KRITERIA DESAIN
1.1 Umum
Indonesiasalah satu negara berkembang yang sedang gencar membangun
sarana prasarana yang di butuhhkan oleh masyarakat. Maka pembangunan
disemua aspek di seluruh wilayah Indonesia dapat merata karena pertumbuhan
perkembangan penduduk.Sesuai dengan perkembangan salah satu daerah,
pembanguanan infrastruktur yang sangat menentukan untuk menunjang
kelancaran dan meningkatkan aktifitas perekonomian di daerah yang mulai
berkembang.
Kota Madiun berada di provinsi jawa timur sedang berusaha meningkatkan
dan memaksimalkan pembangunan daerah.Dengan meningkatkan pembangunan
daerah dalam berbagai sektor meliputi pembangunan perumahan, rumah sakit,
perkantoran, universitas (kampus), trasportasi, jalan raya, dan sarana prasarana
lainnya.Suatu struktur bangunan terdiri dari struktur atas dan struktur
bawah.Struktur bangunan membutuhkan pondasi yang kuat dan kokoh sebagai
penopang kontruksi di atasnya.Pertama-tama yang dilaksanakan pada kegiatan
pembangunan struktur di lapangan adalah pekerjaan struktur bawah yaitu
pekerjaan pondasi.
Pembangunan suatu proyek kontruksi seperti pada pembangunan struktur
universitas di madiun ada banyak hal yang mendukung mulai dari perencanaan
sampai pelaksanaannya. Salah satu hal yang paling penting ialah mengetahui gaya
dalam yang bekerja pada struktur. Mengetahui gaya dalam yang bekerja pada
struktur dapat mengetahui aman/tidaknya perencanaan struktur yang telah
direncanakan.
1
1.2.1 Pembebanan Pada Struktur
Pembebanan pada struktur bangunan merupakan salah satu hal yang
terpenting dalam perencanaan sebuah gedung. Kesalahan dalam perencanaan
beban atau penerapan beban pada perhitungan akan mengakibatkan kesalahan
yang fatal pada hasil desain bangunan tersebut. Untuk itu sangat penting bagi kita
untuk merencanakan pembebanan pada struktur bangunan dengan sangat teliti
agar bangunan yang didesain tersebut nantinya akan aman pada saat dibangun dan
digunakan.
a. Beban Mati (Dead Load)
Beban mati adalah beban dengan besar yang konstan dan berada pada
posisi yang sama setiap saat. Beban ini terdiri dari berat sendiri struktur
dan beban lain yang melekat pada struktur secara permanen. Termasuk
dalam beban mati adalah berat rangka, dinidng, lantai, atap, plumbing,
dll.Dalam mendesain berat beban mati ini harus diperhitungkan untuk di
gunakan dalam analisa.Dimensi dan berat elemen struktur tidak di ketahui
sebelum analisa struktur selesai dilakukan.Berat yang di tentukan dari
analisa struktur harus di bandingkan dengan berat perkiraan semula.Jika
perbedaannya besar, perlu di lakukan analisa ulang dengan menggunakan
perkiraan berat yang lebih baik.
b. Beban Hidup ( Live Loads )
Beban hidup adalah beban yang berasal dan posisinya dapat berubah-
rubah.Beban hidup yang dapat bergerak dengan tenaganya sendiri di sebut
beban bergerak, seperti kendaraan, manusia, dan crane. Sedangkan beban
yang dapat dipindahkan antara lain furniture, material dalam gudang, dll.
Jenis beban hidup lain adalah angin, hujan, ledakan, gempa, tekanan tanah,
tekanan air, perubahan temperatur, dan beban yang di sebabkan oleh
pelaksanaan kontruksi.
c. Beban Angin
PPIUG 1983, Bab I pasal 1 ayat 3: beban angin adalah semua beban
yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang di sebabkan oleh
selisih dalam tekanan udara. Tekanan angin di Indonesia adalah 80kg/m2
2
pada bidang tegak sampai setinggi 20 m. Beban angin yang bekerja
terhadap gedung adalah menekan dan menghisap gedung tidak menentu
dan sukar dan sukar diprediksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya
tekan dan hisap angin terhadap gedung adalah kecepatan angin, kepadatan
udara, permukaan bidang, dan bentukdari gedung.
d. Beban Gempa
Beban Gempa adalah beban yang di sebabkan oleh bergeraknya tanah
akibat proses alami. Untuk bangunan tinggi beban gempa harus di
terapkan sedemikian rupa sehingga bangunan harus mampu menahan
gempa ulang 50 tahun. Pada desain gempa inilah nilai daktalitas struktur
(R) suatu bangunan dapat di tentukan. Faktor daktalitas maksimum (µm),
faktor reduksi gempa maksimum (Rm), dan faktor tahanan lebih struktur
(f) dan tahanan lebih total beberapa jenis sistem dan subsistem struktur
gedung sebagai berikut:
1. Sistem struktur rangka dengan uraian sistem pemikul beban gempa
menggunakan dinding geser beton bertulang,
a. Faktor daktalitas maksimum (µm) 3,3
b. Faktor reduksi gempa maksimum (Rm) 5,5
c. Faktor tahanan lebih struktur (f) 2,8
Beban Gempa adalah beban statik ekuivalen yang bekerja pada gedung
atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat
gempa itu. Dalam hal pengaruh gempa pada struktur di tentukan
berdasarkan suatu analisa dinamik, maka yang di artikan dengan beban
gempa disini adalah gaya-gaya di dalam struktur tersebut, yang terjadi
oleh gerakan tanah akibatgempa itu.
3
Gambar 1.1 Analisa dinamik gedung akibat gempa.
1.4 Referensi
Referensi yang di gunakan dalam penyusunan meliputi :
1. Asroni,A,2010 Balok dan Plat Beton Bertulang, graha
ilmu,Yogyakarta.
2. Badan Standart Nasional Indonesia. (2002). Tata cara perhitungan
struktur beton untuk bangunan gedung. SNI-03-2847-2002.
4
d. Kondisi Tanah : Tanah Sedang
e. Daktalitas Bangunan : Daktilitas sedang
LOKASI
UNIVERSITAS
5
2 BAB II
ESTIMASI DIMENSI STRUKTUR
6
maksimum adalah 3,33 kali lebar.
h 1 1
h = 12 s/d 16 x L (panjang palok)
1
b=2xh
L = 6m = 6500mm, maka:
1
H = 12 x 6500 = 541,67mm ≈ 600mm
1
b = 2 x 600 = 300mm
L = 4m = 4000mm, maka:
1
h = 12 x 4000 = 333,33mm ≈ 400mm
1
b = 2 x 400 = 200mm
7
Tabel 2.1 Dimensi Struktur
TIPE DIMENSI (mm2)
B1 300 x 600
B2 200 x 400
B3 150 x 300
(𝐿𝑑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑥𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙𝑥𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑥𝐵𝐽)𝑎𝑟𝑎ℎ𝑋+ (𝐿𝑑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑥𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙𝑥𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑥𝐵𝐽)𝑎𝑟𝑎ℎ𝑌
Dinding = 𝐿𝑥 𝑥𝐿𝑦
= 0,625 ton/m2
= 1,1712 ton/m2
F'c = 30 Mpa
= 6,5 x 4 = 26 m2
Gaya Aksial =PxA
= 30 x 26
8
= 780 kN
PU.Max = 0,7 × Ag × f’c
=0,7 x 109714 x 30
= 1920000
𝑃𝑢𝑚𝑎𝑥
Ag = 0,7 ×𝑓′𝑐
1920000
= 0,7 × 30
= 137143 mm2
b = √𝐴𝑔= √137143
h = 1x b
= 1× 400
b=h = √Ag
Jumlah Lantai x P x luas pelat
Ag = 0,7 x f′c
Diketahui:
Jumlah Lantai (n) = 4 lantai
Luasan lantai (A) = 4 m x 6,5 m
9
= 26 m2
Beban Aksial (Q) = 24 Kn/m2
Gaya Aksial P = Luas Lantai x Q
= 24 x 26 = 624 Kn/m2maka:
4 x 624
Ag = 0,7 𝑥 30000 = 0,118857 m2= 118857 mm2
b = h = √Ag = √118857
= 344,75 mm2 ≈ 400 mm2
Dipakai b/h = 400 mm2
Digunakan ukuran kolom 400× 400 mm, maka:
Ag = b x h = 400 × 400 = 160000 mm2> Ag perlu = 118857 mm2, Aman.
