Anda di halaman 1dari 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Sifat Baja Struktural

Pengenalan baja struktural sebagai bahan bangunan utama pada tahun 1960,

baja yang dipakai adalah Baja Karbon (Carbon Steel) dengan sebutan Baja ASTM

(American Society for Testing Material) ditandai dengan A7 yang mempunyai

tegangan leleh minimum 33 ksi (1 ksi = 1000 psi).

Baja yang dipergunakan dalam pekerjaan struktural yang diproses secara

penggilingan panas (Hot Rolled) dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :

a) Baja Karbon

Dapat disebut dengan baja karbon apabila baja tersebut mengandung unsur

bukan besi dengan persentase maksimum sebagai berikut :

Karbon 1.7

Mangan 1.65

Silikon 0.6

Tembaga 0.6

Baja karbon struktural ini memiliki titik leleh seperti ditunjukkan pada

kurva (a) pada gambar 2.1.1

b) Baja Panduan Rendah Mutu Tinggi (High Strength Low Alloy Steel /

HSLA)

Kategori ini meliputi baja yang memiliki tegangan lelehnya berkisar antara

40 dan 70 ksi (275 Mpa dan 480 Mpa) dengan titik leleh yang ditunjukkan

UNIVERSITAS MERCUBUANA II - 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

pada kurva (b) dalam gambar 2.1.1. Baja ini dipakai pada penggilingan

panas atau penormalan (tanpa perlakuan panas)

c) Baja Paduan (Low Alloy)

Baja paduan rendah dapat didinginkan didalam air (quenched) dan

dipanasi kembali (tempered) untuk memperoleh kekuatan leleh sebesar 80

sampai dengan 110 ksi (550 Mpa sampai 760 Mpa).


Mpa). Kekuatan leleh

biasanya didefinisikan sebagai tegangan pada regangan tetap 0.2% karena

baja ini tidak menunjukkan titik leleh yang jelas. Kurva tegangan regangan

dapat dilihat pada kurva (c) gambar 2.1.1

Gambar 2.1

Mutu baja terbagi dalam beberapa mutu yang berbeda. Mutu baja yang

sering digunakan diantaranya JIS G 3101 – SS400 (Setara ASTM A36), JIS G

3106 – SM 490 (setara dengan ASTM A572), HPS 70 (High Performance Steel).

Yang membedakan dari ketiga mutu baja diatas adalah material properties, yield

strength dan tensile strengthnya (Salmon, 1994).

UNIVERSITAS MERCUBUANA II - 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Untuk tujuan perencanaan, tegangan leleh tarik adalah besaran yang

digunakan oleh spesifikasi, seperti AISC, sebagai variable sifat bahan untuk

menetapkan tegangan ijin terhadap berbagai macam pembebanan.

Besarnya tegangan pada kurva tegangan-regangan ditentukan dengan

membagi beban dengan luas penampang lintang semula benda uji dan besarnya

regangan dihitung sebagai perpanjangan dibagi dengan panjang semula. Hal ini

dapat dituliskan dalam rumus (2)

Tegangan :σ= .............................................................. 2.1


Regangan :∈= .............................................................. 2.2

Keterangan :

σ = Tegangan

∈ = Regangan

A = Luas Penampang melintang spesimen tarik

N = Beban tarik yang diberikan

∆L = Pertambahan panjang antara dua titik acuan pada spesimen

Lo = Panjang semula diantara dua titik acuan

Rasio tegangan dan regangan pada daerah garis lurus awal disebut

modulus elastisitas, atau modulus young E, yang secara pendekatan dapat

diambil sebesar 29.000 ksi (200.000 Mpa) untuk baja struktural.

UNIVERSITAS MERCUBUANA II - 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Perencanaan Struktur

Perencanaan struktur bisa didefinisikan sebagai paduan dari seni dan ilmu,

yang menggabungkan tentang prinsip statika, dinamika, mekanika bahan dan

analisa struktur, untuk mendapatkan struktur yang ekonomis dan aman serta

sesuai dengan tujuan pembuatannya. Serta merupakan suatu proses untuk

menghasilkan penyelesaian optimum.

