Anda di halaman 1dari 25

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Beton

Bahan penyusun beton dibagi menjadi dua kelompok, yaitu aktif dan pasif.
Kelompok bahan aktif yaitu semen dan air, sedangkan bahan yang pasif yaitu
pasir dan kerikil (disebut agregat halus dan agregat kasar). Kelompok bahan pasif
disebut pengisi sedangkan yang aktif disebut pengikat/perekat (Tjokrodimuljo,
1996).

Pemilihan bahan-bahan pembentuk beton yang mempunyai kualitas baik,


perhitungan proporsi campuran yang tepat, cara pengerjaan dan perawatan yang
baik akan menentukan kualitas beton yang dihasilkan. Beton memiliki sifat-sifat
yang dikehendaki dalam perencanaan. Sifat-sifat yang menjadi tinjauan adalah
sebagai berikut :

a. Sifat-sifat beton sebelum mengeras


Pada dasarnya sifat beton sebelum mengeras dapat ditinjau dari nilai
workability-nya. Secara umum, workability adalah sifat kemudahan pengerjaan
beton untuk dicampur, dicor, diangkut dan dipadatkan tanpa mengurangi
homogenitas beton dan beton tidak terurai untuk mencapai kekuatan yang
direncanakan.

Nilai workability beton dapat didefinisikan dengan sifat-sifat sebagai berikut :


1) Compactibility atau kemudahan beton untuk dapat dipadatkan sehingga
rongga-rongga udara yang terperangap dalam beton dapat dihilangkan atau
dikurangi.
2) Mobility atau kemudahan beton untuk dapat mengalir ke dalam cetakan
disekitar tulangan dan dapat dituangkan dengan mudah.
3) Stability atau kemampuan beton untuk dapat sebagai massa yang
homogennya dan stabil selama dikerjakan dan digetarkan tanpa terjadi
segregasi dan bleeding. commit to user

5
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

4) Finishibility atau kemudahan untuk mencapai akhir yang baik.

b. Sifat-sifat beton setelah mengeras


Sifat-sifat beton setelah mengeras, dapat ditinjau dari beberapa hal :
1) Kekuatan (Strength)
Kekuatan merupakan sifat terpenting dari beton karena berkaitan dengan
struktur beton dan memberikan gambaran terhadap mutu beton. Kekuatan
beton meliputi kekuatan tekan, kekuatan tarik dan kekuatan geser.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan beton antara lain :
a) Faktor air semen (FAS)
b) Mutu semen portland
c) Perbandingan adukan beton
d) Jenis dan bidang permukaan agregat
e) Umur beton
f) Perawatan (curing)

2) Ketahanan (Durability)
Beton dikatakan mempunyai daya tahan yang baik bila dapat bertahan
dalam kondisi tanpa mengalami kerusakan selama bertahun-tahun. Kondisi
yang dapat mengurangi daya tahan beton dapat disebabkan dari faktor luar
maupun dari faktor dalam beton itu sendiri. Faktor luar yang berpengaruh
antara lain : cuaca, suhu erosi dan pengaruh bahan kimia. Sedangkan salah
satu faktor dari dalam adalah akibat adanya reaksi agregat dengan senyawa
alkali.

2.1.1 Berat Jenis Beton

Berat jenis didefinisikan sebagai massa suatu bahan per satuan volume bahan
tersebut. Berat jenis beton normal berkisar antara 2200 kg/m3 – 2400 kg/m3.
Bentuk persamaan berat jenis adalah sebagai berikut.

(2.1)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

Dimana : = Berat Jenis (kg/m3)


M = Massa (kg)
V = Volume (m3)

2.1.2 Kuat Tekan Beton (f’c)

Kuat tekan beton adalah kemampuan beton untuk menahan gaya tekan per satuan
luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Besarnya
kuat tekan beton dapat dihitung dengan Persamaan (2.2).
(2.2)

Dimana : f’c = Kuat tekan (N/mm2)


P = Beban (N)
A = Luas Penampang benda uji (mm2)

Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui pengujian standart berdasarkan SNI 03-
1974-1990 dengan benda uji berupa silinder beton yang kemudian diuji
menggunakan mesin uji tekan/desak. Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi
kuat tekan antara lain faktor air semen, umur beton, jenis semen, jumlah semen
dan sifat agregat.

