Anda di halaman 1dari 20

STRUKTUR BAJA II 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Atap adalah bagian dari suatu bangunan gedung yang berfungsi sebagai penutup
seluruh ruangan yang ada di bawahnya terhadap pengaruh panas, hujan, angin, debu atau untuk
keperluan perlindungan. Komponen atap terdiri dari dua bagian penting, yaitu konstruksi
rangka atap atau kuda-kuda di bawah penutup atap yang memikul beban penutup atap dan
konstruksi penutup atap/pelapis atap yang berfungsi sebagai kulit pelindung kuda-kuda dan
elemen bangunan di bawahnya. Rangka atap suatu bangunan gedung di Indonesia pada
umumnya menggunakan material kayu, baja, beton bertulang dan baja ringan. Sifat-sifat dan
kekuatan baja yang teridentifikasi dengan cukup rinci memudahkan untuk mendesain 2
kekuatan struktur yang terbuat dari material baja. Modifikasi dan pengembangan struktur
kuda-kuda atap menggunakan material baja terus berjalan untuk mencapai nilai ekonomis dan
juga nilai estetika.

Setiap jenis kuda-kuda mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, pada


tugas ini akan diperhitungkan jenis rangaka atap gedung dengan permukaan atap yang rata.
Oleh karena itu pada rangka atap tersebut akan di perhitungkan beban air hujan, dan sebaliknya
pada rangka atap tersebut tidak di perhitungkan beban angin hisap maupun tekan. Dengan
asusmsi bahwa pengaruh angin pada konstruksi rangka atap ini tidak begitu besar karena
konstruksi rangka atap dengan permukaan datar ( α = 0° ).

1.2 Rumusan Masalah

1. Desain konstruksi dengan beban yang telah dihitung sehingga aman dan efisien
2. Check dan hitunglah gaya dan momen pada konstruksi
3. Check dan hitunglah deformasi maksimum yang terjadi
4. Berikan usulan anda mengenai perbaikan hubungan antar balok (member) pada
konstruksi tersebut sehingga di hasilkan profil yang lebih efisien .
5. Susunlah jawaban anda dalam sebuah laporan (report) yang terstruktur.
6. Sertakan dalam laporan perhitungan detail kecukupan dimensi baja terhadap angka
kelangsingan.

Kiki Shahnarki (30201203329) 1


STRUKTUR BAJA II 2015

Kiki Shahnarki (30201203329) 2


STRUKTUR BAJA II 2015

BAB II
STUDI LITERATUR

2.1 TINJAUAN UMUM


Pada bab ini akan dijelaskan tentang tata cara dan langkah-langkah perhitungan
struktur rangka atap. Studi literatur dimaksudkan agar dapat memperoleh hasil perencanaan
yang optimal dan akurat serta efisien. Oleh karena itu, dalam bab ini pula akan dibahas
mengenai konsep pemilihan system struktur dan konsep perencanaan/desain struktur
bangunannya, seperti konfigurasi denah atap dan pembebanan sehingga diharapkan hasil
yang akan diperoleh nantinya tidak akan menimbulkan kegagalan struktur.

2.2 KONSEP PEMILIHAN JENIS STRUKTUR


Desain struktur harus memperhatikan beberapa aspek diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kekuatan dan kestabilan struktur mempunyai kaitan yang erat dengan kemampuan struktur
untuk menerima beban-beban yang bekerja.
2. Kemudahan pelaksanaan pengerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi sistem struktur
yang dipilih.
3. Faktor ekonomi Meliputi jumlah biaya yang akan dikeluarkan agar dalam proses
pelaksanaan, perencana dapat memberikan alternatif rencana yang lebih murah dan
memenuhi aspek mekanika dan fungsionalnya.

2.3 KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA ATAP


2.3.1 DENAH ATAP
Dalam mendesain rangka atap, perlu direncanakan terlebih dahulu denah atap. Gambar
denah atap dan potongan dapat dilihat pada gambar : 3.1 Denah atap.

2.3.2 DATA MATERIAL


Adapun spesifikasi bahan yang digunakan dalam perencanaan struktur rangka atap ini
adalah sebagai berikut : Bahan : baja konvensional
Tegangan Leleh (fy) : baja konvensional = 2400 kg/cm2
Tegangan Putus (fu) : baja konvensional = 3700 kg/cm2
Berat Jenis baja (Bj) : baja konvensional = 7850 kg/cm3
Modulus Elastisitas baja = 2.1 x 105 Mpa

