Anda di halaman 1dari 25

BUILDING CONNECTIONS

( SAMBUNGAN PADA BANGUNAN BAJA )

1. PEMILIHAN TYPE SAMBUNGAN


Untuk penyambungan pada bangunan baja dapat digunakan alat
penyambung yaitu: baut, baut mutu tinggi (high strength bolts), paku keling
dan las.
Pemilihan alat penyambung untuk struktur baja biasanya ditentukan
banyak faktor termasuk;
 Persyaratan dari peraturan pembangunan
 Ekonomis
 Pengalaman perencana
 Kemampuan tukang las dan keling
 Sifat beban (statis atau beban fatique dsb)
 Kemampuan bengkel
 Peralatan yang tersedia.
Adalah sulit untuk menetapkan pilihan alat penyambung yang paling
baik untuk sesuatu struktur. Namun secara umum hal-hal yang dapat digunakan
untuk membantu dalam menentukan pilihan yaitu;
1. Sambungan baut sesuai untuk struktur ringan dengan beban statis yang
kecil, batang sekunder (seperti gording, pengikat, bracing dsb).
2. Pelaksanaan pekerjaan baut sangat cepat, tidak memerlukan pekerja dengan
kecakapan tinggi seperti pekerja lain.
3. Bila struktur kelak akan dibongkar pasang, baut sangat cocok, sedangkan
sambungan las tidak mungkin.
4. Untuk beban fatique, baut mutu tinggi dan las adalah sangat baik.
5. Perlu perhatian yang khusus dalam pemasangan yang benar pada baut mutu
tinggi.
6. Sambungan las memerlukan baja lebih sedikit, penampilan sambungan
baik.
7. Pada sambungan yang menerus dan rigid, sambungan las lebih merupakan
pilihan.
8. Pengelasan sebaiknya dikerjakan di bengkel/work-shop pemeriksaan las di
lapangan agak diragukan.
9. Pekerjaan las untuk elemen batang yang sangat tebal memerlukan perhatian
sangat ekstra. Sambungan baut akan lebih sesuai, lagi pula sambungan baut
lebih kecil bahayanya terhadap retak dan rapuh.

2. TYPE SAMBUNGAN
Semua sambungan mempunyai tahanan terhadap perubahan perputaran
sudut antara batang-batang yang disambung, bila ada beban bekerja padanya.
Sambungan berdasar atas kemampuan tahanan terhadap perputaran
dibagi 2 type yaitu:
1. Type Fully Restrained (FR) / penahanan penuh atau rigid / kaku
mempunyai tahanan yang kaku, tidak dapat berputar.
2. Type Partially Restrained (PR) / penahanan tidak penuh, tidak cukup rigid
untuk mempertahankan sudut akibat beban.
Termasuk dalam sambungan ini adalah simple connection dan semi rigid
connection.

= =

BALOK BALOK BALOK

< <

KOLOM KOLOM
KOLOM
1. Rigid Connection 2. a) Simple Connection b) Semi Rigid Connection
Kenyataannya bahwa tidak ada sambungan yang benar-benar kaku / rigid sempurna
atau flexible sempurna.
Sesuai dengan praktek, sambungan dapat diklasifikasi berdasar pada rasio tahanan
momen sambungan terhadap momen jepit sempurna, secara kasar adalah:
 Simple connection terjadi M sambungan = (0-20)% M Jepit sempurna.
 Semi rigid connection terjadi M sambungan = (20-90)% M Jepit sempurna.
 Rigid connection terjadi M sambungan = (90-100)% M Jepit sempurna.

