Anda di halaman 1dari 52

BAB II

ANALISIS KONSTRUKSI

1. PENGANTAR

Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis konstruksi secara umum, serta
perincian pembahasan yang mencakup :
 Pembebanan pada struktur
 Faktor kombinasi dari pembebanan yang terjadi
 Faktor reduksi kekuatan
 Balok terlentur

Pemahaman materi pada bab pengenalan ini bermanfaat untuk memberikan


pengetahuan kepada mahasiswa tentang pembebanan-pembebanan yang terjadi pada
struktur beserta faktor yang mempengaruhi serta perhitungannya yang dapat diaplikasikan
dalam analisis struktur bangunan.

a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah mengikuti dan menyelesaikan materi pada bab pertama ini, mahasiswa
dapat menganalisis pembebanan yang terjadi pada struktur lentur.

b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah menyelesaikan Bab II ini mahasiswa mampu untuk menjelaskan tentang


hal-hal berikut :
a. Mengidentifikasikan jenis pembebanan yang terjadi pada struktur
b. Menentukan faktor kombinasi pembebanan jika terdapat variasi beban pada suatu
struktur
c. Mengidentifikasikan faktor reduksi kekuatan berdasarkan jenis strukturnya
d. Menganalisis tegangan yang terjadi pada balok terlentur
Bahan Ajar Struktur Beton I

2. PENYAJIAN
2.1. Pendahuluan

Dalam perkembangannya, peraturan beton yang berlaku di Indonesia mengalami


beberapa kali perubahan. Hal ini disebabkan kemajuan teknologi bahan dan pelaksanaan
dan pengaruh peraturan beton negara lain. Peraturan beton yang berlaku di Indonesia
adalah sebagai berikut :
a. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1955
b. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1971
c. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK SNI T-15-
1991-03)
d. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK SNI 03-2847-
2002)

Perencanaan elemen struktur beton dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak


timbul retak berlebihan pada penampang sewaktu mendukung beban kerja, dan masih
mempunyai cukup keamanan serta cadangan kekuatan untuk menahan beban dan tegangan
lebih lanjut tanpa mengalami keruntuhan. Timbulnya tegangan-tegangan lentur akibat
struktur.
Pada Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI-1971) metode perencanaan dan analisis
didasarkan pada Metode Tegangan Kerja (Working Stress Method), sementara di SNI 03 –
2847 – 2002 metode perencanaan dan analisis didasarkan pada Metode Kekuatan
(Ultimated Strenght Method).
Dalam perencanaan struktur, harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :
a. Struktur harus kuat dalam memikul beban yang bekerja
b. Ekonomis
c. Struktur memenuhi syarat kenyamanan (sesuai fungsi/ serviceability)
d. Mudah perawatannya (durabilitas tinggi)

Beberapa istilah yang digunakan dalam pembahasan metode perencanaan dan


analisis adalah sebagai berikut;
a. Kuat nominal, kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang dihitung
berdasarkan ketentuan dan asumsi metode perencanaan sebelum dikalikan dengan
nilai faktor reduksi kekuatan yang sesuai.

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 2


Bahan Ajar Struktur Beton I

b. Kuat perlu, kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang diperlukan
untuk menahan beban berfaktor atau momen atau gaya dalam yang berkaitan
dengan beban tersebut dalam suatu kombinasi seperti yang ditetapkan dalam
peraturan.
c. Kuat rencana, kuat nominal dikalikan dengan suatu faktor reduksi kekuatan 
d. Beban Kerja, beban rencana yang digunakan untuk merencanakan komponen
struktur.
e. Beban Terfaktor, beban kerja yang telah dikalikan dengan faktor beban yang sesuai.

2.2 Metode Tegangan Kerja


Di dalam metode tegangan kerja, untuk struktur direncanakan sedemikian sehingga
tegangan-tegangan yang timbul akibat beban kerja dan yang dihitung secara mekanika dari
unsur-unsur yang elastis, yang tidak melampaui dengan tegangan-tegangan yang diijinkan
yang ditetapkan lebih dahulu. Beban kerja adalah beban-beban yang berasal dari beban
mati, beban hidup, beban angin dan beban gempa, yang dimisalkan benar-benar terjadi
sewaktu masa kerja dari struktur.
Metode tegangan kerja ini secara matematis dapat dinyatakan :
 
Dimana :
 = tegangan timbul yang dihitung secara elastis
 = tegangan yang diijinkan yang ditetapkan menurut peraturan, sebagai suatu
persentase dari kekuatan tekan f’c beton dan tegangan leleh fy baja tulangan

2.3 Metode Kekuatan Batas (Ultimit)


Di dalam metode ini beban kerja diperbesar, dikalikan suatu faktor beban dengan
maksud untuk memperhitungkan terjadinya beban pada saat keruntuhan sudah di ambang
pintu. Kemudian dengan menggunakan beban kerja yang telah diperbesar (beban
berfaktor) tersebut, struktur direncanakan sedemikian sehingga diperoleh nilai kuat guna
pada saat runtuh yang besarnya kira-kira sedikit lebih kecil dari kuat batas runtuh yang
sesungguhnya. Kekuatan pada saat runtuh inilah yang dinamakan kuat ultimit dan beban
yang bekerja pada atau dekat dengan saat runtuh dinamakan beban ultimit. Kuat rencana
penampang komponen struktur didapatkan melalui perkalian kuat teoritis atau kuat
nominal dengan faktor kapasitas, yang dimaksudkan untuk memperhitungkan
kemungkinan buruk yang berkaitan dengan faktor-faktor bahan, tenaga kerja, ukuran-

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 3


Bahan Ajar Struktur Beton I

ukuran dan pengendalian mutu pekerjaan pada umumnya. Kuat teoritis atau kuat nominal
diperoleh berdasarkan keseimbangan statis dan kesesuaian tegangan regangan-tegangan
yang tidak linear di dalam penampang elemen tertentu.
Metode kekuatan batas ini secara matematis dapat dinyatakan :
M u  M n
Dimana :
Mu = kuat ultimit
Mn = kuat nominal

2.4 Jenis Pembebanan


Beban-beban pada suatu struktur dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
2.4.1. Beban Mati (D)
Beban Mati merupakan beban yang intensitasnya tetap dan posisinya tidak berubah
selama usia penggunaan bangunan. Merupakan beban tetap struktur berupa berat sendiri
bangunan (pelat lantai, balok, kolom, plafond, keramik, dinding dll) dan semua unsur
arsitektur (pelapis luar, sekat-sekat, langit-langit, alat-alat mesin statik yang dipasang
permanen dll). Dapat ditentukan dengan mengalikan dimensi / ukuran struktur dengan
berat jenis materialnya. Beban mati dan berat jenisnya dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Beban Mati dan Berat Jenisnya


berdasarkan NI 18 Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung

Beban Mati Berat Jenis (kg / m3)


a. Pasir (kering udara sampai lembab) 1.600
b. Pasir (jenuh air) 1800
c. Kerikil (kering udara sampai lembab, tidak diayak) 1650
d. Pasir kerikil (kering udara sampai lembab) 1850
e. Beton 2200
f. Beton Bertulang 2400
g. Beton bertulang lightweight 1900
h. Pasangan batu bata 1700
i. Pasangan batu belah, batu gunung dan batu bulat 2200

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 4


Bahan Ajar Struktur Beton I

Beban Mati Berat Jenis (kg / m3)


j. Pasangan batu karang 1450
k. Besi tuang 7250
l. Baja 7850
m. Timah hitam (timbel) 11400
n. Alumunium 2750
o. Kaca 2600

2.4.2 Beban Hidup (L)


Beban Hidup merupakan beban yang dapat berpindah tempat, dapat bekerja penuh
atau tidak sama sekali. Beban yang intensitasnya dapat bekerja penuh / tidak sama sekali,
yaitu : beban hujan, beban hunian, furniture, beban (lalu lintas untuk jembatan), dll.
Beban hidup lebih sukar untuk ditetapkan dengan teliti, untuk banyak beban hanya
mungkin melakukan taksiran konservatif berdasarkan beberapa standar pedoman dan
pengalaman masa lampau. Untuk menentukan beban yang bekerja pada suatu elemen
struktur, digunakan beban hidup minimum yang ada pada standar seperti dapat dilihat
pada tabel 2.