2.1.3 Modulus Elastisitas Beton

Sifat elastisitas suatu bahan sangat erat hubungannya dengan kekakuan suatu
bahan dalam menerima beban. Modulus elastisitas merupakan perbandingan
antara tekanan yang diberikan dengan perubahan bentuk per satuan panjang.
Semakin besar modulus elastisitas semakin kecil lendutan yang terjadi. Modulus
elastisitas yang besar menunjukan kemampuan beton menahan beban yang besar
dengan kondisi regangan yang terjadi kecil.

Neville (1975) menyatakan bahwa modulus elastisitas beton dipengaruhi oleh


modulus elastisitas agregat dan perbandingan volume dari agregat di dalam beton.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

Menurut Murdock dan Brook (1999), modulus elastisitas yang sebenarnya atau
modulus pada waktu tertentu dari hasil eksperimen di laboratorium dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan:

(2.3)

Dengan : E = Modulus elastisitas (MPa)


P = Beban yang diberikan (ton)
A = Luas tampang melintang (mm2)
∆L = Perubahan panjang akibat beban P (mm)
L = Panjang semula (mm)

2.1.4 Kurva Tegangan-Regangan Beton

Kinerja struktur beton bertulang ditujukan untuk mampu menahan beban


selama masa layannya, sehingga kurva tegangan - regangan (stress-strain
curve) material terkait akan menjadi bahan pertimbangan mendasar dalam
perencanaan beton bertulang. Oleh karena pemakaian beton lebih ditujukan
dalam hal tekan, maka relasi atau kurva tegangan-regangan beton merupakan
acuan utama. Sebagai deskripsi disajikan beberapa kurva tegangan-regangan
beton. Semua kurva yang disajikan memiliki karakter yang serupa. Tegangan
tekan beton dicapai pada saat regangan beton berkisar antara 0.002-0.003
(untuk beton dengan kepadatan normal) dan 0.003-0.0035 (untuk beton ringan).
Salah satu parameter yang dapat diperoleh dari kurva tegangan-regangan adalah
modulus elastisitas beton (Retno Susilorini, 2010).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.1 Kurva relasi tegangan-regangan untuk beberapa jenis beton

Besar dari penurunan kurva disebabkan oleh kondisi beton sendiri. Pada
pengujian kuat tekan beton silinder akan hancur pada titik tegangan maksimum.
Lendutan akan terjadi jika beban yang diterima melampaui kapasitas beton dalam
menerima beban maksimum (James G.MacGregor, 1997).

Kurva regangan-tegangan pada gambar menunjukkan lima bagian yang digunakan


sebagai ketentuan matematis untuk pengujian kuat tekan beton sebagai berikut
(James G.MacGregor, 1997):
1. Kelandaian awal dari naiknya kurva yang menunjukkan penambahan kekuatan
dari beton.
2. Kenaikan dari kurva tegangan-regangan menyerupai sebuah parabola dengan
puncaknya merupakan tegangan maksimum yang terjadi.
3. Regangan yang terjadi pada saat tegangan maksimum akan bertambah dan
menujukkan penurunan dari kekuatan beton.
4. Kelandaian dari penurunan kurva tegangan-regangan dihasilkan dari
keruntuhan struktur beton, yang disebabkan oleh keretakan-keretakan kecil
pada beton yang kemudian menjalar.
5. Regangan maksimum akan menurun bersamaan dengan kenaikan kekuatan
beton.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

2.1.5 Kuat Tarik Baja

Sifat dari baja yang penting untuk diketahui adalah tegangan luluh. Tegangan
maksimum dan modulus elastisitas baja. Tegangan luluh (fy) dan modulus
elastisitas (Es) akan digunakan untuk perhitungan perencanaan beton bertulang.
Nilai modulus elastisitas baja tulangan ditetapkan berdasarkan ketentuan SNI
2847-2013 yaitu sebesar 200000 Mpa. Dari suatu grafik hubungan tegangan-
regangan tipikal hasil uji tarik baja tulangan diketahui ilai tegangan luluh dan
tegangan maksimum.

