Anda di halaman 1dari 44

TUGAS I

PERBANDINGAN STRUKTUR
GEDUNG BETON BERTULANG DAN
KOMPOSIT DARI SEGI BIAYA, BERAT
BANGUNAN, DISPLACEMENT DAN
STORY DRIFT
Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design

Dosen:
Dr. Ruddy Kurniawan

Oleh:
Aimuthia Citra Utami
NIM. 1820921013
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumatera Barat tercatat sebagai salah satu dari 18 provinsi di Indonesia
yang rawan terhadap bencana gempa bumi dan tsunami. Berdasarkan
Katalog Gempa Bumi Signifikan dan Merusak oleh Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika, telah terjadi setidaknya lima kali gempa bumi
berskala besar di Sumatera Barat berturut-turut pada tahun 2005, 2007 dan
2009. Penyebab utama gempa bumi di Sumatera Barat antara lain: Zona
Subduksi Jalur Lempeng Tektonik India-Australia dan Eurasia, Segmen Sesar,
Mentawai Fault System dan Sumatera Fault System. Menurut Peta Sumber
dan Bahaya Gempa tahun 2017, Sumatera Barat termasuk dalam kategori
desain seismik kelas D.
1.2 Tinjauan Umum
Dalam perencanaan sebuah struktur bangunan ada beberapa hal yang
harus dipertimbangkan, diantaranya yaitu fungsi bangunan, kekuatan,
stabilitas dan kedaktailan pada saat dan setelah menerima beban. Untuk
bangunan yang terletak pada daerah dengan tingkat resiko bahaya bencana
yang tinggi, perlu dilakukan perencanaan dengan baik dengan tujuan
optimalisasi kinerja sistem struktur. Pada tugas perencanaan ini, elemen
struktur yang direncanakan adalah kolom dan balok.
1.3 Informasi Gedung

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013) 2


TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
Data-data informasi gedung dalam perencanaan secara umum adalah
sebagai berikut:
a. Fungsi Gedung : Gedung Rawat Inap Rumah Sakit
b. Sistem Struktur : Sistem Struktur Rangka Beton Pemikul
Momen Khusus
c. Material Struktur : Beton fc’ 30 MPa
d. Baja Tulangan Struktur : BJTD-390 dan BJTD-240
e. Dimensi Elemen Struktur : berdasarkan preliminary design
1. Balok
Balok 1 : 300 x 500 mm
Balok 2 : 250 x 300 mm
2. Kolom :
Lantai 1 : 600 x 600 mm
Lantai 2 : 500 x 500 mm
Lantai 3 : 400 x 400 mm
Lantai 4 : 400 x 400 mm
Lantai 5 : 400 x 400 mm

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013) 3


TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design

BAB II
DASAR-DASAR PERENCANAAN

2.1 Standar Acuan Perencanaan Struktur Bangunan Beton Bertulang


Berikut standar yang digunakan dalam perencanaan struktur bangunan
beton bertulang:
1. SNI 2847-2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan
Gedung
2. SNI 1726-2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung
3. SNI 1727-2013 tentang Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan
Gedung dan Struktur Lain.
2.2 Perencanaan Pembebanan
Menurut SNI 1727-2013 tentang Beban Minimum untuk Perancangan
Bangunan Gedung dan Struktur Lain, beban-beban yang bekerja dan
diperhitungkan dalam desain struktur adalah sebagai berikut:
1. Beban mati (DL), berasal dari berat sendiri struktur yaitu berat balok dan
kolom dengan asumsi berat volume beton bertulang yaitu 2400 kg/m 3.
2. Beban mati tambahan (SDL), terdiri dari beban tambahan yang bersifat
permanen pada struktur, diantaranya:
- Beban spesi : 2000 kg/m3

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013) 4


TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
- Beban keramik : 24 kg/m3
- Beban plafond : 10 kg/m2
- Beban MEP : 20 kg/m2
- Beban dinding : 200 kg/m2
3. Beban hidup (LL), pada perencanaan beban hidup yang dimasukkan ke
dalam pemodelan ini adalah sebagai berikut:
- Ruang Bangsal : 479 kg/m2
4. Beban gempa
Menurut Teori Pelat Tektonik, para ahli geologi mengasumsikan
bahwa bumi terdiri dari beberapa lempengan yang mengambang dan
bergerak pada arah yang tidak beraturan. Hal ini menyebabkan terjadinya
tabrakan atau tumbukan antar lempeng sehingga menimbulkan getaran
yang bersifat menjalar dan mengakibatkan gempa pada daerah lemah di
sekitar lempengan tersebut. Menurut Widodo (2012) dalam Seismologi
Teknik dan Rekayasa Kegempaan menyatakan bahwa pergerakan
lempeng bumi dapat dikategorikan ke dalam 3 macam fault model
sebagai berikut:
a. Strike Slip Fault
Lempeng tektonik atau massa batuan yang patah bergeser secara
horizontal dan berlawanan.

Gambar 2.1 Lateral Strike Slip Arah Kanan dan Kiri


(Sumber: Seismologi Teknik dan Rekayasa Kegempaan, Widodo, 2012)
b. Dip Slip Fault
Lempeng tektonik atau massa batuan mengalami slip searah sumbu
vertikal. Slip ini dikategorikan ke dalam dua tipe, yaitu slip akibat gaya
desak (compression stress) dan slip akibat gaya tarik (tension stress).

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013) 5


TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design

Gambar 2.2 Reverse, Thrust dan Normal Fault


(Sumber: Seismologi Teknik dan Rekayasa Kegempaan, Widodo, 2012)
c. Dip Strike Slip Fault
Merupakan kombinasi antara Strike Slip Fault dan Dip Slip Fault
yang umum disebut sebagai Oblique Fault (OF).

Gambar 2.3 Dip Strike Slip Fault


(Sumber: Seismologi Teknik dan Rekayasa Kegempaan, Widodo, 2012)
Berdasarkan kedalaman pusat gempa (hiposenter), menurut
Fowler (1990) gempa bumi dapat dibedakan menjadi:
a. Gempa bumi dangkal (kedalaman kurang dari 70 kilometer)
b. Gempa bumi menengah (kedalaman kurang dari 300 kilometer)
c. Gempa bumi dalam (kedalaman lebih dari 300 kilometer)
Gempa bumi dangkal memberikan dampak goncangan dan kehancuran
yang lebih dahsyat. Hal ini dikarenakan sumber energi gempa bumi yang
berlokasi dekat dengan permukaan bumi sehingga menimbulkan gelombang
yang lebih besar.
Tingkat kerusakan dari gempa bumi dapat diperkirakan berdasarkan
kekuatan gempa bumi yang diklasifikasikan dalam Modified Mercalli
Intensity sebagai berikut:
Tabel 2.1 Korelasi Kekuatan Gempa dalam Magnitude Skala Richter (SR) dan
Modified Mercalli Intensity (MMI)
MMI SR Percepatan Jumlah Gempa per Tahun
Puncak Rata-Rata di Dunia
AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013) 6
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
(g = 9,81 m/s2)
I 0 – 1,9 Sangat besar
II 2 – 2,9 300,00
III 3 – 3,9 49,00
IV 4 – 4,4 0,015g – 0,03g 4,00
V 4,5 – 4,9 0,03g – 0,05g 1,20
VI 5- 5,9 0,05g – 0,07g 800
VII 6 – 6,3 0,07g – 0,15g 65
VIII 6,4 - 6,6 0,15g – 0,30g 35
IX 6,7 – 6,9 0,30g – 0,60g 20
X 7 – 7,5 14
XI 7,6 – 7,9 4
Lebih dari 0,60g 0,2 (satu dalam lima
XII 8 – 8,6
tahun)
Sumber: Introduction to Seismology IISEE and Earthquake Magnitude
Comparisons, 2001
Untuk mereduksi dampak gempa yang terjadi terhadap bangunan,
perencanaan harus dilakukan sesuai dengan konsep dasar dan peraturan
desain bangunan tahan gempa yang berlaku. Pada daerah rawan gempa,
struktur direncanakan dengan konsep kolom kuat balok lemah, dimana sendi
plastis direncanakan terjadi pada balok sebagai elemen pendistribusi energi
gempa. Persyaratan lain yang harus dipenuhi oleh struktur penahan beban
gempa yaitu material dari elemen struktur harus bersifat daktail. Hal ini
bertujuan agar bangunan tidak mengalami keruntuhan secara tiba-tiba
setelah gempa terjadi.
Penentuan nilai dalam perhitungan beban gempa ditentukan dalam
peraturan SNI 1726:2012 tentang tata cara perencanaan ketahanan gempa
untuk struktur bangunan gedung dan non gedung serta Peta Sumber dan
Bahaya Gempa tahun 2017.
1. Kategori Resiko Bangunan dan Faktor Keuramaan Gempa (Ie)
Penentuan kategori resiko bangunan didasari oleh fungsi bangunan yang
diatur dalam tabel 1 pasal 4.1.2 SNI 1726:2012. Sedangkan faktor
keutamaan gempa (Ie) ditentukan berdasarkan kategori resiko