Tabel 2. Beban Hidup dan Berat Jenisnya


berdasarkan NI 18 Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung

Berat Jenis
Beban Hidup
(kg / m2)
a. Lantai dan tangga rumah tinggal 200
b. Lantai dan rumah tinggal sederhana dan gudang-gudang tidak
150
penting, yang bukan toko atau ruang kerja
c. Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, restoran, hotel dan
250
asrama
d. Lantai ruang olahraga 400
e. Tangga, bordes tangga, dan gang 300
f. Lantai ruang dansa 500
g. Lantai dan balkon dalam dari ruang pertemuan, tidak termasuk yang
disebut dalam (a) s/d (f) seperti gereja, ruang konser, ruang
400
pertunjukan, ruang rapat, bioskop dsb. Juga panggung penonton
dengan tempat duduk tetap
h. Panggung penonton tempat berdiri atau dengan tempat duduk tidak
500
tetap

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 5


Bahan Ajar Struktur Beton I

Berat Jenis
Beban Hidup
(kg / m2)
i. Tangga, bordes tangga, lantai, dan gang dari ruang-ruang yang
500
disebut dalam (d), (f), (g) dan (h)
j. Lantai ruang pelengkap dari ruang-ruang yang disebut dalam (c), (d),
250
(f) dan (g)
k. Untuk lantai-lantai :ruang kerja, gudang, garasi, perpustakaan, ruang
arsip, toko buku, toko besi, ruang alat-alat dan mesin dll, muatan
250
hidup harus ditentukan tersendiri, sesuai dengan muatan hidup
maksimum yang dapat diharapkan, tetapi tidak boleh kurang dari
l. Balkon-balkon yang menjorok bebas ke luar harus diperhitungkan
terhadap muatan hidup dari lantai-dalam yang berbatasan dengan 300
minimum

2.4.3 Beban Akibat Pengaruh Alam


Dalam perencanaan struktur juga diperhitungkan beban akibar pengaruh alam,
antara lain :
a. Beban Angin, W
Angin merupakan pergerakan udarayang disebabkan karena perbedaan tekanan
udara yang ditimbulkan oleh perbedaan suhu. Pergerakan udara ada dua macam, yaitu
pergerakan vertikal ke atas dan pergerakan horizontal. Pergerakan horizontal ini yang
berpengaruh terhadap perencanaan bangunan

b. Beban Gempa, E
Efek gempa berasal dari gaya inersia internal yang arahnya horizontal dan
disebabkan oleh adanya percepatan tanah (ground acceleration). Beban gaya inersia
horizontal terutama tergantung pada massa bangunan, intensitas pergerakan tanah,
interaksi struktur terhadap tanah, dan sifat dinamis bangunan. Peninjauan efek gempa bagi
suatu bangunan terutama untuk :
 Meminimkan jumlah korban jiwa atau kecelakaan lainnya
 Menjamin kelangsungan bangunan-bangunan yang dipandang penting
 Meminimkan kerusakan harta benda

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 6


Bahan Ajar Struktur Beton I

Ketidakpastian besarnya beban yang bekerja pada komponen struktur untuk tiap
jenis beban berbeda-beda sehingga besarnya pengambilan faktor-faktor beban
jugaberbeda-beda untuk tiap kombinasi beban yang bekerja. Berdasarkan SK SNI jenis
beban yang biasanya bekerja pada komponen struktur beton bertulang :
1. Beban mati (dead load) / D
2. Beban hidup (live load) / L
3. Beban atap /A
4. Beban hujan (rain load) /R
5. Beban geMPa (earthquake load) /E
6. Beban angin (wind load) /W
7. Beban tekanan tanah /H
8. Beban tekanan fluida /F
9. Beban struktural lainnya akibat pengaruh rangkak, susut, dan ekspansi beton atau
pengaruh perubahan temperatur/ T

2.5 Kuat Perlu


Struktur atau elemen-elemennya harus direncanakan untuk memiliki cadangan
kekuatan untuk dapat menerima beban yang lebih tinggi dari beban normal. Kapasitas
cadangan ini digolongkan dalam dua kategori yaitu faktor pembebanan yang
memperhitungkan pelampauan beban, dan faktor reduksi kekuatan, yang
memperhitungkan kemungkinan buruk yang berkaitan dengan faktor-faktor bahan, tenaga
kerja, ukuran-ukuran dan pengendalian mutu pekerjaan pada umumnya.
Di dalam metode kekuatan, lazimnya digunakan istilah faktor beban untuk
membedakan dengan faktor keamanan di dalam faktor tegangan kerja. Pada SNI 03 – 2847
– 2002 dibedakan dua faktor yaitu faktor kuat perlu U untuk beban dan faktor  untuk
reduksi kekuatan.
Untuk ketahanan struktur, harus diperhitungkan dalam perencanaan pengaruh
kombinasi dari beban-beban yang ada (Faktor kuat perlu U) berdasarkan sesuai dengan
Pasal 11.2 SNI 03 – 2847 – 2002, yaitu :

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 7


Bahan Ajar Struktur Beton I

a. Kuat perlu, U untuk menahan beban mati, D paling tidak harus sama dengan :
U  1,4 D ............................................................................................ (1)

Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup, L dan juga beban atap, A
atau beban hujan, R, paling tidak harus sama dengan :
U  1,2 D  1,6 L  0,5 A atau R  ...................................................... (2)

b. Bila ketahanan struktur terhadap beban angin W harus diperhitungkan dalam


perencanaan, maka pengaruh kombinasi beban D, L, dan W harus ditinjau nilai U yang
terbesar yaitu :1) 2)
U  1,2 D  1,0 L  1,6 W  0,5 A atau R  ......................................... (3)

Kombinasi beban juga harus memperhitungkan kemungkinan beban hidup L yang


penuh dan kosong untuk mendapatkan kondisi yang paling berbahaya, yaitu: 1)
U  0,9 D  1,6 W .............................................................................. (4)

Perlu dicatat bahwa untuk setiap kombinasi beban D, L dan W, kuat perlu U tidak
boleh kurang dari persamaan 2.
c. Bila ketahanan struktur terhadap beban gempa E harus diperhitungkan dalam
perencanaan, maka nilai kuat perlu U harus diambil sebagai : 2)

U  1,2 D  1,0 L  1,0 E .................................................................... (5)

atau :
U  0,9 D  1,0 E .............................................................................. (6)

d. Bila ketahanan terhadap tekanan tanah H diperhitungkan dalam perencanaan, maka


pada persamaan 2,4, dan 6 ditambahkan 1,6 H kecuali bahwa pada keadaan dimana
aksi struktur akibat H mengurangi pengaruh W atau E, maka beban H tidak perlu
ditambahkan pada persamaan 4 dan 6.
e. Bila ketahanan terhadap pembebanan akibat berat dan tekanan fluida F, yang berat
jenisnya dapat ditentukan dengan baik, dan ketinggian maksimumnya terkontrol,
diperhitungkan dalam perencaan, maka beban tersebut harus dikalikan dengan faktor
beban 1,4 dan ditambahkan pada persamaan 1 :
U  1,4 D  F ................................................................................ (7)

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 8


Bahan Ajar Struktur Beton I

Untuk kombinasi beban lainnya, beban F tersebut harus dikalikan dengan faktor beban
1,2 dan ditambahkan pada persamaan 2.

f. Bila ketahanan terhadap pengaruh kejut diperhitungkan dalam perencanaan maka


pengaruh tersebut harus disertakan pada perhitungan beban hidup L.

g. Bila pengaruh struktural T dari perbedaan penurunan fondasi, rangkak, susut, ekspansi
beton atau perubahan suhu sangat menentukan dalam perencanaan, maka kuat perlu
U minimum harus sama dengan :
U  1,2 D  T   1,6 L  0,5 A atau R  .......................................... (8)

Perkiraan atas perbedaan penurunan fondasi, rangkak, susut, ekspansi beton, atau
perubahan suhu harus didasarkan pada pengkajian yang realistis dari pengaruh
tersebut selama masa pakai.

h. Untuk perencanaan daerah pengangkuran pasca tarik harus digunakan faktor


beban 1,2 terhadap gaya penarikan tendon maksimum.

i. Jika pada bangunan terjadi benturan yang besarnya P, maka pengaruh beban tersebut
dikalikan dengan faktor 1,2.

1)
Catatan : Faktor beban untuk W boleh dikurangi menjadi 1,3 bilamanan beban angin W
belum direduksi oleh faktor arah.
2)
Faktor beban untuk L boleh direduksi menjadi 0,5 kecuali untuk ruangan garasi,
ruangan pertemuan dan semua ruangan yang beban hidup L-nya lebih besar
daripada 500 kg/m2.

2.6 Faktor Reduksi


Faktor reduksi kekuatan antara lain digunakan untuk memberikan keamanan
tertentu pada struktur, misalnya apabila dimensi struktur, kualitas material, ataupun
kualitas pekerjaannya agak berbeda dibandingkan dengan perencanaannya. Faktor reduksi
juga untuk memberikan nilai daktilitas tertentu, ataupun untuk mewakili faktor keutamaan
dari elem struktur yang bersangkutan.
Faktor reduksi juga digunakan untuk mengantisipasi ketidakpastian kekuatan bahan
terhadap pembebanan. Beberapa ketentuan faktor reduksi kekuatan menurut SNI 03-2847-
2002 (Pasal 11.3) sebagai berikut.

