ANALISIS KONSTRUKSI
1. PENGANTAR
Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis konstruksi secara umum, serta
perincian pembahasan yang mencakup :
Pembebanan pada struktur
Faktor kombinasi dari pembebanan yang terjadi
Faktor reduksi kekuatan
Balok terlentur
Setelah mengikuti dan menyelesaikan materi pada bab pertama ini, mahasiswa
dapat menganalisis pembebanan yang terjadi pada struktur lentur.
2. PENYAJIAN
2.1. Pendahuluan
b. Kuat perlu, kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang diperlukan
untuk menahan beban berfaktor atau momen atau gaya dalam yang berkaitan
dengan beban tersebut dalam suatu kombinasi seperti yang ditetapkan dalam
peraturan.
c. Kuat rencana, kuat nominal dikalikan dengan suatu faktor reduksi kekuatan
d. Beban Kerja, beban rencana yang digunakan untuk merencanakan komponen
struktur.
e. Beban Terfaktor, beban kerja yang telah dikalikan dengan faktor beban yang sesuai.
ukuran dan pengendalian mutu pekerjaan pada umumnya. Kuat teoritis atau kuat nominal
diperoleh berdasarkan keseimbangan statis dan kesesuaian tegangan regangan-tegangan
yang tidak linear di dalam penampang elemen tertentu.
Metode kekuatan batas ini secara matematis dapat dinyatakan :
M u M n
Dimana :
Mu = kuat ultimit
Mn = kuat nominal
Berat Jenis
Beban Hidup
(kg / m2)
a. Lantai dan tangga rumah tinggal 200
b. Lantai dan rumah tinggal sederhana dan gudang-gudang tidak
150
penting, yang bukan toko atau ruang kerja
c. Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, restoran, hotel dan
250
asrama
d. Lantai ruang olahraga 400
e. Tangga, bordes tangga, dan gang 300
f. Lantai ruang dansa 500
g. Lantai dan balkon dalam dari ruang pertemuan, tidak termasuk yang
disebut dalam (a) s/d (f) seperti gereja, ruang konser, ruang
400
pertunjukan, ruang rapat, bioskop dsb. Juga panggung penonton
dengan tempat duduk tetap
h. Panggung penonton tempat berdiri atau dengan tempat duduk tidak
500
tetap
Berat Jenis
Beban Hidup
(kg / m2)
i. Tangga, bordes tangga, lantai, dan gang dari ruang-ruang yang
500
disebut dalam (d), (f), (g) dan (h)
j. Lantai ruang pelengkap dari ruang-ruang yang disebut dalam (c), (d),
250
(f) dan (g)
k. Untuk lantai-lantai :ruang kerja, gudang, garasi, perpustakaan, ruang
arsip, toko buku, toko besi, ruang alat-alat dan mesin dll, muatan
250
hidup harus ditentukan tersendiri, sesuai dengan muatan hidup
maksimum yang dapat diharapkan, tetapi tidak boleh kurang dari
l. Balkon-balkon yang menjorok bebas ke luar harus diperhitungkan
terhadap muatan hidup dari lantai-dalam yang berbatasan dengan 300
minimum
b. Beban Gempa, E
Efek gempa berasal dari gaya inersia internal yang arahnya horizontal dan
disebabkan oleh adanya percepatan tanah (ground acceleration). Beban gaya inersia
horizontal terutama tergantung pada massa bangunan, intensitas pergerakan tanah,
interaksi struktur terhadap tanah, dan sifat dinamis bangunan. Peninjauan efek gempa bagi
suatu bangunan terutama untuk :
Meminimkan jumlah korban jiwa atau kecelakaan lainnya
Menjamin kelangsungan bangunan-bangunan yang dipandang penting
Meminimkan kerusakan harta benda
Ketidakpastian besarnya beban yang bekerja pada komponen struktur untuk tiap
jenis beban berbeda-beda sehingga besarnya pengambilan faktor-faktor beban
jugaberbeda-beda untuk tiap kombinasi beban yang bekerja. Berdasarkan SK SNI jenis
beban yang biasanya bekerja pada komponen struktur beton bertulang :
1. Beban mati (dead load) / D
2. Beban hidup (live load) / L
3. Beban atap /A
4. Beban hujan (rain load) /R
5. Beban geMPa (earthquake load) /E
6. Beban angin (wind load) /W
7. Beban tekanan tanah /H
8. Beban tekanan fluida /F
9. Beban struktural lainnya akibat pengaruh rangkak, susut, dan ekspansi beton atau
pengaruh perubahan temperatur/ T
a. Kuat perlu, U untuk menahan beban mati, D paling tidak harus sama dengan :
U 1,4 D ............................................................................................ (1)
Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup, L dan juga beban atap, A
atau beban hujan, R, paling tidak harus sama dengan :
U 1,2 D 1,6 L 0,5 A atau R ...................................................... (2)
Perlu dicatat bahwa untuk setiap kombinasi beban D, L dan W, kuat perlu U tidak
boleh kurang dari persamaan 2.
