Anda di halaman 1dari 6

Resume Beban Kombinasi

Mata Kuliah Perencanaan dan Pengelasan Kapal

OLEH :

Robi Maulana

40040419650037

Dosen Pengampu : Auliya Windyandari, S.T., M.T.

STr-TEKNOLOGI REKAYASA KONSTRUKSI PERKAPALAN

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS DIPONEGORO
BEBAN KOMBINASI

Beban kombinasi pada umumnya merupakan beban yang bekerja pada suatu struktur tidak hanya
satu jenis beban saja, tetapi merupakan kombinasi dari berbagai jenis beban yang salah satunya
adalah beban mati (D) karena jenis beban ini selalu ada. Dalam analisis struktur harus ditinjau
berbagai kombinasi beban yang mungkin terjadi dari saat pembangunan sampai bangunan itu
melakukan fungsinya.

Suatu studi yang mendalam pada suatu company di Burke menunjukkan berbagai penyebab yang
memungkinkan terjadinya kerusakan berat pada struktur kapal. Beberapa penyebab kerusakan
yang mempunyai ranking tertinggi adalah, tubrukan, eksitasi gelombang ekstrem, dan kesalahan
perancangan. Kesimpulan mengenai faktor terakhir ini sangat menarik, karena ternyata kerusakan
struktur akibat kesalahan perancangan mcmpunyai indeks biaya reparasi kapal yang paling tinggi
dibanding lainnya. Kerusakan di sini terutama dijumpai dalam bentuk keretakan akibat kelelahan
komponen struktur. Karakteristik kesalahan perancangan tidaklah mudah dipastikan, tetapi
kemungkinan terbesar adalah akibat dari penerapan teknologi baru yang belum secara seksama
teruji keandalannya. Namun, menyangkut hal ini, perancang perlu pertama kali meninjau sumber
utama yang akan mendominasi masalah kesalahan perancangan, yakni ketidaktelitian dalam
menentukan beban-beban struktur. Pernyataan demikian sangat tepat terutama bila dikaitkan
dengan konsep baru, seperti halnya dengan kapal. Sebagaimana bangunan-bangunan laut lain, jelas
bahwa gelombang adalah merupakan sumber beban eksternal utama yang bekerja pada kapal.
Sehingga beban utama ini dengan sendirinya harus dipertimbangkan dalam perancangan untuk
memberikan beban maksimum pada struktur global. Menyangkut pentingnya masalah ini, para
ahli telah berusaha mengembangkan sejumlah metoda untuk memprediksi beban hidrodinamik
akibat gelombang tersebut.

Respon struktur kapal akibat beban gelombang


Dalam melakukan analisis desain suatu struktur bangunan, perlu adanya gambaran yang jelas
mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada struktur. Hal penting yang mendasar adalah
pemisahan antara beban-beban yang bersifat statis dan dinamis.

1. Beban statis Beban statis adalah beban yang memiliki perubahan intensitas beban terhadap
waktu berjalan lambat atau konstan. Jenis-jenis beban statis menurut Peraturan
Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan Gedung 1983 adalah sebagai berikut:
a. Beban mati (dead load/ DL)
Beban mati adalah semua beban yang berasal dari berat bangunan, termasuk segala
unsur tambahan tetap yang merupakan satu kesatuan dengannya.
b. Beban Hidup ( Live Load/LL)
Beban hidup adalah semua beban tidak tetap, kecuali beban angin, beban gempa
dan pengaruh-pengaruh khusus yang diakibatkan oleh selisih suhu, pemasangan
(erection), penurunan pondasi, susut, dan pengaruh-pengaruh khusus lainnya.
Meskipun dapat berpindahpindah, beban hidup masih dapat dikatakan bekerja
perlahan-lahan pada struktur. Beban hidup diperhitungkan berdasarkan perhitungan
matematis dan menurut kebiasaan yang berlaku pada pelaksanaan konstruksi di
Indonesia. Untuk menentukan secara pasti beban hidup yang bekerja pada suatu
lantai bangunan sangatlah sulit, dikarenakan fluktuasi beban hidup bervariasi,
tergantung dari banyak faktor. Oleh karena itu faktor pengali pada beban hidup
lebih besar jika dibandingkan dengan faktor pengali pada beban mati.
2. Beban Dinamik Beban dinamik adalah beban dengan variasi perubahan intensitas beban
terhadap waktu yang cepat. Beban dinamis ini terdiri dari beban gempa dan beban angin.
a. Beban Gempa
Gempa bumi adalah fenomena getaran yang dikaitkan dengan kejutan pada kerak
bumi. Beban kejut ini dapat disebabkan oleh 45 banyak hal, tetapi salah satu faktor
utamanya adalah benturan/pergesekan kerak bumi yang mempengaruhi permukaan
bumi. Lokasi gesekan ini disebut fault zone. Kejutan tersebut akan menjalar dalam
bentuk gelombang. Gelombang ini menyebabkan permukaan bumi dan bangunan
di atasnya bergetar. Pada saat bangunan bergetar timbul gaya-gaya pada struktur
bangunan karena adanya kecenderungan dari massa bangunan untuk
mempertahankan dirinya dari gerakan. Gaya yang timbul disebut gaya inersia,
besar gaya tersebut bergantung pada banyak faktor yaitu:
1. Massa bangunan
2. Pendistribusian massa bangunan
3. Kekakuan struktur
4. Jenis tanah
5. Mekanisme redaman dari struktur
6. Perilaku dan besar alami getaran itu sendiri
7. Wilayah kegempaan
8. Periode getar alami
b. Beban Angin (A):
Beban Angin ialah semua beban yg bekerja pada gedung atau bagiannya yg
disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Seperti yang banyak diketahui, beban
angin ini di Indonesia oleh banyak insinyur seperti di anak tirikan, tidak jarang
penulis mengetahui bahwa banyak insinyur yang bahkan tidak memperhitungkan
beban ini saat mendesain bangunan tinggi (H>100 m). Selain itu, fenomena
torsional moment akan beban angin ini juga seperti dipandang sebelah mata oleh
wind engineer community, jauh tidak populer dibandingkan kedua fenomena yang
lain (along- wind and across-wind response).