Gambar 2.2 Grafik Tegangan-Regangan Uji Tarik Baja

Nilai tegangan luluh dan tegangan maksimum dihitung dengan Persamaan (2.4)
dan (2.5) dibawah ini :
(2.4)

(2.5)

Dengan : = Tegangan luluh baja (MPa)


= Tegangan maksimum baja (MPa)
= Gaya tarik luluh (N)
= Gaya tarik maksimum (N)
A commit to
= Luas penampang baja (mm2)
user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

2.2 Kerusakan-Kerusakan yang Terjadi pada Beton

a. Retak (Cracking)
Retak atau cracking pada beton biasanya dikarenakan proporsi campuran pada
beton kurang baik. Retak merupakan kerusakan yang paling ringan yang terjadi
pada beton. Retak dapat secara luas diklasifikasikan sebagai retak struktural
maupun non-struktural. Retak struktural dapat terjadi karena adanya kesalahan
desain atau juga bisa terjadi karena beban yang melebihi kapasitas sehingga dapat
membahayakan bangunan. Retak yang ekstensif/menyebar dari balok beton
bertulang adalah salah satu contoh retak struktural. Retak non-struktural sebagian
besar terjadi karena adanya tegangan yang diinduksi secara internal dalam
material bangunan dan umumnya hal ini tidak langsung mengakibatkan
melemahnya struktur.

b. Terlepasnya bagian beton (Spalling)


Spalling atau terlepasnya bagian beton adalah bagian permukaan beton yang
terlepas dalam bentuk kepingan atau bongkahan kecil. Kerusakan ini disebabkan
oleh korosi tulangan, campuran beton yang kurang homogen dan juga faktor umur
beton. Volume tulangan yang terkorosi membesar menimbulkan tegangan dalam
tarik pada beton sekeliling tulangan, jika tegangan ini melampaui kekuatan beton
yang mengelilinginya, terjadilah spalling. Oleh karena itu metode perbaikan pada
kerusakan spalling, tergantung pada besar dan dalamnya spalling yang terjadi.

c. Disintegrasi
Bagian yang terlemah dari beton akan mengalami disintegrasi, permukaan beton
menjadi kasar, karena umur akan terjadi proses alami yang mengalami pelapukan
pada bidang-bidang terluar beton, proses pelapukan beton akibat lingkungan
agresif antara lain air laut, karbonasi dan lain-lain. Beton yang berhubungan
dengan lingkungan yang berkadar asam akan lebih cepat mengalami disintegrasi.

d. Patah
Patah yang terjadi pada beton biasanya dikarenakan struktur beton yang tidak
commit to user
mampu untuk menahan beban. Kerusakan ini bisa terjadi karena pada saat
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

pembuatan campuran beton (mix design) kurang diperhatikan proporsi yang


digunakan. Sebelum pembuatan campuran beton harus menghitung beban-beban
yang akan menimpa struktur beton tersebut agar patah pada beton tidak terjadi.

e. Keropos (Honeycomb)
Keropos merupakan jenis kerusakan yang disebabkan salah satunya karena umur
beton yang terlalu lama. Kerusakan ini biasanya kurang diperhatikan karena
kerusakan terjadi pada bagian bangunan yang sulit dijangkau. Misalnya pada
bagian bawah jembatan. Untuk itu agar tidak terjadi keropos dini karena reaksi
kimia atau yang lain maka perlu diperhatikan pada saat pembuatan bangunan.

f. Delaminasi
Delaminasi adalah suatu keadaan dimana beton mengelupas sampai tulangannya
terlihat. Penyebab terjadinya delaminasi pada beton diantaranya adalah kegagalan
pada pembuatan campuran, reaksi kimia, kelebihan beban dan sebagainya. Maka
dari itu perencanaan dalam konstruksi perlu diperhitungkan agar ini tidak terjadi
pada konstruksi bangunan.