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013) 7


TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
bangunan, diatur dalam tabel 2 pasal 4.1.2 SNI 1726:2012 (tabel 1 dan 2
SNI 1726:2012 terlampir pada Lampiran-1a dan 1b).
2. Parameter Percepatan Gempa (Ss dan S1)
Penentuan parameter Ss (percepatan batuan dasar perioda pendek) dan
S1 (percepatan batuan dasar perioda 1 detik) harus ditetapkan dari
respons spektral percepatan 0,2 detik dan 1 detik dalam peta gerak
tanah seismik sesuai dengan pasal 14 SNI 1726:2012 dengan MCE R 2
persen dalam 50 tahun. Nilai Ss dan S1 dapat ditentukan dengan Peta
Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017 (terlampir pada
Lampiran-2a dan 2b).
3. Kelas Situs
Kelas situs dapat dilakukan dengan klasifikasi berdasarkan kondisi tanah
di lapangan dan kemudian diatur dalam tabel 3 pasal 5.3 SNI 1726:2012
(terlampir pada Lampiran-3).
4. Koefisien dan Parameter Respons Spektral Percepatan MCER
Penentuan respons spektral percepatan gempa MCE R, diperlukan faktor
amplifikasi seismik pada perioda 0,2 detik (Fa) yang tercantum pada
tabel 4 SNI 1726:2012 dan 1 detik (Fv) pada tabel 5 SNI 1726:2012
(terlampir pada Lampiran-4a dan 4b). Parameter respons percepatan
pada perioda pendek SMS dan perioda 1 detik SM1 disesuaikan dengan
pengaruh klasifikasi situs dan ditentukan dengan:
S MS=F a S S (2.1)
S M 1=F v S1 (2.2)
5. Parameter Percepatan Spektral Desain
Parameter percepatan spektral desain perioda pendek (SDS) dan 1 detik
(SD1) dihitung dengan persamaan berikut:
2
S DS= S (2.3)
3 MS
2
S D 1= S (2.4)
3 M1
6. Spektrum Respons Desain

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013) 8


TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
Spektrum Respons Desain merupakan representasi gerakan tanah akibat
getaran gempa yang terjadi pada suatu lokasi.

Gambar 2.4 Spektrum Respons Desain


(Sumber: SNI 1726:2012 halaman 23)
1) Untuk perioda yang lebih kecil dari T0, spektrum respons percepatan
desain, Sa:
T
Sa=S DS (0,4 +0,6 ) (2.5)
T0
2) Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil
dari atau sama dengan Ts, spektrum respons percepatan desain, Sa:
Sa=S DS (2.6)
3) Untuk perioda lebih besar dari Ts, spektrum respons percepatan
desain, Sa:
SD 1
Sa= (2.7)
T
Nilai T0 dan Ts ditentukan dengan persamaan:
SD1
T 0=0,2 (2.8)
S DS
SD1
T S= (2.9)
S DS
7. Kategori Desain Seismik
Kategori desain seismik suatu lokasi tergantung kepada kategori risiko
dan nilai parameter respons percepatan perioda pendek (SDS), ditentukan
dalam tabel 6 pasal 6.5 SNI 1726:2012 (terlampir pada Lampiran 5).

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013) 9


TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
8. Sistem dan Parameter Struktur
Sistem strukur yang akan digunakan untuk menahan gaya gempa
ditentukan berdasarkan batasan kategori desain seismik yang diizinkan.
Setiap sistem struktur berbeda, masing-masing nilai R, Cd, dan Ω0 harus
dikenakan pada setiap sistem yang diatur dalam tabel 9 pasal 7.2.2 SNI
1726:2012 (terlampir pada Lampiran-6).
9. Faktor Skala Beban Gempa
Nilai respons spektrum pada suatu analisis harus dikalikan dengan suatu
faktor skala (SF), dimana:
Ie
SF=G (2.10)
R
Apabila ditinjau secara realistis, beban mati, beban hidup serta beban gempa
mempunyai kemungkinan untuk bekerja terhadap struktur secara
bersamaan. Agar bangunan mampu menerima seluruh beban tersebut
dengan baik, seluruh jenis beban harus dikombinasikan sedemikian rupa
sehingga. Kombinasi pembebanan yang diatur dalam SNI 1726:2012 pasal
4.2.2 adalah sebagai berikut:
a. 1.4 D
b. 1.2 D + 1.6 L
c. (1.2 + 0.2 SDS) D + L ± ρ (1.0 QEX) ± ρ (0.3 QEY)
d. (1.2 + 0.2 SDS) D + L ± ρ (0.3 QEX) ± ρ (1.0 QEY)
e. (0.9 - 0.2 SDS) D ± ρ (1.0 QEX) ± ρ (0.3 QEY)
f. (0.9 - 0.2 SDS) D ± ρ (0.3 QEX) ± ρ (1.0 QEY)
2.3 Perencanaan Desain Elemen Sistem Struktur
Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) adalah suatu sistem
struktur dengan desain dan detailing yang cukup untuk menahan beban
gempa. Masing-masing komponen dari SPRMK yang akan direncanakan, yaitu
komponen lentur (balok), komponen pemikul lentur dan gaya aksial (kolom)
serta hubungan balok-kolom (HBK). Preliminary Design dan perencanaan

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)


10
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
komponen SPRMK berikut dikutip dari buku Perancangan Struktur Beton
Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013 oleh Agus Setiawan (2016).
1. Komponen Lentur (Balok)
Perencanaan komponen lentur pada SPRMK mengacu kepada SNI
2847:2013 Pasal 21.5.1. Sebuah komponen lentur harus memenuhi
kriteria sebagai berikut:
a) Gaya tekan aksial terfaktor, Pu tidak lebih dari Agfc’/10
(Pu ≤ Agfc’/10)
b) Panjang bentang bersih, ln, harus lebih besat daripada 4 kali tinggi
efektif. (ln ≥ 4d)
c) Lebar penampang, bw, tidak kurang dari 0,3 kali tinggi penampang
namun tidak boleh diambil kurang dari 250 mm. (bw ≥ 0,3h atau 250
mm)
d) Lebar penampang, bw, tidak boleh melebihi lebar kolom pendukung

3
ditambah nilai terkecil dari lebar kolom atau kali dimensi kolom
4
dalam arah sejajar komponen lentur.
Pada SRPMK, sendi plastis akan terbentuk pada ujung ujung
komponen lentur. Tulangan transversal harus didetailkan secara khusus
untuk menjamin daktilitas komponen lentur dengan persyaratan sebagai
berikut:
a) Sengkang tertutup harus ada pada daerah hingga dua kali tinggi balok
yang diukur dari muka tumpuan kedua ujung komponen struktur
lentur. Sengkang juga harus dipasang pada sepanjang daerah dua kali
tinggi balok pada kedua sisi suatu penampang yang diharapkan terjadi
leleh lentur.
b) Sengkang tertutup pertama harus dipasang tidak lebih dari 50 mm dari
muka tumpuan dengan jarak antar sengkang tidak boleh melebihi dari
nilai terkecil antara:
1. d/4

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)


