1. PENUTUP ATAP
c. Seng gelombang
d. Asbes gelombang
e. Aluminium gelombang
f. Dll.
Penutup Atap
=Kemiringan Atap
-Genteng/ -Sirap Reng
verlap
O
Pada puncak
Salah!
bisa a, b atau c
c
b
-Usuk dan reng harus mampu memikul beban hidup merata q dan
terpusat p
b.SIRAP
pada gording :
Detail Hubungan Gording dengan kuda-kuda :
- Angin yang kuat dapat mengangkat atap, maka gording perlu diikat kuat -
kuat pada kuda-kuda
Baut
Siku Gording Baut
atau
Gording baut atau siku
Kepala diatas mur
dilas
dibawah,agar baut tidak jatuh bila mur kendor/lepas
baut pengikat
Nok
,,,
Gording rangka untuk bentang >
Contoh :
Kuda - kudaNok
sin
Q L 3
Gording
cos
Q
Q
x
L
Penggantung Gording
x
y
Kuda - kuda
Catatan : bila L tidak terlalu besar, cukup dipasang 1 penggantung gording
1. Beban mati (D) : - berat sendiri penutup atap
- buat sendiri gording
- alat-alat pengikat
2. Beban hidup (L) : sesuai peraturan pembebanan a. Terbagi rata : q = (40 – 0,8 α) ≤
20 kg/m2
b.Terpusat P = 100 kg
3. Beban angin (W) : lihat Peraturan Pembebanan
→ besarnya tergantung dari daerah (wilayah) dan sudut α
Beban rencana yang bekerja :
Adalah beban terbesar dari
U = 1,4 D
U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H)
Wy = 0
=1 8 L
yw =0 Kuda 2 q sinL 3Wx
L
2
⎫ ⎪⎬⎪⎭kg/m' b Wx
b
b
Wx= C x b x tekanan angin kg/m2
M
W x M
xw L
Mu yang bekerja :
= 1,2 MxD + 1,6 (MxLa atau MxH ) + (γL . MxL atau 0,8 Mxw)
+ M
φ . M
ux φ
. Mn y
≤1
φ = 0,9
- y M
ny = diambil momen nominal sayap atas profil
→ Penyederhanaan penyelesaian (Structural Steel Design Galambos hal
196)
a.
dipikul oleh dipikul hanya sayap atas
profil penuh
x
P.e
de
H= P P
d
P
2) Kontrol Lendutan
L
fg= 384
5
q.L4 E.IPfg= 48 1P.L
E.I3
x fyf
fx
Contoh : Perhitungan Gording
Kuda - kuda
Nok
seng gelombang
L=6,6 m L 3
o6s 5
=2,2 mc1
20°=175,6 cm
165 165
Kuda - kuda
Berat atap seng efektif = 8 kg/m2, mutu baja Bj 37 Dicoba profil WF 125 x 60 x 6 x 8 : A
= 16,48 cm2
q = 13,2 kg/m1 Zx = 74 cm3 Zy
= 15 cm3 Ix = 412 cm4
Iy = 29,2 cm4
a) Kontrol Kekuatan Profil
• Beban mati (D) Berat seng = 1,756 x 8 = 14,05 kg/m1 Beban profil = 13,2 kg/m1
27,25 kg/m1 Alat pengikat dan lain-lain ± 10% = 2,72 kg/m1
q = 29,97 kg/m1 ∞ 30 kg/m1
8(q sin α)
MyD = 1
=20°
165
165 cm
⎞ ⎟
⎛ ⎜⎝L 3 ⎠2
8(q sin α)
MyL = 1
⎛ ⎜⎝L 2
⎞ ⎟
3 ⎠= 1 8(33 sin 20°) (2,2)2 = 6,83 kg . m
b) Beban hidup berpusat P = 100 kg
4(P cos α) L = 1
MxL = 1 4(100 cos 20°) 6,6 = 155,1 kg . m
4(P sin α) ⎛
MyL = 1
L
⎜⎝ 3⎞ ⎟⎠= 1 4(100 cos 20°) 2,2 = 18,81 kgm
• Beban angin (W)
Tekanan angin W = 30 kg/m2
Angin tekan = c x W
= 0 x 30 = 0 Angin hisap = 0,4 x 30 = 12 kg/m2
Bila dibandingkan dengan beban (bb. Mati + bb. hidup)
= ++00,0,02
C =
2 x 2- 0 0,4
- 0,4 = 0
- 0,4
=20°
(........... + 20 kg/m2)
Angin hisap ini tidak bisa melawan beban (D + L), maka angin hisap
ini tidak menentukan → tidak perlu diperhitungkan.