Pemakaian b x h dengan ukuran 400 × 400 mm berdasarkan keputusan Perencana
dan juga berdasarkan pertimbangan-pertimbangan lainnya.
Maka ukuran Kolom yang dipakai:
Ukuran kolom lantai 1-4 = 400 × 400 mm(Keputusan Perencana dan sudah
aman).
10
Bahan :
Tulangan utama D 13 mm
F'c = 30 Mpa
Fy = 400 Mpa
221,48>120 mm
H pakai = 221,48 mm ≈ 100 mm
Perhitungan Pelat 1
Bahan :
Tulangan utama D 13 mm
F'c = 30 Mpa
Fy = 400 Mpa
11
Perhitungan Plat Atap :
𝐿𝑦 6,5
Ratio plat = 𝐿𝑥 = = 1,625 Syarat Plat: 1 arah : ratio plat > 2
4
221,48>120 mm
H pakai = 221,48 mm ≈ 200 mm
207,143mm ≥ 120
12
3 BAB III
MUTU MATERIAL DAN PEMBEBANAN PADA STRUKTUR
1,4 1,4
Rasio tulangan minimum = = 240 = 0,0058
𝑓𝑦
3.2 Pembebanan
Beban-beban yang diperhitungkan dalam perencanaan ini adalah beban
hidup (QL) dan beban mati (QD) yang diterima oleh sistem struktur.Besar nilai
beban-beban tersebut sesuai dengan Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah
dan Gedung, SKBI-1.3.53.1987.
13
Tabel 3.1 Tabel berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung.
No. Nama Material Berat
14
Beban hidup pada atap
- Beban untuk atap =1 kN/m2
- Beban tambahan = 0,86 kN/m2 +
- Total beban hidup (LL) = 3,26kN/m2
3.3.2 Lantai
Beban mati pada lantai
- Pelat beton = 3,6 kN/m2
- Urugan pasir = 0,48 kN/m2
- Spesi = 0,42 kN/m2
- Plafon + penggantung = 0,18 kN/m2
- ME = 0,2 kN/m2
- Keramik = 0,24 kN/m2 +
- Total beban ( DL ) = 5,12 kN/m2
Beban hidup pada lantai
- Fungsi ruangan = Ruang Kuliah
- Beban hidup ruangan kuliah = 2,500 kN/m2
- Beban hidup tambahan = 1,520 +
- Total beban hidup (LL) = 4,020 kN/m2
3.3.3 Dinding
Tebal dinding = 15 cm (0,15m)
Beban dinding diatas balok B1 (Beban dinding luar arah X)
Asumsi tinggi tembok = tinggi lantai – h balok B1
= 4 – 0,6
= 3,4 m
- q dinding B1 = tebal dinding × tinggi × BJ tembok
= 0,15× 4 × 2,5
= 1,5 t/m
15
= 3,5m
- q dinding B2 = tebal dinding x tinggi x BJ tembok
= 0,15× 4× 2,5
= 1,5 t/m
16
l. lantai gedung pabrik bertingkat
- untuk lantai bawah
- untuk lantai tingkat lainnya 800 kg/m2
400 kg/m2
m. Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus 300 kg/m2
direncanakan
17
4 BAB IV
PERHITUNGAN PEMBEBANAN GEMPA
19
=284,375
c. Dinding B3 = panjang x jumlah x Bj
=3 x 2 x 9,25
=55,5 kN
7. Beban hidup lantai = panjang × lebar × jumlah × BJ
=6,5 x 4 x 4 x 2,4
=249,6
20
c. Dinding B3 = panjang x jumlah x Bj
=3 x 2 x 9,25
=55,5 kN
7. Beban hidup lantai = panjang × lebar × jumlah × BJ
=6,5 x 4 x 4 x 2,4
=249,6
21
= 3 x 2 x4,25
=25,5 kN
7. Beban hidup Atap = panjang × lebar × jumlah × BJ
=6,5 x 4 x 8 x 0,96
=199,68
22
madiun
Pada spektrum respon percepatan pada periode 0,2 detik (S1) dengan
redaman 5% dibatuan dasar untuk probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun.
madiun
23
Fa adalah faktor amplifikasi periode pendek 0,2 detik, dengan nilai SS
sebesar 0,45 g maka didapat nilai Fa sebesar 1,2.
24
madiun
madiun
Berdasarkan gambar CRS dan CR1 maka diperoleh data sebagai berikut:
= 1,1 x 1 x 1
25
= 1,1 g
= 1,6 x 0,4 x 1
= 0,64 g
Sedangkan untuk periode lebih besar dari To, respon spektrum percepatan,
Sa didapatkan dari persamaan berikut:
26
Tabel 4.1 Tabel nilai hubungan T dan Sa
T(det) Sa(m/det^2)
0 0.29
To 0.12 0.73
Ts 0.58 0.73
0.79 0.54
SD1 1 0.43
1.25 0.34
1.5 0.28
1.75 0.24
2 0.21
2.25 0.19
2.5 0.17
2.75 0.16
3 0.14
.400
.350
.300
Sa(m/det^2)
.250
.200
.150
.100
.050
.000
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
T(det)
27
4.3.2.4 Menghitung waktu getar alami struktur
Setelah diperoleh grafik respon sektrum maka langkah selanjutnya adalah
menghitung waktu getar alami struktur. Jika diketahui :
Jumlah lantai :4
Tinggi total (H) : 16 m
Tipe strukrtur : Rangka beton pemikul momen
Tabel 4.2 Nilai Ct dan X
Ct : 0,0466
x : 0,9
Waktu getar alami struktur (T) sebagai berikut:
T hitung = Ct x Hx
= 0,0466 x 160,9 = 0,565 detik
SD1 = 0,43 g , Maka Cu = 1,7 (Dari Tabel)
Tx ( mode 1) = 0,54 detik (hasil SAP2000)
Ty ( mode 2) = 0,46 detik (hasil SAP2000)
Syarat :
1. Jika Tc >Ta*Cu , maka T = Ta*Cu
2. Jika Tc < Ta*Cu > Ta , Maka T = TTerbesar
3. Jika Tc > Ta , Maka T = Ta
Maka, T pakai adalah nilai T terbesar yaitu 0,565 detik.
28
4.3.2.5 Gaya geser dasar
Setelah diperoleh waktu getar alami struktur maka langkah selanjutnya
adalah menghitung gaya geser dasar. Jika diketahui :
29
4.3.2.6 Menghitung Gaya Horizontal Gempa Statik Ekivalen (Fi)
..............................(Persamaan 4.3)
Dimana :
Fi :Gaya horizontal gempa
Wi : Berat perlantai bangunan gedung
Hi :Tinggi (m) bangunan keseluruhan
k :Eksponen yang terkait dengan perioda struktur sebagai berikut :
1. Untuk struktur denganT ≤0,5 detik ; k = 1
2. Untuk struktur dengan T ≥ 2,5 detik ; k = 2
3. Untuk struktur dengan nilai 0,5 ˂ T˂ 2,5 ; k = 2 atau harus ditentukan dengan
interpolasi linier.