11
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
2. 6db (6 kali diameter tulangan memanjang terkecil)
3. 150 mm
c) Untuk daerah yang tidak memerlukan sengkang tertutup, sengkang
dengan kait gempa pada kedua ujungnya harus dipasang dengan jarak
tidak lebih dari d/2 di sepanjang bentang komponen struktur lentur.
d) Sengkang tertutup dapat terdiri atas dua tulangan; sengkang dengan
kait gempa pada kedua ujung dan ditutup oleh pengikat silang. Pada
pengikat silang uang berurutan dan mengikat tulangan memanjang
yang sama, kait sikunya harus dipasang selang-seling.
e) Tulangan transversal untuk SRPMK harus direncanakan untuk
menahan gaya geser rencana yang timbul oleh kuat lentur maksimum,
Mpr, dengan tanda berlawanan yang dianggap bekerja pada setiap
muka tumpuan. Pada saat bersamaan, komponen tersebut
diasumsikan menahan beban gravitasi terfaktor di sepanjang
bentangnya. Besar gaya geser rencana dihitung dengan menggunakan
persamaan:
+¿
Mpr qu ln
Vki = Mpr−¿+ ln
¿
¿+ (2.24)
2
Mpr
−¿
qu ln
Vka = Mpr +¿+ ln
¿
¿+ (2.25)
2

Besarnya nilai Mpr dihitung dengan:


a
Mpr = As (1,25 fy) (d− ¿ (2.26)
2
As (1,25 fy)
a= (2.27)
0,85 fc ' b
f) Kuat geser yang didistribusikan oleh beton, Vc, dapat diambil sama
dengan nol apabila gaya geser akibat gempa lebih besar atau sama
dengan 50% dari kuat geser perlu maksimum di sepanjang daerah
tersebut dan apabila gaya aksial tekan terfaktor, termasuk akibat
gempa, lebih kecil dari Agfc’/20.
2. Komponen Pemikul Lentur dan Gaya Aksial pada SPRMK

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)


12
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
Komponen kolom berdasarkan SNI 2847:2013 Pasal 21.6.1 harus
memenuhi persyaratan ukuran penampang sebagai berikut:
a. Ukuran penampang terkecil, diukur pada garis lurus yang melalui titik
pusat geometris penampang tidak kurang dari 300 milimeter.
b. Perbandingan antara ukuran terkecil penampang terhadap ukuran
dalam arah tegak lurusnya tidak kurang dari 0,4.
Pada persyaratan tulangan lentur SNI 2847:2013 Pasal 21.6.2, kuat
lentur kolom harus memenuhi:
6
ΣMnc ≥ ΣMnb (2.28)
5

Pemodelan ini merupakan konsep dari strong column – weak beam,


yang diharapkan agar kolom tidak mengalami kegagalan sebelum balok.
Rasio tulangan ditentukan dengan memenuhi syarat:
0,01 ≤ ρg ≤ 0,06 (2.29)

Pada daerah sendi plastis kolom (Io) harus terdapat tulangan


transversal yang mencukupi dengan panjang Io daerah sendi plastis
kolom yang diambil tidak kurang dari:
a. Tinggi penampang komponen struktur pada HBK atau bagian yang
berpotensi terjadi leleh lentur
b. 1/6 bentang bersih komponen struktur
c. 450 mm
d. Persyaratan tulangan transversal pada komponen struktur kolom
yaitu:
e. Luas total penampang sengkang tutup persegi tidak kurang dari:
s x bc x fc ' Ag
Ast=0,3 x
fyt [ Ach
−1 ] (2.30)

dan

s x bc x fc '
0,09 x (2.31)
fyt

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)


13
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
f. Jika tebal selimut beton di luar tulangan transversal lebih dari 100 mm,
perlu dipasang tulangan transversal tambahan dengan jarak kurang
dari 300 mm. Tebal selimut di luar tulangan transversal tambahan
harus kurang dari 100 mm.Jarak tulangan transversal pada daerah Io,
harus tidak melebihi nilai terkecil dari:
a) ¼ dimensi terkecil elemen struktur
b) 6d tulangan memanjang

c) 100 mm ≥ so = 100 + ( 350−hx


3 )≥ 150 mm
g. Selain daerah Io dari HBK, jarak sengkang tertutup diambil tidak
melebihi nilai terkecil antara 6d tulangan longitudinal atau 150
mm. Untuk sengkang spiral jarak antar lilitan tidak lebih dari 75
mm, namun tidak perlu kurang dari nilai terkecil antara 25 mm
atau 4/3 ukuran agregat terbesar.
h. Tulangan transversal direncakanan mampu memikul gaya geser:
Mprc a+ Mprc b
Ve =
lc
(2.26)
dengan a dan b merupakan sisi atas dan bawah kolom serta lc
adalah panjang kolom.
3. Hubungan Balok-Kolom pada SPRMK
Persyaratan desain HBK dijelaskan pada SNI 2847:2013 Pasal 21.7.2
sebagai berikut:
a. Gaya pada tulangan longitudinal di muka HBK harus ditentukan dengan
asumsi tegangan tulangan tarik adalah 1,25 fy.
b. Tulangan balok yang terputus pada kolom harus memiliki panjang
penyaluran yang cukup untuk mencapai sisi jauh dari inti kolom
terkekang.
c. Jika tulangan balok diteruskan hingga melewati HBK, maka dimensi
kolom arah paralel terhadap tulangan longitudinal balok harus
melebihi 20d tulangan longitudinal terbesar balok.
AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)
14
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
Sedangkan untuk persyaratan tulangan transversal ditentukan dalam
SNI 2847:2013 Pasal 21.7.3:
a. Tulangan transversal berupa sengkang tertutup
b. Pada HBK dengan balok lebar sekurangnya ¾ lebar kolom dan
membentuk rangka pada keempat sisi kolom, dipasang tulangan
transversal setidakya ½ dari kebutuhan daerah sendi plastis kolom.
Jarak tulangan transversal diizinkan untuk diperbesar menjadi 150 mm
pada daerah HBK setinggi balok terendah
c. Pada HBK dengan lebar balok lebih besar dari kolom, tulangan
transversal pada daerah sendi plastis kolom harus diberikan.
d. Kuat geser nominal HBK untuk beton normal diambil tidak melebihi:
1) 1,7 √ fc ' Aj, untuk keempat sisi terkekang
2) 1,25 √ fc ' Aj, untuk ketiga sisi terkekang atau dua sisi berlawanan
3) 1,0 √ fc ' Aj, untuk HBK lain.
2.4 Pushover Analysis
Performance based design memudahkan owner dan perencana untuk
menetukan level kinerja struktur yang diharapkan, alur metode ini dimulai
dari pemilihan level kinerja yang diinginkan, mendesain sesuai level kinerja,
dan setelah desain selesai, target desain tersebut dapat menjadi kriteria
penerimaan (acceptance criteria) melalui evaluasi kinerja untuk level sasaran
kinerja yang diatur oleh FEMA 356, ditunjukan pada Gambar 1 dan
disesuaikan dengan SNI 1726-2012. Level-level kinerja dalam Performance
Based Design:
1. Operational
Kondisi dimana setelah gempa terjadi struktur dapat langsung digunakan
kembali karena struktur utama tetap utuh dan elemen non-struktural
hanya mengalami kerusakan yang sangat kecil.
2. Immediate Occupancy (IO)
3. Bila terjadi gempa struktur masih aman, hanya terjadi sedikit kerusakan
minor dimana untuk memperbaikinya tidak mengganggu pengguna,

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)


15
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
kekuatan dan kekakuannya kira-kira hampir sama dengan kondisi
sebelum gempa, sistem pemikul gaya vertikal dan lateral pada struktur
masih mampu memikul gaya gempa yang terjadi.
4. Life Safety (LS)
Saat gempa terjadi, pada struktur timbul kerusakan yang cukup signifikan
tetapi belum mengalami keruntuhan, komponen-komponen struktur
utama tidak runtuh dan struktur masih stabil mampu menahan gempa
kembali, bangunan masih dapat digunakan jika dilakukan perbaikan.
5. Collapse Prevention (CP)
Kondisi dimana merupakan batas kemampuan dari struktur dimana
struktural dan nonstruktural sudah mengalami kerusakan yang parah,
namun stuktur tetap berdiri dan tidak runtuh, struktur sudah tidak lagi
mampu menahan gaya lateral.

Gambar 2.5 Level Kinerja Menurut FEMA 356

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Chunyu Zhang


dan Ying Tian (2019), Performance Based Design akan menghasilkan hasil
desain yang lebih optimal dibandingkan Strength Based Design dengan
pengurangan kekuatan lentur perlu untuk balok dan kolom sebesar 30%,
pengurangan luas penampang sebesar 26% dan pengurangan biaya secara
keseluruhan sebesar 21%. Sedangkan menurut penelitian oleh Radit,
Maheswari Dinda, dkk dinyatakan bahwa metode Performance Based

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)


16
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
Design tidak efektif jika sumbu pendek gedung berbanding sekitar 1:1
terhadap tinggi gedung.