→ Besarnya momen berfaktor Mu
Mux = 1,2 x 153,2 + 1,6 x 155,1 = 432,36 kg . m (bb. mati + bb. hidup
terpusat p)
Muy = 1,2 x 16,21 + 1,6 x 18,81 = 49, 548 kg . m (bb. mati + bb.
hidup terpusat p)
Pers. Interaksi :
M
+
ux φ . M φ b
M ≤1
. Mny
φb = Faktor reduksi, untuk lentur = 0,90
sb y - y
• Penampang profil (tabel 7.5-1 SNI)
Penampang kompak p
bf
h twp
u y b nx 2
xtf=
= 75,3 λ
8,02 6
p
== 170
h
fy 170 240 =
0,11 tw==
6,0 1,9
2,15 ≤ = = λ
1680 240
180 λ 2 bf
tf≤
λ
⎫ ⎪⎪⎪⎪⎪ ⎪⎪⎪
p ⎬ ⎪⎪⎭∴Maka Mnx = Mpx
• Kontrol lateral buckling :
fymisal
= 68 cm
L 4
→ Lendutan akibat bb. Merata
f
1 )cos(
x2 = 48
∝
P L 3
EI
x
→ Lendutan akibat bb. Terpusat
4
1
5 )sin( EI
3 384 q L fy
y
⎟= ∝
∝
⎛ ⎜⎝y
3
L 3 EI
⎞ ⎟
⎠→ Lendutan akibat bb. Terpusat
bf=6 cm tf=0,8
d=12,5 cm
h
tw=
0,6
3. PELAT SIMPUL
berikut :
yang ditentukan.
2. Tidak terjadi kerja takikan, seperti dijumpai pada pelat simpul yang
Takikan
sebaiknya
3. Cukup kuat menerima beban dari batang-batang yang diteruskan pelat
Kuat geser φ Rn = 0,75 x (0,5 fu) 2 Ab → jumlah bidang geser = 2
n3 e w Batang menerus
n ≥
u 3
HH
(
u 2 − φ
Rn
1 ) (batang menerus)
n min = 2
b. Batang pinggir terputus
1.Untuk batang terputus, maka dihitung masing-masing
n1 ≥
Dn V H
φ R`nn2 ≥ nφ R`nn3 ≥ u1 φ
Rn n
4 Hn2
≥ φ
Rn
n min = 2, jarak baut sesuai SKSNI (tata cara)
2.Cara menggambar pelat simpul
Setelah jumlah baut atau paku keling dihitung :
1) Digambar garis-garis sistem (= garis berat penampang profil)
bertemu pada satu titik
2) Gambarlah batang-batang utuhnya (sisi batang sejarak e dari garis
sistem)
Dn
Vn
1
n n2
Pelat simpul tebal t1
Hn1 Hn2
n3 n4 Batang terputus/tidak menerus
3) Tempatkan baut-batu / paku keeling sesuai peraturan (letak
baut/paku keling = w dari sisi batang)
4) Tarik garis batas akhir baut/paku keling pada setiap batang (misal =
2d) → lihat tabel 13.4 – 1
5) Tarik garis-garis batas tepi pelat ------→ lihat contoh
Pelat simpul
ew
2d
w
e
5
1
2d 2 4
jarak
jarak jarak 3 3
Hu1 Hu2
aBatang menerus
Diketahui Hu1 > Hu2 Untuk salah satu potongan, misal potongan (a) – (a)
Maka pada potongan (a) – (a) bekerja gaya ;
a
Du1 S2 Du1 sin
Du1 cos
25 (Hu1-Hu2)
a
g.n.pelat
S1
h
lobang
t
Selisih gaya Hu1 dan Hu2 di terima oleh 5 baut, maka pada potongan (a) –
(a) menerima gaya sebesar 2 5(Hu1 – Hu2)
Gaya yang bekerja :
Nut
nt ⎞
⎛ ⎜
⎜⎝φ nb
⎟⎟⎠+
M
Mn
⎞ ⎟
⎟⎠⎤
⎥⎥⎦2
⎛⎜
+ ⎜⎝nv
⎞ ⎟⎟ V
. ⎠2
≤1
u φ V
Diketahui Hu1 > Hu2 Batang Hu1 dan Hu2 terputus, namun pada bagian tepi bawah
dihubungkan dengan
pelat penyambung. Pelat penyambung dianggap memindahkan
gaya
2
Du1
Vu Du2 aS2
Pelat simpul tebal t
S1 Hu1 1 2
Hu2
Hu2a
H
2 Pelat
penyambung dianggap meneruskan Hu2 (siku sama kaki)
Diketahui Hu1>Hu2 2 2u(diketahui Hu2 < Hu1)
