BAB I
PENDAHULUAN
1
2
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
BAB III
PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR
24
25
2. Setelah memilih template maka akan muncul kotak menu Quick Grid Line.
Isi model menggunakan koordinat X sebanyak 18 buah, Y sebanyak 19 buah,
dan Z sebanyak 9 buah sesuai dengan denah lalu klik ok.
3. Lalu akan muncul denah garis sebanyak yang sudah kita masukan data pada
Grid Line untuk denah rancangan yang akan dimodelkan sesuai denah
rencana masing-masing
4. Klik define lalu pilih material lalu klik add new material. Untuk define
material ini kita memasukkan material beton, baja tulangan dan baja tulangan
polos, berikut material yang sudah kita buat.
Isi material name, type, weight, E, Fc’ sesuai dengan desain beton seperti di
bawah ini
a. Untuk nama materialnya kita namakan Fc’ 30
Type = Concrete
Weight = 24
Untuk E masukkan rumus 4700*30*^0,5 lalu di calculate.
Untuk F’c masukan formula 30, lalu di calculate, OK.
→ Frame section → Add New Property. Untuk frame properties buat B1X,
B1Y, B2X, B2Y, BA1X, BA2X, BA1Y, BA2Y, BB, KD1-4, KD5-8, KL1-4,
dan KL5-8.
6. Untuk balok induk 1 lantai pilih tipe frame section property type concrete dan
untuk concrete sectionnya pilih rectangular lalu klik OK.
a. Mengganti reinforcement data dan mengisi data, pada design type diubah
menjadi Beam dan mengubah angka pada longitudinal rebar center seperti
gambar dibawah ini. Lalu klik OK
10. Add New Property untuk menambah penampang lainnya. Penampang lain
meliputi KD1-4, KD5-8, KL1-4, dan KL5-8. Perlu mengganti dimensi ukuran
yaitu depth dan width sesuai dimensi dari kolom masing-masing.
11. Membuat penampang pelat lantai dan pelat atap dengan cara klik Define →
Section Properties → Area Section. kemudian klik Add New Section sesuai
dengan tipe pelat yang akan digunakan. Tipe pelat yang digunakan adalah
PL1, PL2, PL3, PL4, PL5, PL6, PL7, PA1, PA2, PA3, PA4, PA5, dan PA6.
a. Memberi nama pada section name (PL1). Mengganti tipe pelat yaitu shell
thin. Mengganti material pelat dengan material beton yang dibuat (Beton
30 Mpa). Isi thickness dengan ketebalan pelat digunakan yaitu 125 mm.
b. Untuk pelat lantai type PL2, PL3, PL4, PL5, PL6 PL7 dilakukan dengan
cara yang sama dan sesuai dengan olah data pada excel yang telah
dihitung sebelumnya.
c. Pelat Atap Tipe 1 (PA 1)
1) Memberi nama pada section name (PA1). Mengganti tipe pelat yaitu
shell-thin. Mengganti material pelat dengan material beton yang
dibuat (Beton 30 Mpa). Isi thickness dengan ketebalan pelat
digunakan yaitu 110 mm.
2) Selanjutnya kita akan membuat tipe pelat PA2, PA3, PA4, PA5, PA6,
dengan cara yang sama dikarenakan ukuran dari ketebalan yang sama.
Ketebalan yang digunakan yaitu 110 mm.
12. Langkah selanjutnya kita akan memulai membuat load patterns dengan cara
mengklik “define lalu load pattens”
14. selanjutnya setelah memasukan data di load patterns dan response spectrum
langkah selanjutnya adalah memasukkan data pada Load Cases dengan cara
mengklik define → load cases seperti gambar dibawah ini.
Adapun data load cases pada beban gempa arah X dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.
37
b. Kolom
langkah selanjutnya membuat grid frame pada kolom, dengan cara:
1) Mengubah tampilan layar denah bangunan berdasarkan sumbu xz
2) Mengklik quick draw frame pada menu bar
3) Mengganti section properties sesuai dengan rencana
4) Menggambar grid sesuai dengan denah yang direncanakan, seperti
gambar dibawah ini.
17. Memasukkan beban area yaitu beban hidup dan beban mati (D sendiri
maupun Tambahan) pada tiap lantai 1-8. Caranya klik semua pelat yang
diberi beban sesuai denahnya per setiap lantai → Assign → area load →
Uniform to frame (shell) → mengganti load pattern sesuai yang diinginkan.
Lalu memasukkan beban yang telah dihitung pada kolom load. Mengganti
satuan menjadi KN,m,C .Mengganti option menjadi replace existing loads
lalu klik Ok
20. Menyatukan kolom balok pelat agar menjadi satu kesatuan ketika menerima
beban ke arah x maupun y. Caranya pilih kolom, balok, pelat dalam satu
lantai kemudian mengklik define joint constraints. Maka akan muncul menu
define constraints. Memilih tipe menjadi diaphragm lalu add new constraints.
Memberi nama diaphragm dan Z axis serta pilihan paling bawah pada menu
diaphragm constraint harus di checklist. Mengulangi langkah tersebut hingga
lantai 8.
48 pilih Material terus pilih add new Material dan pada tampilan ini kita
ubah sesuai dengan kebutuhan yang akan kita pilih, contohnya seperti
dibawah ini.
6. Selanjutnya kita membuat Pelat Tangga dan Pelat Bordes sesuai dengan
ukuran yang sudah kita hitung di excel. Langkah-langkah membuat Pelat
49 Tangga dan Pelat Bordes hampir sama sehingga contohnya yang
ditampilkan hanya langkah-langkah dari Pelat Tangga saja karena data
pada Shell Section Pelat Bordes sama dengan data dari Pelat Tangga. Jadi
langkah pertama klik Define lalu pilih Section Properties lalu pilih Area
Section terus Add New Section, pastikan Section Tipenya SHELL sebelum
dibuat Pelatnya, berikut contohnya dapat dilihat dibawah ini.
47
setelah itu pilih Assign lalu pilih Joint lalu klik Restraints lalu pilih yang
Jepit, maka hasilnya akan menjadi seperti dibawah ini.
Gambar 3.49 Memberikan tumpuan pada Pelat Tangga dan Pelat Bordes
9. nah, setelah membuat joint tumpuan maka langkah selanjutnya adalah,
menambah load pattern, maka didapat data seperti dibawah ini.
12. Selanjutnya memasukan beban mati pada pelat Tangga, caranya yaitu blok
Pelat Tangga lalu pilih Assign lalu pilih Area Loads lalu pilih Uniform to
Frame (shell) terus masukkan beban yang sudah dihitung pada excel,
pastikan satuannya KN,m,C dengan coord system Global, Directionnya Z
dan distribution One Way. Maka hasilnya seperti dibawah ini.
13. Selanjutnya memasukan beban mati tambahan pada pelat Tangga, caranya
yaitu blok Pelat Tangga lalu pilih Assign lalu pilih Area Loads lalu pilih
Uniform to Frame (shell) terus masukkan beban yang sudah dihitung pada
excel, pastikan satuannya KN,m,C dengan coord system Global,
Directionnya Z dan distribution One Way. Maka hasilnya seperti dibawah
ini.
14. Selanjutnya memasukan beban hidup pada pelat Tangga, caranya yaitu
blok Pelat Tangga lalu pilih Assign lalu pilih Area Loads lalu pilih
Uniform to Frame (shell) terus masukkan beban yang sudah dihitung pada
excel, pastikan satuannya KN,m,C dengan coord system Global,
Directionnya Z dan distribution One Way. Maka hasilnya seperti dibawah
ini.
15. Selanjutnya memasukan beban mati pada pelat Bordes, caranya yaitu blok
Plat Bordes lalu pilih Assign lalu pilih Area Loads lalu pilih Uniform to
Frame (shell) terus masukkan beban yang sudah dihitung pada excel,
pastikan satuannya KN,m,C dengan coord system Global, Directionnya Z
dan distribution One Way. Maka hasilnya seperti dibawah ini.
17. Selanjutnya memasukan beban hidup pada pelat Bordes, caranya yaitu
blok Pelat Bordes lalu pilih Assign lalu pilih Area Loads lalu pilih
Uniform to Frame (shell) terus masukkan beban yang sudah dihitung pada
excel, pastikan satuannya KN,m,C dengan coord system Global,
Directionnya Z dan distribution One Way. Maka hasilnya seperti dibawah
ini.
20. Selanjutnya kita sudah bisa melakukan Run, caranya klik Analyze lalu
pilih Run Analyze lalu klik Run.
3. Pilih tabel yang ingin ditampilkan yaitu Base Reaction kemudian klik OK
seperti pada gambar dibawah ini
4. Berat total bangunan dapat dilihat pada kolom Global FZ yaitu sebesar
128313,822 kN.
2. Vdinamik
Vdinamik didapatkan dari hasil analisis struktur menggunakan SAP2000.
Adapun untuk nilai Vdinamik adalah sebagai berikut.
a. Vdinamik Ex = 10955,424 kN
b. Vdinamik Ey = 10819,504 kN
3. Pengecekan syarat Vdinamik > Vstatik
Berdasarkan hasil Vdinamik dan vstatik pada bagian sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa Vdinamik belum memenuhi syarat. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penyekalaan ulang pada skala respon spektrum.
4. Skala Respon Spektrum
𝐼𝑒
Skala respon spektrum = 𝑅
x 9,81
58
= 1,8394
5. Skala Respon Spektrum baru
Skala respon spektrum baru didapatkan dengan perhitungan berikut. Skala
𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘
respon spektrum baru = 𝑉𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑘
x Skala Respon spektrum. Maka untuk
= 2,1453
12777,381
b. Skala Respon Spektrum Baru Ey = 10819,504
x 1,8394
= 2,1722
6. Pengecekan ulang syarat Vdinamik > Vstatik
Setelah mendapat skala respon spektrum baru, maka nilai tersebut
dimasukkan ke SAP2000 dan setelah itu dilakukan pengecekan ulang syarat
Vdinamik > Vstatik. Maka, setelah dilakukan analisis struktur ulang dengan
SAP2000 didapatkan hasil sebagai berikut.
a. Vdinamik Ex = 12777,953 kN
b. Vdinamik Ey = 1277,649 kN
Maka dengan Vstatik sebesar 12777,381, dapat disimpulkan bahwa Vdinamik
telat memenuhi persyaratan baik arah gempa x maupun arah y.
1 128313,82 16508,2
2 111805,61 16676,9
3 95128,735 16676,9
4 78451,858 16676,9
5 61774,98 16412,3
6 45362,717 16412,3
7 28950,454 16412,3
8 12538,19 12538,2
∆ = δ𝑥(𝑛) − δ𝑥(𝑛−1)
0,020 𝑥 ℎ𝑠𝑥
∆𝑚𝑎𝑥 = ρ
61
Keterangan :
δ𝑥 = Defleksi in-elastis struktur (mm)
Cd = Faktor amplifikasi defleksi (5,5)
Ie = Faktor keutamaan gempa
∆ = Simpangan antar lantai (mm)
δ𝑥(𝑛) = Defleksi in-elastis struktur pada lantai yang ditinjau (mm)
δ𝑥(𝑛−1) = Defleksi in-elastis struktur pada lantai di bawah yang ditinjau (mm)
Tabel 3.2 Data untuk Pengecekan Simpangan Antar Lantai Gempa Arah X
hsx U1
Lantai Cd Ie
(mm) (mm)
5,5 𝑥 2,23
= 1,5
= 8,1767 mm
Adapun untuk perhitungan δx pada lantai – lantai lainnya sama seperti
pada perhitungan δx pada lantai 1 dan rekapitulasinya dapat dilihat pada tabel
di halaman selanjutnya.
hsx U1 δ𝑥(mm)
Lantai Cd Ie
(mm) (mm)
= 8,177 - 0
= 8,177 mm
Adapun untuk perhitungan Δ pada lantai – lantai lainnya sama seperti
pada perhitungan Δ pada lantai 1 dan rekapitulasinya dapat dilihat pada tabel
di halaman selanjutnya.