Rumus Interpolasi :
T1 = 0,5 k1 = 1
T2 = 2,5 k2 = 2
T3 = 0,811 k3 = x
(T2−T3)(k2−k1)
k3 =− (T2−T1)
+ k2
= 1,033 det
V= 3407,55 kN
k = 1,033 det
Perhitungan beban gempa per lantai dapat dilihat pada tabel 4.8 dibahah
ini
30
Tabel 4.4. Perhitungan beban gempa perlantai
Kontrol :
V = ∑ Fi
1. Kombinasi 1 : 1,4 D
2. Kombinasi 2 : 1,2 D + 1,6 L
3. Kombinasi 3 : 1,2 D +1 L + 1 EQX + 0,3 EQY
4. Kombinasi 4 : 1,2 D +1 L + 1 EQX - 0,3 EQY
5. Kombinasi 5 : 1,2 D - 1 L + 1 EQX + 0,3 EQY
6. Kombinasi 6 : 1,2 D +1 L - 1 EQX - 0,3 EQY
7. Kombinasi 7 : 1,2 D +1 L + 1 EQX + 0,3 EQY
8. Kombinasi 8 : 1,2 D +1 L + 1 EQX - 0,3 EQY
9. Kombinasi 9 : 1,2 D - 1 L - 1 EQX + 0,3 EQY
10. Kombinasi 10 : 1,2 D +1 L - 1 EQX - 0,3 EQY
Keterangan : L = Beban hidup
D = Beban mati
31
EQX = Beban gempa arah X
EQY = Beban gempa arah Y
32
5 BAB V
ANALISIS STRUKTUR SAP 2000
5.1 Umum
SAP 2000 adalah software tekniksipil yang digunakan untuk menghitung
struktur bangunan. SAP 2000 merupakan suatu program atau software untuk
menganalisis atau menggambar desain struktur baik bangunan bertingkat maupun
jembatan.Dengan software ini akan membantu pakar teknik sipil untuk
mempercepat proses analisis yang sebelumnya dilakukan secara manual yang
cukup memakan waktu dan ketelitian yang cukup besar.
5.2 Bahan/Material
Bahan / material yang dipakai adalah :
a. Beton : f’c = 30 MPa = 3059,1486 ton/m.
b. Baja tulangan pokok = fy = 400 MPa.
c. Baja tulangan sengkang = fys = 240 MPa.
d. Berat volume beton = 2,4 ton/m.
e. Ec = 4700√𝑓′𝑐 = 259955 (SNI 03-2847-2002, pasal 10.5.1).
f. Poisson’s Ratio = 0,2
33
Gambar 5.2 Letak Balok dan Pelat Lantai 4
1. COMB 1 = 1,4D
2. COMB 2 = 1,2D + 1,6L
3. COMB 3 = 1,2 D + 1L +1 EQX +0,3 EQY
34
4. COMB 4 = 1,2D + 1L + 1 EQX - 0,3 EQY
5. COMB 5 = 1,2D + 1L - 1 EQX + 0,3 EQY
6. COMB 6 = 1,2D + 1L - 1 EQX - 0,3 EQY
7. COMB 7 = 1,2D + 1L + 0,3 EQX + 1 EQY
8. COMB 8 = 1,2D + 1L + 0,3 EQX - 1 EQY
9. COMB 9 = 1,2D + 1L - 0,3 EQX + 1EQY
10. COMB 10 = 1,2D + 1L - 0,3 EQX - 1 EQY
Klik tombol combo box di kanan bawah, dan dipilih satuan yang digunakan.
35
Gambar 5.5 Grid Lines.
36
Dalam dialog box “Material Property Data”, pada options “General Data”,
ganti nama pada isian Material Name.
a. Material Beton
Pilih Material Type >Concrete
Isi data material sesuai dengan data material gedung.
Beton : f’c = 30 MPa
Berat volume beton = 24 Kn,m,C
Modulus Elastis = Ec = 4700√𝑓′𝑐
Passion’s Ratio = 0,2
37
Gambar 5.9 Material Property Data.
b. Material Baja
Pilih Material Type >Rebar
Isi data material sesuai dengan data material gedung.
Baja tulangan pokok : fy = 400 MPa
38
5. Pendefinisian Penampang Model
a. Pendefinisian Penampang Balok
1) Pilih menu Define > Section Properties > Frame Sections> Add
New Property > Concrete> Rectangular.
2) Isi box section name (Nama Balok) dan data ukuran balok.
39
Gambar 5.15 Rectangular Section B2.
40
b. Pendenifisian Penampang Kolom
1) Pilih menu Define >Section Properties > Frame Sections> Add
New Property > Concrete > Rectangular.
2) Isi Box Section Name (Nama Kolom) dan data ukuran kolom.
41
3) Klik options “Concrete Reinforcement” maka akan muncul
dialog box ‘Reinforcement Data”,
a) Edit Rebar Material, untuk Longitudinal Bar > klik Rebar
(tulangan pokok), untuk Confinement Bar (Ties) > Klik
Rebar(tulangan sengkang).
b) Pilih “Design Type” >Column.
c) Isi jarak antara penutup beton sampai ke titik pusat diameter
tulangan (Concrete Cover to Longitudinal Rebar Center).
b. Akan muncul dialog box seperti pada gambar dibawah ini, pada
menu Select Section type to add, pilih Shell.
c. Kemudian klik – Add New Section.
42
Gambar 5.24 Area Sections.
d. Akan muncul dialog box seperti pada gambar dibawah. Isi box
Section Name (Nama Pelat) misal untuk pelat atap diberikan nama
“PA” dan untuk pelat lantai diberi nama “PL”.
43
Gambar 5.26 Sections Name.
44
Gambar 5.28 Properties of Object B1.
45
2) Pengambaran Elemen Kolom
Pilih menu Draw > Draw Frame / Cable / Tendon, akan muncul
dialog box “Properties Of Object”, pilihSection. (Section yang
dipilih adalah yang untuk kolom). Kemudian gambar.
46
Gambar 5.35 Elemen Pelat.
47
7. Pemodelan Perletakan Struktur
Klik jendela 2D, dan klik tombol XY untuk menampilkan bidang XY,
pilih bidang pada tingkat paling dasar, kemudian klik join bidang XY
tersebut yang akan diberi perletakan. Klik menu Assign → Joint →
Restrains → klik simbol “Jepit”.
8. Pembebanan Struktur
1) Penentuan Static Load Case
Pendefinisian beban, static load case, klik menu Define – Load Case
(Load Pattern case untuk SAP v.14) untuk menampilkan dialog
boxDefine Load Patterns.
48
Gambar 5.42 Define Load Cases.
Catatan :
Secara default, SAP 2000 memberikan nilai 1 dan 0 pada faktor
pengali berat sendiri (SWM = Self Weight Multiplier). Dengan nilai
default ini, berat sendiri struktur akan dihitung otomatis oleh SAP
2000 (tidak perlu di input), sementara beban hidup harus diinput
nilai bebannya.
49
Gambar 5.45 Load Combination Data.
3) Pemberian Beban
a. Pemberian Beban Merata (Qd, Beban Tembok, dan Ql)
1. Pada Pelat
Klik menu Select – Properties – Area Sections – pilih area
yang akan diberi beban, misal pelat lantai/pelat atap.
50
Gambar 5.48 Area Loads.
Catatan :
Lakukan hal yang sama untuk pemberian beban merata pada
pelat atap, baik beban mati maupun hidup.
2. Pada Balok
Apabila dinding tidak dimodelkan pada pemodelan struktur,
maka beban dinding dianggap sebagai beban merata pada
balok.
Klik balok yang akan diberi beban, klik menu Select –
Properties – Frame Sections – pilih frame yang akan diberi
beban, misal balok B1.
51
Gambar 5.50 Frame Loads.
52
Klik Assign – Joint – Constraint, akan muncul dialog box
berikut :
53
Pilih Load Name EQX, Atuto Lateral Loads diganti User
Loads, kemudian Modifiy Lateral Loads.Masukkan beban
gempa pada tabel FX, lalu klik Apply Center of Mass-OK!!
Melakukan langkah yang sama untuk EQY!
54
9. Running Analisis Struktur
Klik menu Analyze → Run Analyze, akan muncul dialog box berikut :
55
1) Melihat hasil analisis :
a) Dari moment 3-3 : Melihat moment yang terjadi (BMD)
b) Dari shear 2-2 : Melihat shear yang terjadi (SFD)
c) Gaya aksial (Axial Force)
2) Memindah hasil analisis ke Microsoft Access
File → Export → Access Database File → OK.
3) Memindah hasil analisis ke Microsoft Excel
File → Export → SAP 2000 MS Excel Spread Sheet → OK.
56
Gambar 5.64 Gambar struktur Y-Z.
57
Gambar 5.66 Shear forces diagram.