Rigid (type FR)

MOMEN
Semi Rigid (type PR)

Simple atau Flexibel (type PR)

ROTASI

Seperti yang telah dijelaskan di atas, maka sambungan dapat diklasifikasi:


1. Simple Connection (= sambungan sendi)
- Sambungan dapat memberikan perputaran pada ujung balok secara
bebas.
- Sambungan tidak boleh mengakibatkan momen lentur terhadap elemen
struktur yang disambung.
- Detail sambungan harus mempunyai kapasitas rotasi yang cukup.
- Dapat memikul gaya reaksi yang bekerja.
2. Semi Rigid Connection (antara simple dan rigid).
- Sambungan tidak memiliki kekakuan yang cukup untuk
mempertahankan sudut antara elemen yang disambung.
- Dianggap mempunyai kapasitas yang cukup untuk memberikan tahanan
yang dapat diukur terhadap perubahan sudut tersebut.
- Tingkat kapasitas tersebut terhadap pembebanannya yang bekerja
ditetapkan dengan metoda berdasarkan percobaan.

3. Rigid Connection (= sambungan kaku)


- Sambungan dianggap memiliki kekakuan yang cukup untuk
mempertahankan sudut diantara elemen-elemen yang disambung.

Contoh Frame : Dengan kemungkinan type sambungan :

1. Rigid Frame
Sambungan pada titik-titik 1, 2, …...6 harus Rigid Connection.
2. Portal dengan Bracing (Braced Frame Works)
Sambungan pada titik-titik 1, 2, …...8 bisa Flexible Connection (=
simple connection
1) Simple Connection

TOP L

Alternatif
Baut letak TOP L

Baut SEAT L
Profil

a) Simple Connection dengan Baut b) Seat Connection


Las
TOP L

Las
Baut Profil Penguat SEAT profil T
Las

C) Stiffened Seat Connection d) Seat Kaku dengan


Sambungan Las

END PLATE Las di bengkel


Las
di site profil
Baut
di site

Las di bengkel baut pelaksanaan


(eriection boet)
e) Sambungan dengan End Plate f) Simple Connection
dengan Las
2) Semi Rigid Connection
Contoh-contoh :

END PLATE

END PLATE
Baut

Las

a) End Plate Connection

Baut profil

b)

Plat beton shear connection

Penulangan :untuk memikul


tarik akibat momen
profil
Balok

Kolom Baut mutu tinggi


(HSB)

c) Composite Connection
3) Rigid Connection

a) T-Connection a1) T-Connection dengan


Peninggian Balok

las tumpul
plat pengisi tipis
>untuk menyesuaikan
las Baut penambahan bidang
sambungan

plat
batang
penahan/ganjal

b) Sambungan Las & Baut


 Potongan las dengan kolom di bengkel.
 Penyambungan balok dengan baut di SITE
las diSITE
EXTENDED
END PLATE las diSITE

las
Baut Las dibengkel plat
Balok Balok
Las di bengkel las diSITE
baut di SITE Batang
kolom kolom penahan/ganjal

c) End-plate connection d) Welded-Rigid-connection

Las atau plat penyambung

Baut Baut
Balok

Las atau
kolom

e) Stub Girder Connection


PERHITUNGAN KEKUATAN SAMBUNGAN
A. SAMBUNGAN DENGAN BAUT
1. Web Connection
Contoh:
e a

Pu Balok
Baut b

Profil
Balok

- Balok dengan balok

Baut Pu Balok
b

e
profil
Pu
Kolom

- Balok dengan kolom

- Untuk penyambung dipakai sepasang profil  


- Sambungan (a) memikul beban geser Pu
- Baut-baut (b) memikul beban Pu dan Mu = Pu x e, namun Mu ini dianggap
kecil, sering diabaikan karena e kecil.
Misal : Sambungan balok dengan kolom:
Kontrol Kekuatan Baut :
Baut (a) :
Pu
Banyaknya baut n =  dimana  Rn = Kekuatan rencana baut.
 Rn
 Baut type tumpu :  Rn = 0,75 x (0,5 fu). m . Ab  kuat geser
fu = tegangan patah baut
 2
Ab = luas baut = .d
4
m = jumlah bidang geser = 2
ØRn = 0,75 x (2,4 d.tp.fu)  kuat tumpu
d = diameter baut
tp = tebal pelat yang tipis 2 tL atau tW balok.
fu = tegangan patah terkecil pelat/baut.
 Rn = harga terkecil kuat geser dan kuat tumpu.