c. Beban Khusus (K):


Beban Khusus ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yg
terjadi akibat selisih suhu, pengangkatan dan pemasangan, penurunan fondasi,
gaya-gaya tambahan yg berasal dari beban hidup, gaya rem, gaya sentrifugal dan
gaya dinamis

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi perancangan suatu struktur bangunan seperti letak
geografis, iklim, serta fungsi dan bentuk bangunan. Gaya gempa merupakan salah satu faktor alam
yang tidak bisa diabaikan dalam 13 perancangan gedung bertingkat, terutama jika bangunan
terletak pada daerah rawan gempa. Besar kecilnya gaya gempa yang diterima struktur bangunan
juga dipengaruhi oleh: karakteristik gempa, karakteristik tanah, dan karakteristik struktur
bangunan. Beberapa prinsip dasar dalam perancangan struktur beton tahan gempa adalah sebagai
berikut:

1. Sistem struktur yang digunakan harus disesuaikan dengan tingkat kerawanan gempa di
mana struktur bangunan tersebut dibangun.
2. Pendetailan tulangan dan sambungan harus diperhatikan supaya bangunan terikat menjadi
satu kesatuan.
3. Perancangan dalam desain nantinya akan sesuai dengan yang akan dilaksanakan di
lapangan.
Salah satu penerapan beban kombinasi pada ilmu perkapalan yaitu perencanaan konstruksi
bangunan suatu dermaga. Pada struktur dermaga, beban – beban yang bekerja meliputi beban –
beban vertikal (beban sendiri struktur, beban lantai dan balok, beban truk), beban horizontal (beban
benturan kapal, beban tambatan kapal, gaya gempa, gaya gelombang). Dari hasil perhitungan
merupakan input program komputer SAP 2000 untuk mengetahui axial, gaya geser (shear force),
momen dan torsi.

Gaya tambat kapal (mooring force) akibat pengaruh gaya angin dan arus ditahan oleh alat
penambat (boulder). Nilai gaya tambat yang bekerja pada boulder ditentukan dari besarnya beban
yang bekerja pada boulder akibat angin dan arus, kemudian dipilih yang paling dominan. Dimensi
suatu pelabuhan juga ditentukan berdasarkan Panjang, Lebar, Elevasi Apron dan daerah
pendukung operasinya. Semua ukuran dasar ini sangat menentukan kemampuan pelabuhan
terhadap kapal dan barang yang di tangani dalam pelabuhan tersebut. Ukuran dan bentuk
konstruksi menentukan pula besar investasi yang diperlukan. Sehingga penentuan yang tepat
sangat membantu operasi pelabuhan yang efisien. Trestle merupakan struktur penghubung
dermaga dengan daratan agar dermaga terletak pada kedalaman yang diperlukan. Selain itu juga
untuk peralatan dermaga missal jaringan listrik dan sebagainya. Untuk keperluan desain, analisis
dari sistem struktur perlu diperhitungkan terhadap adanya kombinasi pembebanan (Load
combinatian) dari beberapa kasus beban yang dapat bekerja secara bersamaan selama umur
rencana. Struktur, komponen-elemen struktur dan elemen-elemen fondasi harus dirancang
sedemikian hingga kuat rencananya sama atau melebihi pengaruh beban-beban terfaktor dengan
kombinasi pembebanan. Kondisi kombinasi pembebanan mengacu pada Unified Facilities Criteria
(UFC), Design: Piers and Wharves 2012.
Daftar Pustaka
 https://www.researchgate.net/publication/259285714_ANALISIS_BEBAN_GELOMBANG_DALA
M_PERANCANGAN_KAPAL
 https://repository.its.ac.id/49867/7/4313100063_undergraduated-theses.pdf
 https://repository.its.ac.id/41633/1/3114040507-Non-Degree.pdf
 http://adminbeta.undiknas.ac.id/assets/sipil_bahan_ajar/Statika_dan_mekanika_bahan_1/Mat
eri%204%20Struktur%20Beban.pdf
 https://ryanrakhmats.wordpress.com/tag/beban-angin/
 https://www.google.com/search?q=analys+struktur+beban+khusus&sxsrf=AOaemvI-
5xDuExxJjvk_ln52v51Qld5R5Q:1632150849868&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwj
D0oDd643zAhWNbn0KHbXVBZYQ_AUoAXoECAEQAw&biw=1517&bih=666&dpr=0.9#imgrc=Rov
pC8P_VsY7uM

Anda mungkin juga menyukai