2.3 Metode Patch Repair

Metode patch repair adalah salah satu metode perbaikan pada beton yang
kualitasnya telah menurun dengan cara penambalan. Metode perbaikan secara
penambalan (patching repair method) adalah metode perbaikan yang paling tepat
direkomendasikan untuk perbaikan beton akibat laju korosi yang menyebabkan
pengelupasan selimut beton (JSCE, 2007). Metode ini adalah perbaikan manual
dengan melakukan penempelan mortar secara manual dan harus memperhatikan
penekanan pada saat mortar ditempelkan, sehingga benar-benar didapatkan hasil
yang padat. Permukaan beton yang akan diperbaiki atau diperkuat perlu
dipersiapkan agar terjadi ikatan yang baik, sehingga material perbaikan atau
perkuatan dengan beton lama menjadi satu kesatuan. Permukaan tersebut harus
merupakan permukaan yang kuat, padat, tidak keropos ataupun bagian lemah
commit
lainnya serta harus bersih dari debu to userlainnya.
dan kotoran
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

Adapun syarat-syarat material patch repair, antara lain :


1) Daya lekat yang kuat
Kelekatan antara material patch repair dengan beton yang akan
diperbaiki harus menyatu dengan baik sehingga menjadi satu kesatuan
beton yang utuh.

2) Deformable pada beton


Material repair harus menyesuaikan bentuk beton yang akan diperbaiki.

3) Tidak mengurangi kekuatan beton


Material patch repair yang akan digunakan untuk memperbaiki beton
mampu menahan beban yang sama pada beton yang akan diperbaiki.

4) Ukuran bentuk stabil/tidak susut dan susut


Material patch repair harus stabil terhadap ukuran bentuk (tidak
mengembang dan susut) supaya tidak terjadi kerusakan pada beton induk.

5) Durability (daya tahan) baik


Material patch repair harus memiliki daya tahan (durability) yang lebih baik
dari beton induknya.

6) Rapid Set (waktu setting yang cepat)


Material patch repair harus memiliki waktu setting yang cepat atau harus
cepat dalam proses pengerasan.

2.4 Material Perbaikan

Material perbaikan sebaiknya memiliki sifat yang seragam dengan beton yang
akan ditambal (Paul Nugraha & Antoni, 2007). Salah satu bahan yang dapat
digunakan adalah polimer. Polimer adalah salah satu bahan rekayasa bukan logam
(non-metallic material) yang telah banyak digunakan sebagai bahan subtitusi
untuk logam. Polimer dipakai segai bahan tambah pada material beton yang dapat
menghasilkan beton dengan kuat tekan tinggi. Polimer dapat meningkatkan sifat
fisik, mekanik, dan ketahanan terhadap bahan kimia dalam waktu yang relatif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

singkat. Dalam penelitian ini dipakai suatu polimer yaitu UPR atau Unsaturated
Polyester Resin yang dimodifikasi dengan mortar.

Polimer memberikan sifat yang flexible pada mortar sehingga material yang
dihasilkan setelah kering memiliki flexibilitas yang lebih baik dibandingkan
dengan material terbentuk dari campuran semen biasa. Bahan polimer yang
terkandung di dalam campuran material perbaikan diharapkan mampu
memodifikasi kelemahan komposit beton normal dengan repair mortar.
Diharapkan polimer tersebut mampu mengisi porositas, sehingga total porositas
yang terbentuk dapat berkurang. Dengan adanya penambalan polimer pada
material perbaikan, diharapkan retakan yang mungkin timbul akan berkurang,
sehingga kekuatan meningkat, ketahanan komposit beton normal dengan material
perbaikan akan meningkat pula (Andayani, 2007).

2.5 Unsaturated Polyester Resin (UPR)

Unsaturated Polyester Resin (UPR) adalah jenis polimer yang termasuk dalam
matriks polimer thermoset. UPR berupa resin cair dengan viskositas yang relatif
rendah, mengeras pada suhu kamar dengan penggunaan katalis tanpa
menghasilkan gas sewaktu pengesetan seperti banyak resin thermoset lainnya.
Unsaturated Polyester Resin yang digunakan dalam penelitian ini adalah seri
Yukalac 157® BQTN-EX Series. Spesifikasi sifat mekanis dari Unsaturated
Polyester Resin dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Sifat mekanik unsaturated polyester resin Yukalac 157® BQTN 157-EX
Sifat Mekanis Satuan Nilai Catatan
3
Berat Jenis Kg/m 1.215 pada suhu 25°C
Kekerasan - 40 Barcol/GYZJ 934-1
Suhu distorsi panas °C 70 -
Penyerapan air % 0,188 24 jam
% 0,466 7 hari
Kekuatan Flextural Kg/mm2 9,4 -
2
Modulus Elastisitas (E) Kg/mm 300 -
Kekuatan Tarik statis Kg/mm2 5,5 -
Modulus Tarik Kg/mm2 300 -
Elongation % 2,1 -
Sumber: Justus Kimia Raya, 2001 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

