=Kemiringan Atap
-Genteng/
-Sirap Reng
Usuk tiap jarak ± 50 cm
rlap
Ove
Seng Gelombang
-Asbes Gelombang
-Aluminium Gelombang
Gording
Overlap / tumpang tindih harus cukup
supaya air hujan tidak tampias / bocor
1
2
a. GENTENG
- Kemiringan atap : 30° ≤ α ≤ 60°
- α ≥ 60° : dipakai genteng khusus, dipaku pada reng
α ≤ 30° : dipakai genteng dengan presisi tinggi,
- diberi lapisan aluminium foil di bawah reng.
-Usuk dan reng harus mampu memikul beban hidup merata q dan terpusat p
b.SIRAP
- Dilengkapi dengan usuk dan reng
Mampu memikul beban hidup merata q terpusat p
- Dapat dipakai pada sudut α besar
- Bila α < 30° : tumpukan sirap diperbanyak
Diberi lapisan aluminium foil
c. d, e : seng gelombang, asbes gelombang dan aluminium gelombang
- dipakai pada bangunan industri
- kemiringan atap lebih bebas ; 5° ≤ α ≤ 90°
semakin kecil α, overlap semakin besar
overlap : - pada arah mengalir air
- pada // arah mengalir air
perkiraan panjang overlap :
Sudut arah memanjang arah melintang
10-20° 20 cm 2,5 gelombang
20-40° 15 cm 1,5-2,5 gelombang
45° 10 cm 1,5 gelombang
2
3
Gording atau
baut
Contoh: Gording 1
Baut
Kuda-kuda Las
Pelat pengisi Potongan atau
dilas
Kepala diatas mur
dibawah,agar baut tidak
jatuh bila mur kendor/lepas
baut pengikat
Nok
2. PERHITUNGAN GORDING
Beban-beban yang dipikul oleh gording adalah :
1.beban mati
2.beban hidup
3.beban angin / beban sementara
, , ,
Gording rangka untuk bentang >
3
4
Contoh :
Kuda - kuda
Gording Q
x
in
Qc
os Qs
L L Penggantung
3
Gording
x
y
Kuda - kuda
Nok Catatan : bila L tidak terlalu besar, cukup
dipasang 1 penggantung gording
4
5
q cos
Terhadap sb x –x profil :
Kuda 2 Kuda 2 • Beban mati : MXD = 1
(q cos α) L2
L 8
P : MXL = 1
4
(P cos α) L
q sin
Terhadap sb y – y profil :
• Beban mati : MYD = 1
8
(q sin α) ( 13 L) 2
P sin • Beban hidup q :MYL 1
(q sin α) ( 13 L)2
8
P : MYL = 1
4
(P sin α) ( 13 L)
L
3
Wx kg/m' b
Wx
L b
b
Wx= C x b x tekanan angin kg/m2
1
M xw = Wx L2
8
M yw = 0
5
6
Mu yang bekerja :
Mux = 1,4 MxD
= 1,2 MxD + 1,6 MxL + 0,5 (MxLa atau MxH )
= 1,2 MxD + 1,6 (MxLa atau MxH ) + (L . MxL atau 0,8 Mxw)
= 1,2 MxD + 1,6 MxL + L . MxL + 0,5 (MxLa atau MxH )
Muy = sama seperti Mux
= 0,9
Mnx = Momen nominal profil terhadap sb x - x
Mny = Momen nominal profil terhadap sb y - y
Mny = diambil momen nominal sayap atas profil
→ Penyederhanaan penyelesaian (Structural Steel Design Galambos hal
196)
a. Px P bf
Py tf Py
x x
= +
b.