58
Gambar 5.68 Out tabel momen struktur
>masuk pada file Frame Section > sortir element yang akan dicarimomenya
(misal balok Induk L-10) > copy nomor yang terletak pada kolom pertama >
paste pada file Element Force
59
Gambar 5.70 Tabel Gaya Dalam
Mencari momen ultimate (M3) dan gaya geser maksimum (V2) untuk
balok, data tersebut untuk mengerjakan kebutuhan tulangan lentur balok
dan sengkang. untuk pondasi data yang digunakan yaitu P (didapat dari
reaksi kombo 6 dari element kolom) dan PU (didapat dari reaksi kombo 1
dari element kolom).
60
6 BAB VI
PERENCANAAN PELAT
6.1 Ketentuan
Ly=1600mm
a. Data Perencanaan
Fungsi ruangan pelat 1 : kampus
Bentang terpendek (Lx) = 4m =4000 mm
Bentang terpanjang (Ly) =3m =3000mm
Tinggi balok (h) = 500 mm
Lebar balok (b balok) = 300 mm
Tebal selimut beton (ds) = 30 mm
Diameter tulangan (D) = 12mm
61
Kuat tekan beton (f’c) = 30 Mpa
Tegangan leleh baja (fyD ≤ 12) = 240 Mpa
Tegangan leleh baja (fyD >12) = 400 Mpa
Lebar plat (b) = 3000 mm
1. PerhitunganPelat 1
𝐿𝑦
Ratio pelat =𝐿𝑥
3000
=4000
=0,75
Syarat :pelat 2arah : Ratio pelat <2
plat 2 arah : Ratio Pelat <2
1<2 , makapelat 2 arah
1
𝐿𝑦−2 . ( . 𝑏 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘)
β = 2
1
𝐿𝑥−2 . ( . 𝑏 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘)
2
1
3000−2 𝑥 ( 𝑥 400)
2
= 1
4000−2 𝑥 ( 𝑥 400)
2
=0,723
Tebal minimumpelat (hmin)
1
𝐿𝑦−2 . ( . 𝑏𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘)
2
h min = 28
1
3000−2 . ( . 400)
2
= 28
=92,86
syarat h min ≥120mm
92,86>120 mm
h pakai = 150mm
PerhitunganPembebanan (BebanMati )
Pelat beton = 2,88kN/m²
Urugan pasir = 0,8kN/m²
Spesi = 0,42kN/m²
Plafon+penggantung = 0,18kN/m²
ME = 0,25kN/m²
62
Keramik = 0,002kN/m² +
Total beban(DL) = 4,77kN/m²
Bebanultimate(Qu)
Qu = 1,2 DL+1,6 LL
= 1,2 x 4,77 + 1,6 x 2,5
= 9,724kN/m
= 14,3208kNm
= 143208Nmm
Digunakan tulangan diameterD =10mm
As tulangan =1/4 πD²
1
= 4 x 3.14 x 122
=113,04mm²
Jarak tulangan(S) = AsDtul x 1000/As ada
=371,345647mm
Smax =2x hpakai
=2x150= 300
S pakai =250mm
Jadi tulangan pokok di ketahui diameter 12-250
63
Kebutuhan tulangan susut
Asst =300mm2
Astul =78,5mm2
Jarak tulangan (s) = astul x 1000/asst
=261,667mm
Smax =2x h pakai
=2x150
=300mm
Spakai =220mm
Ly = 6500mm
a. Data struktur :
Fungsi Plat Atap = Atap Bangunan
Bentang terpendek (Lx) = 3m = 3000 mm
Bentang terpanjang (Ly) = 6,5m = 6500mm
Tinggi balok (h) = 600 mm
Lebar balok (b balok) = 400 mm
Tebal selimut beton (ds) = 24 mm
Diameter tulangan (D) = 10 mm
Kuat tekan beton (f’c) = 30 Mpa
Tegangan leleh baja (fyD ≤ 12) = 240 Mpa
Tegangan leleh baja (fyD >12) = 400 Mpa
Lebar plat (b) = 1000 mm
64
1. Perhitungan Pelat 2
Ratio pelat = Ly / Lx
= 0,46
Syarat pelat 1 arah : Ratio pelat < 2
0,46 < 2 , maka pelat 2 arah
1
𝐿𝑦−2 . ( . 𝑏 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘)
β = 2
1
𝐿𝑥−2 . ( . 𝑏 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘)
2
1
3000−2 𝑥 ( 𝑥 400)
2
= 1
6500−2 𝑥 ( 𝑥 400)
2
= o,426
= 92,86 mm
syarat h min ≥ 100 mm
92,86 > 100 mm
Digunakan tebal pelat atap= 100 mm
65
Beban Ultimate ( Qu )
Qu = 1,2 DL + 1,6 LL
=7,7011437 kN/m
Moment Ultimate ( Mu )
Mu =1/11 x Qu x Lx²
= 6,3009kNm
Moment Nominal ( Mn )
Mn =Mu/Ø
= 7,87617 kNm
= 7876170 Nmm
= 241,441 mm
−𝑏±√𝑏 2 −4𝑎𝑐
a2 = 2𝑎
66
= 2,5585 mm
dipakai nilai a= 2,5585 mm
= 304,3758mm²
- jarakantartulangan pokok(s )
200,96𝑥 1000
S = 271,8454
= 257,9049mm
Sehingga tulangan pokok yang digunakan P12 - 250
Tulangan susut
Asst = 0,002 xb xh min
= 0,002 x1000 x207
= 407,142 mm²
jarakantartulangansusut (s )
𝐴𝑠 𝑡𝑢𝑙 𝑥 𝑏 𝑝𝑙𝑎𝑡
S = Asst
200,96𝑥 1000
= 410,714
= 192,807 mm
Sehingga tulangan susut yang digunakan P10 - 200
67
7 BAB VII
PERENCANAAN TULANGAN BALOK
7.1 Ketentuan
Pada perhitungan perencanaan tulangan balok ini dihitung kebutuhan
tulangan balok, momen kapasitas balok dan tulangan geser balok.
Peninjauan yang digunakan untuk perhitungan adalah balok induk atap, balok
induk lantai, balok anak atap dan balok anak lantai. Data yang diperlukan pada
perhitungan ini adalah :
1. f’c = 30 MPa
2. fy = 400 MPa
Desain balok tulangan rangkap dimaksudkan untuk menentukan ukuran balok,
jumlah, komposisi dan penempatan tulangan sedemikian rupa sehingga mampu
menyediakan kekuatan yang lebih besar atau sama dengan kebutuhan kekuatan.
Mengingat pada beban gempa arah beban dapat bolak-balik maka komposisi
tulangan untuk menahan momen negatif dan momen positif harus diatur
sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan SKSNI-1991 Pasal 3. 14. 3. 2.
(2) yaitu :
“Kuat momen positif disisi muka kolom tidak boleh kurang dari ½ kuat momen
negatif pada tempat yang sama.“
Ketentuan tersebut adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan daktilitas, yang
salah satunya adalah potongan akan tinggi apabila kandungan tulangan desak
cukup besar. Lantai 2-3-4 akan didesain dengan nilai momen yang sama.
Namun terkadang, hasil analisis struktur (SAP 2000 dan atau ETABS misalnya)
menghasilkan momen positif yang tidak mencapai nilai minimal 50 % momen
negatif sebagaimana yang disyaratkan oleh SNI. Untuk itu, redistribusi momen
boleh dilakukan, karena, kebutuhan momen negatif tumpuan sangat besar,
sedangkan kebutuhan momen positif lapangan kecil, sehingga akan tidak efisien
jika menggunakan momen tersebut untuk desain, selain itu juga untuk memuaskan
kebutuhan SNI terhadap momen positif tumpuan.
68
Untuk membatasi penurunan kekuatan yang terlalu banyak akibat
redistribusi momen, maka SNI 03-2847-2002, pasal 10.4.(1) membatasi nilai
'
redistribusi momen sebesar 1 x 20% .
b
Dimana ρ adalah ratio tulangan tarik balok, ρ’ adalah ratio tulangan desak balok
dan ρb adalah ratio tulangan pada kondisi balance. Karena balok belum dan akan
didisain, sehingga belum diketahui ratio tulangan balok, maka perlu diambil
asumsi awal terhadap ratio tulangan balok. SNI mensyaratkan tulangan tarik harus
bersifat under reinfored, yaitu dengan menggunakan rasio, ρ = 0,75 . ρb. Akan
tetapi, umumnya didalam perencanaan dipakai ρ = 0,50 . ρb. Selain itu SNI
mensyaratkan M+ ≥ 50 % M- yang mana dapat dianggap ρ’ = 0,50 . ρ yaitu ρ’ =
0,50 . (0,50 ρb) = 0,25 ρb.
