Anda di halaman 1dari 34

KONSTRUKSI BAJA GUDANG

1. PENUTUP ATAP

Sebagai penutup atap dapat


digunakan :

a. Genteng dengan reng dan usuk

b. Sirap dengan reng dan usuk

c. Seng gelombang

d. Asbes gelombang

e. Aluminium gelombang

f. Dll.
Penutup Atap

=Kemiringan Atap
-Genteng/ -Sirap ​Reng

Usuk tiap jarak ± 50 cm

Gording profil baja atau kayu

verlap
O​

Seng Gelombang -Asbes Gelombang


-Aluminium Gelombang ​Gording Overlap

/ tumpang tindih harus cukup supaya air
hujan tidak tampias / bocor
Bisa
Bocor!

Penempatan kait ​a Kait



a. GENTENG

- Kemiringan atap : 30° ≤ α ≤ 60°

- α ≥ 60° : dipakai genteng khusus, dipaku


reng

α ≤ 30° : dipakai genteng dengan presis


tinggi,

- diberi lapisan aluminium foil di bawah

Pada puncak
Salah! ​
bisa a, b atau c

c
b​

-Usuk dan reng harus mampu memikul beban hidup merata q dan
terpusat p

b.SIRAP

- Dilengkapi dengan usuk dan reng

Mampu memikul beban hidup merata q terpusat


p
- Dapat dipakai pada sudut α
besar

- Bila α < 30° : tumpukan sirap diperbanyak

Diberi lapisan aluminium foil

c. d, e : seng gelombang, asbes gelombang dan aluminium


gelombang

- dipakai pada bangunan industri

- kemiringan atap lebih bebas ; 5° ≤ α ≤ 90°

semakin kecil α, overlap semakin


besar

overlap : - pada arah mengalir air

- pada // arah mengalir air

perkiraan panjang overlap :

Sudut arah memanjang arah melintang

10-20° 20 cm 2,5 gelombang

20-40° 15 cm 1,5-2,5 gelombang

45° 10 cm 1,5 gelombang

Untuk mengkaitkan seng dengan gording dipasang hook/kait yang


dikaitkan

pada gording :
Detail Hubungan Gording dengan kuda-kuda :
- Angin yang kuat dapat mengangkat atap, maka gording perlu diikat kuat -
kuat pada kuda-kuda

​ ​2. PERHITUNGAN GORDING


Contoh: Gording ​Baut 1
Beban-beban yang dipikul oleh gording adalah :
1.beban mati
2.beban hidup
3.beban angin / beban sementara
Sedangkan untuk gording dapat dipakai :
Gording baut
atau
Kuda-kuda
Las Pelat pengisi
Potongan atau

Baut
Siku Gording ​Baut
atau
Gording baut atau ​siku
Kepala diatas mur
dilas
dibawah,agar baut tidak jatuh bila mur kendor/lepas
baut pengikat
Nok
,,,
Gording rangka untuk bentang >
Contoh :
Kuda - kuda​Nok
sin ​
Q​ L ​3
Gording
cos
Q​
Q
x
L
Penggantung Gording
x
y
Kuda - kuda
Catatan : bila L tidak terlalu besar, cukup dipasang 1 penggantung gording
1. Beban mati (D) : - berat sendiri penutup atap
- buat sendiri gording
- alat-alat pengikat
2. Beban hidup (L) : sesuai peraturan pembebanan a. Terbagi rata : q = (40 – 0,8 α) ≤
20 kg/m​2
b.Terpusat P = 100 kg
3. Beban angin (W) : lihat Peraturan Pembebanan
→ besarnya tergantung dari daerah (wilayah) dan sudut α
Beban rencana yang bekerja :
Adalah beban terbesar dari
U = 1,4 D
U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H)

U = 1,2 D + 1,6 (La atau H) + (γ​L ​. L atau 0,8 W)

U = 1,2 D + 1,3 W + γ​L ​. L + 0,5 (La atau H)

γ​L ​= 0,5 bila L < 5 k Pa : γ​L =


​ 1 bila L ≥ 5k Pa

La = beban hidup selama


perawatan oleh pekerja, peralatan H = beban hujan
q cos
Kuda 2
P cos
P sin
Terhadap sb x –x profil :

• ​Beban mati : M​XD ​= 1​ ​8​(q cos α) L​2

• ​Beban hidup q : M​XL ​= 1​ ​8​(q cos α) L​2

P : M​XL ​= 1​ ​4​(P cos α) L


Terhadap sb y – y profil :

• ​Beban mati : M​YD ​= 1​ ​8​(q sin α) ( 1​ ​3​L) 2​

• ​Beban hidup q :M​YL 1​ ​8​(q sin α) ( 1​ ​3​L)​2

P : M​YL ​= 1​ ​4​(P sin α) ( 1​ ​3​L)


• ​Momen-momen akibat beban hidup merata q, dan terpusat P diambil yang
berpengaruh terbesar. (akibat q atau akibat P)
- Beban angin : lihat Peraturan Pembebanan

