain-desain bangunannya. Apresiasi yang besar bagi mereka yang
turut mempromosikan arsitektur berkelanjutan agar kita lebih bijaksana dalam
menggunakan sumber daya alam yang makin menipis.
Sustainable Architecture atau dalam bahasa Indonesianya adalah
Arsitektur Berkelanjutan, adalah sebuah konsep terapan dalam bidang
arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep
mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan
dengan umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis
manusia, seperti sistem iklim planet, sistem pertanian, industri, kehutanan, dan
tentu saja arsitektur. Kerusakan alam akibat eksploitasi sumber daya alam
telah mencapai taraf pengrusakan secara global, sehingga lambat tetapi pasti,
bumi akan semakin kehilangan potensinya untuk mendukung kehidupan
manusia, akibat dari berbagai eksploitasi terhadap alam tersebut.
Keberlanjutan dapat didefinisikan sebagai memenuhi kebutuhan
generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang
untuk memenuhi kebutuhan mereka Cara-cara baru dapat dipikirkan
berdasarkan pengalaman membangun, dari arsitektur vernakular maupun
modern.
5
BAB III
PEMBAHASAN
6
c. Pada bagian atap gedung, terdapat tangga untuk para pengguna yang
akan menuju lantai atas. Ini dapat meminimalisasi penggunaan listrik
untuk lift atau eskalator.
d. Tentu lebih menyehatkan, selain sejuk pada atap bangunan terdapat
rumput yang digunakan sebagai green roof, pengguna juga
mendapatkan sinar matahari.
1. Efisiensi Energy
7
konsumsi energi secara keseluruhan siklus hidup. Studi gedung
menunjukan bahwa bangunan yang dibangun terutama dengan kayu
akan memiliki energi yang terkandung lebih rendah daripada mereka
dibangun terutama dengan bata, beton atau baja Untuk mengurangi
operasi penggunaan energi, efisiensi tinggi jendela dan isolasi di
dinding, plafon, dan lantai meningkatkan efisiensi selubung bangunan,
(penghalang antara ruang AC dan tanpa syarat). Strategi lain, desain
bangunan pasif surya, sering diimplementasikan dalam energi rendah
rumah. Desainer mengorientasikan jendela dan dinding dan tenda
tempat, beranda, dan pohon untuk jendela naungan dan atap selama
musim panas sambil memaksimalkan keuntungan surya di musim
kemarau. Selain itu, penempatan jendela yang efektif (pencahayaan)
dapat memberikan lebih banyak cahaya alami dan mengurangi
kebutuhan untuk penerangan listrik pada siang hari. Pemanas air tenaga
surya lebih lanjut mengurangi biaya energi. Ruang generasi energi
terbarukan melalui tenaga surya, tenaga angin, tenaga air, atau
biomassa secara signifikan dapat mengurangi dampak lingkungan dari
bangunan. Pembangkit listrik umumnya fitur yang paling mahal untuk
ditambahkan ke sebuah bangunan.
2. Efisiensi Air
8
Limbah-air dapat diminimalkan dengan memanfaatkan perlengkapan
konservasi air seperti ultra-rendah toilet flush dan aliran rendah kepala
pancuran. Bidets membantu menghilangkan penggunaan kertas toilet,
mengurangi lalu lintas selokan dan kemungkinan meningkatnya kembali
menggunakan air di tempat. Titik perawatan menggunakan air dan
pemanas meningkatkan baik kualitas air dan efisiensi energi sementara
mengurangi jumlah air dalam sirkulasi. Penggunaan non-limbah dan
greywater untuksitus digunakan seperti situs-irigasi akan meminimalkan
tuntutan pada akuifer setempat.
9
4. Peningkatan Mutu Lingkungan
10
siang hari listrik akan memperbaiki kualitas pencahayaan dan kinerja
energi dari struktur. Produk-produk kayu solid, khususnya lantai,
seringkali ditentukan dalam lingkungan di mana penghuni diketahui
memiliki alergi terhadap debu atau partikel lainnya. Kayu itu sendiri
dianggap hypo-allergenic dan permukaan halus mencegah penumpukan
partikel lembut seperti karpet. Untuk itu direkomendasikan kayu, vinil,
ubin lantai linoleum atau batu tulis bukan karpet. Penggunaan produk
kayu juga dapat meningkatkan kualitas udara dengan menyerap atau
melepaskan uap air di udara untuk kelembaban moderat. Interaksi
antara semua komponen indoor dan penghuni bersama-sama
membentuk proses-proses yang menentukan kualitas udara dalam
ruangan.