c. Bila ketahanan struktur terhadap beban gempa E harus diperhitungkan dalam
perencanaan, maka nilai kuat perlu U harus diambil sebagai : 2)
atau :
U 0,9 D 1,0 E .............................................................................. (6)
Untuk kombinasi beban lainnya, beban F tersebut harus dikalikan dengan faktor beban
1,2 dan ditambahkan pada persamaan 2.
g. Bila pengaruh struktural T dari perbedaan penurunan fondasi, rangkak, susut, ekspansi
beton atau perubahan suhu sangat menentukan dalam perencanaan, maka kuat perlu
U minimum harus sama dengan :
U 1,2 D T 1,6 L 0,5 A atau R .......................................... (8)
Perkiraan atas perbedaan penurunan fondasi, rangkak, susut, ekspansi beton, atau
perubahan suhu harus didasarkan pada pengkajian yang realistis dari pengaruh
tersebut selama masa pakai.
i. Jika pada bangunan terjadi benturan yang besarnya P, maka pengaruh beban tersebut
dikalikan dengan faktor 1,2.
1)
Catatan : Faktor beban untuk W boleh dikurangi menjadi 1,3 bilamanan beban angin W
belum direduksi oleh faktor arah.
2)
Faktor beban untuk L boleh direduksi menjadi 0,5 kecuali untuk ruangan garasi,
ruangan pertemuan dan semua ruangan yang beban hidup L-nya lebih besar
daripada 500 kg/m2.
Faktor Reduksi
a. Lentur, tanpa beban aksial 0,80
b. Beban aksial, tarik dan beban aksial tarik dengan lentur 0,80
c. Beban aksial, tekan dan beban aksial tekan dengan lentur :
dengan tulangan spiral 0,70
Dengan komponen struktur lainnya 0,65
d. Geser dan torsi 0,75
Tumpuan pada beton kecuali untuk daerah pengangkuran
e. 0,65
pasca tarik
f. Daerah pengangkuran pascatarik 0,85
Penampang lentur tanpa beban aksial pada komponen struktur
g. pratarik, dimana panjang penanaman strandnya kurang dari 0,75
panjang penyaluran yang ditetapkan
dimana :
f = Tegangan lentur
M = Momen yang bekerja pada balok
c = Jarak serat terluar terhadap garis netral
I = Momen inersia penampang balok terhadap garis netral
dimana :
MR = Momen tahanan
fb = Tegangan lentur ijin
c = Jarak serat terluar terhadap garis netral
I = Momen inersia penampang balok terhadap garis netral
Langkah tersebut dapat dilakukan secara langsung untuk balok dari sembarang
bahan serba sama dengan bentuk dan ukuran penampang tertentu dimana momen inersia
dapat dihitung dengan mudah. Lain halnya dengan balok beton bertulang, penggunaan
rumus tersebut akan menghadapi masalah terutama sehubungan dengan sifat bahan beton
bertulang yang tidak homogen dan tidak berperilaku elastis pada seluruh jenjang kekuatan.
3. CONTOH KASUS
Suatu balok beton dengan bentuk pembebanan dan potongan melintangnya seperti
pada gambar 2 dan 3. Struktur menahan beban mati merata (belum termasuk berat sendiri)
17,5 kN/m’ dan beban hidup merata 12 kN/m’. Tentukanlah :
a. Momen maksimum struktur
b. Tegangan lentur maksimum menggunakan cara kopel dalam
c. Periksa hasil yang didapat dari point (a) dengan menggunakan rumus lenturan.
Penyelesaian :
a. Momen maksimum struktur
Untuk menghitung nilai momen, perlu dihitung terlebih dahulu kombinasi
pembebanan yang terjadi pada struktur.
Beban mati pada struktur belum termasuk berat sendiri sehingga perlu dihitung
terlebih dahulu, dengan berat jenis sesuai tabel (3). Karena balok terbuat dari beton maka
berat jenisnya adalah 2400 kg/m3 jika dikonversikan satuannya akan menjadi 24 kN/m3.