Tujuan dari perencanaan struktur menurut Tata Cara Perencanaan Struktur

Baja untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002) adalah menghasilkan suatu

struktur yang stabil, cukup kuat, mampu layan, awet dan memenuhi tujuan-tujuan

lainnya seperti ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. Suatu struktur disebut stabil

jika tidak mudah terguling, miring, atau tergeser selama umur rencana bangunan.

Perencanaan adalah sebuah proses untuk mendapatkan hasil yang

optimum. Suatu struktur dikatakan optimum apabila memenuhi kriteria-kriteria

berikut :

a. Biaya minimum

b. Berat minimum

c. Waktu konstruksi yang minimum

d. Tenaga kerja minimum

e. Biaya produksi yang minimum bagi pemilik konstruksi

f. Efisiensi operasi maksimum bagi pemilik konstruksi

Kerangka pemilihan struktur adalah dilakukan pemilihan susunan dan

ukuran dari elemen struktur sehingga beban yang bekerja dapat dipikul secara

aman, dan perpindahan yang terjadi masih dalam batas-batas yang disyaratkan.

UNIVERSITAS MERCUBUANA II - 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2.1 Macam Type Hanggar

Dalam struktur hanggar disini terdapat berbagai macam type atau model

yang sering dipergunakan (gambar 2.2)

Diantaranya yaitu :

1. Type Scissors

2. Type Polynesian

3. Type Clerestory

4. Type Vaulted Parallel Chord

5. Type Gambrel

6. Type Cantilevered Mansard Wiparapets

7. Type Vault

8. Type Room in attic

9. Type Hip

10. Type Flat Vault

11. Type Dual Pitch

12. Type Studio Vault

13. Type Bowstring

14. Type Mono

15. Type Tray or Coffer

16. Type Double Cantilever

17. Type Half Hip

18. Type Half Scissors

19. Type Barrel Vault

20. Type Tri Bearing


UNIVERSITAS MERCUBUANA II - 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

21. Type Sloping Flat

22. Type Multi piece

23. Type Double Enverted

Untuk perencanaan hanggar truk, yang akan digunakan adalah type “Browstring”.

2.2.2 Pembebanan

Penentuan beban yang bekerja pada struktur atau elemen struktur secara

tepat tidak bisa selalu dilakukan. Walaupun lokasi beban pada struktur diketahui,

distribusi beban dari elemen ke elemen pada struktur biasanya membutuhkan

anggapan dan pendekatan.

Berdasarkan SNI-03-1727-1989 tentang Pedoman Perencanaan untuk Rumah dan

Gedung ada beberapa jenis beban yang bekerja antara lain :

a. Beban Mati

Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung/ bangunan

yang bersifat tetap selama masa layan struktur, termasuk unsur-unsur

tambahan, finishing, mesin-mesin serta peralatan tetap yang tidak

berpindah.

b. Beban Hidup

Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau

penggunaan suatu gedung, serta barang-barang yang dapat berpindah.

c. Beban Angin

Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian

gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban angin

ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positip dan tekanan

negatif (angin isap), yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang yang
UNIVERSITAS MERCUBUANA II - 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ditinjau. Besarnya tekanan positif dan tekanan negatif ditentukan dengan

cara mengalihkan tekanan tiup yang ditentukan untuk berbagai kondisi

dengan koefisien-koefisien angin yang ditentukan.

d. Beban Gempa

Beban gempa ialah semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada

struktur akibat adanya pergerakan tanah oleh gempa bumi baik pergerakan

arah vertikal maupun horizontal.

Berdasarkan SNI 03-1729-2002 diatur berbagai kombinasi ultimit dengan

memberikan faktor-faktor beban pada masing-masing komponen atau jenis beban.

Kombinasi beban ultimit adalah sebagai berikut :

1. 1,4 DL ................................................................................................. 2.3

2. 1,2DL + 1,6LL + 0,5 ( atau H) ...................................................... 2.4

3. 1,2DL + 1,6LL + 0,5 ( atau H) + ( γ L atau 0,8 W) ...................... 2.5

4. 1,2DL + 1,6LL + γ LL + 0,5 ( atau H) .......................................... 2.6

5. 1,2DL ± 1,0 E + γ LL ........................................................................ 2.7

6. 0,9DL ± (1,3W atau 1,0 E) ............................................................... 2.8

Keterangan :

DL = Beban mati

LL = Beban Hidup

= Beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan

H = Beban hujan

W = Beban angin

E = Beban Gempa

UNIVERSITAS MERCUBUANA II - 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dengan, γ = 0,5 bila LL < 5 kPa dan γ = 1 bila LL ≥ 5 kPa

2.3 Tinjauan Desain Struktur Baja

Tinjauan desain struktur baja harus direncanakan dapat memikul beban

yang lebih besar dari perkiraan pemakaian beban normal.