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 9


Bahan Ajar Struktur Beton I

Tabel 3. Faktor Reduksi Kekuatan, 

Faktor Reduksi 
a. Lentur, tanpa beban aksial 0,80
b. Beban aksial, tarik dan beban aksial tarik dengan lentur 0,80
c. Beban aksial, tekan dan beban aksial tekan dengan lentur :
dengan tulangan spiral 0,70
Dengan komponen struktur lainnya 0,65
d. Geser dan torsi 0,75
Tumpuan pada beton kecuali untuk daerah pengangkuran
e. 0,65
pasca tarik
f. Daerah pengangkuran pascatarik 0,85
Penampang lentur tanpa beban aksial pada komponen struktur
g. pratarik, dimana panjang penanaman strandnya kurang dari 0,75
panjang penyaluran yang ditetapkan

2.7 Balok Terlentur


Dengan menggunakan prinsip keseimbangan statika dapat ditentukan momen dan
geser yang terjadi pada setiap penampang balok yang bekerja menahan beban. Perhatikan
lebih lanjut tentunya menentukan kemampuan balok tersebut yang menahan beban dengan
cara memperhitungkan tegangan-tegangan yang timbul didalamnya.
Distribusi tegangan pada penampang balok sebenarnya rumit, dan hasil perhitungan
yang tepat dapat diperoleh berdasarkan teori elastisitas. Akan tetapi, dengan menggunakan
asumsi-asumsi dan penyederhanaan tertentu dapat dikembangkan hubungan matematika
cukup tepat untuk ungkapan tegangan-tegangan lentur dan geser tertentu.
Seperti diketahui bahwa untuk balok dari bahan homogen (serba sama) dan
elastisitas berlaku rumus lentur sebagai berikut :
M.c
f
I .............................................................................................. (9)

dimana :
f = Tegangan lentur
M = Momen yang bekerja pada balok
c = Jarak serat terluar terhadap garis netral
I = Momen inersia penampang balok terhadap garis netral

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 10


Bahan Ajar Struktur Beton I

Sehingga berdasarkan rumus lenturan tersebut, dihitung momen maksimum yang


dapat disediakan oleh penampang balok atau dalam hal ini disebut sebagai Momen
Tahanan.
f .I
M  b
R c ....................................................................................... (10)

dimana :
MR = Momen tahanan
fb = Tegangan lentur ijin
c = Jarak serat terluar terhadap garis netral
I = Momen inersia penampang balok terhadap garis netral

Langkah tersebut dapat dilakukan secara langsung untuk balok dari sembarang
bahan serba sama dengan bentuk dan ukuran penampang tertentu dimana momen inersia
dapat dihitung dengan mudah. Lain halnya dengan balok beton bertulang, penggunaan
rumus tersebut akan menghadapi masalah terutama sehubungan dengan sifat bahan beton
bertulang yang tidak homogen dan tidak berperilaku elastis pada seluruh jenjang kekuatan.

3. CONTOH KASUS
Suatu balok beton dengan bentuk pembebanan dan potongan melintangnya seperti
pada gambar 2 dan 3. Struktur menahan beban mati merata (belum termasuk berat sendiri)
17,5 kN/m’ dan beban hidup merata 12 kN/m’. Tentukanlah :
a. Momen maksimum struktur
b. Tegangan lentur maksimum menggunakan cara kopel dalam
c. Periksa hasil yang didapat dari point (a) dengan menggunakan rumus lenturan.

Gambar 2. Pembebanan Pada Struktur Balok

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 11


Bahan Ajar Struktur Beton I

Gambar 3. Potongan Melintang Struktur Balok

Penyelesaian :
a. Momen maksimum struktur
Untuk menghitung nilai momen, perlu dihitung terlebih dahulu kombinasi
pembebanan yang terjadi pada struktur.
Beban mati pada struktur belum termasuk berat sendiri sehingga perlu dihitung
terlebih dahulu, dengan berat jenis sesuai tabel (3). Karena balok terbuat dari beton maka
berat jenisnya adalah 2400 kg/m3 jika dikonversikan satuannya akan menjadi 24 kN/m3.
Sehingga :

Berat sendiri balok = (0,50).(0,25).(24) = 3,0 kN/m


Beban Mati = 17,5 kN/m
Total Beban Mati = 20,5 kN/m

Pada struktur terdapat 2 pembebanan yaitu beban mati dan beban hidup sehingga
digunakan faktor pembebanan sesuai persamaan (2). Kombinasi pembebanan pada
struktur :

U = 1,2 D + 1,6 L
= 1,2 (20,5) + 1,6 (12)
= 43,80 kN/m

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 12


Bahan Ajar Struktur Beton I

Dari total pembebanan yang terjadi, dapat diperoleh momen maksimum :

1
Mmaks = u . L2
8
1
= 43,80 . 6 2
8
= 197,1 kN.m

b. Tegangan lentur maksimum menggunakan cara kopel dalam


Cc adalah resultante gaya tekan dalam atau jumlah seluruh satuan gaya tekan di atas
garis netral, sedangkan Ts adalah resultante gaya tarik dalam atau jumlah seluruh satuan
gaya tarik di bawah garis netral.
Cc dan Ts masing-masing bekerja pada titik berat segitiga distribusi tegangan, baik
untuk tegangan tekan ataupun tarik. Dengan demikian lengan (jarak) diantara keduanya
adalah z = 333,33 mm.
Agar keseimbangan (H) = 0, maka Cc = Ts

Mmaks = Cc . (z) atau Ts . (z)


197,1 . (10)3 = Cc . (333,33)
C c = Ts = 591,30 kN

Sehingga :

Cc = (Luas Segitiga Tegangan) x (lebar balok)


Cc = 591,30. (10)3 = ½. (250). fpuncak. (250)
fpuncak = 18,92 N/mm2

Karena letak garis netral ditengah-tengah maka nilai fpuncak = fdasar = 18,92 N/mm2.

c. Periksa hasil yang didapat dari point (a) dengan menggunakan rumus lenturan.

f = M.c
I
197,1 106 .250
 
= 1
2505003
12
= 18,92 N/mm2

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 13


Bahan Ajar Struktur Beton I

4. LATIHAN
Bentuk aktivitas mahasiswa : Latihan Individu
Soal : Tentukan momen tahanan (MR) suatu balok kayu berpenampang empat persegi
panjang dengan ukuran 50 x 150 mm dengan tegangan lentur ijin bahan kayu
8,4 MPa. Dengan anggapan bahwa distribusi tegangan linier.

5. TUGAS MAHASISWA
Bentuk aktivitas mahasiswa I : Diskusi Kelompok
Referensi : Bahan dapat diambil dari berbagai sumber (misal
buku literatur, jurnal, tugas akhir, internet dll)
Materi Tugas : Carilah suatu struktur lengkap dengan semua
pembebanan yang terjadi dan proses perhitungannya
Panduan : (1) 1 kelompok maksimal terdiri dari 5 orang
(anggota kelompok harus berbeda dengan
kelompok tugas Bab I)
(2) Struktur yang ditinjau dapat bervariasi (struktur
portal bangunan, struktur jembatan dll)
(3) Makalah dipresentasikan selama 30 menit
(4) Makalah didiskusikan selama 15 menit
Bentuk aktivitas mahasiswa II : Tugas Individu
Panduan : (1) Tugas harus diketik dengan format kertas A4,
huruf Times New Roman 12, spasi 1,5.
(2) Nilai x pada tugas sesuai dengan digit terakhir
pada nomor mahasiswa anda. (Jika digit terakhir
=0 maka nilai x yang digunakan = 1).

Soal : Suatu balok dengan b = x00 mm dan h = 400 mm digunakan pada jarak
bentangan 5,0 m diantara dua perletakan sendi dan rol serta menahan beban total
(termasuk berat sendiri) 10 kN/m’ dan beban terpusat 27 kN tepat ditengah-tengah
bentang. Maka hitunglah :
a. Tegangan lentur maksimum menggunakan cara kopel dalam
b. Periksa hasil yang didapat dari point (a) dengan menggunakan rumus lenturan

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 14


Bahan Ajar Struktur Beton I

6. RANGKUMAN
a. Analisis harus dimulai dari seluruh beban yang dipikul oleh konstruksi, yang
terdiri dari berbagai jenis beban antara lain beban mati, beban hidup, beban akibat
alam dll.
b. Apabila pada struktur terdapat lebih dari satu jenis beban, maka perlu dilakukan
kombinasi dari beban-beban yang ada sesuai dengan faktor pembebanan.
c. Faktor reduksi kekuatan digunakan untuk memberikan keamanan tertentu pada
struktur.
d. Untuk menentukan kemampuan balok dalam menahan beban, dapat dilakukan
dengan cara memperhitungkan tegangan-tegangan yang timbul didalamnya.

7. DAFTAR PUSTAKA
a. Dipohusodo, I, 1994, “Struktur Beton Bertulang”, Jakarta, PT. Gramedia.
b. Wahyudi, L dan Rahim, S.A, 1999, “Struktur Beton Bertulang; Standar SNI T-15-
1991-03”, Jakarta, PT. Gramedia.
c. Standar Nasional Indonesia (SNI) Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002), 2007, Surabaya, ITP Press.