W​x ​= c x b x tekanan angin kg/m​2​, c = koefisien angin

W​y ​= 0
=​1 8​ L​
yw ​ =​0​ Kuda 2 q sin​L ​3​Wx
L
2

⎫ ⎪​⎬​⎪​⎭​kg/m' ​b W​x
b
b
Wx= C x b x tekanan angin kg/m2
M
​ W ​x M
xw L ​

Mu yang bekerja :

M​ux ​= 1,4 M​xD

= 1,2 M​xD ​+ 1,6 M​xL ​+ 0,5 (M​xLa ​atau M​xH ​)

= 1,2 M​xD ​+ 1,6 (M​xLa ​atau M​xH ​) + (γ​L ​. M​xL ​atau 0,8 M​xw​)

= 1,2 M​xD ​+ 1,6 M​xL ​+ γ​L ​. M​xL +


​ 0,5 (M​xLa ​atau M​xH ​)

M​uy ​= sama seperti M​ux


1) Kontrol Kekuatan Gording
M

+ ​ M
φ ​. ​M​
ux ​ φ ​
. ​Mn​ y
≤1

φ ​= 0,9

M​nx ​= Momen nominal profil terhadap sb x - x M​


​ ny ​= Momen nominal profil terhadap sb y

- y M​
​ ny ​= diambil momen nominal sayap atas profil
→ Penyederhanaan penyelesaian (Structural Steel Design Galambos hal
196)
a.
dipikul oleh dipikul hanya sayap atas
profil penuh

Zy = 1⁄4 t​f ​. b​f2​ ​≅


Zy profil ​
2​b.
uy
nx
Px
Py
x
y
P
Py
=+
=+
bf
tf

x
P.e ​
de

H= P ​P
d

P
2) Kontrol Lendutan

Lendutan terjadi f = ​fyfx 2​ ​+ ​2 ≤


​ ⎛ ​
​ ⎜⎝​f ​= 180
L ​⎞ ⎟​⎠​→ gording

Rumus lendutan : f = ​5 ​384​. ​Lq


. ​4 ​
IE​.​(akibat beban merata q)
.​
f = ​1 ​48​. ​LP ​ IE .​​ 3
(akibat beban terpusat P)
x
y

L​
fg= 384

5​
q.L​4 ​E.I​P​fg= 48 1P.L​
​ E.I​3

x fy​f
fx
Contoh : Perhitungan Gording
Kuda - kuda
Nok
seng gelombang
L=6,6 m L ​3
o6s 5
=2,2 m​c1​
20​°​=175,6 cm
165 165
Kuda - kuda
Berat atap seng efektif = 8 kg/m​2​, mutu baja Bj 37 Dicoba profil WF 125 x 60 x 6 x 8 : A
= 16,48 cm​2
q = 13,2 kg/m​1 ​Zx = 74 cm​3 Zy

= 15 cm​3 ​Ix = 412 cm​4
Iy = 29,2 cm​4
a) Kontrol Kekuatan Profil
• ​Beban mati (D) Berat seng = 1,756 x 8 = 14,05 kg/m​1 ​Beban profil = 13,2 kg/m​1
27,25 kg/m​1 ​Alat pengikat dan lain-lain ± 10% = 2,72 kg/m​1
q = 29,97 kg/m​1 ​∞ ​30 kg/m​1

​ ​8​(q cos α) L​2 ​= 1


M​xD ​= 1 ​ ​8​(30 cos 20°) 6,6​2 ​= 153,5 kg . m

​ ​8​(q sin α)
M​yD ​= 1
=20​°
165
165 cm
⎞ ⎟​
​ ​
⎛ ⎜​⎝​L 3 ⎠​2

=1​ ​8​(30 sin 20°) (2,2)​2 ​= 6,21 kg . m


• ​Beban hidup (L)
a) Beban hidup terbagi rata :
+
+
q = (40 – 0,8 α) = (40-0,8.20) = 24 kg/m​2 ​≤ 20 kg/m​2
Menurut peraturan pembebanan, dipakai 20 kg/m​2 ​q = 1,65 x 20 = 33 kg/m​1

​ ​8​(q cos α) L​2 ​= 1


M​xL ​= 1 ​ ​8​(33 cos 20°) 6,6​2 ​= 168,85 kg . m

​ ​8​(q sin α)
M​yL ​= 1

⎛ ⎜​⎝​L 2​
⎞ ⎟​
3 ​ ⎠​= 1 ​ ​8​(33 sin 20°) (2,2)​2 ​= 6,83 kg . m
b) Beban hidup berpusat P = 100 kg

​ ​4​(P cos α) L = 1
M​xL ​= 1 ​ ​4​(100 cos 20°) 6,6 = 155,1 kg . m

​ ​4​(P sin α) ⎛​
M​yL ​= 1
L ​
⎜⎝​ 3⎞ ​⎟⎠​= ​1 ​4​(100 cos 20°) 2,2 = 18,81 kgm
• ​Beban angin (W)
Tekanan angin W = 30 kg/m​2
Angin tekan = c x W
= 0 x 30 = 0 Angin hisap = 0,4 x 30 = 12 kg/m​2
Bila dibandingkan dengan beban (bb. Mati + bb. hidup)
= ​ ++00,0,02
C​ =​
2 x 2- 0 0,4

