PengumpulanData
Pengumpulan dataProyek
proyekPasar
The
Limehills
SukawatiResort
BlockFlores
C
Tidak
Analisis dan Perancangan Struktur
Ya
Analisis Pushover
Perancangan Pondasi
Hasil Perancangan
Selesai
Pembebanan yang diberikan pada struktur ini terdiri dari beban mati, beban
hidup dan beban gempa
Beban Mati Tambahan
Pembebanan pada analisis ini mengacu kepada PPIUG 1983. Dimana pada
peraturan tersebut ditetapkan beban-beban sebagai berikut:
1. Beban Mati Pelat Lantai
10
a. Berat Plafond dan penggantung langit-langit = 18 kg/m2
b. Berat spesi 3 cm = 63 kg/m2
c. Berat penutup lantai keramik = 24 kg/m2
d. Instalasi MEP = 50 kg/m2
e. Beban meja los =100 kg/m2
Total beban mati tambahan = 255 kg/m2
2. Beban Mati Pelat Atap
a. Berat Plafond dan penggantung langit – langit = 18 kg/m2
b. Berat spesi 3 cm = 63 kg/m2
c. Instalasi MEP = 50 kg/m2
Total beban mati tambahan = 131 kg/m2
3. Beban penutup atap kaca = 30 kg/m2
4. Beban dinding
a. Beban dinding bata ringan : 57 kg/m2 x 3,5 = 199,5 kg/m2
Beban Hidup
Pembebanan pada analisis ini mengacu kepada SNI 1727:2020. Dimana pada
peraturan tersebut ditetapkan beban-beban sesuai dengan fungsi ruangan,
diantaranya:
1. Basement : 1,92 kN/m2
2. Toko : 4,79 kN/m2
3. Beban hidup tangga : 1,33 kN/m2
Beban Gempa
Perhitungan beban gempa pada SAP2000 menggunakan fitur pembebanan
gempa otomatis yaitu fitur Auto lateral load berdasarkan ASCE 7-16 yang
disesuaikan dengan SNI Gempa SNI 1726:2019. Pengaturan beban gempa tersebut
berdasarkan lokasi di mana gedung dibangun, yaitu di Sukawati, Gianyar, Bali.
Parameter-parameter yang disesuaikan tersebut antara lain:
1. Spektral percepatan, Ss : 0,978 g (puskim.go.id)
2. Spektral percepatan, S1 : 0,356 g (puskim.go.id)
3. Faktor Respon Modifikasi (R) :8
4. Faktor Sistem Perkuatan (Ωo) :3
11
5. Faktor Deflection Amplication (Cd) : 5,5
6. Kategori resiko : II
7. Faktor Keutamaan Gempa (Ie) : 1,0
8. Kelas Situs Tanah : Tanah Sedang (SC)
9. Kategori desain seismik (KDS) :D
- Fa : 1,108
- Fv : 1,688
- SDS : 0,7239 g
- SD1 : 0,4006 g
Beban Air Hujan
Beban terbagi rata air hujan Wah = 40 - 0,8 α dengan, α = sudut kemiringan
atap, derajat (jika α > 500 dapat diabaikan). Wah = beban air hujan, kg/m2 (min.
Wah atau 20 kg/m2).
• Beban air hujan pada atap genteng : 20 kg/m2
• Beban air hujan pada pelat atap : 40 kg/m2
Beban Angin
Beban angin yang diperhitungkan pada struktur rangka atap menggunakan
pedoman SNI 1727:2020. Data pembebanan angin pada Gedung Pasar Sukawati
Blok C adalah sebagai berikut :
Kecepatan Angin = 30 km/jam
= 8,33 m/s
Faktor arah angin (Kd) = 0,85
Kategori Eksposur =B
Faktor Topografi (Kzt) =1
Faktor Pengaruh Tiupan Angin (G) = 0,85
Zg = 365,8 m
α =7
Ketinggian diatas level tanah (z) = 21,98 m
Untuk 15 ft (4,6 m) ≤ z ≤ zg
Koef. kecepatan tekanan eksposur (𝐾𝐾𝐾𝐾) = 2,01( 𝑧𝑧 ⁄𝑧𝑧𝑧𝑧)2⁄𝛼𝛼
= 0,90
Tekanan Velositas (qz) = 0,613 × 𝐾𝐾𝑧𝑧 × 𝐾𝐾𝑧𝑧𝑧𝑧 × 𝐾𝐾𝑑𝑑 × 𝑉𝑉2 = 31,238 N/m2
12
Sudut kemiringan atap 400:
Atap di sisi angin datang (CNW) = 1,3
Atap di sisi angin pergi (CNL) = 0,6
Jarak antar kuda-kuda = 3,5 m
Tekanan desain, z (tekan/menuju)
𝑝𝑝 = 𝑞𝑞𝑞𝑞 × 𝐺𝐺 × 𝐶𝐶𝑁𝑁𝑁𝑁 × 3,5 = 0,121 kN/m
Tekanan desain, h (hisap/menjauh)
𝑝𝑝 = 𝑞𝑞𝑞𝑞 × 𝐺𝐺 × 𝐶𝐶𝑁𝑁𝑁𝑁 × 3,5 = 0,056 kN/m
Beban Tanah Lateral
Dalam perancangan struktur di bawah tanah, harus diperhatikan tekanan
lateral tanah di sampingnya. Beban tanah lateral yang digunakan adalah beban
tanah lateral minimum rencana menurut SNI 1727:2013 Tabel 3-1.