 Bila baut type gesek (friksi) :  Rn =  (1,13.m.Tb)  pasal 13. 2. 3,1


Ø = 1  lubang standar
m= 2 , jumlah bidang geser
 = 0,35 / bidang kontak bersih
Tb = Gaya tarik minimal baut.

Baut (b) :
Pu
Banyaknya baut n 
 Rn
2. Set Connection

Top Angle

Pu
Balok

Kolom Seat Angle


- Seat Angle sebagai pemikul beban geser Pu.
- Top Angle sebagai pemegang/pengapit agar balok tidak bergoyang.
- Jadi yang dihitung kekuatannya adalah Seat Angle.

UKURAN DAN KEKUATAN SEAT

Kelonggaran
1cm e2
N 2½K d
Pu Balok
k

e
Kolom Bidang kritis

1cm 3/8 "

Anggapan konservatif: Pu dipikul merata sepanjang tumpuan siku = N.


1. Lebar tumpuan N ditentukan oleh harga terbesar dari:
Pu
- Leleh badan balok: N =  2,5 k
 f yw .t w
 = 1,00
fyw = tegangan leleh balok
tw = tebal badan balok
k = jarak muka luar flens ke kaki badan balok
N
- Lipat pelat badan balok (web. crippling): Untuk  0,2
d

d  Pu   t f 1,5
N =   1  
3  0,39.tw 2 E. f y .t f / tw   tw 
 
 = 0,75
d = tinggi balok
tw = tebal badan balok
tf = tebal flens balok
fy = tegangan leleh balok
E = Modulus elastisitas baja
N
Catatan: untuk harga yang lain, lihat tata cara Bab 8. 10.4.
d
2. Tebal Seat t ditentukan dari:
Mu = Pu x e1
B.t 2
Mu =  Mp =  z.fy =  . .fy
4
B.t 2
Pu.e1 =  . .fy
4
4.Pu .e1
t =
 . f y .B
dimana: e1 = Jarak Pu terhadap bidang kritis.
 = 0,90
B = panjang siku
3. Kontrol kekuatan baut:
Baut menerima beban Pu
N 
dan Mu = Pu x e2 = Pu x   1 cm 
2 
T2
1 1 Cara alternatif
T1
2 2 d1 d2 (smith,hal 333)
g.n a a
b fy

Seperti tergambar: T1 = T2 = T
Pu
- Akibat geser Pu  Ruv =  banyaknya baut.
n
Karena baut menerima geser dan tarik maka :
2 2
 Ruv   Rut 
      1  Rut didapat.
  .Rnv    .Rnt 
Rut = sisa kemampuan baut memikul tarik = T
fy.a.B = T

T
a
f y .B

Kemampuan sambungan memikul momen (momen terhadap gn)


0,9. f y .a 2 .B
 Mn   T .d i  M u
2
Dimana :  = 0,75
Rnv = 0,5.fu.Ab
Rnt = 0,75.fn.Ab Atau : Sesuai tata cara (Pasal 13. 2. 2.3)
Pu
Akibat beban geser Pu  fuv =  r1 f . f u .m
b
-
n. Ab