Berdasarkan tegangan leleh dan tegangan putusnya menurut SNI 03-1729-2002

mengklasifikasikan mutu dari material baja menjadi 5 kelas mutu sebagai berikut :

Tegangan Putus Tegangan Leleh Tegangan Regangan


Jenis
Minimum, minimum, Dasar minimum
Baja
(MPa) (MPa) (MPa) (%)

BJ 34 340 210 140 22

BJ 37 370 240 160 20

BJ 41 410 250 166.6 18

BJ 50 500 290 193.3 16

BJ 55 550 410 273.3 13

Tabel 2.1 Nilai Tegangan Leleh dan Tegangan Putus untuk berbagai mutu baja

MPa = Mega Pascal – Satuan sistem internasional

1 MPa = 10 kg/cm2

Nilai-nilai yang tercantum pada tabel diatas adalah untuk elemen-elemen

yang tebalnya kurang dari 40 mm. Untuk elemen-elemen yang tebalnya lebih dari

40 mm, tetapi kurang dari 100 mm, harga-harga pada tabel di atas harus dikurangi

10%.

UNIVERSITAS MERCUBUANA II - 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sifat-sifat mekanis lainnya baja struktural untuk maksud perencanaan

berdasarkan SNI 03-1729-2002 ditetapkan sebagai berikut :

Modulus Elastis :E : 200.000 Mpa

Modulus Geser :G : 80.000 Mpa

Nisbah Poisson :µ : 0,3

Koefisien Pemuaian : α : 12 x 10 -6 l°C

2.4 Desain Struktur Baja dengan Menggunakan Metode LRFD (Load

Resistance Factor Design)

2.4.1 Komponen Struktur Tarik

Batang tarik sering dijumpai pada struktur baja sebagai batang struktural

pada rangka jembatan dan atap, serta pada struktur rangka jembatan seperti

menara tranmisi dan system pengaku terhadap angin pada gedung bertingkat

banyak.

Batang tarik dapat berupa profil tunggal seperti, batang bulat, plat strip atau dibuat

dari sejumlah profil struktural seperti siku, kanal, I, H.

Untuk syarat kekuatan struktur tarik ini, komponen struktur yang memikul gaya

tarik aksial terfaktor harus memenuhi :

≤φ ................................................................................................. 2.9

Dengan φ adalah kuat tarik rencana yang besarnya diambil sebagai

nilai terendah diantara dua perhitungan menggunakan harga-harga φ dan

dibawah ini :

φ = 0,9 .............................................................................................. 2.10

UNIVERSITAS MERCUBUANA II - 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

= Ag . fy dan

φ = 0,75 .............................................................................................. 2.11

= Ae . fu

Keterangan :

= Luas penampang bruto, mm2

= Luas penampang efektif, mm2

= Tegangan leleh, Mpa

= Tegangan tarik putus, Mpa

Penampang efektif : Luas penampang efektif komponen yang mengalami gaya

tarik ditentukan sebagai berikut :

= A .U .................................................................................................. 2.12

Keterangan :

A = Luas penampang, mm2

U = Faktor Reduksi = 1 – (X/L) ≤ 0,9

X = Eksentrisitas sambungan, jarak tegak lurus arah gaya tarik, antara titik

berat penampang komponen yang disambung dengan bidang sambungan, mm.

2.4.2 Komponen Struktur Tekan

Kolom tiang, tonggak dan batang desak adalah batang yang mengalami

tegangan tekan aksial, tetapi jarang sekali hanya mengalami tekanan aksial saja.

Namun, bila pembebanan ditata sedemikian rupa hingga pengekangan (restraint)

rotasi ujung dapat diabaikan atau beban dari batang-batang yang bertemu diujung

kolom bersifat simetris dan pengaruh lentur sangat kecil dibandingkan tekanan

UNIVERSITAS MERCUBUANA II - 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

langsung, maka batang tekan dapat direncanakan dengan aman sebagai kolom

yang dibebani secara konsentris.