Maka pada potongan (a) – (a) bekerja gaya :
Du1 a S2 Du1 sin
1
g.n.pelat
S1
Du1 cos
1
1
h
(Hu1-Hu2)
lobang
2
a
t
H
• Baut pada batang Hu1 di pelat simpul menerima gaya (Hu1 - 2
)
2u
sendi AB
rol
sendi
Konstruksi kuda-kuda dengan tumpuan A sendi, B rol merupakan konstruksi
statis tertentu, maka penyelesaian statikanya dengan statis tertentu. Namun
sering didalam praktek dibuat A sendi, B sendi, dengan demikian konstruksi
menjadi statis tak tentu. Tetapi sering diselesaikan dengan cara pendekatan
dengan menganggap perletakan A = B didalam menerima beban H.
2H
RAH = RBH = H
AB
H/2 H/2=RBH
- Cremona
- Keseimbangan titik
- Ritter
- Dan lain-lain
kolom dengan perletakan bawah sendi, maka struktur menjadi tidak stabil
bila
SS
akan roboh
sendi sendi
Karena itu untuk mendukung kuda-kuda ini, harus dipakai kolom dengan
H2 H
2
V M
V M
H2
jepit
h
Struktur/konstruksi ini akan stabil/kokoh bila ada gaya H bekerja. Pada perletakan
H
bawah kolom terjadi gaya V, H dan M. Besarnya M = 2 . h a dalah cukup besar.
Maka bila struktur ini yang dipilih pada tanah yang jelek, pondasinya akan mahal.
Dicari penyelesaian suatu bentuk struktur agar pondasi tidak terlalu mahal.
b. Kuda-kuda dihubungkan dengan pengaku pada kolom
1. Kuda-kuda dengan pengaku dan perletakan bawah kolom jepitan.
Struktur dengan sistem ini cukup kaku dan memberikan momen M lebih
kecil dari pada struktur sebelumnya.
H
fh
e 1
c
d
a
S1 H/2
H/2
S M M
2H/2 jepit jepit Struktur semacam ini adalah statis tak tentu, maka statistikanya
diselesaikan
dengan cara statis tak tentu.
Namun sering didalam makhluk diselesaikan dengan cara
pendekatan/sederhana yaitu :
• Bila beban vertikal (gravitasi) yang bekerja, struktur dianggap statis
tertentu, yang bekerja pada kolom gaya V saja. Selanjutnya gaya-gaya
batang KRB dicari dengan : Cremona, Kesetimbangan Titik, Ritter, dan
sebagainya.
• Bila beban H bekerja, dianggap terjadi titik balik (= inflection point)
dengan Σ MS2 = 0
1. Σ ME = 0
H
2x (h1 + a) – (a) cos α 2 x h1 = 0 → (a) didapat
angin
w
c
aS1
c
b
a
cba
Ec
S1
H2 1 2
c
jepit
H2
y
h h
a 1 1
aHH2
Titik balik
S1 2
a
2. Σ KV = 0
3. Σ MS1 = 0
H
2x (h1 + a) – (b) x (h1 + a) – (c) cos α 1 (h1 + a)
b
a
h
1
b ahhsendi sendi
sendi sendi
ALTERNATIF
Struktur ini sama seperti pada perletakan bawah kolom jepit. Gaya batang
(a), (b) dan (c) dapat dihitung seperti sebelumnya, hanya mengganti jarak a
dengan h.
Keuntungan kolom dengan perletakan sendi ini adalah :
• Momen pada perletakan bawah/sendi = 0
• Momen pada pondasi menjadi kecil, pondasinya menjadi murah
• Namun momen pada kolomnya menjadi besar ∞ 2 kali dari pada kolom
percetakan jepit (h = 2a)
c. Konstruksi 3 Sendi
S
Konstruksi ini adalah statis tertentu.