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 15


BAB III
ANALISIS DAN DESAIN BALOK PENAMPANG PERSEGI
BERTULANGAN TUNGGAL

1. PENGANTAR

Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis dan desain balok, serta perincian
pembahasan yang mencakup :
 Metode analisis dan perencanaan
 Asumsi (anggapan-anggapan) dalam analisis dan perencanaan
 Kuat lentur balok penampang persegi
 Penampang balok dalam keadaan Balanced, Under-Reinforced dan Over-
Reinforced
 Pembatasan penulangan tarik
 Analisis balok penampang persegi bertulangan tunggal
 Desain balok penampang persegi bertulangan tunggal

Pemahaman materi pada bab pengenalan ini bermanfaat untuk memberikan


pengetahuan kepada mahasiswa tentang teori dan perhitungan dalam analisis dan desain
balok dengan penampang persegi bertulangan tunggal beserta metode, asumsi dan
pembatasan penulangan tarik yang diijinkan sehingga dapat diaplikasikan dalam analisis
maupun desain struktur bangunan nantinya.

a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah mengikuti dan menyelesaikan materi pada bab pertama ini, mahasiswa
dapat menganalisis dan mendesain struktur balok persegi bertulangan tunggal.

b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah menyelesaikan Bab III ini mahasiswa mampu untuk menjelaskan tentang
hal-hal berikut :
1. Metode analisis dan perencanaan
2. Asumsi (anggapan-anggapan) dalam analisis dan perencanaan
Bahan Ajar Struktur Beton I

3. Kuat lentur balok penampang persegi


4. Penampang balok dalam keadaan Balanced, Under-Reinforced dan Over-
Reinforced
5. Pembatasan penulangan tarik
6. Analisis balok penampang persegi bertulangan tunggal
7. Desain balok penampang persegi bertulangan tunggal

2. PENYAJIAN
2.1. Dasar Teori
Beban luar yang bekerja pada struktur akan menyebabkan lentur dan deformasi
pada elemen struktur. Lentur yang terjadi pada balok merupakan akibat adanya regangan
yang timbul karena adanya beban dari luar. Apabila beban luar yang bekerja terus
bertambah, maka balok akan mengalami deformasi dan regangan tambahan yang
mengakibatkan retak lentur di sepanjang bentang balok. Bila bebannya terus bertambah
sampai batas kapasitas baloknya, maka balok akan runtuh.
Taraf pembebanan seperti tersebut disebut dengan keadaan limit dari keruntuhan
pada lentur. Oleh karena itu, pada saat perencanaan balok harus didesain sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi retak berlebihan pada saat beban bekerja dan mempunyai keamanan
cukup dan kekuatan cadangan untuk menahan beban dan tegangan tanpa mengalami
runtuh.

Gambar 3.1. Balok di atas dua tumpuan dan pembebanannya

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 2


Bahan Ajar Struktur Beton I

Pada Gambar 3.1 dapat dilihat struktur balok sederhana di atas tumpuan yang
diberikan beban luar berupa beban mati (D) dan beban hidup (L). Akibat dari pengaruh
pembebanan tersebut, balok akan mengalami lendutan sehingga terjadi daerah tarik dan
daerah tekan. Oleh karena beton tidak mampu menahan gaya tarik maka pada daerah tarik
balok diberikan baja tulangan untuk menahan gaya tarik tersebut.

Gambar 3.2. Penampang melintang balok dengan kondisi daerah tekan dan tarik
akibat pengaruh pembebanan

Penempatan baja tulangan tergantung pada momen yang terjadi pada struktur akibat
beban luar. Didalam bab ini akan dibahas analisis dan desain penampang persegi yang
menahan lentur, sedangkan faktor-faktor lain seperti lendutan, lebar retak, panjang
penyaluran tulangan, akan dibahas pada bab tersendiri.

1 2
Mmax ()  U.L
1
12
M max  U . L2
8

1
Mmax()  U . L2
24

Gambar 3.3. Pembebanan pada struktur dan bidang momen

( a ). Momen Positif ( b ). Momen Negatif


Gambar 3.4. Posisi baja tulangan

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 3


Bahan Ajar Struktur Beton I

TIPE-TIPE PENAMPANG BALOK

(a) (b) (c) (d)

Gambar 3.5. Tipe penampang balok: (a). Balok Segi empat, (b). Balok T,
(c). Balok L dan (d). Balok Kotak

TIPE TULANGAN BALOK


1. Penulangan tunggal
2. Penulangan rangkap

(a) (b)
Gambar 3.6. Tipe tulangan balok : (a). Penulangan tunggal (b). Penulangan rangkap

Asumsi-asumsi dasar yang digunakan untuk menganalis penampang balok beton


bertulang akibat lentur adalah sebagai berikut :
1. Distribusi regangan diangggap linier (Hukum Bernoulli), yaitu penampang tegak lurus
sumbu lentur yang berupa bidang datar sebelum mengalami lentur akan tetap datar dan
tegak lurus terhadap sumbu netralnya setelah mengalami lentur.
2. Regangan pada baja dan beton di sekitarnya sama sebelum terjadi retak pada beton atau
leleh pada baja.
3. Untuk perhitungan kekuatan lentur penampang, kuat tarik beton diabaikan.
4. Beton diasumsikan runtuh pada saat mencapai regangan batas tekan.
5. Hubungan tegangan-regangan beton dapat diasumsikan persegi, trapezium atau
parabola.

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 4


Bahan Ajar Struktur Beton I

2.2. Dasar Perhitungan Kekuatan Lentur Balok

Bentuk potongan melintang pada suatu balok seperti terlihat pada gambar berikut :
Tulangan utama / lentur (D
Tulangan sengkang (

As’
M+
d
h

As
d’

b
Gambar 3.7. Detail penulangan pada penampang balok

Sehingga diperoleh :
D
d  h  d'    .............................................................. (3.1)
2

dimana :
As = Luas total tulangan tarik, mm2
As’ = Luas total tulangan tekan, mm2
D = Tinggi efektif penampang, mm
 = Diameter tulangan sengkang, mm
D = Diameter tulangan utama /lentur, mm

(a) (b) (c)


Gambar 3.8. Gaya-gaya yang bekerja pada balok bertulang tunggal akibat lentur murni
(a). Diagram Regangan, (b). Diagram tegangan beton tekan pada kondisi ultimit aktual
(c). Diagram tegangan beton ekuivalen

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 5


Bahan Ajar Struktur Beton I

Dimana :
b = Lebar balok
h = Tinggi balok
d = Tinggi efektif balok
d’ = Selimut beton
c = Tinggi garis netral ke serat atas yang tertekan
As = Luas tulangan tarik
c = Regangan ultimit beton sebesar 0,003
s = Regangan tarik baja tulangan
y = Regangan leleh baja
a = Tinggi blok tegangan = 1 . c
1 = Konstanta yang tergantung dari mutu beton, menurut SNI 03-2847-2002 :
Untuk fc’  30 MPa 1 = 0,85
Untuk 30 < fc’ < 55 MPa 1 = 0,85 - 0,05  f c ' 30 
7
Untuk fc’  55 MPa 1 = 0,65
Cc = Resultante gaya tekan beton
= 0,85 . fc’ . a . b
Ts = Gaya tarik baja tulangan
= As . fy
Jd = d- 1/2a

Untuk menghitung volume blok tegangan tekan yang berbentuk parabola bukanlah
suatu hal yang mudah, olah karena itu Whitney mengusulkan agar digunakan blok
tegangan ekuivalen yang dapat digunakan untuk menghitung gaya tekan. Hal tersebut
dilakukan untuk mempermudah dalam proses perhitungan.
Blok tegangan ekuivalen ini mempunyai tinggi a dan tegangan tekan rata-rata
sebesar 0,85 f c seperti terlihat pada Gambar 3.7.d, besarnya a = 1 c yang ditentukan
'

dengan menggunakan koefisien 1 sedemikian rupa sehingga luas luas blok segiempat
ekuivalen kurang lebih sama dengan blok tegangan yang berbentuk parabola.

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 6


Bahan Ajar Struktur Beton I

ANALISA PENAMPANG BALOK


Mutu f c’ = 25 MPa
beton, fy = 390 MPa
Mutu baja,

Ditanya : Kapasitas momen penampang ?


