id
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Beton
Bahan penyusun beton dibagi menjadi dua kelompok, yaitu aktif dan pasif.
Kelompok bahan aktif yaitu semen dan air, sedangkan bahan yang pasif yaitu
pasir dan kerikil (disebut agregat halus dan agregat kasar). Kelompok bahan pasif
disebut pengisi sedangkan yang aktif disebut pengikat/perekat (Tjokrodimuljo,
1996).
5
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
2) Ketahanan (Durability)
Beton dikatakan mempunyai daya tahan yang baik bila dapat bertahan
dalam kondisi tanpa mengalami kerusakan selama bertahun-tahun. Kondisi
yang dapat mengurangi daya tahan beton dapat disebabkan dari faktor luar
maupun dari faktor dalam beton itu sendiri. Faktor luar yang berpengaruh
antara lain : cuaca, suhu erosi dan pengaruh bahan kimia. Sedangkan salah
satu faktor dari dalam adalah akibat adanya reaksi agregat dengan senyawa
alkali.
Berat jenis didefinisikan sebagai massa suatu bahan per satuan volume bahan
tersebut. Berat jenis beton normal berkisar antara 2200 kg/m3 – 2400 kg/m3.
Bentuk persamaan berat jenis adalah sebagai berikut.
(2.1)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
Kuat tekan beton adalah kemampuan beton untuk menahan gaya tekan per satuan
luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Besarnya
kuat tekan beton dapat dihitung dengan Persamaan (2.2).
(2.2)
Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui pengujian standart berdasarkan SNI 03-
1974-1990 dengan benda uji berupa silinder beton yang kemudian diuji
menggunakan mesin uji tekan/desak. Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi
kuat tekan antara lain faktor air semen, umur beton, jenis semen, jumlah semen
dan sifat agregat.
Sifat elastisitas suatu bahan sangat erat hubungannya dengan kekakuan suatu
bahan dalam menerima beban. Modulus elastisitas merupakan perbandingan
antara tekanan yang diberikan dengan perubahan bentuk per satuan panjang.
Semakin besar modulus elastisitas semakin kecil lendutan yang terjadi. Modulus
elastisitas yang besar menunjukan kemampuan beton menahan beban yang besar
dengan kondisi regangan yang terjadi kecil.
Menurut Murdock dan Brook (1999), modulus elastisitas yang sebenarnya atau
modulus pada waktu tertentu dari hasil eksperimen di laboratorium dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan:
(2.3)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
Besar dari penurunan kurva disebabkan oleh kondisi beton sendiri. Pada
pengujian kuat tekan beton silinder akan hancur pada titik tegangan maksimum.
Lendutan akan terjadi jika beban yang diterima melampaui kapasitas beton dalam
menerima beban maksimum (James G.MacGregor, 1997).
Sifat dari baja yang penting untuk diketahui adalah tegangan luluh. Tegangan
maksimum dan modulus elastisitas baja. Tegangan luluh (fy) dan modulus
elastisitas (Es) akan digunakan untuk perhitungan perencanaan beton bertulang.
Nilai modulus elastisitas baja tulangan ditetapkan berdasarkan ketentuan SNI
2847-2013 yaitu sebesar 200000 Mpa. Dari suatu grafik hubungan tegangan-
regangan tipikal hasil uji tarik baja tulangan diketahui ilai tegangan luluh dan
tegangan maksimum.
Nilai tegangan luluh dan tegangan maksimum dihitung dengan Persamaan (2.4)
dan (2.5) dibawah ini :
(2.4)
(2.5)
a. Retak (Cracking)
Retak atau cracking pada beton biasanya dikarenakan proporsi campuran pada
beton kurang baik. Retak merupakan kerusakan yang paling ringan yang terjadi
pada beton. Retak dapat secara luas diklasifikasikan sebagai retak struktural
maupun non-struktural. Retak struktural dapat terjadi karena adanya kesalahan
desain atau juga bisa terjadi karena beban yang melebihi kapasitas sehingga dapat
membahayakan bangunan. Retak yang ekstensif/menyebar dari balok beton
bertulang adalah salah satu contoh retak struktural. Retak non-struktural sebagian
besar terjadi karena adanya tegangan yang diinduksi secara internal dalam
material bangunan dan umumnya hal ini tidak langsung mengakibatkan
melemahnya struktur.
