Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN STRUKTUR

PERENCANAAN RUMAH TINGGAL 2 LANTAI


(LUAS BANGUNAN 100 M2)
Cover

OLEH :asijdashjkdhaskjhdkjahkdjashdaskjhdkja
SKA :asihduashkdjhaskjdhahdkjashjdkas
BAB I
PENDAHULUAN

A. TUJUAN PERENCANAAN
Tujuan perencanaan dibuatnya gedung tersebut tidak lepas dari fungsi rumah tinggal 2
lantai itu sendiri. Tujuan pokok didirikannya sebuah gedung rumah tinggal yaitu sebagai
tempat tinggal.

B. LOKASI BANGUNAN

Gambar 1. 1 Denah lokasi rumah tinggal 2 lantai

Gedung rumah tinggal 2 lantai ini berlokasi di Jl. Untung Surapati, Kaibon, Kertobanyon,
Kec. Geger, Kabupaten Madiun, Jawa Timur 63171.
C. PERATURAN DALAM PERANCANAAN
Dalam Perancanaan ini SNI yang digunakan adalah :
1. SNI-03-1727-2013 tentang beban minimum untuk perancangan gedung,
2. SNI-03-1726-2012 tentang tata cara perancanaan ketahanan gempa untuk gedung dan non
gedung,
3. SNI-03-1729-2015 tentang spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural,
4. SNI-03-2847-2013 tentang persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung
D. Informasi Umum Bangunan
Informasi yang terdapat pada struktur bangunan ini dapat meliputi Balok induk, Balok
anak, Plat lantai dan Kolom.

1. Lokasi Bangunan : Madiun


2. Fungsi Bangunan : Rumah 2 lantai
3. Jenis Tanah : Tanah Keras (C)
4. Jumlah Lantai : 2 lantai
5. Tinggi Tiap Lantai : 3.5 meter & 3.5 meter
6. Mutu Beton (F’c) : 25 Mpa
7. Mutu Baja (Fy) : 400Mpa
8. Mutu Baja Sengkang (Fys) : 345 MPa
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI UMUM

Analisis pembebanan yang dihitung adalah analisis pembebanan struktur


portal. Struktur portal merupakan struktur rangka kaku yang terdiri dari balok untuk
bagian horizontal dan kolom untuk bagian vertikal.

Pada pembuatan bangunan Gedung Rumah tinggal 2 lantai digunakan beton


bertulang. Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 3.13 mendefinisikan beton bertulang
adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang
dari nilai minimum yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang, dan
direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua bahan tersebut bekerja sama dalam
memikul gaya-gaya. Beton bertulang terbuat dari gabungan antara beton dan
tulangan baja. Oleh karena itu, beton bertulang memiliki sifat yang sama seperti
bahan-bahan penyusunnya yaitu sangat kuat terhadap beban tekan dan beban tarik.

B. JENIS-JENIS PEMBEBANAN

Struktur harus diperhitungkan mampu memikul berbagai beban yang


mungkin bekerja. Berbagai kombinasi pembebanan perlu dicoba untuk memperoleh
keadaan yang paling membahayakan struktur. Pembebanan yang dipakai dalam
perencanaan gedung ini sesuai dengan SNI 03-1727-2013 tentang Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, antara lain sebagai berikut:
1. Beban Mati (D)
Beban mati adalah berat dari semua bagian pada suatu gedung yang bersifat
tetap, termasuk segala bahan, finishing, mesin mesin serta peralatan tetap yang
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung, sebagai contoh berat sendiri
bahan bangunan dan komponen gedung adalah:

a. beton bertulang,
b. muatan dinding batu bata,
c. beban tegel keramik per cm tebal,
d. beban plafon dan penggantung,
e. beban adukan semen per cm tebal,
f. penutup atap genting dengan reng dan usuk per luas dalam meter.
2. Beban Hidup (L)

Beban hidup adalah semua beban akibat pemakaian atau penghunian suatu
gedung, termasuk beban-beban pada lantai yangberasal dari barang- barang yang
dapat berpindah, dan atau beban akibat air hujan pada atap. Beban-beban yang
termasuk beban hidup adalah:
a. beban hidup orang pada lantai,
b. beban hidup orang pada tangga,
c. beban pada tangga dan bordes,
d. beban akibat air hujan (r), rumus (40-0.8α) kg/m2 α =
sudut kemiringan atap
e. beban atap yang dapat dibebani orang,
f. beban terpusat pekerja dan peralatannya.

3. Beban Angin (W)

Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban angin ditentukan
dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (hisap), yang
bekerja tegak lurus pada bidang-bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan positif dan
tekanan negatif ini dinyatakan dalam kg/m², ditentukan dengan mengalikan tekanan
tiup yang telah ditentukan dengan koefisien- koefisien angin yang telah ditentukan
dalam peraturan ini. Tekanan tiup diambil 25 kg/m2, sedang untuk koefisien angin
diambil untuk koefisien angin untuk gedung tertutup dan sudut kemiringan atap (a)
kurang dari 65º. Beban angin adalah beban yang bekerja pada struktur akibat
tekanan-tekanan dari gerakan angin.

a. tekanan tiup di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai harus
diambil minimum 40 kg/m2,
b. untuk daerah-daerah di dekat laut dan daerah-daerah lain tertentu, di mana
terdapat kecepatan-kecepatan angin yang mungkin menghasilkan tekanan
tiup yang lebih besar daripada yangditentukan dalam ayat 1 dan 2, tekanan
tiup (p) harus dihitung dengan rumus :
1. P = V2 / 16 (kg/m2)
2. dimana v adalah kecepatan angin dalam m/det, yang harus
ditentukan oleh instansi yang berwenang, pada cerobong, tekanan tiup
dalam kg/m2 harus ditentukan dengan rumus (42,5 + 0,6h), di mana h
adalah tinggi cerobong seluruhnya dalam meter, diukur dari lapangan yang
berbatasan
4. Beban Gempa (E)

Semua beban statik ekwivalen yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa (Pedoman
Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung, 1987). Analisis beban
gempa yang dipakai dalam pembuatan gedung ini adalah dengan metode respon
spektrum.