Sehingga :
Pada struktur terdapat 2 pembebanan yaitu beban mati dan beban hidup sehingga
digunakan faktor pembebanan sesuai persamaan (2). Kombinasi pembebanan pada
struktur :
U = 1,2 D + 1,6 L
= 1,2 (20,5) + 1,6 (12)
= 43,80 kN/m
1
Mmaks = u . L2
8
1
= 43,80 . 6 2
8
= 197,1 kN.m
Sehingga :
Karena letak garis netral ditengah-tengah maka nilai fpuncak = fdasar = 18,92 N/mm2.
c. Periksa hasil yang didapat dari point (a) dengan menggunakan rumus lenturan.
f = M.c
I
197,1 106 .250
= 1
2505003
12
= 18,92 N/mm2
4. LATIHAN
Bentuk aktivitas mahasiswa : Latihan Individu
Soal : Tentukan momen tahanan (MR) suatu balok kayu berpenampang empat persegi
panjang dengan ukuran 50 x 150 mm dengan tegangan lentur ijin bahan kayu
8,4 MPa. Dengan anggapan bahwa distribusi tegangan linier.
5. TUGAS MAHASISWA
Bentuk aktivitas mahasiswa I : Diskusi Kelompok
Referensi : Bahan dapat diambil dari berbagai sumber (misal
buku literatur, jurnal, tugas akhir, internet dll)
Materi Tugas : Carilah suatu struktur lengkap dengan semua
pembebanan yang terjadi dan proses perhitungannya
Panduan : (1) 1 kelompok maksimal terdiri dari 5 orang
(anggota kelompok harus berbeda dengan
kelompok tugas Bab I)
(2) Struktur yang ditinjau dapat bervariasi (struktur
portal bangunan, struktur jembatan dll)
(3) Makalah dipresentasikan selama 30 menit
(4) Makalah didiskusikan selama 15 menit
Bentuk aktivitas mahasiswa II : Tugas Individu
Panduan : (1) Tugas harus diketik dengan format kertas A4,
huruf Times New Roman 12, spasi 1,5.
(2) Nilai x pada tugas sesuai dengan digit terakhir
pada nomor mahasiswa anda. (Jika digit terakhir
=0 maka nilai x yang digunakan = 1).
Soal : Suatu balok dengan b = x00 mm dan h = 400 mm digunakan pada jarak
bentangan 5,0 m diantara dua perletakan sendi dan rol serta menahan beban total
(termasuk berat sendiri) 10 kN/m’ dan beban terpusat 27 kN tepat ditengah-tengah
bentang. Maka hitunglah :
a. Tegangan lentur maksimum menggunakan cara kopel dalam
b. Periksa hasil yang didapat dari point (a) dengan menggunakan rumus lenturan
6. RANGKUMAN
a. Analisis harus dimulai dari seluruh beban yang dipikul oleh konstruksi, yang
terdiri dari berbagai jenis beban antara lain beban mati, beban hidup, beban akibat
alam dll.
b. Apabila pada struktur terdapat lebih dari satu jenis beban, maka perlu dilakukan
kombinasi dari beban-beban yang ada sesuai dengan faktor pembebanan.
c. Faktor reduksi kekuatan digunakan untuk memberikan keamanan tertentu pada
struktur.
d. Untuk menentukan kemampuan balok dalam menahan beban, dapat dilakukan
dengan cara memperhitungkan tegangan-tegangan yang timbul didalamnya.
7. DAFTAR PUSTAKA
a. Dipohusodo, I, 1994, “Struktur Beton Bertulang”, Jakarta, PT. Gramedia.
b. Wahyudi, L dan Rahim, S.A, 1999, “Struktur Beton Bertulang; Standar SNI T-15-
1991-03”, Jakarta, PT. Gramedia.
c. Standar Nasional Indonesia (SNI) Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002), 2007, Surabaya, ITP Press.
1. PENGANTAR
Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis dan desain balok, serta perincian
pembahasan yang mencakup :
Metode analisis dan perencanaan
Asumsi (anggapan-anggapan) dalam analisis dan perencanaan
Kuat lentur balok penampang persegi
Penampang balok dalam keadaan Balanced, Under-Reinforced dan Over-
Reinforced
Pembatasan penulangan tarik
Analisis balok penampang persegi bertulangan tunggal
Desain balok penampang persegi bertulangan tunggal
Setelah mengikuti dan menyelesaikan materi pada bab pertama ini, mahasiswa
dapat menganalisis dan mendesain struktur balok persegi bertulangan tunggal.
Setelah menyelesaikan Bab III ini mahasiswa mampu untuk menjelaskan tentang
hal-hal berikut :
1. Metode analisis dan perencanaan
2. Asumsi (anggapan-anggapan) dalam analisis dan perencanaan
Bahan Ajar Struktur Beton I
2. PENYAJIAN
2.1. Dasar Teori
Beban luar yang bekerja pada struktur akan menyebabkan lentur dan deformasi
pada elemen struktur. Lentur yang terjadi pada balok merupakan akibat adanya regangan
yang timbul karena adanya beban dari luar. Apabila beban luar yang bekerja terus
bertambah, maka balok akan mengalami deformasi dan regangan tambahan yang
mengakibatkan retak lentur di sepanjang bentang balok. Bila bebannya terus bertambah
sampai batas kapasitas baloknya, maka balok akan runtuh.