3. Menghitung Δmax
hsx = 4000 mm
ρ = 1,3
0,020 𝑥 ℎ𝑠𝑥
Δmax = ρ
64
0,020 𝑥 4000
= 1,3
= 30,769 mm
4. Cek Δ < Δ max
Pengecekan Δ < Δ max dapat dilihat pada tabel berikut
Pondasi 0 30,7692
1 8,17667 30,7692
2 15,5797 30,7692
3 20,1337 30,7692
4 22,8103 30,7692
5 24,3247 30,7692
6 24,5007 30,7692
7 23,87 30,7692
8 22,4547 30,7692
hsx U2 δ𝑥
Lantai Cd Ie ∆(mm) Δmax
(mm) (mm) (mm)
0,5
θmax = β 𝑥 𝐶𝑑
Dengan keterangan:
θ = Koefisien stabilitas struktur
Cd = Faktor amplifikasi defleksi (5,5)
Px = Beban desain vertikal total pada dan di atas tingkat x (kN)
Ie = Faktor keutamaan gempa
∆ = Simpangan antar lantai (mm)
Vx = Gaya geser tingkat (kN)
hsx = Tinggi tingkat di bawah bidang yang ditinjau
hsx ∆(mm)
Lantai F3 (kN) F1 (kN) Cd Ie
(mm)
128313,82 𝑥 8,17667
= 128778 𝑥 4000 𝑥 1,5
= 0,0056
2. Menghitung θmax
0,5
θmax = β 𝑥 𝐶𝑑
0,5
= 1 𝑥 5,5
= 0,0909
Fx = Vx - Vx+1
Dengan:
Fx = Gaya gempa tiap lantai ditinjau (kN)
Vx = Gaya geser tingkat yang ditinjau (kN)
Vx+1 = Gaya geser tingkat atas yang ditinjau (kN)
2. Mengambil output pusat massa dari SAP2000
Output pusat massa dari SAP2000 diambil dengan cara memilih area struktur
pada SAP2000. Selanjutnya pilih “Assign” dan pilih “Joint”. Selanjutnya
pilih “Constrains” dan pilih diaphgram yang ada dan ubah dari body ke
diaphgram. Selanjutnya jalankan analisis pada SAP2000 dan nilai pusat
massa dapat dilihat pada file berbentuk “Outfile” dan dapat dibuka dengan
Notepad.
3. Menghitung torsi arah x dan arah y
Setelah menghitung gaya gempa perlantai, maka selanjutnya adalah
menghitung nilai torsi arah x dan arah y dengan menggunakan rumus berikut
ini.
Tx = Fx x Δ y
Ty = Fy x Δ x
Dengan:
Tx = Torsi arah x (kNm)
Ty = Torsi arah y (kNm)
Fx = Gaya gempa per lantai arah x (kN)
Fy = Gaya gempa per lantai arah y (kN)
Δx = 5% dari pusat massa lantai arah x (m)
Δy = 5% dari pusat massa lantai arah y (m)
Adapun untuk perhitungan pengecekan torsi tak terduga adalah sebagai
berikut ini dan kami menggunakan perhitungan pada lantai 1 arah x sebagai
contoh perhitungan.
1. Menghitung Fx
Diketahui dara Vx sebagai berikut
71
Lantai Vx (kN)
1 12778
2 12276,2
3 11173,3
4 9806,22
5 8573,81
6 7415,76
7 5738,67
8 2928,62
Maka untuk nilai gaya gempa per lantai adalah sebagai berikut dan kami
menggunakan perhitungan pada lantai 1 sebagai contoh perhitungan/
Vx1 = 12788 kN
Vx2 = 12276,2 kN
Fx1 = Vx1 - Vx2
= 12788 - 12276,2
= 501,772 kN
Tabel 3.11 Rekapitulasi Nilai Vx dan Fx
1 12778 501,772
2 12276,2 1102,91
3 11173,3 1367,06
4 9806,22 1232,41
5 8573,81 1158,05
6 7415,76 1677,09
72
7 5738,67 2810,05
8 2928,62 2928,62
Lantai X Y
1 25,3934 19,2362
2 25,3615 19,2065
3 25,3615 19,2065
4 25,3587 19,2042
5 25,356 19,2019
6 25,356 19,2019
7 25,3833 19,2273
8 25,3579 19,1937
= 482,6087 kNm
Sedangkan untuk lantai-lantai lainnya, perhitungannya sama seperti
perhitungan torsi pada lantai 1 dan untuk torsi arah y sama seperti
perhitungan torsi arah x dengan penyesuaian rumus yang digunakan.
Adapun rekapitulasi perhitungan pengecekan torsi adalah sebagai berikut.
Tabel 3.13 Rekapitulasi Perhitungan Torsi Tak Terduga Arah X dan Arah Y
Torsi X Torsi Y
Pusat Massa Δx Δy
(kNm) (kNm)
Lantai Fx (kN) Fy (kN)
X Y 5%x 5%y Fx . Δy Fy . Δx
Setelah dilakukan perhitungan torsi tak terduga arah x dan arah y pada
setiap lantai, maka selanjutnya dipilih nilai torsi terbesar. Maka berdasarkan tabel
3.13, nilai torsi terbesar adalah torsi tak terduga arah y dan selanjutnya adalah
membuat “Load Pattern” torsi dan masukkan nilai torsi arah y sesuai tingkatan.
74
Setelah memasukkan nilai torsi, maka seluruh beban yang dibutuhkan oleh
kombinasi – kombinasi pembebanan sudah lengkap dan struktur dapat dianalisis
untuk analisis selanjutnya.
3.9 Pengecekan Irregularitas Struktur
Ketidakberaturan torsi pada struktur secara horizontal terbagi menjadi dua
tipe, yaitu tipe 1a dan 1b, menurut SNI 03-1726-2012. Ketidakberaturan torsi 1a
adalah ada jika simpangan antar lantai tingkat maksimum, torsi yang dihitung
termasuk tak terduga, di sebuah ujung struktur melintang terhadap sumbu utama
lebih dari 1,2 kali simpangan antar lantai tingkat rata – rata di kedua ujung
struktur. Sedangkan ketidakberaturan 1b adalah ada jika simpangan antar lantai
tingkat maksimum, torsi yang dihitung termasuk tak terduga, di sebuah ujung
75
struktur melintang terhadap sumbu lebih dari 1,4 kali simpangan antar lantai
tingkat rata – rata di kedua ujung struktur. Adapun langkah – langkah pengecekan
irregularitas struktur adalah sebagai berikut
1. Menentukan titik-titik pada denah struktur
2. Memiliki titik yang telah ditetapkan pada point sebelumnya SAP2000
3. Ambil output dari berupa Displacement pada Joint output, lalu export output
ke Microsoft Excel.
4. Menentukan displacement terbesar dalam nilai absolut, jika lebih besar
displacement min, maka yang digunakan sebagai acuan selanjutnya adalah
displacement min. Adapun jika lebih besar displacement max, maka yang
digunakan sebagai acuan selanjutnya adalah displacement max.
5. Menghitung nilai Δavg, Δ max, 1,2 Δ avg dan 1,4 Δmax
6. Membandingkan Δmax dengan 1,2 Δavg dan 1,4 Δmax , apabila Δmax lebih besar
dari nilai 1,2 Δavg, maka terjadi torsi 1a, apabila nilai Δmax lebih besar dari 1,4
Δavg maka terjadi torsi 1b, dan apabila nilai Δmax lebih kecil dari keduanya,
maka tidak terjadi torsi.
Adapun contoh perhitungan untuk pengecekan irregularitas adalah sebagai
berikut dan kami menggunakan pengecekan irregularitas lantai 1 arah x sebagai
contoh perhitungan.
1. Penetapan titik-titik yang ditinjau pada denah struktur
2. Menghitung irregularitas horizontal
Adapun perhitungan irregularitas horizontal adalah sebagai berikut dan kami
menggunakan titik A-B sebagai contoh perhitungan.
a. Perhitungan simpangan arah x
Diketahui:
U1 = 0,0024 (joint atas)
U1 = 0,0022 (joint bawah)
Δmax = nilai terbesar dari UxA dan UxB
= 0,0024 m
𝑈𝑥𝐴+𝑈𝑋𝐵
Δavg = 2
76
0,0022+0,0024
Δavg = 2
Δavg = 0,0023 m
1,2Δavg = 1,2 x 0,0023
= 0,0028
1,4Δavg = 1,2 x 0,0023
= 0,0032
Berdasarkan perhitungan di atas didapatkan nilai Δmax < 1,2 Δavg < 1,4 Δavg
maka dapat disimpulkan tidak terjadi torsi
b. Perhitungan simpangan arah y
Adapun untuk lantai – lantai lainnya baik arah x dan arah y dapat dihitung
dengan cara yang sama dan hasilnya dapat dilihat pada tabel – tabel
berikut ini
Tabel 3.13 Perbandingan Nilai Simpangan Maksimum dengan 1,2 dan 1,4
Nilai Simpangan Rata-Rata Gempa Arah X Titik A-B X
Tabel 3.14 Perbandingan Nilai Simpangan Maksimum dengan 1,2 dan 1,4
Nilai Simpangan Rata-Rata Gempa Arah X Titik A-C X
77
= 2,789
2) Kekakuan total (ΣKi)
n = jumlah kolom dalam 1 lantai
= 22
ΣKD1 = KD1 x n1
78
= 2,789 x 22
= 61,3615
b. Perhitungan kekakuan kolom luar (KL)
1) Kekakuan kolom
Diketahui:
B1 = 600 mm
H1 = 600 mm
L1 = 4000 mm
1 3
(12 𝑥 1 ( ) 𝑥𝐵𝑥𝐻
KD1 = 12
3
𝐿
1 3
(12 𝑥 1 ( ) 𝑥 600 𝑥 600
= 12
3
4000
= 2,025
2) Kekakuan total (ΣKi)
n = jumlah kolom dalam 1 lantai
= 26
ΣKL1 = KD1 x n1
= 2,025 x 26
= 52,65
c. Kekakuan total seluruh kolom (Ki)
K1 = ΣKD1 + ΣKL1
= 61,3615 + 52,65
= 114,012
Dengan cara perhitungan yang sama diperoleh rekapitulasi kekakuan kolom
pada tingkat lainnya sebagai berikut.
Tabel 3.16 Rekapitulasi Perhitungan Kekakuan Kolom Dalam
KD (Kolom Dalam)
Tingkat
B (mm) H (mm) L (mm) Ki n ΣKi
KL (Kolom Luar)
Tingkat
B (mm) H (mm) L (mm) Ki n ΣKi
Lantai Ki
1 114,012
2 114,012
3 114,012
80
4 114,012
5 81,7244
6 81,7244
7 81,7244
8 81,7244
a) Syarat 1
K lt1 < 60% x K lt 2
114,012 < 60% x 114,012
114,012 < 68,407 (Tidak terjadi ketidakberaturan vertikal)
b) Syarat 2
K lt1 < 70% rata-rata K lt 2-4
114,012 + 114,012 + 114,012
114,012 < 70% x 3
8 - - - -
Dari perhitungan dan pengecekan yang telah kami lakukan, maka dapat
disimpulkan tidak terjadi irregularitas baik tipe 1a dan 1b pada struktur yang
direncanakan. Sehingga dapat dilakukan langkah berikutnya dalam proses
perancangan atau perencanaan yaitu desain struktur atas dan struktur bawah.
82
83
BAB IV
DESAIN PELAT LANTAI, PELAT ATAP, DAN TANGGA
83
84
7,2
= 2
= 4,424 kNm
1 2
h. Mu Lapangan = 16
× Qu × 𝐿𝑥
1 2
= 16
× 12,167 × 2
= 3,042 kNm
i. D pokok = 10 D
j. D bagi = 8P
k. Pb = 20 mm
l. Tebal Pelat = 125 mm
𝐷 𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘
m. ds = Pb + 2
10
= 20 + 2
= 25 mm
n. d = h-ds
= 125 - 25
= 100 mm
o. b = 1000 mm
85
3,042
= 0,9
= 3,380 kNm
𝐹𝑦
4) m = (0,85 𝑥 𝑓'𝑐)
385
= (0,85 𝑥 25)
= 18,118
𝑀𝑛
5) Rn = 2
(𝑏𝑥𝑑 )
6
3,380 𝑥 10
= 2
(1000 𝑥 100 )
= 0,3380 Mpa
× ⎡⎢1 − ⎤
1 2𝑚×𝑅𝑛
6) p = 𝑚
1− 𝐹𝑦 ⎥
⎣ ⎦
× ⎡⎢1 − ⎤
1 2𝑥18,118 × 0,3380
= 18,118
1− 385 ⎥
⎣ ⎦
= 0,0009
1,4
7) P min1 = 𝐹𝑦
1,4
= 385
= 0,0006
0,5
𝑓'𝑐
8) P min2 = 4 𝑥 𝐹𝑦
25
= 4 𝑥 385
86
= 0,0032
9) P min pakai = 0,0032
10) Nilai Pmin pakai merupakan nilai terbesar dari 𝑃𝑚𝑖𝑛1 dan 𝑃𝑚𝑖𝑛2 Maka
12) Nilai Pmin pakai merupakan nilai terbesar dari 𝑃𝑚𝑖𝑛𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 dan 𝑝 Maka
= 241,903 mm
15) 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = 150 mm (nilai 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 < S)
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
16) As’ = 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
1 2
𝑥 π 𝑥 10 𝑥 1000
= 4
150
2
= 523,599 𝑚𝑚
17) Cek Syarat
2 2
18) Karena nilai As’ > As yaitu 523,599 𝑚𝑚 > 324,675 𝑚𝑚 , maka
perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat lantai satu arah tipe 5
sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah P8-150 mm.
4,424
= 0,9
= 4,916 kNm
𝐹𝑦
4) m = (0,85 𝑥 𝑓'𝑐)
385
= (0,85 𝑥 25)
= 18,118
𝑀𝑛
5) Rn = 2
(𝑏𝑥𝑑 )
4,916
= 2
(1000 𝑥 100 )
= 0,4916 Mpa
× ⎡⎢1 − ⎤
1 2𝑚×𝑅𝑛
6) p = 𝑚
1− 𝐹𝑦 ⎥
⎣ ⎦
× ⎡⎢1 − ⎤
1 2𝑥 18,118 ×0,4916
= 18,118
1− 385 ⎥
⎣ ⎦
= 0,0013
1,4
7) P min1 = 𝐹𝑦
1,4
= 385
= 0,0006
25
8) P min2 = 4 𝑥 𝐹𝑦
25
= 4 𝑥 385
= 0,0032
9) P min pakai
10) Nilai Pmin pakai merupakan nilai terbesar dari 𝑃𝑚𝑖𝑛1 dan 𝑃𝑚𝑖𝑛2 Maka
12) Nilai Pmin pakai merupakan nilai terbesar dari 𝑃𝑚𝑖𝑛𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 dan 𝑝 Maka
= 241,903 mm
15) 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = 150 mm (nilai 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 < S)
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
16) As’ = 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
1 2
𝑥 π 𝑥 10 𝑥 1000
= 4
150
2
= 523,599 𝑚𝑚
17) Cek Syarat
2 2
18) Karena nilai As’ > As yaitu 523,599 𝑚𝑚 > 324,675 𝑚𝑚 , maka
perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat lantai satu arah tipe 5
sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah D10-150 mm.
c. Penulangan Tulangan Bagi (pada daerah tumpuan)
1) Ppakai
Nilai Ppakai pada tulangan bagi adalah 0,002.
2) As = Ppakai x b x h
= 0,002 x 1000 x 125
2
= 250 𝑚𝑚
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
3) S = 𝐴𝑠
1 2
𝑥 π 𝑥 10 𝑥 1000
= 4
324,675
= 241,903 mm
4) Spakai = 150 mm
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
5) As’ = 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
1 2
𝑥 π 𝑥 10 𝑥 1000
= 4
150
89
2
= 523,599 𝑚𝑚
6) Cek Syarat
2 2
Karena nilai As’> As yaitu 523,599 𝑚𝑚 > 250 𝑚𝑚 , maka
perhitungan penulangan bagi pada daerah tumpuan pelat lantai satu arah
tipe 5 sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah P8-150 mm.
3,6
= 3,6
berikut.
1) Clx = 41
2) Cly = 12
3) Ctx = 83
4) Cty = 57
2
h. Mlx = 0,001 x Qu x 𝐿𝑥 x Clx
2
= 0,001 x 12,167 x 3, 6 x 41
90
= 6,465 kNm
2
i. Mly = 0,001 x Qu x 𝐿𝑥 x Cly
2
= 0,001 x 12,167 x 3, 6 x 12
= 1,892 kNm
2
j. Mtx = -0,001 x Qu x 𝐿𝑥 x Ctx
2
= -0,001 x 12,167 x 3, 6 x 83
= -13,088 mm
2
k. Mty = -0,001 x Qu x 𝐿𝑥 x Cty
2
= -0,001 x 12,167 x 3, 6 x 57
= -8,988 kNm
l. D pokok = 10 D
m. Dbagi =8P
n. Pb = 20 mm
o. Tebal Pelat = 125 mm
𝐷 𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘
p. ds = Pb + 2
10
= 20 + 2
= 25 mm
q. d = h -ds
= 125 - 100
= 100 mm
r. b = 1000 mm
2. Perhitungan Pelat Lantai Tipe 1
Perhitungan penulangan pada pelat lantai dibagi menjadi 5 bagian, yaitu
penulangan lapangan arah x, penulangan lapangan arah y, penulangan tumpuan
arah x, penulangan tumpuan arah y, dan penulangan tulangan bagi. Adapun
langkah - langkah perhitungan dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini.
a. Penulangan Lapangan Arah X
1) Mu = Mlx = 6,465 kNm
2) ϕ = 0,9
91
𝑀𝑢
3) Mn = ϕ
6,465
= 0,9
= 7,183 kNm
𝐹𝑦
4) m = (0,85 𝑥 𝑓'𝑐)
385
= (0,85 𝑥 25)
= 18,118
𝑀𝑛
5) Rn = 2
(𝑏𝑥𝑑 )
7,183
= 2
(1000𝑥100 )
= 0,7183 Mpa
× ⎡⎢1 − ⎤
1 2𝑚×𝑅𝑛
6) p = 𝑚
1− 𝐹𝑦 ⎥
⎣ ⎦
= 18,118 × ⎡⎢1 − ⎤
1 2𝑥18,118×0,7183
1− 385 ⎥
⎣ ⎦
= 0,0019
1,4
7) P min1 = 𝐹𝑦
1,4
= 385
= 0,0036
25
8) P min2 = 4 𝑥 𝐹𝑦
25
= 4 𝑥 385
= 0,0032
9) P min pakai
10) Nilai Pminpakai merupakan nilai terbesar dari 𝑃𝑚𝑖𝑛1 dan 𝑃𝑚𝑖𝑛2 Maka
12) Nilai Pminpakai merupakan nilai terbesar dari 𝑃𝑚𝑖𝑛𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 dan 𝑝 Maka
13) As = 𝑃𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 x b x d
= 215,984 mm
15) 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = 150 mm (nilai 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 < S)
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
16) As’ = 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
1 2
𝑥 π 𝑥 10 𝑥 1000
= 4
2
150 𝑚𝑚
2
= 523,599 𝑚𝑚
17) Cek Syarat
2 2
18) Karena nilai As’ > As yaitu 523,599 𝑚𝑚 > 363,636 𝑚𝑚 , maka
perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat lantai satu arah tipe 1
sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah D10-150 mm.
b. Penulangan Lapangan Arah Y
1) Mu = Mly = 1,892 kNm
2) ϕ = 0,9
𝑀𝑢
3) Mn = ϕ
1,892
= 0,9
= 2.102 kNm
𝐹𝑦
4) m = (0,85 𝑥 𝑓'𝑐)
385
= (0,85 𝑥 25)
= 18,118
𝑀𝑛
5) Rn = 2
(𝑏𝑥𝑑 )
2.102
= 2
(1000𝑥100 )
93
= 0,2102 Mpa
× ⎡⎢1 − ⎤
1 2𝑚×𝑅𝑛
6) p = 𝑚
1− 𝐹𝑦 ⎥
⎣ ⎦
× ⎡⎢1 − ⎤
1 2𝑥18,118×0,2102
= 18,118
1− 385 ⎥
⎣ ⎦
= 0,0005
1,4
7) P min1 = 𝐹𝑦
1,4
= 385
=0,0036
30
8) P min2 = 4 𝑥 𝐹𝑦
30
= 4 𝑥 385
= 0,0032
9) P min pakai = 0,0036
10) Nilai Pminpakai merupakan nilai terbesar dari 𝑃𝑚𝑖𝑛1 dan 𝑃𝑚𝑖𝑛2 Maka
12) Nilai Pminpakai merupakan nilai terbesar dari 𝑃𝑚𝑖𝑛𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 dan 𝑝 Maka
= 215,984 mm
15) 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = 125 mm (nilai 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 < S)
1 2
𝑥 π 𝑥 10 𝑥 1000
16) As’ = 4
125
94
2
= 628,319 𝑚𝑚
17) Cek Syarat
2 2
18) Karena nilai As’ > As yaitu 628,319 𝑚𝑚 > 363,636 𝑚𝑚 , maka
perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat lantai satu arah tipe 1
sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah 628,319 mm.
c. Penulangan Tumpuan Arah X
1) Mu = Mtx = 13,088 kNm
2) ϕ =0,9
𝑀𝑢
3) Mn = ϕ
13,088
= 0,9
= 14,542 kNm
𝐹𝑦
4) m = (0,85 𝑥 𝑓'𝑐)
385
= (0,85 𝑥 25)
= 18,118
𝑀𝑛
5) Rn = 2
(𝑏𝑥𝑑 )
14,542
= 2
(1000𝑥100 )
= 1,4542 Mpa
× ⎡⎢1 − ⎤
1 2𝑚×𝑅𝑛
6) p = 𝑚
1− 𝐹𝑦 ⎥
⎣ ⎦
× ⎡⎢1 − ⎤
1 2𝑥14,542×1,4542
= 14,542
1− 385 ⎥
⎣ ⎦
= 0,0039
1,4
7) P min1 = 𝐹𝑦
1,4
= 385
= 0,0036
95
30
8) P min2 = 4 𝑥 𝐹𝑦
30
= 4 𝑥 385
= 0,0032
9) P min pakai
Nilai Pmin pakai merupakan nilai terbesar dari Pmin1 dan Pmin2.
Maka nilai 𝑃𝑚𝑖𝑛𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 adalah 0,0036
10 ) Ppakai
Nilai Ppakai merupakan nilai terbesar dari Pmin pakai dan p. Maka
nilai Ppakai adalah 0,0036.
11) As = 𝑃𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 x b x d
= 200,557 mm
13) 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = 150 mm (nilai 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 < S)
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
14) As’ = 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
1 2
𝑥 π 𝑥 10 𝑥 1000
= 4
150
2
= 523,599 𝑚𝑚
15) Cek Syarat
2 2
Karena nilai As’ > As yaitu 523,599 𝑚𝑚 > 391,608 𝑚𝑚 , maka
perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat lantai satu arah
tipe 1 sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah 523,599 mm.
d. Penulangan Tumpuan Arah Y
1) Mu = Mty = 8,988 kNm
2) ϕ = 0,9
96
𝑀𝑢
3) Mn = ϕ
8,988
= 0,9
= 9,987 kNm
𝐹𝑦
4) m = (0,85 𝑥 𝑓'𝑐)
385
= (0,85 𝑥 25)
= 18,118
𝑀𝑛
5) Rn = 2
(𝑏𝑥𝑑 )
9,987
= 2
(1000 𝑥 100 )
= 0,9987 Mpa
× ⎡⎢1 − ⎤
1 2𝑚×𝑅𝑛
6) p = 𝑚
1− 𝐹𝑦 ⎥
⎣ ⎦
× ⎡⎢1 − ⎤
1 2 𝑥 18,118 × 0,9987
= 18,118
1− 385 ⎥
⎣ ⎦
= 0,0027
1,4
7) P min1 = 𝐹𝑦
1,4
= 385
= 0,0036
30
8) P min2 = 4 𝑥 𝐹𝑦
30
= 4 𝑥 385
= 0,0032
9) P min pakai
Nilai Pmin pakai merupakan nilai terbesar dari Pmin1 dan Pmin2.
Maka nilai 𝑃𝑚𝑖𝑛𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 adalah 0,0036
10 ) Ppakai
Nilai Ppakai merupakan nilai terbesar dari Pmin pakai dan p. Maka
nilai Ppakai adalah 0,0036.
97
11) As = 𝑃𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 x b x d
= 215,984 mm
13) 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = 150 mm (nilai 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 < S)
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
14) As’ = 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
1 2
𝑥 π 𝑥 10 𝑥 1000
= 4
150
2
= 628,319 𝑚𝑚
15) Cek Syarat
2 2
Karena nilai As’ > As yaitu 628,319 𝑚𝑚 > 363,636 𝑚𝑚 , maka
perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat lantai satu arah
tipe 1 sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah 628,319 mm.
e. Penulangan Tumpuan Bagi (pada daerah tumpuan)
1) Ppakai
Nilai Ppakai pada tulangan bagi adalah 0,002
2) As = 0,002 x b x Tebal Pelat
= 0,002 x 1000 x 125
2
= 250 𝑚𝑚
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
3) S = 𝐴𝑠
1 2
𝑥 π 𝑥 10 𝑥 1000
= 4
250
= 314,159 mm
4) 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = 150 mm (nilai 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 < S)
2
5) As’ = 250 𝑚𝑚
98
6) Cek Syarat
2 2
Karena nilai As’ > As yaitu 250 𝑚𝑚 > 250 𝑚𝑚 , maka perhitungan
penulangan pada daerah lapangan pelat lantai satu arah tipe 1 sudah OK
dan penulangan yang dipakai adalah 250 mm.
Adapun perhitungan penulangan pada pelat dua arah tipe lainnya, langkah
perhitungannya sama dengan seperti langkah perhitungan penulangan pelat dua
arah tipe 1 dan hasilnya dapat dilihat pada tabel - tabel dibawah ini.
Lx Tx Lx Tx
pb 20 20 20 20
As perlu (𝑚𝑚 )
2
363,636 391,608 363,636 363,636
As pakai (𝑚𝑚 )
2
523,599 523,599 628,319 628,319
Asst (𝑚𝑚 )
2 250,000 250,000 250,000 250,000
Lx Tx Lx Tx
pb 20 20 20 20
As perlu (𝑚𝑚 )
2
363,636 391,608 363,636 363,636
As pakai (𝑚𝑚 )
2
523,599 523,599 523,599 523,599
Asst (𝑚𝑚 )
2 250,000 250,000 250,000 250,000
Lx Tx Lx Tx
pb 20 20 20 20
As perlu (𝑚𝑚 )
2
363,636 363,636 363,636 363,636
As pakai (𝑚𝑚 )
2
523,599 523,599 523,599 523,599
Asst (𝑚𝑚 )
2 250,000 250,000 250,000 250,000
Lx Tx Lx Tx
pb 20 20 20 20
As perlu (𝑚𝑚 )
2
363,636 743,154 363,636 570,712
As pakai (𝑚𝑚 )
2
523,599 523,599 523,599 523,599
Asst (𝑚𝑚 )
2 250,000 250,000 250,000 250,000
Uraian Arah X
Tumpuan Lapangan
Mu 9,955 6,844
Mn 11,061 7,604
h 125 125
pb 20 20
d 100 100
Rn 1,1061 0,7604
ρ 0,0030 0,0020
As perlu (𝑚𝑚 )
2
324,675 324,675
As pakai (𝑚𝑚 )
2
523,599 523,599
Asst (𝑚𝑚 )
2 523,599 523,599
Uraian Arah X
Tumpuan Lapangan
Mu 4,424 3,042
Mn 4,916 3,380
h 125 125
pb 20 20
d 100 100
102
Rn 0,4916 0,3380
ρ 0,0013 0,0009
As perlu (𝑚𝑚 )
2
324,675 324,675
As pakai (𝑚𝑚 )
2
523,599 523,599
Asst (𝑚𝑚 )
2 523,599 523,599
Uraian Data
F’c (Mpa) 25
Fy (Mpa) 385
103
Ly (mm) 3600
Lx (mm) 3600
Ly/Lx 1
D pokok (mm) 10
D bagi (mm) 8
Lx Ly Lx Ly
Pb (mm) 20 20 20 20
d (mm) 85 85 85 85
As Perlu (𝑚𝑚 )
2
309,091 309,091 309,091 363,636
As Pakai (𝑚𝑚 )
2
523,599 523,599 523,599 523,599
Asst (𝑚𝑚 )
2
220,000 220,000 220,000 220,000
Lx Ly Lx Ly
Pb (mm) 20 20 20 20
d (mm) 85 85 85 85
As Perlu (𝑚𝑚 )
2
309,091 309,091 309,091 363,636
As Pakai (𝑚𝑚 )
2
523,599 523,599 523,599 523,599
Asst (𝑚𝑚 )
2
220,000 220,000 220,000 220,000
Lx Ly Lx Ly
Pb (mm) 20 20 20 20
d (mm) 85 85 85 85
As Perlu (𝑚𝑚 )
2
309,091 309,091 309,091 363,636
As Pakai (𝑚𝑚 )
2
523,599 523,599 523,599 523,599
Asst (𝑚𝑚 )
2
220,000 220,000 220,000 220,000
Lx Ly Lx Ly
Pb (mm) 20 20 20 20
d (mm) 85 85 85 85
106
As Perlu (𝑚𝑚 )
2
309,091 309,091 309,091 363,636
As Pakai (𝑚𝑚 )
2
523,599 523,599 523,599 523,599
Asst (𝑚𝑚 )
2
220,000 220,000 220,000 220,000
Lx Ly Lx Ly
Pb (mm) 20 20 20 20
d (mm) 85 85 85 85
As Perlu (𝑚𝑚 )
2
309,091 309,091 309,091 363,636
As Pakai (𝑚𝑚 )
2
523,599 523,599 523,599 523,599
Asst (𝑚𝑚 )
2
220,000 220,000 220,000 220,000
Lx Ly Lx Ly
Pb (mm) 20 20 20 20
d (mm) 85 85 85 85
As Perlu (𝑚𝑚 )
2
309,091 309,091 309,091 363,636
As Pakai (𝑚𝑚 )
2
523,599 523,599 523,599 523,599
Asst (𝑚𝑚 )
2
220,000 220,000 220,000 220,000
150
= 90,91+ 𝑐𝑜𝑠 (33,956°)
= 271,749 mm
3
x. Berat isi beton (ɣ) = 23, 544 𝑘𝑁𝑚
2. Pembebanan Tangga
Adapun untuk perhitungan pembebanan pada tangga adalah sebagai
berikut ini.
109
𝑇4
a. Berat anak tangga + pelat tangga (Qd1) = 1000
𝑥ɣ
271,749
= 1000
𝑥 23, 544
2
= 6,398056359 𝑘𝑁𝑚
2
b. Berat railing tangga (Qd2) = 0,1 𝑘𝑁𝑚
𝑇3
c. Berat pelat bordes (Qd3) = 1000
𝑥ɣ
150
= 1000
𝑥 23, 544
2
= 3,5316 𝑘𝑁𝑚
d. Berat spesi + pasir + keramik (Qd4) = Qd1+Qd2+Qd3
= 6,398056359 + 0,1 + 3,5316
2
=1,46666 𝑘𝑁𝑚
e. Beban Mati pelat tangga (Qdt) = Qd1 + Qd2 + Qd4
= 6,398056359 + 0,1 +1,46666
2
=7,96465 𝑘𝑁𝑚
f. Beban Mati pelat border (Qdb) = Qd2 +Qd3 +Qd4
= 0,1+ 3,5316 + 1,46666
2
= 5,0982 𝑘𝑁𝑚
2
g. Beban hidup pelat tangga (Qlt) = 3 𝑘𝑁𝑚
2
h. Beban hidup pelat border (Qlb) = 3 𝑘𝑁𝑚
𝑇3
3. Analisis Struktur
Analisis struktur pada tangga dan bordes dilakukan dengan menggunakan
aplikasi SAP2000. Dari hasil analisis struktur tersebut, diambil nilai
momennya baik pada pelat tangga maupun pada pelat bordes. Nilai momen
hasil analisis struktur dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
= 26 mm
111
13) d = h - ds
= 150 - 26
= 124 mm
b. Penulangan pelat tangga arah X
1) Mu = 6,465 kNm
2) ∅ = 0,9
𝑀𝑢
3) Mn = ∅
6,465
= 0,9
= 7,183 kNm
𝐹𝑦
4) m = 0,85 𝑥 𝑓'𝑐
385
= 0,85 𝑥 25
= 18,118
𝑀𝑛
5) Rn = 2
𝑏(𝑑 )
7,183
= 2 = 0,4672 Mpa
1000(124 )
× ⎡⎢1 − ⎤
1 2𝑚×𝑅𝑛
6) ρ = 𝑚
1− 𝐹𝑦 ⎥
⎣ ⎦
× ⎡⎢1 − ⎤
1 2 𝑥 18,118 ×0,4672
= 18,118
1− 385 ⎥
⎣ ⎦
= 0,0012
1,4
7) ρmin 1 = 𝑓𝑦
1,4
= 385
= 0,0036
30
8) ρmin 2 = 4 𝑥 𝑓𝑦
30
= 4 𝑥 385
= 0,0032
9) Ppakai
Nilai Ppakai merupakan nilai terbesar dari P, ρmin 1 dan ρmin 2,
maka nilai Ppakai adalah 0,0036.
10) As = Ppakai x b x d
= 0,0036 x 1000 x 124
2
= 450,909 𝑚𝑚
112
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
11) S = 𝐴𝑠 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
1 2
𝑥 π 𝑥 12 𝑥 1000
= 4
450,909
= 250,821 mm
12) Spakai = 250 mm (nilai Spakai < S)
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
13) As’ = 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
1 2
𝑥 π 𝑥 16 𝑥 1000
= 4
250
2
= 452,389 𝑚𝑚
14) Cek Syarat
2 2
Karena nilai As’ > As yaitu 452,389 𝑚𝑚 > 450,909 𝑚𝑚 , maka
perhitungan penulangan pada pelat tangga sudah OK dan
penulangan yang dipakai adalah P12– 250 mm.
Untuk penulangan pelat tangga arah Y menggunakan cara yang sama dan
2 2
akan menghasilkan nilai As’ > As yaitu 452,389 𝑚𝑚 > 450,909 𝑚𝑚 , maka
perhitungan penulangan pada pelat tangga sudah OK dan penulangan yang
dipakai adalah P12– 250 mm.
Fy (Mpa) 385
Qu pelat 12,167
Mx (kNm) 2,1476
My (kNm) 5,9315
D pokok (mm) 12
D bagi (mm) 8
Pb (mm) 20
ds (mm) 26
d (mm) 124
Uraian Data
Mu (kNm) 6,465
Mn (kNm) 7,183
m 18,118
Rn (Mpa) 0,4672
p (mm2) 0,0012
As (mm2) 450,909
Uraian Data
Mu (kNm) 1,892
Mn (kNm) 2,102
m 18,118
Rn (Mpa) 0,1367
p (mm2) 0,0004
As (mm2) 0,0036
1 2
𝑥 π 𝑥 8 𝑥 1000
= 4
200
= 250,821 mm
4) Spakai = 250 mm
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
5) As’ = 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
1 2
𝑥 π 𝑥 8 𝑥 1000
= 4
250
= 300,000 mm2
6) cek syarat
Karena nilai As’ > Aspakai yaitu 300,000 mm2 > 200 mm2 , maka
perhitungan penulangan bagi pada pelat tangga sudah OK dan
penulangan yang dipakai adalah P8 – 250 mm.
116
BAB V
OUTPUT GAYA DALAM DAN REDISTRIBUSI MOMEN
BALOK
116
117
negatif sebagaimana yang disyaratkan oleh SNI. Misal M- = 100 tm, sedangkan
M+ = 40 tm. Untuk itu, redistribusi momen boleh dilakukan, karena, kebutuhan
momen negatif tumpuan sangat besar, sedangkan kebutuhan momen positif
lapangan kecil, sehingga akan tidak efisien jika menggunakan momen tersebut
untuk desain, selain itu juga untuk memuaskan kebutuhan SNI terhadap momen
positif tumpuan.Untuk membatasi penurunan kekuatan yang terlalu banyak akibat
redistribusi momen, maka (SNI 03-2847-2002, pasal 10.4.1) membatasi nilai
Lanjutan Tabel 5.2 Rekapitulasi Momen dan Gaya Geser dari SAP2000
Kode Lantai 𝑀
−
𝑀
+ % −
𝑀 Desain
+
𝑀 Desain
balok trial (kNm (kNm)
Kode Lantai 𝑀
−
𝑀
+ % −
𝑀 Desain
+
𝑀 Desain
balok trial (kNm (kNm)
BAB VI
DESAIN TULANGAN LENTUR DAN SUSUT BALOK
339,51
= 0.9
124
125
=377,231 kNm
𝐹𝑦
εy = 𝐸𝑠
420
= 2000000
=0,0021
𝐹𝑦
m = 0.85 𝑥 𝐹'𝑐
420
= 0.85 𝑥 30
= 16,470
β1 = 0,836
β1 ε𝑐
ρ𝑏 = 𝑚
𝑥 ε𝑐 + ε𝑦
0,836 0.003
= 16,470
𝑥 0.003 + 0,0021
= 0,02984
Rb = ρ𝑏 x Fy x (1-(0.5 x ρ𝑏 x m))
= 0,02984 x 420 x (1-(0.5 x 0,02984 x 16,470))
= 9,454 Mpa
Rm = 0.75 x Rb
= 0.75 x 9,454
= 7,090 Mpa
3 𝑀𝑛
bperlu = 4 𝑥 𝑅𝑚
3 6
377,231 𝑥 10
= 4 𝑥 7,090
= 236,928 mm
hperlu =2xb
= 2 x 236,928
= 473,856 mm
Adapun untuk syarat b dan h pakai adalah harus lebih besar dari b
dan h perlu. maka diambil dimensi untuk Balok Induk Interior Lantai 1-4
adalah sebagai berikut.
bpakai = 350 mm
126
h pakai = 600 mm
2. Komponen Tulangan Sebelah
Langkah selanjutnya adalah menghitung kebutuhan
tulangan sebelah. Adapun kebutuhan tulangan sebelah
dapat diketahui melalui perhitungan berikut ini.
a. Cek syarat Mu+
Pada balok induk interior lantai 1-3 diketahui
bahwasannya nilai momen negatif dan positif sebagai
berikut.
M- = 339,508 kNm
50% M- = 50% x 339,508
= 169,754 kNm
M+ = 169,754 kNm
Maka dapat disimpulkan bahwa M+ > 50% Mu- dan
sudah memenuhi persyaratan SPRMK pada daerah
tumpuan dan diambil nilai c sebesar 0.2
b. Kontrol Tegangan Baja
c pakai = 0.1
R1 = c x Rb
= 0.2 x 9,454
= 0,9454 Mpa
M1 = R1 x b pakai x h pakai2
= 0,9454 x 350 x 6002
= 119126155,5 Nmm
ds asumsi = Pb + ∅sengkang + ∅pokok + (0.5 x jarak vertikal Tul)
= 40 + 13 + 25 + (0.5 x 25)
= 90,5 mm
d = h - ds
127
= 600 - 90,5
= 509,5 mm
Selanjutnya adalah mencari nilai a dengan persamaan di bawah ini.
Mn = Cc x (d - (0.5 x a))
Mn = 0.85 x F’c x a x b x (d - (0.5 x a))
119126155,5 = 0.85 x 30 x a x 350 x (509,5 - (0.5 x a))
119126155,5 = 4547287,5a + (-4462,5) a2
(-4462,5) a2 + 4547287,5a + (-119126155,5) = 0
Maka dengan persamaan kuadrat rumus abc kita dapat mencari nilai a
2
−𝑏 + 𝑏 −4𝑎𝑐
a1 = 2𝑎
2
−(4547287,5 + (4547287,5) −(4𝑥(−4462,5)𝑥(−119126155,5))
= 2𝑥(−4462,5)
= 26,9077 mm
2
−𝑏 − 𝑏 −4𝑎𝑐
a2 = 2𝑎
2
−(4547287,5 − (4547287,5) −(4𝑥−4462,5(−119126155,5))
= 2𝑥(−4462,5)
= 992,0923 mm
Dari dua perhitungan di atas didapat nilai a pakai sebesar 26,9077 mm
𝑎
c = β1
26,9077
= 0.85
= 32,197 mm
Cek syarat regangan baja desak
𝑑−𝑐
εs = 𝑐
x 0.003
509,5 −32,197
= 32,197
x 0.003
= 0,0444
Didapat nilai εs > εy, maka baja tarik sudah leleh.
Fs = εs x Es
= 0,0444 x 200000
= 8894,5949 MPa
128
Tegangan baja yang dipakai adalah 420 MPa atau sama dengan Fy
dikarenakan baja tarik sudah leleh. Selanjutnya untuk mengetahui jumlah
tulangan maka dapat menggunakan perhitungan di bawah ini,
Ts = cc
Ts = 0.85 x F’c x a x b
As x Fy = 0.85 x F’c x a x b
0.85 𝑥 𝐹'𝑐 𝑥 𝑎 𝑥 𝑏
As perlu = 𝐹𝑦
= 571,7889 mm2
A1 Tulangan = ¼ x π x ϕ Pokok2
= ¼ x π x 252
= 490,873 mm2
Jumlah Tulangan Perlu
𝐴𝑠 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑢
n = 𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
571,7889
= 490,873
412334,03
= 0.85 𝑥 30 𝑥 350
= 46,199 mm
𝑎
c baru = β1
46,199
= 0,836
129
= 55,281 mm
𝑑 − 𝑐 𝑏𝑎𝑟𝑢
εs baru = 𝑐 𝑏𝑎𝑟𝑢
x 0.003
509,5 − 55,281
= 55,281
𝑥 0. 003
= 0,0246
Mn1 = cc x (d - (0.5 x a))
= 0.85 x 30 x 350 x (509.5 - (0.5 x 55,4070))
= 200559297,3 Nmm
3. Komponen Tulangan Rangkap
Langkah selanjutnya adalah menghitung kebutuhan
tulangan rangkap. Adapun kebutuhan tulangan rangkap
dapat diketahui melalui perhitungan-perhitungan
berikut.
Mn2 = Mn -Mn1
= 377,2314 x 106 - 200559297,3
= 176672119,4 Nmm
𝑃𝑏 + ϕ𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 + 0.5 𝑥 ϕ𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘
ds’ asumsi = 2
40 + 13 + 0.5 𝑥 25
= 2
= 65,5 mm
d = h - ds
= 600 - 90,5
= 509,5 mm
Mn2 = cc x (d-ds’)
𝑀𝑛2
As’ x Fy = 𝑑 − 𝑑𝑠'
𝑀𝑛2
= 509,5 − 65,5
420
= 947,405 mm2
A1 Tulangan = ¼ x π x ϕpokok2
130
= ¼ x π x 252
= 490,873 mm2
𝐴𝑠 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑢
Jumlah Tul = 𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
947,405
n = 490,873
= 40 + 13 + 0.5 x 25
= 65,5 mm
x2 = x1 + jarak antar baris
= 65,5 + 54
= 119,5 mm
As1 = As2 = Jumlah tulangan pada baris 1 x A1
tulangan
= 4 x 490,873
= 1963,495 mm2
As1 . x1 = 1963,495 x 65,5
= 128608,9493 mm3
Σ𝐴𝑠.𝑥
ds = Σ𝐴
128608,9493 + 0
= 1963,495 + 0
= 65,5 mm
Cek jarak tulangan horizontal
𝑏𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 − (2𝑥𝑝𝑏) − (2𝑥ϕ𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔) − 𝑛 𝑥ϕ𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘
S = 𝑛−1
= 48 mm > 25 mm (OK)
Lalu selanjutnya masuk ke perhitungan momen nominal
negatif atau Mn-
ds = 65,5 mm
ds’ = 65,5 mm
d = h-ds
= 600 - 65,5
= 534,5 mm
As pakai = Jumlah tulangan tarik x A1 tulangan
132
= 4 x 490,873
= 1963,495 mm
As’ pakai = Jumlah tulangan tekan x A1 tulangan
= 2 x 490,873
= 981,7477 mm2
Persamaan keseimbangan gaya - gaya horizontal (Σ𝐻 = 0)
Ts = cc + cs
Fs = ε𝑐 𝑥 ( 𝑐−𝑑𝑠'
𝑐 )𝑥𝐸𝑠
= 0. 003 𝑥 ( 89,431−65,5
89,431 )𝑥200000
= 160,555 Mpa
Mn = cc x (d-(0.5 x a)) + cs (d-ds’)
cc = 0.85 x F’c x a x b
= 0.85 x 27.5 x 74,7387 x 350
= 667043,4919 N
cs = As’ x Fs
= 1140.399 N x 160,555
= 1576424,5796 N
Lengan 1 = d - (0.5 x a)
= 415.5 - (0.5 x 74,7387)
= 497,131 mm
Lengan 2 = d - ds’
= 534,4 - 65,5
133
= 469 mm
Mn = 667043,4919 x 497,131 + 1576424,5796 x 469
= 40553367,4 Nmm
Lalu selanjutnya menentukan nilai reduksi yaitu dengan syarat ε𝑡 > 0.005
(𝐻−𝑃𝑏−ϕ𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔−0.5𝑥ϕ𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘)𝑥0.003
ε𝑡 = 𝑐
− 0. 003
x ( 𝑐−𝑑𝑠'
𝑐 )𝑥 𝐸𝑠)
Sama seperti cara sebelumnya, nilai c atau garis netral dihitung
dengan persamaan kuadrat rumus ABC. Maka didapat nilai c sebesar
120.359 mm.
c = 107,396 mm
a = c x β1
= 107,396 x 0.85
= 89,752 mm
Fs = ε𝑐 𝑥 ( 𝑐−𝑑𝑠'
𝑐 )𝑥𝐸𝑠
= 0. 003 𝑥 ( 107,396−65,5
107,396 )𝑥200000
= 234,065 Mpa
Mn = cc x (d-(0.5 x a)) + cs (d-ds’)
cc = 0.85 x F’c x a x b
= 0.85 x 30 x 89,752 x 350
= 801041,853 N
cs = As’ x Fs
= 1140.399 x 234,065N
= 229793,236 N
Lengan 1 = d - (0.5 x a)
= 534,5 - (0.5 x 89,752)
= 489,624 mm
Lengan 2 = d - ds’
= 534,5 - 65,5
= 469 mm
MKap = 801041,853 x 489,624 + 229793,236 x 469
= 499982108,4 Nmm
Lalu selanjutnya menentukan nilai reduksi yaitu dengan syarat ε𝑡 > 0.005
(𝐻−𝑃𝑏−ϕ𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔−0.5𝑥ϕ𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘)𝑥0.003
ε𝑡 = 𝑐
− 0. 003
135
= 119,5 mm
x3 = x2 + jarak antar baris
= 119,5 + 54
= 173,5 mm
As1 = As2 = jumlah tulangan pada baris 1 x A1
tulangan
= 2 x ¼ x π x 252
= 981,747 mm2
As1 . x1 = 981,747 x 65,5
= 64304,4746 mm3
Σ𝐴𝑠.𝑥
ds = Σ𝐴
64304,4746
= 981,747
= 65,5 mm
Cek jarak tulangan horizontal
𝑏𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 − (2𝑥𝑝𝑏) − (2𝑥ϕ𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔) − 𝑛 𝑥 ϕ𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘
S = 𝑛−1
= 194 mm
Lalu selanjutnya menentukan titik berat tulangan
tekan atau ds’
Konfigurasi tulangan tekan
Jumlah pada baris 1 = 4 buah
Jumlah pada baris 2 = 0 buah
Jarak antar baris = Jarak vertikal tulangan + ϕ
pokok
= 25 + 25 + 4
= 54 mm
137
128608,9433
= 1963,495
= 65.5 mm
Cek jarak tulangan horizontal
𝑏𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 − (2𝑥𝑃𝑏) − (2𝑥ϕ𝑆𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔) − 𝑛𝑥ϕ𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘
S = 𝑛−1
= 48 mm > 25 mm (OK)
Lalu selanjutnya masuk ke perhitungan momen nominal
negatif atau Mn-
ds = 65,5 mm
ds’ = 65,5 mm
138
d = h - ds
= 600 - 65,5
= 534,5 mm
As pakai = Jumlah tulangan tekan x A1
Tulangan
= 2 x ¼ x π x 252
= 981,748 mm2
As’ pakai = Jumlah tulangan tarik x A1 Tulangan
= 6 x ¼ x π x 252
= 1963,495 mm2
Persamaan keseimbangan gaya - gaya horizontal (ΣH =
0)
Ts = cc + cs
Fs = ε𝑐 𝑥 ( 𝑐−𝑑𝑠'
𝑐 )𝑥𝐸𝑠
= 0. 003 𝑥 ( 62,6−65.5
62,6 )𝑥200000
= -27,798 Mpa
Mn = cc x (d-(0.5 x a)) + cs (d-ds’)
cc = 0.85 x F’c x a x b
= 0.85 x 30 x 52,315 x 350
= 466915,7379 N
139
cs = As’ x Fs
= 1963,495 N x (-27,798)
= -54581,702 N
Lengan 1 = d - (0.5 x a)
= 534,5 - (0.5 x 62,6)
= 508,3 mm
Lengan 2 = d - ds’
= 534,5 - 65,5
= 469 mm
Mn = 466915,7379 x 508,3 -54581,702 x 469
= 211754181,1 Nmm
Lalu selanjutnya menentukan nilai reduksi yaitu dengan syarat ε𝑡 > 0.005
(𝐻−𝑃𝑏−ϕ𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔−0.5𝑥ϕ𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘)𝑥0.003
ε𝑡 = 𝑐
− 0. 003
= 600 - 65,5
= 534,5 mm
As pakai = Jumlah tulangan tarik x A1 tulangan
= 2 x ¼ x 𝜋 x 252
= 981,748 mm
As’ pakai = Jumlah tulangan tekan x A1 tulangan
= 4 x ¼ x 𝜋 x 252
= 1963,495 mm2
Persamaan keseimbangan gaya - gaya horizontal (Σ𝐻 = 0)
Ts = cc + cs
As x Fy x Overstreght Factor = (0.85 x F’c x c x β1x bpakai) + (As’ x (ε𝑐
x ( 𝑐−𝑑𝑠'
𝑐 )𝑥 𝐸𝑠)
Sama seperti cara sebelumnya, nilai c atau garis netral dihitung
dengan persamaan kuadrat rumus ABC. Maka didapat nilai c sebesar 85.582
mm.
c = 66,568 mm
a = c x β1
= 66,568 x 0.85
= 55,631 mm
Fs = ε𝑐 𝑥 ( 𝑐−𝑑𝑠'
𝑐 )𝑥𝐸𝑠
= 0. 003 𝑥 ( 66,568−65,5
66,568 )𝑥200000
= 9,627 Mpa
Mn = cc x (d-(0.5 x a)) + cs (d-ds’)
cc = 0.85 x F’c x a x b
= 0.85 x 30 x 55,632 x 350
= 496514,785 N
cs = As’ x Fs
= 1963,495 x 9,627 N
= 18902,76 N
141
Lengan 1 = d - (0.5 x a)
= 534,5 - (0.5 x 55,631)
= 506,684 mm
Lengan 2 = d - ds’
= 534,5 - 65,6
= 469 mm
MKap = 496514,785 x 506,684 + 18902,76 x 469
= 260441514,3 Nmm
Lalu selanjutnya menentukan nilai reduksi yaitu dengan syarat ε𝑡 > 0.005
(𝐻−𝑃𝑏−ϕ𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔−0.5𝑥ϕ𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘)𝑥0.003
ε𝑡 = 𝑐
− 0. 003
30
= 0.364 x 0.85 x 200
= 0,0217
𝐴𝑠
ρpakai = 𝑏𝑥𝑑
1963,495
= 350 𝑥 534,5
= 0,0105
142
1𝑥4
ρmin1 = 𝐹𝑦
1𝑥4
= 420
= 0,003
𝐹'𝑐
ρmin2 = 4 𝑥 𝐹𝑦
30
= 4 𝑥 420
= 0.0032
ρmin pakai = 0.0033 (diambil nilai terbesar dari ρ
min1 dan ρmin2)
Maka rasio tulangan OK karena ρmin<ρpakai<ρmax
b. Cek rasio tulangan bawah
𝐹'𝑐
ρmax = 0.364 x β1 x 𝐹𝑦
30
= 0.364 x 0.85 x 420
= 0,0217
𝐴𝑠
ρpakai = 𝑏𝑥𝑑
1963,495
= 350 𝑥 534,5
= 0,0105
1𝑥4
ρmin1 = 𝐹𝑦
1𝑥4
= 420
= 0,0033
𝐹'𝑐
ρmin2 = 4 𝑥 𝐹𝑦
30
= 4 𝑥 420
= 0,0033
ρmin pakai = 0,0033 (diambil nilai terbesar dari ρ
min1 dan ρmin2)
143
420
= 132,732
= 3,1642 buah
6. Jumlah tulangan pakai = 4 buah
Sehingga Tulangan Susut B1X lt. 1-4 adalah 4P12.
untuk pemasangan tulangan susut hanya digunakan pada
balok yang memiliki dimensi h sama dengan atau lebih dari
600 mm.
Adapun rekapitulasi perhitungan yang sudah
dikerjakan sebelumnya untuk perhitungan lentur dan susut
balok adalah sebagai berikut.
145
Tabel 6.1 Rekapitulasi Hasil Desain Tulangan pada Balok Induk dan
Anak
146
147
148
149
150
151
152
BAB VIII
DIAGRAM MU-PU KOLOM
152
153
Tabel 8.1 Momen Ultimit dan Gaya Ultimit Hasil Analisa Struktur Pada Saat
Kondisi Pu Max
Tabel 8.2 Momen Ultimit dan Gaya Ultimit Hasil Analisa Struktur Pada Saat
Kondisi Mu Max
𝐴𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜
a. Jumlah tulangan Rasio 0,3% = 𝐴1𝐷
1267,5
= 1
4
× π × 24
= 2,802 = 3 buah
𝐴𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜
b. Jumlah tulangan Rasio 0,4% = 𝐴1𝐷
1690
= 1
4
× π × 24
= 3,736 = 4 buah
𝐴𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜
c. Jumlah tulangan Rasio 0,5% = 𝐴1𝐷
2112,5
= 1
4
× π × 24
= 4,670 = 5 buah
𝐴𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜
d. Jumlah tulangan Rasio 0,6% = 𝐴1𝐷
2535
= 1
4
× π × 24
= 5,604= 6 buah
𝐴𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜
e. Jumlah tulangan Rasio 0,7% = 𝐴1𝐷
2957,5
= 1
4
× π × 24
= 6,538 = 7 buah
𝐴𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜
f. Jumlah tulangan Rasio 0,8% = 𝐴1𝐷
3380
= 1
4
× π × 24
= 7,471 = 8 buah
4. Menghitung Luasan Tulangan yang Dipakai
Luasan tulangan yang akan dipakai dapat diketahui dengan perhitungan
berikut.
a. Jumlah tulangan Rasio 0,3% = n × 𝐴1𝐷
= 3 x 452,3893421
157
2
=1357,168 𝑚𝑚
b. Jumlah tulangan Rasio 0,4% = n × 𝐴1𝐷
= 4 x 452,3893421
2
= 1809,557 𝑚𝑚
c. Jumlah tulangan Rasio 0,5% = n × 𝐴1𝐷
= 5 x 452,3893421
2
=2261,947 𝑚𝑚
d. Jumlah tulangan Rasio 0,6% = n × 𝐴1𝐷
= 6 x 452,3893421
2
=2714,336 𝑚𝑚
e. Jumlah tulangan Rasio 0,7% = n × 𝐴1𝐷
= 7 x 452,3893421
2
= 3166,725 𝑚𝑚
f. Jumlah tulangan Rasio 0,8% = n × 𝐴1𝐷
= 8 x 452,3893421
2
= 3619,115 𝑚𝑚
8.3.3 Perhitungan Diagram Mu - Pu Kolom
Adapun untuk perhitungan diagram Mu - Pu kolom, kami menggunakan
contoh perhitungan pada kolom tipe KD lantai 1 arah x dengan rasio tulangan 0,3
% dan langkah perhitungannya dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini.
Diketahui :
ρ = 0,3 %
2
As Pakai = 1357,168 𝑚𝑚
2
As’ Pakai = 1357,168 𝑚𝑚
1. Kondisi Patah Berimbang (Balance)
600 × 𝑑
a. Cb = 600 + 𝐹𝑦
600 𝑥 585
= 600 + 420
158
= 344,118 mm
b. Ab = β1 × 𝐶𝑏
= 0,836 × 344,118
= 287,584 mm
𝐶𝑏−𝑑𝑠'(𝑥)
c. ε𝑠' = 𝐶𝑏
x ε𝑐
344,118−65
= 344,118
x 0,003
= 0,0024333
𝑑(𝑥)−𝑐
d. ε𝑠 = 𝐶𝑏
x ε𝑐
585−344,118
= 344,118
x 0,003
= 0,0021
e. Ccb = 0,85 x fc' x ab x b
= 0,85 x 30 x 287,584 x 650
= 4766705,357 N
f. Csb = As’ pakai x (Fs’ pakai - (0,85 x f’c))
= 1357,168 x (420 - (0,85 x 30))
= 535402,786 N
g. Tsb = As x Fs
= 1357,168 x 420
= 570010,571 N
1
h. X1 = y - ( 2 x a)
1
= 650 - ( 2 x 287,584)
= 181,208 mm
i. X2 = y - ds’
= 650 - 65
= 260 mm
j. X3 =d-y
= 585 - 650
= 260 mm
159
Agar terjadi patah desak, maka diambil faktor pengali Cb > 1. Misal
dipakai faktor pengali = 1,1.
a.. c = 1,1 x Cb
= 1,1 x 344,118
= 378,529 mm
b. a = β1 x c
= 0,836 x 378,529
160
= 316,342 mm
𝑐−𝑑𝑠'(𝑥)
c. ε𝑠’ = 𝑐
x ε𝑐
(378,529−65)
= 378,529
x 0,003
= 0,002484
𝑑(𝑥)−𝑐
d. ε𝑠 = 𝐶𝑏
x ε𝑐
(585−378,529)
= 344,118
x 0,003
= 0,001636
e. Ccb = As’ pakai x (Fs’ pakai - (0,85 x f’c)
= 0,85 x 30 x 316,342 x 650
= 5243375,893 N
f. Csb = As’ pakai x (Fs’ pakai - (0,85 x f’c))
= 1357,168 x ( 420 - (0,85 x 30))
= 535402,786 N
g. Tsb = As x Fs
= 1357,168 x 327,273
= 444164,081 N
1
h. X1 = y - ( 2 x a)
650 1
= 2
- ( 2 x 316,342)
= 166,829 mm
i. X2 = y - ds’
650
= 2
- 65
= 260 mm
j. X3 =d-y
650
= 585 - 2
= 260 mm
k. Mn = Ccb x X1 + Csb x X2 + Tsb x X3
= 5243375,893 x 166,829 + 535402,786 x 260 + 444164,081 x 260
161
= 1129433000 Nmm
= 1129,433 KNm
l. Pn = Ccb + Csb - Tsb
= 535402,786 + 535402,786 + 444164,081
= 5334615000N
= 5334,615 KN
m. Adapun untuk nilai reduksi atau ϕ ditentukkan dengan persyaratan
berikut.
4) Apabila nilai ε𝑠 ≤ ε𝑦, maka nilai ϕ = 0,65
5) Apabila nilai ε𝑠 ≥ ε𝑡, maka nilai ϕ = 0,9
6) Apabila nilai ε𝑠 ≤ ε𝑦 dan ε𝑠 ≥ ε𝑡, maka nilai ϕ didapatkan dengan rumus:
ϕ = 0,65 + ((ε𝑠 - ε𝑦)x)
Karena pada kondisi seimbang nilai ε𝑠 ≤ ε𝑦, maka nilai ϕ = 0,65
n. Mu = ϕ x Mn
= 0,65 x 1129,433
= 734,1317079 KNm
o. Pu = ϕ x Pn
= 0,65 x 5334,615
= 3467,499 KN
3. Kondisi Patah Tarik
Agar terjadi patah desak, maka diambil faktor pengali Cb < 1. Misal
dipakai faktor pengali = 0,9.
a.. c = 0,9 x Cb
= 0,9 x 344,118
= 309,706 mm
b. a = β1 x c
= 0,836 x 309,706
= 258,826 mm
162
𝑐−𝑑𝑠'(𝑥)
c. ε𝑠’ = 𝑐
x ε𝑐
309,706−65
= 309,706
x 0,003
= 0,00237037
𝑑(𝑥)−𝑐
d. ε𝑠 = 𝐶𝑏
x ε𝑐
585 − 309,706
= 344,118
x 0,003
= 0,002666667
e. Ccb = As’ pakai x (Fs’ pakai - (0,85 x f’c)
= 0,85 x 30 x 258,826 x 650
= 4290034,821 N
f. Csb = As’ pakai x (Fs’ pakai - (0,85 x f’c))
= 1357,168 x ( 420 - (0,85 x 30))
= 535402,786 N
g. Tsb = As x Fs
= 1357,168 x 420
= 570010,571 N
1
h. X1 = y - ( 2 x a)
650 1
= 2
- ( 2 x 258,826)
= 195,587 mm
i. X2 = y - ds’
650
= 2
- 65
= 260 mm
j. X3 =d-y
650
= 585 - 2
= 260 mm
k. Mn = Ccb x X1 + Csb x X2 + Tsb x X3
= 4290034,821 x 195,587 + 535402,786 x 260 + 570010,571 x
260
163
= 1126483000 Nmm
= 1126,483 KNm
l. Pn = Ccb + Csb - Tsb
= 4290034,821 + 535402,786 - 570010,571
= 4255427000 N
= 4255,427 KN
m. Adapun untuk nilai reduksi atau ϕ ditentukkan dengan persyaratan
berikut.
7) Apabila nilai ε𝑠 ≤ ε𝑦, maka nilai ϕ = 0,65
8) Apabila nilai ε𝑠 ≥ ε𝑡, maka nilai ϕ = 0,9
9) Apabila nilai ε𝑠 ≤ ε𝑦 dan ε𝑠 ≥ ε𝑡, maka nilai ϕ didapatkan dengan rumus:
ϕ = 0,65 + ((ε𝑠 - ε𝑦)x)
Karena pada kondisi seimbang nilai ε𝑠 ≤ ε𝑦, maka nilai ϕ = 0,706
n. Mu = ϕ x Mn
= 0,706 x 1126,483
= 794,7965553 KNm
o. Pu = ϕ x Pn
= 0,706 x 4255,427
= 3002,440 KN
4. Kondisi Desak Sentris
Kondisi ini adalah kondisi dimana beban bekerja tepat pada titik berat
ptongan kolom (beban aksial murni), sehingga tidak ada momen.
a. Pn = (0,8 x (0,85 x F’c x (Ag-(As+As’))+((As+As’) x Fy)
=(0,8x(0,85x30x(422500-(1357,168+1357,168))+((1357,168+1357,168) x Fy)
= 9475644,458 N
= 9475,644 KN
b. Pu = ϕ x Pn
= 0,65 x 9475,644
= 6159,169 KN
164
= 0,00063 x 200000
= -127,30 Mpa
εs = (d(x)-c)/c x εc
= (734,5-67,833)/67,833 x 0,003
εs = 0,02948 ≥ 0,002, maka baja sudah leleh, maka Fs=Fy=420 Mpa
Cc = 0,85 x f’c x ab x b
= 0,85 x 25 x 57,658 x 800
= 742781,296 N
Cs = As’ x Fs’
= 2454,369 x 20,636
= -172770,725 N
Ts = As x Fs
= 1357,168 x 420
=570010,571 N
X1 = h/2- a/2
= 800/2- 57,658/2
= 302,593 mm
X2 = h/2 – ds’(x)
= 650/2 – 65,5
= 260 mm
X3 = d(x) - h/2
= 585 - 650/2
= 260 mm
Mn = Cc . X1 + Cs . X2 + Ts . X3
= 742781,296 x 302,593 + 172770,725 x 260 + 570010,571 x 260
= 328043000 Nmm
= 328,043 kNm
Pn = Cc + Cs – Ts
= 980186,826 + 50648,264 – 1030835,089
= 0 kN
166
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235 235
236 236
237 237
238
BAB XII
RENCANA ANGGARAN BIAYA
12.1 Umum
Rencana Anggaran Biaya (RAB) merupakan perkiraan atau perhitungan
biaya–biaya yang diperlukan untuk tiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi,
sehingga diperoleh biaya total yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek
tersebut. Tujuan penyusunan atau pembuatan RAB bagi kontraktor adalah sebagai
berikut ini.
a. Sebagai dasar untuk mengikuti tender dan pengajuan penawaran.
b. Sebagai dasar perkiraan modal/dana yang harus disediakan.
c. Sebagai dasar dalam penyediaan bahan, alat, tenaga dan waktu untuk
pelaksanaan.
Rencana anggaran biaya dibuat sebelum proyek dilaksanakan, jadi masih
merupakan anggaran perkiraan, bukan anggaran yang sebenarnya berdasarkan
pelaksanaan (actual cost). Ada dua macam cara pembuatan RAB, yaitu :
1. Rencana Anggaran Biaya Kasar
Yaitu rencana anggaran biaya yang perhitungannya hanya didasarkan pada luas
lantai bangunan dikalikan satuan harga per m2 nya. Rencana Anggaran biaya
kasar digunakan jika ingin mengetahui anggaran biaya proyek secara cepat
dengan cara pendekatan.
2. Rencana Anggaran Biaya secara Rinci
Yaitu rencana anggaran biaya yang dihitung berdasarkan volume tiap jenis
pekerjaan dikalikan harga tiap jenis pekerjaan tersebut,untuk seluruh jenis
kegiatan yang ada pada proyek tersebut, sehingga diperoleh rencana anggaran
biaya total untuk seluruh proyek tersebut.
Dalam penyusunan atau pembuatan RAB data yang diperlukan adalah sebagai
berikut:
238
239
BAB1
KETENTUAN
TEKNIS UMUM PEKERJAAN
PASAL 01. URAIAN UMUM
1.1 UMUM
Syarat – syarat ini berisi perincian – perincian mutu kekuatan, syarat –
syarat teknik pasangan / pemasangan dari bahan – bahan atau campuran
bahan – bahan maupun alat – alat atau mesin – mesin kelengkapan
bangunan yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pekerjaan –
pekerjaan proyek ini.
1.2 LINGKUP PEKERJAAN
Scope Pekerjaan yang dilaksanakan Pada Kegiatan ini adalah :
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pekerjaan Persiapan, meliputi pembuatan pagar sementara,
pembersihan lokasi, air kerja, Listrik, pemasangan bowplank,
pembuatan barak kerja, pembuatan direksi keet dan lain-lain
sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
2. Kontraktor wajib melakukan sosialisasi dengan masyarakat
sekitar proyek untuk mencegah terjadinya dampak sosial selama
masa konstruksi. Apabila terjadi dampak sosial, maka
sepenuhnya tanggung jawab kontraktor.
3. Kontraktor wajib mempersiapkan jalan yang dipergunakan
untuk kegiatan pelaksanaan ini, dengan lebar dan kondisi jalan
kerja yang memenuhi syarat untuk lalu lintas kendaraan
konstruksi atau lalu lintas kerja dengan aman.
4. Kontraktor wajib memperbaiki bangunan sekitar yang
mengalami kerusakan akibat kegiatan konstruksi.
B. Penerapan prinsip K3 di proyek sangat perlu diperhatikan dalam
pekerjaan konstruksi. Pelaksana konstruksi harus mengetahui dan
264
2.1 PERATURAN-PERATURAN
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka 304 sebagai dasar
pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut:
1. Tata cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 2847
- 2019).
2. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung (SNI 1726
- 2019).
3. SNI 1727-2020 Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung
dan Struktur lain (adopsi ASCE 7-16)
b) Dari jenis baja dengan mutu sesuai yang tercantum dalam gambar
dan bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-
ketentuan Peraturan Beton Indonesia.
c) Mempunyai penampang yang sama rata.
d) Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan-
ketentuan di atas, harus mendapat persetujuan tertulis Perencana
Struktur. Besi beton harus disupply dari satu sumber (manufacture)
dan tidak dibenarkan untuk mencampur adukan bermacam-macam
sumber besi beton tersebut untuk pekerjaan konstruksi.
e) Sebelum mengadakan pemesanan Pemborong harus mengadakan
pengujian mutu besi beton yang akan dipakai, sesuai dengan
petunjuk- petunjuk dari Direksi/ Pengawas Ahli.
f) Barang percobaan diambil di bawah kesaksian Direksi/ Pengawas
Ahli, berjumlah min.3 (tiga) batang untuk tiap-tiap jenis percobaan,
yang diameternya sama dan panjangnya ± 100 cm.
g) Percobaan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat bilamana
dipandang perlu oleh Direksi/ Pengawas Ahli.
Contoh besi beton yang diambil untuk pengujian tanpa kesaksian
Direksi/ Pengawas Ahli tidak diperkenankan sama sekali dan hasil test
yang bersangkutan tidak sah.
a) Semua biaya-biaya percobaan tersebut sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Pemborong.
b) Penggunaan besi beton yang sudah jadi seperti steel wiremesh atau
yang semacam iłu, harus mendapat persertujuan tertulis Perencana
Struktur.
c) Besi beton harus dilengkapi dengan label yang memuat nomor
pengecoran dan tanggal pembuatan, dilampiri juga dengan
sertifikat pabrik yang sesuai untuk besi tersebut.
d) Besi beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kualitasnya
tidak sesuai dengan spesifikasi struktur harus segera dikeluarkan
271
Slump dalam cm
Konstruksi Beton maksimun minimun
Dinding, pelat fondasi dan 12.50 10.00
fondasi telapak bertulang.
Fondasi telapak tidak 9.00 7.50
bertulang, kaison dan
konstruksi di bawah tanah.
Pelat, balok, kolom dan 15.00 12.50
dinding
Pembetonan massal 7.50 7.50
Untuk beton dengan bahan tambahan plasticizer, slump dapat
dinaikkan sampai maksimum 1,5 cm.
274
BAB II
PEKERJAAN STRUKTUR
Theodolit dengan tenaga ahli dalam bidangnya. Titik As ditulis dengan cat warna
merah, titik ini harus tetap terjaga sampai dengan pekerjaan Struktur selesai
apabila mengganggu pekerjaan bisa dipindahkan ke pagar proyek atau diganti
dengan papan petunjuk. Pemasangan Bowplank mengelilingi Bangunan / tidak
dipasang hanya pada as-as saja, Elevasi dan notasi as harus tertulis jelas dengan
huruf balok warna merah pada papan bowplank.
tiang-tiang yang sudah selesai dikerjakan dari segi deviasi dan tata
letak/ kedudukan.
b. PELAKSANAAN PONDASI BORE PILE (DRY BORING SYSTEM)
Metode kerja yang akan digunakan harus dimintakan persetujuan
Direksi/ Pengawas Ahli. Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus
membuat shop drawing dan meminta ijin pelaksanaan pekerjaan
pengeboran kepada Direksi/ Pengawas Ahli.
Pengeboran dilaksanakan pada titik-titik yang telah ditentukan. Untuk
mendapatkan kedudukan titik-titik tersebut terlebih dahulu harus
dilakukan uitzet dengan persetujuan Direksi/ Pengawas Ahli.
Ketelitian letak dan tegak lurusnya tiang bor harus presisi dengan
toleransi ketepatan posisi letak tiang adalah 7 1 /2 cm dan toleransi
tegak lurus 1/75 — 1/50.
Pelaksanaan pengeboran dilakukan dengan urutan dan arah dari
belakang menuju kedepan untuk menghindari kerusakan lahan yang
ada.
Untuk mengantisipasi terjadinya kelongsoran dipermukaan,
pelaksanaan pekerjaan pengeboran harus menggunakan bantuan
temporary casing permukaan dengan panjang yang disesuaikan dengan
kebutuhannya, dalam hal ini kontraktor pelaksana dapat menanyakan
mengenai kondisi tanah kepada Direksi/ Pengawas Ahli, tentang data
tanah dari hasil pengujian.
Penggunaan larutan Bentonite pada kasus khusus, seperti tanah pasir
lepas harus dikerjakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman, dengan
persetujuan Direksi/ Pengawas Ahli.
Penentuan kedalaman sesungguhnya tiang harus ditentukan oleh site
soil engineer yang ahli dan berpengalaman. Kondisi dasar lubang harus
diperiksa. - Pengeboran dilaksanakan dengan menggunakan mata bor
auger/ bucket yang disesuaikan dengan kondisi tanah di lapangan.
Setelah pengeboran mencapai kedalaman rencana, maka casing dapat
283
LINGKUP PEKERJAAN
1. Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk Bab ini termasuk perancangan,
pelaksanaan dan pembongkaran dari semua cetakan beton serta
penunjang untuk semua beton cor.
2. Pekerjaan yang berhubungan Pekerjaan Pembesian Pekerjaan Beton
REFERENSI-REFERENSI
Pekerjaan yang terdapat pada bab ini, kecuali ditentukan lain pada gambar
atau diperinci berikut, harus mengikuti peraturan-peraturan, standard-
standard atau spesifikasi terakhir sebagai berikut :
1. PBI-1971 NI-2 Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971
2. SII Standard Industri Indonesia
3. ACI-301 Specification for Structural Concrete Building
4. ACI-318 Building Code Requirement for Reinforced Concrete
5. ACI-347 Recommended Practice for Concrete Formwork.
PENYERAHAN
Penyerahan-penyerahan berikut harus dilakukan oleh ”Kontraktor” sesuai
dengan jadwal yang telah disetujui untuk penyerahannya dengan segera,
untuk menghindari keterlambatan dalam pekerjaannya sendiri maupun dari
kontraktor lain.
1. KUALIFIKASI MANDOR CETAKAN BETON (FORMWORK
FOREMAN)
”Kontraktor" harus mempekerjakan mandor untuk cetakan beton yang
berpengalaman dalam hal cetakan beton. Kwalifikasi dari mandor harus
diserahkan kepada Direksi Lapangan untuk diperiksa dan disetujui,
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum memulai pekerjaan.
2. DATA PABRIK Data pabrik tentang bahan-bahan harus diserahkan
oleh ”Kontraktor” kepada Direksi Lapangan dalam waktu 7 hari kerja
setelah "Kontraktor" menerima surat perintah kerja, juga harus
diserahkan instruksi pemasangan untuk kepentingan bahan-bahan dari
lapisan- lapisan, pengikat-pengikat, dan asesoris serta sistem cetakan
dari pabrik bila dipakai.
288
PELAKSANAAN UMUM
Perancah harus merupakan suatu konstruksi yang kuat, kokoh dan terhindar
dari bahaya kemiringan dan penurunan, sedangkan konstruksinya sendiri
harus juga kokoh terhadap pembebanan yang akan ditanggungnya,
termasuk gaya-gaya prategang dan gaya-gaya sentuhan yang mungkin ada.
Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat Langkah-langkah
persiapan yang perlu sehubungan dengan lendutan perancah akibat gaya
yang bekerja padanya sedemikian rupa hingga pada akhir pekerjaan beton,
permukaan dan bentuk konstruksi beton sesuai dengan kedudukan (peil) dan
bentuk yang seharusnya. Perancah harus dibuat dari baja atau kayu yang
bermutu baik dan tidak mudah lapuk. Pemakaian bambu untuk hal ini tidak
diperbolehkan. Bila perancah itu sebelum atau selama pekerjaan pengecoran
beton berlangsung menunjukan tanda-tanda penurunan > 10 mm sehingga
menurut pendapat Direksi Lapangan hal ini akan menyebabkan kedudukan
(peil) akhir sesuai dengan gambar rancangan tidak akan dapat dicapai atau
dapat membahayakan dari segi konstruksi, maka Direksi Lapangan dapat
memerintahkan untuk membongkar pekerjaan beton yang sudah
dilaksanakan dan mengharuskan kontraktor untuk memperkuat perancah
tersebut sehingga dianggap cukup kuat. Biaya sehubungan dengan itu
sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor. Gambar rancangan perancah
dan sistem pondasinya atau sistem lainnya secara detail (termasuk
perhitungannya) harus diserahkan kepada Direksi Lapangan untuk disetujui
293
5. PEKERJAAN SAMBUNGAN
Untuk mencegah kebocoran oleh celah-celah dan lubang-lubang pada
cetakan beton ekspose, perlu dilengkapi dengan gasket, Plug, ataupun
caulk joints. Cetakan sambungan-sambungan hanya diijinkan dimana
terlihat pada gambar kerja. Dimana memungkinkan, tempatkan
sambungan ditempat yang tersembunyi. Laksanakan perawatan
sambungan dalam 24 jam setelah jadwal pengecoran.
6. PEMBERSIHAN
Untuk beton pada umumnya (termasuk cetakan untuk permukaan
terlindung dari beton yang dicat). Lengkapi dengan lubang-lubang
untuk pembersihan secukupnya pada bagian bawah dari cetakan-
cetakan dinding dan pada titik-titik lain dimana diperlukan untuk
fasilitas pembersihan dan pemeriksaan dari bagian dalam dari cetakan
utama untuk pengecoran beton. Lokasi/tempat dari bukan pembersihan
berdasar kepada persetujuan Direksi Lapangan. Untuk beton ekspose
sama dengan beton pada umumnya, kecuali bahwa pembersihan pada
lubang lubang tidak diijinkan pada cetakan beton ekspose untuk
permukaan ekspose tanpa persetujuan Direksi Lapangan. Dimana
cetakan-cetakan mengelilingi suatu potongan beton ekspose dengan
permukaan ekspose pada dua sisinya, harus disiapkan cetakan yang
bagian-bagiannya dapat dilepas sepenuhnya seperti disetujui oleh
Direksi Lapangan. Memasang jendelaı bila pemasangan jendela pada
cetakan untuk beton ekspose, lokasi harus disetujui oleh Direksi
Lapangan. Perancah; batang-batang perkuatan penyangga cetakan
harus memadai sesuai dengan metoda perancah. Pemeriksaan perancah
secara sering harus dilakukan selama operasi pengecoran sampai
dengan pembongkaran. Naikkan bila penurunan terjadi,
perkuat/kencangkan bila pergerakan terlihat nyata. Pasanglah
penunjang-penunjang berturut-turut, segera, untuk hal-hal tersebut
diatas. Hentikan perkerjaan bila suatu perlemahan berkembang dan
cetakan memperlihatkan pergerakan terus menerus melampaui yang
296
yang tampak dari beton ekspose akibat cetakan akan ada bekas jalur
akibat dari plywood yang robek atau lepas seratnya. Sehubungan
dengan beban pelaksanaan, maka beban pelaksanaan harus didukung
oleh struktur-struktur penunjangnya dan untuk itu kontraktor harus
melampirkan perhitungan yang berkaitan dengan rancangan
pembongkaran perancah.