6. Pengurangan Sampah
12
menurun. Studi telah menunjukkan selama masa hidup rentabilitas
investasi green building, mencapai sewa secara signifikan lebih tinggi,
harga jual dan tingkat hunian serta tingkat kapitalisasi yang lebih rendah
berpotensi mencerminkan risiko investasi yang lebih rendah
13
Reaksi silika dengan Ca(OH)2 mengakibatkan jumlah Ca(OH)2 akan
berkurang, CSH bertambah, dan permeabilitas berkurang. (Aman S dkk,
2010) Berikut ini adalah material pozzolan yang digunakan:
Hilang
Komponen SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO
Pijar
Abu
72,28 0,37 0,32 0,65 21,43
Sekam (%)
Tabel 2. 1 Komponen Kimia Abu Sekam Padi (Bakri, 2008)
14
Satu-satunya cara yang aman untuk menghindari bahaya perusakan
lingkungan yang dapat dilakukan yaitu dengan memanfaatkannya
sebagai bahan tambahan pada beton. (Access, 2014) Unsur pembentuk
GGBFS adalah kapur, silika dan alumina yang memiliki komposisi kimia
tidak berbeda jauh dengan bahan mineral alami termasuk bahan hidrasi
seperti Semen Portland. Penambahan GGBFS akan membuat beton
lebih tahan terhadap serangan-serangan kimia seperti sulfat dan klorida.
(Fiber et al., 2015)
3. Superplasticizer
Superplasticizer merupakan bahan additive yang berfungsi untuk
mengurangi kebutuhan air tanpa mengurangi flowability. Superplasticizer
bekerja dengan cara terserap ke permukaan semen lalu meningkatkan
muatan negative pada permukaan partikel semen sehingga terjadi tolak-
menolak elektrostatik yang akhirnya akan meningkatkan flowabilty dari
campuran beton. (Aman S dkk, 2010) Superplasticizer yang digunakan
adalah MasterGlenium ACE 8590.
15
Gambar 2. 1 Perbandingan Elektrostatis Sebelum dan Sesudah ditambah SP (Aman S dkk, 2010)
c. Adsorption : 2.88%
16
3.3.3 Mix Design
1. Kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’) pada umur 28 hari. fc’=40
MPa.
17
5. Menetapkan nilai “slump”
Gambar 3. 3 Tabel Perkiraan Kadar Air Bebas ( Kg/m3 ) terhadap agregat beton
18
dengan : Wh adalah perkiraan jumlah air untuk agregat halus
dan Wk adalah perkiraan jumlah air untuk agregat kasar.
155
a) Berdasarkan fas = 0,31. Semen per m3 beton = =500kg/m3
0,31
19
11. Berat agregat campuran = berat jenis beton/m 3 – (keperluan air +
semen)
= 1745 kg/m3
20
3.3.5 Aplikasi Beton dalam Bidang Teknik Sipil
Penggunaan GGBFS sebagai substitusi semen telah dilakukan
dalam proyek konstruksi di luar negeri. Akan tetapi penggunaan di
Indonesia masih sangat minim. Hal ini dapat dilihat dari sejarah
penggunaan GGBFS di luar negeri sebagai berikut
Tahun Kronologi
1880 GGBFS digunakan bersama dengan
semen Portland sebagai aktifator di
Jerman
1996 Amerika mulai memproduksi dan
menggunakan semen GGBFS
1914 Pendirian Pabrik GGBFS di Skotlandia
1990 China telah menggunakan GGBFS
1955 Jerman menghasilkan lebih dari 1,1
milliar ton semen dimana didalamnya
dicampurkan 150 juta GGBFS
1990 – 2010 Berbagai negara di dunia seperti Cina,
Irlandia,, dan lainnya telah
menggunakan GGBFS sebagai bahan
pembuatan semen mix/blended
2007 Total Produksi GGBFS di Cina mencapai
100 juta ton/tahun
2012 Di Eropa GGBFS digunakan 17,7 juta
ton/tahun
21
Penggunaan GGBFS sebagai substitusi semen beton konvensinal
sangat mungkin untuk dilakukan. Hal ini telah dibuktikan dengan
Kronologi dan Contoh Bangunan di atas. Sedangkan penggunaan Abu
Sekam Padi turut mendukung perihal kekuatan pada beton dikarenakan
kandungan silica reaktif pada Abu Sekam memungkinkan reaksi hidrasi
sekunder pada beton.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada pembahasan diatas adalah Sistem Green Building
yaitu terfokus pada dua atribut sesuai dengan pembahasan diatas,
yakni penerapan green planning and penerapan green building. Upaya
tersebut tercapainya, memerlukan peran, dukungan dan komitmen seluruh
stakeholder, yaitu masyarakat, pemda, swasta, dan sektor lain.
Penggunaan GGBFS sebagai substitusi semen beton konvensinal
sangat mungkin untuk dilakukan. Hal ini telah dibuktikan dengan Kronologi
dan Contoh Bangunan di atas. Sedangkan penggunaan Abu Sekam Padi
turut mendukung perihal kekuatan pada beton dikarenakan kandungan silica
reaktif pada Abu Sekam memungkinkan reaksi hidrasi sekunder pada beton.
22