Anda di halaman 1dari 8

HANDOUT MEKANIKA TEKNIK

Kompetensi Dasar :

3.2. Memahami faktor yang mempengaruhi struktur bangunan berdasarkan kriteria desain dan
pembebanan
4.2. Menyajikan faktor yang mempengaruhi struktur bangunan berdasarkan kriterian desain dan
pembebanan

Materi Pembelajaran :

Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Struktur bangunan

Bangunan yang baik harus memiliki aspek; Kuat dan awet, dalam arti tidak mudah rusak
sehingga biaya pemeliharaan relatip menjadi murah. Fungsional, dalam arti bentuk, ukuran dan
organisasi ruangan mememihi kebutuhan sesuai dengan fungsinya. Indah, dalam arti bentuknya enak
dipandang mata. Hygienis, dalam arti sirkulasi udara dan cahayanya cukup sehingga penghuninya.
Ekonomis, dalam arti tidak terdapat pemborosan sehingga pembiayaan menjadi relatif efisien dan
efektif.

1. Kriteria Desain Struktur


Untuk melakukan desain dan analisis struktur perlu ditetapkan kriteria yang dapat digunakan
untuk menentukan bahwa struktur sesuai dengan manfaat penggunaannya. Beberapa kriteria
desain struktur:
1.1. Kemampuan layan (serviceability)
Struktur harus mampu memikul beban rancangan secara aman, tanpa kelebihan tegangan
pada material dan mempunyai batas deformasi dalam batas yang diizinkan. Kemampuan
layan meliputi:
a) Kekuatan (strength) Merupakan kemampuan suatu material untuk menerima tegangan
tanpa menyebabkan material menjadi patah. Berdasarkan pada jenis beban yang
bekerja, kekuatan dibagi dalam beberapa macam yaitu kekuatan tarik, kekuatan geser,
kekuatan tekan, kekuatan torsi, dan kekuatan lengkung. Kriteria kekuatan yaitu
pemilihan dimensi serta bentuk elemen struktur pada taraf yang dianggap aman
sehingga kelebihan tegangan pada material (misalnya ditunjukkan adanya
keratakan) tidak terjadi.
b) Kekakuan (Stiffness) adalah sifat bahan yang mampu regang pada tegangan tinggi
tampa diikuti regangan yang besar. Variasi kekakuan struktur yang berfungsi untuk
mengontrol deformasi yang diakibatkan oleh beban. Deformasi merupakan perubahan
bentuk bagian struktur yang akan tampak jelas oleh pandangan mata, sehingga sering
tidak diinginkan terjadi. Kekakuan sangat tergantung pada jenis, besar, dan distribusi
bahan pada sistem struktur. Untuk mencapai kekakuan struktur seringkali diperlukan
elemen struktur yang cukup banyak bila dibandingkan untuk memenuhi syarat
kekuatan struktur.
c) gerakan pada struktur yang juga berkaitan dengan deformasi. Kecepatan dan
percepatan aktual struktur yang memikul beban dinamis dapat dirasakan oleh
pemakai bangunan, dan dapat menimbulkan rasa tidak nyaman. Pada struktur
bangunan tinggi terdapat gerakan struktur akibat beban angin. Untuk itu diperlukan
kriteria mengenai batas kecepatan dan percepatan yang diizinkan. Kontrol akan
tercapai melalui manipulasi kekakuan struktur dan karakteristik redaman.

1.2. Efisiensi
Kriteria efisiensi mencakup tujuan untuk mendesain struktur yang relatif lebih ekonomis.
Indikator yang sering digunakan pada kriteria ini adalah jumlah material yang diperlukan
untuk memikul beban. Setiap sistem struktur dapat memerlukan material yang berbeda
untuk memberikan kemampuan layan struktur yang sama. Penggunaan volume yang
minimum sebagai kriteria merupakan konsep yang penting bagi arsitek maupun perencana
struktur. Untuk mendapatkan suatu sistem konstruksi yang effisien maka kita harus
mengetahui fungsi dari bangunan gedung dan bentuk/ model bangunan yang meliputi juga
ukuran panjang,lebar dan ketinggianya serta sistem as struktural vertikalnya yaitu apakah
simetris atau asimetris. Dengan demikian maka gaya-gaya yang bekerja pada suatu
struktur bangunan gedung dapat diketahui dengan tepat.