H= P.e
d
P
e = P + d
6
7
2) Kontrol Lendutan
L
Lendutan terjadi f = fx 2 + fy 2 f = → gording
180
5 q . L4
Rumus lendutan : f = . (akibat beban merata q)
384 E . I
1 P . L3
f= . (akibat beban terpusat P)
48 E . I
y
4
5 q.L
fg= 384 E.I x
L fy
x
P fx
f
1 3 y
fg= 48 P.L
E.I
7
8
cm
5,6
=17
L=6,6 m L =2,2 m 165 0°
3 s2
=20° co
165 165 cm
8
9
1 L 1
MyL = (P sin ) = (100 cos 20°) 2,2 = 18,81 kgm
4 3 4
• Beban angin (W)
Tekanan angin W = 30 kg/m2
Angin tekan = c x W
= 0 x 30 = 0
Angin hisap = 0,4 x 30 = 12 kg/m2
Bila dibandingkan dengan beban (bb. Mati + bb. hidup)
- 0,4 4 = 0
, - 0,4
+ 0,02 20 - 0
C = +0,02 x
=
=20°
(……….. + 20 kg/m2)
Angin hisap ini tidak bisa melawan beban (D + L), maka angin
hisap ini tidak menentukan → tidak perlu diperhitungkan.
→ Besarnya momen berfaktor Mu
Mu = 1,2 MD + 1,6 ML
9
10
misal =
68 cm
10
11
2,1 x106
= 1,76 x 1,32 = 68,72 cm
2400
Ternyata Lb < Lp → maka Mnx = Mpx
→ Mnx = Mpx = Zx . fy = 74,0 x 2400 = 177600 kg . cm = 1.776 kg.m
1
Mny = Zy (1 flens) . fy = ( tf . bf2) x fy
4
1
= ( x 0,8 x 62) x 2400 = 17280 kg . cm
4
= 172,8 kg . m
Pers Interaksi:
432,6/0,9.1776 + 49,548/0,9.172,28 ≤ 1
0,584 ≤ 1......................ok (profil agak kebesaran)
Perlu juga dikontrol kombinasi pembebanan dari beban mati + beban
hidup merata q.
KONTROL LENDUTAN:
Lendutan ijin = L/180 (untuk gording)
Dicari fx = lendutan thd. Sb x-x profil
fy = lendutan thd. Sb. y-y profil
(f = fx 2 + fy 2 ) ≤ f
5 (q cos ) L4
Dimana : f x1 = → Lendutan akibat bb. Merata
384 EI x
1 ( P cos ) L3
f x2 = → Lendutan akibat bb. Terpusat
48 EI x
4
L
(q sin )
fy1 =
5 3
→ Lendutan akibat bb. Merata
384 EI y
3
L
(q sin )
f x1 =
1 3 → Lendutan akibat bb. Terpusat
48 EI y
11
12
bf=6 cm
tf=0,8
h d=12,5 cm
tw=
0,6
12
13
3. PELAT SIMPUL
Untuk mempersatukan dan menyambung batang-batang yang bertemu di
titik simpul, diperlukan pelat simpul.
Sebagai pelat penyambung, pelat simpul harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
1. Cukup lebar, sehingga paku keling/baut dapat dipasang menurut peraturan
yang ditentukan.
2. Tidak terjadi kerja takikan, seperti dijumpai pada pelat simpul yang
mempunyai sudut ke dalam. Pelat akan gampang sobek.