Kiki Shahnarki (30201203329) 3


STRUKTUR BAJA II 2015

BAB III
PERENCANAAN KONSTRUKSI ATAP
 
3.1 Dasar Perencanaan

Atap direncanakan dari struktur baja yang dirakit di tempat atau di  proyek. Perhitungan
struktur rangka atap didasarkan pada panjang bentangan jarak kuda – kuda satu dengan yang
lainnya. Selain itu juga diperhitungkan terhadap  beban yang bekerja, yaitu meliputi beban
mati, beban hidup, dan beban air hujan. Setelah diperoleh pembebanan, kemudian dilakukan
perhitungan dan perencanaan dimensi serta batang dari rangka atap tersebut. Semua
perencanaan tersebut berdasarkan  pembebanan atap, meliputi: a. Beban mati, terdiri dari: 1.
Berat sendiri penutup atap 2. Berat sendiri gording 3. Berat sendiri kuda  – kuda 4. Berat
plafond  b. Beban hidup yang besarnya diambil paling menentukan diantara dua macam beban
berikut: 1. Beban terpusat dari seorang pekerja besar minimumnya 100 kg 2. Beban air hujan
yang besarnya dihitung dengan rumus: (40  –  0,8 x sudut).

Dibawah ini adalah gambar denah atap :

Gambar 3.1: Denah atap

Kiki Shahnarki (30201203329) 4


STRUKTUR BAJA II 2015

Rangka atap gedung :

Gambar 3.2 : Rangka atap baja

1. PEMBEBANAN

Beban diperhitungkan dengan memperhatikan distribusi beban pada masing masing titik
buhul, dimana pada rangka atap bangunan ini yang dihitung adalah rangka atap yang berada di
tengah , dengan perkiraan rangka atap tersebut memiliki gaya batang yang lebih besar dibanding
rangka atap (kuda-kuda) yang berada di tepi. Adapun pembagian luasan tangkapan beban ialah
seperti gambar dibawah ini :

Gambar: Skema distribusi beban


Kiki Shahnarki (30201203329) 5
STRUKTUR BAJA II 2015

DATA BEBAN
Perencanaan pembebanan struktur sesuai dengan Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk
Rumah dan Gedung 1987, dengan data data pembebanan sebagai berikut :
 Berat jenis baja : 7850 kg/m3
 Berat Gording : 8,64 kg/m
 Plafond / langit-langit : 18 kg/m2
 Penutup atap (Sandek ) : 5,52 kg/m2
 Beban Pekerja : 100 kg/m2
 Beban Air Hujan : (40-0,8*α)

PERHITUNGAN PEMBEBANAN

1. Beban mati ( Dead Load / DL )


Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu konstruksi yang bersifat tetap,
termasuk segala unsur tambahan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
konstruksi tersebut.

a. Penutup Atap (digunakan penutup atap Jenis Spandek = 5,52 kg/m2)


Beben atap = luas atap tanggungan pertitik x berat atap
= 2.5 x 4 x 5,52
= 55,2 kg/m2 (titik pembebanan 2)

b. Berat gording (di pakai gording profil C8 = 8,64 kg/m)


Beban gording = Panjang gording tanggungan pertitik x berat gording
= 4 x 8,64

Kiki Shahnarki (30201203329) 6


STRUKTUR BAJA II 2015

= 34,56 kg/m

c. Beban Plafond / langit-langit


= 18 kg/m2 (berpedoman pada perencanaan pembebanan)

d. Berat Sendiri Rangka Atap (Kuda-kuda)


Dalam Program SAP 2000, sudah terhitung berat sendiri Rangka Atap.

2. Beban hidup ( Life Load / LL )


Beban hidup merupakan beban yang bisa ada atau tidak ada pada struktur. Untuk
menentukan secara pasti beban hidup yang bekerja pada suatu konstruksi sangatlah sulit
karena fluktuasi beban hidup bervaiasi, tergantung banyak faktor.

a. Beban Hidup
Beban terpusat dari seorang pekerja besar minimal : 100 kg/m2

b. Beban Air Hujan


= 40 – 0,8 x α
= 40 – 0,8 x 0
= 40 kg/m2 ( PPIUG 1983 Bab III pasal 3.2.2)

Kiki Shahnarki (30201203329) 7


STRUKTUR BAJA II 2015

Berikut ini adalah data-data beban pada titik titik pembebanan :

berat atap berat


LUAS atap Panjang yg gording Beban
Berat Beban Total
No. yg Gording ditanggung yg Air
Plafond Hidup Beban
Titik ditanggung yang di (luas x ditangung Hujan
(kg/m2) (kg/m2) Mati
(m2) tanggung berat atap) pjg x brt (kg)
kg kg
1 5.00 4 27.6 34.56 18 100 40 80.16
2 10.00 4 55.2 34.56 18 100 40 107.76
3 10.00 4 55.2 34.56 18 100 40 107.76
4 10.00 4 55.2 34.56 18 100 40 107.76
5 10.00 4 55.2 34.56 18 100 40 107.76
6 10.00 4 55.2 34.56 18 100 40 107.76
7 10.00 4 55.2 34.56 18 100 40 107.76
8 10.00 4 55.2 34.56 18 100 40 107.76
9 10.00 4 55.2 34.56 18 100 40 107.76
10 10.00 4 55.2 34.56 18 100 40 107.76
11 10.00 4 55.2 34.56 18 100 40 107.76
12 10.00 4 55.2 34.56 18 100 40 107.76
13 5.00 4 27.6 34.56 18 100 40 80.16