c. Disintegrasi
Bagian yang terlemah dari beton akan mengalami disintegrasi, permukaan beton
menjadi kasar, karena umur akan terjadi proses alami yang mengalami pelapukan
pada bidang-bidang terluar beton, proses pelapukan beton akibat lingkungan
agresif antara lain air laut, karbonasi dan lain-lain. Beton yang berhubungan
dengan lingkungan yang berkadar asam akan lebih cepat mengalami disintegrasi.
d. Patah
Patah yang terjadi pada beton biasanya dikarenakan struktur beton yang tidak
commit to user
mampu untuk menahan beban. Kerusakan ini bisa terjadi karena pada saat
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
e. Keropos (Honeycomb)
Keropos merupakan jenis kerusakan yang disebabkan salah satunya karena umur
beton yang terlalu lama. Kerusakan ini biasanya kurang diperhatikan karena
kerusakan terjadi pada bagian bangunan yang sulit dijangkau. Misalnya pada
bagian bawah jembatan. Untuk itu agar tidak terjadi keropos dini karena reaksi
kimia atau yang lain maka perlu diperhatikan pada saat pembuatan bangunan.
f. Delaminasi
Delaminasi adalah suatu keadaan dimana beton mengelupas sampai tulangannya
terlihat. Penyebab terjadinya delaminasi pada beton diantaranya adalah kegagalan
pada pembuatan campuran, reaksi kimia, kelebihan beban dan sebagainya. Maka
dari itu perencanaan dalam konstruksi perlu diperhitungkan agar ini tidak terjadi
pada konstruksi bangunan.
Metode patch repair adalah salah satu metode perbaikan pada beton yang
kualitasnya telah menurun dengan cara penambalan. Metode perbaikan secara
penambalan (patching repair method) adalah metode perbaikan yang paling tepat
direkomendasikan untuk perbaikan beton akibat laju korosi yang menyebabkan
pengelupasan selimut beton (JSCE, 2007). Metode ini adalah perbaikan manual
dengan melakukan penempelan mortar secara manual dan harus memperhatikan
penekanan pada saat mortar ditempelkan, sehingga benar-benar didapatkan hasil
yang padat. Permukaan beton yang akan diperbaiki atau diperkuat perlu
dipersiapkan agar terjadi ikatan yang baik, sehingga material perbaikan atau
perkuatan dengan beton lama menjadi satu kesatuan. Permukaan tersebut harus
merupakan permukaan yang kuat, padat, tidak keropos ataupun bagian lemah
commit
lainnya serta harus bersih dari debu to userlainnya.
dan kotoran
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
Material perbaikan sebaiknya memiliki sifat yang seragam dengan beton yang
akan ditambal (Paul Nugraha & Antoni, 2007). Salah satu bahan yang dapat
digunakan adalah polimer. Polimer adalah salah satu bahan rekayasa bukan logam
(non-metallic material) yang telah banyak digunakan sebagai bahan subtitusi
untuk logam. Polimer dipakai segai bahan tambah pada material beton yang dapat
menghasilkan beton dengan kuat tekan tinggi. Polimer dapat meningkatkan sifat
fisik, mekanik, dan ketahanan terhadap bahan kimia dalam waktu yang relatif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
singkat. Dalam penelitian ini dipakai suatu polimer yaitu UPR atau Unsaturated
Polyester Resin yang dimodifikasi dengan mortar.
Polimer memberikan sifat yang flexible pada mortar sehingga material yang
dihasilkan setelah kering memiliki flexibilitas yang lebih baik dibandingkan
dengan material terbentuk dari campuran semen biasa. Bahan polimer yang
terkandung di dalam campuran material perbaikan diharapkan mampu
memodifikasi kelemahan komposit beton normal dengan repair mortar.
Diharapkan polimer tersebut mampu mengisi porositas, sehingga total porositas
yang terbentuk dapat berkurang. Dengan adanya penambalan polimer pada
material perbaikan, diharapkan retakan yang mungkin timbul akan berkurang,
sehingga kekuatan meningkat, ketahanan komposit beton normal dengan material
perbaikan akan meningkat pula (Andayani, 2007).
Unsaturated Polyester Resin (UPR) adalah jenis polimer yang termasuk dalam
matriks polimer thermoset. UPR berupa resin cair dengan viskositas yang relatif
rendah, mengeras pada suhu kamar dengan penggunaan katalis tanpa
menghasilkan gas sewaktu pengesetan seperti banyak resin thermoset lainnya.