- 0,4 = 0 ​
- ​0,4
=20​°

(........... + 20 kg/m​2​)
Angin hisap ini tidak bisa melawan beban (D + L), maka angin hisap
ini tidak menentukan → tidak perlu diperhitungkan.
→ Besarnya momen berfaktor Mu

M​u ​= 1,2 MD + 1,6 ML

M​ux ​= 1,2 x 153,2 + 1,6 x 155,1 = 432,36 kg . m (bb. mati + bb. hidup
terpusat p)

M​uy ​= 1,2 x 16,21 + 1,6 x 18,81 = 49, 548 kg . m (bb. mati + bb.
hidup terpusat p)
Pers. Interaksi :
M

+ ​
ux ​ φ ​. ​M​ φ ​b
M​ ≤1
. ​M​ny ​
φ​b ​= Faktor reduksi, untuk lentur = 0,90

M​nx ​= Kekuatan nominal lentur terhadap sb x - x M​


​ ny ​= Kekuatan nominal lentur terhadap

sb y - y
• ​Penampang profil (tabel 7.5-1 SNI)
Penampang kompak p
bf ​
h ​twp
​ u​ y b nx 2
​ ​ ​
xtf=

​ ​= ​75,3 ​λ
8,02 6
p

== ​170
h​
fy ​170 ​240 =
​ ​0,11 ​ tw​==

6,0 1,9

2,15 ≤ ​= = ​λ

1680 ​240
180 ​λ ​2 ​bf

tf≤

λ
⎫ ⎪⎪⎪⎪⎪​ ⎪⎪⎪​
p​ ⎬​ ⎪​⎪​⎭∴​Maka M​nx ​= M​px
• ​Kontrol lateral buckling :

Misal L​b ​= 68 cm → jarak penahan lateral


Atau (lihat brosur seng) = jarak 2 pengikat seng
Lp = 1,76 r​y ​E

fymisal
​ = 68 cm

= 1,76 x 1,32 ​101,2 ​x ​2400​6 ​= 68,72 cm

Ternyata L​b ​< L​p ​→ maka M​nx ​= M​px

→ M​nx ​= M​px ​= Z​x ​. f​y ​= 74,0 x 2400 = 177600 kg . cm = 1.776 kg.m

M​ny ​= Zy (1 flens) . fy = ( 1 ​ t​f ​. b​f​2​) x f​y


​ 4​
= ( ​1 ​4​x 0,8 x 6​2​) x 2400 = 17280 kg . cm
= 172,8 kg . m
Pers Interaksi:
432,6/0,9.1776 + 49,548/0,9.172,28 ≤ 1
0,584 ≤ 1......................ok (profil agak kebesaran)
Perlu juga dikontrol kombinasi pembebanan dari beban mati + beban
hidup merata q.
KONTROL LENDUTAN:
Lendutan ijin = L/180 (untuk gording)
Dicari fx = lendutan thd. Sb x-x profil
fy = lendutan thd. Sb. y-y profil
( ​f ​= ​fx ​2 ​+ ​fy 2​ ​) ​≤ ​f
Dimana :
f
5 )cos( ​ ∝ ​
​ ​
x1 = ​384​ q​ EI
x

L 4​
→ Lendutan akibat bb. Merata

f
1 )cos(
​ ​
x2 = ​48​
∝ ​
P​ L 3​

EI
x
→ Lendutan akibat bb. Terpusat
4

1
5 )sin( ​ EI ​
3 384​ q ​L fy
y​

⎟​= ​∝

⎛ ​⎜⎝​⎞ ​⎠​→ Lendutan akibat bb. Merata


1 ​ )sin( ​
f ​x 1​ ​= ​ 48​ q


⎛ ⎜​⎝​y
3​
L 3​ ​ EI
⎞ ⎟​
⎠​→ Lendutan akibat bb. Terpusat

bf=6 cm tf=0,8
d=12,5 cm
h​

tw=
0,6

3. PELAT SIMPUL

Untuk mempersatukan dan menyambung batang-batang yang bertemu


di

titik simpul, diperlukan pelat simpul.

Sebagai pelat penyambung, pelat simpul harus memenuhi syarat-syarat


sebagai

berikut :

1. Cukup lebar, sehingga paku keling/baut dapat dipasang menurut


peraturan

yang ditentukan.

2. Tidak terjadi kerja takikan, seperti dijumpai pada pelat simpul yang

mempunyai sudut ke dalam. Pelat akan gampang


sobek.

Takikan
sebaiknya
3. Cukup kuat menerima beban dari batang-batang yang diteruskan pelat

simpul, maka simpul perlu diperiksa kekuatannya, dengan cara


mengadakan

beberapa potongan untuk diperiksa kekuatannya pada potongan


tersebut.