Tabel 2.1 Batasan Simpangan Level Kinerja Struktur Berdasarkan ATC-40

Level Kinerja Struktur


Batasan Immediat

Simpangan Antar e Damage Structural


Life Safety
Tingkat Occupanc Control Stability
y
Simpangan Total Vi
0.01 0.01 – 0.02 0.02 0.33
Maksimum Pi
Simpangan Inelastis 0.005 – Tidak
0.005 Tidak dibatasi
Maksimum 0.015 dibatasi

BAB III
PROSEDUR DAN HASIL RANCANGAN

3.1 Tahapan dan Perencanaan Awal


Dalam perencanaan struktur aman gempa, terlebih dahulu ditentukan
parameter bangunan aman gempa berdasarkan peraturan gempa SNI 1726-
2012. Untuk analisa perhitungan digunakan software ETABS v.2017. Tahapan
prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan awal perencanaan elemen struktur (Preliminary Design)
Berikut data-data yang diperoleh dalam Preliminary Design:
Jenis Struktur : Beton Betulang
Mutu Beton : fc’ 30 MPa
BV Beton : 2400 kg/m3
Modulus Elastisitas Beton : 4700√ fc '

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)


17
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
Mutu Baja : BJTD-390 dan BJTD-240
Modulus Elastisitas Baja : 200.000 MPa
Balok : B1 (300 x 500 mm)
B2 (250 X 300 mm)
Kolom : K1 (600 x 600 mm)
K2 (500 x 500 mm)
K3 (400 x 400 mm)
2. Pemodelan struktur gedung pada software ETABS v.2017 sesuai dengan
data-data Preliminary Design. Pemodelan struktur dilakukan dengan tipe
Open Frame, dimana elemen dinding tidak dimodelkan namun tetap
memperhitungkan berat sendiri dinding tersebut. Sehingga, pertambahan
kekakuan oleh dinding tidak diperhitungkan. Untuk elemen pelat lantai,
tetap dimodelkan sesuai dengan preliminary design. Namun, dalam tugas
akhir ini tidak dilakukan perencanaan elemen pelat lantai bangunan.

Gambar 3.1 Pemodelan Struktur Bangunan Lantai 1-3

Gambar 3.2 Pemodelan Struktur Bangunan Lantai 4

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)


18
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
Gambar 3.3 Pemodelan Struktur Bangunan Lantai 5

Gambar 3.4 Pemodelan Struktur Bangunan 3D


3. Running pertama, periksa parameter gedung aman gempa seperti:
perioda natural, rasio partisipasi modal massa, kontribusi frame memikul
minimal 25% gaya geser (Base Shear).
4. Input beban gempa statis dan beban gempa dinamis (Response Spectrum)
dengan faktor skala gempa.
5. Running kedua, periksa parameter bangunan aman gempa seperti: faktor
skala gempa, simpangan antar lantai, P-Delta, Mode Shape,
ketidakberaturan vertikal dan horizontal.
6. Input kombinasi pembebanan.
7. Running ketiga, output gaya dalam.
8. Perhitungan gaya dalam untuk mengetahui kekuatan nominal elemen
struktur.
9. Input inelastic material dan beban pushover serta perhitungan
Performance Point.
3.2 Desain Pembebanan Gempa
Perhitungan beban gempa dilakukan dengan analisis respons spektrum
sesuai dengan SNI 1726:2012
1. Jenis Bangunan : Gedung rawat inap rumah sakit
2. Kategori Risiko : IV (Rumah Sakit)
Tabel 4.1 Kategori Risiko Bangunan Rumah Sakit

Kategori
Jenis Pemanfaatan
Risiko
AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)
19
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai
fasilitas yang penting, termasuk, tetapi tidak
dibatasi untuk:
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya
yang memiliki fasilitas bedah dan unit gawat
darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans dan
kantor polisi, serta garasi kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi,
angin badai dan tempat perlindungan darurat
lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat
operasi dan fasilitas lainnya untuk tanggap
IV
darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik
lainnya yang dibutuhkan pada saat kendaraan
darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara
telekomunikasi, tangki penyimpanan bahan
bakar, menara pendingin, struktur stasiun
listrik, tangki air pemadam kebakaran atau
struktur rumah atau struktur pendukung air
atau material atau peralatan pemadam
kebakaran) yang disyaratkan untuk beroperasi
pada saat keadaan darurat.
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi struktur bangunan lain
yang masuk ke dalam kategori risiko IV.
3. Ie : 1,50
Tabel 4.2 Faktor Keutamaan Gempa, Ie
AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)
20
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
Faktor Keutamaan
Kategori Resiko
Gempa
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
4. Jenis Tanah : Sedang
5. Ss : 1,2-1,5g (ambil Ss = 1,5g)

Gambar 3.5 Peta Ss Wilayah Kota Padang


6. S1 : 0,6-0,7g (ambil S1 = 0,7g)

Gambar 3.6 Peta S1 Wilayah Kota Padang


7. Koefisien Situs, Fa : 1
Tabel 4.3 Koefisien Situs, Fa

Kelas Situs Ss ≥ 1,25


SD 1,0
8. Koefisien Situs, Fv : 1,5
Tabel 4.4 Koefisien Situs, Fv

Kelas Situs Ss ≥ 0,5


AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)
21
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
SD 1,5
9. S MS=1,5 . 1
S MS=1,5
10. S M 1=0,7 . 1, 5
S M 1=1,05
2
11. S DS= S
3 MS
2
S DS= (1.5)
3
S DS=1
2
12. S D 1= S
3 M1
S D 1=2/3(1.05)
S D 1=0,7
SD1
13. T 0=0,2
S DS
0.7
T 0=0,2( )
1
T 0=0,14
SD1
14. T S=
S DS
0,7
T S=
1
T S=0,70
T
15. Sa=S DS (0,4 +0,6 )
T0
T
Sa=1(0,4 +0,6 ) (Input nilai T interval)
0,14

Gambar 3.7 Grafik Respons Spektrum Tanah Sedang


AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)
22
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
Hasil perhitungan dari respons spektrum (terlampir pada Lampiran-8)
kemudian didefinisikan ke dalam function ETABS.

Gambar 3.8 Pendefinisian Hasil Perhitungan Respons Spektrum pada


ETABS
16. Penentuan Sistem Struktur Bangunan
Sistem struktur yang akan digunakan pada bangunan, ditentukan
berdasarkan kategori desain seismik sesuai dengan ketentuan pada
pasal 6.5 SNI 1726:2012. Dalam perencanaan struktur bangunan
Rumah Susun Sewa Wilayah Sumatera Barat I TA 2018 ini digunakan
Sistem Rangka Penahan Momen Khusus (SRPMK), dengan parameter
sistem sebagai berikut:
Tabel 4.5 Faktor R, Cd, dan Ω0 untuk Sistem Penahan Gaya Gempa

Sistem Penahan Gaya Seismik Rd Ω0g Cdb


(C-Sistem Rangka Pemikul
Momen)
C.5.Rangka Beton Bertulang
8 3 5 ½
Pemikul Momen Khusus
17. Faktor Skala Beban Gempa
Nilai respons spektrum pada suatu analisis harus dikalikan dengan
suatu faktor skala (SF), dimana:
Ie
SF=G
R
AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)
23
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
1
SF=9,81
8
SF=1,23
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Beban Gempa
Respon Spektrum
Kategori Resiko Bangunan Gedung IV
Faktor Keutamaan Gempa (Ie) 1,50
Lokasi Kota Padang
Jenis Tanah Sedang
Kelas Situs SD
Ss 1,5
S1 0,7
Fa 1
Fv 1,5
Sms 1,5
Sm1 1,05
Sds 1
Sd1 0,7
T0 0,14
TS 0,70
Sa(0) 0,40
3.3 Perencanaan dan Kombinasi Pembebanan
Perencanaan beban pada struktur berupa perencanaan beban gravitasi
dan beban gempa. Beban gravitasi meliputi beban mati dan beban hidup
yang bekerja pada struktur tersebut.
a. Beban Mati
Beban mati yang dihitung berupa beban mati yang bekerja pada lantai
dan balok sesuai dengan SNI 1727:2013 dan dilengkapi dengan PPPURG
1987 serta ARS Group.
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Beban Mati
AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)
24
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
Beban Mati
Lantai Beban pada Beban pada
Lantai (kN/m2) Balok (kN/m)
Lantai 1 1,11 7,25
Lantai 2 1,11 6,75
Lantai 3 1,11 6,75
Lantai 4 1,11 5,00
Lantai 5 1,01 3,30
b. Beban Hidup
Beban hidup dihitung berdasarkan fungsi ruang pada bangunan sesuai
dengan SNI 1727:2013 dan dilengkapi dengan PPPURG 1987 serta FEMA
P646-508 2012.