UPR sering digunakan sebagai perkuatan fiberglass pada badan kapal dan mobil,
pipa, genteng atap, dan furniture kamar mandi. UPR juga digunakan sebagai
bahan campuran dalam beton polimer (biasanya diaplikasikan pada drainase
jalan). Hal ini karena UPR dapat meningkatkan kuat tarik dan kuat lentur dari
bahan utama fiberglass. UPR juga cepat mengeras pada suhu kamar. Oleh sebab
itu, pada penelitian ini digunakan UPR sebagai material perbaikan patch repair
untuk meningkatkan kekuatan.

Keunggulan dari UPR adalah sifat mekanis yang baik, hemat biaya, ketahanan
terhadap korosi yang baik, dan memiliki berat jenis yang cenderung lebih ringan
dibanding polimer lain.

2.6 Analisis Lentur Balok Beton Bertulang

Pengujian kapasitas lentur balok digunakan untuk mengetahui perilaku keretakan


ataupun model keruntuhan yang terjadi dan mengetahui besarnya nilai tegangan
lentur dari suatu benda uji balok. Dalam analisa lentur balok beton bertulang
dikenal adanya momen retak, momen leleh pertama dan momen ultimit yang
dapat dihitung berdasarkan pola pembebanan pada saat pengujian adalah seperti
Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Gaya Lintang dan Momen yang Terjadi Akibat Beban P

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

2.6.1 Momen Retak


Momen retak adalah momen yang terjadi pada saat terjadi retak pertama pada
benda uji balok. Besarnya momen retak dapat dihitung dengan persamaan (2.6).

(2.6)

Dengan : = Momen crack/ momen pada saat retak pertama (Nmm)


fr = Modulus keruntuhan beton (N/mm2)
Ig = Momen inersia utuh penampang (mm4)
yb = Jarak dari garis netral ke tepi serat bawah (mm)

Nilai modulus keruntuhan beton diperoleh dengan persamaan :


√ (2.7)

Dengan : fr = Modulus keruntuhan beton (N/mm2)


f’c = Kuat tekan beton (N/mm2)

Besarnya momen inersia utuh penampang (Ig) dihitung berdasarkan jenis balok
antara lain : balok beton murni (Persamaan (2.8)), balok beton bertulang
(Persamaan 2.13) dan balok beton bertulang dengan perbaikan (Persamaan
(2.20)).

( ) (2.8)

Untuk balok beton bertulang perhitungan dilakukan dengan transformasi luas baja
tulangan ke dalam bentuk luasan beton (Gambar 2.4)

Gambar 2.4. Analisis Tampang Balok Komposit Beton Bertulang


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

Dengan mentransformasikan luas baja tulangan ke dalam luasan beton dengan


faktor (n) diperoleh luas penampang transformasi (Atr) yang digunakan untuk
menghitung momen inersia utuh (Ig) sebagai berikut :

(2.9)

(2.10)

(2.11)

(2.12)

(2.13)

Dengan : Ig = Momen inersia utuh penampang (mm4)


Atr = Luas penampang transformasi (mm2)
As = Luas penampang baja tulangan
n = Nilai faktor ekivalensi baja ke beton
Ec = Modulus elastisitas beton (MPa)
Es = Modulus elastisitas baja tulangan (MPa)
b = Lebar balok (mm)
h = Tinggi balok (mm)
d = Tinggi efektif balok (mm)
yt = Jarak dari garis netral ke tepi serat atas (mm)
yb = Jarak dari garis netral ke tepi serat bawah (mm)