Namun sebelum dilanjutkan mengenai pemeriksaan pelat simpul,


sekilas di

ulang kembali dulu tentang perhitungan banyaknya baut/paku keling yang

diperlukan (kuliah konstruksi Baja I)


• ​Banyaknya baut yang diperlukan
a. Batang pinggir menerus
Contoh : a) Batang pinggir menerus
Dn
Vn ​
Batang Pinggir
n2
e = letak garis berat profil
= garis kerja gaya
w = letak lubang
e dan w = dapat dilihat pada tabel profil
• ​Kekuatan baut tipe tumpu :

Kuat geser φ R​n ​= 0,75 x (0,5 f​u​) 2 A​b ​→ jumlah bidang geser = 2

f​u ​= tegangan patah baut A​


​ b=
​ Luas baut

Kuat tumpu φ R​n ​= 0,75 (2,4d . t​p .​ f​u​)

f​u ​= tegangan patah baut/pelat, mana


yang kecil
d = diameter baut

t​p ​= harga terkecil dari t​1 a


​ tau 2t​2

φ R​n ​= harga terkecil dari kuat geser atau kuat tumpu


• ​Banyaknya baut :
n​1 ​≥
Dn​ ​ V​
φ ​R​`​n​n​2 ​≥ ​ n​φ ​R`​ ​n​n1​ ​Pelat simpul tebal t1
Hn1 Hn2

n3 e w ​Batang menerus

n​ ≥
u​ 3​

HH
(​
u ​2 ​− ​φ
Rn​

1​ ) ​(batang menerus)
n min = 2
b. Batang pinggir terputus
1.Untuk batang terputus, maka dihitung masing-masing

n​1 ​≥
Dn​ ​ V​ H​
φ ​R​`​n​n​2 ​≥ ​ n​φ ​R​`​n​n​3 ​≥ ​ u1​ φ
​ ​Rn​ n
​ ​4 ​ H​n​2 ​
≥​ φ

Rn​
n min = 2, jarak baut sesuai SKSNI (tata cara)
2.Cara menggambar pelat simpul
Setelah jumlah baut atau paku keling dihitung :
1) Digambar garis-garis sistem (= garis berat penampang profil)
bertemu pada satu titik
2) Gambarlah batang-batang utuhnya (sisi batang sejarak e dari garis
sistem)
Dn
Vn ​
1​
n​ n2
Pelat simpul tebal t1
Hn1 Hn2
n3 n4 ​Batang terputus/tidak menerus
3) Tempatkan baut-batu / paku keeling sesuai peraturan (letak
baut/paku keling = w dari sisi batang)
4) Tarik garis batas akhir baut/paku keling pada setiap batang (misal =
2d) → lihat tabel 13.4 – 1
5) Tarik garis-garis batas tepi pelat ------→ lihat contoh
Pelat simpul
ew
2d

w
e​
5
1

2d 2 4 ​
jarak
jarak jarak 3​ 3

= 0,3d=15 tp ​d=diameter baut


atau 200 mm
tp=elemen tertipis
PEMERIKSAAN KEKUATAN PELAT SIMPUL
Disini diambil contoh pada pelat penyambung batang pinggir :
a. Batang pinggirnya menerus
b. Batang pinggirnya terputus
a) Batang pinggir / tepi menerus
Contoh Du1
:
Vu Du2 ​aS2
Pelat simpul tebal t
S1

Hu1 Hu2
a​Batang menerus

Diketahui H​u1 ​> H​u2 ​Untuk salah satu potongan, misal potongan (a) – (a)
Maka pada potongan (a) – (a) bekerja gaya ;
a​
Du1 ​ S2 Du1 sin
Du1 cos
2​5 (Hu1-Hu2)

a
g.n.pelat
S1
h
lobang
t

Selisih gaya H​u1 ​dan H​u2 ​di terima oleh 5 baut, maka pada potongan (a) –
(a) menerima gaya sebesar ​2 ​5​(H​u1 ​– H​u2​)
Gaya yang bekerja :

​ ​5​(H​u1 ​– H​u2​) + D​u1 ​cos α


Gaya normal (tarik) N​ut ​= 2
Gaya lintang / geser Vu = Du1 sin α

Momen Mu = ​2 ​5​(H​u1 ​– H​u2​) S​1 ​+ D​u1 ​x S​2


Kontrol kekuatan pelat : ​“ kurang akar”
⎡ ⎢​ ⎛ ⎜​
⎢⎣​ ⎜⎝​φ ​t
N

N​ut
nt ⎞

⎛ ⎜​
​ ​ ⎜⎝​φ ​nb
⎟​⎟⎠+
M

M​n
⎞ ⎟​
⎟⎠⎤

⎥​⎥⎦2​
⎛⎜​
+ ​ ⎜⎝​nv
⎞ ⎟⎟​ V
.​ ⎠​2 ​
≤1
u​ φ ​V​

Dimana : φ​t ​. N​nt ​= harga terkecil dari

= 0,9 f​y ​. A​g

= 0,75 f​u ​. A​n

φ​b ​. M​n ​= 0,9 Z . f​y

φ​v ​. V​n ​= 0,75 (0,6 A​n ​x f​u​)