Beban mati = berat atap + berat gording


Beban hidup = beban hidup
Beban air hujan = beban air hujan

Kombinasi pembebanan ( PPIUG 1983 BAB 1 PASAL 1.1)


Pembebanan 1 = dead load + wind load
Pembebanan 2 = dead load + life load + water load

Kombinasi 1 = 1,2 D + 1,6 L


Kombinasi 2 = 1,2 D + 0,5 L ± 1,3 W
Keterangan:
D = Beban mati
L = Beban hidup (akibat pekerja)
W = Beban Air Hujan

Kiki Shahnarki (30201203329) 8


STRUKTUR BAJA II 2015

BAB IV
MENCARI PROFIL BAJA YANG AMAN DAN EFISIEN

Kemudian Beban-beban yang telah di hitung di input ke SAP 2000

 Memasukan Beban Pada Konstruksi


Beban Mati

Beban Hidup

Kiki Shahnarki (30201203329) 9


STRUKTUR BAJA II 2015

Beban air hujan

Setelah memasukan beban pada konstruksi Releases Konstruksi (Karena Konstruksi


rangka atap ini adalah TRUSS)

Memasukan Profil Baja : Double Angel

Dalam Pemilihan Dimensi untuk konstruksi diatas digunakan 4 macam profil baja, karena
tujuan pemilhan profil baja untuk rangka atap diatas ialah mencari dimensi ang AMAN dan
EFISIEN. Sehingga digunakan 4 macam profil baja pada konstruksi rangka atap baja tersebut.

Kiki Shahnarki (30201203329) 10


STRUKTUR BAJA II 2015

Berikut profil baja yang digunakan :


 Profil Double Angel 90X90X9 (Batang Vertikal)

 Profil Double Angel 50X50X5 (Batang Horizontal)

 Profil Double Angel 65X65X11 (Batang Diagonal 1)

Kiki Shahnarki (30201203329) 11


STRUKTUR BAJA II 2015

 Profil Double Angel 45X45X5 (Batang Diagonal 2)

Selanjutnya untuk Check aman dan tidak amannya rangka atap tdiatas dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :

Kiki Shahnarki (30201203329) 12


STRUKTUR BAJA II 2015

Dari hasil check structure diatas dapat di lihat bahwa profil baja yang digunkan untuk
kanopi telah aman dan efisien, hal ini bisa dilihat dari warna elemen batang dalam rentang warna
biru , hijau dan kuning.

Sehingga dengan menggunakan 4 profil baja dalam 1 konstruksi rangkap atap di dapatkan
hasil yang aman dan efisien.

Adapun gaya-gaya yang ditimbulkan , dapat di tampilkan sebagai berikut :

Gaya Momen

Kiki Shahnarki (30201203329) 13


STRUKTUR BAJA II 2015

Gaya Lintang

Gaya Normal

Dengan gaya tekan maksimum: -3287,06 kg, seperti ditampilkan tabel berikut:

Kiki Shahnarki (30201203329) 14


STRUKTUR BAJA II 2015

Sedangkan gaya tarik maksimum: 1194,42 kg, seperti ditampilkan tabel berikut:

Besar deformasi maksimum yang terjadi ialah pada ujung rangka dengan besar :

Kiki Shahnarki (30201203329) 15


STRUKTUR BAJA II 2015

Dapat juga di lihat pada tabel berikut :

Kiki Shahnarki (30201203329) 16


STRUKTUR BAJA II 2015

PERHITUNGAN KELANGSINGAN BAJA PROFIL BAJA DOUBLE ANGEL 45.45.5 ,


50.50.5 , 65.65.11 , 90.90.9

a. Batang Tarik

DATA DATA
Batang tersusun dari baja siku ganda
Gaya tarik max = 1194,42 kg
Lk = 1 x L = 1 x 2,5 = 2,5 m
KETENTUAN
 Tegangan Izin dasar ( σ ) = 1400 kg/cm 2
 Tegangan izin tarik (σ ta) = ( 75%) x σ ( PPBI 1984 Bab 3 pasal 3.2.(1))
= ( 75% ) x 1400 = 1050 kg/cm2
 Kelangsingan maksimum = λ maks = 240 ( PPBI 1984 Bab 3 pasal 3.3.(2))
 Jari jari inertia minimum, i > Lk / λ maks = 0,01 cm