Untuk balok beton bertulang dengan perbaikan, perhitungan dilakukan dengan


transformasi luas baja tulangan dan luas material perbaikan ke dalam bentuk
luasan beton (Gambar 2.5)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.5. Analisis Tampang Balok Komposit Beton Bertulang dengan


Tambalan

Dengan mentransformasikan luas baja tulangan dan luas material perbaikan ke


dalam luasan beton dengan faktor (n) diperoleh luas penampang transformasi
(Atr) yang digunakan untuk menghitung momen inersia utuh (Ig) sebagai berikut :

(2.14)

(2.15)

(2.16)

(2.17)

( ) * +
(2.18)

(2.19)

(2.20)

Dengan : Ig = Momen inersia utuh penampang (mm4)


Atr = Luas penampang transformasi (mm2)
As = Luas penampang baja tulangan
n1 = Nilai faktor ekivalensi baja ke beton
n2 = Nilai faktor ekivalensi material perbaikan ke beton
Ec = Modulus elastisitas beton (MPa)
commit to user
Es = Modulus elastisitas baja tulangan (MPa)
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

b = Lebar balok (mm)


b1 = Lebar material perbaikan hasil ekivalensi (mm)
h = Tinggi balok (mm)
h1 = Tinggi material perbaikan (mm)
d = Tinggi efektif balok (mm)
yt = Jarak dari garis netral ke tepi serat atas (mm)
yb = Jarak dari garis netral ke tepi serat bawah (mm)

2.6.2 Momen Leleh Pertama


Momen leleh pertama adalah momen yang terjadi pada saat terjadi leleh pertama
pada benda uji balok. Untuk balok beton bertulang dan balok beton bertulang
dengan perbaikan dapat digunakan perhitungan yang sama. Besarnya momen
leleh pertama dapat dihitung dengan Persamaan (2.27)

Gambar 2.6. Analisis Tampang Balok Komposit Pada Saat Leleh Pertama

Gambar 2.7. Analisis Tampang Balok Repair Pada Saat Leleh Pertama

Untuk menghitung momen pada saat terjadi leleh pertama diasumsikan beton
commit to user
berperilaku elastis, dapat ditulis dengan persamaan :
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

√ (2.21)

(2.22)

Dari diagram regangan diperoleh :

(2.23)

(2.24)
Selanjutnya dapat diperoleh momen pada saat leleh pertama berdasarkan
perbandingan diagram tegangan.
(2.25)
(2.26)
(2.27)

Dengan : My = Momen pada saat leleh pertama (Nmm)


Cc = Gaya tekan pada beton (N)
Ts = Gaya tarik pada baja (N)
As = Luas tulangan (mm2)
f’c = Kuat tekan beton (MPa)
fy = Tegangan leleh baja (MPa)
k = Faktor kedalaman sumbu netral (mm)
= Rasio tulangan terhadap luas efektif balok (As/b.d)
n = Nilai ekivalensi baja ke beton
b = Lebar balok (mm)
d = Tinggi efektif balok (mm)
z = d-(kd/3) (mm)

2.6.3 Momen Ultimate


Momen ultimit adalah momen maksimum yang terjadi pada pengujian benda uji
balok. Besarnya momen ultimit dapat dihitung dengan persamaan (2.31) dan
(2.32) yang diperoleh dari kesetimbangan gaya-gaya dalam C (resultante gaya
tekan) dan T (resultante gaya tarik) yang membentuk suatu kopel momen tahanan
dalam jarak z=d-a/2, dengan d adalah tinggi efektif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.8. Analisis Tampang Balok Beton Bertulang Pada Saat Beban
Maksimum

Gambar 2.9. Analisis Tampang Balok Repair Pada Saat Beban Maksimum

Untuk menganalisis kapasitas lentur balok beton bertulang, digunakan persamaan


keseimbangan :
, sehingga
(2.28)
Sehingga diperoleh nilai a

(2.29)

Dengan mendistribusikan nilai a, diperoleh :


(2.30)

( ) (2.31)

(2.32)

Dengan : Mn = Momen nominal (Nmm)