Ag = t . h

A​n ​= t . h - A lubang f​​ y ​= tegangan leleh / yield pelat


​ t . h​2 ​– A lubang x jarak
​ ≅ ​1 4​
f​u ​= tegangan patah pelat Z
b) Batang pinggir / tepi terputus
Contoh

Diketahui H​u1 ​> H​u2 ​Batang H​u1 ​dan H​u2 ​terputus, namun pada bagian tepi bawah

dihubungkan dengan
​ pelat penyambung. Pelat penyambung dianggap memindahkan
gaya
2
Du1
Vu Du2 ​aS2
Pelat simpul tebal t
S1 ​Hu1 ​1 2
Hu2
Hu2​a

H​
2 Pelat
​ penyambung dianggap meneruskan Hu2 (siku sama kaki) ​
Diketahui Hu1​>​Hu2 ​2 ​ 2​u​(diketahui H​u2 ​< H​u1​)
Maka pada potongan (a) – (a) bekerja gaya :
Du1 a​​ S2 ​Du1 sin
1
g.n.pelat
S1
Du1 cos
1
1
h
(Hu1-Hu2)
lobang
2
a
t
H​
• ​Baut pada batang H​u1 ​di pelat simpul menerima gaya (H​u1 ​- ​ 2
)
2​u​

Gaya yang bekerja :


H​
Gaya normal (tarik) N​ut ​= (H​u1 ​- ​ 2
) + D​u1 ​cos α​1
2​u​

Gaya lintang / geser V​u ​= D​u1 ​sin α​1


H​
Momen M​u ​= (H​u1 ​- ​
2​u​
2
) x S​1 ​+ D​u1 ​x S​2
• ​Kontrol kekuatan pelat : ​“kurang akar”
⎡ ⎢​ ⎛ ⎜​
⎢⎣​ ⎜⎝. ⎞
⎛⎜​ ⎞ ⎟​
⎟​⎟⎠+
​ ​ ⎜⎝. ​ ⎟⎠⎤ ⎥​⎥⎦2​
⎛⎜​
+ ​ ⎜⎝n​ v
⎞ ⎟⎟​ N
.​ ⎠​ut 2​ ​φ ​
M
N​φ ​
V
M​φ ​
≤1
V​

Dimana : φ​t ​. N​nt ​dan seterusnya, sama seperti pada contoh a


PEMBENTUKAN PELAT SIMPUL
Didalam pembentukan pelat simpul perlu diperhatikan syarat-syarat :
- Cukup tempat untuk penempatan baut/paku keeling
- Tidak terjadi takikan
- Cukup kuat
- Tidak terlalu banyak pekerjaan
- Tidak terlalu banyak sisa pelat akibat bentuk dari pelat simpul
- Contoh:
6 x potongan pelat lebih baik / praktis 4 x potongan pelat
lebih baik / praktis
lebih baik / praktis
dll.
u
u
t
nt b
n
4. BENTUK-BENTUK KONSTRUKSI RANGKA GUDANG
Banyak bentuk-bentuk konstruksi untuk gudang yang bisa digunakan. Hal-
hal yang mempengaruhi antara lain :
• ​Pemakaian gudang tersebut
• ​Keadaan suasana gudang akan dibangun.
- Keadaan tanah
- Besar dan kecilnya beban angin
Bentuk yang dipilih tentunya akan menentukan cara penyelesaian struktur
dan biayanya.
a. Konstruksi kap rangka sendi – rol

sendi AB
​ rol
sendi
Konstruksi kuda-kuda dengan tumpuan A sendi, B rol merupakan konstruksi
statis tertentu, maka penyelesaian statikanya dengan statis tertentu. Namun
sering didalam praktek dibuat A sendi, B sendi, dengan demikian konstruksi
menjadi statis tak tentu. Tetapi sering diselesaikan dengan cara pendekatan
dengan menganggap perletakan A = B didalam menerima beban H.

​ ​2​H
R​AH ​= R​BH ​= H
AB
H/2 H/2=R​BH

Untuk mencari gaya-gaya batangannya dapat digunakan


cara :

- Cremona

- Keseimbangan titik

- Ritter

- Dan lain-lain

Kemudian untuk mendukung kuda-kuda diperlukan kolom. Apabila dipakai

kolom dengan perletakan bawah sendi, maka struktur menjadi tidak stabil
bila

ada beban H (angin/gempa).