Mn = ….. kNm
Mu = ….. kNm

DESAIN PENAMPANG BALOK

Dimensi penampang balok

Diameter dan jumlah tulangan yang diperlukan

Momen akibat beban luar, M+ atau M-

2.3. Analisis Balok Persegi Bertulangan Tunggal


Analisis penampang adalah menghitung kapasitas/kekuatan penampang
berdasarkan data-data penampang seperti dimensi, luas tulangan, mutu beton (fc’), mutu
baja (fy) dan letak tulangan.
Distribusi tegangan tekan pada balok beton yang telah mencapai kekuatan nominal
adalah :

Gambar 4.8. Analisa penampang

Keseimbangan Internal Penampang


 H = 0, Cc = Ts
0,85 . fc’ . a . b = A s . fs
As fs
a = .......................................... (3.2)
0,85 f c '. b

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 7


Bahan Ajar Struktur Beton I

Maka kapasitas Momen Penampang, Mn


 a
M n = Ts . Jd = A s . f s  d -  .......................................... (3.3)
 2
Atau,
 a
Mn = Cc . J d = 0,85 f c ' . a . b d -  .......................................... (3.4)
 2

Jadi momen rencana struktur, MR yang dapat dipikul oleh balok adalah :
Mu   Mn ....................................................................................................... (3.5)
MR = 0,8 Mn
Batasan tulangan tarik pada balok bertulangan tunggal :
a. Batasan tulangan tarik minimum menurut SNI 03-2847-2002 pasal 3.3.5 membatasi
1,4
tulangan tarik minimum adalah sebesar  min 
fy

b. Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 3.3.3 membatasi tulangan tarik maksimum yang
diijinkan yaitu sebesar ρ max  0,75.ρ b sehingga kebutuhan tulangan dibatasi
f c '  600 
min    max, dimana :  b  0,85 β 1 
f y  600  f y 

Adapun jenis-jenis keruntuhan yang dapat terjadi pada balok beton bertulang adalah
sebagai berikut :
1. Keruntuhan tarik (“under reinforced”), jenis keruntuhan ini terjadi pada balok dengan
rasio tulangan kecil (jumlah tulangannya sedikit), sehingga pada saat beban yang
bekerja maksimum, baja tulangan sudah mencapai regangan lelehnya sedangkan beton
belum hancur (beton belum mencapai regangan maksimumnya = 0,003). Balok dengan
kondisi keruntuhan seperti ini bersifat ductile.
2. Keruntuhan tekan (“over reinforced”), jenis keruntuhan ini terjadi pada balok dengan
rasio tulangan besar (jumlah tulangannya banyak), sehingga pada saat beban yang
bekerja maksimum, baja tulangan belum mencapai regangan lelehnya sedangkan beton
sudah hancur (beton sudah mencapai regangan maksimumnya = 0,003).
3. Keruntuhan seimbang (“balance”), jenis keruntuhan ini terjadi pada balok dengan
rasio tulangan yang seimbang sehingga pada saat beban yang bekerja maksimum, baja
tulangan dan beton hancur secara bersamaan. Tulangan sudah mencapai regangan
lelehnya dan beton sudah mencapai regangan maksimumnya = 0,003). seperti bersifat
getas.

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 8


Bahan Ajar Struktur Beton I

f
 s 
y

E s
fy
 s 
Es
fy
 s 
E s

(a) Jika s < b  c < cb fs = fy  s  y Keruntuhan Tarik


(b) Jika s = b  c = cb fs = fy  s = y Keruntuhan Seimbang

(c) Jika s > b  c > cb fs < fy  s  y Keruntuhan Tekan

2.3.1. Tipe Keruntuhan Tarik, Under Reinforced


Merupakan keruntuhan terjadi bila regangan yang terjadi pada daerah baja tulangan
lebih besar dari regangan lelehnya (balok dengan tulangan yang lemah). Nilai fs = fy , s  y
, s < b dimana baja tulangan telah leleh.

Gambar 4.9. Gaya-gaya yang bekerja pada balok bertulang tunggal akibat lentur

 Keseimbangan lateral :
 H = 0, Cc = Ts
0,85 . fc’ . a . b = As . fy
As f y
Tinggi blok tegangan a = ................. (3.6)
0,85 f c ' . b

 Kapasitas Momen:
 a
Mn = Ts . Jd = As .f y  d -  ................................... (3.7)
 2

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 9


Bahan Ajar Struktur Beton I

Atau,
 a
Mn = Cc . J d = 0,85 f c ' . a . b d -  ..................................... (3.8)
 2

2.3.2. Tipe Keruntuhan Tekan, Over Reinforced


Keruntuhan tekan terjadi bila regangan yang terjadi pada daerah baja tulangan lebih
kecil dari regangan lelehnya (balok dengan tulangan yang kuat). Nilai fs < fy , s  y , s > b
dimana baja tulangan telah leleh. Tegangan yang terjadi pada baja, fs dapat ditentukan
dengan menggunakan perbandingan pada diagram regangan berikut :

f s  ε s .Es ............ (3.9)


d c  d a
ε s  0 , 003  0 , 003 1 ............ (3.10)
c a

Atau :
  d  a , Es = 200.000 MPa ............ (3.11)
f s  600  1 
 a 

Dengan persamaan kesetimbangan C=T, maka jika disubstitusikan akan diperoleh :


As fs
a .............................................................................................. (3.12)
0,85 f c ' . b
Apabila nilai fs disubstitusikan ke dalam Pers. 3.12, maka diperoleh :
0 ,85 f c'.a 2  600 ρ.d.a  600 ρ.d 2 .β1  0 ....................................................... (3.13)

Jika persamaan kuadrat pada Pers. 3.14 diselesaikan, maka digunakan nilai a terkecil
sehingga diperoleh nilai fs.

 Dalam desain tipe keruntuhan tekan ini tidak dianjurkan, karena keruntuhan yang
terjadi merupakan keruntuhan yang secara tiba-tiba (mendadak tanpa adanya tanda
retak terlebih dahulu).

2.3.3. Tipe Keruntuhan Seimbang, Balanced


Keruntuhan seimbang terjadi bila regangan yang terjadi pada baja tulangan sama
besar dengan regangan lelehnya. Pada saat yang sama, beton dan baja sama-sama
mengalami kondisi ultimitnya. Nilai fs = fy , s =y , s = b.

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 10


Bahan Ajar Struktur Beton I

 Tegangan yang terjadi dapat ditentukan dengan menggunakan perbandingan pada


diagram regangan berikut :
d  cb
ε s  0,003 ............ (3.14)
cb
fy
Es d  cb

0 ,003 cb

 600 
cb   .d
 600  f  ............ (3.15)
 y 

Sehingga dengan menggunakan persamaan a = 1 . c, dapat diperoleh persamaan :


 600 
ab   . 1 .d .................................................................. (3.16)
 600  f 
 y 
Dengan menggunakan titik blok tegangan penampang :
As f y
ab  ......................................................................... (3.17)
0,85 f c ' . b
 Dari persamaan keseimbangan :
 H = 0, Cc = Ts
0,85 . fc’ . ab . b = As . f y
0,85 . fc’ . ab . b = b . b . d . fy
0,85 f c ' . a b
b = ........... (3.18)
d.f y
Jika pers. 3.18 dan Es = 200.000 MPa disubstitusikan , maka diperoleh :
f c '  600 

b = 0,85. 1 ....................... (3.19)
f y  600  f y 

As
Dimana :  b  = rasio tulangan balanced
b.d

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 11


Bahan Ajar Struktur Beton I

Mulai

'
Diberikan : b , d , As , f c , f y
Diambil E s  200000 MPa

As

b.d

1,4
 min 
fy

Tidak Ya
   min

As terlalu kecil

1 = 0,85 untuk f c ≤ 30 MPa


'
0,85 f c
'
 600 
b  . 1   1 = 0,85 – 0,008 ( f c - 30)
'
fy  600  f y 
'
Untuk 30 < f c < 55 MPa
1 = 0,65, untuk f c  55 MPa
'

Ya
  0,75  b

Tidak

Penampang
As . f y
a '
diperbesar 0,85 f c . b

a
M n  As . f y (d  )
2

Selesai

Gambar 3.7. Bagan Alir Analisis Balok Segiempat Bertulangan Tunggal

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 12


Bahan Ajar Struktur Beton I

Contoh Soal :
1. Suatu penampang balok beton bertulang dengan tulangan tunggal, dengan ukuran
sebagai berikut :

fc’ = 20 N/mm2 (MPa)


fy = 240 N/mm2
Es = 200.000 N/mm2

Jika digunakan tulangan tarik 329 dan 536, lakukan analisis terhadap struktur balok
tersebut serta tentukanlah :
Cek penulangan dan tentukan momen ultimate (Mu) untuk :
a. Cek persyaratan penulangan balok
b. Momen nominal (Mn) dan momen ultimate (Mu)
c. Cek keamanan struktur balok tersebut

Penyelesaian :

Rasio tulangan balance (seimbang), b.


f c '  600


 b  0,85.1 .
f y  600  f y


20  600 
 0,85.0,85.  
240  600  240 
 0,043

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 13


Bahan Ajar Struktur Beton I

a. Digunakan tulangan tarik 329


1). Cek persyaratan penulangan tarik :  min <  <  max

1,4 1,4
 min = = = 0,0058
fy 240

 max = 0,75  b = 0,75 . 0,043 = 0,03225


  1  1
Luas tulangan tarik, As  n.  .d 2   3  .292   1981,56 mm2
4  4 

As 1981,56
Rasio tulangan  s    0,01761
b.d 250 x 450
Maka :  min < s <  max
0,0058 < 0,01761 < 0,03225 .... OK memenuhi persyaratan penulangan !