n = banyaknya baut
Ab = luas baut
r1 = 0,5 faktor modifikasi tegangan
f = 0,75 faktor reduksi kekuatan unt fraktur
fub = tegangan putus/patah baut
m = jumlah bidang geser.
M u .d
- Akibat momen Mu  Tu =
d 2
Kuat tarik baut (Td = t.ft.Ab)  Tu
Dimana: t = 0,75
ft  f1 - r2.fuv  f2
Untuk baut mutu tinggi f1 = 807 MPa, f2 = 621 MPa
r2 = 1,9  untuk baut dengan ulir pada bidang geser
r2 = 1,5  untuk baut tanpa ulir pada bidang geser
Untuk baut mutu normal f1 = 410 MPa, f2 = 310 Mpa, r2=1,9
f1, f2 = ∞ 0,98 fnb, 0,75 fnb = konstanta tegangan untuk
perhitungan ft
3. Stiffened Seat Connection
Pada beban-beban Pu lebih berat dapat digunakan sambungan seat yang diberi
penguat, dinamakan Stiffened Seat Connection, seat menjadi kaku.
Contoh:

TOP ANGLE
Pu
Pu es
es N/2
untuk kontrol
(N + 5K)
N 2,5k web
N
(a) k (b)
dipotong± 1cm ± 1cm dipotong/dikowak
Baut
Profil Penguat ts
penguat
atau
plat pengisi w
w
- Pada W yang lebar

- Karena seat kaku maka lebar N dihitung dari ujung seat.

Seat kaku
- Tebal pengaku/penguat harus memenuhi:
ts  tw (balok)
Pu
ts   kontrol kuat tumpu. , Ø = 0,9
 2 f y w  1cm

w
ts   kontrol local buckling.
250 / fy

fy = tegangan leleh baja (MPa)


- Perhitungan lebar tumpuan, N: kontrol leleh badan balok, lipat pelat badan
balok sama seperti pada Contoh 2.
- Untuk sambungan seat dengan flens kolom harus diperhitungkan kuat
memikul beban geser = Pu. , Momen Mu = Pu x es.
Penyelesaian sama seperti pada Contoh 2.

Pu

MU = PU X E S

4. Rigid – Connection
Contoh : T-Connection
Sambungan memikul beban geser Pu dan momen Mu.

profil T atau potongan


profil
2T

Pu Mu db

2T

Kolom
Penerimaan beban dianggap sebagai berikut.
- Beban geser Pu diteruskan oleh sambungan pada badan balok dengan double
siku ke flens kolom.
- Beban momen Mu diteruskan oleh sayap balok dengan baja T ke flens
kolom.

 Untuk beban geser Pu


Kontrol kekuatan sambungan adalah sebagai berikut:
Kontrol kekuatan sambungan sama seperti pada Contoh 1 Web Connection,
Lihat contoh 1 halaman 7.

Pu
Baut
a
Baut
b

Mu
 Akibat beban Mu; timbul gaya tarik pada profil T sebesar 2T =
db

sayap profil
Baut 2T

badan profil
 Kontrol kekuatan sambungan ini adalah sebagai berikut :
1. Kontrol Kekuatan pada Sambungan Sayap (Flens) Profil T.
 Akibat gaya tarik, pada flens profil T terjadi deformasi seperti
tergambar.
- Ujung flens profil T menumpu/menjungkit flens kolom, maka
timbul gaya Q (=prying-force).

- Karena adanya gaya Q, gaya pada baut bertambah Q menjadi


B=T+Q

W
BID. M
Q W = panjang teens
a a'
T + Q) M
2 d = diameter baut
d d d d
b b' M BIDANG KRITTIS
1
T
badan 2T
T + Q)
teens
Q

Mu
Gaya : 2T =
db
Mu = Momen yang bekerja pada sambungan.
db = tinggi profil yang disambung (=balok).
 Gaya-gaya dan kesetimbangan yang terjadi:
M2 = Q.a
Gaya pada baut B = T + Q
M2 = T.b – M1 ………..
didapat M1 =
 M2 
M2 =  .. .M 1  . .M 1
  .M 1 
dimana :
a = jarak baut ke tepi flens.
b = jarak baut ke bidang kritis.
Menurut Kulak, Fisher & Struik : a  1,25b.
Bila nilai a > 1,25b, ambil a = 1,25b
 Besarnya prying force Q :
Q.a
M2 = Q.a M2 = M2  M1=
 .
M2 = ...M1 ………………
T .b
dan M1 =
1   .