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Beban Hidup


Beban Hidup
Lantai 1 – 5
Ruang Bangsal 4,79 kN/m2
Beban-beban tersebut kemudian dikombinasikan dengan nilai redudansi
gempa sebesar 1,3. Adapun kombinasi pembebanan adalah sebagai berikut:
1. 1,4 DL
2. 1,2 DL + 1,6 LL
3. 1,460 DL + 1 LL +1,3 EQX + 0,39 EQY
4. 1,340 DL + 1 LL + 1,3 EQX – 0,39 EQY
5. 1,060 DL + 1 LL – 1,3 EQX + 0,39 EQY
6. 0,940 DL + 1 LL – 1,3 EQX - 0,39 EQY
7. 1,460 DL + 1 LL +0,39 EQX + 1,3 EQY
8. 1,060 DL + 1 LL + 0,39 EQX – 1,3 EQY
9. 1,340 DL + 1 LL – 0,39 EQX + 1,3 EQY
10. 0,940 DL + 1 LL – 0,39 EQX + 1,3 EQY
AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)
25
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
11. 0,640 DL + 1,3 EQX + 0,39 EQY
12. 0,760 DL + 1,3 EQX – 0,39 EQY
13. 1,040 DL – 1,3 EQX + 0,39 EQY
14. 1,160 DL – 1,3 EQX – 0,39 EQY
15. 0,640 DL + 0,39 EQX + 1,3 EQY
16. 1,040 DL + 0,39 EQX – 1,3 EQY
17. 0,760 DL – 0,39 EQX + 1,3 EQY
18. 1,160 DL – 0,39 EQX – 1,3 EQY

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Parameter Bangunan Aman Gempa
a. Modal Partisipasi Massa
SNI 1726:2012 pasal 7.9.1 menyatakan bahwa jumlah ragam yang
disyaratkan untuk mementukan ragam getar alami pada struktur untuk
memperoleh partisipasi massa ragam terkombinasi sebesar paling sedikit
90% dari massa aktual masing-masing arah horizontal ortogonal dari
respons yang ditinjau oleh model.
Tabel 4.1 Perioda dan Modal Participating Mass Ratio dari ETABS

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)


26
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design

b. Simpangan Antarlantai (Story Drift)


Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.8.6, simpangan antar lantai tingkat
desain (∆) dihitung sebagai perbedaan defleksi pada pusat massa di
tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau.
δ . Cd
Δ= (4.1)
I
0,02. h
Δ a= (4.2)
ρ
Keterangan:
∆ = simpangan antar lantai
∆a = simpangan antar lantai izin (tabel 16 SNI 1726:2012)
Cd = faktor pembesaran defleksi (tabel 9 SNI 1726:2012)
Ie = faktor keutamaan gempa (tabel 2 SNI 1726:2012)
H = tinggi lantai
ρ = faktor redudansi (pasal 7.3.4 SNI 1726:2012)
Tabel 4.2 Simpangan Antar Lantai Arah X
hsx δxe δx ∆ ∆a
Tingkat ∆ < ∆a
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1 3400 3,882 21,351 21,351 68 Ok
2 3200 10,851 59,681 38,330 64 Ok
3 3200 16,721 91,966 32,285 64 Ok
4 3200 24,279 133,535 41,569 64 Ok
5 2000 26,414 145,277 11,743 40 Ok

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)


27
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
Tabel 4.3 Simpangan Antar Lantai Arah Y

hsx δYe Δy ∆ ∆a
Tingkat ∆ < ∆a
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1 3400 3,884 21,362 21,362 68 Ok
2 3200 10,956 60,258 38,896 64 Ok
3 3200 16,943 93,187 32,929 64 Ok
4 3200 24,237 133,304 40,117 64 Ok
5 2000 26,260 144,430 11,127 40 Ok

4.2 Rekapitulasi Gaya Dalam Elemen Struktur


a. Gaya Dalam Elemen Balok
Momen Lapangan (+) : 141.087 kN.m
Momen Tumpuan (-) : 120.321 kN.m
b. Gaya Dalam Elemen Kolom
4.3 Detailing Elemen Struktur SRPMK
Pada perencanaan detailing elemen struktur, faktor reduksi yang digunakan
adalah sebagai berikut:
a. Faktor reduksi kuat lentur Ø : 0.9
b. Faktor reduksi kuat geser Øs : 0.75
4.3.1 Detailing Elemen Tulangan Lentur Balok
Dari hasil analisis struktur yang dilakukan dengan software ETABS
v.2017, diperoleh nilai gaya dalam momen elemen balok B1 adalah
sebagai berikut:

Gambar 4.1 Elemen Balok B1


Tulangan Lentur Kondisi Pertama

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)


28
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
Pada kondisi pertama, kolom interior kanan, momen negatif
tumpuan, goyangan ke kanan. Diameter tulangan lentur balok harus
dibatasi sehingga dimensi kolom paralel terhadap tulangan sekurang-
kurangnya 20db. Jadi, diameter maksimum baja tulangan adalah:
Diameter tulangan : hbalok / 20
: 500 mm / 20
: 25 mm (Asumsi awal tulangan yang
digunakan adalah 2 D19 dan 2 D 19)
Tinggi efektif balok, d : hbalok – (selimut beton +ds + dt/2)
: 500 – (40 + 10 + 19/2)
: 440.5 mm
Momen Tumpuan (-) : 120.321 kN.m
Berdasarkan asumsi awal, diperoleh luas tulangan perlu:
Mu 120321000
As= = =915.523mm 2
Øfy × jd 0.9 ×390 × 0.85× 440.5
Tabel 4.4 Luas Tulangan Lentur Kondisi Pertama
No. Diameter Jumlah Luas (mm2)
1 19 2 567.057
2 19 2 567.057
Total 1134.115
Dengan nilai β1:
0.05 ( f c' −28 ) 0.05 ( 30−28 )
β 1=0.85− =0.85− =0.8357
7 7
Diperoleh tinggi blok tegangan ekivalen, a adalah:
As × fy 1134.115×390
a= = =58.81 mm
β 1× fc ' × b 0.8357 ×30 ×300
Sehingga, nilai momen nominal aktual balok, ØMn adalah:

ØMn=ØAs × fy × d− ( a2 )=0.9 × 442304.9× ( 440.5− 58.81


2 )
ØMn=163.646 kN . m
ØMn ≥ Mu 163.646 ≥ 120.321(OK )
Balok mampu memikul beban luar yang bekerja

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)


29
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
Periksa Luas Tulangan Minimum

Asmin1 = √ f c' b ×d= √30 × 300× 440.5=463.984 mm2


4 × fy 4 ×390
Tapi, tidak boleh kurang dari:
1.4 1.4
Asmin 2= b × d= ×300 × 440.5=474.385 mm2
fy 390
Asterpasang > As min2 > As min1
1134.115>474.385> 463.984 (OK)
Periksa Rasio Tulangan
As 1134.115
ρaktual = = =0.0086
b ×d 300× 440.5
0.85× f c ' 600
0.75 ρbalance =0.75 × β 1× ( )
fy 600+ fy
0.85× 30 600
0.75 ρbalance =0.75 × 0.8357×
390 (
600+ 390 )
=0.025

Rasio tulangan aktual tidak boleh melebihi 75% dari rasio tulangan
balance. ρaktual < 0.75 ρbalance 0.0086< 0.025(OK )

Cek Kendali Tarik Penampang


a 58.81
= =0.133<0.375 β 1=0.133<0.313(OK )
d 440.5

Tulangan Lentur Kondisi Kedua


Kondisi kedua menggambarkan kolom interior kiri, momen negatif
tumpuan, goyangan ke kiri. Kebutuhan detailing penampang sama
dengan kondisi pertama. Diperlukan tulangan 2D19 dan 2 D19 untuk
memikul Mu = 120.321 kN.m