2). Hitung nilai Mn dan Mu


Sebelum menentukan nilai momen nominal dan momen ultimit, maka perlu
diketahui terlebih dahulu tipe keruntuhan balok.
Jika dilakukan pengecekan keruntuhan balok, maka :
s  b
0,01761 < 0,043  Balok akan mengalami Keruntuhan Tarik
(under reinforced)

Momen Ultimate Mu  Mn
 a
M u   As . f y  d  
 2
As f y
dimana: a 
0,85 f c '. b

Sehingga :
As f y 1981,56 x 240
a   111,900 mm  112 mm
0,85f c '. b 0,85 x 20 x 250

a 112
1 = 0,85  c = = = 131,765 mm
1 0,85

Periksa regangan pada baja tulangan :


Regangan leleh baja
fy 240
y = = = 0,0012
Es 200.000

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 14


Bahan Ajar Struktur Beton I

Regangan baja tulangan tarik


d c 450 – 131,765
 s  0,003 = 0,003 x = 0,00725
c 131,765

s > y
0,00725 > 0,0012 ..... Terbukti bahwa baja tulangan sudah leleh !
(Balok mengalami keruntuhan tarik)

Momen Nominal, Mn
Mn = Cc . J d
 a
= 0,85 . f c '.a.b d  
 2
 112 
= 0,85 20 
. 112 
. 250  450  
 2 
= 187.544.000 N.mm
= 187,544 kN.m

Momen Ultimate, Mu
Mu =  .M n
= 0,80 187,544
= 150,0352 kN.m

3). Cek keamanan struktur


Mu  MR ..... struktur aman !

Beban kombinasi, qu
qu = 1,4 . qDL
= 1,4 ( 17,5 kN/m)
= 24,5 kN/m

Momen Rencana, MR
MR 1
= .q u .L2
8
1
= .24,5. 6 2
8
= 110,25 kN.m

Maka jika dibandingkan antara kapasitas struktur dengan kapasitas akibat beban
dari luar, diperoleh :
Mu  MR
150,0352 kN.m > 110,25 kN.m ..... struktur aman !

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 15


Bahan Ajar Struktur Beton I

b. Digunakan tulangan tarik 536


1). Cek persyaratan penulangan tarik :  min <  <  max

   1  1
Luas tulangan tarik, As  n.  .d 2   5  .36 2   5089,380 mm 2
4  4 
As 5089,38
Rasio tulangan  s    0,0452
b.d 250 x 450
Maka :  min < s <  max
0,0058 < 0,0452 < 0,03225 .... persyaratan penulangan tidak terpenuhi !

Tetapi jika tetap dilakukan pengecekan keruntuhan balok, maka :


s   b  Balok akan mengalami Keruntuhan Tekan
(over reinforced)

Dari pers. (3.13), untuk Keruntuhan Tekan diperoleh :


 0,85 f c '  2
 a  a.d  1 .d 2 = 0
 600. s 

 0,85 x 20  2
  a  450 a  0,85 x 450 2 = 0
 600 x 0,0452 
0,627a 2  450 a  172125 = 0

Dari persamaan kuadrat tersebut, akan diperoleh :


a1 = 276,204 mm  276 mm (yang digunakan)
a2 = -993,908 mm

a 276
1 = 0,85  c = = = 324,709 mm
1 0,85

Periksa regangan pada baja tulangan :


Regangan baja tulangan tarik
d c 450 – 324,709
 s  0,003 = 0,003 x = 0,00116
c 324,709

s < y
0,00116 < 0,0012 ..... Terbukti bahwa baja tulangan belum leleh !
(Balok mengalami keruntuhan tekan)

Momen Ultimate, Mu
Mu   a 
=  0,85 f c'.a .b  d  2 
  
  276 
= 0,80  0,85 x 20 x 276 x 250  450  
  2 
= 292,78 x 106 N .mm  292,78 kN.m

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 16


BAB III
ANALISIS DAN DESAIN BALOK PENAMPANG PERSEGI
BERTULANGAN TUNGGAL

1. PENGANTAR

Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis dan desain balok, serta perincian
pembahasan yang mencakup :
 Metode analisis dan perencanaan
 Asumsi (anggapan-anggapan) dalam analisis dan perencanaan
 Kuat lentur balok penampang persegi
 Penampang balok dalam keadaan Balanced, Under-Reinforced dan Over-
Reinforced
 Pembatasan penulangan tarik
 Analisis balok penampang persegi bertulangan tunggal
 Desain balok penampang persegi bertulangan tunggal

Pemahaman materi pada bab pengenalan ini bermanfaat untuk memberikan


pengetahuan kepada mahasiswa tentang teori dan perhitungan dalam analisis dan desain
balok dengan penampang persegi bertulangan tunggal beserta metode, asumsi dan
pembatasan penulangan tarik yang diijinkan sehingga dapat diaplikasikan dalam analisis
maupun desain struktur bangunan nantinya.

a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah mengikuti dan menyelesaikan materi pada bab pertama ini, mahasiswa
dapat menganalisis dan mendesain struktur balok persegi bertulangan tunggal.

b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah menyelesaikan Bab III ini mahasiswa mampu untuk menjelaskan tentang
hal-hal berikut :
1. Metode analisis dan perencanaan
2. Asumsi (anggapan-anggapan) dalam analisis dan perencanaan
Bahan Ajar Struktur Beton I

3. Kuat lentur balok penampang persegi


4. Penampang balok dalam keadaan Balanced, Under-Reinforced dan Over-
Reinforced
5. Pembatasan penulangan tarik
6. Analisis balok penampang persegi bertulangan tunggal
7. Desain balok penampang persegi bertulangan tunggal

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 2


Bahan Ajar Struktur Beton I

2.4. Perencanaan Balok Persegi Bertulangan Tunggal


Pada perencanaan balok dihitung perencanaan penampang (dimensi balok
diestimasi), luas tulangan, mutu beton dan baja yang digunakan untuk menahan/memikul
beban-beban yang bekerja berupa Mu.
Untuk menentukan dimensi minimum penampang, perlu diperhatikan beberapa hal
yaitu :
a. Persyaratan defleksi, tabel 3.2.5 (a) pada SK-SNI-2002 memberikan tinggi
penampang minimum balok atau pelat, yang jika dipenuhi maka pengecekan
terhadap lendutan tidak perlu dilakukan.
b. Persyaratan selimut beton.
c. Persyaratan spasi/jarak antar tulangan.

Tabel 3.1. Tebal minimum balok dan pelat satu arah bila lendutan tidak dihitung
Tebal Minimum (h)
Satu Ujung Kedua Ujung
Dua Tumpuan Kantilever
Menerus Menerus
Komponen Struktur
Komponen yang tidak menahan atau tidak disatukan dengan
partisi atau konstruksi lain yang akan rusak karena lendutan
yang besar
Pelat solid satu arah L/20 L/24 L/28 L/10
Balok atau pelat jalur satu arah L/16 L/18,5 L/21 L/8

Tabel 3.2 Tebal selimut beton minimum


Tebal Selimut Minimum
No. Kondisi
(mm)
a. Beton yang dicor langsung di atas tanah dan
75
selalu berhubungan dengan tanah
b. Beton yang berhubungan dengan tanah atau
cuaca :
Batang D 19 hingga D 56 50
Batang D 16, jaring kawat polos P 16
Atau kawat ulir D 16 dan yang lebih kecil 40
c. Beton yang tidak langsung berhubungan dengan
cuaca atau beton tidak langsung berhubungan
dengan tanah :
Pelat, dinding, pelat berusuk
Batang D 44 dan D 56 40
Batang D36 dan yang lebih kecil 20
Balok, kolom
Tulangan utama, pengikat, sengkang, lilitan spiral 40
Komponen struktur cangkang dan pelat lipat
Batang D 19 atau lebih besar 20
Batang D 16, jaring kawat polos P 16
Atau kawat ulir D 16 dan yang lebih kecil 15
Sumber : SNI 03 – 2847 - 2002

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 17


Bahan Ajar Struktur Beton I

Untuk menghindari keruntuhan akibat tekan (Compression Failure), luas tulangan


total (Tulangan Tarik) dibatasi tidak melebihi 75 % dari rasio tulangan dalam kondisi
Balance.
maks = 0,75 b

dimana :
f c '  600 
b = 0,85 β1
f y  600  f y 

Maka diperoleh :
 f '  600  
max = 75% 0,85 β1 c  
 f y  600  f y 


Juga tinggi tegangan tekan pada beton (a) harus lebih kecil dari 75 % dari tinggi
tegangan dalam kondisi balance.
  600  
amax = 75% ab  75%  β1 . d  
  600  f 
 y 

Untuk menghindari terjadinya retak awal pada daerah tarik, luas tulangan harus
melebihi tulangan minimum :
1,4
min = (Tegangan dalam N/mm2)
fy

As
Jika diambil nilai   = rasio tulangan tarik, maka Pers 3.6 dapat dituliskan
b.d
sebagai berikut :
 fy 
a =  .   . d ........................................................................................(3.14)
' 
 0,85 f c 