Mu = Momen ultimit (Nmm)
Cc = Gaya tekan pada beton (N)
Ts = Gaya tarikcommit to user
pada baja (N)
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

f’c = Kuat Tekan beton (MPa)


fy = Tegangan leleh baja (MPa)
a = Tinggi balok tegangan tekan (mm)
b = Lebar balok (mm)
= Luas baja tulangan (mm2)
d = Tinggi efektif balok (mm)
= Faktor reduksi kekuatan
z = d-a/2 (mm)

2.7 Hubungan Beban dan Lendutan

Ketika suatu beban yang bekerja menimbulkan lentur, maka balok pasti akan
mengalami defleksi atau lendutan seperti terlihat pada gambar 2.10. Meskipun
nilai keamanan terhadap lentur dan geser terpenuhi, namun suatu balok bisa
menjadi tidak layak apabila terlalu fleksibel. Dengan demikian tinjauan defleksi
balok merupakan salah satu bagian dari proses desain (Spiegel dan
Linbrunner,1991).

Gambar 2.10 Lendutan Balok

Pada balok beton bertulang dengan perbaikan terdapat momen inersia yang
berbeda. Momen inersia pertama adalah balok beton bertulang normal dan momen
inersia kedua adalah balok beton bertulang yang ditambal dengan UPR, sehingga
lendutan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

∫ (2.33)

Dimana :
M = momen real
m = momen maya
E = modulus beton
I = momen inersia (mm4)

Gambar 2.11 Pembagian Segmen pada Balok Repaired 40 cm

Dengan membagi balok menjadi beberapa segmen, maka lendutan dapat dihitung
dengan mengintegralkan persamaan (2.33) yang akan disajikan pada tabel berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.2 Integral Balok Repaired 40 cm


Segmen M (x) m (x) E I
A-1 Rav.x rav.x Ebeton I1
1-2 Rav.x – P.(x-600) rav.x Ebeton I3
2-3 Rav.x – P.(x-600) rav.x Ebeton I2
3-4 Rav.x – P.(x-600) rav.x – p(x-900) Ebeton I2
4-5 Rav.x – P.(x-600) rav.x – p(x-900) Ebeton I3
5-B Rav.x – P.(x-600) – P.(x- rav.x – p(x-900) Ebeton I1
1200)

Persamaan yang didapatkan setelah mengintegralkan rumus pada tabel 2.2 adalah
sebagai berikut :

)x2 (2.34)

Gambar 2.12 Pembagian Segmen pada Balok Repaired 200 cm

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

Pada balok repaired 200 cm balok juga dibagi menjadi beberapa segmen. Balok
normal juga memakai pembagian segmen ini hanya saja momen inersianya
berbeda. Lendutan dapat dihitung dengan mengintegralkan persamaan (2.33) yang
akan disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2.3 Integral Balok Repaired 200 cm


Segmen M (x) m (x) E I
A-1 Rav.x rav.x Ebeton I1
1-2 Rav.x – P.(x-600) rav.x Ebeton I2
2-3 Rav.x – P.(x-600) rav.x – p(x-900) Ebeton I2
3-B Rav.x – P.(x-600) – P.(x- rav.x – p(x-900) Ebeton I1
1200)

Persamaan yang didapatkan setelah mengintegralkan rumus pada tabel 2.3 adalah
sebagai berikut :

( )x2 (2.35)

Dimana : P = beban
L = panjang bentang balok
E = modulus beton
I = momen inersia

Ketentuan penggunaan rumus lendutan, bahwa sebelum terjadi retak nilai momen
inersia yang digunakan adalah Ig dan setelah terjadi retak momen inersia yang
digunakan adalah Ie yang diperoleh dengan persamaan berikut:

( ) [ ( ) ] (2.36)

Dengan nilai momen retak pertama (Icr) yang diperoleh dari persamaan berikut:

[√( ) ] (2.37)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

Icr = 1/3.b.y3 + n.As.(d – y)2 (2.38)

Dengan :
Ie = momen inersia efektif (mm4)
Ig = momen inersia utuh penampang (mm4)
Icr = momen inersia crack (mm4)
Ma = momen yang terjadi pada beban tertentu (Nmm)
Mcr = momen pada saat pertama kali retak (Nmm)
As = luas baja tulangan (mm2)
b = lebar balok (mm)
d = tinggi efektif balok (mm)
n = nilai ekivalensi baja ke beton
y = jarak dari garis netral ke tepi serat atas (mm)