Taraf pembebanan seperti tersebut disebut dengan keadaan limit dari keruntuhan
pada lentur. Oleh karena itu, pada saat perencanaan balok harus didesain sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi retak berlebihan pada saat beban bekerja dan mempunyai keamanan
cukup dan kekuatan cadangan untuk menahan beban dan tegangan tanpa mengalami
runtuh.
Pada Gambar 3.1 dapat dilihat struktur balok sederhana di atas tumpuan yang
diberikan beban luar berupa beban mati (D) dan beban hidup (L). Akibat dari pengaruh
pembebanan tersebut, balok akan mengalami lendutan sehingga terjadi daerah tarik dan
daerah tekan. Oleh karena beton tidak mampu menahan gaya tarik maka pada daerah tarik
balok diberikan baja tulangan untuk menahan gaya tarik tersebut.
Gambar 3.2. Penampang melintang balok dengan kondisi daerah tekan dan tarik
akibat pengaruh pembebanan
Penempatan baja tulangan tergantung pada momen yang terjadi pada struktur akibat
beban luar. Didalam bab ini akan dibahas analisis dan desain penampang persegi yang
menahan lentur, sedangkan faktor-faktor lain seperti lendutan, lebar retak, panjang
penyaluran tulangan, akan dibahas pada bab tersendiri.
1 2
Mmax () U.L
1
12
M max U . L2
8
1
Mmax() U . L2
24
Gambar 3.5. Tipe penampang balok: (a). Balok Segi empat, (b). Balok T,
(c). Balok L dan (d). Balok Kotak
(a) (b)
Gambar 3.6. Tipe tulangan balok : (a). Penulangan tunggal (b). Penulangan rangkap
Bentuk potongan melintang pada suatu balok seperti terlihat pada gambar berikut :
Tulangan utama / lentur (D
Tulangan sengkang (
As’
M+
d
h
As
d’
b
Gambar 3.7. Detail penulangan pada penampang balok
Sehingga diperoleh :
D
d h d' .............................................................. (3.1)
2
dimana :
As = Luas total tulangan tarik, mm2
As’ = Luas total tulangan tekan, mm2
D = Tinggi efektif penampang, mm
= Diameter tulangan sengkang, mm
D = Diameter tulangan utama /lentur, mm
Dimana :
b = Lebar balok
h = Tinggi balok
d = Tinggi efektif balok
d’ = Selimut beton
c = Tinggi garis netral ke serat atas yang tertekan
As = Luas tulangan tarik
c = Regangan ultimit beton sebesar 0,003
s = Regangan tarik baja tulangan
y = Regangan leleh baja
a = Tinggi blok tegangan = 1 . c
1 = Konstanta yang tergantung dari mutu beton, menurut SNI 03-2847-2002 :
Untuk fc’ 30 MPa 1 = 0,85
Untuk 30 < fc’ < 55 MPa 1 = 0,85 - 0,05 f c ' 30
7
Untuk fc’ 55 MPa 1 = 0,65
Cc = Resultante gaya tekan beton
= 0,85 . fc’ . a . b
Ts = Gaya tarik baja tulangan
= As . fy
Jd = d- 1/2a
Untuk menghitung volume blok tegangan tekan yang berbentuk parabola bukanlah
suatu hal yang mudah, olah karena itu Whitney mengusulkan agar digunakan blok
tegangan ekuivalen yang dapat digunakan untuk menghitung gaya tekan. Hal tersebut
dilakukan untuk mempermudah dalam proses perhitungan.
Blok tegangan ekuivalen ini mempunyai tinggi a dan tegangan tekan rata-rata
sebesar 0,85 f c seperti terlihat pada Gambar 3.7.d, besarnya a = 1 c yang ditentukan
'
dengan menggunakan koefisien 1 sedemikian rupa sehingga luas luas blok segiempat
ekuivalen kurang lebih sama dengan blok tegangan yang berbentuk parabola.
Jadi momen rencana struktur, MR yang dapat dipikul oleh balok adalah :
Mu Mn ....................................................................................................... (3.5)
MR = 0,8 Mn
Batasan tulangan tarik pada balok bertulangan tunggal :
a. Batasan tulangan tarik minimum menurut SNI 03-2847-2002 pasal 3.3.5 membatasi
1,4
tulangan tarik minimum adalah sebesar min
fy
b. Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 3.3.3 membatasi tulangan tarik maksimum yang
diijinkan yaitu sebesar ρ max 0,75.ρ b sehingga kebutuhan tulangan dibatasi
f c ' 600
min max, dimana : b 0,85 β 1
f y 600 f y
Adapun jenis-jenis keruntuhan yang dapat terjadi pada balok beton bertulang adalah
sebagai berikut :
1. Keruntuhan tarik (“under reinforced”), jenis keruntuhan ini terjadi pada balok dengan
rasio tulangan kecil (jumlah tulangannya sedikit), sehingga pada saat beban yang
bekerja maksimum, baja tulangan sudah mencapai regangan lelehnya sedangkan beton
belum hancur (beton belum mencapai regangan maksimumnya = 0,003). Balok dengan
kondisi keruntuhan seperti ini bersifat ductile.