Tulangan Lentur Kondisi Ketiga


Kondisi ketiga menggambarkan kolom interior kiri, momen positif
tumpuan, goyangan ke kanan. Menurut SNI 2847:2013 tentang

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)


30
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung pada Pasal
21.5.2.2 menyatakan bahwa kekuatan momen positif pada muka joint
harus tidak kurang dari setengah kekuatan momen negatif yang
disediakan pada muka joint tersebut.
1 144.294
Mu positif > ØMn negatif 141.087> (OK )
2 2
Momen Lapangan (+) : 141.087 kN.m
Berdasarkan asumsi awal, diperoleh luas tulangan perlu:
Mu 141087000
As= = =1073.532 mm2
Øfy × jd 0.9 ×390 × 0.85× 440.5
Tabel 4.5 Luas Tulangan Lentur Kondisi Ketiga
No. Diameter Jumlah Luas (mm2)
1 19 - -
2 19 4 1134.115
Total 1134.115
Dengan nilai β1:
0.05 ( f c' −28 ) 0.05 ( 30−28 )
β 1=0.85− =0.85− =0.8357
7 7
Diperoleh tinggi blok tegangan ekivalen, a adalah:
As × fy 1134.115×390
a= = =58.81 mm
β 1× fc ' × b 0.8357 ×30 ×300
Sehingga, nilai momen nominal aktual balok, ØMn adalah:

ØMn=ØAs × fy × d− ( a2 )=0.9 × 442304.9× ( 440.5− 58.81


2 )
ØMn=163.646 kN . m
ØMn ≥ Mu 163.646 ≥ 141.087(OK )
Balok mampu memikul beban luar yang bekerja

Periksa Luas Tulangan Minimum

Asmin1 = √ f c' b ×d= √30 × 300× 440.5=463.984 mm2


4 × fy 4 ×390
Tapi, tidak boleh kurang dari:
1.4 1.4
Asmin 2= b × d= ×300 × 440.5=474.385 mm2
fy 390
AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)
31
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
Asterpasang > As min2 > As min1
1134.115>474.385> 463.984 (OK)

Periksa Rasio Tulangan


As 1134.115
ρaktual = = =0.0086
b ×d 300× 440.5
0.85× f c ' 600
0.75 ρbalance =0.75 × β 1× ( )
fy 600+ fy
0.85× 30 600
0.75 ρbalance =0.75 × 0.8357×
390 (
600+ 390 )
=0.025

Rasio tulangan aktual tidak boleh melebihi 75% dari rasio tulangan
balance. ρaktual < 0.75 ρbalance 0.0086< 0.025(OK )

Cek Kendali Tarik Penampang


a 58.81
= =0.133<0.375 β 1=0.133<0.313(OK )
d 440.5
Sehingga, balok dengan tulangan 4D19 mampu dan memenuhi
persyaratan dalam memikul beban luar.
Tulangan Lentur Kondisi Keempat
Kondisi 4 menggambarkan kolom interior kanan, momen positif
tumpuan, goyangan ke kiri. Kebutuhan detailing penampang sama
dengan kondisi 3. Diperlukan tulangan 4D19 untuk memikul Mu =
141.087 kN.m.
Tulangan Lentur Kondisi Kelima
Kondisi kelima menggambarkan tengah bentang, momen positif,
goyangan ke kanan dan kiri. Berdasarkan SNI 2847 tahun 2013 tentang
Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung pasal 21.5.2.2
mensyarakan bahwa baik kuat lentur negatif maupun positif pada
setiap penampang di sepanjang bentang tidak boleh kurang dari ¼ kuat
lentur terbesar yang disediakan pada kedua muka kolom tersebut.
Kuat lentur terbesar yang disediakan konfigurasi penulangan untuk
momen negatif akibat kedua arah goyangan gempa, yaitu ØMn =
AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)
32
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
144.294 kN.m. Sehingga ¼ ØMn= 36.074 kN.m. Nilai Mu pada nilai
analisa struktur adalah 128.879 kN.m, maka nilai yang digunakan
adalah nilai Mu dari analisa struktur.
Baja Tulangan yang Dibutuhkan untuk Lentur
Asumsi awal yang digunakan adalah 6D16.
Tinggi efektif balok, d : hbalok – (selimut beton +ds + dt/2)
: 500 – (40 + 10 + 19/2)
: 440.5 mm
Berdasarkan asumsi awal, diperoleh luas tulangan perlu:
Mu 128879000
As= = =980.641mm2
Øfy × jd 0.9 ×390 × 0.85× 440.5
Tabel 4.6 Luas Tulangan Lentur Kondisi Kelima
No. Diameter Jumlah Luas (mm2)
1 16 6 201.062
Total 1206.372
Dengan nilai β1:
0.05 ( f c' −28 ) 0.05 ( 30−28 )
β 1=0.85− =0.85− =0.8357
7 7
Diperoleh tinggi blok tegangan ekivalen, a adalah:
As × fy 1206.372× 390
a= = =62.554 mm
β 1× fc ' × b 0.8357 ×30 ×300
Sehingga, nilai momen nominal aktual balok, ØMn adalah:

ØMn=ØAs × fy × d− ( a2 )=0.9 × 470484.9× ( 440.5− 58.81


2 )
ØMn=174.073 kN . m
ØMn ≥ Mu 174.073 ≥ 128.879(OK )
Balok mampu memikul beban luar yang bekerja

Periksa Luas Tulangan Minimum

Asmin1 = √ f c' b ×d= √30 × 300× 440.5=463.984 mm2


4 × fy 4 ×390
Tapi, tidak boleh kurang dari:

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)


33
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
1.4 1.4
Asmin 2= b × d= ×300 × 440.5=474.385 mm2
fy 390
Asterpasang > As min2 > As min1
1206.372>474.385> 463.984 (OK)
Periksa Rasio Tulangan
As 1206.372
ρaktual = = =0.00913
b ×d 300× 440.5
0.85× f c ' 600
0.75 ρbalance =0.75 × β 1× ( )
fy 600+ fy
0.85× 30 600
0.75 ρbalance =0.75 × 0.8357×
390 ( 600+ 390)=0.025

Rasio tulangan aktual tidak boleh melebihi 75% dari rasio tulangan
balance. ρaktual < 0.75 ρbalance 0.00913<0.025 (OK )

Cek Kendali Tarik Penampang


a 62.554
= =0.142<0.375 β 1=0.142< 0.313(OK )
d 440.5

Kapasitas Minimum Momen Positif dan Momen Negatif


SNI 2847 tahun 2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk
Bangunan Gedung pasal 21.5.2.1 dan 21.5.2.2 mengharuskan
setidaknya ada dua batang tulangan atas dan dua batang tulangan
bawah yang dipasang secara menerus, dan kapasitas momen positif
dan momen negatif minimum pada sembarang penampang di
sepanjang bentang balok SPRMK tidak boleh kurang dari ¼ kali
kapasitas momen maksimum yang disediakan pada kedua muka kolom
balok tersebut.
Kuat momen positif-negatif terbesar pada bentang = 174.073 kN.m
¼ kuat momen positif dan negatif terbesar = 36.074 kN.m
Kuat momen positif di sepanjang bentang (kondisi 3, 4 dan 5 yang
telah dijelaskan sebelumnya), pada dasarnya sudah bernilai lebih
besar daripada 36.074 kN.m.
AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)
34
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
4.3.2 Detailing Elemen Tulangan Geser Balok
Probable Moment Capacities (Mpr)
Menurut SNI 2847 tahun 2013 tentang Persyaratan Beton Struktural
untuk Bangunan pasal 21.6.5.1 mensyaratkan bahwa gaya geser desain,
Ve, harus ditentukan sedemikian rupa dari peninjauan terhadap gaya-
gaya maksimum yang dapat dihasilkan dipermukaan setiap joint pada
ujung elemen struktur. Gaya-gaya joint ini harus ditentukan dengan
menggunakan kekuatan momen maksimum yang kemungkinan terjadi,
Mpr di setiap ujung elemen struktur yang berhubungan dengan rentang
dari beban aksial terfaktor, Pu yang bekerja pada elemen struktur. Geser
elemen struktur tidak perlu melebihi yang ditentukan dari kekuatan joint
berdasarkan pada Mpr elemen struktur transversal yang merangka ke
dalam joint. Dalam semua kasus Ve tidak boleh kurang dari geser
terfaktor yang ditentukan dalam analisis struktur.
Pada perencanaan geser, kuat geser beton diabaikan jika kedua syarat
berikut ini terpenuhi:
1. Gaya geser yang diakibatkan oleh gempa kemudian dihitung
berdasarkan SNI 2847 tahun 2013 pasal 21.6.5.1, mewakili setengah
atau lebih dari kekuatan geser perlu maksimum dalam lo;
2. Gaya tekan aksial terfaktor, Pu, termasuk pengaruh gempa kurang
dari Ag.fc’/10.
Geser rencana akibat gempa pada balok dihitung dengan mengasumsikan
sendi plastis yang terbentuk di ujung-ujung balok dengan tegangan lentur
balok mencapai 1,25 fy dan faktor reduksi kuat lentur Ø=1.
a. Kapasitas momen ujung-ujung balok bila struktur bergoyang ke kanan
(Kondisi 1)
1.25 × As × fy 1,25 ×1134.115× 390
a pr−1= = =72.272 mm
0,85 × fc ' ×b 0,85 ×30 × 300
a pr−1
M pr−1=1.25 × As × fy (d − )
2