Suatu komponen struktur yang mengalami gaya tekan konsentris akibat

beban berfaktor , harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

≤φ . ................................................................................................ 2.13

Keterangan :

φ = Faktor reduksi kekuatan

= Kuat tekan nominal komponen struktur

Perbandingan kelangsingan

• Kelangsingan elemen penampang < λ

• Kelangsingan komponen struktur tekan, λ = < 200

• Komponen struktur tekan yang elemen penampangnya mempunyai

perbandingan lebar terhadap tebal lebih besar daripada nilai λ yang

ditentukan harus direncanakan dengan analisis rasional yang dapat

diterima.

Daya dukung nominal komponen struktur tekan dihitung sebagai berikut :

= . = ...................................................................................... 2.14
ω

= ...................................................................................... 2.15
ω

Untuk λ ≤ 0,25 maka ω = 1,00

,
Untuk 0,25 < λ < 1,2 maka ω = , , λ

!
Untuk λ ≥ 1,2 maka ω = 1,25 λ

Keterangan :

UNIVERSITAS MERCUBUANA II - 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

= Luas penampang bruto, mm2

= Tegangan kritis penampang, Mpa

= Tegangan leleh material, Mpa

Dengan parameter kelangsingan kolom ditentukan berdasarkan :

.
λ = . #$ ............................................................................................. 2.16
π .

% = Panjang tekuk

r = Jari-jari girasi

2.4.3 Komponen Struktur Lentur dan Geser

Balok umumnya dipandang sebagai batang yang memiliki beban grafitasi

transversal, termasuk momen ujung. Balok adalah gabungan dari elemen tarik dan

elemen tekan sehingga akan melentur.

Suatu struktur yang memikul lentur terhadap sumbu kuat, harus memenuhi :

& ≤φ.& ..................................................................................................... 2.17

Keterangan :

& = Momen lentur terfaktor

φ = Faktor reduksi = 0,9

& = Kuat nominal dari momen lentur penampang

Kelangsingan komponen yang memikul lentur ditentukan oleh

a) Untuk penampang kompak

λ ≤ λ'

& = &' .................................................................................... 2.18

b) Untuk penampang tak kompak

λ' ≤ λ ≤ λ'
UNIVERSITAS MERCUBUANA II - 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

λ λ(
& = &' - (&' - & ) ......................................................... 2.19
λ ) λ(

c) Untuk penampang langsing

λ ≤ λ

& = & . ( ) )2 ............................................................................. 2.20


λ
λ

Untuk momen kritis & ditentukan oleh,

π.$
Profil I dan Kanal ganda & = *+ . #,- . ./ + ( )2 . - . -4 ................. 2.21
π

Kuat komponen struktur dalam memikul momen lentur tergantung dari panjang

batang antara dua pengekang lateral yang berdekatan, L. Batas-batas bentang

pengekang lateral ditentukan oleh :

Untuk profil I dan Kanal ganda,

1. Bentang Pendek

Untuk komponen struktur yang memenuhi L ≤ ', kuat nominal

komponen struktur lentur adalah,

& = &' ............................................................................................. 2.22

Dimana

&' = x Z ......................................................................................... 2.23

2. Bentang Menegah

Untuk komponen struktur yang memenuhi ' ≤ L≤ , kuat

nominalkomponen struktur lentur adalah,



& = *+ [& + (&' - & ) ] ≤ &' .......................................
(
2.24
) (

3. Bentang panjang
UNIVERSITAS MERCUBUANA II - 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Untuk komponen struktur yang memenuhi ' ≤ L kuat nominal komponen

struktur lentur adalah,

& =& ≤ &' ............................................................................. 2.25

Dimana,

$
' = 1,76 5 # ............................................................................... 2.26

6
5 =# .............................................................................. 2.27

4
= 5 [ 7 ] #1 + :1 + ;! ; !
........................................................ 2.28
8

= - ......................................................................................... 2.29

$>?
< ==#
π
!
..................................................................................... 2.30

@! 6
<! = 4(>? ) 6A .................................................................................. 2.31

!,B .CDEA
*+ = !,B .C ≤ 2,3 ................................................ 2.32
DEA F CG F CH F CI

Keterangan :