Sehingga jika pers. (3.14) digunakan ke dalam pers. (3.7), maka diperoleh :

 ρ.b.d.f y 
M n  ρ.b.d.f y  d  0,5 

 0,85f c '.b  .................................................................. (3.15)

Atau :
 ρ.f y 
M n  ρ.b.d 2 .f y 1  0,59  ........................................................... (3.16)

 fc ' 

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 18


Bahan Ajar Struktur Beton I

fy
Jika pada pers. (3.15) diambil m 
0,85.f c '
2  1 
maka M n  ρ.b.d .f y 1  ρ.m 
 2 
Mn  1 
Atau : Rn   ρ.f y 1  ρ.m 
2
b.d  2 

Perhatikan bahwa Rn hanya tergantung dari pada  , f y dan f c . Untuk b dan d yang
'

diketahui, maka  dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

1 2 m Rn
 (1  1  ) .................................................................................. (3.18)
m fy

Tahapan perencanaan balok persegi tulangan tunggal :


a. Dengan mengasumsikan nilai Jd = 0,85 d – 0,9 d (trial error)
Mu   Mn atau  Mn  Mu
M
Mn  u

Jika :
M n  Ts .J d
M n  A s .f y .J d
Mu
 A s .f y .J d

Maka :
Mu

As 
f y .J d
b. Kontrol terhadap rasio penulangan
As
 =
b.d
1,4
min =
fy
maks = 0,75 b
min    max

c. Kontrol terhadap momen nominal penampang


A s .f y
a =
0,85f c '.b

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 19


Bahan Ajar Struktur Beton I

Mn = Ts .J d
 a
= Ts . d - 
 2
 a
= A s .f y . d - 
 2
Mu
Mn 

d. Kontrol terhadap penempatan tulangan

Secara rinci prosedur peencanaan balok persegi bertulangan tunggal diberikan pada
Gambar 3.9

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 20


Bahan Ajar Struktur Beton I

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 21


Bahan Ajar Struktur Beton I

CONTOH SOAL :
2. Diketahui balok sederhana diatas tumpuan sendi dan rol, potongan melintang balok
berbentuk persegi bertulangan tunggal. Bila digunakan fc’= 400 MPa, selimut beton 50
mm. Beban hidup yang bekerja sebesar 20 kN/m, beban mati sebesar 10 kN/m (belum
termasuk berat sendiri struktur).

Ditanya : Rencanakan penulangan balok tersebut agar dapat memikul beban yang
bekerja

Penyelesaian :
 Tinggi balok minimum:
Ln
hmin =
16
9000
=
16
= 562,5 mm

Jika diambil tinggi balok h = 600 mm, dengang asumsi lebar balok sama dengan
setengah tinggi maka :
1
b = h
2
1
= 600
2
= 300 mm

Jika selimut beton = 50 mm, sehingg diperoleh d = 600 – 50 = 550 mm

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 22


Bahan Ajar Struktur Beton I

 Pembebanan dan momen:


Beban mati, qDL
Berat sendiri balok = (0,30 m) . (0,60 m). (24 kN/m3) = 4,32 kN/m
Beban luar = 5 kN/m
Total beban mati, qDL = 9,32 kN/m

Beban ultimit, qu
qu = 1,2 qDL + 1,6 qLL
= 1,2. (9,32 kN/m) + 1,6. (20 kN/m)
= 43,184 kN/m

Momen ultimit, Mu
1
Mu = qu .L2
8
1
= 43,184..92
8
= 437,238 kN.m

 Syarat kekuatan,  Mn  Mu
Mu 437,238
Atau minimum M n    546,548 kN.m
 0,8
 Asusmsikan Jd = 0,85 d = 0,85 . (550) = 467,5 mm
 Sehingga dapat diperoleh :
Mn
As =
Jd .f y

622,485  10 6
=
467,5. 400
= 3328,797 mm2

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 23


Bahan Ajar Struktur Beton I

 Syarat tulangan minimum dan maksimum :


As 3328,797
Rasio tulangan  s    0,020175
b.d 300 x 550
1,4 1,4
 min = = = 0,0035
fy 400

f c '  600 

 b  0,85.1 .
f y  600  f y 

30  600 
 0,85.0,85.  
400  600  400 
 0,0325
 max = 0,75  b = 0,75 . 0,0325 = 0,0244
Maka :  min < s <  max
0,0035 < 0,020175 < 0,0325 .... OK memenuhi persyaratan penulangan !

 Maka nilai tinggi blok tegangan, a dan momen nominal, Mn


As f y 3328,797 x 400
a   174,055 mm
0,85 f c ' . b 0,85 x 30 x 300

Mn = T s .J d
 a
= As . f y  d  
 2

= 3328,797 . 400  550  174,055 


 2 
= 616456726 N.mm
= 616,457 kN.m

 Jika dibandingkan dengan nilai minimum Mn, diperoleh :


Mu
Mn 

616,457 kN.m  546,548 kN.m ............ OK !

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 24


Bahan Ajar Struktur Beton I

3. LATIHAN
Bentuk aktivitas mahasiswa : Tugas di Rumah
Soal : Diketahui sebuah balok persegi bertulangan tunggal dengan mutu beton fc’ =
35 MPa, mutu baja fy = 400 MPa, selimut beton 40 mm. Beban hidup terpusat
yang bekerja sebesar 20 kN serta beban mati berupa berat sendiri balok.
Rencanakan penulangan balok tersebut agar dapat memikul beban yang
bekerja.

4. DAFTAR PUSTAKA
a. Dipohusodo, I, 1994, “Struktur Beton Bertulang”, Jakarta, PT. Gramedia.
b. Pratikno, “Diktat Konstruksi Beton I”, Jakarta, Politeknik Negeri Jakarta
c. Wahyudi, L dan Rahim, S.A, 1999, “Struktur Beton Bertulang; Standar SNI T-15-
1991-03”, Jakarta, PT. Gramedia.
d. Standar Nasional Indonesia (SNI) Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002), 2007, Surabaya, ITP Press.

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 25


BAB IV
ANALISIS DAN DESAIN BALOK PENAMPANG PERSEGI
BERTULANGAN RANGKAP

1. PENGANTAR

Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis dan desain balok bertulangan
rangkap, serta perincian pembahasan yang mencakup :
 Analisis balok penampang persegi bertulangan rangkap
 Perencanaan/Desain balok penampang persegi bertulangan rangkap

Pemahaman materi pada bab pengenalan ini bermanfaat untuk memberikan


pengetahuan kepada mahasiswa tentang teori dan perhitungan dalam analisis dan desain
balok dengan penampang persegi bertulangan rangkap sehingga dapat diaplikasikan dalam
analisis maupun desain struktur bangunan nantinya.

a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah mengikuti dan menyelesaikan materi pada bab keempat ini, mahasiswa
dapat menganalisis dan mendesain struktur balok persegi bertulangan rangkap.

b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah menyelesaikan Bab IV ini mahasiswa mampu untuk menjelaskan tentang


hal-hal berikut :
1. Pengertian balok bertulangan rangkap
2. Analisis balok penampang persegi bertulangan rangkap
3. Desain balok penampang persegi bertulangan rangkap
Bahan Ajar Struktur Beton I

2. PENYAJIAN
2.1. Pengertian Balok Tulangan Rangkap
Yang dimaksud dengan balok beton bertulangan rangkap adalah balok beton yang
diberi tulangan pada penampang beton daerah tarik dan daerah tekan. Dengan dipasangnya
tulangan pada daerah tarik dan tekan, maka balok akan lebih kuat dalam hal menerima
beban yang berupa momen lentur.
Pada praktik di lapangan, (hampir) semua balok selalu dipasang tulangan rangkap.
Jadi balok dengan tulangan tunggal secara praktis tidak ada (jarang sekali dijumpai).
Meskipun penampang beton pada balok dapat dihitung dengan tulangan tunggal (yang
memberikan hasil tulangan longitudinal tarik saja), tetapi pada kenyataannya selalu
ditambahkan tulangan tekan minimal 2 batang, dan dipasang pada bagian sudut penampang
balok beton yang menahan tekan.
Tujuan pemasangan tulangan tekan adalah untuk :
1. Meningkatkan momen tahanan penampang karena dimensi penampang yang
terbatas.
2. Meningkatkan kapasitas rotasi penampang yang berkaita dengan peningkatan
daktilitas penampang.
3. Meningkatkan kekakuan penampang, sehingga dapat mengurangi lendutan pada
struktur.
4. Dapat mengantisipasi kemungkinan adanya momen yang berubah tanda.
5. Memperkuat kedudukan begel balok (antara tulangan longitudinal dan begel diikat
dengan kawat lunak yang disebut binddraad),
6. Serta sebagai tulangan pembentuk balok agar mudah dalam pelaksanaan pekerjaan
beton.