2. Keruntuhan tekan (“over reinforced”), jenis keruntuhan ini terjadi pada balok dengan
rasio tulangan besar (jumlah tulangannya banyak), sehingga pada saat beban yang
bekerja maksimum, baja tulangan belum mencapai regangan lelehnya sedangkan beton
sudah hancur (beton sudah mencapai regangan maksimumnya = 0,003).
3. Keruntuhan seimbang (“balance”), jenis keruntuhan ini terjadi pada balok dengan
rasio tulangan yang seimbang sehingga pada saat beban yang bekerja maksimum, baja
tulangan dan beton hancur secara bersamaan. Tulangan sudah mencapai regangan
lelehnya dan beton sudah mencapai regangan maksimumnya = 0,003). seperti bersifat
getas.
f
s
y
E s
fy
s
Es
fy
s
E s
Gambar 4.9. Gaya-gaya yang bekerja pada balok bertulang tunggal akibat lentur
Keseimbangan lateral :
H = 0, Cc = Ts
0,85 . fc’ . a . b = As . fy
As f y
Tinggi blok tegangan a = ................. (3.6)
0,85 f c ' . b
Kapasitas Momen:
a
Mn = Ts . Jd = As .f y d - ................................... (3.7)
2
Atau,
a
Mn = Cc . J d = 0,85 f c ' . a . b d - ..................................... (3.8)
2
Atau :
d a , Es = 200.000 MPa ............ (3.11)
f s 600 1
a
Jika persamaan kuadrat pada Pers. 3.14 diselesaikan, maka digunakan nilai a terkecil
sehingga diperoleh nilai fs.
Dalam desain tipe keruntuhan tekan ini tidak dianjurkan, karena keruntuhan yang
terjadi merupakan keruntuhan yang secara tiba-tiba (mendadak tanpa adanya tanda
retak terlebih dahulu).
600
cb .d
600 f ............ (3.15)
y
As
Dimana : b = rasio tulangan balanced
b.d
Mulai
'
Diberikan : b , d , As , f c , f y
Diambil E s 200000 MPa
As
b.d
1,4
min
fy
Tidak Ya
min
As terlalu kecil
Ya
0,75 b
Tidak
Penampang
As . f y
a '
diperbesar 0,85 f c . b
a
M n As . f y (d )
2
Selesai
Contoh Soal :
1. Suatu penampang balok beton bertulang dengan tulangan tunggal, dengan ukuran
sebagai berikut :
Jika digunakan tulangan tarik 329 dan 536, lakukan analisis terhadap struktur balok
tersebut serta tentukanlah :
Cek penulangan dan tentukan momen ultimate (Mu) untuk :
a. Cek persyaratan penulangan balok
b. Momen nominal (Mn) dan momen ultimate (Mu)
c. Cek keamanan struktur balok tersebut
Penyelesaian :
1,4 1,4
min = = = 0,0058
fy 240
As 1981,56
Rasio tulangan s 0,01761
b.d 250 x 450
Maka : min < s < max
0,0058 < 0,01761 < 0,03225 .... OK memenuhi persyaratan penulangan !
Momen Ultimate Mu Mn
a
M u As . f y d
2
As f y
dimana: a
0,85 f c '. b
Sehingga :
As f y 1981,56 x 240
a 111,900 mm 112 mm
0,85f c '. b 0,85 x 20 x 250
a 112
1 = 0,85 c = = = 131,765 mm
1 0,85
s > y
0,00725 > 0,0012 ..... Terbukti bahwa baja tulangan sudah leleh !
(Balok mengalami keruntuhan tarik)
Momen Nominal, Mn
Mn = Cc . J d
a
= 0,85 . f c '.a.b d
2
112
= 0,85 20
. 112
. 250 450
2
= 187.544.000 N.mm
= 187,544 kN.m
Momen Ultimate, Mu
Mu = .M n
= 0,80 187,544
= 150,0352 kN.m
Beban kombinasi, qu
qu = 1,4 . qDL
= 1,4 ( 17,5 kN/m)
= 24,5 kN/m
Momen Rencana, MR
MR 1
= .q u .L2
8
1
= .24,5. 6 2
8
= 110,25 kN.m
Maka jika dibandingkan antara kapasitas struktur dengan kapasitas akibat beban
dari luar, diperoleh :
Mu MR
150,0352 kN.m > 110,25 kN.m ..... struktur aman !