Unsaturated Polyester Resin yang digunakan dalam penelitian ini adalah seri
Yukalac 157® BQTN-EX Series. Spesifikasi sifat mekanis dari Unsaturated
Polyester Resin dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Sifat mekanik unsaturated polyester resin Yukalac 157® BQTN 157-EX
Sifat Mekanis Satuan Nilai Catatan
3
Berat Jenis Kg/m 1.215 pada suhu 25°C
Kekerasan - 40 Barcol/GYZJ 934-1
Suhu distorsi panas °C 70 -
Penyerapan air % 0,188 24 jam
% 0,466 7 hari
Kekuatan Flextural Kg/mm2 9,4 -
2
Modulus Elastisitas (E) Kg/mm 300 -
Kekuatan Tarik statis Kg/mm2 5,5 -
Modulus Tarik Kg/mm2 300 -
Elongation % 2,1 -
Sumber: Justus Kimia Raya, 2001 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
UPR sering digunakan sebagai perkuatan fiberglass pada badan kapal dan mobil,
pipa, genteng atap, dan furniture kamar mandi. UPR juga digunakan sebagai
bahan campuran dalam beton polimer (biasanya diaplikasikan pada drainase
jalan). Hal ini karena UPR dapat meningkatkan kuat tarik dan kuat lentur dari
bahan utama fiberglass. UPR juga cepat mengeras pada suhu kamar. Oleh sebab
itu, pada penelitian ini digunakan UPR sebagai material perbaikan patch repair
untuk meningkatkan kekuatan.
Keunggulan dari UPR adalah sifat mekanis yang baik, hemat biaya, ketahanan
terhadap korosi yang baik, dan memiliki berat jenis yang cenderung lebih ringan
dibanding polimer lain.
Gambar 2.3 Gaya Lintang dan Momen yang Terjadi Akibat Beban P
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
(2.6)
Besarnya momen inersia utuh penampang (Ig) dihitung berdasarkan jenis balok
antara lain : balok beton murni (Persamaan (2.8)), balok beton bertulang
(Persamaan 2.13) dan balok beton bertulang dengan perbaikan (Persamaan
(2.20)).
( ) (2.8)
Untuk balok beton bertulang perhitungan dilakukan dengan transformasi luas baja
tulangan ke dalam bentuk luasan beton (Gambar 2.4)
(2.9)
(2.10)
(2.11)
(2.12)
(2.13)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
(2.14)
(2.15)
(2.16)
(2.17)
( ) * +
(2.18)
(2.19)
(2.20)
Gambar 2.6. Analisis Tampang Balok Komposit Pada Saat Leleh Pertama
Gambar 2.7. Analisis Tampang Balok Repair Pada Saat Leleh Pertama
Untuk menghitung momen pada saat terjadi leleh pertama diasumsikan beton
commit to user
berperilaku elastis, dapat ditulis dengan persamaan :
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
√ (2.21)
(2.22)
(2.23)
(2.24)
Selanjutnya dapat diperoleh momen pada saat leleh pertama berdasarkan
perbandingan diagram tegangan.
(2.25)
(2.26)
(2.27)
Gambar 2.8. Analisis Tampang Balok Beton Bertulang Pada Saat Beban
Maksimum
Gambar 2.9. Analisis Tampang Balok Repair Pada Saat Beban Maksimum
(2.29)
( ) (2.31)
(2.32)
Ketika suatu beban yang bekerja menimbulkan lentur, maka balok pasti akan
mengalami defleksi atau lendutan seperti terlihat pada gambar 2.10. Meskipun
nilai keamanan terhadap lentur dan geser terpenuhi, namun suatu balok bisa
menjadi tidak layak apabila terlalu fleksibel. Dengan demikian tinjauan defleksi
balok merupakan salah satu bagian dari proses desain (Spiegel dan
Linbrunner,1991).