2.2. Pemasangan Tulangan Balok

Tulangan longitudinal tarik maupun tekan pada balok dipasang dengan arah sejajar
sumbu balok. Biasanya tulangan tarik dipasang lebih banyak daripada tulangan tekan,
kecuali pada balok yang menahan momen lentur kecil. Untuk balok yang menahan momen
lentur kecil (misalnya balok praktis), cukup dipasang tulangan tarik dan tulangan tekan
masing-masing 2 batang ( sehingga berjumlah 4 batang), dan diletakkan pada 4 sudut
penampang balok.

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 2


Bahan Ajar Struktur Beton I

Untuk balok yang menahan momen lentur besar, tulangan tarik dipasang lebih
banyak daripada tulangan tekan. Keadaan ini disebabkan oleh kekuatan beton pada daerah
tarik yang diabaikan, sehingga praktis semua beban tarik ditahan oleh tulangan
longitudinal tarik (jadi jumlahnya banyak). Sedangkan pada daerah beton tekan, beban
tekan tersebut sebagian besar ditahan oleh beton, dan sisa beban tekan yang masih ada
ditahan oleh tulangan, sehingga jumlah tulangan tekan hanya sedikit.
Pada portal bangunan gedung, biasanya balok yang menahan momen lentur besar
terjadi di daerah lapangan (bentang tengah) dan ujung balok (tumpuan jepit balok) seperti
terlihat pada gambar 4.2.

2.3. Analisis Balok Persegi Bertulangan Rangkap

a
zd d  d'  z'
2

(a) (b)

Gambar 4.10. Gaya-gaya yang bekerja pada balok bertulangan rangkap


(a). Diagram regangan beton (b) Diagram tegangan beton ekuivalen

Analisis balok beton bertulangan rangkap tergantung pada kondisi tulangan tarik dan
tekan, telah mencapai kondisi leleh atau tidak. Dalam proses analisis, pertama sekali
diasumsikan bahwa semua tulangan telah mencapai leleh  f s  f s '  f y . Dengan asumsi ini,

maka :

Cc = 0,85 f c ' . a . b

Cs = As ' . f y

T = As . f y

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 3


Bahan Ajar Struktur Beton I

Dari persamaan keseimbangan :


 H = 0, Cc + Cs = Ts
0,85 . fc’ . a . b + As‘. fy = As . fy
A s  A s 'f y
a =
0,85 f c '. b

Langkah selanjutnya adalah menguji apakah tulangan telah mencapai leleh, yakni dengan
mengisi regangan  s telah melampaui f y atau belum. Dari diagram regangan diperoleh :
Es

c  d' a  1 d '
s ' = 0,003 = 0,003
c a
d c 1 d  a
s = 0,003 = 0,003
c a
jik fy
fs ' = fy  s '
a Es

jik fy
fs = fy s 
a Es

Jika baja tulangan telah leleh, maka :

 a
Mn = 0,85 f c ' . a . b d -   A s ' . f y d  d'
 2

Jika baja tulangan belum leleh, maka tinggi tegangan tekan pada beton harus dikoreksi,
sehingga :

A sfs  A s 'fs '


a =
0,85 f c '. b

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 4


Bahan Ajar Struktur Beton I

Dimana nilai tegangan f s dan f s ' ditentukan sbb :


fs ' =  s ' . Es atau fs ' = fy

fs =  s . Es atau fs ' = fy

 a
Mn = 0,85 f c ' . a . b d -   A s '. f s ' d  d'
 2

Contoh Soal Analisis Balok Persegi Bertulangan Rangkap:

Es = 200.000 MPa
fy = 240 MPa

Tentukan Mn untuk :
a). fc’ = 20 MPa
b). fc’ = 35 MPa

Penyelesaian :

a
z d d  d'  z'
2

As = 4 x ¼ x  x (25)2 = 1.963,50 mm2


As’ = 2 x ¼ x  x (19)2 = 567,06 mm2

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 5


Bahan Ajar Struktur Beton I

a). Untuk fc’ = 20 MPa

Asumsikan tulangan telah mencapai titik leleh (fs = fs‘ = fy)

Cc = 0,85 fc’ . a . b = 0,85 x 20 x a x 250 = 4.250 a N


Cs = As’ . fs’ = As’ . fy = 567,06 x 240 = 136.094,4 N
T = As . fs = As . f y = 1963,50 x 240 = 471.240 N

Dari persamaan keseimbangan :


Cc + Cs = Ts
4250 . a + 136.094,4 = 471.240
a = 471.240 – 136.094,4
4250
a = 78,86 mm

a 78,86
1 = 0,85  c = = = 92,78 mm
1 0,85

Periksa regangan pada baja tulangan :


Regangan leleh baja
fy 240
y = = = 0,0012
Es 200.000

Regangan baja tulangan tekan

c  d' 92,78 – 50
 s '  0,003 = 0,003 x = 0,0014
c
92,78

s‘ > y
0,0014 > 0,0012 .....Baja tulangan sudah leleh !
Regangan baja tulangan tarik
500 – 92,78
 s = 0,003 d  c = 0,003 x = 0,013
c 92,78

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 6


Bahan Ajar Struktur Beton I

s‘ > y
0,013 > 0,0012 .....Baja tulangan sudah leleh !

Pemeriksaan baja tulangan menunjukkan bahwa semua tulangan telah mencapai titik
leleh. Dengan demikian asumsi yang digunakan untuk menentukan tinggi tegangan
tekan (a) telah sesuai.

Momen nominal, Mn :
Mn = Cc (d – 0,5 a) + Cs (d – d’)
= 4.250 a (500 – 0,5 x 78,86) + 136.094,4 (500 – 50)
= 4.250 x 78,86 x (500 – 0,5 x 78,86) + 136.094,4 (500 – 50)
= 215.604.818,4 N.mm
= 215,61 kN.m

b). Untuk fc’ = 35 MPa


Asumsikan tulangan telah mencapai titik leleh (fs = fs‘ = fy)

Cc = 0,85 fc’ . a . b = 0,85 x 35 x a x 250 = 7.437,5 a N


Cs = As’ . fs’ = As’ . fy = 567,06 x 240 = 136.094,4 N
T = As . fs = As . f y = 1963,50 x 240 = 471.240 N

Dari persamaan keseimbangan :


Cc + Cs = T
7.437,5 . a + 235.620 = 471.240
471.240 – 136.094,4
a =
7.437,5
a = 45,06 mm

Nilai 1 berdasarkan SNI 03-2847-2002, yaitu :


0,05
1 = 0,85 -  f c ' 30  Untuk fc’ > 30 MPa
7
= 0,81

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 7


Bahan Ajar Struktur Beton I

Maka a 45,06
c = = = 55,63 mm
diperoleh : 1 0,81

Periksa regangan pada baja tulangan :


Regangan leleh baja
fy 240
y = = = 0,0012
Es 200.000

Regangan baja tulangan tekan

c  d' 55,63 – 50
 s '  0,003 = 0,003 x = 0,00030
c
55,63

s‘ < y
0,0003 0,0012 .....Baja tulangan belum leleh
<
0 !

Regangan baja tulangan tarik


500 – 55,63
 s = 0,003 d  c = 0,003 x = 0,024
c 55,63

s‘ > y
0,024 > 0,0012 .....Baja tulangan sudah leleh !

Pemeriksaan baja tulangan menunjukkan bahwa baja tulangan tekan belum mencapai
titik leleh (masih dalam kondisi elastik linier), sedangkan baja tulangan tarik sudah
mencapai titik leleh. Dengan demikian perhitungan untuk menentukan tinggi tegangan
tekan beton (a) harus dikoreksi sesuai dengan regangan di atas.

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 8


Bahan Ajar Struktur Beton I

Tegangan baja tulangan tekan


fs‘ = s‘.Es
a – (1 x d’)
= 0,003 x x Es
a
a – (0,81 x 50)
= 0,003 x x 200.000
a
a – 40,5
= 600 x N/mm2
a

Cs = As‘.fs’
a – 40,5
= 567,06 x 600 x
a
a – 40,5
= 340.236 x
a

Dari persamaan keseimbangan :


Cc + Cs = T
a – 40,5
7.437,5 . a + 340.236 x = 471.240
a
7.437,5 . a2 + 340.236 a - 14.250.798 = 0
a = 45,06 mm

Periksa keseimbangan yang terjadi untuk a = 45,06 mm

Cc = 0,85 fc’ . a . b = 0,85 x 35 x 45,06 x 250 = 335.133,75 N


T = As . fs = As . f y = 1963,50 x 240 = 471.240 N

Cs = As‘.fs’
a – 40,5
= 567,06 x 600 x
a
= 340.236 x a – 40,5

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 9


Bahan Ajar Struktur Beton I

a
45,06 – 40,5
= 340.236 x
45,06
= 33.431,34 N

Momen ultimit, Mu :
Mu = Cc (d – 0,5 a) + Cs (d – d’)
= 335.133,75 (500 – 0,5 x 45,06 ) + 33.431,34 (500 – 50)
= 175.060.414,6 N.mm
= 175,06 kN.m

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 10

Anda mungkin juga menyukai