Oleh karena itu didapat :
' 0,5 0,25
1 x 20% 1 x 20% 15%
b 1
DATA MATERIAL
f'c =30Mpa
Selimut beton (Pb) =55mm
Tulangan Deform (D) =25mm
Tulangan Susut =12mm
69
fy =400Mpa
Tulangan Polos (P) =12mm
fy =400Mpa
β =0,85
Es =200000Mpa
ɛc =0,003
A. TULANGAN TUMPUAN
Rasio tulangan (ρ)
0,85×𝛽×𝐹′ 𝑐 600
ρb = × (600+𝐹𝑦)
𝐹𝑦
=0,0325
ρmax =0,75 × 𝜌𝑏
=0,0244
ρ =0,5 × 𝜌𝑏
=0,00163
𝐹𝑦
m = 0,85×𝐹′ 𝑐
=15,6863
Koefisien Perlawanan
R1 =𝜌 × 𝐹𝑦 × (1 − 0,5 × 𝜌 × 𝑚)
=5,673 Mpa
−
𝑀𝑢
Mn = 𝜑
=440416875Nmm
𝑀𝑛
bd² = 𝑅1
=77627956,627 mm³
𝑏𝑑2
dperlu =√ 𝑏
= 383,0356745 mm
70
Pusat berat tulangan baja tarik (d)
z =78.5mm
Perhitungan tinggi efektif (d)
ddesak =h - d'
=440,5336 mm
dtarik =h - d'
=465,5336mm
TULANGAN TUNGGAL
R2 =γR1
=2,8367Mpa
M1 =R2.b.d2
=220208437,5Nmm
M2 =Mn - M1
=220208437,5Nmm
71
As' =M2/(Fy.(d-d'))
=1427,946mm²
Diameter tulangan (D) = 25 mm
Jumlah tulangan perlu (n)
n =As'/As
=2,910
=2btg
As ada =n . As
=2453,125mm2
Tulangan desak 2D25
72
=1471875 (c.d'/c)
Ts =As ada(tarik) . Fy
=1177500 Mpa
Cc + Cs - Ts = 0
8670 c+ 1471875 (c.d'/c) -1177500 = 0
8670 c²+ 1471875 c-80953125-1177500c = 0
8670 c²+ 294375 -80953125
c1 =81,132 mm
c2 = -115,086 mm
Pakai c =81,132 mm
fs' =ɛc . Es (c-d'/c)
=193,253
Karena Fs' < Fy , maka Fs' = 193,253 Mpa
a =0,85c
=68,962 mm
Mg- =(0,85.F'c.a.b(ddesak-a/2)) + (As ada desak.Fs'.ddesak)
=468399123 Mpa
0,8Mg- =374719298,4Mpa
=374,719 kNm
0,8Mg- > Mu-
374719298,4 > 352,3335 AMAN
73
=8670 c
Cs =As ada(tarik) . Ɛc . Es (c-d'/c)
=1766250 (c.d'/c)
Ts =As ada(desak) . Fy
=981250 Mpa
Cc + Cs - Ts = 0
8670 c+ 1766250 (c-d'/c) -981250 = 0
8670 c²+ 1766250 c-141300000-981250c = 0
8670 c²+ 785000 -141300000
c1 = 90,180 mm
c2 = -180,722 mm
Pakai c = 90,180 mm
fs' =ɛc . Es (c-d'/c)
= 67,732 Mpa
Karena Fs' < Fy , maka Fs' = 67,732 Mpa
a =0,85c
=76,653 mm
Mg+ =(0,85.F'c.a.b(dtarik-a/2)) + (As ada dtarik.Fs'.dtarik)
=410887762 Mpa
0,8Mg+ =328710209,6 Mpa
=328,710 kNm AMAN
B. TULANGAN LAPANGAN
Kontrol Perencanaan Tulangan
Mn =Mu+/φ
=341231250 kNm
=341,23125 Nmm
Cb =(ɛc.Es.ddesak)/(ɛc.Es+Fy)
=264,320 mm
amax =0,75.β.Cb
74
=168,504 mm
Mn =0,85.F'c.a.b.(d-a/2)
341231250 = 10200 a - 620-0,5 a2
341231250 = 4493443,17 a - 5100 a2
66908,088 = 881,0675 + 1 a2
0 =-66908,088+881,067
a1 = 83,936 mm
a2 = 797,131 mm
a = 83,936 mm
TULANGAN TUNGGAL
1. Perhitungan Tulangan Desak
Luas Tulangan Desak Perlu
R2 =γR1
=2,837 N
M1 =R2.b.ddesak2
=220208438 Nmm
M2 =Mn - M1
= 121022813 Nmm
Luas Tulangan Desak Perlu (As')
As' =M2/(Fy.ddesak)
= 784,773mm2
Diameter tulangan (D) = 20 mm
Luas Tulangan (As D) =π/4*D2
=490,625 mm2
Jumlah Tulangan Perlu (n)
n =As'/As D
=1,600
=2btg
As' ada =n.As D
=981,250 mm2
Tulangan Desak 3 D 25
75
2. Perhitungan Tulangan Tarik
Luas Tulangan Tarik (As)
P baru =γ.P
= 0.008
As =(0,85.F'c.apakai.b)/Fy
= 2140,371mm2
Diameter tulangan (D) = 25 mm
Luas Tulangan (As D) = π/4.D2
= 490,628 mm2
Jumlah Tulangan Perlu (n)
n =As / As D
=4,363
=5 btg
As ada =n.As D
=2453,125 mm2
Tulangan Tarik 5 D 25
76
Jumlah Tulangan Perlu
n =Asst/As D
=4,246
=4 btg
Tulangan Susut 4 D 13
77
0,8MPr- > Mu- AMAN
2. DESAIN BALOK 2
DATA STRUKTUR
Lebar Balok = 300 mm
78
Tinggi Balok = 500 mm
Mu- = 352,3335 kNm
Mu+ = 272,985 kNm
Vu- = 143,889 kNm
Vu+ = 148,172 kNm
DATA MATERIAL
f'c = 30 Mpa
fy = 400 Mpa
Beta = 0.85
Es = 200000 Mpa
d' = Selimut beton + ½ Ø tul
= 55mm
Z = Selimut beton + Ø tul + ½ Ø tul
= 80mm
𝑀2
As' perlu = 𝑓𝑦 (𝑑 𝑑𝑒𝑠𝑎𝑘−𝑑′ )
=1988,342mm²
As D tul = 25 mm
𝑎𝑠′ 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
N= 𝑎𝑠 𝐷𝑡𝑢𝑙
= 5,5236buah
Nilai n Pakai = 5buah
As' ada = n . As D tul
= 2279,64mm²
Tulangan Pakai 5 D25 (Tulangan Tekan )
= 1988,342mm²
D tul = 25 mm
𝑎𝑠′ 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
n= 𝑎𝑠 𝐷𝑡𝑢𝑙
= 4,053buah
Pakai n = 5buah
79
As ada = n . As D tul
= 2453,125 mm²
Tulangan Pakai 8 D 25 (Tulangan Tarik )
𝑎
Mg- =(0,85. fc. a .b.(d-2))+(As’ . fs’ . (d-d’))
= 507804737Mpa
0,8.Mg- = 406243789,6Nmm
= 406,244kNm AMAN
𝑎𝑠′ 𝑎𝑑𝑎
P ada =𝑏.𝑑 𝑑𝑒𝑠𝑎𝑘
= 0,0273
𝑎𝑠′ 𝑎𝑑𝑎
P' ada =𝑏.𝑑 𝑑𝑒𝑠𝑎𝑘
= 0,0181
P ada - P' ada = 0,00916 AMAN
𝑎
Mg+ =(0,85. fc. a .b.(d-2))+(As’ . fs’ . (d-d’))
= 3826353324Mpa
0,8Mg+ = 306108000 Nmm
= 306,108KNm’
AMAN
80
DATA STRUKTUR 3