SS

akan roboh

sendi sendi
Karena itu untuk mendukung kuda-kuda ini, harus dipakai kolom dengan

perletakan bawah jepit

H​2 H​
​ 2
V ​M

V ​M

H​2
jepit
h

Struktur/konstruksi ini akan stabil/kokoh bila ada gaya H bekerja. Pada perletakan
H​
bawah kolom terjadi gaya V, H dan M. Besarnya M = ​ 2 .​ ​h a ​ dalah cukup besar.
Maka bila struktur ini yang dipilih pada tanah yang jelek, pondasinya akan mahal.
Dicari penyelesaian suatu bentuk struktur agar pondasi tidak terlalu mahal.
b. Kuda-kuda dihubungkan dengan pengaku pada kolom
1. Kuda-kuda dengan pengaku dan perletakan bawah kolom jepitan.
Struktur dengan sistem ini cukup kaku dan memberikan momen M lebih
kecil dari pada struktur sebelumnya.
H
fh​
e​ 1

c
d
a​
S​1 H/2
​ H/2

S​ M​ M​
2​H/2​ jepit ​ jepit ​Struktur semacam ini adalah statis tak tentu, maka statistikanya
diselesaikan
dengan cara statis tak tentu.
Namun sering didalam makhluk diselesaikan dengan cara
pendekatan/sederhana yaitu :
• ​Bila beban vertikal (gravitasi) yang bekerja, struktur dianggap statis
tertentu, yang bekerja pada kolom gaya V saja. Selanjutnya gaya-gaya
batang KRB dicari dengan : Cremona, Kesetimbangan Titik, Ritter, dan
sebagainya.
• ​Bila beban H bekerja, dianggap terjadi titik balik (= inflection point)

terjadi ditengah-tengah yaitu S​1 ​dan S​2​. M


​ pada titik balik = 0 (seperti sendi)
H/2

S​1 ​S​2​= titik balik


aA B
w
w
b
H​
Gaya geser pada S​1 ​dan S​2 a ​ ​2​M pada kolom bawah = ​ 2 ​ax ​V dapat dicari
​ dalah = H

dengan Σ MS​2 ​= 0

Dari seluruh struktur S​1 ​C E F D S​2​. Dengan


​ meninjau kolom S​1 ​. CE :

1. Σ M​E ​= 0
H ​
2​x (h​1 ​+ a) – (a) cos α 2​ ​x h​1 ​= 0 → (a) didapat
angin ​
w
c
a​S​1
c
b
a

c​ba

E​c

S​1

H​2 1​ 2

V dapat dicari dengan M​S2​=0 ​dari seluruh struktur S​1 ​C E F D S​2


e​H/2

c
jepit

H​2
y
h​ h​
a​ 1​ 1

aH​H2
Titik balik
S​1 ​2 ​
a
2. Σ K​V ​= 0

-V + (a) sin α ​2 ​– (c) sin α ​2 =


​ 0 → (c) didapat

3. Σ MS​1 ​= 0
H ​
2​x (h​1 ​+ a) – (b) x (h​1 ​+ a) – (c) cos α ​1 ​(h​1 ​+ a)

+ (a) cos α ​2 ​x a = 0 → (b) didapat


Setelah didapatkan gaya, (a), (b), dan (c), maka gaya batang yang lain
dari kuda-kuda dapat dicari dengan Cremona, Kesetimbangan titik,
Ritter, dan sebagainya.
2. Kuda-kuda dengan pengaku dan perletakan bawah kolom sendi.
c
c
h​
1

b
a
h​
1

b ahhsendi sendi
sendi sendi

ALTERNATIF
Struktur ini sama seperti pada perletakan bawah kolom jepit. Gaya batang
(a), (b) dan (c) dapat dihitung seperti sebelumnya, hanya mengganti jarak a
dengan h.
Keuntungan kolom dengan perletakan sendi ini adalah :
• ​Momen pada perletakan bawah/sendi = 0
• ​Momen pada pondasi menjadi kecil, pondasinya menjadi murah
• ​Namun momen pada kolomnya menjadi besar ∞ 2 kali dari pada kolom
percetakan jepit (h = 2a)
c. Konstruksi 3 Sendi
S
Konstruksi ini adalah statis tertentu.
Dicari reaksi diperletakan dengan
persamaan :
RAH​=

⎫ ⎪⎪​ ⎪​
⎬​ ⎪⎭​RAV
Σ
H ​ 0​ V​ 0​ RBH
= ​ Σ ​ = ​ A​
N​ Mdan​
Σ ​ = 0​ S0​

RBV

Didapat reaksi perletakan R​AH​, R​AV​, R​


​ BH ​Dan R​BV​. Kemudian
​ gaya-gaya batangnya
dicari dengan : Cremona, Kesetimbangan
Titik, Ritter, dan sebagainya.
d. Konstruksi Portal Kaku (Gable Frame)
Konstruksi ini adalah statis tak tentu.
Diselesaikan dengan cara cross,
clapeyron, slope deflection, tabel,
dan sebagainya.
Gaya yang bekerja pada batang-
batangnya N, D dan M.
sendi

Batang menerima N​u ​dan M​u →


​ jepit

perhitungan sebagai beam column. ​sendi sendi

Sambungan kaku
A
B sendi
jepit
STABILITAS STRUKTUR / KONSTRUKSI
Yang telah dibicarakan adalah konstruksi/struktur yang seolah-olah pada
suatu bidang. Konstruksi dalam bidang ini memang stabil, karena sudah
diperhitungkan terhadap gaya-gaya yang bekerja pada bidang tersebut.
Dalam kenyataannya konstruksi adalah berbentuk ruang, sehingga secara
keseluruhan konstruksi belum stabil, maka perlu diatur lagi dalam arah yang lain.
Gording ​Contoh