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)


35
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
72.272
M pr−1=1.25 ×1134.115 ×390 440.5− ( 2 )
=223.565 kN . m

Searah jarum jam di muka kolom interior kanan

b. Kapasitas momen ujung-ujung balok bila struktur bergoyang ke kanan


(Kondisi 3)
1.25 × As × fy 1,25 ×1134.115× 390
a pr−3= = =72.272 mm
0,85 × fc ' ×b 0,85 ×30 × 300
a pr−1
M pr−3=1.25 × As × fy( d− )
2
72.272
M pr−3=1.25 ×1134.115 ×390 440.5− ( 2 )
=223.565 kN .m

Searah jarum jam di muka kolom interior kiri

Detailing penampang kedua ujung balok adalah identik, kapasitas momen


probable ujung-ujung balok ketika struktur bergoyang ke kiri akan sama dengan
saat struktur bergoyang ke kanan, hanya saja dengan arah berbeda.
c. Kondisi 2
a pr−2=72.272mm dan M pr−2=223.565 kN . m
d. Kondisi 4
a pr−4=72.272 mm dan M pr−4=223.565 kN .m

Diagram Gaya Geser


Reaksi geser di ujung kanan dan kiri balok akibat gaya geser gravitasi yang
bekerja pada struktur.
Wu=1.2 D+ 1.0 L=1.2 ( 7.25 kN /m) +1.0( 19.16 kN /m2)
Wu=27.86 kN /m
w u × l n 27.86 × 4
Vg= = =55.72 kN
2 2
Struktur bergoyang ke kanan
M pr−1+ M pr−3 223.565 ×223.565
V sway−kanan = = =111.783 kN
ln 4
Total reaksi geser di ujung kiri balok:
Vg – Vsway-kanan = 55.72 - 111.783 = 56.063 kN (Arah geser ke bawah)
AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)
36
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
Total reaksi geser di ujung kanan balok:
Vg + Vsway-kanan = 55.72 - 111.783 = 167.503 kN (Arah geser ke bawah)

Struktur bergoyang ke kiri


M pr−2+ M pr− 4 223.565 ×223.565
V sway−kiri = = =111.783kN
ln 4
Total reaksi geser di ujung kiri balok:
Vg – Vsway-kanan = 55.72 - 111.783 = 56.063 kN (Arah geser ke bawah)
Total reaksi geser di ujung kanan balok:
Vg + Vsway-kanan = 55.72 - 111.783 = 167.503 kN (Arah geser ke bawah)

Sengkang untuk Gaya Geser


Menurut SNI 2847 tahun 2013 pasal 21.5.4.2 mengatakan bahwa kontribusi
beton dalam menahan geser yaitu Vc harus diambil dengan nilai = 0 pada
perencanaan geser di daerah sendi plastis apabila kedua syarat di bawah ini
terpenuhi:
a. Gaya geser Vsway akibat sendi plastis di ujung-ujung balok melebihi ½ atau
lebih besar kuat geser perlu maksimum Vu di sepanjang bentang. Periksa
persyaratan untuk menentukan Vc:
M pr−2+ M pr− 4 223.565 ×223.565
V sway−kiri = = =111.783kN
ln 4
M pr−1+ M pr−3 223.565 ×223.565
V sway−kanan = = =111.783 kN
ln 4
Berdasarkan analisis, diperoleh nilai Vu = 118.028 kN, dengan nilai ½ Vu:
1 118.028
V = =59.014 kN
2 u 2
b. Gaya tekan aksial terfaktor, termasuk akibat pembebanan gempa kurang
dari Ag.fc’/20.
Berdasarkan hasil analisis struktur, gaya aksial tekan terfaktor akibat gaya
gempa dan gravitasi adalah 2.408 kN. Sedangkan nilai dari Ag.fc’/20 = (300
mm x 500 mm x 30 N/mm2)/20 = 225 kN > 2.408 kN.

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)


37
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
Dengan demikian, karena:
1) Kondisi Vsway > ½ Vu, baik di muka kolom interior kiri pada saat struktur
bergoyang ke kiri maupun di muka kolom interior kanan;
2) Gaya aksial tekan terfaktor akibat beban gempa dan gravitasi <
Ag.fc’/20.
Maka perencanaan tulangan geser dilakukan dengan tidak
memperhitungkan kontribusi beton Vc di sepanjang zona sendi plastis di
masing-masing muka kolom.
Muka Kolom Interior Kiri
Gaya geser maksimum, Vu= 118.028 Kn
1 1
V C= √ fc ' ×b × d= √ 30 ×300 × 440.5=120.635 kN
6 6
Dengan demikian,
Vu 118.028
V s= −Vc= −0=157.371 kN
Ø 0.75
SNI 2847 tahun 2013 pasal 11.4.7.8, menyatakan bahwa:
2 √ fc ' 2 30
Nilai Vsmaks = bd= √ × 300 ×440.5=482.544 kN
3 3
Maka persyaratan Vsmaks lebih besar dari Vs telah terpenuhi.
Selanjutnya yaitu menghitung spasi tulangan dengan persamaan:
Av × fy × d
s=
Vs
Digunakan sengkang sebagai berikut Diameter 10 2 kaki, sehingga
Av = 157.08 mm2
Av × fy × d 157.08 ×390 × 440.5
s= = =171.477 mm 150 mm
Vs 157.371×1000
Diperiksa:
Av × fy × d 157.08 ×390 × 440.5
Vs= = =179.904 kN (ok )
s 150
Jadi, digunakan sengkang 2 kaki dengan D-10, jarak 150 mm.
Muka Kolom Interior Kanan

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)


38
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
Digunakan tulangan geser sama dengan pada muka kolom interior kiri, yaitu
sengkang 2 kaki dengan D-10, jarak 150 mm.

4.3.3 Detailing Elemen Kolom


Cek Konfigurasi Penulangan
Dari hasil desain berdasarkan preliminary design, dimensi kolom yang
digunakan adalah 600 x 600 mm dengan penulangan rencana 12 D-22,
dengan nilai As = 4561.593 mm2.
Rasio tulangan, ρg dibatasi tidak kurang dari 0,01 dan tidak lebih dari 0,06
As 4561.593mm 2
ρ g= = =0.0123(OK )
b ×h 600 mm ×600 mm
Kuat Kolom
SNI 2847 tahun 2013 pasal 21.6.22 mensyaratkan bahwa kuat kolom ØMn
harus memenuhi persyaratan ƩMc ≥ Ʃ1.2Mg. Dengan Mc adalah jumlah Mn
dua buah kolom yang bertemu pada joint dan Mg adalah jumlah Mn dua
balok yang bertemu pada joint. Perencanaan kolom yang dilakukan adalah
berdasarkan gaya dalam aksial dan momen terbesar. Diagram interaksi
kolom yang direncanakan adalah seperti berikut:

Gambar 4.2 Diagram Interaksi P-M Elemen Kolom


Besar kapasitas kolom akibat gaya dalam momen murni adalah:
ØPn = -17582.21 kN
ØMn = 1516.99 kN.m
ƩMc = ØMnlt.1 + ØMnlt.2 = 1516.99 kN.m + 546.38 kN.m = 2063.37 kN.m
ƩMg = Mpr-1 + Mpr-3 = 223.565 kN.m + 223.565 kN.m = 447.130 kN.m
AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)
39
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
1.2ƩMg = 536.556 kN.m
Maka untuk persyaratan ƩMc ≥ 1.2ƩMg telah terpenuhi bahwa kolom lebih
kuat dari balok.
Desain Tulangan Confinement
SNI 2847 tahun 2013 pasal 21.6.4.4 menyatakan bahwa total luas
penampang hoops tidak kurang dari salah satu yang terbesar di antara:

s × bc × f c ' Ag 0.09 × s × bc × fc '