Kombinasi Pembebanan
Kombinasi beban yang digunakan berdasarkan SNI 2847:2019 Pasal 5.3.1
dan SNI 1726:2019 Pasal 4.2.2 yaitu seperti pada persamaan 2.31 sampai
persamaan 2.3
13
3.1.4 Analisis dan Perancangan Struktur
Analisis struktur dan desain penampang menggunakan hasil yang didapatkan dari
program SAP2000 lalu dikontrol dengan perhitungan manual pada masing-masing tipe
penampang balok, kolom, dinding penahan tanah dan pelat. Hasil analisis struktur meliputi
simpangan, stress ratio, periode getar struktur, ketidakberaturan vertikal dan ketidakberaturan
horizontal yang disesuaikan dengan Standar Nasional Indonesia. Jika hasil tersebut sudah
memenuhi syarat maka dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan kinerja, namun jika tidak
memenuhi syarat maka kembali ke penentuan dimensi struktur.
14
hasil uji tes tanah dan beban maksimum pada kolom. Kemudian menentukan dimensi pondasi,
lalu dilakukan pengecekan terhadap geser satu arah dan dua arah serta perhitungan penulangan
yang mengacu pada SNI 2847:2019.
15
Gambar 3. 12 Bidang Geser 2-2 Portal 3-3 (1,2D +1,6L+0,5R)
16
Gambar 3. 16 Bidang Momen 3-3 Portal K-K (1,2D +1,6L+0,5R)
17
Gambar 3. 19 Bidang Geser 2-2 Portal K-K (1,2D +L+Ey+0,3Ex)
18
• Berdasarkan Tabel 18, nilai parameter perioda pendekatan, Ct = 0,0466 dan x = 0,9;
untuk semua sistem struktur lainnya.
• Ketinggian struktur, ℎ𝑛𝑛 = 21,98 m
Ta = Ct . hnx = 0,752 detik
Tmaks = Cu . Ta = 1,053 detik
Kontrol: Ta = 0,752 ≤ Tmax = 1,053............. (OK!)
Dari hasil analisis mode 1 didapatkan nilai periode fundamental sebesar 0,696 detik.
Jadi digunakan T = 0,696 detik
19
Didefinisikan ada jika simpangan antar lantai maksimum, torsi yang dihitung termasuk
tak terduga, disebuah ujung struktur melintang terhadap sumbu lebih dari 1,2 kali simpangan
antar lantai tingkat rata-rata di kedua ujung struktur. Persyaratan ketidakberaturan torsi dalam
pasal-pasal referensi berlaku hanya untuk struktur dimana diafragmanya kaku atau setengah
kaku.
20
2 Eq D y Y 7,780 9,220 1,183 OK OK
1 Eq D y Y 5,105 5,270 1,032 OK OK
Bsm1 Eq D y Y 0,390 0,400 1,025 OK OK
Setelah dilakukan pengecekan diketehaui Δmax/Δavg > 1,4, sehingga dapat dinyatakan
desain struktur mengalami ketidakberaturan torsi berlebihan 1b.
2. Ketidakberaturan Sudut Dalam
Didefinisikan ada jika kedua dimensi proyeksi denah struktur dari lokasi sudut dalam
lebih besar dari 15 % dimensi denah struktur dalam arah yang ditinjau. Ketidakberaturan ini
ada bila Py/Ly > 15% dan Px/Lx > 15%.
Didefinisikan ada jika terdapat suatu diafragma yang memiliki diskontinuitas atau
variasi kekakuan mendadak, termasuk yang mempunyai daerah terpotong atau terbuka lebih
besar dari 50 % daerah diafragma bruto yang tertutup, atau perubahan kekakuan diafragma
efektif lebih dari 50 % dari suatu tingkat ke tingkat selanjutnya.