Pada balok beton bertulang dengan perbaikan terdapat momen inersia yang
berbeda. Momen inersia pertama adalah balok beton bertulang normal dan momen
inersia kedua adalah balok beton bertulang yang ditambal dengan UPR, sehingga
lendutan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
∫ (2.33)
Dimana :
M = momen real
m = momen maya
E = modulus beton
I = momen inersia (mm4)
Dengan membagi balok menjadi beberapa segmen, maka lendutan dapat dihitung
dengan mengintegralkan persamaan (2.33) yang akan disajikan pada tabel berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
Persamaan yang didapatkan setelah mengintegralkan rumus pada tabel 2.2 adalah
sebagai berikut :
)x2 (2.34)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
Pada balok repaired 200 cm balok juga dibagi menjadi beberapa segmen. Balok
normal juga memakai pembagian segmen ini hanya saja momen inersianya
berbeda. Lendutan dapat dihitung dengan mengintegralkan persamaan (2.33) yang
akan disajikan pada tabel berikut:
Persamaan yang didapatkan setelah mengintegralkan rumus pada tabel 2.3 adalah
sebagai berikut :
( )x2 (2.35)
Dimana : P = beban
L = panjang bentang balok
E = modulus beton
I = momen inersia
Ketentuan penggunaan rumus lendutan, bahwa sebelum terjadi retak nilai momen
inersia yang digunakan adalah Ig dan setelah terjadi retak momen inersia yang
digunakan adalah Ie yang diperoleh dengan persamaan berikut:
( ) [ ( ) ] (2.36)
Dengan nilai momen retak pertama (Icr) yang diperoleh dari persamaan berikut:
[√( ) ] (2.37)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
Dengan :
Ie = momen inersia efektif (mm4)
Ig = momen inersia utuh penampang (mm4)
Icr = momen inersia crack (mm4)
Ma = momen yang terjadi pada beban tertentu (Nmm)
Mcr = momen pada saat pertama kali retak (Nmm)
As = luas baja tulangan (mm2)
b = lebar balok (mm)
d = tinggi efektif balok (mm)
n = nilai ekivalensi baja ke beton
y = jarak dari garis netral ke tepi serat atas (mm)
Dalam usaha untuk menjaga agar struktur stabil dan membatasi terjadinya
lendutan, maka struktur harus mempunyai kekakuan yang cukup. Kekakuan
menurut (Timoshenko, 1987) didefinisikan sebagai gaya yang dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu lendutan sebesar satu satuan. Dari hubungan antara beban (P)
dan lendutan (Δ) maka akan diperoleh nilai kekakuan (k) berdasarkan persamaan
berikut :
(2.39)
Dimana:
K = kekakuan lentur (N/mm)
P = beban pada balok (N)
∆ = lendutan pada balok (mm)
2.8 Daktilitas
Faktor daktilitas struktur gedung ( ) adalah rasio antara simpangan ultimit dan
simpangan saat terjadi leleh pertama, ditunjukkan seperti pada persamaan berikut:
(2.40)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
dimana :
µ = faktor daktilitas
Δu = lendutan maksimum struktur
Δy = lendutan saat leleh pertama
Perencanaan biasanya direncanakan untuk terjadi kuat lentur, tetapi retak miring
terjadi pada struktur beton bertulang sebagai kelanjutan dari retak lentur atau
kadang sebagai retak independen, karena tidak dipasangnya tulangan geser.
Setelah retak berkembang, struktur akan runtuh kecuali jika penampang beton
yang retak menahan gaya yang bekerja.
Retak merupakan jenis kerusakan yang paling sering terjadi pada struktur beton,
retak bisa terjadi pada saat beton mulai mengeras maupun setelah beton mengeras.
Retak saat beton mulai mengeras (beton belum mampu menahan beban) antara
lain terjadi karena pembekuan udara dingin (pada daerah dengan musim dingin),
susut (shrinkage), penurunan (settlement), dan penurunan acuan (formework).
Retak yang terjadi setelah beton mengeras akibat adanya pembebanan yang
mengakibatkan munculnya tegangan lentur geser dan tarik. Menurut (Triwiyono,
2004) retak yang terjadi pada elemen struktur beton terdiri dari 3 macam, antara
commit to user
lain adalah :
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
a. Retak lentur (flexural crack) adalah retak yang terjadi akibat dari beban lentur
yang jauh lebih besar dari beban gesernya (mengarah/menjalar dari bagian tarik
menuju tekan)
b. Retak geser (shear crack) adalah retak yang terjadi akibat gaya geser dan
bentuk retak ini akan membentuk sudut 450 terhadap gaya yang bekerja pada
komponen tersebut
c. Retak geser lentur (flexural shear crack) adalah retak miring yang merupakan
retak lanjutan dari retak lentur yang terjadi sebelumnya. Retak ini terjadi jika
gaya momen dan gaya geser yang terjadi sama besar.
commit to user