Takikan
sebaiknya
13
14
Batang Pinggir
n1
Pelat simpul
n2 tebal t1
Hn1 Hn2
n3 e w
Batang menerus
14
15
Vn
n2 ≥
Rn `
( H u 2 − H u1 )
n3 ≥ (batang menerus)
Rn
n min = 2
b. Batang pinggir terputus
1.Untuk batang terputus, maka dihitung masing-masing
Dn
n1 ≥
Rn `
Vn
n2 ≥
Rn `
H u1
n3 ≥
Rn
H n2
n4 ≥
Rn
n min = 2, jarak baut sesuai SKSNI (tata cara)
Vn Dn
n1
Pelat simpul
n2 tebal t1
Hn1 Hn2
n3 n4
Batang terputus/tidak menerus
15
16
w
2d e
5
Pelat simpul
1
2d
2 4 3
e jarak jarak jarak w
3 = 0,3d=15 tp d=diameter baut
atau 200 mm tp=elemen tertipis
16
17
S1
Hu1 Hu2
a
Batang menerus
Du1 a
S2 Du1 sin
g.n.pelat
S1 Du1 cos h
lobang
2 (Hu1-Hu2)
5
a t
17
18
Selisih gaya Hu1 dan Hu2 di terima oleh 5 baut, maka pada potongan (a) –
2
(a) menerima gaya sebesar (Hu1 – Hu2)
5
Gaya yang bekerja :
2
Gaya normal (tarik) Nut = (Hu1 – Hu2) + Du1 cos
5
Gaya lintang / geser Vu = Du1 sin
2
Momen Mu = (Hu1 – Hu2) S1 + Du1 x S2
5
Kontrol kekuatan pelat :
Nut M n 2 Vu 2
+ + ≤ 1
t N nt b M n v .Vn
18
19
S1
1 2
Hu1 Hu2
Hu2 a
Pelat penyambung dianggap meneruskan
2 Hu2 (siku sama kaki)
2
Diketahui Hu1>Hu2
Du1 a
S2 Du1 sin 1
g.n.pelat
1 h
S1
Du1 cos 1
lobang
(Hu1-Hu2)
2
a t
Hu2
• Baut pada batang Hu1 di pelat simpul menerima gaya (Hu1 - )
2
Gaya yang bekerja :
Hu2
Gaya normal (tarik) Nut = (Hu1 - ) + Du1 cos 1
2
Gaya lintang / geser Vu = Du1 sin 1
19
20
Hu2
Momen Mu = (Hu1 - ) x S1 + Du1 x S2
2
• Kontrol kekuatan pelat :
Nut M u 2 Vu 2
+ + 1
t . N nt b . M n v .Vn
20
21
- Contoh:
dll.
21
22
A B rol
sendi
sendi
Konstruksi kuda-kuda dengan tumpuan A sendi, B rol merupakan konstruksi
statis tertentu, maka penyelesaian statikanya dengan statis tertentu. Namun
sering didalam praktek dibuat A sendi, B sendi, dengan demikian konstruksi
menjadi statis tak tentu. Tetapi sering diselesaikan dengan cara pendekatan
dengan menganggap perletakan A = B didalam menerima beban H.
H
RAH = RBH =
2
A B
H/2 H/2=RBH
22
23
- Ritter
- Dan lain-lain
Kemudian untuk mendukung kuda-kuda diperlukan kolom. Apabila dipakai
kolom dengan perletakan bawah sendi, maka struktur menjadi tidak stabil bila
ada beban H (angin/gempa).
S S
akan roboh
sendi sendi
Karena itu untuk mendukung kuda-kuda ini, harus dipakai kolom dengan
perletakan bawah jepit.
H H
2 2
V V
M= H = h M
H 2 H
2 jepit 2 jepit
23
24
e f
h1
c d
a
S1 H/2 S2 H/2 S1 S2= titik balik
H/2 H/2
a M jepit M jepit
A B
24
25
c
c
e E 1
H/2 b b
H
h1 a h1 2 a
2
c c
a H a
2 Titik balik H
H S1 S1
2 2
a y
V dapat dicari dengan MS2=0
jepit dari seluruh struktur S1 C E F D S2
25
26
Setelah didapatkan gaya, (a), (b), dan (c), maka gaya batang yang lain
dari kuda-kuda dapat dicari dengan Cremona, Kesetimbangan titik,
Ritter, dan sebagainya.
w
w
angin
w
S1
c c
b b
h1 a h1
a
h h
ALTERNATIF
Struktur ini sapa seperti pada perletakan bawah kolom jepit. Gaya bat (a),
(b) dan (c) dapat dihitung seperti sebelumnya, hanya mengganti jarak a
dengan h.
Keuntungan kolom dengan perletakan sendi ini adalah :
• Momen pada perletakan bawah/sendi = 0
• Momen pada pondasi menjadi kecil, pondasinya menjadi murah
• Namun momen pada kolomnya menjadi besar 2 kali dari pada kolom
percetakan jepit (h = 2a)
26
27
c. Konstruksi 3 Sendi
S Konstruksi ini adalah statis tertentu.
Dicari reaksi diperletakan dengan
persamaan :
H =0
V = 0
RAH RBH
N =0
dan M S = 0
A sendi sendi
RAV RBV
Didapat reaksi perletakan RAH, RAV,
RBH Dan RBV.