21
Gambar 3.24 Ketidakberaturan H.3
Sumber: SNI 1726:2019
Tabel 3.6 Ketidakberaturan Diskontinuitas Diafragma
Atotal Abukaan Rasio Cek
Story
m2 m2 % Rasio< 50%
Bsm 2 2634 87,23 3,31% OK
Bsm 1 - 3 2034 135,23 6,65 OK
Setelah dilakukan pengecekan, diketahui bahwa desain struktur tidak terdapat ketidakberaturan
diskontinuitas diafragma.
4. Ketidakberaturan Akibat Pergeseran Tegak Lurus Terhadap Bidang
Didefinisikan ada jika terdapat diskontinuitas dalam lintasan tahanan gaya lateral,
seperti pergeseran tegak lurus terhadap bidang pada setidaknya satu elemen vertikal pemikul
gaya lateral.
22
Gambar 3.25 Ketidakberaturan H.4
Sumber: SNI 1726:2019
Setelah dilakukan pengecekan, diketahui bahwa desain struktur mengalami
ketidakberaturan akibat pergeseran tegak turus terhadap bidang, dikarenakan penahan gaya
lateral basement 2 dan basement 1 tidak saling tegak lurus.
5. Ketidakberaturan Sistem Nonparalel
Didefninisikan ada jika elemen vertikal pemikul gaya lateral tidak paralel terhadap
sumbusumbu ortogonal utama sistem pemikul gaya seismik.
23
Didefinisikan ada jika terdapat suatu tingkat yang kekakuan lateralnya kurang dari 60%
kekakuan lateral tingkat di atasnya atau kurang dari 70% kekakuan rata-rata tiga tingkat di
atasnya.
24
Gambar 3.28 Ketidakberaturan V.2
Sumber: SNI 1726:2019
Tabel 3. 8 Pengecekan Ketidakberaturan Vertikal 2
Massa 150% x M(n+1) 150% x M(n-1)
Story Cek
kg kg kg
3 1146788,520 1848543,50 OK
2 1232362,33 1720182,8 2257170,09 OK
1 1504780,06 1848543,5 3273558,72 OK
Bsm 1 2182372,48 2257170,1 2428998,30 OK
Bsm 2 1619332,2 3273558,7 OK
25
L 130% x L(n+1)
Story Cek
mm mm
3 600
2 600 780 OK
1 600 780 OK
Bsm 1 600 780 OK
Bsm 2 600 780 OK
26
Perhitungan untuk ketidakberaturan kuat lateral tingkat dan kuat lateral tingkat berlebih
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.10 Pengecekan Ketdakberaturan Vertikal 5a dan 5b
lt W (kN) h k Wh^k Cv Vx cek
(m) ki<80%Ki+1
3 11246,154 3,5 1,37 62571,598 0,031 0,031
2 12085,346 7 1,37 173797,45 0,088 0,119 Tidak
1 14727,162 10,5 1,37 369103,7 0,187 0,307 Tidak
bsm1 21401,764 14 1,24 564479,71 0,286 0,593 Tidak
bsm2 15880,224 17,5 1,37 801343,56 0,406 1 Tidak
Berdasarkan perhitungan weak story tidak terdapat ketidakberaturan kuat lateral tingkat
dan ketidakberaturan kuat lateral tingkat berlebih.
1 𝑔𝑔 1 × 9,81 𝑚𝑚/𝑠𝑠 2
𝑓𝑓 = =
8 8
Skala faktor kemudian dimasukkan ke dalam load case Quake X dan Y untuk di Analisa.
Pada Analisis pertama respon spektrum, dibandingkan dengan gaya statik ekivalen
autolateral untuk periksa apakah respon spektrum telah memenuhi syarat 100% sesuai dengan
SNI 1726:2019 pasal 7.9.1.4.1.