  .  b 
Eliminasi M1 = M1, maka didapat Q = T    
 1   .  a 
W  d 1
=
W
Keterangan:
W - d1 = di tempat M2 bekerja
W = di tempat M1 bekerja
d1 = diameter lubang
Dari pengujian, harga a diganti a’ = a + d/2 dan b diganti b’ = b – d/2
Memberikan hasil yang mendekati.
 Untuk mendapatkan harga Q ini sulit, di coba-coba?

 Menurut cara Thorton ;


𝐵 𝑎′
Dengan menghitung β= ( − 1) ( )
𝑇 𝑏′
Ambil B = Kekuatan rencana baut ,tentukan baut ukuran tertentu dengan B
>T

B =  . Rn = 0,75 fub ( 0,75.Ab) x n


n = jumlah baut 1 baris

Jika β ≥ 1 maka harga α = 1


1 𝛽
Jika β < 1 maka harga α = ( ) α = harga terkecil
 1−𝛽
dan α = 1

𝛼 . 𝑏′
Maka Q = T ( )( )
1+ 𝛼. 𝑎′
- Gaya pada baut (T+Q) ≤  . R. n
𝑇 .𝑏′
- Momen pada flens profil T : M1 = ……………………….( 1)
1+ 𝛼.
𝑊 .𝑡𝑓 2
Mu =  Mn =  Mp flens =  . Z. fy =  . fy …………… (2)
4

(1) = ( 2 ) ,
(2)
𝑇 .𝑏′ 𝑊 .𝑡𝑓 2
Maka : ≤. fy
1+ 𝛼. 4

Tebal flens profil T ;

4 .𝑇 .𝑏′
tf ≥ √ ,  = 0,9
 .𝑊.𝑓𝑦 (1+𝛼.)

2. Kontrol Kekuatan Pada Sambungan Badan Profil T

tw
tfb

- Kekuatan Baut
2𝑇
- Banyaknya baut n ≥ dimana .R.n = 0,75 (0,5 fu). Ab
.𝑅.𝑛
.R.n = 0,75 (2,4.d.tp.fu)
tp harga terkecil tw/tfb
Ab = luas baut
D = diameter baut
- Kekuatan Badan Profil T
Ag . 0,9 fy ≥ 2T
An. 0,75 fu ≥ 2T dimana Ag = W. tw
An = Ag -  d’.x.tw , pada
potongan a-a.
d’ = diameter lubang
B. SAMBUNGAN DENGAN LAS

5. Web Connection (= Simple Connection)


Contoh :

Las (a)
profil siku tebal t
Las
(b) Pu Las
c=g
(b)
baut plaksanaan
e1 (eriction bott)
Pu

 Tebal las ditentukan sebagai berikut:

b
t tw balok
at

tf kolom

 Untuk t  6 mm.
Kaki las a = t – 1 mm.
amin = 3 mm
f u elemen
Las (a) : aeff.max = 0,707 .t w
f u las
f u elemen
Las (b) : aeff.max = 1,41 .t f
fu las
Tebal efektif las te = 0,707 a.
KONTROL KEKUATAN LAS
1. Kekuatan Las (a)
Las (a) memikul beban geser Pu dan Mu = Pu x e1
Pu Pu
- Akibat Pu  fvp = 
A 2 (2b  d )te
Keterangan : ada 2 las (kiri + kanan)
d
M u .x
- Akibat Mu  fvm = y c.g las
2 ( Ip )
x tebal las = te
M u .y
fhm =
2 ( Ip )