5 = Jari-jari girasi terhadap sumbu lemah

-J = Konstanta puter lengkung

J = Konstanta punter torsi

& = Momen pada 1L4 bentang

&M = Momen pada 1L2 bentang

&N = Momen pada 3L4 bentang

Kuat geser pada pelat badan harus memenuhi,

P ≤ φP ......................................................................................... 2.33
UNIVERSITAS MERCUBUANA II - 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Keterangan :

P = Kuat geser nominal pelat badan

φ = faktor reduksi = 0,9

Kuat geser nominal pelat badan harus diambil seperti yang ditentukan dibawah ini

a. Jika perbandingan maksimum tinggi terhadap tebal panel ℎLR , memenuhi


J

(ℎLR ) ≤ 1,10 # T . ............................................................................ 2.34


S $

Dengan,

B
U =5+ W ...................................................................................... 2.35
LV

Maka kuat geser nominal :

P = 0,6 . . J ................................................................................. 2.36

b. Jika perbandingan maksimum tinggi terhadap tebal panel ℎLR , memenuhi


J

≤ ℎLR ≤ 1,37 #
ST . $ ST . $
1,10 . # .................................................. 2.37
J

Maka kuat geser nominal :

ST . $
P = 0,6 . . J . [1,10 . # ]V ............................................... 2.38
LX
Y

atau

( N[ )
P = 0,6 . . J .[ *Z + W
.............................................. 2.39
, B # F( LV)

Dengan

:%T $6
*Z = 1,10
( VLX )
Y

UNIVERSITAS MERCUBUANA II - 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

c. Jika perbandingan maksimum tinggi terhadap tebal panel ℎLR , memenuhi


J

≤ (ℎLR ) ..........................................................................2.40
ST . $
1,37 #
J

Maka kuat geser nominal :

,\ Y T]
P = W ..................................................................................... 2.41
( VLX )
Y

Jika momen dianggap dipikul oleh seluruh penampang , maka selain

memenuhi, balok harus direncanakan untuk memikul kombinasi lentur dan

geser, yaitu :
CT ^
+ 0,625 φ ^_ ≤ 1,375 .................................................................... 2.42
φ CT T

Keterangan :

P = Kuat geser nominal pelat badan akibat geser saja, N

& = Kuat lentur nominal balok, N-mm

2.4.4 Komponen Struktur Yang Mengalami Gaya Kombinasi

Untuk komponen struktur prismatik yang mengalami kombinasi gaya

aksial, momen lentur (terhadap satu atau kedua sumbu simetris penampang), dan

torsi. Komponen struktur yang mengalami momen lentur dan gaya aksial harus

direncanakan memenuhi ketentuan sebagai berikut :

Untuk φ _ ≥ 0,2
T

_ ` C_A C_
+ \ (φ -φ ) ≤ 1,0 ............................................................... 2.42
φ _ a CTA a CT

_
Untuk < 0,2
φ T

UNIVERSITAS MERCUBUANA II - 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

_ C_A C_
+ (φ +φ ) ≤ 1,0 ............................................................... 2.43
!φ _ a CTA a CT

Keterangan :

= Gaya aksial (tarik dan tekan) terfaktor, N

= Kuat nominal penampang, N

φ = Faktor reduksi kekuatan

& 4 ,& = Kuat nominal lentur penampang terhadap sumbu x dan

sumbu y,

Nmm

φ = 0,9 = Faktor reduksi kuat lentur

Untuk komponen struktur bergoyang, momen lentur terfaktor dapat

dihitung sebagai berikut :

& = δ+ & X + δ= &bX ...................................................................... 2.44

Keterangan :

& X = Momen lentur terfaktor orde pertama yang diakibatkan oleh

beban-beban yang tidak menimbulkan goyangan

&bX = Momen lentur terfaktor orde pertama yang diakibatkan oleh

beban-beban yang dapat menimbulkan goyangan

δ+ = Faktor amplifikasi momen untuk struktur tak bergoyang

δ= = Faktor amplifikasi momen untuk struktur bergoyang

Faktor amplifikasi momen untuk struktur bergoyang dan tak bergoyang dapat

dihitung sebagai berikut :


ND
δ+ = c ≥ 1,0 ........................................................................................ 2.45
( _ )
c )a

