1
Menganalisa pembebanan struktur bangunan
ƒ Efisiensi
Kriteria efisiensi mencakup tujuan untuk mendesain struktur yang relatif
lebih ekonomis. Indikator yang sering digunakan pada kriteria ini adalah
jumlah material yang diperlukan untuk memikul beban. Setiap sistem
struktur dapat memerlukan material yang berbeda untuk memberikan
kemampuan layan struktur yang sama. Penggunaan volume yang
minimum sebagai kriteria merupakan konsep yang penting bagi arsitek
maupun perencana struktur.
ƒ Konstruksi
Tinjauan konstruksi juga akan mempengaruhi pilihan struktural.
Konstruksi merupakan kegiatan perakitan elemen-elemen atau material-
material struktur. Konstruksi akan efisien apabila materialnya mudah
dibuat dan dirakit. Kriteria konstruksi sangat luas mencakup tinjauan
tentang cara atau metode untuk melaksanakan struktur bangunan, serta
jenis dan alat yang diperlukan dan waktu penyelesaian. Pada umumnya
perakitan dengan bagian-bagian yang bentuk dan ukurannya mudah
dikerjakan dengan peralatan konstruksi yang ada merupakan hal yang
dikehendaki.
ƒ Ekonomis
Harga merupakan faktor yang menentukan pemilihan struktur. Konsep
harga berkaitan dengan efisiensi bahan dan kemudahan
pelaksanaannya. Harga total seuatu struktur sangat bergantung pada
banyak dan harga material yang digunakan, serta biaya tenaga kerja
pelaksana konstruksi, serta biaya peralatan yang diperlukan selama
pelaksanaan.
ƒ Lain-lain
Selain faktor yang dapat diukur seperti kriteria sebelumnya, kriteria
relatif yang lebih subyektif juga akan menentukan pemilihan struktur.
2
Menganalisa pembebanan struktur bangunan
3
Menganalisa pembebanan struktur bangunan
a) Gaya-gaya Statis
Gaya-gaya statis pada umumnya dapat dibagi lagi menjadi beban
mati, beban hidup, dan beban akibat penurunan atau efek termal.
Beban Mati adalah beban-beban yang bekerja vertikal ke bawah
pada struktur dan mempunyai karakteristik bangunan, seperti misalnya
penutup lantai, alat mekanis, partisi yang dapat dipindahkan, adalah beban
mati. Berat eksak elemen-elemen ini pada umumnya diketahui atau dapat
dengan mudah ditentukan dengan derajat ketelitian cukup tinggi. Semua
metode untuk menghitung beban mati suatu elemen adalah didasarkan atas
peninjauan berat satuan material yang terlihat dan berdasarkan volume
elemen tersebut. Berat satuan (unit weight) material secara empiris telah
ditentukan dan telah banyak dicantumkan tabelnya pada sejumlah sumber
untuk memudahkan perhitungan beban mati (Tabel 3.1).
Beban hidup adalah beban-beban yang bisa ada atau tidak ada
pada struktur untuk suatu waktu yang diberikan. Meskipun dapat berpindah-
pindah, beban hidup masih dapat dikatakan bekerja secara perlahan-lahan
pada struktur. Beban penggunaan (occupancy loads) adalah beban hidup.
Yang termasuk ke dalam beban penggunaan adalah berat manusia,
perabot, barang yang disimpan, dan sebagainya (Tabel 3.2).
Dalam peraturan pembebanan Indonesia, beban hidup meliputi:
− Beban hidup pada lantai gedung
o Beban sudah termasuk perlengkapan ruang sesuai dengan
kegunaan ruang yang bersangkutan, serta dinding pemisah
2
ringan dengan berat tidak lebih 100 kg/m . Beban untuk
perlengkapan ruang yang berat harus ditentukan tersendiri.
o Beban tidak perlu dikalikan koefisien kejut
o Beban lantai untuk bangunan multi guna harus menggunakan
beban terberat yang mungkin terjadi
− Beban hidup pada atap bangunan
o Untuk bagian atap yang dapat dicapai orang harus digunakan
2
minimum sebesar 100 kg/m bidang datar
2
o Untuk beban akibat air hujan sebesar (40 – 0.8 α) kg/m , dengan
α adalah sudut kemiringan atap bila kurang dari 50°.
o Beban terpusat untuk pekerja dan peralatan pemadam
kebakaran sebesar minimum 100 kg.
o Bagian tepi atap yang terkantilever sebesar minimum 200 kg.
o Pada bangunan tinggi yang menggunakan landasan helikopter
2
diambil sebesar 200 kg/m .