Dari tabel INA diperoleh profil batang,


Profil F 2F Ix
ɺL (cm2) (cm2) (cm)
45.45.5 4,3 8,6 1,35

Kontrol ketegangan ,

Anetto = 85 % x 2 F
= 85 % x 8,6
= 27,31

σ = N / A netto
= 1194,42 / 27,31 = 43,373 kg/cm 2< 1050 kg/cm 2 ( memenuhi )

kontrol Kelangsingan,

λ = Lk / Ix
= 2,5 / 1,35 = 185,18 < 240 ( memenuhi )

Kiki Shahnarki (30201203329) 17


STRUKTUR BAJA II 2015

b. Batang Tekan

DATA DATA :
Batang tekan tersusun dari Baja Siku ganda
Gaya batang (N),
Gaya tekan maks : N = 3287,06
Panjang Lekuk Lk = 2,5 m
Tebal plat buhul ᵟ = 8mm
Pelat Kopel t = 4 mm
Tebal paku baut d = 6 mm
Tegangan izin paku NILA Tegangan Izin baut NILAI
I
tegangan izin dasar σ 1400 tegangan izin dasar σ 1400
Geser τ 1120 Geser τ 840
Desak S1 > 2d σds 2800 Desak S1 > 2d σds 2100
Desak 1,5d < s1 < 2d σds 2240 Desak 1,5d < s1 < 2d σds 1680
Tegangan izin pelat, τ 812

Kelangsingan maksimum , λ maks = 200


Jari jari minimum inertia minimum, i min > Lk/ λ maks = 0,79 cm
Profil minimum batang struktur ɺL 45.45.5

PERHITUNGAN

Profil A (c 2A ix = iy Ix = Iy (c Iɳ (cm 2 iɳ (cm 2 e (cm) t’


2
ɺL m) (cm 2) (cm 4 ) m 2) ) ) (cm 2)
45.45.5 4,30 8,6 1,35 7,83 3,25 0,87 1,28 0,5

Kontrol Tekuk
- Terhadap tekuk sumbu x
λx = Lk / ix = 2,5 / 1,35 = 185,18

Faktor tekuk,
6
E
= 3,14 ❑ 2,1 .10 = 118,7
λg = π ❑
√ 0,7 σ
λs = λx / λg

0,7 . 2100

= 185,18 / 118,7
= 1,56
ω x = 2,092 (tabel PPBB1 bab 4 pasal 4.4.1(1))

Kiki Shahnarki (30201203329) 18


STRUKTUR BAJA II 2015

Tegangan tekuk
N 3287,06
σ x= ω x = 2,092 = 384,21Kg/cm2 < σ
A total 8,6
(aman terhadap tekuk sumbu x)

- Terhadap tekuk sumbu y


Iy total = 2 {(iy + A. ( ½ a 2 ¿2}
a = 2e + ᵟ = 2 x 1,28 + 0,8 = 3,36
Iy total = 39,93 c m4

I 39,93


i y = y total
A total

=
√ 8,6
= 2,15 c m

Lk 158
λy =
√ √
iy
=
2,15

= 73,488

λiy = λ y λ1 ❑¿
√ 2+ ¿ m
2
2

Lk /n
dimana, m = 2 ( 2 profil ) ; ≤ 50 ; L1 = Lk / n
imin
i min = i n = 0,87 cm ; n = jumlah medan pelat kopel
❑ ❑

n L1 (cm) λ1 ≤ 50
3 49,08 56,41 ¿ 50
5 29,45 33,85 ¿ 50
7 21,03 24,18 ¿ 50

Dipilih jumlah kopel = 5 , maka ,

λiy = λ y λ 1 ❑ ¿ = 76,3
√ 2+ ¿ m
2
2

- Faktor tekuk,
E 2,1 .106
λg = π ❑
√ 0,7 σ
= 3,14 ❑
√ 0,7 . 2100
= 118,7

λs = λx / λg
= 76,3 / 118,7 = 0,642

1,41
ω iy= 1,41 = 1,483
1,593−λ s

- Tegangan tekuk,
N 3287,06
σ iy =ωiy = 1,483 = 384,21 Kg/cm 2 ¿ σ
A total 8,6
Kiki Shahnarki (30201203329) 19
STRUKTUR BAJA II 2015

(aman terhadap tekuk sumbu – Y

Kiki Shahnarki (30201203329) 20

Anda mungkin juga menyukai