UNIVERSITAS MERCUBUANA II - 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

δ= = ≥ 1,0 ................................................................................... 2.46


Σ d_ ( ef )

g 8

Atau

δ= = Σc_ .............................................................................................. 2.47


( )
Σc )h

Keterangan :

Σ = Jumalah gaya akibat tekan terfaktor akibat gravitasi untuk seluruh

kolom pada satu tingkat yang ditinjau, N

= = Gaya tekuk elastis komponen struktur bergoyang, N

∆iV = Simpangan antar lantai pada tingkat yang ditinjau, mm

ΣH = Jumlah gaya horisontal yang menghasilkan ∆iV , pada tingkat

yang ditinjau, N

L = Tinggi tingkat, mm

*j = Faktor yang menghubungkan diagram momen aktual dengan

diagram momen ekuivalen

2.5 Desain Sambungan Baut

Setiap struktur adalah gabungan dari bagian-bagian tersendiri atau batang-

batang yang harus disambung bersama (biasanya diujung batang) dengan

beberapa cara seperti pengelasan dan penyambungan menggunakan baut. Baut itu

sendiri ada bermacam-macam jenisnya seperti kekuatan tinggi dan baut mesin/

hitam.

Suatu baut yang memikul gaya terfaktor, k , harus memenuhi :

k ≤ φk ................................................................................................... 2.48
UNIVERSITAS MERCUBUANA II - 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Keterangan :

φ = Faktor reduksi kekuatan

k = Kuat nominal baut

2.5.1 Baut dalam geser

Kuat geser rencana dari satu baut dihitung sebagai berikut :

Pl = φ P = φ 5 +
+ ............................................................................. 2.49

Keterangan :

5 = 0,5 = baut tanpa ulir pada bidang geser

5 = 0,4 = baut dengan ulir pada bidang geser

φ = 0,75 = Faktor reduksi kekuatan untuk fraktur

+
= Tegangan tarik putus baut

+ = Luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir

2.5.2 Baut yang memikul gaya tarik

ml = φ m = φ 0,75 +
+ ........................................................................... 2.50

2.5.3 Baut pada sambungan tipe tumpu yang memikul kombinasi geser dan

tarik

Baut yang memikul gaya geser terfaktor P dan gaya tarik terfaktor m , secara

bersamaan harus memenuhi kedua persyaratan berikut ini :


^_
Z = a
≤φ 5 +
m ...................................................................................... 2.51

n_
ml = φ m = φ X + ≥ ......................................................................... 2.52
UNIVERSITAS MERCUBUANA II - 19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

X ≤ - 5! Z ≤ ! ......................................................................................... 2.53

Keterangan :

φ = 0,75 = Faktor reduksi kekuatan untuk fraktur

n = Jumlah baut

m = Jumlah bidang geser

Untuk baut mutu tinggi :

= 807 Mpa

! = 621 Mpa

5! = 1,9 untuk baut dengan ulir pada bidang geser

5! = 1,5 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser

Untuk baut mutu normal :

= 410 Mpa

! = 310 Mpa

5! = 1,2

2.5.4 Kuat Tumpu Baut

Kuat tumpu rencana tergantung pada yang terlemah dari baut atau komponen pelat

yang disambung. Apabila jarak lubang tepi terdekat dengan sisi pelat dalam arah

kerja gaya lebih besar daripada 1,5 kali diameter lubang, jarak antar lubang lebih

besar daripada 3 kali diameter lubang, dan ada lebih dari satu baut dalam arah

kerja gaya, maka kuat rencana tumpu dapat dihitung sebagai berikut :

kl = φ k = 2,4 φ o+ R' +
........................................................................ 2.54

Keterangan :

UNIVERSITAS MERCUBUANA II - 20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

φ = 0,75 = Faktor reduksi kekuatan untruk fraktur

o+ = Diameter baut nominal pada daerah tak berulir

R' = Tebal pelat

+
= Tegangan tarik putus baut

2.6 Perhitungan Material

Perhitungan material yang digunakan dapat dilakukan dengan melakukan

2 cara perhitungan, yaitu :

a. Menghitung jumlah pemakaian seluruh batang

b. Menghitung jumlah berat material yang dipakai

UNIVERSITAS MERCUBUANA II - 21

Anda mungkin juga menyukai