K​uda-kuda
P
P
P
​ H​
K​uda-kuda P
Kuda-kuda
Kolom
Kolom
Kolom
Ikatan Angin

- Pada bidang kuda-kuda, konstruksi ini stabil, sebab sudah diperhitungkan


terhadap beban yang bekerja yaitu P dan H (angin / gempa)
- Pada bidang yang ⊥ bidang kuda-kuda, bila ada beban H bekerja dalam arah
ini, konstruksi akan roboh/terguling, jadi masih labil. Maka perlu distabilkan
dalam arah ini.
Konstruksi untuk memberikan stabilitas dalam arah ini dinamakan :
- Ikatan angin
- Ikatan pemasangan (montage)
Yang dipasang pada bidang atap dan pada bidang dinding.
5. BANGUNAN GUDANG DENGAN IKATAN ANGIN DAN IKATAN
MONTAGE (PEMASANGAN)
Untuk menjaga kestabilan struktur rangka kuda-kuda akibat tiupan
angin/gempa diberikan ikatan angin dalam arah memanjang gudang.
Ikatan angin bersama-sama dengan gording dan rangka kuda-kuda
membentuk suatu rangka batang.
Karena ikatan angin ini diperlukan untuk menjamin stabilitas dalam arah
memanjang gudang, biasanya ditempatkan pada daerah ujung-ujung gudang saja.
Sedangkan bila gudangnya cukup panjang, maka diantaranya ditempatkan lagi
ikatan-ikatan pemasangan/Montage.
Contoh :
a duk-adu​
K​a
a duk-adu​
K​Ikatan angin
Rencana / Denah Atap
• ​Seringnya dipasang ikatan angin memanjang, untuk memperkaku bidang atap
arah melintang. ↑
- Penggantung gording dipasang pada semua gording
- Ikatan angin pada dinding /kolom untuk meneruskan beban angin ke
pondasi
- Biasanya untuk ikatan angin digunakan batang lemas.
Batang ini hanya dapat menahan gaya tarik, tidak dapat menahan gaya
tekan.

Bila ada H​1​, yang bekerja batang (1) tarik Bila


​ ada H​2​, yang bekerja batang (2) tarik dk

dk ​
penggantung

=±(3-9)m
dk dk

Ikatan ​gording Ø ​montage


Ikatan angin
H​1
H​2
1
2
angin

Bentuk Dari Ikatan Angin Dan Ikatan Montage


(Pemasangan)

1. Pada Gudang – Tertutup

2. Pada Gudang – Terbuka

1. Ikatan angin pada gudang tertutup

Contoh Ikatan angin pada


ada atap Kuda-kuda
dinding/kolom

Potongan – Memanjang
Regel/Gewel
Pintu

antung gording
da dinding
Pintu

M.Tanah
Gavel / Portal Akhir / End Frame

• ​Letak regel vertikal sesuai dengan titik-titik rangka ikatan angin pada
atap

• ​Regel horizontal dipasang sesuai dengan panjang seng untuk


dinding

Catatan : Anggapan Konservatif :

• ​Bila dinding dipakai dingin bata 1⁄2 bata, dianggap tidak tahan angin,
perlu

dipasang ikatan angin pada


dinding,
Ikatan angin
gording 2 ​K​uda-kuda

Kolom/regel vertikal

Regel horizontal
• ​Bila dinding dipakai dinding bata 1 bata atau lebih dianggap dinding tahan
angin, tidak diperlukan ikatan angin pada dinding.
2. Ikatan Angin pada Gudang Terbuka (tanpa dinding)
• ​Bentuk lain ikatan memanjang
Kuda-kuda
M.Tanah
Pengaku/bracing/ikatan memanjang
Kolom-kolom ​gording 2
K​uda-kuda
Ikatan gigi anjing
Kolom
Ikatan angin pada atap
Kuda-kuda
Kolom

K​uda-kuda
Ikatan memanjang

• ​Termasuk tepi/akhir dipasang


kuda-kuda

• ​Pengaku/bracing/ikatan memanjang pada kolom biasanya dipasang

sepanjang bangunan.

• ​Untuk kuda-kuda dengan bentang yang besar > ± 40 m,


pengaku/bracing/ikatan

memanjang dipasang juga pada rangka


kuda-kuda.

❖ BEBAN YANG BEKERJA AKIBAT TIUPAN ANGIN

Pada Gudang
Tertutup

N R3

N
N
h3

1234321

Pada regel vertikal / kolom(3)

q = (c x w x a) jarak regel-regel vertikal


R​3 ​= 1⁄2 q . h​3

M = ​1 ​8​q . h​32​

N = berat atap + dinding + kolom

Maka regel kolom (3) bekerja beban-beban Mu, Nu → perhitungan


sebagai

beam – column.

Analog untuk regel (1), (2), dan (4).