Lebar Balok = 150 mm
Tinggi Balok = 300 mm
Mu- = 95,3943kNm
Mu+ = 85,8721kNm
Vu- = 56,492kNm
Vu+ = 67,006kNm
DATA MATERIAL
f'c = 30Mpa
fy = 400 Mpa
Beta = 0.85
Es = 200000 Mpa
d' = Selimut beton + ½ Ø tul
= 55mm
Z = Selimut beton + Ø tul + ½ Ø tul
= 80mm
−𝑏−√𝑏2 −4𝑎𝑐
a1 = 2𝑎
=170,160mm
−𝑏−√𝑏2 −4𝑎𝑐
a2 = 2𝑎
= 329,840 mm
Nilai a pakai = 170,160 mmTul tunggal
= 1052,826 mm²
D tul = 25 mm
As D tul = 1/4 . ¶ . D²
= 25mm
𝐴𝑠′𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
n = 𝐴𝑠 𝐷𝑡𝑢𝑙
81
= 2,771 buah
Nilai n pakai =4 buah
As'ada = n . As D tul
=1519,76mm²
=1519,76 mm²
D tul = 25 mm
As D tuL = 1/4 . ¶ . D²
=25mm²
𝐴𝑠′𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
n = 𝐴𝑠 𝐷𝑡𝑢𝑙
= 3,637 buah
Nilai n pakai =4buah
As ada = n . As D tul
=1471,875mm²
Tulangan Pakai 4D 22 Tulangan Tarik tumouan
= 134855809 Nmm
Ø Mg- = 1078850680Nmm
= 107,885KNm AMAN
82
N = 2,654buah
n pakai = 4buah
Mutu Bahan :
fc' = 30Mpa
fy D ≤ 12 = 240 Mpa
fy D >12 = 400 Mpa
𝑎
Mpr- =(0,85. fc. a .b.(d-2))+(As’ . fs’ . (d-z))
= 579129769,1 Nmm
0,8.MPr- = 463,304 NmmAMAN
𝑎
Mpr+ = (0,85. fc. a .b.(d-2))+(As’ . fs’ . (d-z))
= 598244962 Nmm
0,8MPr+ = 478,596NmmAMAN
Perhitungan sengkang
Gaya Gesr Akibat Beban Gempa ( Ve )
Ve = (Mpr- + Mpr+)/L netto
= 327,049N
83
Gaya geser ultimate ( vu )
Vu 1 = Ve + Vu+
= 475,221kN
Vu 2 = Ve+(-Vu-)
= 470.938kN
= 39,856554mm
Sengkang tumpuan digunakan 8 P 100
475,221−(2,208−0,8)
= 2,2084
=303,05kN
84
jarak antar sengkang ( s )
jumlah pakai sengkang =8
Diameter Tulangan digunakan= 8
As tulangan = 1/2 π D²
= 50,24mm²
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑘𝑖.𝐴𝑠 𝑡𝑢𝑙.𝑓𝑦 .𝑑
S = 𝑓𝑠
= 70,000mm
spakai = 200 mm
Sengkang lapangan digunakan 8 P 200
85
8 BAB VIII
PERENCANAAN KOLOM
8.1 Ketentuan
Perencanaan kolom meliputi persyaratan elemen kolom dan desain
penulangan kolom yang terdiri dari tulangan pokok dan tulangan geser.
Data-data :
f’c = 30 MPa
fy = 400 MPa
b = 500 mm
h = 500 mm
86
Dalam Keadaan Seimbang (Fs=Fy)
d = h - d'
= 445 mm
𝟔𝟎𝟎
Xb = (𝟔𝟎𝟎+𝑭𝒚) x d
= 267 mm
a = 0.85*Xb
= 226,95 mm
𝑿𝒃−𝒅′
Fs' =( ) x 600
𝑿𝒃
=400 Mpa ≥ Fy
Fs =400 MPa
𝟎.𝟖𝟓 𝒇 `𝒄 𝒂 𝒃
Cc =( )
𝟏𝟎𝟎𝟎
= 2893,6125 KNmm
= 468,,125 KN
𝑨𝒔 𝒙 𝑭𝒔
Ts =( )
𝟏𝟎𝟎𝟎
= 500 kN
Pn = Cc+Cs-Ts
= 2861,7375 Kn
𝒉 𝒂 𝒉 𝒉
Mn =Ccx(𝟐 - 𝟐)+Csx(𝟐 - d')+Tsx(𝒅 − )
𝟐
= 583834,8216 kNmm
= 583,834 kNm
𝑴𝒏
eb = 𝑷𝒏
= 0,204014107
87
Dalam Keadaan Patah Desak
d =h - d'
=350 mm
X =1,5 x Xb
=315 mm
a =0,85 X
=267,75 mm
𝑿 −𝒅′
Fs' =( ) 𝟔𝟎𝟎
𝑿
=2275,875 kN
𝑨𝒔`𝒙𝒇𝒔`−𝟎.𝟖𝟓𝒙𝒇 `𝒄
Cs = 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 468,125 kN
𝑨𝒔 𝒙 𝑭𝒔
Ts = 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 500 kN
Pn =Cc + Cs -Ts
= 2861,7375 kN
𝒉 𝒂 𝒉 𝒉
Mn =𝑪𝒄𝒙 (𝟐 − ) + 𝑪𝒔𝒙 (𝟐 − 𝒅′ ) + 𝑻𝒔𝒙(𝒅 − 𝟐)
𝟐
= 583834,8216 kNmm
= 583,834 kNm
𝑀𝑛
eb = 𝑃𝑛
= 0,204014107 Knm
88
Dalam Keadaan Patah Tarik
d = h - d'
= 445 mm
X = 0,5 x Xb
= 133,5 mm
a = 0,85 X
= 113,475 mm
𝑿 −𝒅′
Fs' =( ) 𝟔𝟎𝟎
𝑿
= 1446,80625 kN
𝑨𝒔`𝒙𝒇𝒔`−𝟎.𝟖𝟓𝒙𝒇 `𝒄
Cs = 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 409.136236 kN
𝑨𝒔 𝒙 𝑭𝒔
Ts = 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 500 kN
Pn = Cc + Cs -Ts
= 1355,942486 kN
𝒉 𝒂 𝒉 𝒉
Mn = Ccx(𝟐 − 𝟐)+Csx(𝟐 - d')+Tsx(𝐝 − )
𝟐
= 456894,9589 kNmm
= 456,894 kNm
𝑴𝒏
eb = 𝑷𝒏
= 0,336957477
89
𝑨𝒔 𝑭𝒚
a =𝟎,𝟖𝟓 𝑭′𝒄 𝒃
= 39,21568627 mm
Pn = 0
𝒂
Mn =𝑨𝒔 𝑭𝒚(𝒅 − 𝟐)
= 212696078,4 kNmm
= 212,696 kNm
Diagram Mn & Pn
8000
7500
7000
6500
6000
5500
5000
Pn (KNm)
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0 100 200 300 400 500 600 700
Mn (KNm)
90
Dari grafik Mn & Pn, maka di dapat nilai Me = 420 kNm
= 1% x 250000
= 2500 mm²
As =As’= Asst/2 = 2500 /2= 1250 mm²
As tul = 1/4 x ᴫ x D²
= 1/4 x 3.14 x 18²
= 252,72 mm
Jumlah tulangan n = Ast /As tul
= 2500/252,72
= 4,946185502 tulangan
n pakai = 5 tulangan
= 6 tulangan
Jumlah tulangan 1 sisi = 6 /2 = 3 tulangan
91
Balok B3
b = 150 mm
h = 300 mm
Mpr + = 166,21 KNm
Mpr - = 163,271 KNm
Mg + = 64,7806 KNm
Panjang Balok
L balok = 4000 mm
L kolom = 500 mm
L’ = L balok – L kolom
= 4000 – 500
= 3500 mm
92
= 424,3199 kNm
Ʃ Muk = MUKA + MUKB
= 424,3199 + 424,3199
= 848,6397 kNm
Ʃ Mgb = (Mg+ + Mg-)x1,2
= (64,7806 + 72,8999) x 1,2
= 165,2166 kNm
Syarat : Ʃ Muk > 1,2 x Ʃ Mgb= 1,2x181,32 ……OKE!!