Kemudian gaya-gaya batangnya dicari dengan : Cremona, Kesetimbangan
Titik, Ritter, dan sebagainya.
27
28
Gording
Contoh Kud
a-ku
da
P Kud
a-ku
P da
P
H P
Kuda-kuda Kolom
Kolom Kolom
Ikatan Angin
28
Contoh : 29
a
Kuda-kuda
Kuda-kuda
angin
dk dk dk dk penggantung
=±(3-9)m gording Ø
Ikatan Ikatan Ikatan
angin montage angin
29
30
Regel/Gewel
Pintu Pintu
M.Tanah
Potongan – Memanjang
gording 2
Kud
a-kud
a
Kolom/regel vertikal
Regel horizontal
Ikatan angin
30
31
• Bila dinding dipakai dinding bata 1 bata atau lebih dianggap dinding tahan
angin, tidak diperlukan ikatan angin pada dinding.
M.Tanah
Kolom
gording 2
Ikatan angin pada atap
Kud
a-ku
da
Kud
a-ku
da
Ikatan memanjang
Kuda-kuda
Kolom
31
32
N a N Kud
a-ku
da
R3
q=...kg/m'
h3
1 2 3 4 3 2 1
R3 a a a a
N =±(3-4)m N
32
33
Gording
dk
Ikatan angin
R1 R2 R3 R4 R3 R2 R1
R1, R2, R3, R4 = gaya yang didapat dari reaksi pada regel (1), (2), (3) dan (4).
Akibat dari beban angin ini, maka dapat dicari yang bekerja pada rangka
batang ikatan angin;
• Batang atas kuda-kuda mendapat beban tambahan
• Gording mendapat beban tambahan
Maka batang atas dari kuda-kuda dan gording harus diperhitungkan akibat
beban tambahan ini.
Gording pada rangka batang ikatan
beban Px,Py x
qx,qy sebagai gording y
N N
Jarak kuda-kuda x
y
sebagai ikatan angin
33
34
Seng Gelombang
L
0,9 2
c=
Angin
1
0,4 0,4
Angin 0,9
Gewel
Koefisien angin C :
- Pada gevel c = 0,9
- Pada dinding // c = - 0,4
* Angin bertiup pada dinding gevel
* Angin bertiup pada dinding samping
Didalam memperhitungkan beban ikatan angin pada dinding, kedua arah angin
ini harus ditinjau.
34
35
f4
f3 R4
f2 R3 R3 V
R2 V
R1 R2
R1
Kolom
Ikatan angin
L pada dinding
V V
R 1 1
R4
2 1 R = (R1 + R2 + R3 + )
2
Kolom Kolom
2 R2 . f 3 + 2 R3 . f3 + R4 . f 4
V=
L 2. L
3
L L Diterima oleh kolom.
Dari beban beban ini, maka dapat dihitung gaya-gaya pada rangka batang
ikatan angin dinding.
• Regel (2) menerima beban :
2
1 L
- Beban mati qy → My = qy
8 3
- Beban angin c = 0,9; 0,4 dan 0,4; 0,9
1
Beban angin qx → Mx = qx . L2
8
Beban normal N → angin dari gerel (=R)
Regel (1) menerima Mux, Muy → perhitungan sebagai beam column.
35
36
Kolom Kuda2
Angin
Angin 1 Ku
da-
kuda
R Kuda-kuda
R
Kolom
Kolom
Angin 2
36
37
• Angin bertiup pada bidang atap (= angin 1) ditahan oleh kuda-kuda dan
kolom
• Angin bertiup pada // bidang atap atau ⊥ bidang kuda-kuda (= angin 2)
→ menabrak kuda-kuda, ditahan oleh ikatan angin :
- Ikatan angin pada atap
- Ikatan/bracing/pengaku memanjang pada kolom.
R
Merupakan struktur statis tak tentu
penyelesaian statikanya kuda-kuda dengan
KOLOM kolom yang dilakukan.
Beban pada akhirnya, harus sampai ke
pondasi.
PONDASI
Lk y
y
Ikatan angin
x x
Lk x
y
37
38
Kud gording
a-ku
da
Ikatan khusus
38