1.3. Konstruksi
Tinjauan konstruksi juga akan mempengaruhi pilihan struktural. Konstruksi merupakan
kegiatan perakitan elemen-elemen atau material- material struktur. Konstruksi akan
efisien apabila materialnya mudah dibuat dan dirakit. Kriteria konstruksi sangat luas
mencakup tinjauan tentang cara atau metode untuk melaksanakan struktur bangunan, serta
jenis dan alat yang diperlukan dan waktu penyelesaian. Pada umumnya perakitan dengan
bagian-bagian yang bentuk dan ukurannya mudah dikerjakan dengan peralatan
konstruksi yang ada merupakan hal yang dikehendaki.

1.4. Ekonomis
Harga merupakan faktor yang menentukan pemilihan struktur. Konsep harga berkaitan
dengan efisiensi bahan dan kemudahan pelaksanaannya. Harga total seuatu struktur
sangat bergantung pada banyak dan harga material yang digunakan, serta biaya
tenaga kerja pelaksana konstruksi, serta biaya peralatan yang diperlukan selama
pelaksanaan.

1.5. Lain-lain
Selain faktor yang dapat diukur seperti kriteria sebelumnya, kriteria relatif yang lebih
subyektif juga akan menentukan pemilihan struktur. Peran struktur untuk menunjang
tampilan dan estetika oleh perancang atau arsitek bangunan termasuk faktor yang juga
sangat penting dalam pertimbangan struktur.
2. Pembebanan pada Struktur
Tujuan utama dari rancang bangun struktur adalah untuk menyediakan ruang agar dapat
digunakan untuk berbagai macam fungsi, aktifitas atau keperluan. Contoh dari pemanfaatan
struktur antara lain adalah : Struktur bangunan gedung (building) yang digunakan untuk tempat
hunian atau beraktifitas. Dalam merencanakan bangunan rumah atau gedung maka pada tahap awal
perlu diperhtiungkan sistem pembebanan yang nantinya akan bekerja dan dipikul oleh struktur
bangunan.
 Hal penting yang mendasar adalah pemisahan antara beban-beban yang bersifat statis dan
dinamis.
 Gaya statis adalah gaya yang bekerja secara terus-menerus pada struktur. Deformasi ini akan
mencapai puncaknya apabila gaya statis maksimum.
 Gaya dinamis adalah gaya yang bekerja secara tiba-tiba dan/atau kadang-kadang pada
struktur. Pada umumya mempunyai karakterisitik besar dan lokasinya berubah dengan cepat.
Deformasi pada struktur akibat beban ini juga berubah-ubah secara cepat. Gaya dinamis dapat
menyebabkan terjadinya osilasi pada struktur hingga
deformasi puncak tidak terjadi bersamaan dengan terjadinya gaya terbesar

Gambar 3.12. Skema pembebanan struktur


Sumber:Schodek,1999

Gambar3.12,menunjukan diagram beban – beban yang harus diperhatikan dan cara untuk
menentukan karakteristiknya. Perencanaan pembebanan di Indonesia diatur melalui SNI03-1727-
1989-F, Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung.

2.1. Gaya-gaya Statis


Gaya-gaya statis pada umumnya dapat dibagi lagi menjadi beban mati, beban hidup, dan
beban akibat penurunan atau efek termal.
1) Beban Mati adalah beban-beban yang bekerja vertikal ke bawah pada struktur dan
mempunyai karakteristik bangunan, seperti misalnya penutup lantai, alat mekanis,
partisi yang dapat dipindahkan, adalah beban mati. Berat eksak elemen-elemen ini
pada umumnya diketahui atau dapat dengan mudah ditentukan dengan derajat
ketelitian cukup tinggi. Semua metode untuk menghitung beban mati suatu elemen
adalah didasarkan atas peninjauan berat satuan material yang terlihat dan
berdasarkan volume elemen tersebut. Berat satuan (unit weight) material secara
empiris telah ditentukan dan telah banyak dicantumkan tabelnya pada sejumlah
sumber untuk memudahkan perhitungan beban mati (Tabel 3.1).