1 1
Luas tulangan tarik, As n. .d 2 5 .36 2 5089,380 mm 2
4 4
As 5089,38
Rasio tulangan s 0,0452
b.d 250 x 450
Maka : min < s < max
0,0058 < 0,0452 < 0,03225 .... persyaratan penulangan tidak terpenuhi !
0,85 x 20 2
a 450 a 0,85 x 450 2 = 0
600 x 0,0452
0,627a 2 450 a 172125 = 0
a 276
1 = 0,85 c = = = 324,709 mm
1 0,85
s < y
0,00116 < 0,0012 ..... Terbukti bahwa baja tulangan belum leleh !
(Balok mengalami keruntuhan tekan)
Momen Ultimate, Mu
Mu a
= 0,85 f c'.a .b d 2
276
= 0,80 0,85 x 20 x 276 x 250 450
2
= 292,78 x 106 N .mm 292,78 kN.m
1. PENGANTAR
Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis dan desain balok, serta perincian
pembahasan yang mencakup :
Metode analisis dan perencanaan
Asumsi (anggapan-anggapan) dalam analisis dan perencanaan
Kuat lentur balok penampang persegi
Penampang balok dalam keadaan Balanced, Under-Reinforced dan Over-
Reinforced
Pembatasan penulangan tarik
Analisis balok penampang persegi bertulangan tunggal
Desain balok penampang persegi bertulangan tunggal
Setelah mengikuti dan menyelesaikan materi pada bab pertama ini, mahasiswa
dapat menganalisis dan mendesain struktur balok persegi bertulangan tunggal.
Setelah menyelesaikan Bab III ini mahasiswa mampu untuk menjelaskan tentang
hal-hal berikut :
1. Metode analisis dan perencanaan
2. Asumsi (anggapan-anggapan) dalam analisis dan perencanaan
Bahan Ajar Struktur Beton I
Tabel 3.1. Tebal minimum balok dan pelat satu arah bila lendutan tidak dihitung
Tebal Minimum (h)
Satu Ujung Kedua Ujung
Dua Tumpuan Kantilever
Menerus Menerus
Komponen Struktur
Komponen yang tidak menahan atau tidak disatukan dengan
partisi atau konstruksi lain yang akan rusak karena lendutan
yang besar
Pelat solid satu arah L/20 L/24 L/28 L/10
Balok atau pelat jalur satu arah L/16 L/18,5 L/21 L/8
dimana :
f c ' 600
b = 0,85 β1
f y 600 f y
Maka diperoleh :
f ' 600
max = 75% 0,85 β1 c
f y 600 f y
Juga tinggi tegangan tekan pada beton (a) harus lebih kecil dari 75 % dari tinggi
tegangan dalam kondisi balance.
600
amax = 75% ab 75% β1 . d
600 f
y
Untuk menghindari terjadinya retak awal pada daerah tarik, luas tulangan harus
melebihi tulangan minimum :
1,4
min = (Tegangan dalam N/mm2)
fy
As
Jika diambil nilai = rasio tulangan tarik, maka Pers 3.6 dapat dituliskan
b.d
sebagai berikut :
fy
a = . . d ........................................................................................(3.14)
'
0,85 f c
Sehingga jika pers. (3.14) digunakan ke dalam pers. (3.7), maka diperoleh :
ρ.b.d.f y
M n ρ.b.d.f y d 0,5
0,85f c '.b .................................................................. (3.15)
Atau :
ρ.f y
M n ρ.b.d 2 .f y 1 0,59 ........................................................... (3.16)
fc '
fy
Jika pada pers. (3.15) diambil m
0,85.f c '
2 1
maka M n ρ.b.d .f y 1 ρ.m
2
Mn 1
Atau : Rn ρ.f y 1 ρ.m
2
b.d 2
Perhatikan bahwa Rn hanya tergantung dari pada , f y dan f c . Untuk b dan d yang
'
1 2 m Rn
(1 1 ) .................................................................................. (3.18)
m fy
Mn = Ts .J d
a
= Ts . d -
2
a
= A s .f y . d -
2
Mu
Mn
Secara rinci prosedur peencanaan balok persegi bertulangan tunggal diberikan pada
Gambar 3.9
CONTOH SOAL :
2. Diketahui balok sederhana diatas tumpuan sendi dan rol, potongan melintang balok
berbentuk persegi bertulangan tunggal. Bila digunakan fc’= 400 MPa, selimut beton 50
mm. Beban hidup yang bekerja sebesar 20 kN/m, beban mati sebesar 10 kN/m (belum
termasuk berat sendiri struktur).