4
Menganalisa pembebanan struktur bangunan
5
Menganalisa pembebanan struktur bangunan
Beban
Komponen beban pada lantai 2
(kg/m )
b) Beban Angin
Struktur yang berada pada lintasan angin akan menyebabkan angin
berbelok atau dapat berhenti. Sebagai akibatnya, energi kinetik angin akan
ber-ubah bentuk menjadi energi potensial yang berupa tekanan atau isapan
pada struktur. Besar tekanan atau isapan yang diakibatkan oleh angin pada
suatu titik akan bergantung pada kecepatan angin, rapat massa udara,
6
Menganalisa pembebanan struktur bangunan
7
Menganalisa pembebanan struktur bangunan
8
Menganalisa pembebanan struktur bangunan
9
Menganalisa pembebanan struktur bangunan
c) Beban Gempa
Gempa bumi adalah fenomena getaran yang dikaitkan dengan
kejutan pada kerak bumi. Kejutan yang berkaitan dengan benturan tersebut
akan menjalar dalam bentuk gelombang. Gelombang ini menyebabkan
permukaan bumi dan bangunan di atasnya bergetar.
Pada saat bangunan bergetar, timbul gaya-gaya pada struktur
bangunan karena adanya kecenderungan massa bangunan untuk
mempertahankan dirinya dari gerakan. Gaya yang timbul ini disebut gaya
inersia. Besar gaya-gaya tersebut bergantung pada banyak faktor. Massa
bangunan merupakan faktor yang paling utama karena gaya tersebut
melibatkan inersia. Faktor lain adalah cara massa tersebut terdistribusi,
kekakuan struktur, kekakuan tanah, jenis pondasi, adanya mekanisme
redaman pada bangunan, dan tentu saja perilaku dan besar getaran itu
sendiri. Perilaku dan besar getaran merupakan aspek yang sulit ditentukan
secara tepat karena sifatnya yang acak (random), sekalipun kadang kala
dapat ditentukan juga. Gerakan yang diakibatkan tersebut berperilaku tiga
dimensi. Gerakan tanah horisontal biasanya merupakan yang terpenting
dalam tinjauan desain struktural.
Massa dan kekakuan struktur, yang juga periode alami dari getaran
yang berkaitan, merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi respons
keseluruhan struktur terhadap gerakan dan besar serta perilaku gaya-gaya
yang timbul sebagai akibat dari gerakan tersebut. Salah satu cara untuk
memahami fenomena respons yang terlihat dapat diperhatikan terlebih
dahulu bagaimana suatu struktur kaku memberikan respons terhadap
getaran sederhana gedung. Strukturnya cukup fleksibel, seperti yang
umumnya terdapat pada semua struktur gedung.
MODEL STATIK.
Karena rumitnya analisis dinamis, model statis untuk
merepresentasikan gaya gempa sangat berguna. Untuk tujuan desain
berbagai model statis sering digunakan. Persamaan yang umum digunakan
pada peraturan bangunan untuk menentukan gaya desain gempa, misalnya,
adalah yang berbentuk:
V = ZTKCSW (4.1)
Dalam persamaan ini
V adalah geser statis total pada dasar struktur,
W adalah beban mati total pada gedung,
C adalah koefisien yang bergantung pada periode dasar gedung
(T),
Z adalah faktor yang bergantung pada lokasi geografi gedung
serta kemungkinan aktivitas dan intensitas gempa dilokasi yang
bersangkutan,
10
Menganalisa pembebanan struktur bangunan
11
Ve
Vy = (4.2)
Menganalisa pembebanan struktur bangunan
μ
di mana ȝ adalah faktor daktilitas struktur gedung.
12
V V
Vn = y = (4.3)
f1
e
R
− f1 adalah faktor kuat lebih beban dan bahan yang terkandung di
dalam struktur gedung dan nilainya ditetapkan sebesar f1 = 1,6.
− R adalah faktor reduksi gempa untuk struktur gedung yang
berperilaku elastik penuh, R = 1,6.
Nilai R untuk berbagai nilai ì yang bersangkutan dicantumkan Tabel 3.4,
d) Kombinasi Pembebanan
Pada setiap sistem struktur terdapat berbagai jenis beban yang
bekerja. Hal yang penting dalam menentukan beban desain adalah apakah
semua beban tersebut bekerja secara simultan atau tidak. Perlu
diperhatikan sekali lagi bahwa beban mati selalu terdapat pada struktur,
sedangkan yang selalu berubah-ubah harganya adalah besar beban hidup
dan kombinasi beban hidup.
Struktur dapat dirancang untuk memikul semua beban maksimum
yang bekerja secara simultan, tetapi model struktur yang demikian, akan
berkekuatan sangat berlebihan untuk kombinasi beban yang secara aktual
mungkin terjadi selama umur struktur. Berkenaan dengan hal ini, banyak
peraturan atau rekomendasi mengenai reduksi beban desain apabila ada
kombinasi beban tertentu.
Untuk beban penggunaan pada gedung bertingkat banyak, sangat
tidak mungkin semua lantai secara simultan memikul beban penggunaan
maksimum. Oleh sebab itu ada reduksi yang diizinkan dalam beban desain
untuk merencanakan elemen struktur dengan memperhatikan efek
kombinasi dan beban hidup dari banyak lantai. Kombinasi pembebanan
untuk bangunan-bangunan di Indonesia ditentukan dalam SNI 03-1727-
1989-F tentang Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan
gedung yaitu:
- Kuat perlu U untuk menahan beban mati D paling tidak harus saam
dengan
U = 1,4 D
- Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup L, dan juga
beban atap A atau beban hujan R paling tidak sama dengan
U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 ( A atau R)