A sh=0.3 ( fyt )( Ach −1 ) atau A = sh
fyt
Dimana bc adalah lebar penampang inti beton, Ach adalah luas penampang
inti beton terkakng, s adalah spasi tulangan hoops dan fyt adalah tulangan
kuat tarik tulangan geser sebesar 390 MPa. Tulangan hoops yang digunakan
adalah D-10 2 kaki dengan Av sebesar=157.08 mm2.
Db 10
bc=bw−2 cover + ( 2 )
=600−2 40+
2 (
=510 mm )
Ach =( bw−2 cover ) ( hc−2 cover )= (500−80 ) ( 600−80 )

Ach =176.400 mm2

Digunakan spasi antar tulangan s=100 mm, sehingga:

s × bc × f c ' Ag
A sh1=0.3 ( fyt )( Ach −1 )

A sh1=0.3 ( 100×390
510× 30 600.600
)( 176400 −1 )=1224.961 mm 2

0.09 × s ×bc × fc ' 0.09× 100× 510 ×30


A sh2= = =353.077 mm2
fyt 390
Karena Ash-1 lebih besar daripada Ash-2, maka tulangan confinement D-10 2
kaki memenuhi syarat.
Menurut SNI pasal 21.6.4.1 mensyaratkan bahwa tulangan hoops ini harus
dipasang sepanjang Lo dari ujung-ujung kolom, Lo yang dipilih yang terbesar
di antara:
a. Tinggi elemen kolom, h = 600 mm

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)


40
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
b. 1/6 tinggi bersih kolom = 666,66 mm
c. 450 mm
Jadi, tulangan confinement 2D1- mm harus dipasang pada daerah Lo=670
mm dari tumpuan.
Desain Tulangan Geser
Gaya geser Ve efektif yang bekerja di kolom tidak perlu lebih besar dari gaya
geser akibat sway. Vsway yang dihitung berdasarkan Mpr balok:
(M ¿ ¿ pr −2+ M pr−4 ) 0.5
V sway =(M ¿ ¿ pr −1+ M pr−3) 0.5+ ¿¿
Lu
( 223.565+ 223.565) 0.5+(223.565+223.565)0.5
V sway =
3.4
V sway =131.509 kN
Nilai Ve tidak boleh kurang dara gaya geser terfaktor hasil gaya geser
terfaktor hasil analisis struktur, yaitu: 3567.17 kN. Karena Vsway lebih kecil,
maka gaya geser efektif pada kolom adalah 3567.17 kN.
Kontribusi beton dalam menahan geser, Vc=0 jika Ve akibat gaya gempa
lebih besar dari ½ Vu dan gaya geser aksial terfaktor pada kolom tidak
melampaui 0,05Agfc’. Selain itu Vc dapat diperhitungkan. Sedangkan, pada
kolom yang direncanakan, gaya aksial terfaktornya melampaui 0,05 Ag.fc’.
Jadi Vc boleh diperhitungkan.
fc ' 30
V c= √ bd= √ 600 ×600=328.634 kN
6 6
1. Periksa apakah dibutuhkan tulangan geser
Vu Vc 3567.17 328.634
> =¿ >
Ø 2 0.75 2
Maka perlu tulangan geser.
2. Cek apakah cukup dipasang cukup tulangan geser minimum:
Vu 1 3567.17 1
>Vc+ b . d=¿ >328.634+ 600.600
Ø 3 0.75 3
4756.36 <120328.6
Suku kiri lebih kecil, sehingga hanya diperlukan tulangan geser
minimum.

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)


41
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design
Karena sebelumnya telah dipasang tulangan confinement 2 kaki D-10
dengan spasi 100 mm, sehingga:
1. b . s 1.500 .100
A vmin= = =42.735 mm2
3. fy 3.390
Sementara itu, Ash untuk 2 kaki D10 = 353.077 mm 2 dan lebih besar dari
Av min, maka tulangan confinement cukup untuk menahan geser yang
terjadi.
4.4 Pushover Analysis
Hasil analisis pushover yang diperoleh yaitu berupa kurva kapasitas
bangunan dan titik kinerja dengan metode FEMA 440 dengan akhir adalah
dalam bentuk level kinerja struktur.
1. Kurva Kapasitas
Pada pembebanan arah X, struktur berhenti pada step ke-3, yaitu pada
perpindahan 30.742 mm dengan gaya sebesar 4777.952 kN. Sedangkan
pada arah U, struktur berhenti pada step ke-3 dengan besar perpindahan
sebesar 4.397 mm dan gaya geser sebesar 7052.692 kN. Pada besar
beban dan perpindahan yang diperoleh, dapat dilihat bahwa kekakuan
pada gedung untuk arah X dan arah Y memiliki perbedaan nilai yang
cukup besar.
Tabel 4.7 Tabel Hasil Analisis Push Over Arah X
Monitored Displ Base Force
Step A-B B-C C-D D-E >E A-IO IO-LS LS-CP >CP Total
mm kN
0 0 0 2544 64 0 0 0 2608 0 0 0 2608
1 -0.203 36.9516 2542 66 0 0 0 2608 0 0 0 2608
2 -30.681 4769.7779 1964 644 0 0 0 2608 0 0 0 2608
3 -30.742 4777.9522 1964 644 0 0 0 2608 0 0 0 2608

Tabel 4.8 Tabel Hasil Analisis Push Over Arah Y


Monitored Displ Base Force
Step A-B B-C C-D D-E >E A-IO IO-LS LS-CP >CP Total
mm kN
0 0 0 2544 64 0 0 0 2608 0 0 0 2608
1 -0.072 185.8276 2542 66 0 0 0 2608 0 0 0 2608
2 -3.013 5610.1031 2022 586 0 0 0 2606 0 0 2 2608
3 -4.397 7052.6916 1860 748 0 0 0 2606 0 0 2 2608

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)


42
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design

Gambar 4.3 Kurva Kapasitas Arah-X dan Arah Y


Berdasarkan perpindahan maksimum yang dialami oleh struktur, maka
dapat diperoleh drift ratio untuk mendapatkan nilai titik kontrol pada
bangunan, dimana untuk nilai drift arah X bangunan adalah 30.742
mm/15000 mm = 0.00205 dan untuk nilai drift arah Y bangunan adalah
4.397 mm/15000 mm = 0.00029. Dari hasil tersebut, maka diperoleh
kesimpulan bahwa bangunan memiliki kapasitas di atas Immediate
Occupancy dengan level kinerja lebih kecil dari 0.5-1%, artinya gedung
dapat digunakan kembali setelah terjadinya gempa tanpa perlu
perbaikan yang signifikan.
2. Mekanisme Sendi Plastis
Mekanisme terjadinya sendi plastis pada komponen struktur bangunan
dapat diketahui dari hasil analisis pushover. Pola terbentuknya sendi
plastis pada komponen struktur bangunan dapat diketahui mulai dari
kondisi batas linier, immediate occupancy, life safety sampai struktur
sudah tidak mampu menahan gaya geser dan hancur.

Pada tugas ini, analisis pushover berhenti ketika terjadinya sendi plastis
pada komponen struktur kondisi batas maksimum gaya geser yang masih
mampu ditahan gedung. Terbentuknya sendi plastis pada saat analisis
pushover ditunjukkan dengan munculnya tanda titik warna pada elemen
struktur. Semakin banyak jumlah step pada saat analisis maka akan
terjadi perubahan kondisi sendi plastis elemen struktur.

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)


43
TUGAS I Desain Struktur Aman Gempa dengan Performance Based Design

Gambar 4.4 Sendi Plastis Arah-X

Gambar 4.5 Sendi Plastis Arah-Y

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis terhadap elemen struktur bangunan yang telah


dilakukan, dapat disimpulkan bahwa elemen struktur bangunan memiliki
kapasitas Immediate Occupancy, dimana struktur gedung dapat digunakan
kembali setelah menerima beban gempa.

AIMUTHIA CITRA UTAMI (1820921013)


44

Anda mungkin juga menyukai