Tabel 3.1 Beban Mati


Berat
No Jenis Beban
(kg/m3)
1 Baja 7850
2 Batu Alam 2600
3 Batu Belah, batu gunung 1500
4 Batu karang 700
5 Batu pecah 1450
6 Besi tuang 7250
7 Beton 2250
8 Beton bertulang 2400
9 Kayu kelas 1 1000
10 Kerikil, koral 1650
11 Pasangan bata merah 1700
12 Pasangan batu belah 2200
13 Pasangan batu cetak 2200
14 Pasangan batu karang 1450
15 Pasir (kering udara) 1600
16 Pasir (jenuh air) 1800
17 Pasir, kerikil, koral 1850
18 Tanah, lempung (kering) 1700
19 Tanah, lempung (basah) 2000
20 Timah hitam 11400

2) Beban hidup adalah beban-beban yang bisa ada atau tidak ada pada struktur untuk
suatu waktu yang diberikan. Meskipun dapat berpindah pindah, beban hidup masih
dapat dikatakan bekerja secara perlahan-lahan pada struktur. Beban penggunaan
(occupancy loads) adalah beban hidup.
Yang termasuk ke dalam beban penggunaan adalah berat manusia, perabot, barang
yang disimpan, dan sebagainya (Tabel 3.2).
Dalam peraturan pembebanan Indonesia, beban hidup meliputi:
2.1.1. Beban hidup pada lantai gedung
 Beban sudah termasuk perlengkapan ruang sesuai dengan kegunaan ruang
yang bersangkutan, serta dinding pemisah ringan dengan berat tidak lebih
100 kg/m2. Beban untuk perlengkapan ruang yang berat harus ditentukan
tersendiri.
 Beban tidak perlu dikalikan koefisien kejut
 Beban lantai untuk bangunan multi guna harus menggunakan beban terberat
yang mungkin terjadi
2.1.2. Beban hidup pada atap bangunan
 Untuk bagian atap yang dapat dicapai orang harus digunakan minimum
sebesar 100 kg/m2 bidang datar
 Untuk beban akibat air hujan sebesar (40 – 0.8 α) kg/m2, dengan α adalah
sudut kemiringan atap bila kurang dari 50°.
 Beban terpusat untuk pekerja dan peralatan pemadam kebakaran sebesar
minimum 100 kg.
 Bagian tepi atap yang terkantilever sebesar minimum 200 kg.
 Pada bangunan tinggi yang menggunakan landasan helicopter diambil sebesar
200 kg/m2 .
Tabel 1.2 Berat sendiri komponen bangunan
Tabel 2.1 Beban hidup pada lantai bangunan
Sumber: Peraturan Pembebanan Indonesia, 1983
Komponen beban pada lantai Beban
2
(kg/m )

a Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut dalam b 200
b Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana dan gudang-gudang tidak penting 125
yang bukan untuk toko, pabrik atau bengkel
c Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, restoran, hotel, asrama 250
dan rumah sakit
d Lantai ruang olah raga 400
e Lantai ruang dansa 500
f lantai dan balkon-dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan yang lain dari pada 400
yang disebut dalam a s/d e, seperti mesjid, gereja, ruang pagelaran, ruang
rapat, bioskop dan panggung penonton dengan tempat duduk tetap
g Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau untuk penonton 500
yang berdiri
h Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam c 300
i Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam d, e, f dan g 500
j Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, f dan g 250
k Lantai untuk: pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, toko buku, 400
toko besi, ruang alat-alat dan ruang mesin, harus direncanakan terhadap
beban hidup yang ditentukan tersendiri, dengan minimum
l Lantai gedung parkir bertingkat.
 untuk lantai bawah 800
 untuk lantai tingkat lainnya 400
m Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus direncanakan terhadap beban 300
hidup dari lantai ruang yang berbatasan, dengan mininum