5. Beban Khusus

Semua beban statik ekwivalen yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang terjadi akibat selisih suhu, pengangkatan dan pemasangan,
penurunan fondasi, susut, gaya-gaya tambahan yang berasal dari beban hidup
seperti gaya sentrifugal dan gaya dinamis yang berasal dari mesin- mesin, serta
pengaruh-pengaruh khusus lainnya.
Berdasarkan SNI 03-1727-2013, kombinasi beban dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. 1,4D
b. 1,2D + 1,6 L + 0,5(Lr atau S atau R)
c. 1,2D + 1,6(Lr atau S atau R) + (L atau 0,5W)
d. 1,2D + 1,0W + L + 0,5(Lr atau S atau R) 5. 1,2D + 1,0E + L + 0,2S
e. 0,9D + 1,0W
f. 0,9D + 1,0E

Keterangan:
D = beban mati
L = beban hidup
Lr = beban hidup atap tereduksi
R = beban hujan
W = beban angina
E = beban gempa
S = beban salju

C. ESTIMASI DIMENSI
Untuk menentukan dimensi balok induk ditentukan dengan cara H = L/12 dan B = 0,5
H. Balok anak dengan cara H = L/16 dan B = 0,5 H. Kolom menggunakan persegi dengan sisi
minimal panjang dari H balok. Untuk pelat menggunakan tebal minimum yakni pelat lantai 12
cm, pelat atap 10 cm dan pelat tangga 10 cm.
1. Kolom
K1 = 15 X 30 cm
K2 = Bentuk T 15.15.15 cm
K3 = Bentuk L 15.15. cm
K4 = 15 x 15 cm
2. Balok
B1 = 20 x 30 cm
B2 = 15 x 30 cm
BS = 15 x 25 cm
BR = 15x 15 cm
3. Pelat
Pelat lantai = 12 cm
Pelat atap = 10 cm
Pelat tangga = 10 cm

D. PERHITUNGAN PEMBEBANAN
1. Beban Dinding
Dinding yang digunakan merupakan dinding pasangan bata merah (setengah bata) 250 kg/m2.
Jadi berat dinding h’ = 4 – 0,7 = 3,3 m beban dinding = 2,5 x 3,3 = 8,25 KN/m2
2. Beban Plat Atap
a. Beban Mati Tambahan (Super dead)
Plafond an Penggantung = 0,2 KN/m2
Waterproofing tebal 2 cm = 0,02 x 14 = 0,,8 KN/m2
Berat Instalasi ME = 0,25 kg/m2
Total beban mati pada plat atap = 0,73 KN/m2
3. Beban Hidup
Beban hidup pada lantai bangunan 1 KN/m2
(Gedung Kampus, PPURG 1987)
4. Beban Plat Lantai
a. Beban Mati Tambahan
Pasir setebal 1 cm = 0,01 x 16 = 0,16 KN/m2
Spesi setebal 3 cm = 0,03 x 22 = 0,66 KN/m2
Keramik setebal 1 cm = 0,01 x 22 = 0,22 KN/m2
Plafon dan penggantung = 0,2 KN/m2
Instalasi ME = 0,25 kg/m2
Total beban Mati pada plat lantai = 1,49 KN/m2
b. Beban Hidup
Beban hidup pada lantai bangunan 2,5 KN/m2
(Gedung Kampus, PPURG 1987)
5. Beban Tangga
Untuk beban tangga di asumsikan sebagai beban plat merata di sepanjang bentang
balok
a. Beban Mati 4,76 KN/m2
b. Beban Hidup 300 kg/m2
(Gedung Kampus, PPURG 1987)
6. Beban Gempa
Untuk beban gempa didapatkan menggunakan metode respon spektrum (perhitungan otomaits
dari etabs) dan mendapatkan data dari web puskim sebagai berikut.
Diketahui:
Fungsi bangunan = Gedung Rumah Tinggal 2 lantai
Wilayah = Madiun
Jenis tanah = Keras (C)
Periode Getar = 4 detik
Kategori risiko =1
Struktur Rangka Beton Bertulang Pemikul Momen Khusus
Ss = 0,810 (web puskim)
S1 = 0,335 (web puskim)

Gambar 2. 1 Respon Spektra Puskim


BAB III
ANALISIS STRUKTUR

A. PEMODELAN STRUKTUR DENGAN PROGRAM ETABS


Pemodelan ini dilakukan dengan bantuan program Etabs. Masing-masing elemen
struktur dimodelkan berdasarkan data gambar Rencana Rumah tinggal 2 lantaid engan
material sesuai kondisi Rencana. Adapun hasil pemodelan struktur bangunan ini sebagai
berikut:

Gambar 3. 1 Tampilan pemodelan gedung 3D


Setelah keseluruhan elemen struktur dimodelkan dan diberikan pembebanan yang
sesuai maka selanjutnya pemodelan dapat dianalisis lebih lanjut. Berikut adalah analisis
perhitungan struktur nya.

Anda mungkin juga menyukai