Menurut Nawy (2003) menyatakan bahwa hubungan beban-lendutan balok beton


bertulang pada dasarnya dapat diidealisasikan menjadi bentuk trilinier seperti
pada Gambar 2.13. Hubungan ini terdiri dari tiga daerah sebelum terjadinya retak:

Gambar 2.13 Daerah Hubungan Beban-Lendutan Balok Beton Bertulang

Daerah I = taraf praretak (batang struktural bebas retak), dimana batang-


batang strukturalnya bebas retak.
Daerah II = taraf pascaretak (batang struktural mengalami retak terkontrol),
commit
dimana batang-batang to user mengalami retak-retak
struktural
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

terkontrol yang masih dapat diterima, baik dalam distribusinya


maupun lebarnya.
Daerah III = taraf pasca-servicebility (tegangan pada tulangan tarik
mengalami tegangan leleh), dimana tegangan pada tulangan
tarik sudah mencapi tegangan lelehnya.

Dalam usaha untuk menjaga agar struktur stabil dan membatasi terjadinya
lendutan, maka struktur harus mempunyai kekakuan yang cukup. Kekakuan
menurut (Timoshenko, 1987) didefinisikan sebagai gaya yang dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu lendutan sebesar satu satuan. Dari hubungan antara beban (P)
dan lendutan (Δ) maka akan diperoleh nilai kekakuan (k) berdasarkan persamaan
berikut :

(2.39)

Dimana:
K = kekakuan lentur (N/mm)
P = beban pada balok (N)
∆ = lendutan pada balok (mm)

2.8 Daktilitas

Berdasarkan SNI-1726-2012, daktilitas merupakan kemampuan struktur gedung


untuk mengalami simpangan pasca-elastik yang besar secara berulang kali dan
bolak balik akibat beban gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama,
sambil mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup sehingga struktur
tetap berdiri, walaupun sudah dalam kondisi di ambang keruntuhan.

Faktor daktilitas struktur gedung ( ) adalah rasio antara simpangan ultimit dan
simpangan saat terjadi leleh pertama, ditunjukkan seperti pada persamaan berikut:

(2.40)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

dimana :
µ = faktor daktilitas
Δu = lendutan maksimum struktur
Δy = lendutan saat leleh pertama

2.9 Pola Retak

Perencanaan biasanya direncanakan untuk terjadi kuat lentur, tetapi retak miring
terjadi pada struktur beton bertulang sebagai kelanjutan dari retak lentur atau
kadang sebagai retak independen, karena tidak dipasangnya tulangan geser.
Setelah retak berkembang, struktur akan runtuh kecuali jika penampang beton
yang retak menahan gaya yang bekerja.

Gambar 2.14 Pola Retak pada Balok Beton Bertulang

Retak merupakan jenis kerusakan yang paling sering terjadi pada struktur beton,
retak bisa terjadi pada saat beton mulai mengeras maupun setelah beton mengeras.
Retak saat beton mulai mengeras (beton belum mampu menahan beban) antara
lain terjadi karena pembekuan udara dingin (pada daerah dengan musim dingin),
susut (shrinkage), penurunan (settlement), dan penurunan acuan (formework).

Retak yang terjadi setelah beton mengeras akibat adanya pembebanan yang
mengakibatkan munculnya tegangan lentur geser dan tarik. Menurut (Triwiyono,
2004) retak yang terjadi pada elemen struktur beton terdiri dari 3 macam, antara
commit to user
lain adalah :
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

a. Retak lentur (flexural crack) adalah retak yang terjadi akibat dari beban lentur
yang jauh lebih besar dari beban gesernya (mengarah/menjalar dari bagian tarik
menuju tekan)
b. Retak geser (shear crack) adalah retak yang terjadi akibat gaya geser dan
bentuk retak ini akan membentuk sudut 450 terhadap gaya yang bekerja pada
komponen tersebut
c. Retak geser lentur (flexural shear crack) adalah retak miring yang merupakan
retak lanjutan dari retak lentur yang terjadi sebelumnya. Retak ini terjadi jika
gaya momen dan gaya geser yang terjadi sama besar.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai