Anda di halaman 1dari 310

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perancangan struktur gedung tahan gempa di Indonesia merupakan hal yang
sangat penting, karena sebagian besar wilayahnya berada di wilayah gempa yang
cukup tinggi. Dalam melakukan perencanaan struktur bangunan tingkat tinggi,
beban gempa merupakan parameter yang sangat berpengaruh. Hal ini disebabkan
karena beban gempa pada struktur tingkat tinggi lebih dominan dari beban gravitasi.
Sehingga perlu perlakuan khusus untuk mendapatkan struktur tahan gempa
yang menghindari kegagalan struktur akibat gempa. Robohnya struktur bangunan
akibat gempa bumi mendorong para ahli untuk lebih mendalami efek gempa bumi
dalam struktur bangunan.
Dikarenakan kondisi Indonesia yang rawan bencana gempa, maka diperlukan
kemampuan dalam memecahkan masalah tersebut. Supaya korban bencana dan
kerugian materi akibat keruntuhan bangunan bisa diminimalisir. Langkah-langkah
dalam mengurangi risiko ini ialah salah satunya dengan memberikan pengetahuan
mengenai mitigasi bencana kepada masyarakat, dan perancangan bangunan yang
mampu menghadapi beban gempa agar bisa digunakan untuk berlindung di
dalamnya.
Mengenai konsep bangunan tahan gempa, pada dasarnya ialah upaya
membuat seluruh elemen struktur menjadi satu kesatuan yang utuh agar bangunan
tidak mudah runtuh. Oleh karena itu, diperlukan pemilihan material yang kuat, serta
pelaksanaannya yang sudah sesuai perencanaan.
Dalam hal ini, pemilihan material ringan dan kuat adalah cara yang bisa
dipakai untuk mengurangi besaran gaya yang dipikul oleh bangunan. Besaran beban
ini sangat dipengaruhi oleh kondisi struktur bangunan karena beban gempa bekerja
secara horizontal dan vertikal terhadap lapisan tanah yang bergerak secara siklis.
Gerakan siklis pada lapisan tanah ini menyebabkan bangunan bagian bawah ikut

1
2

bergerak sedangkan bangunan bagian atas memberikan inersia tahanan terhadap


pergerakan karena pada dasarnya bangunan memiliki massa. Gaya tahanan ini
disebut sebagai beban gempa.

1.2 Konsep Umum Desain Struktur Bangunan Tahan Gempa


Bangunan tahan gempa adalah bangunan yang mampu menghadapi gempa
dan tidak runtuh. Bangunan tahan gempa tidak diartikan sebagai bangunan yang
tidak mengalami kerusakan sama sekali, akan tetapi bangunan tahan gempa tetap
bisa mengalami kerusakan asalkan masih memenuhi persyaratan berlaku. Konsep
bangunan tahan gempa dapat ditinjau dari segi struktural dan arsitektural.
1.2.1 Tinjauan Struktur
Bangunan tahan gempa memiliki kemampuan menahan beban yang lebih
besar dibanding jenis struktur lainnya. Jika dibandingkan dengan struktur baja dan
struktur komposit, struktur beton bertulang bisa dikatakan lebih murah dan lebih
monolit. Terdapat beberapa macam struktur yang perlu diperhatikan dalam
bangunan tahan gempa ialah sebagai berikut.
1. Fondasi
Beban dari balok menuju kolom akan diteruskan ke struktur bagian bawah ialah
fondasi untuk didistribusikan ke tanah. Pemilihan fondasi harus sesuai dengan
beban yang akan dipikul dan jenis tanah, sehingga dapat meminimalisir
terjadinya kegagalan struktur yang disebabkan gempa bumi.
2. Kolom
Sebagai struktur utama dari sebuah bangunan, kolom berfungsi untuk memikul
beban dari balok. Kolom harus didesain dengan kuat karena berperan penting
dalam menahan beban yang bekerja di atasnya.
3. Balok
Saat terjadi gempa, tegangan geser terbesar terjadi pada area sambungan. Maka
perlu dilakukan pendetailan tulangan yang kompleks
1.2.2 Tinjauan Arsitektural
Perilaku bangunan selama terjadi gempa sangat tergantung pada bentuk
bangunan secara keseluruhan. Keinginan untuk menciptakan bangunan dengan
3

efisiensi, fungsional struktur dan estetika, mendorong arsitek untuk menciptakan


bangunan yang indah. Namun fitur yang dipilih sangat signifikan dengan tingkat
kerusakan bangunan akibat gempa bumi. Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi bangunan tahan gempa ialah sebagai berikut.
1. Ukuran Bangunan
Dalam mendesain bangunan tahan gempa diharuskan memperhatikan rasio
perbandingan tinggi dan lebar bangunan untuk meminimalisir kerusakan
bangunan akibat gempa. Jika bangunan sangat tinggi dan lebar, maka
perpindahan horizontal saat gempa akan sangat besar. Sedangkan bangunan
rendah tapi sangat panjang, efek kerusakan juga sangat besar.
2. Tata Letak Bangunan
Kerusakan yang sangat signifikan dan beruntun soal gempa dialami oleh
bangunan yang memiliki bentuk seperti U, H, dan V. Solusinya adalah dengan
cara memisahkan bangunan menjadi 2 bagian.
3. Jarak Antar Bangunan
Jika jarak antar bangunan terlalu dekat, maka ketika terjadi gempa dapat
menyebabkan tumbukkan. Hal ini dapat menjadi masalah lebih besar apabila
ketinggian bangunan tidak sama, karena bagian atap yang lebih rendah
berbenturan dengan pertengahan kolom dari bangunan yang lebih tinggi dan
menyebabkan kegagalan struktur.

1.3 Persyaratan Khusus


Bangunan tahan gempa adalah bangunan yang mampu bertahan dan tidak
runtuh apabila terjadi gempa. Bangunan tahan gempa boleh mengalami kerusakan
asalkan masih memenuhi persyaratan yang berlaku. (Widodo, 2012)
Bangunan tahan gempa memiliki sifat daktail yang artinya mampu
mengalami perubahan bentuk akibat gempa. Dalam pelaksanaannya, bangunan
tahan gempa yang menggunakan konsep tahan gempa struktur SRPMK (Sistem
Rangka Pemikul Momen Khusus). Sistem ini merupakan sistem struktur beton
bertulang yang menghasilkan bangunan dengan daktilitas tinggi.
4

Prinsip struktur SRPMK adalah memastikan bangunan tersebut memiliki 3


prinsip yaitu:
1. SCWB (Strong Column Weak Beam)
2. Tidak terjadi kegagalan geser pada balok, kolom, dan joint
3. Memastikan detail/struktur yang memungkinkan mempunyai perilaku daktail.
Dalam hal ini konsep SCWB (Strong Column Weak Beam) ialah memastikan
pada saat struktur mengalami gaya lateral gempa tidak menimbulkan atau
mencegah soft story. Fungsi pendetailan struktur bertujuan untuk mendapatkan
struktur yang bersifat daktail.
5

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

BAB III
PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

3.1 Pemodelan Struktur dengan SAP2000


Langkah-langkah pemodelan struktur dengan SAP2000 dapat dilihat
dibawah ini:
1. Langkah pertama yaitu membuat gridnya yang menyesuaikan dengan desain
masing-masing kelompok. Membuka program SAP lalu buat pemodelan baru
dengan cara klik New, pilih satuan KN, m, C, lalu pilih template grid only.

Gambar 3.1 New Model

24
25

2. Setelah memilih template maka akan muncul kotak menu Quick Grid Line.
Isi model menggunakan koordinat X sebanyak 18 buah, Y sebanyak 19 buah,
dan Z sebanyak 9 buah sesuai dengan denah lalu klik ok.

Gambar 3.2 Quick Grid Lines

3. Lalu akan muncul denah garis sebanyak yang sudah kita masukan data pada
Grid Line untuk denah rancangan yang akan dimodelkan sesuai denah
rencana masing-masing

Gambar 3.3 Grid Line


26

4. Klik define lalu pilih material lalu klik add new material. Untuk define
material ini kita memasukkan material beton, baja tulangan dan baja tulangan
polos, berikut material yang sudah kita buat.

Gambar 3.4 Define Material

Isi material name, type, weight, E, Fc’ sesuai dengan desain beton seperti di
bawah ini
a. Untuk nama materialnya kita namakan Fc’ 30
Type = Concrete
Weight = 24
Untuk E masukkan rumus 4700*30*^0,5 lalu di calculate.
Untuk F’c masukan formula 30, lalu di calculate, OK.

Gambar 3.5 Material Property Data


27

b. Untuk nama materialnya kita namakan Fc’ 25


Type = Concrete
Weight = 24
Untuk E masukkan rumus 4700*25*^0,5 lalu di calculate.
Untuk F’c masukan formula 25, lalu di calculate, OK.

Gambar 3.6 Material Property Data

c. Untuk nama materialnya kita namakan Fy 420 Mps


Type = Rebar
Weight = 76,98
Untuk E masukkan formula 2000000 lalu calculate dan untuk Fy
masukkan formula 420000 lalu di calculate, lalu tekan OK
28

Gambar 3.7 Material Property Data

d. Untuk nama materialnya kita namakan Fys 385 Mpa


Type = Rebar
Weight = 7,98
Untuk E masukkan formula 2000000 lalu calculate dan untuk Fy
masukkan formula 3850000 lalu di calculate, lalu tekan OK

Gambar 3.8 Material Property Data

5. Langkah selanjutnya adalah membuat penampang balok dan kolom sesuai


dengan ukuran yang ditentukan. Klik menu Define → section → properties
29

→ Frame section → Add New Property. Untuk frame properties buat B1X,
B1Y, B2X, B2Y, BA1X, BA2X, BA1Y, BA2Y, BB, KD1-4, KD5-8, KL1-4,
dan KL5-8.

Gambar 3.9 Frame Properties

6. Untuk balok induk 1 lantai pilih tipe frame section property type concrete dan
untuk concrete sectionnya pilih rectangular lalu klik OK.

Gambar 3.10 Frame Section Properties


Setelah di ok maka akan muncul kotak menu rectangular section, lalu section
name dan dimension sesuai excel seperti dibawah ini:
7. Section Name = B1X
Dimension : Depth = 600 mm dan Width = 350 mm
30

Gambar 3.11 Rectangular Section

a. Mengganti reinforcement data dan mengisi data, pada design type diubah
menjadi Beam dan mengubah angka pada longitudinal rebar center seperti
gambar dibawah ini. Lalu klik OK

Gambar 3.12 Reinforcement Data Balok Lantai 1

b. Setelah langkah-langkah diatas dilakukan, kemudian mengklik OK jadilah


properti B1X.
8. Add New Property untuk menambah frame properties. Penampang balok lain
tersebut yaitu B1X, B1Y, B2X, B2Y, BA1X, BA2X, BA1Y, BA2Y, dan BB.
Namun perlu mengganti dimensi ukuran yaitu depth dan width sesuai dimensi
dari balok masing-masing.
31

9. Kolom Dalam lantai 1-4 (650x650)


a. Add New Property → Type → Concrete → Rectangular → OK.
b. Memberi nama kolom 1 pada section nama (KD1-4). Mengisi dmensi
ukuran kolom 1 (width = 650 dan depth = 650 mm). Kemudian mengganti
material kolom dengan material beton yang dibuat (Beton 30 Mpa).
Kemudian Klik OK.

Gambar 3.13 Rectangular Section Kolom Dalam Lantai 1-4

c. Mengganti reinforcement data, pada design type diubah menjadi Column


dan mengubah data seperti dibawah ini, lalu klik OK.

Gambar 3.14 Reinforcement Data Kolom Dalam Lantai 1-4


32

10. Add New Property untuk menambah penampang lainnya. Penampang lain
meliputi KD1-4, KD5-8, KL1-4, dan KL5-8. Perlu mengganti dimensi ukuran
yaitu depth dan width sesuai dimensi dari kolom masing-masing.
11. Membuat penampang pelat lantai dan pelat atap dengan cara klik Define →
Section Properties → Area Section. kemudian klik Add New Section sesuai
dengan tipe pelat yang akan digunakan. Tipe pelat yang digunakan adalah
PL1, PL2, PL3, PL4, PL5, PL6, PL7, PA1, PA2, PA3, PA4, PA5, dan PA6.

Gambar 3.15 Menambah Area Sections

Gambar 3.16 Area Sections yang sudah dibuat


33

a. Memberi nama pada section name (PL1). Mengganti tipe pelat yaitu shell
thin. Mengganti material pelat dengan material beton yang dibuat (Beton
30 Mpa). Isi thickness dengan ketebalan pelat digunakan yaitu 125 mm.

Gambar 3.17 Shell Section Data PL 1

b. Untuk pelat lantai type PL2, PL3, PL4, PL5, PL6 PL7 dilakukan dengan
cara yang sama dan sesuai dengan olah data pada excel yang telah
dihitung sebelumnya.
c. Pelat Atap Tipe 1 (PA 1)
1) Memberi nama pada section name (PA1). Mengganti tipe pelat yaitu
shell-thin. Mengganti material pelat dengan material beton yang
dibuat (Beton 30 Mpa). Isi thickness dengan ketebalan pelat
digunakan yaitu 110 mm.

Gambar 3.18 Shell Section Data PA 1


34

2) Selanjutnya kita akan membuat tipe pelat PA2, PA3, PA4, PA5, PA6,
dengan cara yang sama dikarenakan ukuran dari ketebalan yang sama.
Ketebalan yang digunakan yaitu 110 mm.
12. Langkah selanjutnya kita akan memulai membuat load patterns dengan cara
mengklik “define lalu load pattens”

Gambar 3.19 Define Load Patterns


13. Langkah selanjutnya setelah membuat load patterns, langkah Selanjutnya
adalah memasukkan data/nilai Response spectrum dari hasil perhitungan
excel, sebelum memasukkan nilai Response spektrum kita harus mengubah
filenya ke dalam format .txt, setelah itu kita menuju Define → Function →
Respons Spectrum → mengubah function type menjadi From file. Kemudian
mengklik Add New Function. Memberi nama function name lalu
memasukkan function file (file respon spektrum dalam format.txt) Mengubah
values menjadi periode vs Value.

Gambar 3.20 Define Response Spectrum Functions


35

14. selanjutnya setelah memasukan data di load patterns dan response spectrum
langkah selanjutnya adalah memasukkan data pada Load Cases dengan cara
mengklik define → load cases seperti gambar dibawah ini.

Gambar 3.21 Define Load Cases


a. Beban DEAD (Beban Sendiri Bangunan)
Adapun data load cases pada beban DEAD dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

Gambar 3.22 Data Load Cases pada beban DEAD


b. Data MODAL
1) Mengganti type modes menjadi ritz vector
2) memasukan maximum number of modes sebesar 12
3) Memasukkan Loads applied
Adapun data lengkap load cases pada MODAL dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
36

Gambar 3.23 Data Load Cases pada MODAL


c. Live (Beban Hidup)
Adapun data load cases pada beban Live dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

Gambar 3.24 Data Load Cases pada LIVE


b. Gempa arah X
1) Mengganti type load case menjadi respon spektrum.
2) Memberi nama Gempa arah X
3) Mengganti combination menjadi SRSS
1
4) Memasukkan loads Applied dengan skala factor( 𝑅 𝑥 9, 81) dengan
1
melihat SNI gempa maka skala faktornya yaitu ( 8 𝑥 9, 81)

Adapun data load cases pada beban gempa arah X dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.
37

Gambar 3.25 Data Load Cases pada Ex


e. Gempa arah Y
Adapun data load cases pada beban Gempa arah Y dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

Gambar 3.26 Data Load Cases pada Ey


15. Memasukkan kombinasi beban dengan cara mengklik define → load
combinations. Ada 20 beban kombinasi yang dimasukkan berdasarkan SNI
a. U = 1,4D
b. U = 1,2D + 1,6L
c. U = 1,0 Ex + 0,3 Ey + Torsi
d. U = 1,3 Ex + 1,0 Ey + Torsi
e. U = 1,2D + 1,0 (1,3 Ex + 0,39 Ey + 0,2 SDS D + Torsi) + L
f. U = 1,2D + 1,0 (1,3 Ex - 0,39 Ey + 0,2 SDS D + Torsi) + L
38

g. U = 1,2D + 1,0 (-1,3 Ex + 0,39 Ey + 0,2 SDS D + Torsi) + L


h. U = 1,2D + 1,0 (-1,3 Ex - 0,39 Ey + 0,2 SDS D + Torsi) + L
i. U = 1,2D + 1,0 (0,39 Ex + 1,3 Ey + 0,2 SDS D + Torsi) + L
j. U = 1,2D + 1,0 (-0,39 Ex + 1,3 Ey + 0,2 SDS D + Torsi) + L
k. U = 1,2D + 1,0 (0,39 Ex - 1,3 Ey + 0,2 SDS D + Torsi) + L
l. U = 1,2D + 1,0 (-0,39 Ex - 1,3 Ey + 0,2 SDS D + Torsi) + L
m. U = 0,9D + 1,0 (1,3 Ex + 1,3 Ey - 0,2 SDS D + Torsi) + L
n. U = 0,9D + 1,0 (1,3 Ex - 1,3 Ey - 0,2 SDS D + Torsi) + L
o. U = 0,9D + 1,0 (-1,3 Ex + 1,3 Ey - 0,2 SDS D + Torsi) + L
p. U = 0,9D + 1,0 (-1,3 Ex - 1,3 Ey - 0,2 SDS D + Torsi) + L
q. U = 0,9D + 1,0 (1,3 Ex + 1,3 Ey - 0,2 SDS D + Torsi) + L
r. U = 0,9D + 1,0 (-1,3 Ex + 1,3 Ey - 0,2 SDS D + Torsi) + L
s. U = 0,9D + 1,0 (1,3 Ex - 1,3 Ey - 0,2 SDS D + Torsi) + L
t. U = 0,9D + 1,0 (-1,3 Ex - 1,3 Ey - 0,2 SDS D + Torsi) + L
Memasukkan kombinasi dari combo 1 sampai combo 20 dengan cara Add new
combo. Kemudian memasukkan load combination name sesuai dengan combo
yang diinginkan lalu mengklik add dan mengklik Ok. Nilai SDS diambil dari
perhitungan respon spektrum.

Gambar 3.27 Define Load combinations


39

Gambar 3.28 Define Load combinations Data


16. Menggambar denah grid data berdasarkan rancangan denah bangunan dan
juga material serta penampang struktur (kolom,balok pelat) yang digunakan.
Untuk lantai 1 hingga lantai 8 memiliki denah struktural yang tipikal hanya
saja khusus lantai 8 pada pelat memiliki perbedaan karena memakai pelat
atap.
a. Balok
1) Mengubah tampilan layar denah bangunan berdasarkan sumbu xy
2) Mengklik quick draw frame pada menu bar
3) Mengganti section properties sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan di TOR
4) Menggambar grid sesuai dengan denah yang direncanakan sesuai
seperti gambar dibawah ini.

Gambar 3.29 Menggambar denah grid balok


40

b. Kolom
langkah selanjutnya membuat grid frame pada kolom, dengan cara:
1) Mengubah tampilan layar denah bangunan berdasarkan sumbu xz
2) Mengklik quick draw frame pada menu bar
3) Mengganti section properties sesuai dengan rencana
4) Menggambar grid sesuai dengan denah yang direncanakan, seperti
gambar dibawah ini.

Gambar 3.30 Menggambar denah grid kolom


c. Pelat
langkah selanjutnya membuat grid frame pada pelat, dengan cara:
1) Mengubah tampilan layar denah bangunan berdasarkan sumbu xy
2) Mengklik quick poly area pada menu bar
3) Mengganti section properties sesuai dengan rencana
4) Menggambar grid sesuai dengan denah yang direncanakan

Gambar 3.31 Menggambar denah grid pelat


41

17. Memasukkan beban area yaitu beban hidup dan beban mati (D sendiri
maupun Tambahan) pada tiap lantai 1-8. Caranya klik semua pelat yang
diberi beban sesuai denahnya per setiap lantai → Assign → area load →
Uniform to frame (shell) → mengganti load pattern sesuai yang diinginkan.
Lalu memasukkan beban yang telah dihitung pada kolom load. Mengganti
satuan menjadi KN,m,C .Mengganti option menjadi replace existing loads
lalu klik Ok

Gambar 3.32 Memasukkan beban hidup area loads

Gambar 3.33 Memasukkan beban mati sendiri area loads


18. Langkah selanjutnya adalah memasukan beban pada dinding
42

a. Mengklik balok yang akan di input beban


b. Mengklik Assign → Frame loads → Distributed. Maka akan muncul menu
frame load distributed.
c. Mengganti load pattern menjadi Dead (Beban sendiri) dan juga mengganti
satuan menjadi KN,m, C
d. Sesuaikan jarak balok yang akan di input beban dengan melihat denah.
e. Memasukkan beban balok yang sudah dihitung berdasarkan denah balok
bangunan.

Gambar 3.34 Memasukkan beban dinding


19. Memasukkan pondasi jepit pada bangunan. Caranya mengklik joint yang
dijadikan pondasi kemudian mengklik Assign → joint → Restraints. Lalu
pilih yang jepit, klik ok.

Gambar 3.35 Memasang pondasi jepit


43

20. Menyatukan kolom balok pelat agar menjadi satu kesatuan ketika menerima
beban ke arah x maupun y. Caranya pilih kolom, balok, pelat dalam satu
lantai kemudian mengklik define joint constraints. Maka akan muncul menu
define constraints. Memilih tipe menjadi diaphragm lalu add new constraints.
Memberi nama diaphragm dan Z axis serta pilihan paling bawah pada menu
diaphragm constraint harus di checklist. Mengulangi langkah tersebut hingga
lantai 8.

Gambar 3.36 Define Constraints


21. Selanjutnya kita sudah bisa melakukan Run, caranya klik Analyze lalu pilih
Run Analyze lalu klik Run.

3.2 Pemodelan Tangga dengan aplikasi SAP2000


setelah membuat permodelan baik balok, kolom, dan pelat, maka selanjutnya
kita akan membuat pemodelan tangga. Langkah-langkah pemodelan struktur
dengan SAP2000 dapat dilihat dibawah ini:
1. Langkah pertama yaitu membuat gridnya yang menyesuaikan dengan
desain masing-masing kelompok. Membuka program SAP lalu buat
pemodelan baru dengan cara klik New, Pilih satuan KN, mm, C, lalu pilih
pada Template Grid Only.
44

Gambar 3.37 New Model


2. Setelah memilih Template maka akan muncul kotak menu Quick Grid
Line. Isi model menggunakan koordinat X sebanyak 3 buah,Y sebanyak 3
buah dan Z sebanyak 3 buah sesuai desain denah lalu klik ok.

Gambar 3.38 Quick Grid Lines


3. Lalu akan muncul denah garis sebanyak yang sudah kita masukan data
pada Grid Line untuk denah rancangan yang akan dimodelkan sesuai
denah rencana masing masing.
45

Gambar 3.39 Grid Line


4. Menggambar denah grid data berdasarkan ukuran rancangan bangunan
yang sudah disepakati, berikut langkah-langkah membuat grid data pada
tangga. Klik kanan pada jendela lalu pilih Edit Grid Data lalu pilih
modify/show system setelah tampilannya terbuka pada display grid as
pilih Spacing setelah itu kita ubah pada X, Y dan Z Grid data sesuai
dengan ukuran rancangan bangunan kita lalu pilih Ok, maka hasilnya
seperti dibawah ini.

Gambar 3.40 Edit Grid Data


5. Selanjutnya membuat material properti pada tangga sesuai dengan mutu
material yang sudah diberikan. Jadi langkah pertama kita pilih Define lalu
46

48 pilih Material terus pilih add new Material dan pada tampilan ini kita
ubah sesuai dengan kebutuhan yang akan kita pilih, contohnya seperti
dibawah ini.

Gambar 3.41 Define Materials

Gambar 3.42 Material Property Data

6. Selanjutnya kita membuat Pelat Tangga dan Pelat Bordes sesuai dengan
ukuran yang sudah kita hitung di excel. Langkah-langkah membuat Pelat
49 Tangga dan Pelat Bordes hampir sama sehingga contohnya yang
ditampilkan hanya langkah-langkah dari Pelat Tangga saja karena data
pada Shell Section Pelat Bordes sama dengan data dari Pelat Tangga. Jadi
langkah pertama klik Define lalu pilih Section Properties lalu pilih Area
Section terus Add New Section, pastikan Section Tipenya SHELL sebelum
dibuat Pelatnya, berikut contohnya dapat dilihat dibawah ini.
47

Gambar 3.43 Area Sections

Gambar 3.44 Shell Section Data


7. Selanjutnya kita akan menggambar Pelat Tangga dan Pelat Bordes
menggunakan Draw Poly Area. Berikut langkah-langkahnya membuat
Pelat Tangga dan Pelat Bordes.
a. Klik Draw Poly Area, lalu pilih section (Pelat Tangga)

Gambar 3.45 Draw Poly Area Section Pelat Tangga


48

b. Setelah itu pastikan elevasi di gridnya lantai paling bawah


c. Lalu membuat garisnya dari titik paling pojok lalu ke sampingnya,
setelah itu elevasi gridnya dinaikkan terlebih dahulu baru garisnya
dibuat lagi kedepan dan kesamping, maka hasilnya seperti dibawah ini.

Gambar 3.46 Bentuk Pelat Tangga

d. Selanjutnya membuat Pelat Bordes, disini cara membuatnya sama saja


seperti saat membuat pelat tangga yang telah dilakukan sebelumnya.
hanya saja Sectionnya yang diubah menjadi Pelat Bordes. Maka
hasilnya seperti dibawah ini.

Gambar 3.47 Bentuk Pelat Bordes


e. Setelah itu membuat Pelat Tangga pada lantai selanjutnya cara
membuatnya hampir sama langkahnya seperti membuat Pelat Tangga.
8. Selanjutnya memberikan tumpuan pada ujung Pelat Tangga dan Bordes,
caranya dengan memblok titik pojok pada area pelat Tangga dan Bordes
49

setelah itu pilih Assign lalu pilih Joint lalu klik Restraints lalu pilih yang
Jepit, maka hasilnya akan menjadi seperti dibawah ini.

Gambar 3.49 Memberikan tumpuan pada Pelat Tangga dan Pelat Bordes
9. nah, setelah membuat joint tumpuan maka langkah selanjutnya adalah,
menambah load pattern, maka didapat data seperti dibawah ini.

Gambar 3.50 Define Load Pattern


10. Langkah selanjutnya adalah membuat dan menambahkan data pada Mass
Source dengan cara mengklik Define lalu pilih Mass Source lalu ubah
menjadi From Loads lalu klik Add/Oke. Berikut hasilnya di bawah ini.
50

Gambar 3.51 Define Mass Source


11. Selanjutnya menambahkan Load Combinations, kombinasi yang dipakai
pada Pelat Tangga yaitu 1,4D dan 1,2D +1,6L. langkah-langkahnya
pertama yaitu klik Define lalu pilih Load Combination lalu Add New
Combo lalu isi kombinasi yang akan dipakai contohnya seperti dibawah
ini.

Gambar 3.52 Load Combinations 1,4D


51

Gambar 3.53 Load Combinations 1,2D + 1,6L

12. Selanjutnya memasukan beban mati pada pelat Tangga, caranya yaitu blok
Pelat Tangga lalu pilih Assign lalu pilih Area Loads lalu pilih Uniform to
Frame (shell) terus masukkan beban yang sudah dihitung pada excel,
pastikan satuannya KN,m,C dengan coord system Global, Directionnya Z
dan distribution One Way. Maka hasilnya seperti dibawah ini.

Gambar 3.54 Beban Mati pada Pelat Tangga


52

13. Selanjutnya memasukan beban mati tambahan pada pelat Tangga, caranya
yaitu blok Pelat Tangga lalu pilih Assign lalu pilih Area Loads lalu pilih
Uniform to Frame (shell) terus masukkan beban yang sudah dihitung pada
excel, pastikan satuannya KN,m,C dengan coord system Global,
Directionnya Z dan distribution One Way. Maka hasilnya seperti dibawah
ini.

Gambar 3.55 Beban Mati Tambahan pada Pelat Tangga

14. Selanjutnya memasukan beban hidup pada pelat Tangga, caranya yaitu
blok Pelat Tangga lalu pilih Assign lalu pilih Area Loads lalu pilih
Uniform to Frame (shell) terus masukkan beban yang sudah dihitung pada
excel, pastikan satuannya KN,m,C dengan coord system Global,
Directionnya Z dan distribution One Way. Maka hasilnya seperti dibawah
ini.

Gambar 3.56 Beban Hidup pada Pelat Tangga


53

15. Selanjutnya memasukan beban mati pada pelat Bordes, caranya yaitu blok
Plat Bordes lalu pilih Assign lalu pilih Area Loads lalu pilih Uniform to
Frame (shell) terus masukkan beban yang sudah dihitung pada excel,
pastikan satuannya KN,m,C dengan coord system Global, Directionnya Z
dan distribution One Way. Maka hasilnya seperti dibawah ini.

Gambar 3.57 Beban Mati pada Pelat Bordes


16. Selanjutnya memasukan beban mati tambahan pada pelat Bordes, caranya
yaitu blok Plat Bordes lalu pilih Assign lalu pilih Area Loads lalu pilih
Uniform to Frame (shell) terus masukkan beban yang sudah dihitung pada
excel, pastikan satuannya KN,m,C dengan coord system Global,
Directionnya Z dan distribution One Way. Maka hasilnya seperti dibawah
ini.

Gambar 3.58 Beban Mati Tambahan pada Pelat Bordes


54

17. Selanjutnya memasukan beban hidup pada pelat Bordes, caranya yaitu
blok Pelat Bordes lalu pilih Assign lalu pilih Area Loads lalu pilih
Uniform to Frame (shell) terus masukkan beban yang sudah dihitung pada
excel, pastikan satuannya KN,m,C dengan coord system Global,
Directionnya Z dan distribution One Way. Maka hasilnya seperti dibawah
ini.

Gambar 3.59 Beban Hidup pada Pelat Bordes

18. Selanjutnya mengubah Automatic Area Mesh untuk mendetailkan hasil


pemodelan menjadi lebih kelihatan dengan cara klik Assign lalu pilih Area
lalu pilih Automatic Area Mesh setelah tampilan muncul ubah Mesh Area
menjadi 10, berikut contohnya seperti dibawah ini.

Gambar 3.60 Automatic Area Mesh


55

19. Sebelum di Run analysis kita mengubah terlebih dahulu pengaturannya


menjadi Space Frame karena kita membuat pemodelan 3 dimensi, cara
membuatnya yaitu klik Analyze lalu pilih Set Analysis Options lalu pilih
Space Frame lalu klik Ok. Berikut hasilnya seperti dibawah ini.

Gambar 3.61 Set Analysis Option (Space Frame)

20. Selanjutnya kita sudah bisa melakukan Run, caranya klik Analyze lalu
pilih Run Analyze lalu klik Run.

3.3 Berat Total Bangunan


Langkah-langkah dalam pengambilan berat total bangunan dengan
SAP2000 dapat dilihat dibawah ini:
1. Setelah merunning program dengan cara klik Analyze lalu pilih Run Analyze
lalu klik Run. Kemudian klik Display → Show Table.
2. Pilih load cases yang akan ditampilkan yaitu 1D + 0,3 L seperti pada Gambar
dibawah ini

Gambar 3.62 Select Load Case


56

3. Pilih tabel yang ingin ditampilkan yaitu Base Reaction kemudian klik OK
seperti pada gambar dibawah ini

Gambar 3.63 Choose Table For Display

4. Berat total bangunan dapat dilihat pada kolom Global FZ yaitu sebesar
128313,822 kN.

Gambar 3.64 Pengambilan Nilai Berat Total Bangunan

Pengecekan atau verifikasi hasil analisis struktur dilakukan sebelum


pengambilan output dari SAP2000 untuk mendesain struktur, baik struktur bawah
maupun struktur atas. Proses verifikasi hasil analisis struktur ini, terdapat
57

beberapa aspek yang harus dilakukan pengecekan, diantaranya pengecekan gaya


gempa dinamik, simpangan antar lantai, stabilitas struktur, dan torsi tak terduga.

3.4 Pengecekan Gaya Gempa Dinamik


Pengecekan gaya gempa dinamik dilakukan untuk memenuhi persamaan
berikut ini.
Vdinamik > Vstatik
Keterangan:
Vdinamik = Gaya geser hasil analisis SAP2000
Vstatik = Hasil kali antara berat bangunan dengan koefisien gempa
Maka selanjutnya dilakukan pengecekan gaya gempa dinamik dengan
perhitungan berikut ini.
1. Vstatik
Cs = 0,100
W = 128313,822 kN
Vstatik = Cs x W
= 0,100 x 128313,822
= 12777,381 kN

2. Vdinamik
Vdinamik didapatkan dari hasil analisis struktur menggunakan SAP2000.
Adapun untuk nilai Vdinamik adalah sebagai berikut.
a. Vdinamik Ex = 10955,424 kN
b. Vdinamik Ey = 10819,504 kN
3. Pengecekan syarat Vdinamik > Vstatik
Berdasarkan hasil Vdinamik dan vstatik pada bagian sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa Vdinamik belum memenuhi syarat. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penyekalaan ulang pada skala respon spektrum.
4. Skala Respon Spektrum
𝐼𝑒
Skala respon spektrum = 𝑅
x 9,81
58

Dengan Ie = 1,5 dan R = 8, maka;


1,5
Skala respon spektrum = 8
x 9,81

= 1,8394
5. Skala Respon Spektrum baru
Skala respon spektrum baru didapatkan dengan perhitungan berikut. Skala
𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘
respon spektrum baru = 𝑉𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑘
x Skala Respon spektrum. Maka untuk

skala respon spektrum baru adalah sebagai berikut.


12777,381
a. Skala Respon Spektrum Baru Ex = 10955,424
x 1,8394

= 2,1453
12777,381
b. Skala Respon Spektrum Baru Ey = 10819,504
x 1,8394

= 2,1722
6. Pengecekan ulang syarat Vdinamik > Vstatik
Setelah mendapat skala respon spektrum baru, maka nilai tersebut
dimasukkan ke SAP2000 dan setelah itu dilakukan pengecekan ulang syarat
Vdinamik > Vstatik. Maka, setelah dilakukan analisis struktur ulang dengan
SAP2000 didapatkan hasil sebagai berikut.
a. Vdinamik Ex = 12777,953 kN
b. Vdinamik Ey = 1277,649 kN
Maka dengan Vstatik sebesar 12777,381, dapat disimpulkan bahwa Vdinamik
telat memenuhi persyaratan baik arah gempa x maupun arah y.

3.5 Pengecekan Gaya Aksial Tingkat


Setelah dilakukan pengecekan gaya gempa dinamik, maka selanjutnya
adalah mengecek gaya aksial tingkat. Gaya aksial didapatkan dari hasil analisis
struktur menggunakan SAP2000. Adapun untuk gaya aksial hasil analisis struktur
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
59

Gambar 3.65 Gaya Aksial Hasil Analisis Struktur Menggunakan SAP2000


Pada umumnya, selisih gaya aksial antara suatu lantai dengan selisih lantai
lainnya adalah sama, kecuali pada lantai atap karena menahan beban yang lebih
kecil dibandingkan dengan lantai lainnya. Adapun contoh perhitungan adalah
sebagai berikut ini.
1. Selisih gaya aksial lantai 5 dan 6.
a. Nilai gaya aksial lantai 5 = 61774,98 kN
b. Nilai gaya aksial lantai 6 = 45362,717 kN
Maka selisihnya adalah sebagai berikut
∆gaya aksial = F3Lantai 5 - F3Lantai6
= 61774,98 - 45362,717
= 16412,3 kN
2. Selisih gaya aksial lantai 6 dan 7
a. Nilai gaya aksial lantai 6 = 45362,717 kN
b. Nilai gaya aksial lantai 7 = 28950,454 kN
Maka selisihnya adalah sebagai berikut
∆gaya aksial = F3Lantai 6 - F3Lantai7
= 45362,717 - 28950,454
= 16412,3 kN
Adapun rekapitulasi gaya aksial tiap lantai lainnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
60

Tabel 3.2 Gaya Aksial

Lantai F3 (kN) ∆F3 (kN)

1 128313,82 16508,2

2 111805,61 16676,9

3 95128,735 16676,9

4 78451,858 16676,9

5 61774,98 16412,3

6 45362,717 16412,3

7 28950,454 16412,3

8 12538,19 12538,2

Maka dari dua contoh perhitungan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan


bahwa struktur yang kami analisis dengan menggunakan SAP2000 telah memiliki
gaya aksial tiap lantai yang sama.

3.6 Pengecekan Simpangan Antar Lantai


Simpangan antar lantai merupakan selisih defleksi in-elastis struktur antara
suatu tingkat yang ditinjau dengan tingkat lain yang di bawahnya. Selain itu,
penggunaan defleksi in-elastis dalam pengecekan simpangan antar lantai
dikarenakan struktur bangunan tahan gempa dengan konsep “capacity design”
adalah struktur gempa yang mampu menyerap beban gempa. Maka ketika terjadi
gempa besar, struktur boleh rusak hingga terjadi defleksi in-elastis namun dalam
kondisi bangunan tetap stabil dan tidak roboh. Adapun untuk menghitung
pengecekan simpangan dapat digunakan rumus - rumus berikut ini.
𝐶𝑑 𝑥 𝑈𝑥
δ𝑥 = 𝐼𝑒

∆ = δ𝑥(𝑛) − δ𝑥(𝑛−1)
0,020 𝑥 ℎ𝑠𝑥
∆𝑚𝑎𝑥 = ρ
61

Keterangan :
δ𝑥 = Defleksi in-elastis struktur (mm)
Cd = Faktor amplifikasi defleksi (5,5)
Ie = Faktor keutamaan gempa
∆ = Simpangan antar lantai (mm)
δ𝑥(𝑛) = Defleksi in-elastis struktur pada lantai yang ditinjau (mm)
δ𝑥(𝑛−1) = Defleksi in-elastis struktur pada lantai di bawah yang ditinjau (mm)

∆𝑚𝑎𝑥 = Simpangan antar lantai ijin (mm)

hsx = Tinggi tingkat di bawah bidang yang ditinjau (mm)


ρ = Faktor redudansi (1,3)
Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mengecek simpangan antar lantai
yang dapat dilihat pada halaman berikutnya. Pengecekan simpangan antar lantai
dilakukan pada gempa arah x dan gempa arah y.
3.6.1 Pengecekan Simpangan Antar lantai arah X
Perhitungan pada pengecekan simpangan antar lantai arah x dapat dilakukan
dengan langkah-langkah berikut dan data-data yang digunakan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.

Tabel 3.2 Data untuk Pengecekan Simpangan Antar Lantai Gempa Arah X

hsx U1
Lantai Cd Ie
(mm) (mm)

Pondasi 5,5 1,5 4000 0

1 5,5 1,5 4000 2,23

2 5,5 1,5 4000 6,479

3 5,5 1,5 4000 11,97

4 5,5 1,5 4000 18,191

5 5,5 1,5 4000 24,825

6 5,5 1,5 4000 31,507


62

7 5,5 1,5 4000 38,017

8 5,5 1,5 4000 44,141

1. Menghitung δ𝑥 (contoh perhitungan δ𝑥 pada lantai 1)


Cd = 5,5
Ux = 2,23 mm
Ie = 1,5
𝐶𝑑 𝑥 𝑈𝑥
δ𝑥 = 𝐼𝑒

5,5 𝑥 2,23
= 1,5

= 8,1767 mm
Adapun untuk perhitungan δx pada lantai – lantai lainnya sama seperti
pada perhitungan δx pada lantai 1 dan rekapitulasinya dapat dilihat pada tabel
di halaman selanjutnya.

Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Defleksi Arah X

hsx U1 δ𝑥(mm)
Lantai Cd Ie
(mm) (mm)

Pondasi 5,5 1,5 4000 0 0,000

1 5,5 1,5 4000 2,23 8,177

2 5,5 1,5 4000 6,479 23,756

3 5,5 1,5 4000 11,97 43,890

4 5,5 1,5 4000 18,191 66,700

5 5,5 1,5 4000 24,825 91,025

6 5,5 1,5 4000 31,507 115,526

7 5,5 1,5 4000 38,017 139,396

8 5,5 1,5 4000 44,141 161,850


63

2. Menghitung ∆ (contoh perhitungan pada lantai 1)


δx (o) = 0 mm
δx(1) = 8,177 mm
∆ = δ𝑥(𝑛) − δ𝑥(𝑛−1)

= 8,177 - 0
= 8,177 mm
Adapun untuk perhitungan Δ pada lantai – lantai lainnya sama seperti
pada perhitungan Δ pada lantai 1 dan rekapitulasinya dapat dilihat pada tabel
di halaman selanjutnya.

Tabel 3.4 Hasil Perhitungan ∆

hsx U1 δ𝑥(mm) ∆(mm)


Lantai Cd Ie
(mm) (mm)

Pondasi 5,5 1,5 4000 0 0,000 0

1 5,5 1,5 4000 2,23 8,177 8,17667

2 5,5 1,5 4000 6,479 23,756 15,5797

3 5,5 1,5 4000 11,97 43,890 20,1337

4 5,5 1,5 4000 18,191 66,700 22,8103

5 5,5 1,5 4000 24,825 91,025 24,3247

6 5,5 1,5 4000 31,507 115,526 24,5007

7 5,5 1,5 4000 38,017 139,396 23,87

8 5,5 1,5 4000 44,141 161,850 22,4547

3. Menghitung Δmax
hsx = 4000 mm
ρ = 1,3
0,020 𝑥 ℎ𝑠𝑥
Δmax = ρ
64

0,020 𝑥 4000
= 1,3

= 30,769 mm
4. Cek Δ < Δ max
Pengecekan Δ < Δ max dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 3.5 Pengecekan Δ < Δ max

Lantai ∆(mm) Δmax

Pondasi 0 30,7692

1 8,17667 30,7692

2 15,5797 30,7692

3 20,1337 30,7692

4 22,8103 30,7692

5 24,3247 30,7692

6 24,5007 30,7692

7 23,87 30,7692

8 22,4547 30,7692

Gambar 3.66 Simpangan Antar Lantai Arah X


65

Dari perhitungan pengecekan simpangan antar lantai di atas, maka


dapat disimpulkan bahwa simpangan antar lantai pada struktur arah x tidak
melewati simpangan antar lantai maksimum sehingga struktur aman.

3.6.2 Pengecekan Simpangan Antar Lantai Arah Y


Adapun untuk pengecekan simpangan antar lantai arah y, langkah – langkah
perhitungannya sama seperti langkah – langkah perhitungan pengecekan
simpangan antar lantai arah x dan hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Simpangan Antar Lantai Arah Y

hsx U2 δ𝑥
Lantai Cd Ie ∆(mm) Δmax
(mm) (mm) (mm)

Pondasi 5,5 1,5 4000 0 0 0 30,7692

1 5,5 1,5 4000 2,205 8,085 8,085 30,7692

2 5,5 1,5 4000 6,423 23,551 15,466 30,7692

3 5,5 1,5 4000 11,883 43,571 20,02 30,7692

4 5,5 1,5 4000 18,081 66,297 22,726 30,7692

5 5,5 1,5 4000 24,699 90,563 24,266 30,7692

6 5,5 1,5 4000 31,379 115,056 24,4933 30,7692

7 5,5 1,5 4000 37,903 138,978 23,9213 30,7692

8 5,5 1,5 4000 44,054 161,531 22,5537 30,7692


66

Gambar 3.67 Simpangan Antar Lantai Arah Y


3.7 Pengecekan Stabilitas Struktur
Pengecekan stabilitas struktur dapat dilakukan melalui perhitungan yang
menggunakan rumus berikut ini.
𝑃 𝑥 ∆ 𝑥 𝐼𝑒
θ = 𝑉𝑥 𝑥 ℎ𝑠𝑥 𝑥 𝐶𝑑

0,5
θmax = β 𝑥 𝐶𝑑

Dengan keterangan:
θ = Koefisien stabilitas struktur
Cd = Faktor amplifikasi defleksi (5,5)
Px = Beban desain vertikal total pada dan di atas tingkat x (kN)
Ie = Faktor keutamaan gempa
∆ = Simpangan antar lantai (mm)
Vx = Gaya geser tingkat (kN)
hsx = Tinggi tingkat di bawah bidang yang ditinjau

3.7.1 Pengecekan Stabilitas Struktur Arah X


Perhitungan pada pengecekan simpangan antar lantai arah x dapat dilakukan
dengan langkah-langkah berikut dan data-data yang digunakan dapat dilihat pada
tabel berikut.
67

Tabel 3.7 Data untuk Pengecekan Simpangan Antar Lantai

hsx ∆(mm)
Lantai F3 (kN) F1 (kN) Cd Ie
(mm)

Pondasi 128313,82 12778 5,5 1,5 4000 0

1 128313,82 12778 5,5 1,5 4000 8,17667

2 111805,61 12276,2 5,5 1,5 4000 15,5797

3 95128,74 11173,3 5,5 1,5 4000 20,1337

4 78451,86 9806,22 5,5 1,5 4000 22,8103

5 61774,98 8573,81 5,5 1,5 4000 24,3247

6 45362,72 7415,76 5,5 1,5 4000 24,5007

7 28950,45 5738,67 5,5 1,5 4000 23,87

8 12538,19 2928,62 5,5 1,5 4000 22,4547

1. Menghitung θ (contoh pada lantai 1)


𝑃 𝑥 ∆ 𝑥 𝐼𝑒
θ = 𝑉𝑥 𝑥 ℎ𝑠𝑥 𝑥 𝐶𝑑

128313,82 𝑥 8,17667
= 128778 𝑥 4000 𝑥 1,5

= 0,0056
2. Menghitung θmax
0,5
θmax = β 𝑥 𝐶𝑑

0,5
= 1 𝑥 5,5

= 0,0909

3. Cek θ < θmax


Pengecekan Cek θ < θ୫ୟ୶ dapat dilihat di bawah ini dan kami menggunakan
pengecekan pada lantai 1 sebagai contoh.
θ < θmax
0,0056 < 0,0909 (OK)
68

Adapun untuk pengecekan koefisien stabilitas struktur pada lantai – lantai


lainnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Koefisien Stabilitas Struktur Arah X


hsx ∆(mm) θ θmax
Lantai F3 (kN) F1 (kN) Cd Ie
(mm)

Pondasi 128313,82 12778 5,5 1,5 4000 0 0 0,09091

1 128313,82 12778 5,5 1,5 4000 8,17 0,0056 0,09091

2 111805,61 12276,2 5,5 1,5 4000 15,5797 0,00967 0,09091

3 95128,74 11173,3 5,5 1,5 4000 20,1337 0,01169 0,09091

4 78451,86 9806,22 5,5 1,5 4000 22,8103 0,01244 0,09091

5 61774,98 8573,81 5,5 1,5 4000 24,3247 0,01195 0,09091

6 45362,72 7415,76 5,5 1,5 4000 24,5007 0,01022 0,09091

7 28950,45 5738,67 5,5 1,5 4000 23,87 0,00821 0,09091

8 12538,19 2928,62 5,5 1,5 4000 22,4547 0,00655 0,09091

Dari perhitungan pengecekan koefisien stabilitas struktur di atas, maka


dapat disimpulkan bahwa koefisien stabilitas struktur pada arah x tidak melewati
koefisien stabilitas struktur maksimum sehingga struktur aman.
3.7.2 Pengecekan Stabilitas Struktur Arah Y
Adapun untuk pengecekan koefisien stabilitas struktur arah y, langkah –
langkah perhitungannya sama seperti langkah – langkah perhitungan pengecekan
koefisien stabilitas struktur arah x dan hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.

Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Koefisien Stabilitas Struktur Arah Y


hsx ∆(mm) θ θmax
Lantai F3 (kN) F1 (kN) Cd Ie
(mm)

Pondasi 128313,82 12777,6 5,5 1,5 4000 0 0 0,09091


69

1 128313,82 12777,6 5,5 1,5 4000 8,17 0,00554 0,09091

2 111805,61 12268,2 5,5 1,5 4000 15,5797 0,00961 0,09091

3 95128,74 11149,2 5,5 1,5 4000 20,1337 0,01165 0,09091

4 78451,86 9768,21 5,5 1,5 4000 22,8103 0,01244 0,09091

5 61774,98 8538,85 5,5 1,5 4000 24,3247 0,01197 0,09091

6 45362,72 7402,31 5,5 1,5 4000 24,5007 0,01023 0,09091

7 28950,45 5747,5 5,5 1,5 4000 23,87 0,00822 0,09091

8 12538,19 2942,78 5,5 1,5 4000 22,4547 0,00655 0,09091

3.8 Pengecekan Torsi Tak Terduga


Torsi tak terduga dari sebuah bangunan berasal dari adanya eksentrisitas
antara pusat massa lantai dengan pusat kekakuan lantai. Hal ini terjadi karena
diperkirakan jika terjadi goyangan struktur akibat gempa, maka struktur penahan
gaya seismic (penampang kolom) akan mengalami keretakan sehingga akan
terjadi perubahan pusat kekakuan lantai. Hal ini menyebabkan pusat kekakuan
lantai tidak satu titik dengan pusat massa lantai. Untuk mengakomodirnya,
makapusat gaya gempa tiap lantai perlu digeser sejauh Δx atau Δy. Jika ditemui
ketidak-reguleran simpangan ke arah x (artinya beban gempa ke arah x), memiliki
eksentrisitas ke arah Δy, maka yang diperbesar adalah Δy, dan jika ditemui
ketidak-reguleran simpangan ke arah arah y (artinya beban gempa ke arah y),
memiliki eksentrisitas ke arah Δx, maka yang diperbesar adalah Δx. Adapun
perhitungan pengecekan torsi adalah sebagai berikut.
1. Menghitung gaya gempa per lantai
Perhitungan gaya gempa per lantai dilakukan karena output yang dihasilkan
oleh SAP2000 merupakan gaya geser tingkat (Vx). Oleh karena itu, untuk
menghitung gaya gempa per lantai (Fx), dapat digunakan rumus sebagai
berikut ini.
70

Fx = Vx - Vx+1
Dengan:
Fx = Gaya gempa tiap lantai ditinjau (kN)
Vx = Gaya geser tingkat yang ditinjau (kN)
Vx+1 = Gaya geser tingkat atas yang ditinjau (kN)
2. Mengambil output pusat massa dari SAP2000
Output pusat massa dari SAP2000 diambil dengan cara memilih area struktur
pada SAP2000. Selanjutnya pilih “Assign” dan pilih “Joint”. Selanjutnya
pilih “Constrains” dan pilih diaphgram yang ada dan ubah dari body ke
diaphgram. Selanjutnya jalankan analisis pada SAP2000 dan nilai pusat
massa dapat dilihat pada file berbentuk “Outfile” dan dapat dibuka dengan
Notepad.
3. Menghitung torsi arah x dan arah y
Setelah menghitung gaya gempa perlantai, maka selanjutnya adalah
menghitung nilai torsi arah x dan arah y dengan menggunakan rumus berikut
ini.
Tx = Fx x Δ y
Ty = Fy x Δ x
Dengan:
Tx = Torsi arah x (kNm)
Ty = Torsi arah y (kNm)
Fx = Gaya gempa per lantai arah x (kN)
Fy = Gaya gempa per lantai arah y (kN)
Δx = 5% dari pusat massa lantai arah x (m)
Δy = 5% dari pusat massa lantai arah y (m)
Adapun untuk perhitungan pengecekan torsi tak terduga adalah sebagai
berikut ini dan kami menggunakan perhitungan pada lantai 1 arah x sebagai
contoh perhitungan.
1. Menghitung Fx
Diketahui dara Vx sebagai berikut
71

Tabel 3.10 Nilai Gaya Geser Tingkat untuk Gempa Arah X

Lantai Vx (kN)

1 12778

2 12276,2

3 11173,3

4 9806,22

5 8573,81

6 7415,76

7 5738,67

8 2928,62

Maka untuk nilai gaya gempa per lantai adalah sebagai berikut dan kami
menggunakan perhitungan pada lantai 1 sebagai contoh perhitungan/
Vx1 = 12788 kN
Vx2 = 12276,2 kN
Fx1 = Vx1 - Vx2
= 12788 - 12276,2
= 501,772 kN
Tabel 3.11 Rekapitulasi Nilai Vx dan Fx

Lantai Vx (kN) Fx (kN)

1 12778 501,772

2 12276,2 1102,91

3 11173,3 1367,06

4 9806,22 1232,41

5 8573,81 1158,05

6 7415,76 1677,09
72

7 5738,67 2810,05

8 2928,62 2928,62

2. Mengambil output pusat massa dari SAP2000


Nilai pusat massa dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.12 Nilai Pusat Massa

Lantai X Y

1 25,3934 19,2362

2 25,3615 19,2065

3 25,3615 19,2065

4 25,3587 19,2042

5 25,356 19,2019

6 25,356 19,2019

7 25,3833 19,2273

8 25,3579 19,1937

3. Menghitung torsi arah X


Berikut ini adalah perhitungan torsi arah x dan kami menggunakan
perhitungan pada lantai 1 sebagai contoh perhitungan.
Y = 19,2362 m
Δy = 5% x Y
= 5% x 19,2362
= 0,96181 m
Fx1 = 501,772 kN
Tx1 = Fx x Δ y
= 501,772 x 0,96181
73

= 482,6087 kNm
Sedangkan untuk lantai-lantai lainnya, perhitungannya sama seperti
perhitungan torsi pada lantai 1 dan untuk torsi arah y sama seperti
perhitungan torsi arah x dengan penyesuaian rumus yang digunakan.
Adapun rekapitulasi perhitungan pengecekan torsi adalah sebagai berikut.

Tabel 3.13 Rekapitulasi Perhitungan Torsi Tak Terduga Arah X dan Arah Y

Torsi X Torsi Y
Pusat Massa Δx Δy
(kNm) (kNm)
Lantai Fx (kN) Fy (kN)

X Y 5%x 5%y Fx . Δy Fy . Δx

1 25,39 19,24 1,27 0,96 501,77 509,50 482,61 646,89

2 25,36 19,21 1,27 0,96 1102,91 1118,97 1059,15 1418,94

3 25,36 19,21 1,27 0,96 1367,06 1380,97 1312,82 1751,17

4 25,36 19,20 1,27 0,96 1232,41 1229,36 1183,37 1558,75

5 25,36 19,20 1,27 0,96 1158,05 1136,54 1111,84 1440,90

6 25,36 19,20 1,27 0,96 1677,09 1654,82 1610,17 2097,98

7 25,38 19,23 1,27 0,96 2810,05 2804,71 2701,48 3559,64

8 25,36 19,19 1,27 0,96 2928,62 2942,78 2810,55 3731,13

Jumlah 12271,984 16205,403

Setelah dilakukan perhitungan torsi tak terduga arah x dan arah y pada
setiap lantai, maka selanjutnya dipilih nilai torsi terbesar. Maka berdasarkan tabel
3.13, nilai torsi terbesar adalah torsi tak terduga arah y dan selanjutnya adalah
membuat “Load Pattern” torsi dan masukkan nilai torsi arah y sesuai tingkatan.
74

Gambar 3.68 Membuat Load Pattern Torsi

Gambar 3.69 Memasukkan Nilai Torsi

Setelah memasukkan nilai torsi, maka seluruh beban yang dibutuhkan oleh
kombinasi – kombinasi pembebanan sudah lengkap dan struktur dapat dianalisis
untuk analisis selanjutnya.
3.9 Pengecekan Irregularitas Struktur
Ketidakberaturan torsi pada struktur secara horizontal terbagi menjadi dua
tipe, yaitu tipe 1a dan 1b, menurut SNI 03-1726-2012. Ketidakberaturan torsi 1a
adalah ada jika simpangan antar lantai tingkat maksimum, torsi yang dihitung
termasuk tak terduga, di sebuah ujung struktur melintang terhadap sumbu utama
lebih dari 1,2 kali simpangan antar lantai tingkat rata – rata di kedua ujung
struktur. Sedangkan ketidakberaturan 1b adalah ada jika simpangan antar lantai
tingkat maksimum, torsi yang dihitung termasuk tak terduga, di sebuah ujung
75

struktur melintang terhadap sumbu lebih dari 1,4 kali simpangan antar lantai
tingkat rata – rata di kedua ujung struktur. Adapun langkah – langkah pengecekan
irregularitas struktur adalah sebagai berikut
1. Menentukan titik-titik pada denah struktur
2. Memiliki titik yang telah ditetapkan pada point sebelumnya SAP2000
3. Ambil output dari berupa Displacement pada Joint output, lalu export output
ke Microsoft Excel.
4. Menentukan displacement terbesar dalam nilai absolut, jika lebih besar
displacement min, maka yang digunakan sebagai acuan selanjutnya adalah
displacement min. Adapun jika lebih besar displacement max, maka yang
digunakan sebagai acuan selanjutnya adalah displacement max.
5. Menghitung nilai Δavg, Δ max, 1,2 Δ avg dan 1,4 Δmax
6. Membandingkan Δmax dengan 1,2 Δavg dan 1,4 Δmax , apabila Δmax lebih besar
dari nilai 1,2 Δavg, maka terjadi torsi 1a, apabila nilai Δmax lebih besar dari 1,4
Δavg maka terjadi torsi 1b, dan apabila nilai Δmax lebih kecil dari keduanya,
maka tidak terjadi torsi.
Adapun contoh perhitungan untuk pengecekan irregularitas adalah sebagai
berikut dan kami menggunakan pengecekan irregularitas lantai 1 arah x sebagai
contoh perhitungan.
1. Penetapan titik-titik yang ditinjau pada denah struktur
2. Menghitung irregularitas horizontal
Adapun perhitungan irregularitas horizontal adalah sebagai berikut dan kami
menggunakan titik A-B sebagai contoh perhitungan.
a. Perhitungan simpangan arah x
Diketahui:
U1 = 0,0024 (joint atas)
U1 = 0,0022 (joint bawah)
Δmax = nilai terbesar dari UxA dan UxB
= 0,0024 m
𝑈𝑥𝐴+𝑈𝑋𝐵
Δavg = 2
76

0,0022+0,0024
Δavg = 2

Δavg = 0,0023 m
1,2Δavg = 1,2 x 0,0023
= 0,0028
1,4Δavg = 1,2 x 0,0023
= 0,0032
Berdasarkan perhitungan di atas didapatkan nilai Δmax < 1,2 Δavg < 1,4 Δavg
maka dapat disimpulkan tidak terjadi torsi
b. Perhitungan simpangan arah y
Adapun untuk lantai – lantai lainnya baik arah x dan arah y dapat dihitung
dengan cara yang sama dan hasilnya dapat dilihat pada tabel – tabel
berikut ini

Tabel 3.13 Perbandingan Nilai Simpangan Maksimum dengan 1,2 dan 1,4
Nilai Simpangan Rata-Rata Gempa Arah X Titik A-B X

Lantai Δmax Δavg 1.2Δavg 1.4Δavg Keterangan

1 0,0024 0,0023 0,0028 0,0032 Tidak Terjadi Torsi

2 0,0071 0,0067 0,0081 0,0094 Tidak Terjadi Torsi

3 0,0131 0,0125 0,0150 0,0175 Tidak Terjadi Torsi

4 0,0199 0,0190 0,0228 0,0266 Tidak Terjadi Torsi

5 0,0272 0,0259 0,0311 0,0363 Tidak Terjadi Torsi

6 0,0346 0,0329 0,0395 0,0461 Tidak Terjadi Torsi

7 0,0418 0,0397 0,0477 0,0556 Tidak Terjadi Torsi

8 0,0485 0,0462 0,0554 0,0647 Tidak Terjadi Torsi

Tabel 3.14 Perbandingan Nilai Simpangan Maksimum dengan 1,2 dan 1,4
Nilai Simpangan Rata-Rata Gempa Arah X Titik A-C X
77

Lantai Δmax Δavg 1.2Δavg 1.4Δavg Keterangan

1 0,00257 0,00235 0,00282 0,00329 Tidak Terjadi Torsi

2 0,00751 0,00686 0,00824 0,00961 Tidak Terjadi Torsi

3 0,01393 0,01272 0,01526 0,01781 Tidak Terjadi Torsi

4 0,02123 0,01938 0,02326 0,02714 Tidak Terjadi Torsi

5 0,02903 0,02651 0,03181 0,03711 Tidak Terjadi Torsi

6 0,03693 0,03372 0,04047 0,04721 Tidak Terjadi Torsi

7 0,04466 0,04078 0,04893 0,05709 Tidak Terjadi Torsi

8 0,05196 0,04744 0,05693 0,06642 Tidak Terjadi Torsi

3. Menghitung iregularitas vertikal


Adapun perhitungan iregularitas vertikal sebagai berikut dan kami
menggunakan lantai 1 sebagai contoh perhitungan.
a. Perhitungan kekakuan kolom dalam (KD)
1) Kekakuan kolom
Diketahui:
B1 = 650 mm
H1 = 650 mm
L1 = 4000 mm
1 3
(12 𝑥 1 ( ) 𝑥𝐵𝑥𝐻
KD1 = 12
3
𝐿
1 3
(12 𝑥 1 ( ) 𝑥 650 𝑥 650
= 12
3
4000

= 2,789
2) Kekakuan total (ΣKi)
n = jumlah kolom dalam 1 lantai
= 22
ΣKD1 = KD1 x n1
78

= 2,789 x 22
= 61,3615
b. Perhitungan kekakuan kolom luar (KL)
1) Kekakuan kolom
Diketahui:
B1 = 600 mm
H1 = 600 mm
L1 = 4000 mm
1 3
(12 𝑥 1 ( ) 𝑥𝐵𝑥𝐻
KD1 = 12
3
𝐿
1 3
(12 𝑥 1 ( ) 𝑥 600 𝑥 600
= 12
3
4000

= 2,025
2) Kekakuan total (ΣKi)
n = jumlah kolom dalam 1 lantai
= 26
ΣKL1 = KD1 x n1
= 2,025 x 26
= 52,65
c. Kekakuan total seluruh kolom (Ki)
K1 = ΣKD1 + ΣKL1
= 61,3615 + 52,65
= 114,012
Dengan cara perhitungan yang sama diperoleh rekapitulasi kekakuan kolom
pada tingkat lainnya sebagai berikut.
Tabel 3.16 Rekapitulasi Perhitungan Kekakuan Kolom Dalam

KD (Kolom Dalam)
Tingkat
B (mm) H (mm) L (mm) Ki n ΣKi

1 650 650 4000 2,789 22 61,3615

2 650 650 4000 2,789 22 61,3615


79

3 650 650 4000 2,789 22 61,3615

4 650 650 4000 2,789 22 61,3615

5 600 600 4000 2,025 22 44,55

6 600 600 4000 2,025 22 44,55

7 600 600 4000 2,025 22 44,55

8 600 600 4000 2,025 22 44,55


Tabel 3.17 Rekapitulasi Perhitungan Kekakuan Kolom Luar

KL (Kolom Luar)
Tingkat
B (mm) H (mm) L (mm) Ki n ΣKi

1 600 600 4000 2,025 26 52,65

2 600 600 4000 2,025 26 52,65

3 600 600 4000 2,025 26 52,65

4 600 600 4000 2,025 26 52,65

5 550 550 4000 1,42979 26 37,1744

6 550 550 4000 1,42979 26 37,1744

7 550 550 4000 1,42979 26 37,1744

8 550 550 4000 1,42979 26 37,1744

Tabel 3.18 Rekapitulasi Perhitungan Kekakuan Total Seluruh Kolom

Lantai Ki

1 114,012

2 114,012

3 114,012
80

4 114,012

5 81,7244

6 81,7244

7 81,7244

8 81,7244

d. Cek ketidakberaturan vertikal


Setelah menghitung kekakuan kolom dalam dan luar. Selanjutnya yaitu
melakukan cek ketidakberaturan vertikal
1) Cek ketidakberaturan vertikal 1a
Ketidakberaturan vertikal tipe 1a terjadi dalam 2 syarat yaitu
- K lt 1 < 70% K lt 2 = tidak terjadi ketidakberaturan vertikal.
- K lt 1 < 80% rata-rata K lt 2-4 = tidak terjadi ketidakberaturan
vertikal).
Adapun perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut.
a) Syarat 1
K lt1 < 70% x K lt 2
114,012 < 70% x 114,012
114,012 < 79,808 (Tidak terjadi ketidakberaturan vertikal)
b) Syarat 2
K lt1 < 80% rata-rata K lt 2-4
114,012 + 114,012 + 114,012
114,012 < 80% x 3

114,012 < 91,209 (Tidak terjadi ketidakberaturan vertikal)


2) Cek ketidakberaturan vertikal 1b
Ketidakberaturan vertikal 1bb terjadi dalam 2 syarat yaitu:
- K lt 1 < 60% K lt 2 = tidak terjadi ketidakberaturan vertikal.
- K lt 1 < 70% rata-rata K lt 2-4 = tidak terjadi ketidakberaturan
vertikal
Adapun perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut
81

a) Syarat 1
K lt1 < 60% x K lt 2
114,012 < 60% x 114,012
114,012 < 68,407 (Tidak terjadi ketidakberaturan vertikal)
b) Syarat 2
K lt1 < 70% rata-rata K lt 2-4
114,012 + 114,012 + 114,012
114,012 < 70% x 3

114,012 < 79,808 (Tidak terjadi ketidakberaturan vertikal)


Dengan cara yang sama pada perhitungan sebelumnya, maka diperoleh
rekapitulasi cek ketidakberaturan vertikal lantai lainnya sebagai berikut.

Tabel 3.19 Rekapitulasi Cek Ketidakberaturan Vertikal Tipe 1A dan 1B

Ketidakberaturan Vertikal Ketidakberaturan Vertikal


Tingkat Tipe 1a Tipe 1b

Syarat 1 Syarat 2 Syarat 1 Syarat 2

1 Tidak Terjadi Tidak Terjadi Tidak Terjadi Tidak Terjadi

2 Tidak Terjadi Tidak Terjadi Tidak Terjadi Tidak Terjadi

3 Tidak Terjadi Tidak Terjadi Tidak Terjadi Tidak Terjadi

4 Tidak Terjadi Tidak Terjadi Tidak Terjadi Tidak Terjadi

5 Tidak Terjadi Tidak Terjadi Tidak Terjadi Tidak Terjadi

6 Tidak Terjadi Tidak Terjadi Tidak Terjadi Tidak Terjadi

7 Tidak Terjadi Tidak Terjadi Tidak Terjadi Tidak Terjadi

8 - - - -

Dari perhitungan dan pengecekan yang telah kami lakukan, maka dapat
disimpulkan tidak terjadi irregularitas baik tipe 1a dan 1b pada struktur yang
direncanakan. Sehingga dapat dilakukan langkah berikutnya dalam proses
perancangan atau perencanaan yaitu desain struktur atas dan struktur bawah.
82
83

BAB IV
DESAIN PELAT LANTAI, PELAT ATAP, DAN TANGGA

4.1 Desain Tulangan Pelat


Pelat merupakan elemen horizontal struktur yang berfungsi untuk
mendukung beban mati maupun beban hidup dan menyalurkannya ke rangka
vertikal dari sistem struktur. Pelat memiliki bentuk yang bervariasi, bisa berbentuk
panel segi-empat, panel segitiga, dan panel lain yang bentuknya tidak beraturan.
Perencanaan desain pelat dapat diklasifikasikan berdasarkan beban yang harus
didukung, bahan material pelat, dan jarak antara balok - balok pendukung. Pada
perancanaan ini, pelat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan pada jenis arah
pelat, pada perencanaan kali ini terdapat dua jenis pelat, yaitu pelat satu arah dan
pelat dua arah.

4.2 Perhitungan Tulangan Pelat Lantai


Perencanaan tulangan pada pelat didasarkan pada gaya - gaya yang bekerja
sehingga dapat menahan beban sendiri dan beban hidup. Asumsi yang digunakan
pada perhitungan tulangan pelat baik pada pelat atap maupun pelat lantai adalah
bahwa setiap pelat dibatasi oleh balok. Pada perhitungan tulangan pelat lantai,
terdapat dua jenis perhitungannya yaitu perhitungan tulangan pelat lantai satu arah
dan perhitungan pelat lantai dua arah.

4.2.1 Perhitungan Tulangan Pelat lantai Satu Arah


Pelat satu arah merupakan pelat yang mempunyai nilai perbandingan
antara bentang panjang dengan bentang pendek lebih dari dua. Pada perencanaan
kali ini, ada dua pelat lantai yang berjenis pelat satu arah, yaitu pelat lantai tipe 5
dan tipe 6. Adapun perhitungan penulangan pada pelat tipe 5 adalah sebagai
berikut.
1. Data Pelat lantai 6 Tipe 5
a. Kuat tekan beton (f’c) = 25 Mpa

83
84

b. Kuat tarik baja (fy) = 385 Mpa


c. Bentang panjang pelat (Ly) = 7,2 m
d. Bentang pendek pelat (Lx) =2m
𝐿𝑦
e. Jenis arah pelat = 𝐿𝑥

7,2
= 2

= 3,6 (Karena nilai perbandingan Ly


dengan Lx lebih dari 2, maka pelat lantai tipe 5 berjenis pelat satu arah)
2
f. Qu pelat lantai = 12, 167 kN/𝑚
1 2
g. Mu Tumpuan = 11
× Qu × 𝐿𝑥
1 2
= 11
× 12,167 × 2

= 4,424 kNm
1 2
h. Mu Lapangan = 16
× Qu × 𝐿𝑥
1 2
= 16
× 12,167 × 2

= 3,042 kNm
i. D pokok = 10 D
j. D bagi = 8P
k. Pb = 20 mm
l. Tebal Pelat = 125 mm
𝐷 𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘
m. ds = Pb + 2

10
= 20 + 2

= 25 mm
n. d = h-ds
= 125 - 25
= 100 mm
o. b = 1000 mm
85

2. Perhitungan Pelat Lantai 6 tipe 5


Perhitungan penulangan pada pelat lantai dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
penulangan lapangan, penulangan tumpuan arah, dan penulangan tulangan bagi.
Adapun langkah - langkah perhitungan pada dilihat pada perhitungan dibawah ini.
a. Penulangan Daerah Lapangan
1) Mu = 3,042 kNm
2) ϕ = 0,9
𝑀𝑢
3) Mn = ϕ

3,042
= 0,9

= 3,380 kNm
𝐹𝑦
4) m = (0,85 𝑥 𝑓'𝑐)

385
= (0,85 𝑥 25)

= 18,118
𝑀𝑛
5) Rn = 2
(𝑏𝑥𝑑 )
6
3,380 𝑥 10
= 2
(1000 𝑥 100 )

= 0,3380 Mpa

× ⎡⎢1 − ⎤
1 2𝑚×𝑅𝑛
6) p = 𝑚
1− 𝐹𝑦 ⎥
⎣ ⎦

× ⎡⎢1 − ⎤
1 2𝑥18,118 × 0,3380
= 18,118
1− 385 ⎥
⎣ ⎦
= 0,0009
1,4
7) P min1 = 𝐹𝑦

1,4
= 385

= 0,0006
0,5
𝑓'𝑐
8) P min2 = 4 𝑥 𝐹𝑦

25
= 4 𝑥 385
86

= 0,0032
9) P min pakai = 0,0032
10) Nilai Pmin pakai merupakan nilai terbesar dari 𝑃𝑚𝑖𝑛1 dan 𝑃𝑚𝑖𝑛2 Maka

nilai pmin pakai adalah 0,0032.


11) 𝑃𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖

12) Nilai Pmin pakai merupakan nilai terbesar dari 𝑃𝑚𝑖𝑛𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 dan 𝑝 Maka

nilai pmin pakai adalah 0,0032.


13) As = 𝑃𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 x b x d

= 0,0032 x 1000 x 100


2
= 324,675 𝑚𝑚
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
14) S = 𝐴𝑠
1 2
𝑥 π 𝑥 10 𝑥 1000
= 4
324,679

= 241,903 mm
15) 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = 150 mm (nilai 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 < S)
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
16) As’ = 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖

1 2
𝑥 π 𝑥 10 𝑥 1000
= 4
150

2
= 523,599 𝑚𝑚
17) Cek Syarat
2 2
18) Karena nilai As’ > As yaitu 523,599 𝑚𝑚 > 324,675 𝑚𝑚 , maka
perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat lantai satu arah tipe 5
sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah P8-150 mm.

b. Penulangan Daerah Tumpuan


1) Mu = 4,424 kNm
2) ϕ = 0,9
𝑀𝑢
3) Mn = ϕ
87

4,424
= 0,9

= 4,916 kNm
𝐹𝑦
4) m = (0,85 𝑥 𝑓'𝑐)

385
= (0,85 𝑥 25)

= 18,118
𝑀𝑛
5) Rn = 2
(𝑏𝑥𝑑 )

4,916
= 2
(1000 𝑥 100 )

= 0,4916 Mpa

× ⎡⎢1 − ⎤
1 2𝑚×𝑅𝑛
6) p = 𝑚
1− 𝐹𝑦 ⎥
⎣ ⎦

× ⎡⎢1 − ⎤
1 2𝑥 18,118 ×0,4916
= 18,118
1− 385 ⎥
⎣ ⎦
= 0,0013
1,4
7) P min1 = 𝐹𝑦

1,4
= 385

= 0,0006
25
8) P min2 = 4 𝑥 𝐹𝑦

25
= 4 𝑥 385

= 0,0032
9) P min pakai
10) Nilai Pmin pakai merupakan nilai terbesar dari 𝑃𝑚𝑖𝑛1 dan 𝑃𝑚𝑖𝑛2 Maka

nilai pmin pakai adalah 0,0032.


11) 𝑃𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖

12) Nilai Pmin pakai merupakan nilai terbesar dari 𝑃𝑚𝑖𝑛𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 dan 𝑝 Maka

nilai pmin pakai adalah 0,0032.


13) As = 𝑃𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 x b x d
88

= 0,0032 x 1000 x 100


2
= 324,675 𝑚𝑚
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
14) S = 𝐴𝑠
1 2
𝑥 π 𝑥 10 𝑥 1000
= 4
324,679

= 241,903 mm
15) 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = 150 mm (nilai 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 < S)
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
16) As’ = 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖

1 2
𝑥 π 𝑥 10 𝑥 1000
= 4
150

2
= 523,599 𝑚𝑚
17) Cek Syarat
2 2
18) Karena nilai As’ > As yaitu 523,599 𝑚𝑚 > 324,675 𝑚𝑚 , maka
perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat lantai satu arah tipe 5
sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah D10-150 mm.
c. Penulangan Tulangan Bagi (pada daerah tumpuan)
1) Ppakai
Nilai Ppakai pada tulangan bagi adalah 0,002.
2) As = Ppakai x b x h
= 0,002 x 1000 x 125
2
= 250 𝑚𝑚
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
3) S = 𝐴𝑠
1 2
𝑥 π 𝑥 10 𝑥 1000
= 4
324,675

= 241,903 mm
4) Spakai = 150 mm
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
5) As’ = 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖

1 2
𝑥 π 𝑥 10 𝑥 1000
= 4
150
89

2
= 523,599 𝑚𝑚

6) Cek Syarat
2 2
Karena nilai As’> As yaitu 523,599 𝑚𝑚 > 250 𝑚𝑚 , maka
perhitungan penulangan bagi pada daerah tumpuan pelat lantai satu arah
tipe 5 sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah P8-150 mm.

4.2.2 Perhitungan Tulangan Pelat Lantai Dua Arah


Adapun pada perhitungan penulangan pelat lantai dua arah ini kami
menggunakan pelat lantai tipe 1 sebagai contoh perhitungan.
1. Data Pelat Lantai Tipe 1
a. Kuat tekan beton (f’c) = 25 Mpa
b. Kuat tarik baja (fy) = 385 Mpa
c. Bentang panjang pelat (Ly) = 3,6 m
d. Bentang pendek pelat (Lx) = 3,6 m
𝐿𝑦
e. Jenis arah pelat = 𝐿𝑥

3,6
= 3,6

= 1 (karena nilai perbandingan Ly


dengan Lx adalah 1, maka pelat lantai tipe 1 berjenis pelat dua arah)
2
f. Qu pelat lantai = 12,167 kN/𝑚
g. Nilai koefisien momen yang didapat dari Tabel Momen Pelat
𝐿𝑦
Karena nilai 𝐿𝑥
= 1, maka nilai koefisien momen adalah sebagai

berikut.
1) Clx = 41
2) Cly = 12
3) Ctx = 83
4) Cty = 57
2
h. Mlx = 0,001 x Qu x 𝐿𝑥 x Clx
2
= 0,001 x 12,167 x 3, 6 x 41
90

= 6,465 kNm
2
i. Mly = 0,001 x Qu x 𝐿𝑥 x Cly
2
= 0,001 x 12,167 x 3, 6 x 12
= 1,892 kNm
2
j. Mtx = -0,001 x Qu x 𝐿𝑥 x Ctx
2
= -0,001 x 12,167 x 3, 6 x 83
= -13,088 mm
2
k. Mty = -0,001 x Qu x 𝐿𝑥 x Cty
2
= -0,001 x 12,167 x 3, 6 x 57
= -8,988 kNm
l. D pokok = 10 D
m. Dbagi =8P
n. Pb = 20 mm
o. Tebal Pelat = 125 mm
𝐷 𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘
p. ds = Pb + 2

10
= 20 + 2

= 25 mm
q. d = h -ds
= 125 - 100
= 100 mm
r. b = 1000 mm
2. Perhitungan Pelat Lantai Tipe 1
Perhitungan penulangan pada pelat lantai dibagi menjadi 5 bagian, yaitu
penulangan lapangan arah x, penulangan lapangan arah y, penulangan tumpuan
arah x, penulangan tumpuan arah y, dan penulangan tulangan bagi. Adapun
langkah - langkah perhitungan dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini.
a. Penulangan Lapangan Arah X
1) Mu = Mlx = 6,465 kNm
2) ϕ = 0,9
91

𝑀𝑢
3) Mn = ϕ

6,465
= 0,9

= 7,183 kNm
𝐹𝑦
4) m = (0,85 𝑥 𝑓'𝑐)

385
= (0,85 𝑥 25)

= 18,118
𝑀𝑛
5) Rn = 2
(𝑏𝑥𝑑 )

7,183
= 2
(1000𝑥100 )

= 0,7183 Mpa

× ⎡⎢1 − ⎤
1 2𝑚×𝑅𝑛
6) p = 𝑚
1− 𝐹𝑦 ⎥
⎣ ⎦

= 18,118 × ⎡⎢1 − ⎤
1 2𝑥18,118×0,7183
1− 385 ⎥
⎣ ⎦
= 0,0019
1,4
7) P min1 = 𝐹𝑦

1,4
= 385

= 0,0036
25
8) P min2 = 4 𝑥 𝐹𝑦

25
= 4 𝑥 385

= 0,0032
9) P min pakai
10) Nilai Pminpakai merupakan nilai terbesar dari 𝑃𝑚𝑖𝑛1 dan 𝑃𝑚𝑖𝑛2 Maka

nilai pmin pakai adalah 0,0036.


11) 𝑃𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖

12) Nilai Pminpakai merupakan nilai terbesar dari 𝑃𝑚𝑖𝑛𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 dan 𝑝 Maka

nilai pmin pakai adalah 0,0036.


92

13) As = 𝑃𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 x b x d

= 0,0036 x 1000 x 100


2
= 363,636 𝑚𝑚
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
14) S = 𝐴𝑠
1 2
𝑥 π 𝑥 10 𝑥 1000
= 4
2
363,636 𝑚𝑚

= 215,984 mm
15) 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = 150 mm (nilai 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 < S)
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
16) As’ = 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖

1 2
𝑥 π 𝑥 10 𝑥 1000
= 4
2
150 𝑚𝑚

2
= 523,599 𝑚𝑚
17) Cek Syarat
2 2
18) Karena nilai As’ > As yaitu 523,599 𝑚𝑚 > 363,636 𝑚𝑚 , maka
perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat lantai satu arah tipe 1
sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah D10-150 mm.
b. Penulangan Lapangan Arah Y
1) Mu = Mly = 1,892 kNm
2) ϕ = 0,9
𝑀𝑢
3) Mn = ϕ

1,892
= 0,9

= 2.102 kNm
𝐹𝑦
4) m = (0,85 𝑥 𝑓'𝑐)

385
= (0,85 𝑥 25)

= 18,118
𝑀𝑛
5) Rn = 2
(𝑏𝑥𝑑 )

2.102
= 2
(1000𝑥100 )
93

= 0,2102 Mpa

× ⎡⎢1 − ⎤
1 2𝑚×𝑅𝑛
6) p = 𝑚
1− 𝐹𝑦 ⎥
⎣ ⎦

× ⎡⎢1 − ⎤
1 2𝑥18,118×0,2102
= 18,118
1− 385 ⎥
⎣ ⎦
= 0,0005
1,4
7) P min1 = 𝐹𝑦

1,4
= 385

=0,0036
30
8) P min2 = 4 𝑥 𝐹𝑦

30
= 4 𝑥 385

= 0,0032
9) P min pakai = 0,0036
10) Nilai Pminpakai merupakan nilai terbesar dari 𝑃𝑚𝑖𝑛1 dan 𝑃𝑚𝑖𝑛2 Maka

nilai pmin pakai adalah 0,0036.


11) 𝑃𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖

12) Nilai Pminpakai merupakan nilai terbesar dari 𝑃𝑚𝑖𝑛𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 dan 𝑝 Maka

nilai pmin pakai adalah 0,0036.


13) As = 𝑃𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 x b x d

= 0,0036 x 1000 x 100


2
= 363,636 𝑚𝑚
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
14) S = 𝐴𝑠
1 2
𝑥 π 𝑥 10 𝑥 1000
= 4
363,636

= 215,984 mm
15) 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = 125 mm (nilai 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 < S)
1 2
𝑥 π 𝑥 10 𝑥 1000
16) As’ = 4
125
94

2
= 628,319 𝑚𝑚
17) Cek Syarat
2 2
18) Karena nilai As’ > As yaitu 628,319 𝑚𝑚 > 363,636 𝑚𝑚 , maka
perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat lantai satu arah tipe 1
sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah 628,319 mm.
c. Penulangan Tumpuan Arah X
1) Mu = Mtx = 13,088 kNm
2) ϕ =0,9
𝑀𝑢
3) Mn = ϕ

13,088
= 0,9

= 14,542 kNm
𝐹𝑦
4) m = (0,85 𝑥 𝑓'𝑐)

385
= (0,85 𝑥 25)

= 18,118
𝑀𝑛
5) Rn = 2
(𝑏𝑥𝑑 )

14,542
= 2
(1000𝑥100 )

= 1,4542 Mpa

× ⎡⎢1 − ⎤
1 2𝑚×𝑅𝑛
6) p = 𝑚
1− 𝐹𝑦 ⎥
⎣ ⎦

× ⎡⎢1 − ⎤
1 2𝑥14,542×1,4542
= 14,542
1− 385 ⎥
⎣ ⎦
= 0,0039
1,4
7) P min1 = 𝐹𝑦

1,4
= 385

= 0,0036
95

30
8) P min2 = 4 𝑥 𝐹𝑦

30
= 4 𝑥 385

= 0,0032
9) P min pakai
Nilai Pmin pakai merupakan nilai terbesar dari Pmin1 dan Pmin2.
Maka nilai 𝑃𝑚𝑖𝑛𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 adalah 0,0036

10 ) Ppakai
Nilai Ppakai merupakan nilai terbesar dari Pmin pakai dan p. Maka
nilai Ppakai adalah 0,0036.
11) As = 𝑃𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 x b x d

= 0,0036 x 1000 x 100


2
= 391,608 𝑚𝑚
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
12) S = 𝐴𝑠
1 2
𝑥 π 𝑥 10 𝑥 1000
= 4
363,636

= 200,557 mm
13) 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = 150 mm (nilai 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 < S)
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
14) As’ = 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖

1 2
𝑥 π 𝑥 10 𝑥 1000
= 4
150

2
= 523,599 𝑚𝑚
15) Cek Syarat
2 2
Karena nilai As’ > As yaitu 523,599 𝑚𝑚 > 391,608 𝑚𝑚 , maka
perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat lantai satu arah
tipe 1 sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah 523,599 mm.
d. Penulangan Tumpuan Arah Y
1) Mu = Mty = 8,988 kNm
2) ϕ = 0,9
96

𝑀𝑢
3) Mn = ϕ

8,988
= 0,9

= 9,987 kNm
𝐹𝑦
4) m = (0,85 𝑥 𝑓'𝑐)

385
= (0,85 𝑥 25)

= 18,118
𝑀𝑛
5) Rn = 2
(𝑏𝑥𝑑 )

9,987
= 2
(1000 𝑥 100 )

= 0,9987 Mpa

× ⎡⎢1 − ⎤
1 2𝑚×𝑅𝑛
6) p = 𝑚
1− 𝐹𝑦 ⎥
⎣ ⎦

× ⎡⎢1 − ⎤
1 2 𝑥 18,118 × 0,9987
= 18,118
1− 385 ⎥
⎣ ⎦
= 0,0027
1,4
7) P min1 = 𝐹𝑦

1,4
= 385

= 0,0036
30
8) P min2 = 4 𝑥 𝐹𝑦

30
= 4 𝑥 385

= 0,0032
9) P min pakai
Nilai Pmin pakai merupakan nilai terbesar dari Pmin1 dan Pmin2.
Maka nilai 𝑃𝑚𝑖𝑛𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 adalah 0,0036

10 ) Ppakai
Nilai Ppakai merupakan nilai terbesar dari Pmin pakai dan p. Maka
nilai Ppakai adalah 0,0036.
97

11) As = 𝑃𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 x b x d

= 0,0036 x 1000 x 100


2
=363,636 𝑚𝑚
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
12) S = 𝐴𝑠
1 2
𝑥 π 𝑥 10 𝑥 1000
= 4
363,636

= 215,984 mm
13) 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = 150 mm (nilai 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 < S)
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
14) As’ = 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖

1 2
𝑥 π 𝑥 10 𝑥 1000
= 4
150

2
= 628,319 𝑚𝑚
15) Cek Syarat
2 2
Karena nilai As’ > As yaitu 628,319 𝑚𝑚 > 363,636 𝑚𝑚 , maka
perhitungan penulangan pada daerah lapangan pelat lantai satu arah
tipe 1 sudah OK dan penulangan yang dipakai adalah 628,319 mm.
e. Penulangan Tumpuan Bagi (pada daerah tumpuan)
1) Ppakai
Nilai Ppakai pada tulangan bagi adalah 0,002
2) As = 0,002 x b x Tebal Pelat
= 0,002 x 1000 x 125
2
= 250 𝑚𝑚
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
3) S = 𝐴𝑠
1 2
𝑥 π 𝑥 10 𝑥 1000
= 4
250

= 314,159 mm
4) 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = 150 mm (nilai 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 < S)
2
5) As’ = 250 𝑚𝑚
98

6) Cek Syarat
2 2
Karena nilai As’ > As yaitu 250 𝑚𝑚 > 250 𝑚𝑚 , maka perhitungan
penulangan pada daerah lapangan pelat lantai satu arah tipe 1 sudah OK
dan penulangan yang dipakai adalah 250 mm.
Adapun perhitungan penulangan pada pelat dua arah tipe lainnya, langkah
perhitungannya sama dengan seperti langkah perhitungan penulangan pelat dua
arah tipe 1 dan hasilnya dapat dilihat pada tabel - tabel dibawah ini.

Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Lantai Tipe 1

Uraian Arah X Arah Y

Lx Tx Lx Tx

Mu 6,465 13,088 1,892 8,988

Mn 7,183 14,542 2,102 9,987

h 125 125 125 125

pb 20 20 20 20

d 100 100 100 100

Rn 0,7183 1,4542 0,2102 0,9987

ρ 0,0019 0,0039 0,0005 0,0027

ρ pakai 0,0036 0,0039 0,0036 0,0036

As perlu (𝑚𝑚 )
2
363,636 391,608 363,636 363,636

As pakai (𝑚𝑚 )
2
523,599 523,599 628,319 628,319

Asst (𝑚𝑚 )
2 250,000 250,000 250,000 250,000

Tulangan pokok D10-150mm D10-150mm D10-125mm D10-150mm

Tulangan Susut P8-150mm P8-150mm P8-150mm P8-150mm


99

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Lantai Tipe 2

Uraian Arah X Arah Y

Lx Tx Lx Tx

Mu 6,465 13,088 1,892 8,988

Mn 7,183 14,542 2,102 9,987

h 125 125 125 125

pb 20 20 20 20

d 100 100 100 100

Rn 0,7183 1,4542 0,2102 0,9987

ρ 0,0019 0,0039 0,0005 0,0027

ρ pakai 0,0036 0,0039 0,0036 0,0036

As perlu (𝑚𝑚 )
2
363,636 391,608 363,636 363,636

As pakai (𝑚𝑚 )
2
523,599 523,599 523,599 523,599

Asst (𝑚𝑚 )
2 250,000 250,000 250,000 250,000

Tulangan pokok D10-150mm D10-150mm D10-150mm D10-150mm

Tulangan Susut D10-150mm D10-150mm D10-150mm D10-150mm

Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Lantai Tipe 3

Uraian Arah X Arah Y

Lx Tx Lx Tx

Mu 2,523 5,326 1,191 3,995

Mn 2,803 5,918 1,324 4,439

h 125 125 125 125

pb 20 20 20 20

d 100 100 100 100


100

Rn 0,2803 0,5918 0,1324 0,4439

ρ 0,0007 0,0016 0,0003 0,0012

ρ pakai 0,0036 0,0036 0,0036 0,0036

As perlu (𝑚𝑚 )
2
363,636 363,636 363,636 363,636

As pakai (𝑚𝑚 )
2
523,599 523,599 523,599 523,599

Asst (𝑚𝑚 )
2 250,000 250,000 250,000 250,000

Tulangan pokok D10-150mm D10-150mm D10-125mm D10-150mm

Tulangan Susut P8-150mm P8-150mm P8-150mm P8-150mm

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Lantai Tipe 4

Uraian Arah X Arah Y

Lx Tx Lx Tx

Mu 11,186 24,017 5,922 18,753

Mn 12,429 26,685 6,580 20,836

h 125 125 125 125

pb 20 20 20 20

d 100 100 100 100

Rn 1,2429 2,6685 0,6580 2,0836

ρ 0,0033 0,0074 0,0017 0,0017

ρ pakai 0,0036 0,0074 0,0036 0,0057

As perlu (𝑚𝑚 )
2
363,636 743,154 363,636 570,712

As pakai (𝑚𝑚 )
2
523,599 523,599 523,599 523,599

Asst (𝑚𝑚 )
2 250,000 250,000 250,000 250,000

Tulangan pokok D10-150mm D10-150mm D10-125mm D10-150mm

Tulangan Susut P8-150mm P8-150mm P8-150mm P8-150mm


101

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Lantai Tipe 5

Uraian Arah X

Tumpuan Lapangan

Mu 9,955 6,844

Mn 11,061 7,604

h 125 125

pb 20 20

d 100 100

Rn 1,1061 0,7604

ρ 0,0030 0,0020

ρ pakai 0,0032 0,0032

As perlu (𝑚𝑚 )
2
324,675 324,675

As pakai (𝑚𝑚 )
2
523,599 523,599

Asst (𝑚𝑚 )
2 523,599 523,599

Tulangan pokok D10-150mm D10-150mm

Tulangan Susut P8-150mm P8-150mm

Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Lantai Tipe 6

Uraian Arah X

Tumpuan Lapangan

Mu 4,424 3,042

Mn 4,916 3,380

h 125 125

pb 20 20

d 100 100
102

Rn 0,4916 0,3380

ρ 0,0013 0,0009

ρ pakai 0,0032 0,0032

As perlu (𝑚𝑚 )
2
324,675 324,675

As pakai (𝑚𝑚 )
2
523,599 523,599

Asst (𝑚𝑚 )
2 523,599 523,599

Tulangan pokok D10-150mm D10-150mm

Tulangan Susut P8-150mm P8-150mm

4.3 Perhitungan Tulangan Pelat Atap


Langkah - langkah perhitungan penulangan pada pelat atap baik pada pelat
atap satu arah sama seperti pada perhitungan penulangan pelat lantai. Hal yang
membedakan adalah perbedaan nilai beban ultimit (QU) pada pembebanan lantai
dan pelat atap.

4.3.1 Perhitungan Tulangan Pelat Atap Satu Arah


Pada perencanaan ini, terdapat dua pelat atap yang berjenis pelat satu arah,
yaitu pelat atap tipe 5 dan tipe 6. Pelat atap 5 dan pelat atap 6 dikategorikan
sebagai pelat satu arah karena mempunyai nilai perbandingan antara bentang
panjang dengan bentang panjang dengan bentang pendek lebih dari 2, yaitu 3,6
dan 2,4. Adapun langkah perhitungan penulangan pada pelat lantai satu arah. Data
dan hasil perhitungan pelat atap satu arah tipe 5 dan 6 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.

Tabel 4.7 Data Pelat Atap Tipe 6

Uraian Data

F’c (Mpa) 25

Fy (Mpa) 385
103

Ly (mm) 3600

Lx (mm) 3600

Ly/Lx 1

Qu pelat (kNm) 6,198

D pokok (mm) 10

D bagi (mm) 8

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Atap Tipe 6

Uraian Daerah Lapangan Daerah Tumpuan

Lx Ly Lx Ly

Mu (kNm) 3,293 6,667 0,964 4,578

Mn (kNm) 3,659 6,667 0,964 4,578

h (mm) 110 110 110 110

Pb (mm) 20 20 20 20

d (mm) 85 85 85 85

Rn (Mpa) 0,5065 1,0253 0,1482 0,5087

ρ 0,0013 0,0027 0,0004 0,0013

ρ pakai 0,0036 0,0036 0,0036 0,0036

As Perlu (𝑚𝑚 )
2
309,091 309,091 309,091 363,636

As Pakai (𝑚𝑚 )
2
523,599 523,599 523,599 523,599

Asst (𝑚𝑚 )
2
220,000 220,000 220,000 220,000

Tulangan Pokok D10-150mm D10-150mm D10-150mm D10-150mm

Tulangan Susut P8-150mm P8-150mm P8-150mm P8-150mm


104

4.3.2 Perhitungan Tulangan Pelat Atap Dua Arah


Adapun pada perhitungan penulangan pelat atap dua arah ini sama seperti
pada perhitungan penulangan pelat lantai dua arah. Hal yang membedakan adalah
beban ultimit (Qu) pada pembebanan pelat. Adapun data dan hasil perhitungan
penulangan pelat atap dapat dilihat pada tabel – tabel di halaman berikutnya.

Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Atap Tipe 1

Uraian Daerah Lapangan Daerah Tumpuan

Lx Ly Lx Ly

Mu (kNm) 3,293 6,667 0,964 4,578

Mn (kNm) 3,659 7,408 1,071 5,087

h (mm) 110 110 110 110

Pb (mm) 20 20 20 20

d (mm) 85 85 85 85

Rn (Mpa) 0,5065 1,0253 0,1482 0,5087

ρ 0,0013 0,0027 0,0004 0,0013

ρ pakai 0,0036 0,0036 0,0036 0,0036

As Perlu (𝑚𝑚 )
2
309,091 309,091 309,091 363,636

As Pakai (𝑚𝑚 )
2
523,599 523,599 523,599 523,599

Asst (𝑚𝑚 )
2
220,000 220,000 220,000 220,000

Tulangan Pokok D10-150mm D10-150mm D10-150mm D10-150mm

Tulangan Susut P8-150mm P8-150mm P8-150mm P8-150mm


105

Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Atap Tipe 2

Uraian Daerah Lapangan Daerah Tumpuan

Lx Ly Lx Ly

Mu (kNm) 1,285 2,713 0,607 2,035

Mn (kNm) 1,428 3,015 0,674 2,261

h (mm) 110 110 110 110

Pb (mm) 20 20 20 20

d (mm) 85 85 85 85

Rn (Mpa) 0,1976 0,4172 0,0933 0,2261

ρ 0,0005 0,0011 0,0002 0,0006

ρ pakai 0,0036 0,0036 0,0036 0,0036

As Perlu (𝑚𝑚 )
2
309,091 309,091 309,091 363,636

As Pakai (𝑚𝑚 )
2
523,599 523,599 523,599 523,599

Asst (𝑚𝑚 )
2
220,000 220,000 220,000 220,000

Tulangan Pokok D10-150mm D10-150mm D10-150mm D10-150mm

Tulangan Susut P8-150mm P8-150mm P8-150mm P8-150mm

Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Atap Tipe 3

Uraian Daerah Lapangan Daerah Tumpuan

Lx Ly Lx Ly

Mu (kNm) 5,698 12,234 3,017 9,552

Mn (kNm) 6,331 13,593 3,352 10,614

h (mm) 110 110 110 110

Pb (mm) 20 20 20 20

d (mm) 85 85 85 85
106

Rn (Mpa) 0,8763 1,8814 0,4639 1,0614

ρ 0,0023 0,0051 0,0012 0,0028

ρ pakai 0,0036 0,0051 0,0036 0,0036

As Perlu (𝑚𝑚 )
2
309,091 309,091 309,091 363,636

As Pakai (𝑚𝑚 )
2
523,599 523,599 523,599 523,599

Asst (𝑚𝑚 )
2
220,000 220,000 220,000 220,000

Tulangan Pokok D10-150mm D10-150mm D10-150mm D10-150mm

Tulangan Susut P8-150mm P8-150mm P8-150mm P8-150mm

Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Atap Tipe 4

Uraian Daerah Lapangan Daerah Tumpuan

Lx Ly Lx Ly

Mu (kNm) 5,698 12,234 3,017 9,552

Mn (kNm) 6,331 13,593 3,352 10,614

h (mm) 110 110 110 110

Pb (mm) 20 20 20 20

d (mm) 85 85 85 85

Rn (Mpa) 0,8763 1,8814 0,4639 1,0614

ρ 0,0023 0,0051 0,0012 0,0028

ρ pakai 0,0036 0,0051 0,0036 0,0036

As Perlu (𝑚𝑚 )
2
309,091 309,091 309,091 363,636

As Pakai (𝑚𝑚 )
2
523,599 523,599 523,599 523,599

Asst (𝑚𝑚 )
2
220,000 220,000 220,000 220,000

Tulangan Pokok D10-150mm D10-150mm D10-150mm D10-150mm

Tulangan Susut P8-150mm P8-150mm P8-150mm P8-150mm


107

Tabel 4.13 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Atap Tipe 7

Uraian Daerah Lapangan Daerah Tumpuan

Lx Ly Lx Ly

Mu (kNm) 1,394 3,291 1,171 3,012

Mn (kNm) 1,549 3,657 1,302 3,347

h (mm) 110 110 110 110

Pb (mm) 20 20 20 20

d (mm) 85 85 85 85

Rn (Mpa) 0,2145 0,5061 0,1801 0,3347

ρ 0,0006 0,0013 0,0005 0,0009

ρ pakai 0,0036 0,0051 0,0036 0,0036

As Perlu (𝑚𝑚 )
2
309,091 309,091 309,091 363,636

As Pakai (𝑚𝑚 )
2
523,599 523,599 523,599 523,599

Asst (𝑚𝑚 )
2
220,000 220,000 220,000 220,000

Tulangan Pokok D10-150mm D10-150mm D10-150mm D10-150mm

Tulangan Susut P8-150mm P8-150mm P8-150mm P8-150mm

4.4 Desain Tulangan Tangga


Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungkan
dua tingkat vertikal yang memiliki jarak satu sama lain pada konstruksi bangunan.
Tangga dapat didesain secara arsitektural dan struktural yang disesuaikan dengan
kondisi lahan, sisi estetika, kekuatan, dan biaya.
4.4.1 Desain Tulangan Pelat Tangga
Untuk perhitungan tangga dan bordes, diketahui data sebagai berikut.
1. Data perencanaan Tangga
a. Kuat tekan beton (f’c) = 25 Mpa
b. Modulus elastis beton (Ec) = 25743 Mpa
108

c. Modulus elastis baja = 200000 Mpa


d. Kuat tarik baja (Fy) = 385 Mpa
e. Panjang total (L) = 4000 mm
f. Elevasi tangga pertama = 0 mm
g. Elevasi tangga kedua = 200 mm
h. Elevasi tangga ketiga = 300 mm
i. Lebar tangga = 3000 mm
j. Antrede (a) = 270 mm
k. Optrede (s) = 170 mm
l. Antrede (a) pakai = 270 mm
m. Optrede (s) pakai = 181,82 mm
n. Cek syarat = 633,64 mm ≤ ≤ 650 mm
= hasilnya OKE.
o. Beda tinggi antar lantai = 2970 mm
p. Jumlah anak tangga total (n) = 11 buah
q. Panjang anak tangga (L) = 2970 mm
r. Lebar bordes = panjang total (L) - panjang
anak tangga
= 4000 - 2970 = 1030 mm
s. Sudut kemiringan tangga (α) = 33,956°
t. Tebal pelat tangga (T1) = 150 mm
u. Tebal anak tangga (T2) = 90,91 mm
v. Tebal pelat bordes (T3) = 150 mm
𝑇1
w. Tebal anak tangga + pelat arah gravitasi (T4) = 𝑇2 + 𝑐𝑜𝑠 (α

150
= 90,91+ 𝑐𝑜𝑠 (33,956°)

= 271,749 mm
3
x. Berat isi beton (ɣ) = 23, 544 𝑘𝑁𝑚
2. Pembebanan Tangga
Adapun untuk perhitungan pembebanan pada tangga adalah sebagai
berikut ini.
109

𝑇4
a. Berat anak tangga + pelat tangga (Qd1) = 1000
𝑥ɣ
271,749
= 1000
𝑥 23, 544
2
= 6,398056359 𝑘𝑁𝑚
2
b. Berat railing tangga (Qd2) = 0,1 𝑘𝑁𝑚
𝑇3
c. Berat pelat bordes (Qd3) = 1000
𝑥ɣ
150
= 1000
𝑥 23, 544
2
= 3,5316 𝑘𝑁𝑚
d. Berat spesi + pasir + keramik (Qd4) = Qd1+Qd2+Qd3
= 6,398056359 + 0,1 + 3,5316
2
=1,46666 𝑘𝑁𝑚
e. Beban Mati pelat tangga (Qdt) = Qd1 + Qd2 + Qd4
= 6,398056359 + 0,1 +1,46666
2
=7,96465 𝑘𝑁𝑚
f. Beban Mati pelat border (Qdb) = Qd2 +Qd3 +Qd4
= 0,1+ 3,5316 + 1,46666
2
= 5,0982 𝑘𝑁𝑚
2
g. Beban hidup pelat tangga (Qlt) = 3 𝑘𝑁𝑚
2
h. Beban hidup pelat border (Qlb) = 3 𝑘𝑁𝑚
𝑇3

i. Beban tambahan pelat tangga (Qaddt) = 𝑄𝑑𝑡 − ( 𝑐𝑜𝑠 (α)


1000
𝑥 Ɣ)
150

= 7, 9646 − ( 𝑐𝑜𝑠 ( 33,956°)


1000
𝑥 23, 544)
2
= 3,70696 𝑘𝑁𝑚
j. Beban tambahan pelat border (Qaddb) = Qdb - Qd3
= 5,0982 - 3,5316
2
= 1,5666 𝑘𝑁𝑚
110

3. Analisis Struktur
Analisis struktur pada tangga dan bordes dilakukan dengan menggunakan
aplikasi SAP2000. Dari hasil analisis struktur tersebut, diambil nilai
momennya baik pada pelat tangga maupun pada pelat bordes. Nilai momen
hasil analisis struktur dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.14 Momen Pada Pelat Tangga dan Pelat Bordes

Uraian Mx (kNm) My (kNm)

Momen pada pelat tangga 3,4175 16,8906

Momen pada pelat border 2,1476 5,9315

4. Perhitungan penulangan pelat Tangga


Setelah mengambil output momen pada pelat tangga yang merupakan hasil
analisis struktur menggunakan aplikasi SAP2000, maka selanjutnya adalah
melakukan perhitungan penulangan pelat tangga dan langkah – langkah
perhitungannya adalah sebagai berikut.
a. Data pelat tangga
1) Mx = 3,4175 kNm
2) My = 16,8906 kNm
3) ∅ = 0,9
4) f’c = 25 Mpa
5) Fy =385 Mpa
6) Qu pelat = 12,167
7) D pokok =12 mm
8) D susut =8 mm
9) H pelat = 150 mm
10) b Pelat = 1000 mm
11) ρb = 20 mm
12
12) ds = 20 + 2

= 26 mm
111

13) d = h - ds
= 150 - 26
= 124 mm
b. Penulangan pelat tangga arah X
1) Mu = 6,465 kNm
2) ∅ = 0,9
𝑀𝑢
3) Mn = ∅

6,465
= 0,9
= 7,183 kNm
𝐹𝑦
4) m = 0,85 𝑥 𝑓'𝑐

385
= 0,85 𝑥 25

= 18,118
𝑀𝑛
5) Rn = 2
𝑏(𝑑 )
7,183
= 2 = 0,4672 Mpa
1000(124 )

× ⎡⎢1 − ⎤
1 2𝑚×𝑅𝑛
6) ρ = 𝑚
1− 𝐹𝑦 ⎥
⎣ ⎦

× ⎡⎢1 − ⎤
1 2 𝑥 18,118 ×0,4672
= 18,118
1− 385 ⎥
⎣ ⎦
= 0,0012
1,4
7) ρmin 1 = 𝑓𝑦

1,4
= 385
= 0,0036

30
8) ρmin 2 = 4 𝑥 𝑓𝑦

30
= 4 𝑥 385
= 0,0032

9) Ppakai
Nilai Ppakai merupakan nilai terbesar dari P, ρmin 1 dan ρmin 2,
maka nilai Ppakai adalah 0,0036.
10) As = Ppakai x b x d
= 0,0036 x 1000 x 124
2
= 450,909 𝑚𝑚
112

𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
11) S = 𝐴𝑠 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
1 2
𝑥 π 𝑥 12 𝑥 1000
= 4
450,909

= 250,821 mm
12) Spakai = 250 mm (nilai Spakai < S)
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
13) As’ = 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
1 2
𝑥 π 𝑥 16 𝑥 1000
= 4
250

2
= 452,389 𝑚𝑚
14) Cek Syarat
2 2
Karena nilai As’ > As yaitu 452,389 𝑚𝑚 > 450,909 𝑚𝑚 , maka
perhitungan penulangan pada pelat tangga sudah OK dan
penulangan yang dipakai adalah P12– 250 mm.
Untuk penulangan pelat tangga arah Y menggunakan cara yang sama dan
2 2
akan menghasilkan nilai As’ > As yaitu 452,389 𝑚𝑚 > 450,909 𝑚𝑚 , maka
perhitungan penulangan pada pelat tangga sudah OK dan penulangan yang
dipakai adalah P12– 250 mm.

4.4.2 Desain tulangan pelat border


setelah menghitung penulangan pada tangga maka selanjutnya adalah
mendesain penulangan pelat pada border. langkah perhitungan pada desain pelat
border sama seperti perhitungan desain penulangan pelat tangga. yang
membedakan adalah nilai Momen maksimum pada pelat bordes berbeda dengan
nilai momen maksimum pada pelat tangga. Adapun hasil perhitungan penulangan
pada pelat bordes dapat dilihat pada tabel di halaman selanjutnya.
113

Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Bordes

Data pada pelat border

Uraian Hasil Data

f’c (Mpa) 225

Fy (Mpa) 385

Qu pelat 12,167

Mx (kNm) 2,1476

My (kNm) 5,9315

D pokok (mm) 12

D bagi (mm) 8

Pb (mm) 20

Tebal Pelat (mm) 150

ds (mm) 26

d (mm) 124

Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Bordes arah X

Pelat border tulangan arah X

Uraian Data

Mu (kNm) 6,465

Mn (kNm) 7,183

m 18,118

Rn (Mpa) 0,4672

p (mm2) 0,0012

Pmin 1 (mm2) 0,0036

Pmin 2 (mm2) 0,0032

Ppakai (mm2) 0,0036


114

As (mm2) 450,909

As’ > As 452,389

Tulangan Arah X P12-250mm

Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Bordes arah Y

Pelat border tulangan arah X

Uraian Data

Mu (kNm) 1,892

Mn (kNm) 2,102

m 18,118

Rn (Mpa) 0,1367

p (mm2) 0,0004

Pmin 1 (mm2) 0,0036

Pmin 2 (mm2) 0,0032

Ppakai (mm2) 0,0036

As (mm2) 0,0036

As’ > As 452,389

Tulangan Arah X P12-250mm


Untuk Perhitungan tulangan bagi (pada daerah tumpuan) mempunyai
langkah-langkah sebagai berikut ini.
1) Ppakai
Nilai Ppakai pada tulangan bagi/susut adalah 0002
2) As = Ppakai x b x d
= 0,002 x 1000 x 124
= 200 mm2
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
3) Sperlu = 𝐴𝑠
115

1 2
𝑥 π 𝑥 8 𝑥 1000
= 4
200

= 250,821 mm
4) Spakai = 250 mm
𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑏
5) As’ = 𝑆𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
1 2
𝑥 π 𝑥 8 𝑥 1000
= 4
250

= 300,000 mm2
6) cek syarat
Karena nilai As’ > Aspakai yaitu 300,000 mm2 > 200 mm2 , maka
perhitungan penulangan bagi pada pelat tangga sudah OK dan
penulangan yang dipakai adalah P8 – 250 mm.
116

BAB V
OUTPUT GAYA DALAM DAN REDISTRIBUSI MOMEN
BALOK

5.1 Prinsip Desain Balok Induk Tulangan Rangkap


sebelum dapat melakukan desain dan pemodelan secara baik, maka perlu
merumuskan dan mengaplikasikan prinsip-prinsip yang dipakai. Prinsip-prinsip
yang dimaksud adalah sebagai berikut;
1. Tulangan rangkap yang didekomposisi menjadi tulangan sebelah dan
tulangan kembar.
2. Dekomposisi dilakukan dengan mengatur nilai R sedemikian rupa
sehingga jumlah dan komposisi tulangan mampu mengerahkan kekuatan
yang diperlukan momen negatif dan momen positif.
3. Desain dilakukan sedemikian sehingga memenuhi kegiatan yang
diharapkan tetapi dicapai seekonomis mungkin.
5.2 Redistribusi Momen
5.2.1 Tinjauan Umum
Pada saat desain balok tulangan rangkap yang dimaksud untuk
menentukan dimensi dan ukuran balok, jumlah, komposisi dan penempatan
tulangan sebaik dan setepat mungkin sehingga mampu menyediakan kekuatan
yang lebih besar atau sama dengan kebutuhan yang direncanakan. mengingat pada
balok beban gempa arah beban bolak-balik maka komposisi tulangan untuk
menahan momen negatif dan momen positif harus diatur dan disusun sedemikian
rupa sehingga memenuhi persyaratan SK SNI-1991 Pasal 3.14.3.2. yaitu ;
“Kuat momen positif di sisi kolom tidak boleh kurang dari ½ kuat
momen negatif pada tempat yang sama”
Ketentuan tersebut adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan daktilitas,
yang salah satunya adalah potongan akan tinggi apabila kandungan tulangan
desak cukup besar. Namun terkadang, hasil analisis struktur (SAP 2000 misalnya)
menghasilkan momen positif yang tidak mencapai nilai minimal 50 % momen

116
117

negatif sebagaimana yang disyaratkan oleh SNI. Misal M- = 100 tm, sedangkan
M+ = 40 tm. Untuk itu, redistribusi momen boleh dilakukan, karena, kebutuhan
momen negatif tumpuan sangat besar, sedangkan kebutuhan momen positif
lapangan kecil, sehingga akan tidak efisien jika menggunakan momen tersebut
untuk desain, selain itu juga untuk memuaskan kebutuhan SNI terhadap momen
positif tumpuan.Untuk membatasi penurunan kekuatan yang terlalu banyak akibat
redistribusi momen, maka (SNI 03-2847-2002, pasal 10.4.1) membatasi nilai

redistribusi momen sebesar 1- ( ρ − ρ'


ρ𝑏 ) x 20%. . Dimana ρ adalah rasio tulangan
tarik balok, ρ’ adalah rasio tulangan desak balok dan ρb adalah rasio tulangan
pada kondisi balance. Karena balok belum dan akan didesain, sehingga belum
diketahui rasio tulangan balok, maka perlu diambil asumsi awal terhadap rasio
tulangan balok. SNI mensyaratkan tulangan tarik harus bersifat under reinforced,
yaitu dengan menggunakan rasio, ρ = 0,75 . ρb. Akan tetapi, umumnya di dalam
perencanaan dipakai ρ = 0,50 . ρb. Selain itu SNI mensyaratkan M+ ≥ 50 % M-
yang mana dapat dianggap ρ’ = 0,50 . ρ yaitu ρ’ = 0,50 . (0,50 ρb) = 0,25 ρb.
5.2.2 Rekapitulasi Momen Balok
Rekapitulasi momen balok dan gaya geser dari SAP2000 dapat dilihat di
halaman selanjutnya
118

Tabel 5.1 Rekapitulasi Momen dan Gaya Geser dari SAP2000

Kode Frame Tumpuan (kNm) Lapangan (kNm) Vu (kN) (1.2D+1L)


Lantai
Balok Label M- M+ M- M+ Ujung Tengah

1-4 414 399,422 81,021 26,993 157,672 169,859 36,982


B1X
4-8 788 426,019 99,024 20,383 208,586 217,859 134,400

1-4 435 410,983 92,140 57,447 207,890 213,588 130,129


B1Y
4-8 816 439,937 104,823 71,149 209,918 222,096 138,637

1-4 467 81,955 29,729 21,957 29,729 95,177 34,457


B2X
4-8 848 88,657 34,052 25,279 33,166 99,683 38,963

1-4 470 77,511 27,508 19,735 27,508 92,215 31,495


B2Y
4-8 1402 90,101 28,718 20,887 28,718 112,023 33,070

1-4 480 119,686 24,986 5,137 60,227 81,869 5,773


BA1X
4-8 861 121,169 26,244 4,306 60,535 82,163 6,388
119

Lanjutan Tabel 5.2 Rekapitulasi Momen dan Gaya Geser dari SAP2000

Kode Frame Tumpuan (kNm) Lapangan (kNm) Vu (kN) (1.2D+1L)


Lantai
Balok Label M- M+ M- M+ Ujung Tengah

1-4 521 52,610 12,071 2,495 20,830 84,340 9,130


BA2X
4-8 775 53,831 12,624 3,113 20,974 85,218 10,008

1-4 519 147,686 54,113 4,528 80,522 99,451 13,773


BA1Y
4-8 903 120,187 61,083 7,108 61,083 75,369 14,417

1-4 520 52,383 11,526 2,291 20,288 84,310 9,099


BA2Y
4-8 774 53,559 12,048 2,878 20,233 85,094 9,884

1-4 1468 83,890 30,913 22,884 30,818 96,522 35,801


BB
4-8 1472 87,512 33,327 24,695 32,628 98,936 38,215
120

5.2.3 Perhitungan Distribusi Momen


Dalam merencanakan tulangan lentur, ada beberapa prasyarat yang harus
dipenuhi:
1. Pada bagian joint momen nominal positif > 50% momen nominal negatif.
2. Momen nominal sepanjang balok > 25% momen nominal maksimum di ujung
balok
Adapun untuk contoh perhitungan redistribusi momen adalah sebagai
berikut dan kami menggunakan perhitungan pada balok tipe B1X tingkat 1-3
1. Daerah tumpuan
a. M+ = 81,021 kNm
b. M- = 399,422 kNm
2. Daerah lapangan
a. M+ = 157,672 kNm
b. M- = 26,993 kNm
3. Total momen = M- + M+
= 399,422 + 81,021
= 480,443 kNm
4. 50% M- = 50% x 399,422
= 199,711 kNm
+
Dari data yang telah didapatkan diperoleh 𝑀 pada tumpuan sebesar
− + −
81,021 kNm dan 50% 𝑀 sebesar 199,711 kNm, sehingga 𝑀 < 50% 𝑀 maka
dapat disimpulkan bahwa balok perlu redistribusi momen.
5. % Redis trial =9%

6. Momen redistribusi = 𝑀 x % redis trial
= 399,422 x 15 %
= 59,9132 kNm

7. M- Setelah redistribusi = 𝑀 - Momen redistribusi
= 399,422 -59,9132
= 339,5082 kNm
121

8. M+ Setelah redistribusi = M+ + Momen redistribusi


= 81,021 + 59,9132
= 140,9342 kNm
9. ΣM Redistribusi = M- Redistribusi + M+ Redistribusi
= 339,5082 + 140,9342
= 480,4425 kNm
Apabila ΣM Redistribusi = ΣM sebelum redistribusi maka syarat ΣM adalah
OK.
10. 50% M- = 50% x 399,422
= 199,71075 kNm
+ −
Maka 𝑀 setelah redistribusi >50% 𝑀 sehingga cek syarat OKE.
11. M- Desain tumpuan = M- Setelah redistribusi
= 363,473 kNm
12. M+ Desain tumpuan bergantung pada hasil cek syarat, apabila hasil
menunjukkan ok, maka M+ Desain menggunakan M+ Redistribusi, , apabila

𝑀 𝐷𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛
tidak memenuhi syarat maka 2
, dari cek syarat di atas maka

memenuhi. Sehingga M+ desain 116,968 kNm.


13. 25% Mmaks = M- Desain tumpuan x 25%
= 363,473 x 25%
= 90,868 kNm
14. Apabila M- Desain Lapangan menunjukan bahwa M- Lapangan kurang dari
sama dengan 25% Mmaks maka digunakan M- Desain Lapangan = 25%
Mmaks, sehingga M- Desain Lapangan = 84,877 KNm.
15. Sama halnya dengan M- Desain, maka M+ Desain diperoleh KNm. Berikut
adalah hasil Rekap yang diperoleh untuk redistribusi momen
122

Tabel 5.3 Rekapitulasi Hasil Redistribusi Momen Balok Tumpuan

Kode Lantai 𝑀

𝑀
+ % −
𝑀 Desain
+
𝑀 Desain
balok trial (kNm (kNm)

B1X 1-4 399,4215 81,021 15% 339,508275 420,529275

4-8 426,0193 99,0236 15% 362,116405 461,140005

B1Y 1-4 410,9833 92,1395 15% 349,335805 441,475305

4-8 -439,9371 104,8228 15% -373,946535 -186,9732675

B2X 1-4 81,9548 29,7287 15% 69,66158 99,39028

4-8 88,6565 34,0517 15% 75,358025 109,409725

B2Y 1-4 77,5112 27,5077 15% 65,88452 93,39222

4-8 90,1005 28,7184 15% 76,585425 93,39222

BA1X 1-4 119,6859 99,0236 15% 101,733015 105,303825

4-8 121,1689 24,9858 15% 102,993565 126,718815

BA2Y 1-4 52,6099 26,2435 15% 44,718415 129,237065

4-8 53,8311 12,0712 15% 45,756435 56,789615

BB 1-4 147,686 54,1132 15% 125,5331 179,6463

4-8 120,1869 61,083 15% 102,158865 163,241865

Tabel 5.4 Rekapitulasi Hasil Redistribusi Momen Balok Lapangan

Kode Lantai 𝑀

𝑀
+ % −
𝑀 Desain
+
𝑀 Desain
balok trial (kNm (kNm)

B1X 1-4 26,9927 157,672 15% 84,87706875 157,672

4-8 20,3826 208,5856 15% 90,52910125 208,5856

B1Y 1-4 57,4473 207,8898 15% 87,33395125 207,8898

4-8 71,1492 209,9178 15% 71,1492 209,9178

B2X 1-4 21,9569 29,7287 15% 21,9569 29,7287


123

4-8 25,279 33,1659 15% 25,279 33,1659

B2Y 1-4 19,7348 27,5077 15% 19,7348 27,5077

4-8 20,8871 28,7184 15% 20,8871 28,7184

BA1X 1-4 5,1374 60,2268 15% 25,43325375 60,2268

4-8 4,3058 60,535 15% 25,74839125 60,535

BA2Y 1-4 2,4948 20,83 15% 11,17960375 20,83

4-8 3,1134 20,974 15% 11,43910875 20,974

BB 1-4 4,5281 80,5222 15% 31,383275 80,5222

4-8 7,1077 61,083 15% 25,53971625 61,083


124

BAB VI
DESAIN TULANGAN LENTUR DAN SUSUT BALOK

6.1 Desain Tulangan Lentur Balok


Pada perhitungan kali ini, kami menggunakan B1X lantai 1-4 sebagai
contoh perhitungan. Adapun untuk perhitungan balok lainnya sama, hanya
berbeda pada nilai momen, penentuan dimensi, dan penggunaan jumlah tulangan
dipakai. Dan momen yang dipakai pada perhitungan desain lentur sendiri
merupakan hasil redistribusi dan desain momen.
6.1.1 Perhitungan Desain Tulangan Lentur Daerah Tumpuan
Diketahui data-data sebagai berikut.
Fy = 420 Mpa
Fc’ = 30 Mpa
M+ = 169,75 kNm
Mu- = 339,51 kNm
Es = 200.000
εy = 0.0021
Ø = 0.9
∅ Pokok = 25 mm
∅ Sengkang = 13 mm
Selimut Beton = 40 mm
Jarak Vertikal Tulangan = 25 mm
Overstrength Factor = 1.25
Karena yang akan dihitung adalah balok pada daerah
tumpuan maka yang ditinjau adalah momen negatif
1. Estimasi Dimensi Balok

𝑀𝑈
Mn = Ø

339,51
= 0.9

124
125

=377,231 kNm
𝐹𝑦
εy = 𝐸𝑠

420
= 2000000

=0,0021
𝐹𝑦
m = 0.85 𝑥 𝐹'𝑐

420
= 0.85 𝑥 30

= 16,470
β1 = 0,836
β1 ε𝑐
ρ𝑏 = 𝑚
𝑥 ε𝑐 + ε𝑦

0,836 0.003
= 16,470
𝑥 0.003 + 0,0021

= 0,02984
Rb = ρ𝑏 x Fy x (1-(0.5 x ρ𝑏 x m))
= 0,02984 x 420 x (1-(0.5 x 0,02984 x 16,470))
= 9,454 Mpa
Rm = 0.75 x Rb
= 0.75 x 9,454
= 7,090 Mpa
3 𝑀𝑛
bperlu = 4 𝑥 𝑅𝑚

3 6
377,231 𝑥 10
= 4 𝑥 7,090

= 236,928 mm
hperlu =2xb
= 2 x 236,928
= 473,856 mm
Adapun untuk syarat b dan h pakai adalah harus lebih besar dari b
dan h perlu. maka diambil dimensi untuk Balok Induk Interior Lantai 1-4
adalah sebagai berikut.
bpakai = 350 mm
126

h pakai = 600 mm
2. Komponen Tulangan Sebelah
Langkah selanjutnya adalah menghitung kebutuhan
tulangan sebelah. Adapun kebutuhan tulangan sebelah
dapat diketahui melalui perhitungan berikut ini.
a. Cek syarat Mu+
Pada balok induk interior lantai 1-3 diketahui
bahwasannya nilai momen negatif dan positif sebagai
berikut.
M- = 339,508 kNm
50% M- = 50% x 339,508
= 169,754 kNm
M+ = 169,754 kNm
Maka dapat disimpulkan bahwa M+ > 50% Mu- dan
sudah memenuhi persyaratan SPRMK pada daerah
tumpuan dan diambil nilai c sebesar 0.2
b. Kontrol Tegangan Baja
c pakai = 0.1
R1 = c x Rb
= 0.2 x 9,454
= 0,9454 Mpa
M1 = R1 x b pakai x h pakai2
= 0,9454 x 350 x 6002
= 119126155,5 Nmm
ds asumsi = Pb + ∅sengkang + ∅pokok + (0.5 x jarak vertikal Tul)
= 40 + 13 + 25 + (0.5 x 25)
= 90,5 mm
d = h - ds
127

= 600 - 90,5
= 509,5 mm
Selanjutnya adalah mencari nilai a dengan persamaan di bawah ini.
Mn = Cc x (d - (0.5 x a))
Mn = 0.85 x F’c x a x b x (d - (0.5 x a))
119126155,5 = 0.85 x 30 x a x 350 x (509,5 - (0.5 x a))
119126155,5 = 4547287,5a + (-4462,5) a2
(-4462,5) a2 + 4547287,5a + (-119126155,5) = 0
Maka dengan persamaan kuadrat rumus abc kita dapat mencari nilai a
2
−𝑏 + 𝑏 −4𝑎𝑐
a1 = 2𝑎

2
−(4547287,5 + (4547287,5) −(4𝑥(−4462,5)𝑥(−119126155,5))
= 2𝑥(−4462,5)

= 26,9077 mm
2
−𝑏 − 𝑏 −4𝑎𝑐
a2 = 2𝑎

2
−(4547287,5 − (4547287,5) −(4𝑥−4462,5(−119126155,5))
= 2𝑥(−4462,5)

= 992,0923 mm
Dari dua perhitungan di atas didapat nilai a pakai sebesar 26,9077 mm
𝑎
c = β1

26,9077
= 0.85

= 32,197 mm
Cek syarat regangan baja desak
𝑑−𝑐
εs = 𝑐
x 0.003
509,5 −32,197
= 32,197
x 0.003

= 0,0444
Didapat nilai εs > εy, maka baja tarik sudah leleh.
Fs = εs x Es
= 0,0444 x 200000
= 8894,5949 MPa
128

Tegangan baja yang dipakai adalah 420 MPa atau sama dengan Fy
dikarenakan baja tarik sudah leleh. Selanjutnya untuk mengetahui jumlah
tulangan maka dapat menggunakan perhitungan di bawah ini,
Ts = cc
Ts = 0.85 x F’c x a x b
As x Fy = 0.85 x F’c x a x b
0.85 𝑥 𝐹'𝑐 𝑥 𝑎 𝑥 𝑏
As perlu = 𝐹𝑦

0.85 𝑥 30 𝑥 26,907 𝑥 350


= 420

= 571,7889 mm2
A1 Tulangan = ¼ x π x ϕ Pokok2
= ¼ x π x 252
= 490,873 mm2
Jumlah Tulangan Perlu
𝐴𝑠 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑢
n = 𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

571,7889
= 490,873

= 1,164 buah = 2 buah


As baru = n x A1 tulangan
= 2 x 490,873
= 981,747 mm2
Ts baru = As baru x Fy
= 981,747 x 420
= 412334,03 N
Ts baru = 0.85 x F’c x a x b
𝑇𝑠 𝑏𝑎𝑟𝑢
a baru = 0.85 𝑥 𝐹'𝑐 𝑥 𝑏

412334,03
= 0.85 𝑥 30 𝑥 350

= 46,199 mm
𝑎
c baru = β1

46,199
= 0,836
129

= 55,281 mm
𝑑 − 𝑐 𝑏𝑎𝑟𝑢
εs baru = 𝑐 𝑏𝑎𝑟𝑢
x 0.003
509,5 − 55,281
= 55,281
𝑥 0. 003

= 0,0246
Mn1 = cc x (d - (0.5 x a))
= 0.85 x 30 x 350 x (509.5 - (0.5 x 55,4070))
= 200559297,3 Nmm
3. Komponen Tulangan Rangkap
Langkah selanjutnya adalah menghitung kebutuhan
tulangan rangkap. Adapun kebutuhan tulangan rangkap
dapat diketahui melalui perhitungan-perhitungan
berikut.
Mn2 = Mn -Mn1
= 377,2314 x 106 - 200559297,3
= 176672119,4 Nmm
𝑃𝑏 + ϕ𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 + 0.5 𝑥 ϕ𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘
ds’ asumsi = 2

40 + 13 + 0.5 𝑥 25
= 2

= 65,5 mm
d = h - ds
= 600 - 90,5
= 509,5 mm
Mn2 = cc x (d-ds’)
𝑀𝑛2
As’ x Fy = 𝑑 − 𝑑𝑠'
𝑀𝑛2

As’ perlu = 𝑑 − 𝑑𝑠'


𝐹𝑦
176672119,4

= 509,5 − 65,5
420

= 947,405 mm2
A1 Tulangan = ¼ x π x ϕpokok2
130

= ¼ x π x 252
= 490,873 mm2
𝐴𝑠 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑢
Jumlah Tul = 𝐴1 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

947,405
n = 490,873

n = 1,93003 buah = 2 buah


Jadi untuk jumlah tulangan sebelah adalah 2 buah dan jumlah tulangan
rangkap adalah 2 buah.
4. Cek Momen Negatif
Untuk mengecek nilai momen negatif sendiri perlu
dilakukan beberapa langkah perhitungan yang dapat
dilihat di bawah ini.
Konfigurasi tulangan yang dipakai
a. Atas (tarik) = Komponen tulangan sebelah +
rangkap
=4+2
= 6 buah
b. Bawah (tekan) = Komponen tulangan rangkap
= 4 buah
Lalu selanjutnya menentukan titik berat tulangan
tarik atau ds
Konfigurasi tulangan tarik
Jumlah baris 1 = 0 buah
Jumlah baris 2 = 0 buah
Jarak antar baris= Jarak vertikal Tul + ϕpokok + 4
= 25 + 25 +4
= 54 mm
x1 = Pb + ϕsengkang + 0.5 x ϕpokok
131

= 40 + 13 + 0.5 x 25
= 65,5 mm
x2 = x1 + jarak antar baris
= 65,5 + 54
= 119,5 mm
As1 = As2 = Jumlah tulangan pada baris 1 x A1
tulangan
= 4 x 490,873
= 1963,495 mm2
As1 . x1 = 1963,495 x 65,5
= 128608,9493 mm3
Σ𝐴𝑠.𝑥
ds = Σ𝐴

128608,9493 + 0
= 1963,495 + 0

= 65,5 mm
Cek jarak tulangan horizontal
𝑏𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 − (2𝑥𝑝𝑏) − (2𝑥ϕ𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔) − 𝑛 𝑥ϕ𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘
S = 𝑛−1

350 − (2𝑥40) − (2𝑥13) − (3𝑥25)


= 4−1

= 48 mm > 25 mm (OK)
Lalu selanjutnya masuk ke perhitungan momen nominal
negatif atau Mn-
ds = 65,5 mm
ds’ = 65,5 mm
d = h-ds
= 600 - 65,5
= 534,5 mm
As pakai = Jumlah tulangan tarik x A1 tulangan
132

= 4 x 490,873
= 1963,495 mm
As’ pakai = Jumlah tulangan tekan x A1 tulangan
= 2 x 490,873
= 981,7477 mm2
Persamaan keseimbangan gaya - gaya horizontal (Σ𝐻 = 0)
Ts = cc + cs

As x Fy = (0.85 x F’c x c x β1x bpakai) + (As’ x (ε𝑐 x ( 𝑐−𝑑𝑠'


𝑐 )𝑥 𝐸𝑠)
Sama seperti cara sebelumnya, nilai c atau garis netral dihitung
dengan persamaan kuadrat rumus ABC. Maka didapat nilai c sebesar 89,431
mm.
c = 89,431 mm
a = c x β1
= 89,431 x 0.85
= 74,7387 mm

Fs = ε𝑐 𝑥 ( 𝑐−𝑑𝑠'
𝑐 )𝑥𝐸𝑠
= 0. 003 𝑥 ( 89,431−65,5
89,431 )𝑥200000
= 160,555 Mpa
Mn = cc x (d-(0.5 x a)) + cs (d-ds’)
cc = 0.85 x F’c x a x b
= 0.85 x 27.5 x 74,7387 x 350
= 667043,4919 N
cs = As’ x Fs
= 1140.399 N x 160,555
= 1576424,5796 N
Lengan 1 = d - (0.5 x a)
= 415.5 - (0.5 x 74,7387)
= 497,131 mm
Lengan 2 = d - ds’
= 534,4 - 65,5
133

= 469 mm
Mn = 667043,4919 x 497,131 + 1576424,5796 x 469
= 40553367,4 Nmm
Lalu selanjutnya menentukan nilai reduksi yaitu dengan syarat ε𝑡 > 0.005
(𝐻−𝑃𝑏−ϕ𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔−0.5𝑥ϕ𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘)𝑥0.003
ε𝑡 = 𝑐
− 0. 003

ε𝑡 = 0.0149 > 0.005, maka reduksi (ɸ) adalah 0.9


ɸMn = ɸ x Mn
= 0.9 x 405533670,4
= 364980303 Nmm atau 364,9803 kNm
ɸMn > Mu-
364,9803 > 256.663 (OK)
5. Cek Momen Kapasitas Negatif
Untuk mengecek nilai momen kapasitas negatif sendiri
perlu dilakukan beberapa langkah perhitungannya yang
dapat dilihat di bawah ini.
ds = 65,5 mm
ds’ = 65,5 mm
d = h - ds
= 600 - 65,5
= 534,5 mm
As pakai = Jumlah tulangan tarik x A1 tulangan
= 4 x ¼ x 𝜋 x 252
= 1963,495 mm
As’ pakai = Jumlah tulangan tekan x A1 tulangan
= 2 x ¼ x 𝜋 x 252
= 981,748 mm2
Persamaan keseimbangan gaya - gaya horizontal (Σ𝐻 = 0)
Ts = cc + cs
134

As x Fy x Overstreght Factor = (0.85 x F’c x c x β1x bpakai) + (As’ x (ε𝑐

x ( 𝑐−𝑑𝑠'
𝑐 )𝑥 𝐸𝑠)
Sama seperti cara sebelumnya, nilai c atau garis netral dihitung
dengan persamaan kuadrat rumus ABC. Maka didapat nilai c sebesar
120.359 mm.
c = 107,396 mm
a = c x β1
= 107,396 x 0.85
= 89,752 mm

Fs = ε𝑐 𝑥 ( 𝑐−𝑑𝑠'
𝑐 )𝑥𝐸𝑠
= 0. 003 𝑥 ( 107,396−65,5
107,396 )𝑥200000
= 234,065 Mpa
Mn = cc x (d-(0.5 x a)) + cs (d-ds’)
cc = 0.85 x F’c x a x b
= 0.85 x 30 x 89,752 x 350
= 801041,853 N
cs = As’ x Fs
= 1140.399 x 234,065N
= 229793,236 N
Lengan 1 = d - (0.5 x a)
= 534,5 - (0.5 x 89,752)
= 489,624 mm
Lengan 2 = d - ds’
= 534,5 - 65,5
= 469 mm
MKap = 801041,853 x 489,624 + 229793,236 x 469
= 499982108,4 Nmm
Lalu selanjutnya menentukan nilai reduksi yaitu dengan syarat ε𝑡 > 0.005
(𝐻−𝑃𝑏−ϕ𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔−0.5𝑥ϕ𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘)𝑥0.003
ε𝑡 = 𝑐
− 0. 003
135

ε𝑡 = 0,0119 > 0.005, maka reduksi (ɸ) adalah 0.9


ɸMKap = ɸ x MKap
= 0.9 x 499982108,4
= 4999982108 Nmm atau 499,982 kNm
6. Cek Momen Positif
Untuk mengecek nilai momen positif sendiri perlu
dilakukan beberapa langkah perhitungannya yang dapat
dilihat di bawah ini.
konfigurasi tulangan yang dipakai
a. Atas (tekan) = komponen tulangan sebelah +
rangkap
=4+2
= 6 buah
b. Bawah (tarik) = Komponen tulangan rangkap
= 2 buah
lalu selanjutnya menentukan titik tarik tulangan tarik
atau ds
Konfigurasi tulangan tarik
Jumlah pada baris 1 = 2 buah
Jarak antar baris = Jarak vertikal tulangan + ϕ
pokok
= 25 + 25 + 4
= 54 mm
x1 = Pb + ϕsengkang + 0.5 ϕpokok
= 40 + 10 + 0.5 x 25
= 65,5 mm
x2 = x1 + jarak antar baris
= 65,5 + 54
136

= 119,5 mm
x3 = x2 + jarak antar baris
= 119,5 + 54
= 173,5 mm
As1 = As2 = jumlah tulangan pada baris 1 x A1
tulangan
= 2 x ¼ x π x 252
= 981,747 mm2
As1 . x1 = 981,747 x 65,5
= 64304,4746 mm3
Σ𝐴𝑠.𝑥
ds = Σ𝐴

64304,4746
= 981,747

= 65,5 mm
Cek jarak tulangan horizontal
𝑏𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 − (2𝑥𝑝𝑏) − (2𝑥ϕ𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔) − 𝑛 𝑥 ϕ𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘
S = 𝑛−1

350 − (2𝑥40) − (2𝑥10) − (2𝑥25)


= 2−1

= 194 mm
Lalu selanjutnya menentukan titik berat tulangan
tekan atau ds’
Konfigurasi tulangan tekan
Jumlah pada baris 1 = 4 buah
Jumlah pada baris 2 = 0 buah
Jarak antar baris = Jarak vertikal tulangan + ϕ
pokok
= 25 + 25 + 4
= 54 mm
137

x1 = Pb + ϕsengkang + 0.5 x ϕpokok


= 40 + 10 + 0.5 x 25
= 65,5 mm
x2 = x1 + jarak antar baris
= 65,5 + 54
= 119,5 mm
x3 = x2 + jarak antar baris
= 119,5 + 54
= 173,5 mm
As1 = As2 = jumlah tulangan pada baris 1 x A1
tulangan
= 4 x ¼ x π x 252
= 1963,495 mm2
As1 . x1 = 1963,495 x 65,5
= 128608,9433 mm3
Σ𝐴𝑠.𝑥
ds’ = Σ𝐴

128608,9433
= 1963,495

= 65.5 mm
Cek jarak tulangan horizontal
𝑏𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 − (2𝑥𝑃𝑏) − (2𝑥ϕ𝑆𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔) − 𝑛𝑥ϕ𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘
S = 𝑛−1

350 − (2𝑥40) − (2𝑥10) − 4𝑥25


= 𝑛−1

= 48 mm > 25 mm (OK)
Lalu selanjutnya masuk ke perhitungan momen nominal
negatif atau Mn-
ds = 65,5 mm
ds’ = 65,5 mm
138

d = h - ds
= 600 - 65,5
= 534,5 mm
As pakai = Jumlah tulangan tekan x A1
Tulangan
= 2 x ¼ x π x 252
= 981,748 mm2
As’ pakai = Jumlah tulangan tarik x A1 Tulangan
= 6 x ¼ x π x 252
= 1963,495 mm2
Persamaan keseimbangan gaya - gaya horizontal (ΣH =
0)
Ts = cc + cs

As x Fy = (0.85 x F’c x c x β1x bpakai) + (As’ x (ε𝑐 x ( 𝑐−𝑑𝑠'


𝑐 )𝑥 𝐸𝑠)
Sama seperti cara sebelumnya, nilai c atau garis netral dihitung
dengan persamaan kuadrat rumus ABC. Maka didapat nilai c sebesar 80.927
mm.
c = 62,6 mm
a = c x β1
= 62,6 x 0.85
= 52,315 mm

Fs = ε𝑐 𝑥 ( 𝑐−𝑑𝑠'
𝑐 )𝑥𝐸𝑠
= 0. 003 𝑥 ( 62,6−65.5
62,6 )𝑥200000
= -27,798 Mpa
Mn = cc x (d-(0.5 x a)) + cs (d-ds’)
cc = 0.85 x F’c x a x b
= 0.85 x 30 x 52,315 x 350
= 466915,7379 N
139

cs = As’ x Fs
= 1963,495 N x (-27,798)
= -54581,702 N
Lengan 1 = d - (0.5 x a)
= 534,5 - (0.5 x 62,6)
= 508,3 mm
Lengan 2 = d - ds’
= 534,5 - 65,5
= 469 mm
Mn = 466915,7379 x 508,3 -54581,702 x 469
= 211754181,1 Nmm
Lalu selanjutnya menentukan nilai reduksi yaitu dengan syarat ε𝑡 > 0.005
(𝐻−𝑃𝑏−ϕ𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔−0.5𝑥ϕ𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘)𝑥0.003
ε𝑡 = 𝑐
− 0. 003

ε𝑡 = 0,0266 > 0.005, maka reduksi (ɸ) adalah 0.9


ɸMn = ɸ x Mn
= 0.9 x 211754181,1
= 19057863 Nmm atau 190,578 kNm
ɸMn > Mu+
190,578 > 169,75 (OK)

7. Cek Momen Kapasitas Positif


Untuk mengecek nilai momen kapasitas negatif sendiri
perlu dilakukan beberapa langkah perhitungannya yang
dapat dilihat di bawah ini.
ds = 65,5 mm
ds’ = 65,6 mm
d = h - ds
140

= 600 - 65,5
= 534,5 mm
As pakai = Jumlah tulangan tarik x A1 tulangan
= 2 x ¼ x 𝜋 x 252
= 981,748 mm
As’ pakai = Jumlah tulangan tekan x A1 tulangan
= 4 x ¼ x 𝜋 x 252
= 1963,495 mm2
Persamaan keseimbangan gaya - gaya horizontal (Σ𝐻 = 0)
Ts = cc + cs
As x Fy x Overstreght Factor = (0.85 x F’c x c x β1x bpakai) + (As’ x (ε𝑐

x ( 𝑐−𝑑𝑠'
𝑐 )𝑥 𝐸𝑠)
Sama seperti cara sebelumnya, nilai c atau garis netral dihitung
dengan persamaan kuadrat rumus ABC. Maka didapat nilai c sebesar 85.582
mm.
c = 66,568 mm
a = c x β1
= 66,568 x 0.85
= 55,631 mm

Fs = ε𝑐 𝑥 ( 𝑐−𝑑𝑠'
𝑐 )𝑥𝐸𝑠
= 0. 003 𝑥 ( 66,568−65,5
66,568 )𝑥200000
= 9,627 Mpa
Mn = cc x (d-(0.5 x a)) + cs (d-ds’)
cc = 0.85 x F’c x a x b
= 0.85 x 30 x 55,632 x 350
= 496514,785 N
cs = As’ x Fs
= 1963,495 x 9,627 N
= 18902,76 N
141

Lengan 1 = d - (0.5 x a)
= 534,5 - (0.5 x 55,631)
= 506,684 mm
Lengan 2 = d - ds’
= 534,5 - 65,6
= 469 mm
MKap = 496514,785 x 506,684 + 18902,76 x 469
= 260441514,3 Nmm
Lalu selanjutnya menentukan nilai reduksi yaitu dengan syarat ε𝑡 > 0.005
(𝐻−𝑃𝑏−ϕ𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔−0.5𝑥ϕ𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘)𝑥0.003
ε𝑡 = 𝑐
− 0. 003

ε𝑡 = 0,021 > 0.005, maka reduksi (ɸ) adalah 0.9


ɸMKap = ɸ x MKap
= 0.9 x 260441514,3
= 260441414,3 Nmm atau 260,441 kNm
8. Cek Rasio Tulangan
Untuk mengecek apakah jumlah tulangan yang
digunakan berlebih atau tidak maka dilakukan
perhitungan cek rasio tulangan. Adapun
perhitungannya dapat dilihat pada perhitungan di
bawah ini.
a. Cek rasio tulangan atas
𝐹'𝑐
ρmax = 0.364 x β1 x 𝐹𝑦

30
= 0.364 x 0.85 x 200

= 0,0217
𝐴𝑠
ρpakai = 𝑏𝑥𝑑

1963,495
= 350 𝑥 534,5

= 0,0105
142

1𝑥4
ρmin1 = 𝐹𝑦

1𝑥4
= 420

= 0,003
𝐹'𝑐
ρmin2 = 4 𝑥 𝐹𝑦

30
= 4 𝑥 420

= 0.0032
ρmin pakai = 0.0033 (diambil nilai terbesar dari ρ
min1 dan ρmin2)
Maka rasio tulangan OK karena ρmin<ρpakai<ρmax
b. Cek rasio tulangan bawah
𝐹'𝑐
ρmax = 0.364 x β1 x 𝐹𝑦

30
= 0.364 x 0.85 x 420

= 0,0217
𝐴𝑠
ρpakai = 𝑏𝑥𝑑

1963,495
= 350 𝑥 534,5

= 0,0105
1𝑥4
ρmin1 = 𝐹𝑦

1𝑥4
= 420

= 0,0033
𝐹'𝑐
ρmin2 = 4 𝑥 𝐹𝑦

30
= 4 𝑥 420

= 0,0033
ρmin pakai = 0,0033 (diambil nilai terbesar dari ρ
min1 dan ρmin2)
143

Maka rasio tulangan OK karena ρmin<ρpakai<ρmax


9. Tulangan Pakai
Maka dari beberapa perhitungan diatas, didapat untuk
daerah atas atau momen negatif memakai tulangan
dengan jumlah 4 tulangan berdiameter 25 atau 4D25 dan
daerah bawah atau momen positif memakai tulangan
dengan jumlah 2 tulangan berdiameter 25 atau 2D25
6.1.2 Desain Tulangan Lentur Daerah Lapangan
Pada perhitungan untuk mencari nilai balok anak, perhitungan yang
digunakan sama dengan perhitungan desain tulangan lentur pada balok induk.
Hanya saja ketika menginput nilai momen dari hasil redistribusi dan desain
momen, nilai momen positif menjadi nilai momen negatif begitu juga sebaliknya.
selain itu, pada desain lentur momen lapangan, jumlah tulangan pada daerah
bawah lebih besar dibandingkan daerah atas. Untuk jumlah tulangan yang dipakai
untuk daerah bawah adalah 5D25 dan daerah atas adalah 3D25.
6.1.3 Desain Tulangan Lentur Balok Anak
pada perhitungan mencari nilai balok anak sendiri perhitungannya sama
dengan perhitungan sebelumnya. hanya saja untuk perhitungan desain balok anak
kami menggunakan hanya tulangan sebelah dengan
pertimbangan bahwa penumpuan beban lebih dipusatkan ke
balok induk. Sehingga untuk balok anak pada B1X lantai 1-3
digunakan jumlah tulangan sebanyak 4 buah tulangan
berdiameter 25 atau 4D25 pada daerah tumpuan dan 2 buah
tulangan berdiameter 25 atau 2D25.

6.2 Desain Tulangan Susut Balok


setelah melakukan perhitungan mengenai desain
tulangan lentur maka selanjutnya dilanjutkan dengan
perhitungan Desain tulangan Susut. berikut merupakan
144

analisis perhitungan geser pada balok B1X lt. 1-4.


perhitungan bisa dilihat dibawah ini.
1. ρ = 0,002
2. Asst = 0,002 x b x h
= 0,002 x 350 x 600
2
= 420 𝑚𝑚
3. Dsusut = 13 mm
1 2
4. A1 tulangan = 4
𝑥π 𝑥 𝐷𝑠𝑢𝑠𝑢𝑡
1 2
= 4
𝑥π 𝑥 13
2
= 132,732 𝑚𝑚
𝐴𝑠𝑠𝑡
5. Jumlah Tulangan Perlu = 𝐴1 𝑇𝑢𝑙.

420
= 132,732

= 3,1642 buah
6. Jumlah tulangan pakai = 4 buah
Sehingga Tulangan Susut B1X lt. 1-4 adalah 4P12.
untuk pemasangan tulangan susut hanya digunakan pada
balok yang memiliki dimensi h sama dengan atau lebih dari
600 mm.
Adapun rekapitulasi perhitungan yang sudah
dikerjakan sebelumnya untuk perhitungan lentur dan susut
balok adalah sebagai berikut.
145

Tabel 6.1 Rekapitulasi Hasil Desain Tulangan pada Balok Induk dan
Anak

Kode Lantai Tul. Lentur Tul. Lentur Tul.


balok Tumpuan Lapangan Susut

Atas Bawah Atas Bawah

B1X 1-4 4D25 2D25 5D25 3D25 4D13

4-8 5D25 3D25 5D25 3D25 4D13

B1Y 1-4 6D25 4D25 3D25 2D25 2D13

4-8 5D25 2D25 4D25 2D25 4D13

B2X 1-4 4D25 2D25 3D25 2D25 4D13

4-8 4D25 2D25 3D25 2D25 4D13

B2Y 1-4 4D25 2D25 3D25 2D25 4D13

4-8 4D25 2D25 3D25 2D25 2D13

BA1X 1-4 4D25 2D25 3D25 2D25 4D13

4-8 4D25 2D25 3D25 2D25 4D13

BA2Y 1-4 4D25 2D25 3D25 2D25 2D13

4-8 4D25 2D25 3D25 2D25 4D13

BB 1-4 5D25 3D25 3D25 2D25 4D13

4-8 4D25 2D25 3D25 2D25 4D13


146

146
147
148
149
150
151
152

BAB VIII
DIAGRAM MU-PU KOLOM

8.1 Konsep Desain Tulangan Kolom


Kolom adalah suatu komponen struktur yang menahan beban desak
sentris, beban desak eksentris atau kombinasi beban desak sentris dan momen.
Pada struktur beton, kolom merupakan bagian dari suatu struktur rangka. Dengan
adanya hubungan kaku antara balok dan kolom atau kolom dengan pondasi, maka
selain menahan gaya desak sentris pada kolom juga terdapat beban momen.
Dalam hal ini kolom menjadi penahan gaya desak eksentris.Berdasarkan posisi
beban yang bekerja pada penampang melintang dibedakan menjadi
1. Kolom dengan beban aksial desak sentris

Gambar 8.1 Beban aksial desak sentris

Beban P bekerja di pusat kolom dan tidak ada eksentrisitas atau e = 0.


2. Kolom dengan beban aksial eksentris
Beban P tidak bekerja di pusat kolom,tetapi bekerja dengan eksentrisitas ex dan
ey. Jenis beban ini dapat diekivalensikan menjadi beban desak sentris dan
beban momen yang sesuai. Berdasarkan eksentrisitas Beban P, momen yang
bekerja dapat berupa:
a. Momen yang bekerja terhadap satu sumbu (x atau y) saja, disebut momen
lentur uniaksial,
b. atau momen yang bekerja terhadap sumbu x dan sumbu y, disebut momen
lentur biaksial.

152
153

Gambar 8.2 Beban aksial eksentris

8.2 Momen dan Gaya Geser Aksial Hasil Analisa Struktur


Berdasarkan hasil analisis menggunakan aplikasi SAP2000 berikut adalah
analisa struktur momen dan gaya aksial kolom dalam satuan kNm.

Tabel 8.1 Momen Ultimit dan Gaya Ultimit Hasil Analisa Struktur Pada Saat
Kondisi Pu Max

Kolom Mux Muy


Kolom Vux (kN) Vuy (kN)
Lantai (kNm) (kNm)

KD LT1-4 166,690 59,014 18,238 47,704


KD
KD LT5-8 153,225 54,442 26,219 73,997

KL LT1-4 133,366 86,431 46,978 38,231


KL
KL LT5-8 36,155 150,789 76,171 12,560

Tabel 8.2 Momen Ultimit dan Gaya Ultimit Hasil Analisa Struktur Pada Saat
Kondisi Mu Max

Kolom Mux Muy


Kolom Pux (kN) Puy (kN)
Lantai (kNm) (kNm)

KD LT1-4 316,803 329,396 2885,886 2808,897


KD
KD LT5-8 414,468 419,132 373,420 402,247

KL LT1-4 277,109 275,626 2480,552 2486,872


KL
KL LT5-8 346,184 343,584 266,985 271,469
154

8.3 Perhitungan Tulangan Lentur Kolom


Adapun pembuatan diagram momen ultimit dan gaya aksial kolom ultimit
dapat dilakukan dengan perhitungan - perhitungan di bawah ini dan kami
menggunakan perhitungan pada kolom tipe KD Lantai 1 arah x sebagai contoh
perhitungan.
8.3.1 Data yang diperlukan
Diketahui data sebagai berikut.
1. Lebar penampang kolom (b) = 650 mm
2. Tinggi penampang kolom (h) = 650 mm
3. Kuat tekan beton (f’c) = 30 Mpa
4. Tegangan leleh baja (Fy) = 420 Mpa
5. Diameter tulangan pokok (dpokok) = 24mm
6. Diameter Sengkang kolom (dsengkang) = 13 mm
7. Selimut beton (sb) = 40 mm
8. ds(x) = sb + dseng + ½ x dpokok
= 65 mm
9. ds’(x) = sb + dseng + ½ x dpokok
= 65 mm
10. ds(y) = sb + dseng + ½ x dpokok
= 65 mm
11. ds’(y) = sb + dseng + ½ x dpokok
= 65 mm
12. d(x) = h - ds (x)
= 585 mm
13. d(y) = h - ds (y)
= 585 mm
14. Ag =bxh
= 422500 mm2
15. β1 = 0,836
155

8.3.2 Perhitungan Nilai Rasio Tulangan


Perhitungan rasio tulangan rencana dilakukan untuk menentukkan jumlah
tulangan yang akan digunakan dengan ketentuan rasio minimal sebesar 1% dan
maksimal sebesar 8%. Selanjutnya dilakukan perhitungan sebagai berikut.
1. Menentukkan Nilai Rasio Tulangan
Rasio tulangan satu sisi kolom yang dipakai adalah sebesar
0,3%,0,4%,0,5%,0,6%,0,7% dan 0,8%.
2. Menghitung Luasan Tulangan Rasio
Luasan tulangan rasio dapat diketahui dengan perhitungan berikut.
a. Luasan tulangan Rasio 0,3 % = nilai rasio × Ag
= 0,3% × 422500 mm2
= 1267,5 mm2
b. Luasan tulangan Rasio 0,4 % = nilai rasio × Ag
= 0,4% × 422500 mm2
= 1690 mm2
c. Luasan tulangan Rasio 0,5 % = nilai rasio × Ag
= 0,5% × 422500 mm2
= 2112,5 mm2
d. Luasan tulangan Rasio 0,6 % = nilai rasio × Ag
= 0,6% × 422500 mm2
= 2535 mm2
e. Luasan tulangan Rasio 0,7 % = nilai rasio × Ag
= 0,7% × 422500 mm2
= 2957,5 mm2
f. Luasan tulangan Rasio 0,8 % = nilai rasio × Ag
= 0,8% × 422500 mm2
= 3380 mm2
3. Menghitung Jumlah Tulangan Perlu
Jumlah tulangan yang diperlukan dapat diketahui dengan perhitungan
sebagai berikut.
156

𝐴𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜
a. Jumlah tulangan Rasio 0,3% = 𝐴1𝐷

1267,5
= 1
4
× π × 24

= 2,802 = 3 buah
𝐴𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜
b. Jumlah tulangan Rasio 0,4% = 𝐴1𝐷

1690
= 1
4
× π × 24

= 3,736 = 4 buah
𝐴𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜
c. Jumlah tulangan Rasio 0,5% = 𝐴1𝐷

2112,5
= 1
4
× π × 24

= 4,670 = 5 buah
𝐴𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜
d. Jumlah tulangan Rasio 0,6% = 𝐴1𝐷

2535
= 1
4
× π × 24

= 5,604= 6 buah
𝐴𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜
e. Jumlah tulangan Rasio 0,7% = 𝐴1𝐷

2957,5
= 1
4
× π × 24

= 6,538 = 7 buah
𝐴𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜
f. Jumlah tulangan Rasio 0,8% = 𝐴1𝐷

3380
= 1
4
× π × 24

= 7,471 = 8 buah
4. Menghitung Luasan Tulangan yang Dipakai
Luasan tulangan yang akan dipakai dapat diketahui dengan perhitungan
berikut.
a. Jumlah tulangan Rasio 0,3% = n × 𝐴1𝐷

= 3 x 452,3893421
157

2
=1357,168 𝑚𝑚
b. Jumlah tulangan Rasio 0,4% = n × 𝐴1𝐷

= 4 x 452,3893421
2
= 1809,557 𝑚𝑚
c. Jumlah tulangan Rasio 0,5% = n × 𝐴1𝐷

= 5 x 452,3893421
2
=2261,947 𝑚𝑚
d. Jumlah tulangan Rasio 0,6% = n × 𝐴1𝐷

= 6 x 452,3893421
2
=2714,336 𝑚𝑚
e. Jumlah tulangan Rasio 0,7% = n × 𝐴1𝐷

= 7 x 452,3893421
2
= 3166,725 𝑚𝑚
f. Jumlah tulangan Rasio 0,8% = n × 𝐴1𝐷

= 8 x 452,3893421
2
= 3619,115 𝑚𝑚
8.3.3 Perhitungan Diagram Mu - Pu Kolom
Adapun untuk perhitungan diagram Mu - Pu kolom, kami menggunakan
contoh perhitungan pada kolom tipe KD lantai 1 arah x dengan rasio tulangan 0,3
% dan langkah perhitungannya dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini.
Diketahui :
ρ = 0,3 %
2
As Pakai = 1357,168 𝑚𝑚
2
As’ Pakai = 1357,168 𝑚𝑚
1. Kondisi Patah Berimbang (Balance)
600 × 𝑑
a. Cb = 600 + 𝐹𝑦

600 𝑥 585
= 600 + 420
158

= 344,118 mm
b. Ab = β1 × 𝐶𝑏
= 0,836 × 344,118
= 287,584 mm
𝐶𝑏−𝑑𝑠'(𝑥)
c. ε𝑠' = 𝐶𝑏
x ε𝑐
344,118−65
= 344,118
x 0,003

= 0,0024333
𝑑(𝑥)−𝑐
d. ε𝑠 = 𝐶𝑏
x ε𝑐
585−344,118
= 344,118
x 0,003

= 0,0021
e. Ccb = 0,85 x fc' x ab x b
= 0,85 x 30 x 287,584 x 650
= 4766705,357 N
f. Csb = As’ pakai x (Fs’ pakai - (0,85 x f’c))
= 1357,168 x (420 - (0,85 x 30))
= 535402,786 N
g. Tsb = As x Fs
= 1357,168 x 420
= 570010,571 N
1
h. X1 = y - ( 2 x a)
1
= 650 - ( 2 x 287,584)

= 181,208 mm
i. X2 = y - ds’
= 650 - 65
= 260 mm
j. X3 =d-y
= 585 - 650
= 260 mm
159

k. Mn = Ccb x X1 + Csb x X2 + Tsb x X3


= 4766705,357 x 181,208 + 535402,786 x 260 + 570010,571 x 260
= 1151172537, 185 Nmm
= 1151,173 KNm
l. m.Pm = Ccb + Csb - Tsb
= 4766705,357 + 535402,786 - 570010,571
= 4732097,572 N
= 4732,098 KN
m. Adapun untuk nilai reduksi atau ϕ ditentukkan dengan persyaratan
berikut.
1) Apabila nilai ε𝑠 ≤ ε𝑦, maka nilai ϕ = 0,65
2) Apabila nilai ε𝑠 ≥ ε𝑡, maka nilai ϕ = 0,9
3) Apabila nilai ε𝑠 ≤ ε𝑦 dan ε𝑠 ≥ ε𝑡, maka nilai ϕ didapatkan dengan rumus:
ϕ = 0,65 + ((ε𝑠 - ε𝑦)x)
Karena pada kondisi seimbang nilai ε𝑠 ≤ ε𝑦, maka nilai ϕ = 0,65
n. Mu = ϕ x Mn
= 0,658 x 4732,098
= 757,8552 KNm
o. Pu = ϕ x Pn
= 0,658 x 757,8552
= 3115,298 KN
2. Kondisi Patah Desak

Agar terjadi patah desak, maka diambil faktor pengali Cb > 1. Misal
dipakai faktor pengali = 1,1.

a.. c = 1,1 x Cb

= 1,1 x 344,118

= 378,529 mm

b. a = β1 x c

= 0,836 x 378,529
160

= 316,342 mm

𝑐−𝑑𝑠'(𝑥)
c. ε𝑠’ = 𝑐
x ε𝑐

(378,529−65)
= 378,529
x 0,003

= 0,002484

𝑑(𝑥)−𝑐
d. ε𝑠 = 𝐶𝑏
x ε𝑐
(585−378,529)
= 344,118
x 0,003

= 0,001636
e. Ccb = As’ pakai x (Fs’ pakai - (0,85 x f’c)
= 0,85 x 30 x 316,342 x 650
= 5243375,893 N
f. Csb = As’ pakai x (Fs’ pakai - (0,85 x f’c))
= 1357,168 x ( 420 - (0,85 x 30))
= 535402,786 N
g. Tsb = As x Fs
= 1357,168 x 327,273
= 444164,081 N
1
h. X1 = y - ( 2 x a)
650 1
= 2
- ( 2 x 316,342)

= 166,829 mm
i. X2 = y - ds’
650
= 2
- 65

= 260 mm
j. X3 =d-y
650
= 585 - 2

= 260 mm
k. Mn = Ccb x X1 + Csb x X2 + Tsb x X3
= 5243375,893 x 166,829 + 535402,786 x 260 + 444164,081 x 260
161

= 1129433000 Nmm
= 1129,433 KNm
l. Pn = Ccb + Csb - Tsb
= 535402,786 + 535402,786 + 444164,081
= 5334615000N
= 5334,615 KN
m. Adapun untuk nilai reduksi atau ϕ ditentukkan dengan persyaratan
berikut.
4) Apabila nilai ε𝑠 ≤ ε𝑦, maka nilai ϕ = 0,65
5) Apabila nilai ε𝑠 ≥ ε𝑡, maka nilai ϕ = 0,9
6) Apabila nilai ε𝑠 ≤ ε𝑦 dan ε𝑠 ≥ ε𝑡, maka nilai ϕ didapatkan dengan rumus:
ϕ = 0,65 + ((ε𝑠 - ε𝑦)x)
Karena pada kondisi seimbang nilai ε𝑠 ≤ ε𝑦, maka nilai ϕ = 0,65
n. Mu = ϕ x Mn
= 0,65 x 1129,433
= 734,1317079 KNm
o. Pu = ϕ x Pn
= 0,65 x 5334,615
= 3467,499 KN
3. Kondisi Patah Tarik
Agar terjadi patah desak, maka diambil faktor pengali Cb < 1. Misal
dipakai faktor pengali = 0,9.
a.. c = 0,9 x Cb

= 0,9 x 344,118

= 309,706 mm

b. a = β1 x c

= 0,836 x 309,706

= 258,826 mm
162

𝑐−𝑑𝑠'(𝑥)
c. ε𝑠’ = 𝑐
x ε𝑐

309,706−65
= 309,706
x 0,003

= 0,00237037

𝑑(𝑥)−𝑐
d. ε𝑠 = 𝐶𝑏
x ε𝑐
585 − 309,706
= 344,118
x 0,003

= 0,002666667
e. Ccb = As’ pakai x (Fs’ pakai - (0,85 x f’c)
= 0,85 x 30 x 258,826 x 650
= 4290034,821 N
f. Csb = As’ pakai x (Fs’ pakai - (0,85 x f’c))
= 1357,168 x ( 420 - (0,85 x 30))
= 535402,786 N
g. Tsb = As x Fs
= 1357,168 x 420
= 570010,571 N
1
h. X1 = y - ( 2 x a)
650 1
= 2
- ( 2 x 258,826)

= 195,587 mm
i. X2 = y - ds’
650
= 2
- 65

= 260 mm
j. X3 =d-y
650
= 585 - 2

= 260 mm
k. Mn = Ccb x X1 + Csb x X2 + Tsb x X3
= 4290034,821 x 195,587 + 535402,786 x 260 + 570010,571 x
260
163

= 1126483000 Nmm
= 1126,483 KNm
l. Pn = Ccb + Csb - Tsb
= 4290034,821 + 535402,786 - 570010,571
= 4255427000 N
= 4255,427 KN
m. Adapun untuk nilai reduksi atau ϕ ditentukkan dengan persyaratan
berikut.
7) Apabila nilai ε𝑠 ≤ ε𝑦, maka nilai ϕ = 0,65
8) Apabila nilai ε𝑠 ≥ ε𝑡, maka nilai ϕ = 0,9
9) Apabila nilai ε𝑠 ≤ ε𝑦 dan ε𝑠 ≥ ε𝑡, maka nilai ϕ didapatkan dengan rumus:
ϕ = 0,65 + ((ε𝑠 - ε𝑦)x)
Karena pada kondisi seimbang nilai ε𝑠 ≤ ε𝑦, maka nilai ϕ = 0,706
n. Mu = ϕ x Mn
= 0,706 x 1126,483
= 794,7965553 KNm
o. Pu = ϕ x Pn
= 0,706 x 4255,427
= 3002,440 KN
4. Kondisi Desak Sentris
Kondisi ini adalah kondisi dimana beban bekerja tepat pada titik berat
ptongan kolom (beban aksial murni), sehingga tidak ada momen.
a. Pn = (0,8 x (0,85 x F’c x (Ag-(As+As’))+((As+As’) x Fy)
=(0,8x(0,85x30x(422500-(1357,168+1357,168))+((1357,168+1357,168) x Fy)
= 9475644,458 N
= 9475,644 KN
b. Pu = ϕ x Pn
= 0,65 x 9475,644
= 6159,169 KN
164

5. Kondisi Lentur Murni


Kondisi ini adalah kondisi dimana beban yang terjadi hanyalah momen,
beban aksial = 0, sehingga perhitungannya seperti analisis balok tulangan rangkap
dengan tulangan desak belum leleh.
a. Pn = Cc + Cc - Ts
Ts = Cc + Cs
b. Ts(B) = (As x fy) - (As’
= (2454,369 x 420) – (2454,369 x 200000 x 0,003)
= -441786,467 kN
Cs (C) = As’ x (c-ds')/c x Es x 0003
= 2454,369 x (c-65,5)/c x 200000 x 0,003
= (96456711,942 x c)/c kN
Cc (A) = 0,85 x F’c x β1 x c x h
= 0,85 x 25 x 0,85 x c x 800
= -14450,000c kN
Maka nilai c dapat dicari dengan menggunakan persamaan kuadrat rumusABC
c = (-b ± √(〖(b)〗^2-(4 x a x c)))/(2 x a)
c1 = (-(-441786,467)+ √(〖(-441786,467)〗^2-(4 x (-14450)x
(96456711,942))))/(2 (-14450))
= -71,259 mm
c2 = (-(-441786,467)- √(〖(-441786,467)〗^2-(4 x (-14450)x
(96456711,942))))/(2 (-14450))
= 53,623 mm
Maka diambil nilai c = 67,833 mm
a = 0,836 x c
= 0,836 x 67,833
= 44,813 mm
εs’ = (c-ds(x)')/c x εc
= (67,833 - 65,5)/67,833 x 0,003
εs’ = 0,00063 ≤ εy = 0,002, maka baja desak belum leleh maka:
Fs’ = εs’ x Es
165

= 0,00063 x 200000
= -127,30 Mpa
εs = (d(x)-c)/c x εc
= (734,5-67,833)/67,833 x 0,003
εs = 0,02948 ≥ 0,002, maka baja sudah leleh, maka Fs=Fy=420 Mpa
Cc = 0,85 x f’c x ab x b
= 0,85 x 25 x 57,658 x 800
= 742781,296 N
Cs = As’ x Fs’
= 2454,369 x 20,636
= -172770,725 N
Ts = As x Fs
= 1357,168 x 420
=570010,571 N
X1 = h/2- a/2
= 800/2- 57,658/2
= 302,593 mm
X2 = h/2 – ds’(x)
= 650/2 – 65,5
= 260 mm
X3 = d(x) - h/2
= 585 - 650/2
= 260 mm
Mn = Cc . X1 + Cs . X2 + Ts . X3
= 742781,296 x 302,593 + 172770,725 x 260 + 570010,571 x 260
= 328043000 Nmm
= 328,043 kNm
Pn = Cc + Cs – Ts
= 980186,826 + 50648,264 – 1030835,089
= 0 kN
166

Adapun untuk nilai reduksi atau ɸ ditentukan dengan persyaratan berikut.


Apabila nilai εs ≤ εy, maka nilai ɸ = 0,65
Apabila nilai εs ≥ εt, maka nilai ɸ = 0,9
Apabila nilai εs ≤ εy dan εs ≥ εt, maka nilai ɸ didapatkan dengan rumus:
ϕ = 0,65 + ((εs – εy) x 250/3)
Karena pada kondisi seimbang nilai εs ≥ εy, maka nilai ϕ = 0,9
Mu = ϕ x Mn
= 0,9 x 328,043
= 295,2387195 kNm
Pu = ϕ x Pn
= 0,9 x 0
= 0 kNm
6. Kondisi tarik murni
Kondisi tarik murni adalah kondisi dimana beban yang terjadi hanyalah beban
aksial tarik murni.
Pn = -(As + As’) x Fy
= -(1357,168 + 1357,168) x 420
= -1140,021 kN
Pu = ϕ x Pn
= 0,9 x (-1140,021)
= -1026,019 kN
Demikianlah perhitungan diagram Mu- Pu dengan mentrial nilai c untuk patah
desak dan patah tarik didapat nilai Mu- Pu kolom. Adapun untuk rekapitulasi nilai
Mu-Pu kolom interior arah x dapat dilihat pada tabel ini di halaman selanjutnya.

Tabel 8.3 Rekapitulasi Nilai Mu - Pu Kolom KD lantai 1 arah x Rasio


Tulangan 0,3%

kondisi koefisien c ɸ Mu (KNm) Pu (KN)

Desak Sentris 0,650 0 6159,169

Patah Desak 1,5 0,650 616,8635091 4924,977


167

1,4 0,650 656,5078414 4572,293

1,3 0,650 688,9556988 4213,018

1,2 0,650 714,6355585 3845,502

1,1 0,650 734,1317079 3467,499

Balance 1 0,658 757,8552536 3115,298

Patah Tarik 0,9 0,706 794,7965553 3002,440

0,8 0,765 831,9322623 2889,174

0,7 0,840 870,7165196 2775,325

0,6 0,900 870,326413 2532,017

0,5 0,900 786,7589195 2056,869

Lentur Murni 0,900 295,2387195 0,000

Tarik Murni 0,900 0 -1026,019

Tabel 8.4 Rekapitulasi Nilai Mu - Pu Kolom KD lantai 1 arah x Rasio


Tulangan 0,4%

kondisi koefisien c ɸ Mu (KNm) Pu (KN)

Desak Sentris 0,650 0 6344,775

Patah Desak 1,5 0,650 653,1408366 5017,456

1,4 0,650 696,4986392 4650,490

1,3 0,650 733,2312699 4274,735

1,2 0,650 763,9100319 3887,993

1,1 0,650 789,3139748 3487,268

Balance 1 0,658 820,9252269 3107,703

Patah Tarik 0,9 0,706 862,390535 2994,301

0,8 0,765 905,1812502 2880,354

0,7 0,840 951,2362323 2765,629


168

0,6 0,900 955,6076851 2518,015

0,5 0,900 868,0410698 2027,487

Lentur Murni 0,900 385,6595123 0,000

Tarik Murni 0,900 0 -1368,025

Tabel 8.5 Rekapitulasi Nilai Mu - Pu Kolom KD lantai 1 arah x Rasio


Tulangan 0,5%

kondisi koefisien c ɸ Mu (KNm) Pu (KN)

Desak Sentris 0,650 0 6530,381

Patah Desak 1,5 0,650 689,4181641 5109,936

1,4 0,650 736,4894369 4728,687

1,3 0,650 777,506841 4336,452

1,2 0,650 813,1845052 3930,484

1,1 0,650 844,4962417 3507,036

Balance 1 0,658 883,9952001 3100,109

Patah Tarik 0,9 0,706 929,9845148 2986,162

0,8 0,765 978,4302381 2871,534

0,7 0,840 1031,755945 2755,933

0,6 0,900 1040,888957 2504,014

0,5 0,900 949,32322 1998,104

Lentur Murni 0,900 475,4528012 0,000

Tarik Murni 0,900 0 -1710,032


169

Tabel 8.6 Rekapitulasi Nilai Mu - Pu Kolom KD lantai 1 arah x Rasio


Tulangan 0,6%

kondisi koefisien c ɸ Mu (KNm) Pu (KN)

Desak Sentris 0,650 0 6715,988

Patah Desak 1,5 0,650 725,6954917 5202,416

1,4 0,650 776,4802347 4806,885

1,3 0,650 821,7824121 4398,169

1,2 0,650 862,4589786 3972,974

1,1 0,650 899,6785086 3526,805

Balance 1 0,658 947,0651733 3092,514

Patah Tarik 0,9 0,706 997,5784945 2978,022

0,8 0,765 1051,679226 2862,714

0,7 0,840 1112,275658 2746,238

0,6 0,900 1126,170229 2490,012

0,5 0,900 1030,60537 1968,721

Lentur Murni 0,900 564,8407371 0,000

Tarik Murni 0,900 0 -2052,038

Tabel 8.7 Rekapitulasi Nilai Mu - Pu Kolom KD lantai 1 arah x Rasio


Tulangan 0,7%

kondisi koefisien c ɸ Mu (KNm) Pu (KN)

Desak Sentris 0,650 0 6901,594

Patah Desak 1,5 0,650 761,9728192 5294,896

1,4 0,650 816,4710325 4885,082

1,3 0,650 866,0579832 4459,887

1,2 0,650 911,7334519 4015,465


170

1,1 0,650 954,8607755 3546,573

Balance 1 0,658 1010,135147 3084,920

Patah Tarik 0,9 0,706 1065,172474 2969,883

0,8 0,765 1124,928214 2853,894

0,7 0,840 1192,79537 2736,542

0,6 0,900 1211,451501 2476,011

0,5 0,900 1111,887521 1939,339

Lentur Murni 0,900 653,9494707 0,000

Tarik Murni 0,900 0 -2394,044

Tabel 8.8 Rekapitulasi Nilai Mu - Pu Kolom KD lantai 1 arah x Rasio


Tulangan 0,8%

kondisi koefisien c ɸ Mu (KNm) Pu (KN)

Desak Sentris 0,650 0 7087,200

Patah Desak 1,5 0,650 798,2501467 5387,375

1,4 0,650 856,4618302 4963,279

1,3 0,650 910,3335543 4521,604

1,2 0,650 961,0079252 4057,956

1,1 0,650 1010,043042 3566,341

Balance 1 0,658 1073,20512 3077,325

Patah Tarik 0,9 0,706 1132,766454 2961,744

0,8 0,765 1198,177202 2845,073

0,7 0,840 1273,315083 2726,846

0,6 0,900 1296,732773 2462,009

0,5 0,900 1193,169671 1909,956

Lentur Murni 0,900 742,8575491 0,000


171

Tarik Murni 0,900 0 -2736,051

Gambar 8.3 Diagram Interaksi Mu - Pu Kolom KD


Lantai 1 Arah X
172

172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184

184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201

201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235 235
236 236
237 237
238

BAB XII
RENCANA ANGGARAN BIAYA

12.1 Umum
Rencana Anggaran Biaya (RAB) merupakan perkiraan atau perhitungan
biaya–biaya yang diperlukan untuk tiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi,
sehingga diperoleh biaya total yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek
tersebut. Tujuan penyusunan atau pembuatan RAB bagi kontraktor adalah sebagai
berikut ini.
a. Sebagai dasar untuk mengikuti tender dan pengajuan penawaran.
b. Sebagai dasar perkiraan modal/dana yang harus disediakan.
c. Sebagai dasar dalam penyediaan bahan, alat, tenaga dan waktu untuk
pelaksanaan.
Rencana anggaran biaya dibuat sebelum proyek dilaksanakan, jadi masih
merupakan anggaran perkiraan, bukan anggaran yang sebenarnya berdasarkan
pelaksanaan (actual cost). Ada dua macam cara pembuatan RAB, yaitu :
1. Rencana Anggaran Biaya Kasar
Yaitu rencana anggaran biaya yang perhitungannya hanya didasarkan pada luas
lantai bangunan dikalikan satuan harga per m2 nya. Rencana Anggaran biaya
kasar digunakan jika ingin mengetahui anggaran biaya proyek secara cepat
dengan cara pendekatan.
2. Rencana Anggaran Biaya secara Rinci
Yaitu rencana anggaran biaya yang dihitung berdasarkan volume tiap jenis
pekerjaan dikalikan harga tiap jenis pekerjaan tersebut,untuk seluruh jenis
kegiatan yang ada pada proyek tersebut, sehingga diperoleh rencana anggaran
biaya total untuk seluruh proyek tersebut.
Dalam penyusunan atau pembuatan RAB data yang diperlukan adalah sebagai
berikut:

238
239

a. Gambar-gambar rencana arsitektur dan struktur serta gambar-gambar lain


(gambar bestek).
b. Peraturan dan syarat-syarat (bestek/RKS).
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
d. Buku Analisa BOW dan Analisa SNI 2002.
e. Peraturan/spesifikasi bahan dari pabrik/industri.
f. Daftar harga bahan yang digunakan didaerah tersebut.
g. Daftar Upah tiap pekerjaan.
h. Daftar Volume tiap pekerjaan.
i. Peraturan pemerintah daerah yang berkaitan dengan pembangunan.

12.2 Harga Satuan Per Tipe Struktur


Semua tipe struktur tiap-tiap lantai dihitung harga satuannya, dimana terdiri
atas:
1. Berat satuan besi (kg/m³) tiap tipe struktur didapatkan dari tabel berat besi per
meter.
2. Untuk harga beton dan bekisting didapatkan dari hasil Analisa Harga Satuan
(AHS) tiap tipe struktur per lantai.
3. Untuk harga besi (per m³) didapatkan dari hasil Analisa Harga Satuan (AHS)
pekerjaan pembesian dikali dengan berat satuan besi tiap tipe struktur.

12.3 Perhitungan Rencana Anggaran Biaya


Adapun untuk total rencana anggaran biaya dapat dilihat pada halaman
selanjutnya.
240

Tabel 12.1 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Persiapan


No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Satuan Pekerjaan Harga Pekerjaan
A Pekerjaan Persiapan
1 Pembersihan Lahan dan Perataan m2 4681 Rp 13.200,000 Rp 61.789.200,000
2 Pemasangan Pagar Sementara Seng Gelombang m2 550 Rp 277.739,550 Rp 152.756.752,500
3 Pemasangan Bouwplank m' 275 Rp 54.904,300 Rp 15.098.682,500

Tabel 12.2 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Pondasi


No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Satuan Pekerjaan Harga Pekerjaan
B Pekerjaan Struktur
1 Pekerjaan Struktur Pondasi Rp 11.101.151.937,951
a Pekerjaan beton f'c 31,2 Mpa
- Pile 0.6 m m3 300,839 Rp 1.933.950,595 Rp 581.807.593,915
- Pile 0.7 m m3 894,380 Rp 1.933.950,595 Rp 1.729.686.757,641
- PC1 m3 10,584 Rp 1.933.950,595 Rp 20.468.933,100
- PC2 m3 230,4 Rp 1.933.950,595 Rp 445.582.217,143
- PC3 m3 187,2 Rp 1.933.950,595 Rp 362.035.551,429
- PC4 m3 162,4 Rp 1.933.950,595 Rp 314.073.576,667
- PC5 m3 184,32 Rp 1.933.950,595 Rp 356.465.773,714
- PC6 m3 50,46 Rp 1.933.950,595 Rp 97.587.147,036
b Pekerjaan Pembesian
- Pile 0.6 m kg 102283,702 Rp 15.428,050 Rp 1.578.038.067,459
- Pile 0.7 m kg 223409,138 Rp 15.428,050 Rp 3.446.767.357,871
- PC1 kg 3406,64992 Rp 15.428,050 Rp 52.557.965,298
- PC2 kg 61319,6986 Rp 15.428,050 Rp 946.043.375,369
- PC3 kg 40626,4266 Rp 15.428,050 Rp 626.786.541,523
241

- PC4 kg 28438,4986 Rp 15.428,050 Rp 438.750.579,066


- PC5 kg 39730,577
- PC6 kg 14100,3996
c Pekerjaan Bekisting
- PC1 m2 10,08 Rp 148.929,000 Rp 1.501.204,320
- PC2 m2 230,4 Rp 148.929,000 Rp 34.313.241,600
- PC3 m2 174 Rp 148.929,000 Rp 25.913.646,000
- PC4 m2 137,2 Rp 148.929,000 Rp 20.433.058,800
- PC5 m2 115,2 Rp 148.929,000 Rp 17.156.620,800
- PC6 m2 34,8 Rp 148.929,000 Rp 5.182.729,200

Tabel 12.3 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 1


No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Satuan Pekerjaan Harga Pekerjaan
2 Pekerjaan Struktur Lantai 1 Rp 2.902.810.213,341
a Pekerjaan beton f'c 31,2 Mpa
- Kolom KD Lt 1 m3 52,39 Rp 1.933.950,595 Rp 101.319.671,685
- Kolom KL Lt 1 m3 54,72 Rp 1.933.950,595 Rp 105.825.776,571
- B1X Lt 1 m3 33,264 Rp 1.933.950,595 Rp 64.330.932,600
- B1Y Lt 1 m3 33,264 Rp 1.933.950,595 Rp 64.330.932,600
- B2X Lt 1 m3 5,625 Rp 1.933.950,595 Rp 10.878.472,098
- B2Y Lt 1 m3 3,825 Rp 1.933.950,595 Rp 7.397.361,027
- BA1X m3 14,256 Rp 1.933.950,595 Rp 27.570.399,686
- BA2Y m3 0,24 Rp 1.933.950,595 Rp 464.148,143
- BB m3 0,675 Rp 1.933.950,595 Rp 1.305.416,652
- PL1 m3 66,42 Rp 1.933.950,595 Rp 128.452.998,536
- PL2 m3 64,8 Rp 1.933.950,595 Rp 125.319.998,571
- PL3 m3 12,96 Rp 1.933.950,595 Rp 25.063.999,714
242

- PL4 m3 4,68 Rp 1.933.950,595 Rp 9.050.888,786


- PL5 m3 7,2 Rp 1.933.950,595 Rp 13.924.444,286
- PL6 m3 8,1 Rp 1.933.950,595 Rp 15.664.999,821
- PL7 m3 3,6 Rp 1.933.950,595 Rp 6.962.222,143
- Pelat Tangga m3 5,991855 Rp 1.933.950,595 Rp 11.587.951,544
- Pelat Bordes m3 0,115875 Rp 1.933.950,595 Rp 224.096,525
b Pekerjaan Pembesian
- Kolom KD Lt 1 kg 20083,996 Rp 15.428,050 Rp 309.856.895,105
- Kolom KL Lt 1 kg 33967,3509 Rp 15.428,050 Rp 524.049.988,485
- B1X Lt 1 kg 4020,10039 Rp 15.428,050 Rp 62.022.309,853
- B1Y Lt 1 kg 4837,01363 Rp 15.428,050 Rp 74.625.688,165
- B2X Lt 1 kg 10852,0091 Rp 15.428,050 Rp 167.425.338,224
- B2Y Lt 1 kg 8054,74697 Rp 15.428,050 Rp 124.269.038,913
- B3X Lt 1 kg 736,33416 Rp 15.428,050 Rp 11.360.200,237
- B3Y Lt 1 kg 887,834992 Rp 15.428,050 Rp 13.697.562,648
- B4X Lt 1 kg 251,914224 Rp 15.428,050 Rp 3.886.545,244
- B4Y Lt 1 kg 503,828448 Rp 15.428,050 Rp 7.773.090,487
- BA1X kg 831,921408 Rp 15.428,050 Rp 12.834.925,079
- BA1Y kg 885,415608 Rp 15.428,050 Rp 13.660.236,271
- BA2X kg 94,15755 Rp 15.428,050 Rp 1.452.667,389
- BA2Y kg 94,15755 Rp 15.428,050 Rp 1.452.667,389
- BA3X kg 140,447816 Rp 15.428,050 Rp 2.166.835,928
- BA3Y kg 210,671724 Rp 15.428,050 Rp 3.250.253,891
- BK kg 599,967228 Rp 15.428,050 Rp 9.256.324,392
- BB kg 73,038678 Rp 15.428,050 Rp 1.126.844,376
- PL1 kg 7913,21377 Rp 15.428,050 Rp 122.085.457,766
- PL2 kg 2195,92156 Rp 15.428,050 Rp 33.878.787,624
- PL3 kg 1882,54478 Rp 15.428,050 Rp 29.043.995,055
243

- PL4 kg 88,775196 Rp 15.428,050 Rp 1.369.628,163


- PL5 kg 619,576056 Rp 15.428,050 Rp 9.558.850,371
- PL6 kg 376,530432 Rp 15.428,050 Rp 5.809.130,331
- PL7 kg 259,250142 Rp 15.428,050 Rp 3.999.724,153
- PK1 kg 1860,8457 Rp 15.428,050 Rp 28.709.220,502
- PK2 kg 207,7691 Rp 15.428,050 Rp 3.205.472,063
- Pelat Tangga kg 641,031192 Rp 15.428,050 Rp 9.889.861,282
- Pelat Bordes kg 401,1984 Rp 15.428,050 Rp 6.189.708,975
c Pekerjaan Bekisting
- Kolom KD Lt 1-4 m2 322,4 Rp 241.582,000 Rp 77.886.036,800
- Kolom KL Lt 1-4 m2 364,8 Rp 241.582,000 Rp 88.129.113,600
- B1X Lt 1 m2 115,5 Rp 248.389,900 Rp 28.689.033,450
- B1Y Lt 1 m2 115,5 Rp 248.389,900 Rp 28.689.033,450
- B2X Lt 1 m2 39,375 Rp 248.389,900 Rp 9.780.352,313
- B2Y Lt 1 m2 26,775 Rp 248.389,900 Rp 6.650.639,573
- BA1X m2 53,82 Rp 248.389,900 Rp 13.368.344,418
- BA2Y m2 1,675 Rp 248.389,900 Rp 416.053,083
- BB m2 4,725 Rp 248.389,900 Rp 1.173.642,278
- PL1 m2 531,36 Rp 241.582,000 Rp 128.367.011,520
- PL2 m2 518,4 Rp 241.582,000 Rp 125.236.108,800
- PL3 m2 103,68 Rp 241.582,000 Rp 25.047.221,760
- PL4 m2 37,44 Rp 241.582,000 Rp 9.044.830,080
- PL5 m2 57,6 Rp 241.582,000 Rp 13.915.123,200
- PL6 m2 64,8 Rp 241.582,000 Rp 15.654.513,600
- PL7 m2 28,8 Rp 241.582,000 Rp 6.957.561,600
- Pelat Tangga m2 27,35082 Rp 221.298,000 Rp 6.052.681,764
- Pelat Bordes m2 0,7725 Rp 221.298,000 Rp 170.952,705
244

Tabel 12.4 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 2


No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Satuan Pekerjaan Harga Pekerjaan
3 Pekerjaan Struktur Lantai 2 Rp 2.436.047.221,089
a Pekerjaan beton f'c 31,2 Mpa
- Kolom KD Lt 2 m3 52,39 Rp 1.933.950,595 Rp 101.319.671,685
- Kolom KL Lt 2 m3 54,72 Rp 1.933.950,595 Rp 105.825.776,571
- B1X Lt 2 m3 33,264 Rp 1.933.950,595 Rp 64.330.932,600
- B1Y Lt 2 m3 33,264 Rp 1.933.950,595 Rp 64.330.932,600
- B2X Lt 2 m3 5,625 Rp 1.933.950,595 Rp 10.878.472,098
- B2Y Lt 2 m3 3,825 Rp 1.933.950,595 Rp 7.397.361,027
- BA1X m3 14,256 Rp 1.933.950,595 Rp 27.570.399,686
- BA2Y m3 0,24 Rp 1.933.950,595 Rp 464.148,143
- BB m3 0,675 Rp 1.933.950,595 Rp 1.305.416,652
- PL1 m3 66,42 Rp 1.933.950,595 Rp 128.452.998,536
- PL2 m3 64,8 Rp 1.933.950,595 Rp 125.319.998,571
- PL3 m3 12,96 Rp 1.933.950,595 Rp 25.063.999,714
- PL4 m3 4,68 Rp 1.933.950,595 Rp 9.050.888,786
- PL5 m3 7,2 Rp 1.933.950,595 Rp 13.924.444,286
- PL7 m3 3,6 Rp 1.933.950,595 Rp 6.962.222,143
- Pelat Tangga m3 5,991855 Rp 1.933.950,595 Rp 11.587.951,544
- Pelat Bordes m3 0,115875 Rp 1.933.950,595 Rp 224.096,525
b Pekerjaan Pembesian
- Kolom KD Lt 2 kg 16385,0852 Rp 15.428,050 Rp 252.789.913,967
- Kolom KL Lt 2 kg 20579,2548 Rp 15.428,050 Rp 317.497.771,523
- B1X Lt 2 kg 4020,10039 Rp 15.428,050 Rp 62.022.309,853
- B1Y Lt 2 kg 4837,01363 Rp 15.428,050 Rp 74.625.688,165
- B2X Lt 2 kg 10852,0091 Rp 15.428,050 Rp 167.425.338,224
245

- B2Y Lt 2 kg 8054,74697 Rp 15.428,050 Rp 124.269.038,913


- B3X Lt 2 kg 736,33416 Rp 15.428,050 Rp 11.360.200,237
- B3Y Lt 2 kg 887,834992 Rp 15.428,050 Rp 13.697.562,648
- B4X Lt 2 kg 251,914224 Rp 15.428,050 Rp 3.886.545,244
- B4Y Lt 2 kg 503,828448 Rp 15.428,050 Rp 7.773.090,487
- BA1X kg 831,921408 Rp 15.428,050 Rp 12.834.925,079
- BA1Y kg 885,415608 Rp 15.428,050 Rp 13.660.236,271
- BA2X kg 94,15755 Rp 15.428,050 Rp 1.452.667,389
- BA2Y kg 94,15755 Rp 15.428,050 Rp 1.452.667,389
- BA3X kg 140,447816 Rp 15.428,050 Rp 2.166.835,928
- BA3Y kg 210,671724 Rp 15.428,050 Rp 3.250.253,891
- BK kg 599,967228 Rp 15.428,050 Rp 9.256.324,392
- BB kg 73,038678 Rp 15.428,050 Rp 1.126.844,376
- PL1 kg 7913,21377 Rp 15.428,050 Rp 122.085.457,766
- PL2 kg 2195,92156 Rp 15.428,050 Rp 33.878.787,624
- PL3 kg 1882,54478 Rp 15.428,050 Rp 29.043.995,055
- PL4 kg 88,775196 Rp 15.428,050 Rp 1.369.628,163
- PL5 kg 619,576056 Rp 15.428,050 Rp 9.558.850,371
- PL7 kg 259,250142 Rp 15.428,050 Rp 3.999.724,153
- PK1 kg 1860,8457 Rp 15.428,050 Rp 28.709.220,502
- PK2 kg 207,7691 Rp 15.428,050 Rp 3.205.472,063
- Pelat Tangga kg 641,031192 Rp 15.428,050 Rp 9.889.861,282
- Pelat Bordes kg 401,1984 Rp 15.428,050 Rp 6.189.708,975
c Pekerjaan Bekisting
- B1X Lt 2 m2 115,5 Rp 248.389,900 Rp 28.689.033,450
- B1Y Lt 2 m2 115,5 Rp 248.389,900 Rp 28.689.033,450
- B2X Lt 2 m2 39,375 Rp 248.389,900 Rp 9.780.352,313
- B2Y Lt 2 m2 26,775 Rp 248.389,900 Rp 6.650.639,573
246

- BA1X m2 53,82 Rp 248.389,900 Rp 13.368.344,418


- BA2Y m2 1,675 Rp 248.389,900 Rp 416.053,083
- BB m2 4,725 Rp 248.389,900 Rp 1.173.642,278
- PL1 m2 531,36 Rp 241.582,000 Rp 128.367.011,520
- PL2 m2 518,4 Rp 241.582,000 Rp 125.236.108,800
- PL3 m2 103,68 Rp 241.582,000 Rp 25.047.221,760
- PL4 m2 37,44 Rp 241.582,000 Rp 9.044.830,080
- PL5 m2 57,6 Rp 241.582,000 Rp 13.915.123,200
- PL7 m2 28,8 Rp 241.582,000 Rp 6.957.561,600
- Pelat Tangga m2 27,35082 Rp 221.298,000 Rp 6.052.681,764
- Pelat Bordes m2 0,7725 Rp 221.298,000 Rp 170.952,705

Tabel 12.5 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 3


No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Satuan Pekerjaan Harga Pekerjaan
4 Pekerjaan Struktur Lantai 3 Rp 2.545.069.127,015
a Pekerjaan beton f'c 31,2 Mpa
- Kolom KD Lt 3 m3 52,39 Rp 1.933.950,595 Rp 101.319.671,685
- Kolom KL Lt 3 m3 54,72 Rp 1.933.950,595 Rp 105.825.776,571
- B1X Lt 3 m3 33,264 Rp 1.933.950,595 Rp 64.330.932,600
- B1Y Lt 3 m3 33,264 Rp 1.933.950,595 Rp 64.330.932,600
- B2X Lt 3 m3 5,625 Rp 1.933.950,595 Rp 10.878.472,098
- B2Y Lt 3 m3 3,825 Rp 1.933.950,595 Rp 7.397.361,027
- BA1X m3 14,256 Rp 1.933.950,595 Rp 27.570.399,686
- BA2Y m3 0,24 Rp 1.933.950,595 Rp 464.148,143
- BB m3 0,675 Rp 1.933.950,595 Rp 1.305.416,652
- PL1 m3 66,42 Rp 1.933.950,595 Rp 128.452.998,536
- PL2 m3 64,8 Rp 1.933.950,595 Rp 125.319.998,571
247

- PL3 m3 12,96 Rp 1.933.950,595 Rp 25.063.999,714


- PL4 m3 4,68 Rp 1.933.950,595 Rp 9.050.888,786
- PL5 m3 7,2 Rp 1.933.950,595 Rp 13.924.444,286
- PL7 m3 3,6 Rp 1.933.950,595 Rp 6.962.222,143
- Pelat Tangga m3 5,991855 Rp 1.933.950,595 Rp 11.587.951,544
- Pelat Bordes m3 0,115875 Rp 1.933.950,595 Rp 224.096,525
b Pekerjaan Pembesian
- Kolom KD Lt 3 kg 23649,0714 Rp 15.428,050 Rp 364.859.056,506
- Kolom KL Lt 3 kg 20381,742 Rp 15.428,050 Rp 314.450.534,910
- B1X Lt 3 kg 4020,10039 Rp 15.428,050 Rp 62.022.309,853
- B1Y Lt 3 kg 4837,01363 Rp 15.428,050 Rp 74.625.688,165
- B2X Lt 3 kg 10852,0091 Rp 15.428,050 Rp 167.425.338,224
- B2Y Lt 3 kg 8054,74697 Rp 15.428,050 Rp 124.269.038,913
- B3X Lt 3 kg 736,33416 Rp 15.428,050 Rp 11.360.200,237
- B3Y Lt 3 kg 887,834992 Rp 15.428,050 Rp 13.697.562,648
- B4X Lt 3 kg 251,914224 Rp 15.428,050 Rp 3.886.545,244
- B4Y Lt 3 kg 503,828448 Rp 15.428,050 Rp 7.773.090,487
- BA1X kg 831,921408 Rp 15.428,050 Rp 12.834.925,079
- BA1Y kg 885,415608 Rp 15.428,050 Rp 13.660.236,271
- BA2X kg 94,15755 Rp 15.428,050 Rp 1.452.667,389
- BA2Y kg 94,15755 Rp 15.428,050 Rp 1.452.667,389
- BA3X kg 140,447816 Rp 15.428,050 Rp 2.166.835,928
- BA3Y kg 210,671724 Rp 15.428,050 Rp 3.250.253,891
- BK kg 599,967228 Rp 15.428,050 Rp 9.256.324,392
- BB kg 73,038678 Rp 15.428,050 Rp 1.126.844,376
- PL1 kg 7913,21377 Rp 15.428,050 Rp 122.085.457,766
- PL2 kg 2195,92156 Rp 15.428,050 Rp 33.878.787,624
- PL3 kg 1882,54478 Rp 15.428,050 Rp 29.043.995,055
248

- PL4 kg 88,775196 Rp 15.428,050 Rp 1.369.628,163


- PL5 kg 619,576056 Rp 15.428,050 Rp 9.558.850,371
- PL7 kg 259,250142 Rp 15.428,050 Rp 3.999.724,153
- PK1 kg 1860,8457 Rp 15.428,050 Rp 28.709.220,502
- PK2 kg 207,7691 Rp 15.428,050 Rp 3.205.472,063
- Pelat Tangga kg 641,031192 Rp 15.428,050 Rp 9.889.861,282
- Pelat Bordes kg 401,1984 Rp 15.428,050 Rp 6.189.708,975
c Pekerjaan Bekisting
- B1X Lt 3 m2 115,5 Rp 248.389,900 Rp 28.689.033,450
- B1Y Lt 3 m2 115,5 Rp 248.389,900 Rp 28.689.033,450
- B2X Lt 3 m2 39,375 Rp 248.389,900 Rp 9.780.352,313
- B2Y Lt 3 m2 26,775 Rp 248.389,900 Rp 6.650.639,573
- BA1X m2 53,82 Rp 248.389,900 Rp 13.368.344,418
- BA2Y m2 1,675 Rp 248.389,900 Rp 416.053,083
- BB m2 4,725 Rp 248.389,900 Rp 1.173.642,278
- PL1 m2 531,36 Rp 241.582,000 Rp 128.367.011,520
- PL2 m2 518,4 Rp 241.582,000 Rp 125.236.108,800
- PL3 m2 103,68 Rp 241.582,000 Rp 25.047.221,760
- PL4 m2 37,44 Rp 241.582,000 Rp 9.044.830,080
- PL5 m2 57,6 Rp 241.582,000 Rp 13.915.123,200
- PL7 m2 28,8 Rp 241.582,000 Rp 6.957.561,600
- Pelat Tangga m2 27,35082 Rp 221.298,000 Rp 6.052.681,764
- Pelat Bordes m2 0,7725 Rp 221.298,000 Rp 170.952,705
249

Tabel 12.6 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 4


No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Satuan Pekerjaan Harga Pekerjaan
5 Pekerjaan Struktur Lantai 4 Rp 2.351.254.091,668
a Pekerjaan beton f'c 31,2 Mpa
- Kolom KD Lt 4 m3 52,39 Rp 1.933.950,595 Rp 101.319.671,685
- Kolom KL Lt 4 m3 54,72 Rp 1.933.950,595 Rp 105.825.776,571
- B1X Lt 4 m3 33,264 Rp 1.933.950,595 Rp 64.330.932,600
- B1Y Lt 4 m3 33,264 Rp 1.933.950,595 Rp 64.330.932,600
- B2X Lt 4 m3 5,625 Rp 1.933.950,595 Rp 10.878.472,098
- B2Y Lt 4 m3 3,825 Rp 1.933.950,595 Rp 7.397.361,027
- BA1X m3 14,256 Rp 1.933.950,595 Rp 27.570.399,686
- BA2Y m3 0,24 Rp 1.933.950,595 Rp 464.148,143
- BB m3 0,675 Rp 1.933.950,595 Rp 1.305.416,652
- PL1 m3 66,42 Rp 1.933.950,595 Rp 128.452.998,536
- PL2 m3 64,8 Rp 1.933.950,595 Rp 125.319.998,571
- PL3 m3 12,96 Rp 1.933.950,595 Rp 25.063.999,714
- PL4 m3 4,68 Rp 1.933.950,595 Rp 9.050.888,786
- PL5 m3 7,2 Rp 1.933.950,595 Rp 13.924.444,286
- PL7 m3 3,6 Rp 1.933.950,595 Rp 6.962.222,143
- Pelat Tangga m3 5,991855 Rp 1.933.950,595 Rp 11.587.951,544
- Pelat Bordes m3 0,115875 Rp 1.933.950,595 Rp 224.096,525
b Pekerjaan Pembesian
- Kolom KD Lt 4 kg 16385,0852 Rp 15.428,050 Rp 252.789.913,967
- Kolom KL Lt 4 kg 17504,5608 Rp 15.428,050 Rp 270.061.238,757
- B1X Lt 4 kg 4020,10039 Rp 15.428,050 Rp 62.022.309,853
- B1Y Lt 4 kg 5405,72226 Rp 15.428,050 Rp 83.399.753,252
250

- B2X Lt 4 kg 10852,0091 Rp 15.428,050 Rp 167.425.338,224


- B2Y Lt 4 kg 8054,74697 Rp 15.428,050 Rp 124.269.038,913
- B3X Lt 4 kg 736,33416 Rp 15.428,050 Rp 11.360.200,237
- B3Y Lt 4 kg 887,834992 Rp 15.428,050 Rp 13.697.562,648
- B4X Lt 4 kg 251,914224 Rp 15.428,050 Rp 3.886.545,244
- B4Y Lt 4 kg 503,828448 Rp 15.428,050 Rp 7.773.090,487
- BA1X kg 831,921408 Rp 15.428,050 Rp 12.834.925,079
- BA1Y kg 885,415608 Rp 15.428,050 Rp 13.660.236,271
- BA2X kg 94,15755 Rp 15.428,050 Rp 1.452.667,389
- BA2Y kg 94,15755 Rp 15.428,050 Rp 1.452.667,389
- BA3X kg 140,447816 Rp 15.428,050 Rp 2.166.835,928
- BA3Y kg 210,671724 Rp 15.428,050 Rp 3.250.253,891
- BK kg 599,967228 Rp 15.428,050 Rp 9.256.324,392
- BB kg 73,038678 Rp 15.428,050 Rp 1.126.844,376
- PL1 kg 7913,21377 Rp 15.428,050 Rp 122.085.457,766
- PL2 kg 2195,92156 Rp 15.428,050 Rp 33.878.787,624
- PL3 kg 1882,54478 Rp 15.428,050 Rp 29.043.995,055
- PL4 kg 88,775196 Rp 15.428,050 Rp 1.369.628,163
- PL5 kg 619,576056 Rp 15.428,050 Rp 9.558.850,371
- PL7 kg 259,250142 Rp 15.428,050 Rp 3.999.724,153
- PK1 kg 1860,8457 Rp 15.428,050 Rp 28.709.220,502
- PK2 kg 207,7691 Rp 15.428,050 Rp 3.205.472,063
- Pelat Tangga kg 641,031192 Rp 15.428,050 Rp 9.889.861,282
- Pelat Bordes kg 401,1984 Rp 15.428,050 Rp 6.189.708,975
c Pekerjaan Bekisting
- B1X Lt 4 m2 43,3125 Rp 248.389,900 Rp 10.758.387,544
- B1Y Lt 4 m2 43,3125 Rp 248.389,900 Rp 10.758.387,544
- B2X Lt 4 m2 14,765625 Rp 248.389,900 Rp 3.667.632,117
251

- B2Y Lt 4 m2 10,040625 Rp 248.389,900 Rp 2.493.989,840


- BA1X m2 53,82 Rp 248.389,900 Rp 13.368.344,418
- BA2Y m2 1,675 Rp 248.389,900 Rp 416.053,083
- BB m2 4,725 Rp 248.389,900 Rp 1.173.642,278
- PL1 m2 531,36 Rp 241.582,000 Rp 128.367.011,520
- PL2 m2 518,4 Rp 241.582,000 Rp 125.236.108,800
- PL3 m2 103,68 Rp 241.582,000 Rp 25.047.221,760
- PL4 m2 37,44 Rp 241.582,000 Rp 9.044.830,080
- PL5 m2 57,6 Rp 241.582,000 Rp 13.915.123,200
- PL7 m2 28,8 Rp 241.582,000 Rp 6.957.561,600
- Pelat Tangga m2 27,35082 Rp 221.298,000 Rp 6.052.681,764
- Pelat Bordes m2 0,7725 Rp 221.298,000 Rp 170.952,705

Tabel 12.7 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 5


No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Satuan Pekerjaan Harga Pekerjaan
6 Pekerjaan Struktur Lantai 5 Rp 2.346.563.519,313
a Pekerjaan beton f'c 31,2 Mpa
- Kolom KD Lt 5 m3 44,64 Rp 1.933.950,595 Rp 86.331.554,571
- Kolom KL Lt 5 m3 45,98 Rp 1.933.950,595 Rp 88.923.048,369
- B1X Lt 5 m3 33,264 Rp 1.933.950,595 Rp 64.330.932,600
- B1Y Lt 5 m3 33,264 Rp 1.933.950,595 Rp 64.330.932,600
- B2X Lt 5 m3 5,625 Rp 1.933.950,595 Rp 10.878.472,098
- B2Y Lt 5 m3 3,825 Rp 1.933.950,595 Rp 7.397.361,027
- BA1X m3 14,256 Rp 1.933.950,595 Rp 27.570.399,686
- BA2Y m3 0,24 Rp 1.933.950,595 Rp 464.148,143
- BB m3 0,675 Rp 1.933.950,595 Rp 1.305.416,652
- PL1 m3 66,42 Rp 1.933.950,595 Rp 128.452.998,536
252

- PL2 m3 64,8 Rp 1.933.950,595 Rp 125.319.998,571


- PL3 m3 12,96 Rp 1.933.950,595 Rp 25.063.999,714
- PL4 m3 4,68 Rp 1.933.950,595 Rp 9.050.888,786
- PL5 m3 7,2 Rp 1.933.950,595 Rp 13.924.444,286
- PL7 m3 3,6 Rp 1.933.950,595 Rp 6.962.222,143
- Pelat Tangga m3 5,991855 Rp 1.933.950,595 Rp 11.587.951,544
- Pelat Bordes m3 0,115875 Rp 1.933.950,595 Rp 224.096,525
b Pekerjaan Pembesian
- Kolom KD Lt 5 kg 13433,7161 Rp 15.428,050 Rp 207.256.043,368
- Kolom KL Lt 5 kg 12322,7212 Rp 15.428,050 Rp 190.115.558,316
- B1X Lt 5 kg 4020,10039 Rp 15.428,050 Rp 62.022.309,853
- B1Y Lt 5 kg 5405,72226 Rp 15.428,050 Rp 83.399.753,252
- B2X Lt 5 kg 10852,0091 Rp 15.428,050 Rp 167.425.338,224
- B2Y Lt 5 kg 8054,74697 Rp 15.428,050 Rp 124.269.038,913
- B3X Lt 5 kg 736,33416 Rp 15.428,050 Rp 11.360.200,237
- B3Y Lt 5 kg 887,834992 Rp 15.428,050 Rp 13.697.562,648
- B4X Lt 5 kg 251,914224 Rp 15.428,050 Rp 3.886.545,244
- B4Y Lt 5 kg 503,828448 Rp 15.428,050 Rp 7.773.090,487
- BA1X kg 831,921408 Rp 15.428,050 Rp 12.834.925,079
- BA1Y kg 885,415608 Rp 15.428,050 Rp 13.660.236,271
- BA2X kg 94,15755 Rp 15.428,050 Rp 1.452.667,389
- BA2Y kg 94,15755 Rp 15.428,050 Rp 1.452.667,389
- BA3X kg 140,447816 Rp 15.428,050 Rp 2.166.835,928
- BA3Y kg 210,671724 Rp 15.428,050 Rp 3.250.253,891
- BK kg 599,967228 Rp 15.428,050 Rp 9.256.324,392
- BB kg 73,038678 Rp 15.428,050 Rp 1.126.844,376
- PL1 kg 7913,21377 Rp 15.428,050 Rp 122.085.457,766
- PL2 kg 2195,92156 Rp 15.428,050 Rp 33.878.787,624
253

- PL3 kg 1882,54478 Rp 15.428,050 Rp 29.043.995,055


- PL4 kg 88,775196 Rp 15.428,050 Rp 1.369.628,163
- PL5 kg 619,576056 Rp 15.428,050 Rp 9.558.850,371
- PL7 kg 259,250142 Rp 15.428,050 Rp 3.999.724,153
- PK1 kg 1860,8457 Rp 15.428,050 Rp 28.709.220,502
- PK2 kg 207,7691 Rp 15.428,050 Rp 3.205.472,063
- Pelat Tangga kg 641,031192 Rp 15.428,050 Rp 9.889.861,282
- Pelat Bordes kg 401,1984 Rp 15.428,050 Rp 6.189.708,975
c Pekerjaan Bekisting
- Kolom KD Lt 5-8 m2 297,6 Rp 241.582,000 Rp 71.894.803,200
- Kolom KL Lt 5-8 m2 334,4 Rp 241.582,000 Rp 80.785.020,800
- B1X Lt 5 m2 43,3125 Rp 248.389,900 Rp 10.758.387,544
- B1Y Lt 5 m2 43,3125 Rp 248.389,900 Rp 10.758.387,544
- B2X Lt 5 m2 14,765625 Rp 248.389,900 Rp 3.667.632,117
- B2Y Lt 5 m2 10,040625 Rp 248.389,900 Rp 2.493.989,840
- BA1X m2 53,82 Rp 248.389,900 Rp 13.368.344,418
- BA2Y m2 1,675 Rp 248.389,900 Rp 416.053,083
- BB m2 4,725 Rp 248.389,900 Rp 1.173.642,278
- PL1 m2 531,36 Rp 241.582,000 Rp 128.367.011,520
- PL2 m2 518,4 Rp 241.582,000 Rp 125.236.108,800
- PL3 m2 103,68 Rp 241.582,000 Rp 25.047.221,760
- PL4 m2 37,44 Rp 241.582,000 Rp 9.044.830,080
- PL5 m2 57,6 Rp 241.582,000 Rp 13.915.123,200
- PL7 m2 28,8 Rp 241.582,000 Rp 6.957.561,600
- Pelat Tangga m2 27,35082 Rp 221.298,000 Rp 6.052.681,764
- Pelat Bordes m2 0,7725 Rp 221.298,000 Rp 170.952,705
254

Tabel 12.8 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 6


No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Satuan Pekerjaan Harga Pekerjaan
7 Pekerjaan Struktur Lantai 6 Rp 2.207.740.459,330
a Pekerjaan beton f'c 31,2 Mpa
- Kolom KD Lt 6 m3 44,64 Rp 1.933.950,595 Rp 86.331.554,571
- Kolom KL Lt 6 m3 45,98 Rp 1.933.950,595 Rp 88.923.048,369
- B1X Lt 6 m3 33,264 Rp 1.933.950,595 Rp 64.330.932,600
- B1Y Lt 6 m3 33,264 Rp 1.933.950,595 Rp 64.330.932,600
- B2X Lt 6 m3 5,625 Rp 1.933.950,595 Rp 10.878.472,098
- B2Y Lt 6 m3 3,825 Rp 1.933.950,595 Rp 7.397.361,027
- BA1X m3 14,256 Rp 1.933.950,595 Rp 27.570.399,686
- BA2Y m3 0,24 Rp 1.933.950,595 Rp 464.148,143
- BB m3 0,675 Rp 1.933.950,595 Rp 1.305.416,652
- PL1 m3 66,42 Rp 1.933.950,595 Rp 128.452.998,536
- PL2 m3 64,8 Rp 1.933.950,595 Rp 125.319.998,571
- PL3 m3 12,96 Rp 1.933.950,595 Rp 25.063.999,714
- PL4 m3 4,68 Rp 1.933.950,595 Rp 9.050.888,786
- PL5 m3 7,2 Rp 1.933.950,595 Rp 13.924.444,286
- PL7 m3 3,6 Rp 1.933.950,595 Rp 6.962.222,143
- Pelat Tangga m3 5,991855 Rp 1.933.950,595 Rp 11.587.951,544
- Pelat Bordes m3 0,115875 Rp 1.933.950,595 Rp 224.096,525
b Pekerjaan Pembesian
- Kolom KD Lt 6 kg 11939,4321 Rp 15.428,050 Rp 184.202.155,904
- Kolom KL Lt 6 kg 14715,1591 Rp 15.428,050 Rp 227.026.209,797
- B1X Lt 6 kg 4020,10039 Rp 15.428,050 Rp 62.022.309,853
- B1Y Lt 6 kg 5405,72226 Rp 15.428,050 Rp 83.399.753,252
- B2X Lt 6 kg 10852,0091 Rp 15.428,050 Rp 167.425.338,224
255

- B2Y Lt 6 kg 8054,74697 Rp 15.428,050 Rp 124.269.038,913


- B3X Lt 6 kg 736,33416 Rp 15.428,050 Rp 11.360.200,237
- B3Y Lt 6 kg 887,834992 Rp 15.428,050 Rp 13.697.562,648
- B4X Lt 6 kg 251,914224 Rp 15.428,050 Rp 3.886.545,244
- B4Y Lt 6 kg 503,828448 Rp 15.428,050 Rp 7.773.090,487
- BA1X kg 831,921408 Rp 15.428,050 Rp 12.834.925,079
- BA1Y kg 885,415608 Rp 15.428,050 Rp 13.660.236,271
- BA2X kg 94,15755 Rp 15.428,050 Rp 1.452.667,389
- BA2Y kg 94,15755 Rp 15.428,050 Rp 1.452.667,389
- BA3X kg 140,447816 Rp 15.428,050 Rp 2.166.835,928
- BA3Y kg 210,671724 Rp 15.428,050 Rp 3.250.253,891
- BK kg 599,967228 Rp 15.428,050 Rp 9.256.324,392
- BB kg 73,038678 Rp 15.428,050 Rp 1.126.844,376
- PL1 kg 7913,21377 Rp 15.428,050 Rp 122.085.457,766
- PL2 kg 2195,92156 Rp 15.428,050 Rp 33.878.787,624
- PL3 kg 1882,54478 Rp 15.428,050 Rp 29.043.995,055
- PL4 kg 88,775196 Rp 15.428,050 Rp 1.369.628,163
- PL5 kg 619,576056 Rp 15.428,050 Rp 9.558.850,371
- PL7 kg 259,250142 Rp 15.428,050 Rp 3.999.724,153
- PK1 kg 1860,8457 Rp 15.428,050 Rp 28.709.220,502
- PK2 kg 207,7691 Rp 15.428,050 Rp 3.205.472,063
- Pelat Tangga kg 641,031192 Rp 15.428,050 Rp 9.889.861,282
- Pelat Bordes kg 401,1984 Rp 15.428,050 Rp 6.189.708,975
c Pekerjaan Bekisting
- B1X Lt 6 m2 43,3125 Rp 248.389,900 Rp 10.758.387,544
- B1Y Lt 6 m2 43,3125 Rp 248.389,900 Rp 10.758.387,544
- B2X Lt 6 m2 14,765625 Rp 248.389,900 Rp 3.667.632,117
- B2Y Lt 6 m2 10,040625 Rp 248.389,900 Rp 2.493.989,840
256

- BA1X m2 53,82 Rp 248.389,900 Rp 13.368.344,418


- BA2Y m2 1,675 Rp 248.389,900 Rp 416.053,083
- BB m2 4,725 Rp 248.389,900 Rp 1.173.642,278
- PL1 m2 531,36 Rp 241.582,000 Rp 128.367.011,520
- PL2 m2 518,4 Rp 241.582,000 Rp 125.236.108,800
- PL3 m2 103,68 Rp 241.582,000 Rp 25.047.221,760
- PL4 m2 37,44 Rp 241.582,000 Rp 9.044.830,080
- PL5 m2 57,6 Rp 241.582,000 Rp 13.915.123,200
- PL7 m2 28,8 Rp 241.582,000 Rp 6.957.561,600
- Pelat Tangga m2 27,35082 Rp 221.298,000 Rp 6.052.681,764
- Pelat Bordes m2 0,7725 Rp 221.298,000 Rp 170.952,705

Tabel 12.9 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai 7


No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Satuan Pekerjaan Harga Pekerjaan
8 Pekerjaan Struktur Lantai 7 Rp 1.932.878.331,238
a Pekerjaan beton f'c 31,2 Mpa
- Kolom KD Lt 7 m3 44,64 Rp 1.933.950,595 Rp 86.331.554,571
- Kolom KL Lt 7 m3 45,98 Rp 1.933.950,595 Rp 88.923.048,369
- BA1X m3 14,256 Rp 1.933.950,595 Rp 27.570.399,686
- BA2Y m3 0,24 Rp 1.933.950,595 Rp 464.148,143
- PL1 m3 66,42 Rp 1.933.950,595 Rp 128.452.998,536
- PL2 m3 64,8 Rp 1.933.950,595 Rp 125.319.998,571
- PL3 m3 12,96 Rp 1.933.950,595 Rp 25.063.999,714
- PL4 m3 4,68 Rp 1.933.950,595 Rp 9.050.888,786
- PL5 m3 7,2 Rp 1.933.950,595 Rp 13.924.444,286
- PL7 m3 3,6 Rp 1.933.950,595 Rp 6.962.222,143
b Pekerjaan Pembesian
257

- Kolom KD Lt 7 kg 13175,3001 Rp 15.428,050 Rp 203.269.188,399


- Kolom KL Lt 7 kg 12322,7212 Rp 15.428,050 Rp 190.115.558,316
- B1X Lt 7 kg 3780,62203 Rp 15.428,050 Rp 58.327.625,741
- B1Y Lt 7 kg 5247,51902 Rp 15.428,050 Rp 80.958.985,878
- B2X Lt 7 kg 9798,18073 Rp 15.428,050 Rp 151.166.822,134
- B2Y Lt 7 kg 6662,76289 Rp 15.428,050 Rp 102.793.439,051
- B3X Lt 7 kg 736,33416 Rp 15.428,050 Rp 11.360.200,237
- B3Y Lt 7 kg 835,223664 Rp 15.428,050 Rp 12.885.872,449
- B4X Lt 7 kg 251,914224 Rp 15.428,050 Rp 3.886.545,244
- B4Y Lt 7 kg 503,828448 Rp 15.428,050 Rp 7.773.090,487
- BA1X kg 831,921408 Rp 15.428,050 Rp 12.834.925,079
- BA1Y kg 885,415608 Rp 15.428,050 Rp 13.660.236,271
- BA2X kg 94,15755 Rp 15.428,050 Rp 1.452.667,389
- BA2Y kg 94,15755 Rp 15.428,050 Rp 1.452.667,389
- BA3X kg 140,447816 Rp 15.428,050 Rp 2.166.835,928
- BA3Y kg 210,671724 Rp 15.428,050 Rp 3.250.253,891
- BK kg 599,967228 Rp 15.428,050 Rp 9.256.324,392
- PL1 kg 7913,21377 Rp 15.428,050 Rp 122.085.457,766
- PL2 kg 2195,92156 Rp 15.428,050 Rp 33.878.787,624
- PL3 kg 1882,54478 Rp 15.428,050 Rp 29.043.995,055
- PL4 kg 88,775196 Rp 15.428,050 Rp 1.369.628,163
- PL5 kg 619,576056 Rp 15.428,050 Rp 9.558.850,371
- PL7 kg 259,250142 Rp 15.428,050 Rp 3.999.724,153
- PK1 kg 1860,8457 Rp 15.428,050 Rp 28.709.220,502
- PK2 kg 207,7691 Rp 15.428,050 Rp 3.205.472,063
c Pekerjaan Bekisting
- BA1X m2 53,82 Rp 248.389,900 Rp 13.368.344,418
- BA2Y m2 1,675 Rp 248.389,900 Rp 416.053,083
258

- PL1 m2 531,36 Rp 241.582,000 Rp 128.367.011,520


- PL2 m2 518,4 Rp 241.582,000 Rp 125.236.108,800
- PL3 m2 103,68 Rp 241.582,000 Rp 25.047.221,760
- PL4 m2 37,44 Rp 241.582,000 Rp 9.044.830,080
- PL5 m2 57,6 Rp 241.582,000 Rp 13.915.123,200
- PL7 m2 28,8 Rp 241.582,000 Rp 6.957.561,600

Tabel 12.10 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Lantai Atap


No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Satuan Pekerjaan Harga Pekerjaan
9 Pekerjaan Struktur Lantai Atap Rp 1.938.220.876,335
a Pekerjaan beton f'c 31,2 Mpa
- Kolom KD Lt 8 m3 44,64 Rp 1.933.950,595 Rp 86.331.554,571
- Kolom KL Lt 8 m3 45,98 Rp 1.933.950,595 Rp 88.923.048,369
- BA1X m3 14,256 Rp 1.933.950,595 Rp 27.570.399,686
- BA2Y m3 0,24 Rp 1.933.950,595 Rp 464.148,143
- PA1 m3 58,4496 Rp 1.933.950,595 Rp 113.038.638,711
- PA2 m3 57,024 Rp 1.933.950,595 Rp 110.281.598,743
- PA3 m3 11,4048 Rp 1.933.950,595 Rp 22.056.319,749
- PA4 m3 4,1184 Rp 1.933.950,595 Rp 7.964.782,131
- PA5 m3 6,336 Rp 1.933.950,595 Rp 12.253.510,971
- PA6 m3 14,256 Rp 1.933.950,595 Rp 27.570.399,686
b Pekerjaan Pembesian
- Kolom KD Lt 8 kg 12916,8841 Rp 15.428,050 Rp 199.282.333,430
- Kolom KL Lt 8 kg 12114,8422 Rp 15.428,050 Rp 186.908.390,710
- B1X Lt 8 kg 3780,62203 Rp 15.428,050 Rp 58.327.625,741
- B1Y Lt 8 kg 5247,51902 Rp 15.428,050 Rp 80.958.985,878
- B2X Lt 8 kg 9798,18073 Rp 15.428,050 Rp 151.166.822,134
259

- B2Y Lt 8 kg 6662,76289 Rp 15.428,050 Rp 102.793.439,051


- B3X Lt 8 kg 736,33416 Rp 15.428,050 Rp 11.360.200,237
- B3Y Lt 8 kg 835,223664 Rp 15.428,050 Rp 12.885.872,449
- B4X Lt 8 kg 251,914224 Rp 15.428,050 Rp 3.886.545,244
- B4Y Lt 8 kg 503,828448 Rp 15.428,050 Rp 7.773.090,487
- BA1X kg 831,921408 Rp 15.428,050 Rp 12.834.925,079
- BA1Y kg 885,415608 Rp 15.428,050 Rp 13.660.236,271
- BA2X kg 94,15755 Rp 15.428,050 Rp 1.452.667,389
- BA2Y kg 94,15755 Rp 15.428,050 Rp 1.452.667,389
- BA3X kg 140,447816 Rp 15.428,050 Rp 2.166.835,928
- BA3Y kg 210,671724 Rp 15.428,050 Rp 3.250.253,891
- BK kg 94,15755 Rp 15.428,050 Rp 1.452.667,389
- PA1 kg 7913,21377 Rp 15.428,050 Rp 122.085.457,766
- PA2 kg 2195,45264 Rp 15.428,050 Rp 33.871.553,103
- PA3 kg 1882,15978 Rp 15.428,050 Rp 29.038.055,132
- PA4 kg 88,752984 Rp 15.428,050 Rp 1.369.285,475
- PA5 kg 619,442784 Rp 15.428,050 Rp 9.556.794,244
- PA6 kg 752,823936 Rp 15.428,050 Rp 11.614.605,326
- PA7 kg 259,187208 Rp 15.428,050 Rp 3.998.753,204
- PK1 kg 1860,8457 Rp 15.428,050 Rp 28.709.220,502
- PK2 kg 207,7691 Rp 15.428,050 Rp 3.205.472,063
c Pekerjaan Bekisting
- BA1X m2 53,82 Rp 248.389,900 Rp 13.368.344,418
- BA2Y m2 1,675 Rp 248.389,900 Rp 416.053,083
- PA1 m2 531,36 Rp 241.582,000 Rp 128.367.011,520
- PA2 m2 518,4 Rp 241.582,000 Rp 125.236.108,800
- PA3 m2 103,68 Rp 241.582,000 Rp 25.047.221,760
- PA4 m2 37,44 Rp 241.582,000 Rp 9.044.830,080
260

- PA5 m2 57,6 Rp 241.582,000 Rp 13.915.123,200


- PA6 m2 129,6 Rp 241.582,000 Rp 31.309.027,200

Tabel 12.11 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Arsitektur


No. Item Pekerjaan Satuan Volume Harga Satuan Pekerjaan Harga Pekerjaan
C Pekerjaan Arsitektur
1 Pekerjaan Dinding Bata Ringan m2 370,26 Rp 232.922,388 Rp 86.241.843,196
2 Pekerjaan Plesteran Dinding m2 370,26 Rp 85.948,500 Rp 31.823.291,610
3 Pekerjaan Keramik Lantai m2 9005,76 Rp 129.842,350 Rp 1.169.329.041,936
261

12.4 Rekapitulasi Perhitungan Rencana Anggaran Biaya


Adapun untuk rekapitulasi total rencana anggaran biaya dapat dilihat
padahalaman selanjutnya.
262

Tabel 12.12 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya

No Item Pekerjaan Harga Sub Pekerjaan Harga Pekerjaan


A Pekerjaan Persiapan Rp 229.644.635,000
1 Pembersihan Lahan dan Perataan Rp 61.789.200,000
2 Pemasangan Pagar Sementara Seng Gelombang Rp 152.756.752,500
3 Pemasangan Bouwplank Rp 15.098.682,500
B Pekerjaan Struktur Rp 29.761.735.777,280
1 Pekerjaan Struktur Pondasi Rp 11.101.151.937,951
2 Pekerjaan Struktur Lantai 1 Rp 2.902.810.213,341
3 Pekerjaan Struktur Lantai 2 Rp 2.436.047.221,089
4 Pekerjaan Struktur Lantai 3 Rp 2.545.069.127,015
5 Pekerjaan Struktur Lantai 4 Rp 2.351.254.091,668
6 Pekerjaan Struktur Lantai 5 Rp 2.346.563.519,313
7 Pekerjaan Struktur Lantai 6 Rp 2.207.740.459,330
8 Pekerjaan Struktur Lantai 7 Rp 1.932.878.331,238
9 Pekerjaan Struktur Lantai Atap Rp 1.938.220.876,335
C Pekerjaan Arsitektur Rp 118.065.134,806
1 Pekerjaan Dinding Bata Ringan Rp 86.241.843,196
2 Pekerjaan Plesteran Dinding Rp 31.823.291,610
3 Pekerjaan Keramik Lantai Rp 1.169.329.041,936
TOTAL RENCANA ANGGARAN BIAYA PEKERJAAN Rp 30.109.446.000,000
263

12.5 Rencana Kerja dan Syarat Pekerjaan Struktur

BAB1
KETENTUAN
TEKNIS UMUM PEKERJAAN
PASAL 01. URAIAN UMUM
1.1 UMUM
Syarat – syarat ini berisi perincian – perincian mutu kekuatan, syarat –
syarat teknik pasangan / pemasangan dari bahan – bahan atau campuran
bahan – bahan maupun alat – alat atau mesin – mesin kelengkapan
bangunan yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pekerjaan –
pekerjaan proyek ini.
1.2 LINGKUP PEKERJAAN
Scope Pekerjaan yang dilaksanakan Pada Kegiatan ini adalah :
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pekerjaan Persiapan, meliputi pembuatan pagar sementara,
pembersihan lokasi, air kerja, Listrik, pemasangan bowplank,
pembuatan barak kerja, pembuatan direksi keet dan lain-lain
sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
2. Kontraktor wajib melakukan sosialisasi dengan masyarakat
sekitar proyek untuk mencegah terjadinya dampak sosial selama
masa konstruksi. Apabila terjadi dampak sosial, maka
sepenuhnya tanggung jawab kontraktor.
3. Kontraktor wajib mempersiapkan jalan yang dipergunakan
untuk kegiatan pelaksanaan ini, dengan lebar dan kondisi jalan
kerja yang memenuhi syarat untuk lalu lintas kendaraan
konstruksi atau lalu lintas kerja dengan aman.
4. Kontraktor wajib memperbaiki bangunan sekitar yang
mengalami kerusakan akibat kegiatan konstruksi.
B. Penerapan prinsip K3 di proyek sangat perlu diperhatikan dalam
pekerjaan konstruksi. Pelaksana konstruksi harus mengetahui dan
264

menerapkan prinsip-prinsip kerja sesuai ketentuan K3 di lingkungan


proyek.
1. Kelengkapan Administrasi K3 Setiap pelaksanaan pekerjaan
konstruksi wajib memenuhi kelengkapan administrasi K3, yang
bisa dilihat di pedoman peraturan K3.
2. Penyusunan Safety Plan Safety plan adalah rencana pelaksanaan
K3 untuk proyek yang bertujuan agar dalam pelaksanaan
nantinya proyek akan aman dari kecelakaan dan bahaya penyakit
sehingga menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi.
3. Pelaksanaan Kegiatan K3 Penyiapan RK3K terdiri atas:
a. Pembuatan Manual, Prosedur, Instruksi Kerja, Ijin Kerja
Dan Formulir;
b. Pembuatan Kartu Identitas Pekerja (KIP); Sosialisasi dan
Promosi K3 terdiri atas:
c. Induksi K3 (Safety Induction);
d. Pengarahan K3 (safety briefing) : Pertemuan Keselamatan
(Safety Talk dan/atau Tool Box Meeting);
e. Pelatihan K3, Simulasi K3;
f. Spanduk (banner), Poster, Papan Informasi K3.
4. Asuransi dan Perijinan Asuransi Dan Perijinan Terdiri Atas
a. BPJS Ketenagakerjaan Dan Kesehatan Kerja;
b. Surat Ijin Kelaikan Alat;
c. Surat Ijin Operator;
d. Surat Ijin Pengesahan Panitia Pembina Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (P2K3);
5. Personil Personil K3 terdiri atas :
a. Ahli K3 dan/atau Petugas K3;
b. Petugas Tanggap Darurat;
c. Petugas P3K;
d. Petugas Pengatur Lalu Lintas (Flagman);
e. Petugas Medis.
265

6. Perlengkapan dan Peralatan K3 Alat Pelindung Kerja Terdiri


Atas:
a. Jaring Pengaman (Safety Net);
b. Tali Keselamatan (Life Line);
c. Penahan Jatuh (Safety Deck);
d. Pagar Pengaman (Guard Railling);
e. Pembatas Area (Restricted Area).
f. Alat Pelindung Diri Terdiri Atas:
g. Topi Pelindung (Safety Helmet);
h. Pelindung Mata (Goggles, Spectacles);
i. Tameng Muka (Face Shield);
j. Masker Selam (Breathing Apparatus);
k. Pelindung Telinga (Ear Plug, Ear Muff);
l. Pelindung Pernafasan Dan Mulut (Masker);
m. Sarung Tangan (Safety Gloves);
n. Sepatu Keselamatan (Safety Shoes);
o. Penunjang Seluruh Tubuh (Full Body Harness);
p. Jaket Pelampung (Life Vest);
q. Rompi Keselamatan (Safety Vest);
r. Celemek (Apron/Coveralls);
s. Pelindung Jatuh (Fall Arrester);
t. Fasilitas sarana kesehatan
u. Peralatan P3K (Kotak P3K, Tandu, Tabung Oksigen, Obat
Luka, Perban, dll)
v. Ruang P3K (Tempat Tidur Pasien, Stetoskop, Timbangan
Berat Badan,Tensi Meter, dll);
w. Peralatan Pengasapan (Fogging);
x. Obat Pengasapan.
266

Rambu – rambu Terdiri Atas:


a. Rambu Petunjuk;
b. Rambu Larangan;
c. Rambu Peringatan;
d. Rambu Kewajiban;
e. Rambu Informasi;
f. Rambu Pekerjaan Sementara;
g. Tongkat Pengatur Lalu Lintas (Warning Lights Stick);
h. Kerucut Lalu Lintas (Traffic Cone);
i. Lampu Putar (Rotary Lamp);
j. Lampu Selang Lalu Lintas.
Lain- Lain Terkait Pengendalian Risiko K3
a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR);
b. Sirine; Bendera K3;
c. Jalur Evakuasi (Escape Route);
d. Lampu Darurat (Emergency Lamp);
e. Program Inspeksi Dan Audit Internal;
f. Pelaporan dan Penyelidikan Insiden.
C. PEKERJAAN STRUKTUR
1. Pekerjaan Sub Struktur Pondasi Bore Pile
a. Pekerjaan Tanah
b. Pekerjaan Pile Cap
c. Pekerjaan Ground Water Tank
d. Dan pekerjaan lain yang dibutuhkan pada saat pelaksanaan
pek. Pondasi
2. PEKERJAAN UPPER STRUKTUR
a. Pekerjaan Sloof
b. Pekerjaaan Kolom
c. Pekerjaan Balok
d. Pekerjaan Plat Lantai
267

e. Pekerjaan Plat atap beton


f. Pekerjaan Plat Tangga
g. Dan pekerjaan lain yang dibutuhkan pada saat pelaksanaan

PASAL 02. PERSYARATAN ALAT DAN MUTU BAHAN / MATERIAL


Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu lainnya serta pengangkutan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua
pekerjaan beton berikut pembersihannya sesuai yang tercantum dalam gambar, baik
untuk pekerjaan Struktur Bawah maupun Struktur Atas.

2.1 PERATURAN-PERATURAN
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka 304 sebagai dasar
pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut:
1. Tata cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 2847
- 2019).
2. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung (SNI 1726
- 2019).
3. SNI 1727-2020 Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung
dan Struktur lain (adopsi ASCE 7-16)

2.2 KEAHLIAN DAN PERTUKANGAN


1. Pemborong harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan beton
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan, termasuk kekuatan,
toleransi dan penyelesaian.
2. Khusus untuk pekerjaan beton bertulang yang terletak langsung diatas
tanah, harus dibuatkan lantai kerja dari beton tak bertulang setebal
minimum 5 cm atau seperti tercantum pada gambar pelaksanaan.
3. Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-tukang
yang berpengalaman dan mengerti benar akan pekerjaannya.
4. Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mułu yang sesuai
dengan gambar dan spesifikasi struktur.
268

5. Apabila Direksi/ Pengawas Ahli memandang perlu, untuk melaksanakan


pekerjaan-pekerjaan yang sulit dan atau khusus Pemborong harus meminta
nasihat dari tenaga ahli yang ditunjuk Direksi/ Pengawas Ahli atas beban
Pemborong.
2.3 PERSYARATAN BAHAN
1. SEMEN
Semua yang digunakan adalah semen portland lokal yang memenuhi
syarat- syarat dari: Mempunyai sertifikat uji (test sertificate) dari
laboratorium yang disetujui secara tertulis dari Direksi / Pengawas Ahli.
a) Semua yang akan dipakai harus dari satu merk yang sama (tidak
diperkenankan menggunakan bermacam-macam jenis/ merk semen
untuk suatu konstruksi/struktur yang sama), dałam keadaan baru dan
asli, dikirim dałam kantong-kantong semen yang masih disegel dan
tidak pecah.
b) Saat pengangkutan semen harus terlindung dari hujan. Semen harus
diterima dalam sak (kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan
tertutup rapat, dan harus disimpan digudang yang cukup ventilasinya
dan diletakkan pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari
lantai. Sak-sak semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya
melampaui 2 m atau maximum 10 sak. Setiap pengiriman baru harus
ditandai dan dipisahkan, dengan maksud agar pemakaian semen
dilakukan menurut urutan pengirimannya.
c) Untuk semen yang diragukan mutunya dan terdapat kerusakan akibat
salah penyimpanan, dianggap sudah rusak, sudah mulai membatu,
dapat ditolak penggunaannya tanpa melalui test lagi. Bahan yang telah
ditolak harus segera dikeluarkan dari lapangan paling lambat dałam
waktu 2 x 24 jam atas biaya Pemborong.
2. AGGREGAT (AGGREGATES)
Semua pemakaian batu pecah (agregat kasar) dan pasir beton, harus
memenuhi syarat-syarat :
269

a) Bebas dari tanah/tanah liat (tidak bercampur dengan tanah/tanah liat


atau kotoran-kotoran lainnya).
b) Kerikil dan batu pecah (agregat kasar) yang mempunyai ukuran lebih
besar dari 38 mm, untuk penggunaanya harus mendapat persetujuan
tertulis Direksi/ Pengawas Ahli. Gradasi dari agregat-agregat tersebut
secara keseluruhan harus dapat menghasilkan mutu beton yang
diisyaratkan, padat dan mempunyai daya kerja yang baik dengan
semen dan air, dalam proporsi campuran yang akan dipakai.
c) Direksi/ Pengawas Ahli harus meminta kepada Pemborong untuk
mengadakan test kualitas dari agregat-agregat tersebut dari tempat
penimbunan yang ditunjuk oleh Direksi/ Pengawas Ahli, setiap saat
di laboratorium yang disetujui Direksi/ Pengawas Ahli atas biaya
Pemborong.
d) Apabila ada perubahan sumber dari mana agregat tersebut disupply,
maka Pemborong diwajibkan untuk memberitahukan secara tertulis
kepada Direksi/ Pengawas Ahli.
e) Agregat harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras
permukaannya dan dicegah supaya tidak terjadi percampuran dengan
tanah dan terkotori.
3. AIR
Air yang digunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan dilapangan
adalah air bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan
kimia (asam alkali), tulangan, minyak atau lemak dan memenuhi syarat-
syarat Peraturan Beton Indonesia. Air yang mengandung garam (air
laut) sama sekali tidak diperkenankan untuk dipakai.
4. BESI BETON
Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat :
a) Baru, bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak/ karat dan tidak
cacat (retak-retak, mengelupas, luka dan sebagainya).
270

b) Dari jenis baja dengan mutu sesuai yang tercantum dalam gambar
dan bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-
ketentuan Peraturan Beton Indonesia.
c) Mempunyai penampang yang sama rata.
d) Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan-
ketentuan di atas, harus mendapat persetujuan tertulis Perencana
Struktur. Besi beton harus disupply dari satu sumber (manufacture)
dan tidak dibenarkan untuk mencampur adukan bermacam-macam
sumber besi beton tersebut untuk pekerjaan konstruksi.
e) Sebelum mengadakan pemesanan Pemborong harus mengadakan
pengujian mutu besi beton yang akan dipakai, sesuai dengan
petunjuk- petunjuk dari Direksi/ Pengawas Ahli.
f) Barang percobaan diambil di bawah kesaksian Direksi/ Pengawas
Ahli, berjumlah min.3 (tiga) batang untuk tiap-tiap jenis percobaan,
yang diameternya sama dan panjangnya ± 100 cm.
g) Percobaan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat bilamana
dipandang perlu oleh Direksi/ Pengawas Ahli.
Contoh besi beton yang diambil untuk pengujian tanpa kesaksian
Direksi/ Pengawas Ahli tidak diperkenankan sama sekali dan hasil test
yang bersangkutan tidak sah.
a) Semua biaya-biaya percobaan tersebut sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Pemborong.
b) Penggunaan besi beton yang sudah jadi seperti steel wiremesh atau
yang semacam iłu, harus mendapat persertujuan tertulis Perencana
Struktur.
c) Besi beton harus dilengkapi dengan label yang memuat nomor
pengecoran dan tanggal pembuatan, dilampiri juga dengan
sertifikat pabrik yang sesuai untuk besi tersebut.
d) Besi beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kualitasnya
tidak sesuai dengan spesifikasi struktur harus segera dikeluarkan
271

dengan site setelah menerima instruksi tertulis dari Direksi/


Pengawas Ahli, dalam waktu 2 x 24 jam atas biaya Pemborong.
e) Untuk menjamin mułu besi beton, Direksi / Pengawas Ahli
mempunyai wewenang untuk juga meminta Pemborong
melakukan pengujian tambahan untuk setiap pengiriman 5 ton
dengan jumlah 3 (tiga) buah contoh untuk masing-masing diameter
atas biaya Pemborong atau setiap saat apabila Direksi/ Pengawas
Ahli mempunyai keraguan terhadap mułu besi beton yang dikirim.
5. KUALITAS BETON
a) Borepile menggunakan kuat karakteristik beton rencana f'c = 30
MPa, dengan besi tulangan mutu 420 Mpa, besi sesuai dengan
gambar detail.
b) Kolom menggunakan kuat karakteristik beton rencana f'c = 30 MPa,
dengan besi tulangan mutu 385 Mpa, besi sesuai dengan gambar
detail.
c) Balok menggunakan kuat karakteristik beton rencana dengan f'c =
30 MPa, dengan besi tulangan mutu 420 Mpa, besi sesuai dengan
gambar detail.
d) Plat menggunakan kuat karakteristik beton rencana f'c = 30 MPa,
dengan besi tulangan mutu 420 Mpa, besi sesuai dengan gambar
detail
e) Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-
ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Beton Indonesia.
f) Pemborong harus memberikan jaminan atas kemampuannya
membuat kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data
pengalaman pelaksanaan di Iain tempat dan dengan mengadakan
trial-mix di laboraturium.
g) Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji 310 berupa
silinder beton atau kubus beton, menurut ketentuan-ketentuan yang
disebut dalam Peraturan Beton Indonesia, maka pemasukan adukan
272

kedalam cetakan benda uji dilakukan menurut Peraturan Beton


Indonesia tanpa menggunakan penggetar.
Pada masa-masa pembetonan pendahuluan harus dibuat minimum 1
benda uji per 1,5 m3 beton hingga dengan cepat dapat diperoleh 20
benda uji yang pertama. Pengambilan benda uji harus dengan periode
antara yang disesuaikan dengan kecepatan pembetonan.
 Pemborong harus membuat laporan tertulis atas data-data
kualitas beton yang dibuat dengan disahkan oleh Direksi /
Pengawas Ahli dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan
perhitungan tekanan beton karakteristiknya. Laporan tertulis
tersebut harus disertai sertifikat dari laboraturium.
 Setiap akan diadakan pengecoran atau setiap 5 m3, harus
dilakukan pengujian slump (slump test), dengan syarat
minimum 8 cm dan maksimum 12 cm. Cara pengujian sebagai
berikut :  Contoh beton diambil tepat sebelum dituangkan
kedalam cetakan beton (bekisting). Cetakan slump dibasahkan
dan ditempatkan diatas kayu yang rata atau plat beton. Cetakan
diisi sampai kurang lebih sepertiganya. Kemudian adukan
tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi diameter 16 mm
panjang 30 cm dengan ujung yang bulat (seperti peluru). 
Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan
berikutnya. Setiap lapisan ditusuk  tusuk 25 kali dan setiap
tusukan harus masuk 311 dalam satu lapisan yang dibawahnya.
Setelah atasnya diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-
lahan dan diukur penurunannya.  Slump Test dilakukan
dibawah pengawasan Direksi / Pengawas Ahli dan dicatat
secara tertulis.  Rekomendasi slump untuk variasi beton
konstruksi pada keadaan atau kondisi normal :
273

Slump dalam cm
Konstruksi Beton maksimun minimun
Dinding, pelat fondasi dan 12.50 10.00
fondasi telapak bertulang.
Fondasi telapak tidak 9.00 7.50
bertulang, kaison dan
konstruksi di bawah tanah.
Pelat, balok, kolom dan 15.00 12.50
dinding
Pembetonan massal 7.50 7.50
Untuk beton dengan bahan tambahan plasticizer, slump dapat
dinaikkan sampai maksimum 1,5 cm.
274

BAB II
PEKERJAAN STRUKTUR

PASAL 01. PEKERJAAN PERSIAPAN


1.1 PEMBUATAN PAGAR SEMENTARA
Untuk menjaga ketertiban Lingkungan, keamanan material dan tidak
mengganggu aktifitas lingkungan. Perlu dibuat pagar pengaman dengan bahan
pasangan seng rangka kayu menggunakan pondasi setempat. Agar tidak
mengganggu pemandangan dan pantulan sinar matahari pagar harus dicat, tinggi
pagar kurang lebih 180 cm.

1.2 PEMBERSIHAN LOKASI


Sebelum kegiatan pelaksanaan pekerjaan lokasi harus dalam kondisi bersih dari
tumbuhan dan sisa material atau bongkaran.

1.3 PENGADAAN AIR KERJA DAN LISTRIK


Penyedia jasa wajib menyediakan fasilitas air kerja dan listrik sendiri.

1.4 PEMBUATAN GUDANG DAN BARAK KERJA


Pembuatan direksi keet menggunakan bangunan semi permanen berbahan rangka
kayu dengan penutup atap asbes, atau menggunakan material lain yang pada
prinsipnya bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk menunjang kegiatan
pelaksanaan kegiatan pekerjaan direksi keet dilengkapi dengan peralatan
mebeler, papan tulis, dan penerangan. Penempatan direksi keet harus mendapat
ijin dari pihak Pemberi Tugas. Direksi keet harus dilengkapi dengan kelengkapan
sanitasi (KM/WC ).

1.5 PENGUKURAN DAN PEMASANGAN BOWPLANK


Bahan, menggunakan Papan ukuran 2/20 sebelum dipasang papan bagian atas
harus di serut agar betul-betul rata untuk penentuan elevasi, dengan patok ukuran
5/7. Untuk penentuan titik as, elevasi, dan sudut menggunakan alat ukur
275

Theodolit dengan tenaga ahli dalam bidangnya. Titik As ditulis dengan cat warna
merah, titik ini harus tetap terjaga sampai dengan pekerjaan Struktur selesai
apabila mengganggu pekerjaan bisa dipindahkan ke pagar proyek atau diganti
dengan papan petunjuk. Pemasangan Bowplank mengelilingi Bangunan / tidak
dipasang hanya pada as-as saja, Elevasi dan notasi as harus tertulis jelas dengan
huruf balok warna merah pada papan bowplank.

1.6 PERALATAN PENDUKUNG & K3


Peralatan Iain-lain (seperti lift barang, alat berat Iain, dll) untuk mendukung
metode pelaksanaan kontraktor yang tidak disebutkan di BQ merupakan
tanggung jawab kontraktor. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
di lokasi proyek tidak masuk dalam BQ tetapi merupakan tanggung jawab
kontraktor.

PASAL 02. PEKERJAAN TANAH


Yang termasuk pekerjaan galian tanah adalah semua pekerjaan yang berhubungan
dengan pekerjaan tanah meliputi :

2.1 PEKERJAAN GALIAN TANAH


2.1.1 LINGKUP PEKERJAAN
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan  bahan/peralatan-
peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan untuk terlaksananya
pekerjaan ini dengan baik.
b. Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan galian pondasi untuk pekerjaan
sub struktur, seperti yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar atau
sesuai dengan petunjuk Direksi / Konsultan Pengawas.
c. Pembuangan sisa galian yang disetujui Direksi / Konsultan Pengawas
atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi.
2.1.2 SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
a. Kedalaman galian pondasi dan galian-galian lainnya harus sesuai dengan
peil-peil yang tercantum dalam gambar. Semua bekas-bekas pondasi
276

bangunan lama, batu, jaringan jalan/aspal, akar dan pohon-pohon yang


terdapat dibagian galian yang akan dilaksanakan harus dibongkar dan
dibuang.
b. Apabila ternyata terdapat pipa-pipa pembuangan, kabel listrik, telepon
dan Iain-lain yang masih digunakan, maka Penyedia Jasa Konstruksi
harus secepatnya memberitahukan kepada Direksi / Konsultan
Pengawas, atau kepada intansi yang berwenang untuk mendapatkan
petunjuk-petunjuk seperlunya. Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung
jawab atas segala kerusakan-kerusakan sebagai akibat dari pekerjaan
galian tersebut.
c. Dasar dari semua galian harus waterpass, bilamana pada dasar setiap
galian masih terdapat akar-akar tanaman atau bagian-bagian gembur,
maka harus digali keluar sedang lubang- lubang diisi kembali dengan
pasir, disiram dan dipadatkan sehingga mendapatkan kembali dasar yang
waterpas.
d. Apabila terdapat air didasar galian, baik pada waktu penggalian maupun
pada waktu pekerjaan struktur harus disediakan pompa air dengan
kapasitas yang memadai atau pompa lumpur yang diperlukan dapat
bekerja terus menerus, untuk menghindari tergenangnya air lumpur pada
dasar galian.
e. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah
mencapai jumlah tertentu harus segera disingkirkan dari halaman
pekerjaan pada setiap saat yang dianggap perlu dan atas petunjuk Direksi
/ Konsultan Pengawas.
2.2 PEKERJAAN URUGAN DAN PEMADATAN
2.2.1 LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan
alat-alat bantu lainnya yang diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan ini dengan
baik. Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan urugan dan pemadatan kembali untuk
pekerjaan substruktur yang ditunjukkan dalam gambar atau petunjuk Direksi /
Konsultan Pengawas.
277

2.2.2 PERSYARATAN BAHAN


Bahan untuk urugan tersebut dengan menggunakan bahan mendatangkan
dari lokasi lain serta memberikan sample terlebih dahulu sekurang-kurangnya 5 hari
sebelum pelaksanaan pekerjaan dan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.
a. Tanah harus tidak mengandung akar, kotoran seperti puing bekas
bongkaran, bekas dinding bata, beton dan bahan organis lainnya.
b. Tidak mengandung batuan yang lebih besar dari 10 cm.
c. Besarnya nilai plastycity Index (PI) tidak boleh melebihi dari 20 %
Direksi / Konsultan Pengawas akan menolak material yang tidak memenuhi
persyaratan tersebut di atas dan biaya pengambilan contoh yang disetujui baik dari
galian, angkutan dari dan ke arah lokasi menjadi beban penyedia jasa.
2.2.3 SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
a. Terlebih dahulu lapisan atas dikupas dan dipadatkan hingga mencapai 40%
kepadatan maksimum paling sedikit sedalam 15 cm sebelum urugan
dimulai.
b. Pelaksanaan pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal max
tiap-tiap lapisan 20 cm tanah lepas dan dipadatkan dengan stemper, baby
roller minimum 5 ton atau peralatan yang disetujui Oleh direksi dan
konsultan pengawas.
c. Tanah urug yang kering harus dibasahi dengan air, tetapi apabila tanah
sudah mengandung air maka tidak perlu dibasahi kemudian dilakukan
pengilasan atau pemadatan.
d. Pemadatan sebaiknya mencapai 80% kepadatan maksimum dan standar
kepadatan tesebut bisa berubah atas persetujui direksi dan konsultan
pengawas. Pekerjaan pemadatan dianggap cukup, setelah mendapat
persetujan dari Direksi / Konsultan Pengawas.
e. Apabila terdapat gumpalan-gumpalan tanah harus digemburkan dan bahan
tersebut harus dicampur dengan cara menggaruk atau cara sejenisnya
sehingga diperoleh lapisan yang kepadatannya sama
278

f. Setelah pemadatan selesai, sisa urugan tanah harus dipindahkan ketempat


tertentu yang disetujui secara tertulis oleh Direksi / Konsultan Pengawas
atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi.
2.3 PEKERJAAN URUGAN PASIR URUG / SIRTU PADAT
2.3.1 LINGKUP PEKERJAAN
a. Sirtu / pasir urug yang digunakan harus tediri dari butir-butir yang bersih,
tajam dan keras, bebas dari lumpur, tanah lempung, dan lain sebagainya,.
b. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan di atas dan harus dengan persetujuan tertulis dari Direksi /
Konsultan Pengawas.
2.3.3 SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
a. Lapisan sirtu padat dilakukan lapis demi lapis maksimum tiap lapis 5 cm,
hingga mencapai tebal padat yang diisyaratkan dalam gambar.
b. Setiap lapisan sirtu harus diratakan, disiram air dan atau dipadatkan dengan
alat pemadat.
c. Pemadatan harus dilakukan pada kondisi galian yang kering agar dapat
diperoleh hasil kepadatan yang baik.
d. Kondisi yang kering tersebut harus dipertahankan sampai pekerjaan
pemadatan yang bersangkutan selesai dilakukan.
e. Tebal lapisan minimum 10 cm padat atau sesuai yang ditnjukkan dalam
gambar. Pemadatan dengan jenis material sirtu hingga mencapai 90%
kepadatan maksimum.
f. Lapisan pekerjaan diatasnya, dapat dikerjakan bilamana sudah mendapat
persetujuan tertulis dari Direksi / Konsultan Pengawas.

PASAL 03. PEKERJAAN PONDASI BORE PILE


3.1 LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan ini meliputi pekerjaan pengeboran, pembuatan pondasi
tiang beton, beserta semua pekerjaan pendahuluan dan seterusnya, sehingga
tiang-tiang pondasi beton bor sesuai dengan gambar dan spesifikasi.
279

Lingkup pekerjaan juga mencakup pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut


Mobilisasi dan demobilisasi alat-alat bore pile.
 Penyediaan jalan masuk/ keluar yang bebas dari jaringan kabel listrik,
telepon, PAM dan sarana utilitas umum lainnya.
 Pembuatan pagar dan proteksi terhadap bangunan yang ada.
 Melaksanakan pembersihan lapangan dari bangunan / sisa bangunan,
bongkaran bangunan lama termasuk pondasi bangunan lama.
 Stake out titik pondasi.
 Pembuatan direksi keet beserta isinya sesuai gambar terlampir.
 Pengeboran, fabrikasi dan pengecoran tiang pondasi bor (cast in place).
 Pengelolaan lumpur berikut pembersihan setelah pelaksanaan.
 PDA (Pile Dinamic Analyzer), adalah pelaksanaan test/ uji pembebanan
secara dinamis. Untuk melakukan pekerjaan pondasi bore pile ini harus
dilaksanakan oleh perusahaan kontraktor spesialis pondasi tiang bor (bore
pile) yang memiliki pengalaman, kemampuan serta peralatan yang memadai
dengan menunjukkan referensi pekerjaan selama 3 (tiga) tahun terakhir.
Kontraktor harus mempresentasikan terlebih dahulu metode pelaksanaan
pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan Direksi / Pengawas Ahli.

3.2 PERSYARATAN BAHAN


Syarat-syarat bahan beton, besi tulangan termasuk pengetesan mutunya harus
sesuai dengan spesifikasinya seperti diatur pada pasal "Pekerjaan Beton
Bertulang", kecuali jika ditentukan lain dalam pasal ini. Untuk keseluruhan mutu
bahan tiang pondasi bor adalah sbb.
 Beton menggunakan mutu fc' = 30 Mpa
 Besi tulangan ulir (BJTD) menggunakan mutu fy = 420 Mpa
 Besi tulangan polos (BJTP) menggunakan mutu fy = 385 Mpa
280

3.3 PERSYARATAN ALAT BOR


 Pemborong harus menyediakan alat bor lengkap dengan pipa tremy dengan
jumlah yang cukup secara serempak sedemikian sehingga Time Schedule
yang ditentukan bisa tercapai.
 Semua peralatan yang berhubungan dengan pekerjaan pembuatan pondasi
tiang bor, seperti crane bor, pipa tremy, pompa beton dan lain-lain, harus
dalam kondisi baik serta memadai untuk pekerjaan ini.
 Bila ada persyaratan yang khusus dalam pekerjaan pembuatan pondasi tiang
bor ini maka harus dijelaskan pada waktu memasukkan penawaran.
Persyaratan-persyaratan harus dibuat secara khusus/ spesifik dan tidak
secara umum, karena pihak Pemborong dianggap sudah tahu mengenai cara
pelaksanaan pembuatan pondasi tiang bor.
 Pemborong harus menyediakan peralatan-peralatan khusus yang dibutuhkan
dalam pembuatan pondasi tiang bor sesuai dengan spesifikasi yang sudah
ditentukan.
 Semua pemeriksaan dan pengujian seperti yang telah disyaratkan dalam
peraturan dan syarat spesifikasi dalam dokumen teknis ini harus benar-benar
dituruti oleh 320 pelaksana pekerjaan.
 Kerusakan kecil pada peralatan harus diperbaiki didalam lokasi/ site
bilamana mungkin. Bila terpaksa dilakukan pemindahan paralatan guna
perbaikan kerusakan, maka Pemborong harus dapat membawa peralatan
penggantinya ke lokasi/ site sebelum yang rusak dibawa pergi dan mendapat
persetujuan tertulis dari Direksi/ Pengawas Ahli.
3.4 KEADAAN TANAH / SOIL DATA
 Informasi dan data yang diperoleh dari Penyelidikan Tanah (Soi/
Investigation) dan informasi tentang tipe strata tanah (soi/ properties) yang
akan dijumpai dilahan dapat diminta dari pihak Direksi/ Pengawas Ahli.
 Apabila Pemborong ingin mendapatkan tambahan data mengenai keadaan
tanah tersebut, maka Pemborong boleh mengadakan penyelidikan tanah
tambahan atas biaya sendiri.
281

3.5 IZIN PELAKSANAAN DAN KEBISINGAN


Pemborong harus memastikan bahwa bangunan-bangunan sekeliling,
pekerjaan- pekerjaan yang sedang berjalan dan tetangga yang langsung
berdekatan tidak mengalami gangguan kebisingan dan getaran yang mungkin
dapat ditimbulkan oleh alat bore pile. Pemborong harus menanyakan kepada
Direksi/ Pengawas Ahli dan atau Pemerintah setempat untuk mengetahui
apakah metoda kerja yang diusulkannya dapat diterima. Pemborong juga harus
meminta penjelasan dari Pemerintah setempat dan lingkungan sekitar, tentang.
 Jam-jam kerja yang diizinkan.
 Tingkat kebisingan maximum yang boleh ditimbulkan dari site.

3.6 PERSYARATAN PELAKSANAAN


a. STAKE OUT / PENENTUAN TITIK-TITIK PONDASI TIANG BOR
 Pemborong harus bertanggung jawab terhadap pemasangan patok-
patok ukur untuk menetapkan kedudukan pondasi tiang bor baik
vertical maupun horizontal terlebih dahulu dan harus mendapatkan
persetujuan dari pihak Direksi/ Pengawas Ahli secara tertulis sebelum
dimulainya pekerjaan pengeboran.
 Kedudukan/ posisi dari tiap-tiap tiang bor harus ditandai dengan patok
bergaris tengah 80 mm dengan panjang 450 mm yang ditancapkan pada
tanah, dan harus dijaga terhadap kemungkinan bergesernya patok-
patok tersebut sampai dengan waktu pelaksanaan pengeboran
dilaksanakan.
 Pada bagian atas patok sepanjang 150 mm harus dicat dengan warna
yang mudah terlihat (mencolok).
 Stake Out harus dilakukan oleh surveyor-surveyor yang berpengalaman
dengan menggunakan alat ukur/ theodolith terkalibrasi dan bukan
dengan cara manual.
 Surveyor-surveyor tersebut berikut alat ukurnya harus selalu berada
dilapangan sepanjang pelaksanaan pekerjaan khususnya untuk mendata
282

tiang-tiang yang sudah selesai dikerjakan dari segi deviasi dan tata
letak/ kedudukan.
b. PELAKSANAAN PONDASI BORE PILE (DRY BORING SYSTEM)
 Metode kerja yang akan digunakan harus dimintakan persetujuan
Direksi/ Pengawas Ahli. Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus
membuat shop drawing dan meminta ijin pelaksanaan pekerjaan
pengeboran kepada Direksi/ Pengawas Ahli.
 Pengeboran dilaksanakan pada titik-titik yang telah ditentukan. Untuk
mendapatkan kedudukan titik-titik tersebut terlebih dahulu harus
dilakukan uitzet dengan persetujuan Direksi/ Pengawas Ahli.
 Ketelitian letak dan tegak lurusnya tiang bor harus presisi dengan
toleransi ketepatan posisi letak tiang adalah 7 1 /2 cm dan toleransi
tegak lurus 1/75 — 1/50.
 Pelaksanaan pengeboran dilakukan dengan urutan dan arah dari
belakang menuju kedepan untuk menghindari kerusakan lahan yang
ada.
 Untuk mengantisipasi terjadinya kelongsoran dipermukaan,
pelaksanaan pekerjaan pengeboran harus menggunakan bantuan
temporary casing permukaan dengan panjang yang disesuaikan dengan
kebutuhannya, dalam hal ini kontraktor pelaksana dapat menanyakan
mengenai kondisi tanah kepada Direksi/ Pengawas Ahli, tentang data
tanah dari hasil pengujian.
 Penggunaan larutan Bentonite pada kasus khusus, seperti tanah pasir
lepas harus dikerjakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman, dengan
persetujuan Direksi/ Pengawas Ahli.
 Penentuan kedalaman sesungguhnya tiang harus ditentukan oleh site
soil engineer yang ahli dan berpengalaman. Kondisi dasar lubang harus
diperiksa. - Pengeboran dilaksanakan dengan menggunakan mata bor
auger/ bucket yang disesuaikan dengan kondisi tanah di lapangan.
Setelah pengeboran mencapai kedalaman rencana, maka casing dapat
283

dimasukkan secara perlahan. - Cara memasukkan casing hanya


menggunakan gaya gravitasi.
 Selama pelaksanaan pekerjaan pengeboran, ke dalam lubang bor harus
selalu dialirkan air. - Pada waktu Pengeboran, posisi mata bor maupun
casing harus benar-benar dalam keadaan vertikal, dan pada akhir
pengeboran posisi mata bor harus selalu diperiksa terhadap posisi
rencana maupun kemiringannya.
 Pengeboran selanjutnya dilaksanakan hingga mencapai kedalaman
rencana.
 Setelah mencapai kedalaman rencana, dilakukan pembersihan terhadap
sisa-sisa material yang jatuh kedalam lubang bor maupun sisa lumpur
dengan menggunakan bucket cleaning sampai benar-benar bersih.
 Pengecekan kedalaman lubang bor maupun kebersihannya harus
diketahui dan disetujui oleh Direksi/ Pengawas Ahli.
 Secara bersamaan dengan pelaksanaan pengeboran, fabrikasi
pembesian tulangan bor dapat dilaksanakan sehingga proses
pengeboran selesai pembesian dapat segera dimasukkan ke dalam
lubang bor.
 Rangkaian besi yang telah selesai, dimasukkan ke dalam lubang bor.
Rangkaian pembesian ini harus diketahui dan disetujui oleh Direksi/
Pengawas Ahli. Rangkaian besi pada ujung bawah maupun sambungan
tidak boleh dibentuk kait.
 Untuk keperluan pengecoran, digunakan pipa tremy Ø 8 inchi yang
dimasukkan ke dalam lubang hingga 50 cm di atas dasar lubang bor.
 Pengecoran dilaksanakan segera setelah pembesian dan pipa tremy
dimasukkan ke dalam lubang. Beton yang digunakan harus mempunyai
slump minimal 16 cm yang sebelumnya telah dilakukan slump test yang
disetujui oleh Direksi/ Pengawas Ahli. Pada saat pengecoran
dilaksanakan, pipa tremy diangkat perlahan sambil dikocok dengan
tujuan untuk menghindari segregasi agregat.
284

 Pengecoran dilaksanakan sampai level rencana dan dilakukan secara


kontinyu (tidak boleh terputus). Casing dicabut secara perlahan-lahan
setelah pengecoran mencapai permukaan (hampir selesai).

3.7 PENGELOLAAN LUMPUR AKIBAT PENGEBORAN


 Kontraktor harus membuat alur sirkulasi/ drainase yang diperuntukkan
sebagai media aliran lumpur dari hasil pengeboran ke tempat
penampungan lumpur sementara (kolam lumpur), sehingga kondisi site
benar-benar bebas dari ceceran lumpur sampai dengan waktu tertentu,
sehingga lumpur padat dapat dibuang ke luar site.
 Kontraktor juga harus membuat sistem pembersihan ban dari roda truck-
truck yang mengangkut lumpur untuk menghindari tercecernya lumpur di
lingkungan proyek pada saat proses pembuangan.
 Tempat kolam lumpur, pembersihan ban roda truck maupun lokasi
pembuangan lumpur disesuaikan kondisi lapangan atau sesuai petunjuk
Direksi/ Pengawas Ahli.

3.8 PDA / DLTTEST ( DYNAMIC LOAD TEST)


DLT adalah salah satu metode pembebanan dinamis untuk mengevaluasi
kapasitas aktual daya dukung pondasi tiang terpasang. Pengujian dilaksanakan
sesuai ASTM D-4945 dengan menggunakan beban drop hammer yang
dimodifikasi dari blok beton, dimana gelombang pantul yang diberikan oleh
reaksi tanah akibat daya dukung ujung dan gesek akan memberikan kapasitas
dukung yang dimobilisir. DLT dilakukan dengan memasang dua buah sensor
pada Sisi tiang dengan posisi saling berhadapan (diametral) dekat kepala tiang.
Pada pengujian ini transducer diletakkan dengan jarak ± 1.20 m dari kepala
tiang. Kedua sensor tersebut berfungsi ganda masing-masing menerima
perubahan percepatan dan regangan. Gelombang tekan akan merambat dari
kepala tiang ke ujung tiang. Setelah itu gelombang tersebut akan dipantulkan
menuju kepala tiang dan ditangkap oleh sensor Gelombang yang ditangkap
oleh sensor otomatis akan disimpan oleh komputer. Signal yang terekam
285

dianalisa dengan menggunakan program FPDS-5 (Foundation Pile System-5)


dari TNO Building And Construction Research, The Netherlands. Kontraktor
pelaksana harus mempresentasikan terlebih dahulu metode kerja dari
LOADING test ke pihak Direksi/ Pengawas Ahli, dan untuk peralatan yang
akan digunakan kontraktor harus menunjukkan sertifikat kalibrasi yang
terakhir. Jumlah LOADING test ditetapkan 2 (dua) buah tiang pondasi terpakai
(Used Pile) untuk masing-masing diameter tiang.
3.9 PROSEDUR PENGETESAN
 Peralatan untuk pengetesan daya dukung tiang
 Peralatan untuk mengukur perkiraan penurunan
 Laporan hasil testing / pengujian
 Sedangkan Laporan mengenai hasil pengujian Loading Test harus
mencakup hal-hal sebagai berikut:
 Nomor Referensi Tiang.
 Kedalaman ujung tiang.
 Nomor referensi lubang pemboran penyelidikan tanah terdekat.
 Tanggal pengecoran tiang.
 Mutu beton tiang
 Data tentang lapisan pendukung yang dapat diperkirakan.
 Beban kerja yang disyaratkan untuk tiang.
 Grafik beban atau kecepatan rambat gelombang
- Daya dukung selimut (dari data pengujian).  Daya dukung ujung (dari
data pengujian).
 Daya dukung termobilisir (dari data pengujian).
 Settlement total pada ujung tiang akibat beban kerja (dari data pengujian).
 Settlement sisa pada ujung tiang akibat beban kerja (dari data pengujian).
 Faktor keamanan terhadap kegagalan geser umum (dari data pengujian).
 Faktor keamanan terhadap settlement sisa tertentu (dari data pengujian).
286

 Laporan teknis Loading Test berikut evaluasi dan rekomendasinya hanya


dapat diterima apabila ditandatangani oleh seorang Soil Engineer yang
berpengalaman atas biaya Pemborong (1 asli dan 3 copy).

3.10 PEKERJAAN PILE CAP


Pembuatan Pile Cap dengan mutu beton fc’ 30 MPa READYMIX dengan
besi tulangan mutu 420 Mpa, besi sesuai dengan gambar detail. Sebelum
membuat Pile Cap terlebih dahulu diadakan pekerjaan urugan tanah dan
dibuat lantai kerja dengan ketebalan sesuai gambar rencana. yang termasuk
pekerjaan ini ialah :
 Pekerjaan Galian
 Urugan pasir
 Lantai Kerja
 Cor Beton Bertulang Footplat untuk dimensi dan detail penulangannya
bisa dilihat pada gambar rencana

PASAL 04. PEKERJAAN CETAKAN DAN PERANCAH


4.1 UMUM
PERSYARATAN UMUM
Kecuali ditentukan lain pada gambar atau seperti terperinci disini, Cetakan
dan Perancah untuk pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan dalam
PBI-1971, SNI  2, ACI 347, ACI 301, ACI 318. Kontraktor harus terlebih
dahulu mengajukan perhitungan-perhitungan serta gambar-gambar
rancangan cetakan dan perancah untuk mendapatkan persetujuan Direksi
Lapangan sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan. Dalam gambar-gambar
tersebut harus secara jelas terlihat konstruksi cetakan/acuan, sambungan-
sambungan serta kedudukan serta sistem rangkanya, pemindahan dari
cetakan serta perlengkapan untuk struktur yang aman.
287

LINGKUP PEKERJAAN
1. Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk Bab ini termasuk perancangan,
pelaksanaan dan pembongkaran dari semua cetakan beton serta
penunjang untuk semua beton cor.
2. Pekerjaan yang berhubungan  Pekerjaan Pembesian  Pekerjaan Beton
REFERENSI-REFERENSI
Pekerjaan yang terdapat pada bab ini, kecuali ditentukan lain pada gambar
atau diperinci berikut, harus mengikuti peraturan-peraturan, standard-
standard atau spesifikasi terakhir sebagai berikut :
1. PBI-1971 NI-2 Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971
2. SII Standard Industri Indonesia
3. ACI-301 Specification for Structural Concrete Building
4. ACI-318 Building Code Requirement for Reinforced Concrete
5. ACI-347 Recommended Practice for Concrete Formwork.
PENYERAHAN
Penyerahan-penyerahan berikut harus dilakukan oleh ”Kontraktor” sesuai
dengan jadwal yang telah disetujui untuk penyerahannya dengan segera,
untuk menghindari keterlambatan dalam pekerjaannya sendiri maupun dari
kontraktor lain.
1. KUALIFIKASI MANDOR CETAKAN BETON (FORMWORK
FOREMAN)
”Kontraktor" harus mempekerjakan mandor untuk cetakan beton yang
berpengalaman dalam hal cetakan beton. Kwalifikasi dari mandor harus
diserahkan kepada Direksi Lapangan untuk diperiksa dan disetujui,
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum memulai pekerjaan.
2. DATA PABRIK Data pabrik tentang bahan-bahan harus diserahkan
oleh ”Kontraktor” kepada Direksi Lapangan dalam waktu 7 hari kerja
setelah "Kontraktor" menerima surat perintah kerja, juga harus
diserahkan instruksi pemasangan untuk kepentingan bahan-bahan dari
lapisan- lapisan, pengikat-pengikat, dan asesoris serta sistem cetakan
dari pabrik bila dipakai.
288

3. GAMBAR KERJA Perhatikan sistem cetakan beton seperti pengaturan


perkuatan dan penunjang, metode dari kelurusan cetakan, mutu dari
semua bahan- bahan cetakan, sirkulasi cetakan. Gambar kerja harus
diserahkan kepada Direksi Lapangan sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari
kerja sebelum pelaksanaan, untuk diperiksa.
4. CONTOH Lengkapi cetakan dengan ”cone” untuk mengencangkan
cetakan.
4.2 BAHAN-BAHAN/PRODUK
Bahan-bahan dan perlengkapan harus disediakan sesuai keperluan untuk
cetakan dan penunjang pekerjaan, juga untuk menghasilkan jenis penyelesaian
permukaan beton seperti terlihat dan terperinci.
PERANCANGAN PERANCAH
1. DEFINISI PERANCAH Perancah adalah konstruksi yang
mendukung acuan dan beton yang belum mengeras. Kontraktor harus
mengajukan rancangan perhitungan dan gambar perancah tersebut
untuk disetujui oleh Direksi Lapangan. Segala biaya yang perlu
sehubungan dengan perancangan perancah dan pengerjaannya harus
sudah tercakup dalam perhitungan biaya untuk harga satuan perancah.
2. PERANCANGAN/DESAIN
 Perancangan/desain dari acuan dan perancah harus dilakukan
oleh tenaga ahli resmi yang bertanggungjawab penuh kepada
kontraktor
 Beban-beban untuk perancangan perancah harus didasarkan pada
ketentuan ACI-347.
 Perancah dan acuan harus dirancang terhadap beban dari beton
waktu masih basah, beban-beban akibat pelaksanaan dan getaran
dari alat penggetar. Penunjang  penunjang yang sepadan untuk
penggetar dari luar, bila digunakan harus ditanaKonsultan
Pengawasan kedalam acuan dan diperhitungkan baik-baik dan
menjamin bahwa distribusi getaran-getaran tertampung pada
cetakan tanpa konsentrasi berlebihan.
289

3. CETAKAN UNTUK PERMUKAAN BETON EKSPOSE.


1. Cetakan Plastic-faced Plywood (Penyelesaian Halus dan
Penyelesaian dengan Cat/Smooth Finish and Painted Finish)
Gunakan potongan/lembaran utuh. Pola sambungan dan pola
pengikat harus seragam dan simetris. Setiap sambungan antara
bidang panel ataupun sudut maupun pertemuan-pertemuan
bidang, harus disetujui dahulu oleh Direksi Lapangan untuk pola
sambungannya.
2. Cetakan sambungan panel untuk sambungan beton ekspose antara
panel-panel cetakan harus dikencangkan untuk mencegah
kebocoran dari grout (penyuntikan air semen) atau butir-butir
halus dan harus diperkuat dengan rangka penunjang untuk
mempertahankan permukaanpermukaan yang berhubungan
dengan panelpanel yang bersebelahan pada bidang yang sama.
Gunakan bahan penyambung cetakan antara beton ekspose yang
diperkeras dengan panel-panel cetakan untuk mencegah
kebocoran dari grout atau butir-butir halus dari adukan beton baru
ke permukaan campuran beton sebelumnya. Tambahan pada
cetakan tidak diijinkan.
4. PENYELESAIAN BETON DENGAN CETAKAN PAPAN
1. Cetakan dengan jenis ini (papan) harus terdiri dari papan-papan
yang kering dioven dengan lebar nominal 20 cm dan tebal min.
2.5 cm Semua papan harus bebas dari mata kayu yang besar,
takikan, goncangan kuat, lubang-lubang dan perlemahan-
perlemahan lain yang serupa.
2. Denah dasar dari papan haruslah tegak seperti tercantum pada
gambar. Cetakan dari papan haruslah penuh setinggi kolom-
kolom, dinding dan permukaanpermukaan pada bidang yang sama
tanpa sambungan mendatar dengan sambungan ujung yang terjadi
hanya pada sudutsudut dan perubahan bidang
290

3. Lengkapi dengan penunjang plywood melewati cetakan papan


untuk stabilitas dan untuk mencegah lepas/terurainya adukan.
Cetakan papan harus dikencangkan pada penunjang plywood
dengan kondisi akhir dari paku yang ditanam tidak terlihat. Pola
dari paku harus seragam dan tetap seperti disetujui oleh Direksi
Lapangan.
5. CETAKAN UNTUK BETON TERLINDUNG (UNEXPOSED
CONCRETE)
1. Cetakan untuk beton terlindung haruslah dari logam (metal),
plywood atau bahan lain yang disetujui, bebas dari lubang-lubang
atau mata kayu yang besar. Kayu harus dilapis setidak-tidaknya
pada satu Sisi dan kedua ujungnya.
2. Lengkapi dengan permukaan kasar yang memadai untuk
memperoleh rekatan dimana beton diindikasikan menerima
seluruh ketebalan plesteran.
6. PERANCAH
Penunjang dan Penyokong (Studs, Wales and Supports) Kontraktor
harus bertanggung jawab, bahwa perancah, penunjang dan penyokong
adalah stabil dan mampu menahan semua beban hidup dan beban
pelaksanaan.
7. ALUR KAYU Jalur kayu diperlukan untuk membentuk sambungan
jalur dan chamfer.
8. MELAPIS CETAKAN
1. Melapis cetakan untuk memperoleh penyelesaian beton yang
halus, harus tanpa urat kayu dan noda, yang tidak akan
meninggalkan sisasisa/ bekas pada permukaan beton atau efek
yang merugikan bagi rekatan dari cat, plester, mortar atau bahan
penyelesaian lainnya yang akan dipakai untuk permukaan beton.
2. Bila dipakai cetakan dari besi, lengkapi cetakan dengan form-oil
(bahan untuk melepaskan beton) dari pabrik khusus untuk cetakan
291

dari besi. Pakai lapisan sesuai dengan spesifikasi perusahaan


sebelum tulangan dipasang atau sebelum cetakan dipasang.
9. PENGIKAT CETAKAN
1. Pengikat cetakan haruslah batang-batang yang dibuat di pabrik
atau jenis jalur pelat, atau model yang dapat dilepas dengan ulir,
dengan kapasitas tarik yang cukup dan ditempatkan sedemikian
sehingga menahan semua beban hidup dari pengecoran beton
basah dan mempunyai penahan bagian luar dari luasan perletakan
yang memadai.
2. Untuk beton-beton yang umum, penempatannya menurut
pendapat Direksi Lapangan.
3. Pengikat untuk dipakai pada beton dengan permukaan yang
diekspose, harus dari jenis dengan kerucut (cone snap off type).
Kemiringan kerucut haruslah 2.5 cm maximum diameter pada
permukaan beton dengan 3.8 cm tebal/tingginya ke pengencang
sambungan. Pengikat haruslah lurus ke dua arah baik mendatar
maupun tegak di dalam cetakan seperti
terlihat pada gambar atau seperti disetujui oleh Direksi Lapangan.
10. PENYISIPAN BESI
Penanaman/penyisipan besi untuk angkur dari bahan lain atau
peralatan pada pelaksanaan beton haruslah dilengkapi seperti
diperlukan pada pekerjaan.
1. Penanaman/Penyisipan Benda-benda Terulir. Penanaman jenis
ini haruslah seperti telah disetujui oleh Direksi Lapangan.
2. Pemasangan langit-langit (ceiling). Pemasangan langit-langit
untuk angkur penggantung penahan penggantung langit-langit,
konstruksi penggantung haruslah digalvani, atau type yang
diijinkan oleh Direksi Lapangan.
3. Pengunci Model Ekor Burung. Pengunci model ekor burung
haruslah dari besi dengan galvani yang lebih baik/tebal, dibentuk
untuk menerima angkur ekor burung dari besi seperti
292

dispesifikasikan. Pengunci harus diisi dengan bahan pengisi yang


mudah dipindahkan untuk mengeluarkan gangguan dari
mortar/adukan.
11. PENGIRIMAN DAN PENYIMPANAN BAHAN
Bahan cetakan harus dikirim ke lapangan sedemikian jauhnya agar
praktis penggunaannya, dan harus secara hati-hati ditumpuk dengan
rapi di tanah dalam cara memberi kesempatan untuk pengeringan
udara (alamiah).

PELAKSANAAN UMUM
Perancah harus merupakan suatu konstruksi yang kuat, kokoh dan terhindar
dari bahaya kemiringan dan penurunan, sedangkan konstruksinya sendiri
harus juga kokoh terhadap pembebanan yang akan ditanggungnya,
termasuk gaya-gaya prategang dan gaya-gaya sentuhan yang mungkin ada.
Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat Langkah-langkah
persiapan yang perlu sehubungan dengan lendutan perancah akibat gaya
yang bekerja padanya sedemikian rupa hingga pada akhir pekerjaan beton,
permukaan dan bentuk konstruksi beton sesuai dengan kedudukan (peil) dan
bentuk yang seharusnya. Perancah harus dibuat dari baja atau kayu yang
bermutu baik dan tidak mudah lapuk. Pemakaian bambu untuk hal ini tidak
diperbolehkan. Bila perancah itu sebelum atau selama pekerjaan pengecoran
beton berlangsung menunjukan tanda-tanda penurunan > 10 mm sehingga
menurut pendapat Direksi Lapangan hal ini akan menyebabkan kedudukan
(peil) akhir sesuai dengan gambar rancangan tidak akan dapat dicapai atau
dapat membahayakan dari segi konstruksi, maka Direksi Lapangan dapat
memerintahkan untuk membongkar pekerjaan beton yang sudah
dilaksanakan dan mengharuskan kontraktor untuk memperkuat perancah
tersebut sehingga dianggap cukup kuat. Biaya sehubungan dengan itu
sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor. Gambar rancangan perancah
dan sistem pondasinya atau sistem lainnya secara detail (termasuk
perhitungannya) harus diserahkan kepada Direksi Lapangan untuk disetujui
293

dan pekerjaan pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum gambar


tersebut disetujui. Perancah harus diperiksa secara rutin sementara
pengecoran beton berlangsung untuk melihat bahwa tidak ada perubahan
elevasi, kemiringan ataupun ruang/rongga. Bila selama pelaksanaan
didapati perlemahan yang berkembang dan pekerjaan perancah
memperlihatkan penurunan atau perubahan bentuk, pekerjaan harus
dihentikan, diberlakukan pembongkaran bila kerusakan permanen, dan
perancah diperkuat seperlunya untuk mengurangi penurunan atau
perubahan bentuk yang lebih jauh. Pada saat pengecoran, pelaksana dan
surveyor harus memantau terus menerus agar bisa dicegah penyimpangan-
penyimpangan yang mungkin ada. Rancangan perancah dan cetakan
sedemikian untuk kemudahan pembongkaran untuk mengeliminasi
kerusakan pada beton apabila cetakan & perancah dibongkar. Aturlah
cetakan untuk dapat membongkar tanpa memindahkan penunjang utama
dimana diperlukan untuk disisakan pada waktu pengecoran.
1. PEMASANGAN
Perancah dan cetakan harus sesuai dengan dimensi, kelurusan dan
kemiringan dari beton seperti yang ditunjukkan pada gambar;
dilengkapi untuk bukaan (openings), celah-celah, pengunduran
(recesses), chamfers dan proyeksiproyeksi seperti diperlukan. Cetakan-
cetakan harus dibuat dari bahan dengan kelembaban rendah, kedap air
dan dikencangkan secukupnya dan diperkuat untuk mempertahankan
posisi dan kemiringan serta mencegah tekuk dan lendutan antara
penunjang-penunjang cetakan. Pekerjaan denah harus tepat sesuai
dengan gambar dan kontraktor bertanggung jawab untuk lokasi yang
benar. Garis bantu yang diperlukan untuk menentukan lokasi yang tepat
dari cetakan, haruslah jelas, sehingga memudahkan untuk pemeriksaan.
Semua sambungan/pertemuan beton ekspose harus selaras dan segaris
baik pada arah mendatar maupun tegak, termasuk sambungan-
sambungan konstruksi kecuali seperti diperlihatkan lain pada gambar.
Toleransi untuk beton secara umum harus sesuai PBI-71 atau ACI 347-
294

78.3.3.1, Tolerances for Reinforced Concrete Building. Cetakan harus


menghasilkan jaringan permukaan yang seragam pada permukaan
beton yang diekspose. Pembuatan cetakan haruslah sedemikian rupa
sehingga pada waktu pembongkaran tidak mengalami kerusakan pada
permukaan. Kolom-kolom sudah boleh dipasang cetakannya dan dicor
(hanya sampai tepi bawah dari balok diatasnya) segera setelah
penunjang dari pelat lantai mencapai kekuatannya sendiri.
Bagaimanapun, jangan ada pelat atau balok yang dicetak atau dicor
sebelum balok lantai dibawahnya bekerja penuh. Pada waktu
pemasangan rangka konstruksi beton bertulang, Kontraktor harus
benar-benar yakin bahwa tidak ada bagian dari batang tegak yang
mempunyai "plumbness"/kemiringan lebih atau kurang dari 10 mm,
yang dibuktikan dengan data dari surveyor yang diserahkan sebelum
pengecoran.
2. PENGIKAT CETAKAN
Pengikat cetakan harus dipasang pada jarak tertentu untuk ketepatannya
memegang/menahan cetakan selama pengecoran beton dan untuk
menahan berat serta tekanan dari beton basah.
3. CHAMFERS
Garis/lajur chamfers haruslah hanya dimana ditunjukkan pada gambar
- gambar arsitek saja.
4. BAHAN UNTUK MELEPAS BETON (RELEASE AGENT)
Lapisilah cetakan dengan bahan untuk pelepas beton sebelum besi
tulangan dipasang. Buanglah kelebihan dari bahan pelepas sehingga
cukup membuat permukaan dari cetakan sekedar berminyak bila beton
maupun pada pertemuan beton yang diperkeras dimana beton basah
akan dicor/dituangkan. Jangan memakai bahan pelepas dimana
permukaan beton dijadwalkan untuk menerima penyelesaian khusus
dan/atau pakailah penutup dimana dimungkinkan.
295

5. PEKERJAAN SAMBUNGAN
Untuk mencegah kebocoran oleh celah-celah dan lubang-lubang pada
cetakan beton ekspose, perlu dilengkapi dengan gasket, Plug, ataupun
caulk joints. Cetakan sambungan-sambungan hanya diijinkan dimana
terlihat pada gambar kerja. Dimana memungkinkan, tempatkan
sambungan ditempat yang tersembunyi. Laksanakan perawatan
sambungan dalam 24 jam setelah jadwal pengecoran.
6. PEMBERSIHAN
Untuk beton pada umumnya (termasuk cetakan untuk permukaan
terlindung dari beton yang dicat). Lengkapi dengan lubang-lubang
untuk pembersihan secukupnya pada bagian bawah dari cetakan-
cetakan dinding dan pada titik-titik lain dimana diperlukan untuk
fasilitas pembersihan dan pemeriksaan dari bagian dalam dari cetakan
utama untuk pengecoran beton. Lokasi/tempat dari bukan pembersihan
berdasar kepada persetujuan Direksi Lapangan. Untuk beton ekspose
sama dengan beton pada umumnya, kecuali bahwa pembersihan pada
lubang  lubang tidak diijinkan pada cetakan beton ekspose untuk
permukaan ekspose tanpa persetujuan Direksi Lapangan. Dimana
cetakan-cetakan mengelilingi suatu potongan beton ekspose dengan
permukaan ekspose pada dua sisinya, harus disiapkan cetakan yang
bagian-bagiannya dapat dilepas sepenuhnya seperti disetujui oleh
Direksi Lapangan. Memasang jendelaı bila pemasangan jendela pada
cetakan untuk beton ekspose, lokasi harus disetujui oleh Direksi
Lapangan. Perancah; batang-batang perkuatan penyangga cetakan
harus memadai sesuai dengan metoda perancah. Pemeriksaan perancah
secara sering harus dilakukan selama operasi pengecoran sampai
dengan pembongkaran. Naikkan bila penurunan terjadi,
perkuat/kencangkan bila pergerakan terlihat nyata. Pasanglah
penunjang-penunjang berturut-turut, segera, untuk hal-hal tersebut
diatas. Hentikan perkerjaan bila suatu perlemahan berkembang dan
cetakan memperlihatkan pergerakan terus menerus melampaui yang
296

dimungkinkan dari peraturan. Pembersihan dan pelapisan dari cetakan;


sebelum penempatan dari tulangan-tulangan, bersihkan semua cetakan
pada muka bidang kontak dan lapisi secara seragam/merata dengan
release agent untuk cetakan yang spesifik sesuai dengan instruksi pabrik
yang tercantum. Buanglah kelebihan dan tidak diijinkan pelapisan pada
tempat dimana beton ekspose akan dicor. Pemeriksaan cetakan;
Beritahukan kepada Direksi Lapangan setidaknya 24 jam sebelumnya
dalam pengajuan jadwal pengecoran beton.
7. PENYISIPAN DAN PERLENGKAPAN
Buatlah persediaan/perlengkapan untuk keperluan pemasangan atau
perlengkapan-perlengkapan, baut  baut, penggantung, pengunci
angkur dan sisipan di dalam beton. Buatlah pola atau instruksi untuk
pemasangan dari macam-macam benda. Tempatkan expansion joint
fillers sepetti dimana didetailkan.
8. DINDING-DINDING
Buatlah dinding-dinding beton mencapai ketinggian, ketebalan dan
profil seperti diperlihatkan pada gambar-gambar. Lengkapi
bukaan/lubang-lubang sementara pada bagian bawah dari semua
cetakan-cetakan untuk kemudahan pembersihan dan pemeriksaan.
Tutuplah bukaan/lubang- lubang tersebut setepatnya, segera sebelum
pengecoran beton ke dalam cetakan-cetakan dari dinding. Lengkapi
dengan keperluan pengunci di dalam dinding untuk menerima tepian
dari lantai-lantai beton.
9. WATERSTOPS
Untuk setiap sambungan pengecoran yang mempunyai selisih waktu
pengecoran lebih dari 4 (empat) jam dan sambungan tersebut
berhubungan langsung dengan tanah atau air di bawah lapisan tanah dan
dimana diperlihatkan pada gambar  gambar, harus dilengkapi dengan
waterstop. Letak/posisi waterstop harus akurat dan ditunjang terhadap
penurunan. Penampang sambungan kedap air sesuai dengan
297

rekomendasi dari perusahaan. Untuk tipe waterstop dapat digunakan ex.


Penetron, Vandex.
10. CETAKAN UNTUK KOLOM
Cetakan-cetakan untuk kolom haruslah dengan ukuran dan bentuk
seperti terlihat pada gambar  gambar. Siapkan bukaan-bukaan
sementara pada bagian bawah dari semua cetakan-cetakan kolom untuk
kemudahan pembersihan dan pemeriksaan, dan tułup kembali dengan
cermat sebelum pengecoran beton.
11. CETAKAN UNȚUK PELAT DAN BALOK-BALOK
Buatlah semua lubang-lubang pada cetakan lantai beton seperti
diperlukan untuk lintasan tegak dari duct, pipa-pipa, conduit dan
sebagainya. Puncak dari chamber (penunjang) harus sesuai dengan
gambar. Lengkapi dengan dongkrak-dongkrak yang sesuai, baji-baji
atau perlengkapan lainnya untuk mendongkrak dan untuk mengambil
alih penurunan pada cetakan, baik sebelum ataupun pada waktu
pengecoran dari beton.
12. PEMBONGKARAN CĘTAKAN DAN PENGENCANGAN
KEMBALI PERANCAH
Pembongkaran cetakan harus sesuai dengan PBI-71 NI-2. Secara hati-
hati lepaslah seluruh bagian dari cetakan yang sudah dapat dibongkar
tanpa menambah tegangan atau tekanan terhadap sudut-sudut, offsets
ataupun bukaan-bukaan (reveals). Hati-hati lepaskan dari pengikat.
Pengikatan terhadap segi arsitek atau permukaan beton ekspose dengan
menggunakan peralatan ataupun description ataupun tidak diijinkan.
Lindungi semua ujung-ujung dari beton yang tajam dan secara umum
pertahankan keutuhan dari desain. Bersihkan cetakan-cetakan beton
ekspose secepatnya setelah pembongkaran untuk mencegah kerusakan
pada bidang kontak. Pemasangan kembali perancah segera setelah
pembongkaran cetakan, topang/tunjang kembali sepenuhnya semua
pelat dan balok sampai dengan sedikitnya tiga lantai dibawahnya.
Pemasangan perancah kembali harus tetap tinggal ditempatnya sampai
298

beton mencapai kriteria umur kekuatan tekan 28 hari. Periksa dengan


teliti kekuatan beton dengan test silinder dengan biaya kontraktor.
Penunjang  penunjang sementara, sebelum pengecoran beton; tulangan
menerus balok-balok dengan bentang panjang (12 m) haruslah
ditunjang dengan penopang- penopang sementara sedemikian untuk
me"minimum"kan lendutan akibat beban dari beton basah. Penunjang-
penunjang sementara harus diatur sedemikian selama pengecoran beton
dan selama perlu untuk mencegah penurunan dari penunjang karena
tingkatan kerja. Perancah tidak boleh dipindahkan sampai beton
mencapai kekuatan yang mencukupi ( > 80 % f'c).
13. PEMAKAIAN ULANG CETAKAN Cetakan-cetakan boleh dipakai
ulang hanya bila betul-betul dipertahankan dengan baik dan dalam
kondisi yang memuaskan bagi Direksi Lapangan. Cetakan-cetakan
yang tidak dapat benar-benar dikencangkan dan dibuat kedap air, tidak
boleh dipakai ulang. Bila pemakaian ulang dari cetakan disetujui oleh
Direksi Lapangan, bagian pembersihan cetakan, dan memperbaiki
kerusakan permukaan dengan memindahkan lembaran lembaran yang
rusak. Plywood sebelum pemakaian ulang dari cetakan plywood,
bersihkan secara menyeluruh, dan lapis ulang dengan lapisan untuk
cetakan. Janganlah memakai ulang plywood yang mempunyai
tambalan, ujung yang usang, cacat/kerusakan akibat lapisan damar pada
permukaan atau kerusakan lain yang akan mempengaruhi tekstur dari
penyelesaian permukaan. Cetakan-cetakan lain dari kayu, persiapkan
untuk pemakaian ulang dengan membersihkan secara menyeluruh dan
melapis ulang dengan lapisan untuk cetakan. Perbaiki kerusakan pada
cetakan dan bongkar/buanglah papan-papan yang lepas atau rusak.
Agar supaya cetakan yang dipakai ulang tidak akan ada tambalannya
yang diakibatkan oleh perubahan perubahan, cetakan untuk beton
ekspose pada bagian yang terlihat hanya boleh dipakai ulang hanya
pada potogan-potongan yang identik. Cetakan tidak boleh dipakai ulang
bila nantinya mempengaruhi mutu dan hasil pada bagian permukaan
299

yang tampak dari beton ekspose akibat cetakan akan ada bekas jalur
akibat dari plywood yang robek atau lepas seratnya. Sehubungan
dengan beban pelaksanaan, maka beban pelaksanaan harus didukung
oleh struktur-struktur penunjangnya dan untuk itu kontraktor harus
melampirkan perhitungan yang berkaitan dengan rancangan
pembongkaran perancah.

PASAL 05. PEKERJAAN BETON BERTULANG UPPER STRUKTUR


5.1 PEKERJAAN KOLOM
Pembuatan kolom struktur dengan mutu beton f'c 30 Mpa
READYMIX, untuk dimensi dan detail penulangannya bisa dilihat
pada gambar rencana.

5.2 PEKERJAAN BALOK


Pembuatan balok struktur dengan mutu beton f'c 30 MPa READYMIX,
untuk dimensi dan detail penulangannya bisa dilihat pada gambar
rencana.
5.3 PEKERJAAN PLAT BETON
Pembuatan plat lantai, plat atap, dan plat tangga dengan mutu beton f'c
30 MPa READYMIX, untuk ketebalan dan detail penulangannya bisa
dilihat pada gambar rencana
5.4 SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
1. SYARAT KHUSUS UNTUK BETON READY MIX
a. Pada prinsipnya semua persyaratan-persyaratan untuk yang
dibuat dilapangan berlaku juga untuk Beton Ready Mix, baik
mengenai persyaratan Material Semen, Aggregat, air ataupun
Admixture, Testing Beton, Slump dan sebagainya.
b. Disyaratkan agar pemesanan Beton Ready Mix dilakukan pada
supplier Beton Ready Mix yang sudah terkenal mengenai
stabilitas mutunya, kontinuitas penyediaannya dan
300

mempunyai/ mengambil material-material dari tempat tertentu


yang tetap dan bermutu baik.
c. Selain mutu beton maka harus diperhatikan betul   -betul
tentang kontinuitas pengadaan agar tidak terjadi hambatan
dalam waktu pelaksanaan.
d. Direksi / Pengawas Ahli akan menolak setiap Beton Ready
Mix yang sudah mengeras dan menggumpal untuk tidak
digunakan dalam pengecoran. Usaha-usaha yang
menghaluskan/ menghancurkan Beton Ready Mix yang sudah
mengeras atau menggumpal sama sekali tidak diperbolehkan.
e. Penambahan air dan material lainnya kedalam Beton Ready
Mix yang sudah berbentuk adukan sama sekali tidak
diperkenankan, karena akan merusak komposisi yang ada dan
bisa menurunkan mutu beton yang direncanakan.
f. Untuk mencegah terjadi pengerasan/ penggumpalan beton
sebelum dicorkan, maka Pemborong harus merencanakan
secermat mungkin mengenai kapan Beton Ready Mix harus
tiba di Lapangan dan berapa jumlah volume yang dibutuhkan,
termasuk didalamnya dengan memperhitungkan kemungkinan
macetnya transportasi dari/ ke Lapangan.
g. Pemborong harus meminta jaminan tertulis kepada Supplier
Beton Ready Mix jaminan tentang mutu beton, stabilitas mutu
dan kontinuitas pengadaan dan jumlah/ volume beton yang
digunakan.
h. Walaupun demikian, untuk mengecek mutu beton yang
dipakai maka baik Pemborong maupun Supplier Beton Ready
Mix masing-masing harus membuat silinder atau kubus beton
percobaan untuk di Test di Laboratorium yang ditunjuk/
disetujui secara tertulis oleh Direksi/ Pengawas Ahli dan
jumlah silinder atau kubus beton dibuat sesuai dengan
Peraturan Beton Indonesia.
301

i. Beton Ready Mix yang tidak memenuhi mutu yang


disyaratkan, walaupun disupply oleh Perusahaan Beton Ready
Mix, tetap merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari
Pemborong.
j. Beton Ready Mix yang sudah melebihi waktu 3 (tiga) jam,
yaitu terhitung sejak dituangkannya air kecampuran beton
kedalam truk ready mix di plant/ pabrik sampai selesainya
beton ready mix tersebut dituangkan dicor, tidak dapat
digunakan atau dengan perkataan lain akan ditolak. Segala
akibat biaya yang ditimbulkannya menjadi beban dan resiko
Pemborong.
2. ADUKAN BETON
Adukan Beton Yang Dibuat di tempat (Site Mixing). Adukan beton
harus memenuhi syarat-syarat:
1. Semen diukur menurut berat.
2. Agregat diukur menurut berat.
3. Pasir diukur menurut berat.
4. Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk
mesin (concrete batching plant).
5. Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi kapasitas mesin
pengaduk.
6. Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit
harus dibersihkan lebih dulu, sebelum adukan beton yang
baru dimulai.
3. TEST KUBUS BETON (PENGUJIAN MUTU BETON)
1. Direksi/ Pengawas Ahli berhak meminta setiap saat kepada
Pemborong untuk membuat benda uji silinder atau kubus dari
adukan beton yang dibuat, dengan jumlah sesuai dengan
peraturan beton bertulang yang berlaku.
2. Untuk benda uji berbentuk silinder, cetakan harus berbentuk
silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm dan
302

memenuhi syarat dalam Peraturan Beton Indonesia. Untuk


benda uji berbentuk kubus, cetakan harus berbentuk bujur
sangkar dalam segala arah dengan ukuran 15x15x15 cm dan
memenuhi syarat dalam Peraturan Beton Indonesia.
3. Pengambilan adukan beton, percetakan benda uji kubus dan
curingnya harus dibawah pengawasan Direksi/ Pengawas
Ahli.
4. Prosedurnya harus memenuhi syarat-syarat dalam Peraturan
Beton Indonesia.
4. PENGUJIAN
1. Pada umumnya pengujian dilakukan sesuai dengan Peraturan
Beton Indonesia, termasuk juga pengujian-pengujian susut
(slump) dan pengujian tekan (Crushing test).
2. Jika beton tidak memenuhi syarat-syarat pengujian slump,
maka kelompok adukan yang tidak memenuhi syarat itu tidak
boleh dipakai, dan Pemborong harus menyingkirkannya dari
tempat pekerjaan. Jika pengujian tekanan gagal maka
perbaikan-perbaikan atau langkah-langkah yang diambil harus
dilakukan dengan mengikuti prosedur-prosedur Peraturan
Beton Indonesia atas biaya Pemborong.
3. Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan benda uji kubus
menjadi tanggung jawab Pemborong.
4. Benda uji kubus harus ditandai dengan suatu kode yang
menunjukkan tanggal pengecoran, bagian struktur yag
bersangkutan dan Iain-lain data yang perlu dicatat.
5. Semua benda uji kubus harus di Test di Laboraturium yang
disetujui Oleh Direksi/ Pengawas Ahli.
6. Laporan asli (bukan Photo copy) hasil Percobaan harus
diserahkan kepada Direksi/Pengawas Ahli segera sesudah
selesai percobaan, dengan mencantuKonsultan Pengawasan
besarnya kekuatan karakteristik, deviasi standard, campuran
303

adukan dan berat benda uji kubus tersebut. Percobaan/ test


kubus beton dilakukan untuk umur-umur beton 3,7 dan 14 hari
dan juga untuk umur beton 28 hari.
7. Apabila dalam pelaksanaan nanti ternyata bahwa mutu beton
yang dibuat seperti yang ditunjukkan Oleh benda uji kubusnya
gagal memenuhi syarat spesifikasi, maka Direksi/ Pengawas
Ahli berhak meminta Pemborong supaya mengadakan
percobaan  percobaan non destruktif atau bila perlu untuk
mengadakan percobaan loading (Loading Test) atas biaya
Pemborong. Percobaan-percobaan ini harus memenuhi syarat-
syarat dalam Peraturan Beton Indonesia.
8. Apabila gagal, maka bagian pekerjaan tersebut harus
dibongkar dan dibangun baru sesuai dengan petunjuk Direksi/
Pengawas Ahli.
9. Semua biaya-biaya untuk percobaan dan akibat  akibat
gagalnya pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab
Pemborong.
5. PENGECORAN BETON
1. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada
bagian-bagian struktural dari pekerjaan beton, Pemborong
harus mengajukan permohonan izin pengecoran tertulis
kepada Direksi/ Pengawas Ahli minimum 3 (tiga) hari sebelum
tanggal/ hari pengecoran.
2. Permohonan izin pengecoran tertulis tersebut hanya boleh
diajukan apabila bagian pekerjaan yang akan dicor tersebut
sudah "siap" artinya Pemborong sudah mempersiapkan bagian
pekerjaan tersebut sebaik mungkin sehingga sesuai dengan
gambar dan spesifikasi.
3. Atas pertimbangan khusus Direksi / Pengawas Ahli dan pada
keadaan-keadaan khusus misalnya untuk volume pekerjaan
yang akan dicor relatif sedikit/ kecil dan sederhana maka izin
304

pengecoran dapat dikeluarkan lebih awal dari 3 (tiga) hari


tersebut.
4. Izin pengecoran tertulis Yang sudah dikeluarkan dapat
menjadi batal apabila terjadi salah satu keadaan sebagai
berikut :
5. Izin pengecoran tertulis telah melewati 7 (tujuh) hari dari
tanggal rencana pengecoran yang disebutkan dalam izin
tersebut.
6. Kondisi bagian pekerjaan yang akan dicor sudah tidak
memenuhi syarat lagi misalnya tulanganr pembersihan
bekesting atau hal-hal Iain yang tidak sesuai gambar-gambar
& spesifikasi.
7. Jika tidak ada persetujuan tertulis dari Direksi/ Pengawas Ahli,
maka Pemborong akan diperintahkan untuk menyingkirkan/
membongkar beton yang sudah dicor tanpa persetujuan tertulis
dari Direksi/ Pengawas Ahli, atas biaya Pemborong sendiri.
8. Adukan beton harus secepatnya dibawa ketempat pengecoran
dengan menggunakan cara (metode) yang sepraktis mungkin,
sehingga tidak memungkinkan adanya pengendapan agregat
dan tercampurnya kotoran-kotoran atau bahan Iain dari luar.
Penggunaan alat-alat pengangkut mesin harus mendapat
persetujuan tertulis dari Direksi/ Pengawas Ahli, sebelum alat-
alat tersebut didatangkan ketempat pekerjaan. Semua alat-alat
pengangkut yang digunakan, pada setiap waktu harus
dibersihkan dari sisa-sisa adukan yang mengeras
9. Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum
pemasangan besi beton selesai diperiksa dan mendapat
persetujuan tertulis dari Direksi/ Pengawas Ahli.
10. Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat  tempat yang akan
dicor terlebih dahulu harus dibersihkan dari segala kotoran-
305

kotoran (potongan kayu,batu, tanah dan Iain-Iain) dan dibasahi


dengan air semen.
11. Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak
dibenarkan menuangkan adukan dengan menjatuhkan dari
suatu ketinggian lebih dari 1,5 m yang akan menyebabkan
pengendapan/ pemisahan agregat.
12. Pengecoran harus dilakukan secara terus menerus (continue/
tanpa berhenti). Adukan yang tidak dicor (ditinggalkan) dalam
waktu lebih dari 15 menit setelah keluar dari mesin adukan
beton, dan juga adukan yang tumpah selama pengangkutan,
tidak diperkenankan untuk dipakai lagi.
6. PEMADATAN BETON
1. Beton yang dipadatkan dengan menggunakan vibrator dengan
ukuran Yang sesuai selama pengecoran berlangsung dan
dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak acuan
maupun posisi/ rangkaian tulangan.
2. Pekerjaan beton yang telah selesai harus bebas kropos (honey
comb), yaitu memperlihatkan permukaan yang halus bila
cetakan dibuka.
3. Pemborong harus menyiapkan vibrator-vibrator dalam jumlah
yang cukup untuk masing-masing ukuran yang diperlukan
untuk menjamin pemadatan yang baik.
4. Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama,
cara mencampur dan mengaduk Yang baik dan cara
pengecoran yang cermat tidak diperlukan penggunaan sesuatu
admixture. Jika penggunaan admixture masih dianggap perlu,
Pemborong diminta terlebih dahulu mendapatkan persetujuan
tertulis dari Perencana Struktur dan 351 Direksi/ Pengawas
Ahli mengenai hal tersebut.
5. Untuk itu Pemborong diharuskan memberitahukan nama
perdagangan admixture tersebut dengan keterangan mengenai
306

tujuan, data  data bahan, nama pabrik produksi jenis bahan


mentah utamanya, cara-cara pemakaiannya resiko/ efek
sampingan dan keterangan-keterangan Iain yang dianggap
perlu.
6. Siar Pelaksanaan dan Urutan / Pola Pelaksanaan
7. Posisi dan pengaturan siar pelaksanaan harus sesuai dengan
peraturan beton yang berlaku dan mendapat persetujuan
tertulis dari Direksi/ Pengawas Ahli.
8. Umumnya posisi siar pelaksanaan terletak pada 1/3 bentang
tengah dari suatu konstruksi. Bentuk siar pelaksanaan harus
vertikal dan untuk siar pelaksanaan yang menahan gaya geser
yang besar harus diberikan besi tambahan/ dowel yang sesuai
untuk menahan gaya geser tersebut.
9. Sebelum pengecoran beton baru, permukaan dari beton lama
supaya dibersihkan dengan seksama dan dikasarkan. Kotoran-
kotoran disingkirkan dengan air dan menyikat sampai agregat
kasar tampak. Setelah permukaan siar tersebut bersih,
"Calbond" harus dilapiskan merata seluruh permukaan.
10. Untuk pengecoran dengan luasan dan atau volume besar maka
untuk menghindarkan / meminimalkan retak-retak akibat
susut, pengecoran harus dilakukan dalam pentahapan dengan
pola papan catur, urutan pekerjaan harus diusulkan Oleh
Pemborong untuk mendapat persetujuan tertulis dari Direksi /
Pengawas Ahli.
7. CURING DAN PERLINDUNGAN ATAS BETON
1. Beton harus dilindungi sejauh mungkin terhadap matahari
selama berlangsungnya proses pengerasan, pengeringan oleh
angin, hujan atau aliran air dan perusakan secara mekanis atau
pengeringan sebelum waktunya.
2. Semua permukaan beton harus dijaga tetap basah terus
menerus selama 14 hari. Khusus untuk kolom, maka curing
307

beton dapat dilakukan dengan cara menutupi dengan karung


basah sedangkan untuk lantai selama 7 hari pertama dengan
cara menutupi dengan karung basah, mnyemprotkan air atau
menggenangi dengan air pada permukaan beton tersebut.
3. Terutama pada pengecoran beton pada waktu cuaca panas,
curing dan perlindungan atas beton harus lebih diperhatikan.
Pemborong bertanggung jawab atas retaknya beton karena
susut akibat kelalaian ini.
4. Konstruksi beton secara natural harus diusahakan sekedap
mungkin. Beton yang keropos/ bocor harus diperbaiki.
Prosedur perbaikan beton yang keropos harus mendapat
persetujuan Direksi/ Pengawas Ahli, dan pemborong tidak
dikenakan biaya tambahan untuk perbaikan tersebut.
8. PEMBENGKOKAN DAN PENYETELAN BESI BETON
1. Pembengkokan besi harus dilakukan dengan hati-hati dan
teliti/ tepat pada posisi pembengkokan sesuai gambar dan
tidak menyimpang dari Peraturan Beton Indonesia.
2. Pembengkokan tersebut harus dilakukan oleh tenaga ahli,
dengan menggunakan alat-alat (Bar Bender) sedemikian rupa
sehingga tidak menimbulkan cacat patah, retak-retak, dan
sebagainya. Semua pembengkokan tulangan harus dilakukan
dalam keadaan dingin, dan pemotongan harus dengan "Bar
Cutter", tidak boleh dengan api.
3. Sebelum penyetelan dan pemasangan besi beton dimulai,
Pemborong diwajibkan membuat gambar kerja (Shop
Drawing) berupa penjabaran gambar rencana Pembesian
Struktur, rencana kerja pemotongan dan pembengkokan besi
beton (bending schedule) yang diserahkan kepada Direksi/
Pengawas Ahli untuk mendapatkan persetujuan tertulis.
308

4. Pemasangan dan penyetelan berdasarkan peil-peil, sesuai


dengan gambar dan harus sudah diperhitungkan mengenai
toleransi penurunannya.
5. Pemasangan selimut beton (beton decking) harus sesuai
dengan gambar detail standard penulangan.
6. Sebelum besi beton dipasang, besi beton harus bebas dari
kulit besi karat, lemak, kotoran serta bahan-bahan lain yang
dapat mengurangi daya lekat.
7. Pemasangan rangkaian tulangan yaitu kait-kait, panjang
penjangkaran, overlap, letak sambungan dan lain-lain harus
sesuai dengan gambar standar penulangan.
8. Apabila ada Keraguan tentang rangkaian tulangan maka
Pemborong harus memberitahukan kepada Direksi/
Pengawas Ahli/ Perencana Struktur untuk klarifikasi.
9. Untuk hal itu sebelumnya Pemborong harus membuat
gambar pemengkokan baja tulangan (bending schedule),
diajukan kepada Direksi/ Pengawas Ahli untuk mendapatkan
persetujuan tertulis.
10. Penyetelan besi beton harus dilakukan dengan teliti,
terpasang pada kedudukan yang teguh untuk menghindari
pemindahan tempat. Pembesian harus ditunjang dengan
beton atau penunjang besi, spacers atau besi penggantung
lainnya sedemikian rupa sehingga rangkaian tulangan
terpasang kokoh, kuat dan tidak bergerak saat dilakukan
pengecoran beton.
11. Ikatan dari kawat harus dimasukkan dalam penampang
beton, sehingga tidak menonjol kepermukaan beton.
12. Sengkang-sengkang harus diikat pada tulangan utama dan
jaraknya harus sesuai dengan gambar.
309

13. Beton decking harus digunakan untuk menahan jarak yang


tepat pada tulangan, dan minimum mempunyai kekuatan
beton yang sama dengan beton yang akan dicor.
14. Sebelum pengecoran semua penulangan harus betul   betul
bersih dari semua kotoran-kotoran.
9. PENGGANTIAN BESI
1. Pemborong harus mengusahakan supaya besi yang dipasang
adalah sesuai dengan apa yang tertera pada gambar.
2. Dalam hal ini dimana berdasarkan pengalaman Pemborong
atau pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau
perlu peyempurnaan pembesian yang ada maka pemborong
dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi
pembesian yang tertera dalam gambar. Usulan pengganti
tersebut harus disetujui Oleh Direksi/ Pengawas Ahli
3. Jika Pemborong tidak berhasil mendapatkan diameter besi
yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka
dapat dilakukan penukaran diameter besi dengan diameter
yang terdekat dengan catatan:
4. Harus ada persetujuan tertulis dari Direksi/ Pengawas Ahli.
5. Jumlah luas besi di tempat tersebut tidak boleh kurang dari
yang tertera dalam gambar. Khusus untuk balok induk,
jumlah luas penampang besi pada tumpuan juga tidak boleh
lebih besar jauh dari pembesian aslinya.
6. Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan
pembesian ditempat tersebut atau didaerah overlapping yang
dapat menyulitkan pembetonan atau pencapaian penggetar/
vibrator.
7. Tidak ada Pekerjaan Tambah dan tambahan waktu
pelaksanaan.
310

10. PEMASANGAN ALAT-ALAT DIDALAM BETON


1. Pemborong tidak dibenarkan untuk membobok, membuat
lubang atau memotong konstruksi beton yang sudah jadi
tanpa sepengetahuan dan ijin tertulis dari Direksi / Pengawas
Ahli.
2. Ukuran dan pembuatan lubang, pemasangan alat  alat
didalam beton, pemasangan sparing dan sebagainya, harus
sesuai gambar atau menurut petunjuk-petunjuk Direksi/
Pengawas Ahli.
3. Kolom Praktis dan Ring Balok untuk Dinding
4. Setiap dinding yang bertemu dengan kolom harus diberikan
penjangkaran dengan jarak antara 60 cm, panjang jangkar
minimum 60 cm di bagian dimana bagian yang tertanam
dalam bata dan kolom masing  masing 30 cm dan
berdiameter 10 mm.
5. Tiap pertemuan dinding, dinding dengan luas yang lebih
besar dari 9 m 2 dan dinding dengan tinggi lebih besar atau
sama dengan 3 m harus diberi kolomkolom praktis dan ring-
ring balok, dengan ukuran minimal 12 cm x 12 cm.
6. Tulangan kolom praktis/ ring balok adalah 4 diameter 12mm
dengan sengkang diameter 8 mm jarak 20 cm
7. Untuk lisplank bata dan dinding-dinding lainnya yang
tingginya > 3 m harus diberi kolom praktis setiap jarak 3m
dan bagian atasnya diberikan ring balok.

Anda mungkin juga menyukai