Ditanya : Rencanakan penulangan balok tersebut agar dapat memikul beban yang
bekerja
Penyelesaian :
Tinggi balok minimum:
Ln
hmin =
16
9000
=
16
= 562,5 mm
Jika diambil tinggi balok h = 600 mm, dengang asumsi lebar balok sama dengan
setengah tinggi maka :
1
b = h
2
1
= 600
2
= 300 mm
Beban ultimit, qu
qu = 1,2 qDL + 1,6 qLL
= 1,2. (9,32 kN/m) + 1,6. (20 kN/m)
= 43,184 kN/m
Momen ultimit, Mu
1
Mu = qu .L2
8
1
= 43,184..92
8
= 437,238 kN.m
Syarat kekuatan, Mn Mu
Mu 437,238
Atau minimum M n 546,548 kN.m
0,8
Asusmsikan Jd = 0,85 d = 0,85 . (550) = 467,5 mm
Sehingga dapat diperoleh :
Mn
As =
Jd .f y
622,485 10 6
=
467,5. 400
= 3328,797 mm2
f c ' 600
b 0,85.1 .
f y 600 f y
30 600
0,85.0,85.
400 600 400
0,0325
max = 0,75 b = 0,75 . 0,0325 = 0,0244
Maka : min < s < max
0,0035 < 0,020175 < 0,0325 .... OK memenuhi persyaratan penulangan !
Mn = T s .J d
a
= As . f y d
2
3. LATIHAN
Bentuk aktivitas mahasiswa : Tugas di Rumah
Soal : Diketahui sebuah balok persegi bertulangan tunggal dengan mutu beton fc’ =
35 MPa, mutu baja fy = 400 MPa, selimut beton 40 mm. Beban hidup terpusat
yang bekerja sebesar 20 kN serta beban mati berupa berat sendiri balok.
Rencanakan penulangan balok tersebut agar dapat memikul beban yang
bekerja.
4. DAFTAR PUSTAKA
a. Dipohusodo, I, 1994, “Struktur Beton Bertulang”, Jakarta, PT. Gramedia.
b. Pratikno, “Diktat Konstruksi Beton I”, Jakarta, Politeknik Negeri Jakarta
c. Wahyudi, L dan Rahim, S.A, 1999, “Struktur Beton Bertulang; Standar SNI T-15-
1991-03”, Jakarta, PT. Gramedia.
d. Standar Nasional Indonesia (SNI) Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002), 2007, Surabaya, ITP Press.
1. PENGANTAR
Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis dan desain balok bertulangan
rangkap, serta perincian pembahasan yang mencakup :
Analisis balok penampang persegi bertulangan rangkap
Perencanaan/Desain balok penampang persegi bertulangan rangkap
Setelah mengikuti dan menyelesaikan materi pada bab keempat ini, mahasiswa
dapat menganalisis dan mendesain struktur balok persegi bertulangan rangkap.
2. PENYAJIAN
2.1. Pengertian Balok Tulangan Rangkap
Yang dimaksud dengan balok beton bertulangan rangkap adalah balok beton yang
diberi tulangan pada penampang beton daerah tarik dan daerah tekan. Dengan dipasangnya
tulangan pada daerah tarik dan tekan, maka balok akan lebih kuat dalam hal menerima
beban yang berupa momen lentur.
Pada praktik di lapangan, (hampir) semua balok selalu dipasang tulangan rangkap.
Jadi balok dengan tulangan tunggal secara praktis tidak ada (jarang sekali dijumpai).
Meskipun penampang beton pada balok dapat dihitung dengan tulangan tunggal (yang
memberikan hasil tulangan longitudinal tarik saja), tetapi pada kenyataannya selalu
ditambahkan tulangan tekan minimal 2 batang, dan dipasang pada bagian sudut penampang
balok beton yang menahan tekan.
Tujuan pemasangan tulangan tekan adalah untuk :
1. Meningkatkan momen tahanan penampang karena dimensi penampang yang
terbatas.
2. Meningkatkan kapasitas rotasi penampang yang berkaita dengan peningkatan
daktilitas penampang.
3. Meningkatkan kekakuan penampang, sehingga dapat mengurangi lendutan pada
struktur.
4. Dapat mengantisipasi kemungkinan adanya momen yang berubah tanda.
5. Memperkuat kedudukan begel balok (antara tulangan longitudinal dan begel diikat
dengan kawat lunak yang disebut binddraad),
6. Serta sebagai tulangan pembentuk balok agar mudah dalam pelaksanaan pekerjaan
beton.
Tulangan longitudinal tarik maupun tekan pada balok dipasang dengan arah sejajar
sumbu balok. Biasanya tulangan tarik dipasang lebih banyak daripada tulangan tekan,
kecuali pada balok yang menahan momen lentur kecil. Untuk balok yang menahan momen
lentur kecil (misalnya balok praktis), cukup dipasang tulangan tarik dan tulangan tekan
masing-masing 2 batang ( sehingga berjumlah 4 batang), dan diletakkan pada 4 sudut
penampang balok.