93
d = h -z
= 500 – 80 = 420 mm
S =
= (78,5 x 2 x 240 x 420) / (313,1581*1000)
= 50,5355 mm
Maka digunakan P10 – 100 mm
B. Daerah lapangan
Ag =hxb
= 500 x 500
= 250000 mm2
Pu = 1065,145 kNm
f’c = 30 Mpa
Vc = ( 1+(Pu/(14xAg))x1/6x xbxd
= 54,85091 kNm
Vs 1 = Vc / 0,75
= 54,85091 / 0,75
= 73,13454 kNm
Diameter tulangan yang digunakan P 10, dengan fy = 240 Mpa.
As tul = 1/4 x ᴫ x D²
= 1/4x 3,14 x 102
= 78,5 mm2
Jumlah kaki n = 2
Av = Jumlah kaki x As tul
= 2 x 78,5
= 157 mm2
Dimensi Kolom :
b = 500 mm
h = 500 mm
94
z = Selimut beton+ Ø tul + ½ Ø tul
= 50 + 12 + ½ 12
= 80 mm
d = h -z
= 500 – 80 = 320 mm
s =
V kolom =
= 253912 kNm
Vh = C + T – V kolom
= 268427 Nmm
95
Vjh = Vh / (b kolom x h kolom) < 1,7 x
= 1,342135 < 9,31128
= 1,342135 < 9,31128 ……….Aman
= 133715,5 N
Vsh = Vh – Vch
= 268427-133715,5
= 134711,6 N
Ash = Vsh / fy
= 134711,6 / 240
= 561,2983mm2
Diameter tulangan yang digunakan P 13, dengan fy = 240 Mpa.
As tul = 1/4 x ᴫ x D²
= 1/4x 3,14 x 132
= 132,665 mm2
Jumlah kaki n = 2
Av = Jumlah kaki x As tul
= 2 x 132,665
= 265,33 mm2
n tul = Ash / Av
= 561,2983 / 265,33
= 2,115472 buah
Maka tulangan geser pada joint = 3 P 13
96
BAB IX
9 PERENCANAAN SLOOF
Me lantai 1
My =
1,60 0,65
225
=
1,60 0,65
= 216,34615 kNm
Msloof Ka = Msloof Ki
97
1 1
Lki Lka
Msloof = My = My
1 1 1 1
Lki L ka Lki L ka
1
9,6
= 1216,34615
1 1
9,6 9,6
= 96,153846 kNm
Psloof Ka = Psloof Ki
1
PsloofKa = Pu kolom Kol
10
1
= 1065,145
10
= 106,5145 kN
Data sloof
98
b sloof = 400mm
f’c = 30 Mpa
fy = 400 Mpa
β1 = 0,85
φ = 0,8
εc = 0,003
Es = 200000
Msloof = 120,19231KNm
= 23,529412
Koefisien Perlawanan (R1)
R1 = 〖ρ 𝑥 𝐹𝑦 𝑥 (1−(0.5 𝑥 ρ 𝑥
𝑚))〗^
= 5,2588969
Bd2 = (𝑀𝑢/φ)/𝑅_1
= 2858802mm
dperlu = √(〖𝑏𝑑〗^2/𝑏
) 2
= 267,24896 mm
99
Pusat berat tulangan baja tarik =80 mm
hperlu = dperlu + z
=347,24896 mm
Syarat :
ddesak = h-z
=270 mm
dtarik = h-d’
=295 mm
γ = 0,5
R2 = γxR1
=2,6294484
M1 = 〖𝑅_(2 ) 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑〗^2
= 76,674716KNm
M2 = 𝑀𝑢/φ−𝑀_1
= 73,565668KNm
= 855,41475 mm2
Tulangan rencana D 25
As Dtul = 314mm2
𝐴𝑠′/(𝐴𝑠 𝐷_𝑡𝑢𝑙 )
100
n =
= 2,7242508
n pakai = 5 tulangan
maka di gunakan 5 D 25
= 942 mm2
Ρbaru =γxρ
= 0,0081281
As = 〖ρ_𝑏𝑑+𝐴𝑠〗^′
= 1814,5335 mm2
Tulangan rencana D 25
n = 𝐴𝑠′/(𝐴𝑠 𝐷_𝑡𝑢𝑙 )
= 7,1342828
npakai = 6 tulangan
maka digunakan 6 D 25
As ada = n x as dtul
=1780,38 mm2
= 10200c
𝐴𝑠^′ 𝑥 ε𝑐 𝑥 𝐸𝑠 𝑥 (𝑐−𝑑′)/𝑐
101
Cs =
= 1068228 (𝑐−𝑑′)/𝑐
Ts = as x fy
= 712152
Sesetimbangangaya ( cc + cs – ts =0)
Cc Cs Ts = 0
2
10200 c 1068228 c 712152 = 0
2
10200 c 356076 c -85458240 = 0
c1 = 75,7275 mm
c2 = -110,6369 mm
c = 75,7275 mm
(𝑐−𝑑′)/𝑐 𝑥 ε𝑐
fs' = 𝑥 𝐸𝑠
= 242,566735 Mpa
a = 0,85 x c
=64,368385 mm
(0.85 𝑥 𝑓^′ 𝑐 𝑥 𝑎 𝑥 (𝑑−𝑎/2)+𝐴𝑠^′ 𝑥 𝑓^′ 𝑐 𝑥 (𝑑−𝑑^′)
Mg+ = Mn =
= 161,657 KNm
= 219,996 KNm
Kontrol rasio
= 0,0199
102
= 0,0099
ρmax = 0,0244
maka AMAN
dipakai tulangan
ØD = 12
Fy = 400 Mpa
= 324 mm2
n = 𝐴𝑠𝑠𝑡/(𝐴𝑠 𝐷𝑡𝑢𝑙)
= 2,2292994
npakai =3 tulangan
= 339,12 mm2
Vu = (〖𝑀𝑢〗_(𝑠𝑙𝑜𝑜𝑓 ) 𝑥 2)/〖𝐿𝑛〗_𝑠𝑙𝑜𝑜𝑓
= 128,205 KN
Tumpuan
Vs = 𝑉𝑢/0.75
103
= 170,940
Dipakai tulangan
P = 12 fy = 240 Mpa
Jumlah kaki = 2
Av = 226,08 mm2
d =h-z
= 370 mm
S = (〖𝐴𝑠〗_(𝑡𝑢𝑙 ) 𝑥 𝑛 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 𝑑)/𝑉𝑠
= 117,444 mm
Maka di gunakan
P 12 150
Lapangan
=40,26 KN
𝑉𝑢/0.75 −Vc
Vs1 =
= 130,67 KN
Dipakai tulangan
P = 12 fy = 240 Mpa
Jumlah kaki = 2
Av = 226,08 mm2
104
D = h-z
= 370 mm
S = (〖𝐴𝑠〗_(𝑡𝑢𝑙 ) 𝑥 𝑛 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 𝑑)/𝑉𝑠
= 153,635 mm
Maka digunakan
P 12 - 250
105
10 BAB X
PONDASI
106
2. Adanya ketidaktahuan secara 100% terhadap tanah – tanah dibawahnya.
3. Ketidaksempurnaan dalam menentukan properties tanah.
4. Begitu kompleksnya lapisan tanah (lapisan, properti, kondisi, jenis dll).
5. Ketidak akuratnya model matematik interaksi anatara tanah dan pondasi.
6. Banyaknya ketidakpastian yang mungkin terjadi.
7. Tanah sebagai pendukung akhir beban harus tidak boleh gagal dalam menahan
semua beban.
Setelah tanah, maka hierarki kerusakan dibawahnya adalah pondasi.
Dengan demikian pondasi harus mempunyai angka keamanan yang cukup agar
dapat meneruskan beban dengan baik. Angka keamanan pondasi harus lebih besar
dari kolom ataupun struktur atas, walaupun lebih kecil dari tanah. Sudah menjadi
kebiasaan didalam desain, bahwa penghematan/penekanan biaya yang berlebih
pada pondasi umumnya tidak dianjurkan. Dengan kata lain biaya untuk pondasi
tidak perlu dihemat dan bahkan cenderung lebih diamankan demi keamanan.