2.2. Gaya dinamis


2.2.1. Beban Angin
Struktur yang berada pada lintasan angin akan menyebabkan angin berbelok atau
dapat berhenti. Sebagai akibatnya, energi kinetik angin akan ber-ubah bentuk menjadi
energi potensial yang berupa tekanan atau isapan pada struktur. Besar tekanan atau
isapan yang diakibatkan oleh angin pada suatu titik akan bergantung pada kecepatan
angin, rapat massa udara, lokasi yang ditinjau pada struktur, perilaku permukaan
struktur, bentuk geometris, dimensi dan orientasi struktur.
Apabila suatu fluida seperti udara mengalir di sekitar suatu benda, akan terladi
pola arus kompleks di sekitar benda tersebut. Perilaku dan kerumitan pola aliran itu
bergantung pada bentuk benda. Aliran dapat berupa aliran laminer, dapat pula turbulen.
Gaya yang bekerja pada benda sebagai hasil dari gangguan pada aliran tersebut dapat
berupa tekanan atau isapan. Semakin langsing suatu benda, akan semakin kecil gaya
reaksi yang diberikannya dalam arah berlawanan dengan arah angin bergerak,
seperti pada Gambar 3.13.
Gambar 3.13. Aliran angin di sekitar bangunan
Sumber: Schodek, 1999

Beban angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan
negatif atau hisapan yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang.
 Tekanan tiup
 Pada kondisi umum diambil rata-rata 25 kg/m2
 Di laut dan tepi laut sampai sejauh 5 km minimum 40 kg/m2
 Pada daerah dengan kecepatan angin besar digunakan perhitungan tekanan
sebesar: V2 / 16 (kg/m2), dengan v adalah kecepatan yang ditentukan oleh instansi
yang berwenang
 Pada bentuk cerobong ditentukan: (42,5 + 0,6 h) kg/m2, dengan h adalah tinggi
cerobong
 Apabila bangunan terlindung dari angin dapat dikalikan dengan koefisien reduksi
sebesar 0,5.

3) Beban Gempa
Gempa bumi adalah fenomena getaran yang dikaitkan dengan kejutan pada kerak bumi.
Kejutan yang berkaitan dengan benturan tersebut akan menjalar dalam bentuk
gelombang. Gelombang ini menyebabkan permukaan bumi dan bangunan di atasnya
bergetar.
Pada saat bangunan bergetar, timbul gaya-gaya pada struktur bangunan karena
adanya kecenderungan massa bangunan untuk mempertahankan dirinya dari gerakan.
Gaya yang timbul ini disebut gaya inersia. Besar gaya-gaya tersebut bergantung
pada banyak faktor. Massa bangunan merupakan faktor yang paling utama karena
gaya tersebut melibatkan inersia. Faktor lain adalah cara massa tersebut
terdistribusi, kekakuan struktur, kekakuan tanah, jenis pondasi, adanya mekanisme
redaman pada bangunan, dan tentu saja perilaku dan besar getaran itu sendiri.
Perilaku dan besar getaran merupakan aspek yang sulit ditentukan secara tepat
karena sifatnya yang acak (random), sekalipun kadang kala dapat ditentukan juga.
Gerakan yang diakibatkan tersebut berperilaku tiga dimensi. Gerakan tanah horisontal
biasanya merupakan yang terpenting dalam tinjauan desain struktural.
Massa dan kekakuan struktur, yang juga periode alami dari getaran yang berkaitan,
merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi respons keseluruhan struktur
terhadap gerakan dan besar serta perilaku gaya-gaya yang timbul sebagai akibat dari
gerakan tersebut. Salah satu cara untuk memahami fenomena respons yang terlihat
dapat diperhatikan terlebih dahulu bagaimana suatu struktur kaku memberikan respons
terhadap getaran sederhana gedung. Strukturnya cukup fleksibel, seperti yang
umumnya terdapat pada semua struktur gedung.

4) Beban Khusus (K)


Beban khusus ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang
terjadi akibat selisih suhu, pengangkatan dan pemasangan, penurunan fondasi, susut,
gaya-gaya tambahan yang berasal dari beban hidup seperti gaya rem yang berasal
dari keran, gaya sentrifugal dan gaya dinamis yang berasal dari mesin-mesin, serta
pengaruh-pengaruh khusus lainnya.

Anda mungkin juga menyukai