Untuk balok yang menahan momen lentur besar, tulangan tarik dipasang lebih
banyak daripada tulangan tekan. Keadaan ini disebabkan oleh kekuatan beton pada daerah
tarik yang diabaikan, sehingga praktis semua beban tarik ditahan oleh tulangan
longitudinal tarik (jadi jumlahnya banyak). Sedangkan pada daerah beton tekan, beban
tekan tersebut sebagian besar ditahan oleh beton, dan sisa beban tekan yang masih ada
ditahan oleh tulangan, sehingga jumlah tulangan tekan hanya sedikit.
Pada portal bangunan gedung, biasanya balok yang menahan momen lentur besar
terjadi di daerah lapangan (bentang tengah) dan ujung balok (tumpuan jepit balok) seperti
terlihat pada gambar 4.2.
a
zd d d' z'
2
(a) (b)
Analisis balok beton bertulangan rangkap tergantung pada kondisi tulangan tarik dan
tekan, telah mencapai kondisi leleh atau tidak. Dalam proses analisis, pertama sekali
diasumsikan bahwa semua tulangan telah mencapai leleh f s f s ' f y . Dengan asumsi ini,
maka :
Cc = 0,85 f c ' . a . b
Cs = As ' . f y
T = As . f y
Langkah selanjutnya adalah menguji apakah tulangan telah mencapai leleh, yakni dengan
mengisi regangan s telah melampaui f y atau belum. Dari diagram regangan diperoleh :
Es
c d' a 1 d '
s ' = 0,003 = 0,003
c a
d c 1 d a
s = 0,003 = 0,003
c a
jik fy
fs ' = fy s '
a Es
jik fy
fs = fy s
a Es
a
Mn = 0,85 f c ' . a . b d - A s ' . f y d d'
2
Jika baja tulangan belum leleh, maka tinggi tegangan tekan pada beton harus dikoreksi,
sehingga :
fs = s . Es atau fs ' = fy
a
Mn = 0,85 f c ' . a . b d - A s '. f s ' d d'
2
Es = 200.000 MPa
fy = 240 MPa
Tentukan Mn untuk :
a). fc’ = 20 MPa
b). fc’ = 35 MPa
Penyelesaian :
a
z d d d' z'
2
a 78,86
1 = 0,85 c = = = 92,78 mm
1 0,85
c d' 92,78 – 50
s ' 0,003 = 0,003 x = 0,0014
c
92,78
s‘ > y
0,0014 > 0,0012 .....Baja tulangan sudah leleh !
Regangan baja tulangan tarik
500 – 92,78
s = 0,003 d c = 0,003 x = 0,013
c 92,78
s‘ > y
0,013 > 0,0012 .....Baja tulangan sudah leleh !
Pemeriksaan baja tulangan menunjukkan bahwa semua tulangan telah mencapai titik
leleh. Dengan demikian asumsi yang digunakan untuk menentukan tinggi tegangan
tekan (a) telah sesuai.
Momen nominal, Mn :
Mn = Cc (d – 0,5 a) + Cs (d – d’)
= 4.250 a (500 – 0,5 x 78,86) + 136.094,4 (500 – 50)
= 4.250 x 78,86 x (500 – 0,5 x 78,86) + 136.094,4 (500 – 50)
= 215.604.818,4 N.mm
= 215,61 kN.m
Maka a 45,06
c = = = 55,63 mm
diperoleh : 1 0,81
c d' 55,63 – 50
s ' 0,003 = 0,003 x = 0,00030
c
55,63
s‘ < y
0,0003 0,0012 .....Baja tulangan belum leleh
<
0 !
s‘ > y
0,024 > 0,0012 .....Baja tulangan sudah leleh !
Pemeriksaan baja tulangan menunjukkan bahwa baja tulangan tekan belum mencapai
titik leleh (masih dalam kondisi elastik linier), sedangkan baja tulangan tarik sudah
mencapai titik leleh. Dengan demikian perhitungan untuk menentukan tinggi tegangan
tekan beton (a) harus dikoreksi sesuai dengan regangan di atas.
Cs = As‘.fs’
a – 40,5
= 567,06 x 600 x
a
a – 40,5
= 340.236 x
a
Cs = As‘.fs’
a – 40,5
= 567,06 x 600 x
a
= 340.236 x a – 40,5
a
45,06 – 40,5
= 340.236 x
45,06
= 33.431,34 N
Momen ultimit, Mu :
Mu = Cc (d – 0,5 a) + Cs (d – d’)
= 335.133,75 (500 – 0,5 x 45,06 ) + 33.431,34 (500 – 50)
= 175.060.414,6 N.mm
= 175,06 kN.m