Beban yang bekerja pada ikatan angin pada atap


adalah :
Batang Atas Kuda-kuda R=(R​1+R​
​ 2+R​
​ 3+R​
​ 4)

R​
Gording
R​1
2
dk
Ikatan angin
R​2 ​R3​ ​R4​ ​R3​ ​R2​ ​R​1

R​1​, R​2​, R​3​, R​4 ​= gaya yang didapat dari reaksi pada regel (1), (2), (3) dan (4). Akibat
​ dari
beban angin ini, maka dapat dicari yang bekerja pada rangka batang
ikatan angin;
• ​Batang atas kuda-kuda mendapat beban tambahan
• ​Gording mendapat beban tambahan
Maka batang atas dari kuda-kuda dan gording harus diperhitungkan akibat
beban tambahan ini.
∴ Gording pada rangka batang ikatan
beban Px,Py
NNS ​ ebagai gording terjadi Mu
Sebagai rangka ikatan angin terjadi Nu → perhitungan gording sebagai beam –
column.
Dengan jarak L bracing, dapat diambil jarak-jarak dari baut pengikat seng
gelombang.
sebagai gording
x
x sebagai ikatan angin qx,qy
y
Jarak kuda-kuda
y
Seng Gelombang
L​
→ Ikatan angin pada dinding
= 0,9​ ,4​Angin ​
c​ 0​ Gewel 0,9

Koefisien angin C :
- Pada gevel c = 0,9
- Pada dinding // c = - 0,4
* Angin bertiup pada dinding gevel
* Angin bertiup pada dinding samping
Didalam memperhitungkan beban ikatan angin pada dinding, kedua arah angin
ini harus ditinjau.
2

1
0,4 Angin
➢ Gaya yang bekerja pada Ikatan Angin Dinding
Contoh
f​4 ​f​3
R​4 ​f​2
R​2
R​3
R​3
V
V
R​1
R​2
R​1
Kolom

Ikatan angin ​L pada


​ dinding ​VV
R ​1​1​2 1
R ​
R = (R1 + R2 + R3 + ​ 4​
2​) ​Kolom
L

V = ​L L

Kolom

L
3​.2.2 ​32 +

+ ​44 .​ ​Diterima oleh kolom.
33 ​
Dari beban beban ini, maka dapat dihitung gaya-gaya pada rangka batang
ikatan angin dinding.
• ​Regel (2) menerima beban :

​ ​8​q​y
- Beban mati q​y ​→ M​y ​= 1
fRfRfR
.2

⎛ ⎜​⎝​L
⎞ ⎟​
3 ​ ⎠​2
- Beban angin c = 0,9; 0,4 dan 0,4; 0,9

​ ​8​q​x ​. L​2
Beban angin qx → M​x ​= 1
Beban normal N → angin dari gevel (=R)

∴ Regel (2) menerima M​ux​, M​uy ​→ perhitungan sebagai beam column.


• ​Regel (1) menerima beban :

​ ​8​q​y
- Beban mati q​y ​→ M​y ​= 1

⎛ ⎜​⎝​L
⎞ ⎟​
3 ​ ⎠​2

​ ​8​q​x ​. L​2
- Beban angin c = 0,9 → qx → M​x ​= 1

∴ Regel (1) menerima M​ux​, M​uy ​→ perhitungan sebagai balok.


➢ Beban angin pada Ikatan Angin Gevel
Contoh
⇒ Pada Gudang Terbuka
Kolom Kuda2 Angin

Luas bidang yang diperhitungkan ​Ikatan angin gewel ditiup


​ angin Diterima oleh ikatan angin gewel
Angin 1

K​uda-kuda
R
Kuda-kuda
R Kolom
Kolom
Angin 2
• ​Angin bertiup pada bidang atap (= angin 1) ditahan oleh kuda-kuda dan
kolom
• ​Angin bertiup pada // bidang atap atau ⊥ bidang kuda-kuda (= angin 2)
→ menabrak kuda-kuda, ditahan oleh ikatan angin :
- Ikatan angin pada atap
- Ikatan/bracing/pengaku memanjang pada kolom.
R

Merupakan struktur statis tak tentu


penyelesaian statikanya ​≅ ​kuda-kuda dengan
KOLOM

kolom yang dikakukan.


Beban pada akhirnya, harus sampai ke
pondasi.
PONDASI ​Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan untuk Pertimbangan Batang

* Pada Konstruksi rangka batang kuda-kuda


- Pada batang tarik → diperhitungkan Anetto
- Pada batang tekan → diperhitungkan panjang tekuk Lk

L​kx ​: Panjang tekuk arah vertikal L​


​ ky ​: Panjang tekuk arah horizontal
Lk y
Lk x
Ikatan angin
y​
x
xy
gording

* Konstruksi console / Cantilever

K​uda-kuda

Batang tekan di bawah, tidak


ada gording dan ikatan angin

L​kx ​: Panjang tekuk arah vertikal = λ

L​ky ​: Panjang tekuk arah horizontal = ∞ 4 λ


Jika diberi ikatan khusus seperti tergambar maka L​ky ​→

Anda mungkin juga menyukai