Dicari reaksi diperletakan dengan
persamaan :
RAH=
⎫ ⎪⎪ ⎪
⎬ ⎪⎭RAV
Σ
H 0 V 0 RBH
= Σ = A
N Mdan
Σ = 0 S0
RBV
Kuda-kuda
P
P
P
H
Kuda-kuda P
Kuda-kuda
Kolom
Kolom
Kolom
Ikatan Angin
=±(3-9)m
dk dk
Potongan – Memanjang
Regel/Gewel
Pintu
antung gording
da dinding
Pintu
M.Tanah
Gavel / Portal Akhir / End Frame
• Letak regel vertikal sesuai dengan titik-titik rangka ikatan angin pada
atap
• Bila dinding dipakai dingin bata 1⁄2 bata, dianggap tidak tahan angin,
perlu
Kolom/regel vertikal
Regel horizontal
• Bila dinding dipakai dinding bata 1 bata atau lebih dianggap dinding tahan
angin, tidak diperlukan ikatan angin pada dinding.
2. Ikatan Angin pada Gudang Terbuka (tanpa dinding)
• Bentuk lain ikatan memanjang
Kuda-kuda
M.Tanah
Pengaku/bracing/ikatan memanjang
Kolom-kolom gording 2
Kuda-kuda
Ikatan gigi anjing
Kolom
Ikatan angin pada atap
Kuda-kuda
Kolom
Kuda-kuda
Ikatan memanjang
sepanjang bangunan.
Pada Gudang
Tertutup
N R3
N
N
h3
1234321
M = 1 8q . h32
beam – column.
R1, R2, R3, R4 = gaya yang didapat dari reaksi pada regel (1), (2), (3) dan (4). Akibat
dari
beban angin ini, maka dapat dicari yang bekerja pada rangka batang
ikatan angin;
• Batang atas kuda-kuda mendapat beban tambahan
• Gording mendapat beban tambahan
Maka batang atas dari kuda-kuda dan gording harus diperhitungkan akibat
beban tambahan ini.
∴ Gording pada rangka batang ikatan
beban Px,Py
NNS ebagai gording terjadi Mu
Sebagai rangka ikatan angin terjadi Nu → perhitungan gording sebagai beam –
column.
Dengan jarak L bracing, dapat diambil jarak-jarak dari baut pengikat seng
gelombang.
sebagai gording
x
x sebagai ikatan angin qx,qy
y
Jarak kuda-kuda
y
Seng Gelombang
L
→ Ikatan angin pada dinding
= 0,9 ,4Angin
c 0 Gewel 0,9
Koefisien angin C :
- Pada gevel c = 0,9
- Pada dinding // c = - 0,4
* Angin bertiup pada dinding gevel
* Angin bertiup pada dinding samping
Didalam memperhitungkan beban ikatan angin pada dinding, kedua arah angin
ini harus ditinjau.
2
1
0,4 Angin
➢ Gaya yang bekerja pada Ikatan Angin Dinding
Contoh
f4 f3
R4 f2
R2
R3
R3
V
V
R1
R2
R1
Kolom
V = L L
Kolom
L
3.2.2 32 +
+ 44 . Diterima oleh kolom.
33
Dari beban beban ini, maka dapat dihitung gaya-gaya pada rangka batang
ikatan angin dinding.
• Regel (2) menerima beban :
8qy
- Beban mati qy → My = 1
fRfRfR
.2
⎛ ⎜⎝L
⎞ ⎟
3 ⎠2
- Beban angin c = 0,9; 0,4 dan 0,4; 0,9
8qx . L2
Beban angin qx → Mx = 1
Beban normal N → angin dari gevel (=R)
8qy
- Beban mati qy → My = 1
⎛ ⎜⎝L
⎞ ⎟
3 ⎠2
8qx . L2
- Beban angin c = 0,9 → qx → Mx = 1
Kuda-kuda
R
Kuda-kuda
R Kolom
Kolom
Angin 2
• Angin bertiup pada bidang atap (= angin 1) ditahan oleh kuda-kuda dan
kolom
• Angin bertiup pada // bidang atap atau ⊥ bidang kuda-kuda (= angin 2)
→ menabrak kuda-kuda, ditahan oleh ikatan angin :
- Ikatan angin pada atap
- Ikatan/bracing/pengaku memanjang pada kolom.
R
Kuda-kuda
2λ