107
δnetto = δ tanah ijin - ((Df -h pondasi) x ƴ tanah) - (h pondasi x ƴ beton)
= 211 Kn/m2
A = P(D+L)/δnetto = 4,7461 m2
digunakan pondasi footplate bujur sangkar dengan panjang sisi L
L = 2,1786 m
Lpakai = 2,2 m
qu = Pu/L^2pakai = 124,08 kn/m2
d = hpondasi - penutup beton (pb) 0,46 m
𝐿𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 − 𝑏𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 − 2𝑑
2
m =
= 0.39 m
𝑞𝑚 × 𝐿𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
108
Vu = d
= 106,46415 kN = h pondasi
-z = 430
Vc = 1
× √𝑓 ′ 𝑐 × 𝐿 × 𝑑
6 mm
= 843,33333 kN
0.75 Vc = 632,5 kN
109
10.3 Perencanaan Pondasi
Data-data Perencanaan
Kedalaman pondasi (Df) = 2 m
γ tanah = 18 kN/m3
Teg. Ijin tanah = 250 kN/m2
γ beton = 24 kN/m3
P (dari SAP) =1001,435 kN
Pu (dari SAP) =272,985 kN
Dimensi kolom = 500 mm
f’c = 30 Mpa
fy = 400 Mpa
A = P / σ netto
= 4,7461 m2
110
Digunakan pondasi footplate bujur sangkar dengan panjang sisi L.
L = (A)^0,5
= 2,1786 m2
Lpakai = 2,2 m2
qu = Pu / L
= 124,08 kN/m
d = hpondasi – Penutup beton (Pb)
= 0,46 m
x =hkolom + d = 0,96 m
y =bkolom + d = 0,96 m
Vu = qu (L2 – x.y) = 453,4670829 kN
Vc = 1/6( f 'c)^0,5 x 2 (x + y) x d
= 1612,495 kN
111
Kontrol Geser 1 arah
Penutup beton (Pb) = z = 40 mm
d = h pondasi – z = 460 mm
= 0,46 m
m = (Lpakai-bkolom-2d) / 2
= 0,39 m
Vu = qu x m x Lpakai
= 106,46415 kN
Vc = 1/6 ( f 'c)^0,5 x L x d
= 843,3333 kN
0,75 Vc = 632,5kN >Vu =106,4642AMAN
L = (Lpakai-bkolom) / 2
= 0,85 m
Mu = 1/2 qu*L2
= 44,825kNm
Mu/0,8 = 0,85*f'c*a*b*(d-(a/2)
44825377,84 = 0,85*30*a*1000*(460-(a/2))
0,8
56031722,3 = 25500a x(460-0,5a)
56031722,3 = 11730000a - 12750 a2
12750 a2 - 1173000 a + 56031722,3 = 0
a1 = 4,802 mm
a2 = 915,2 mm
apakai = 4,802 mm
Cc – Ts = 0
0,85 x f 'c x a x b - (As x fy) = 0
112
As = (0,85x f 'c x a x b) / fy
As = 306,12 mm2
As min = 0,0018x b x hpondasi
= 900 mm2
As pakai = 900 mm2 (As terbesar)
113
11 BAB XI
PERENCANAAN TANGGA
11.1 Ketentuan
Tangga merupakan salah satu konstruksi yang berfungsi sebagai
penghubung antara lantai pada bangunan bertingkat.Tangga terdiri dari anak
tangga. Anak tangga terdiri dari dua, yaitu Antrede dan otrede, adalah dari anak
tangga dan pelat tangga bidang horizontal yang merupakan bidang pijak telapak
kaki.
Antrede
Optrede
114
Penempatan
Kokoh dan stabil bila dilalui orang dan barang sesuai dengan perencanaan.
Bentuk :
f’c = 30 MPa
Tinggi = 1,9 m
Lebar = 2m
Tulangan Pokok = 12 mm
Tulangan Susut = 10 mm
Perencanaan Dimensi
Tan α = 0,7002
2.Op + An = 70 cm
An = 30 cm
115
Op = 20 cm
Kontrol :
70 = 2.Op + An
70 = 2 (20) + 30
70 = 70 (Oke)
Pembebanaan Tangga
= 4,113 kN/m
0,2
Qanak tangga = x 2,4 x 102
2
= 24,48kN/m
QDL = 8,46kN/m
QLL = 4 kN/m
Bordes
= 4,113+ 24,48
= 28,440 kN/m
= 7,8016kN/m
Ʃ Mc =0
116
= 64,74725 kNm
= 116,120 kNm
SFx =0
𝑞𝑢𝑙 𝑥 1,2+𝑅𝑏
X =
𝑞𝑢2
−7,8016 𝑥 1,2+64,74725
=
38,128
= 1,453 m
My =0
Y2 = 0,5 x qu2
= 0,5 x 38,128
= 19,064
= -55,385
√𝑌+𝑌²− 4 𝑥 𝑌2 𝑥 𝑌
Y.1 =
2𝑥 𝑌
= 2,8 m
√𝑌−𝑌²− 4 𝑥 𝑌2 𝑥 𝑌
Y.2 =
2𝑥 𝑌
117
= 0,105 m
= -9,846 kNm
118
s< 330,000 330,000
s (mm) 2335,985 230,811
Dipakai s (mm) 200 220
OK OK
Luas Tulangan (mm2) 565,487 565,487
OK OK
Luas Tulangan Bagi Asb 95,851 98,000
Asb min 220,000 220,000
Asb pakai 220,000 220,000
Jarak Tulangan bagi s (mm) 356,999 356,999
s< 550,000 550,000
s (mm) 356,999 356,999
Dipakai s (mm) 320 320
OK OK
Luas Tulangan (mm2) 245,437 245,437
OK OK
119
d (mm) 90 90
K maks (Mpa) 7,473 7,473
K (Mpa) 0,867 1,352
<Kmaks <Kmaks
a (mm) 3,113 4,904
Luas Tulangan Pokok As (mm2) 330,788 521,377
Luas Tulangan min As,(mm2) 525,000 513,490
As, perlu (mm2) 525,000 521,377
Jarak Tulangan Pokok s (mm) 215,423 216,921
s< 330 330
s (mm) 215,423 216,921
Dipakai s (mm) 200 200
OK OK
Luas Tulangan (mm2) 565,487 565,487
OK OK
Luas Tulangan Bagi Asb 105,000 104,275
Asb min 220 220
Asb pakai 220 220
Jarak Tulangan bagi s (mm) 356,999 356,999
s< 550,000 550,000
s (mm) 356,999 356,999
Dipakai s (mm) 350 350
OK OK
Luas Tulangan (mm2) 224,399 224,399
OK OK
120
12 BAB XII
KESIMPULAN DAN SARAN
12.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari data-data dan analisa perencanaan
struktur yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya adalah sebagai berikut:
Ø Tulangan rencana ( mm ) 25 25
121
TULANGAN SUSUT TUMPUAN LAPANGAN
Ø Tulanganrencana ( mm ) 12
Ø Tulangan rencana ( mm ) 8 8
Ø Tulanganrencana ( mm ) 25 25
122
Momen tersedia positif, Mg+ ( kNm ) 576,36
Ø Tulanganrencana ( mm ) 13
Ø Tulanganrencana ( mm ) 22 22
Ø Tulanganrencana ( mm ) 13
123
MOMEN KAPASITAS BALOK
Ø Tulangan rencana ( mm ) 8 8
12 Ø 16
No Kondisi
MN PN
12.1.3 PerencanaanPondasi
HasilPerhitunganPerencanaanPondasi :
Pondasi P1
124
LebarPondasi (m) 2,2 x 2,2
TulanganLentur DØ16-150
TulanganSusut DØ13-250
1.1.2 PerencanaanSloof
HasilPerhitunganPerencanaan Sloof :
Jumlah Sengkang
Tulangan Tulangan
Sloof Dalam Sendi Luar Sendi
Utama Susut
Plastis Plastis
12.2 Saran
Saran untuk tugas besar Peracangan Bangunan Teknik Sipil, yaitu
merencanakan suatu struktur bangunan gedung hendaknya dikerjakan dengan
125
teliti sesuai metode yang berlaku di Indonesia, SEHINGGA dapat melakukan
suatu perancangan gedung yang aman, nyaman dan ekonomis.
126