 8b 3  6bd 2  d 3 b4 

dimana: Ip =    te
 12 2b  d 
b2
X =  lihat tabel las (Ip, X , S dsb).
2b  d

ftotal = f vp  f vm    f hm    . f n
2 2

 = 0,75
fn = 0,6 fu las
Misal untuk las E70xx  fu las = 70 ksi
= 70 x 70,3 kg/cm2
6. Stiffened Seat Connection
Contoh: Beban yg bekerja = Pu

TOP L

N= lebar peletakan
es Pu paku
N
profil T

d
tebal ts profil T las
ts

w
plat pengisi

Beban yang bekerja = Pu


N = lebar perletakan perlu
1. Kontrol Dimensi Seat
 Perhitungan lebar perletakan W, lebar tumpuan perlu N, tebal pengaku
ts adalah sama seperti pada Contoh 3. Stiffened Seat Connection
sambungan baut.
2. Kontrol Kekuatan Las
 Las memikul beban geser Pu dan momen Mu = Pu x es

Pu

MU = PU X ES b b
y
las
d y
ts

Tebal las = te
Tebal las ditentukan = Contoh 5.
Pu Pu
 Akibat beban Pu  fup = 
Alas 2 (b  d )t e
M u .y M u
 Akibat momen Mu  fhm = 
I s
 4bd  d 2 
 dimana s = 2   t e
 6 

 ftotal =  f    f    f
vp
2
hm
2
n  0,75 0,6 f u las 

7. Welded Rigid Connection


Contoh :

las (tumpul)

tbf

las Pu Mu
db
Balok
plat

kolom

db = jarak sayap-sayap balok


 Beban yang dipikul oleh sambungan adalah:
Gaya geser Pu
Momen Mu
 Penerimaan beban dianggap sebagai berikut:
- Gaya geser Pu diteruskan oleh sambungan pada badan balok.
- Momen Mu diteruskan oleh sayap-sayap balok dengan kopel gaya
Mu
Pbf =
db
A. Sambungan Badan Balok dengan Flens Kolom
Kontrol sambungan las:
- Las (b) harus kuat menerima beban geser Pu
- Las (a) harus kuat menerima beban geser Pu dan geser puntir Mu = Pu x e1

Las a
Las b c.g las a
plat

Pu

B. Sambungan Sayap (Flens) Balok dengan Flens Kolom


 Las tumpul harus kuat memikul beban Pbt
 Flens kolom memikul gaya-gaya Pbf tarik dan Pbf tekan sebagai berikut:

kolom

tfb  Akibat gaya tekan Pbt :


(tfb + 5k) pbf (tarik)
1) Pbt   (ttb + 5k) fyc.twc  leleh
pada badan kolom.
2) Pbt   x 0,79 x twc2
2.5 k tfb
(tfb + 5k) pbf (tekan)   t  t 
2
E. f yc .t fc 
1  3  fb  wc  
  t  t  t wc 
  fc  fc  
k k 3
t
de 3) Pbt   x 24,08 x wc E. f yc 
d
dc

tekuk badan kolom, bila balok


twe
disambung kiri dan kanan  =

tfe
0,90
 Jika persyaratan di atas tidak dipenuhi, maka diberikan horizontal
stiffener yang memahami persyaratan:
Pbt   f yc t fb  5k t wc
1) Ast 
 f yst
Ast = luas stiffener
 = 1,00
fyst = tegangan leleh stiffener
b fb t wc
2) bst  
3 2
t fb
3) ts 
2
 Akibat Gaya Tarik Pbt
1) Pbt   (tfb + 5 k) fyc.twc  leleh pada badan kolom.
 Bila flens kolom melengkung, akan menyebabkan pengurangan
kemampuan kolom. Untuk mencegahnya maka flens kolom harus:
Pbf
tfc  0,4
 . f yc

 = 0,90
 Jika persyaratan di atas tidak dipenuhi, maka diberikan horizontal
stiffener.
Pbf   . f yc  f fb  5k t wc
Ast 
 f yst

 = 0,90
fyst = tegangan leleh stiffener

Anda mungkin juga menyukai