Tabel 3. 11 Perbandingan base reaction antara Respon Spektrum dan Autolateral
TABLE: Base Reactions
OutputCase StepType GlobalFX GlobalFY RATIO
Text Text N N %
(D + L + Ex + 0,3 Ey) -3361065,47 -1212241,94
(AL)
(D + L + Ex + 0,3 Ey) Max 1923448,52 633062,73 57%
(RSA)
(D + L + Ex + 0,3 Ey) Min -1923448,52 -633062,73
(RSA)
27
(D + L + Ey + 0,3 Ex) -109599,86 -3361099,3
(AL)
(D + L + Ey + 0,3 Ex) Max 49912,35 2230664,50 66%
(RSA)
(D + L + Ey + 0,3 Ex) Min -49912,35 -2230664,50
(RSA)
Karena perbandingan belum memenuhi syarat, perlu dilakukan penyesuaian dengan
𝑉𝑉
persamaan 𝑉𝑉 :
𝑡𝑡
3361065,47
Faktor koreksi arah X = 1923448,52 = 1,747
3361099,3
Faktor koreksi arah Y = 2230664,50 = 1,507
Angka penyesuaian kemudian dikalikan dengan skala faktor yang sudah ada :
Skala faktor yang telah disesuaikan dimasukkan ke dalam load case dan dilakukan
analisa ulang pada SAP2000. Hasil setelah penyesuaian dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3. 12 Perbandingan base reaction antara Respon Spektrum dan Autolateral
TABLE: Base Reactions
OutputCase StepType GlobalFX GlobalFY RATIO
Text Text N N %
(D + L + Ex + 0,3 Ey) -3361065,47 -1212241,94
(AL)
(D + L + Ex + 0,3 Ey) Max 3361065,47 1212241,94 100
(RSA)
(D + L + Ex + 0,3 Ey) Min -3361065,47 -1212241,94
(RSA)
(D + L + Ey + 0,3 Ex) -109599,86 -3361099,3
(AL)
(D + L + Ey + 0,3 Ex) Max 109599,86 3361099,3 100
(RSA)
(D + L + Ey + 0,3 Ex) Min -109599,86 -3361099,3
(RSA)
Setelah dilakukan penyesuaian skala faktor, perbandingan beban gempa RSA telah
memenuhi syarat SNI 1726:2019 pasal 7.9.1.4.1 mengenai skala gaya.
28
kinerja batas layan. Parameter yang diperlukan untuk mengevaluasi kinerja batas layan adalah
sebagai berikut.
• Data gempa pada struktur: Cd = 5,5; ρ = 1,3 dan Ie = 1,0.
• Berdasarkan kategori risiko, nilai simpangan antar lantai ijin, Δa = 0,020hsx.
• Berdasarkan kategori desain seismik, nilai Δa harus dibagi dengan ρ, Δa/ρ. Nilai faktor
redudansi, ρ = 1,3.
• Berdasarkan rencana sistem struktur dan kuantitas simpangan antar lantai harus
dikalikan dengan kuantitas Cd dibagi Ie.
Selanjutnya hasil analisis simpangan antar lantai ditampilkan pada tabel 3.5 dan tabel
3.6
Berikut merupakan grafik simpangan antar lantai pada arah X dan arah Y.
29
6
Story
3
Arah X
2 ARAH Y
Izin
1
0
0 20 40 60 80
Simpangan Antar Tingkat
(mm)
Hasil analisis simpangan antar lantai menunjukan bahwa struktur telah memenuhi syarat
simpangan antar lantai ijin dan tidak mengalami soft story seperti yang disyaratkan dalam SNI
1726:2019.
30
Px Delta Vx hsx
Story Ie Cd Øx Cek
kN m kN m
3 7642,261 0,044 1 299,051 3,5 5,5 0,058412 OK
2 29597,9 0,00605 1 919,121 3,5 5,5 0,010121 OK
1 56111,22 0,0066 1 1138,13 3,5 5,5 0,016903 OK
Bsm1 71353,84 0,00413 1 224,716 3,5 5,5 0,068042 OK
Bsm2 99458,46 0,00083 1 366,655 3,5 5,5 0,011625 OK
Hasil analisis menunjukan bahwa P-Delta telah memenuhi syarat pasal 7.9.1.6 SNI
1726:2019, maka pengaruh P-Delta dapat diabaikan.
31
− Ly / Lx : 1,33 < 2 (pelat dua arah)
32
a. Penulangan Tumpuan Arah X
Berdasarkan hasil analisis SAP2000, didapatkan:
Mu = 12,7 kNm = 12.737.000 Nmm
Mu
Mn = = 14.152.222 Nmm
Ø
Mn
Rn = b × d ² = 1,959 N/mm2
𝑥𝑥
𝑓𝑓𝑓𝑓
m= = 19,844
0,85 ×𝑓𝑓′𝑐𝑐
1 2∙𝑅𝑅𝑛𝑛∙𝑚𝑚
𝜌𝜌𝑠𝑠 = ∙ �1 − �1 − � = 0,0049 < 𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑚𝑚 𝑓𝑓𝑓𝑓
1 2∙𝑅𝑅𝑛𝑛∙𝑚𝑚
𝜌𝜌𝑠𝑠 = ∙ �1 − �1 − � = 0,0022 < 𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑚𝑚 𝑓𝑓𝑓𝑓
33
c. Penulangan Tumpuan Arah Y
Berdasarkan hasil analisis SAP2000, didapatkan:
Mu = 14,9 kNm = 14.919.000 Nmm
Mu
Mn = = 16.576.667 Nmm
Ø
Mn
Rn = = 2,294 N/mm2
b × d𝑦𝑦²
𝑓𝑓𝑓𝑓
m= = 19,513
0,85 ×𝑓𝑓′𝑐𝑐
1 2∙𝑅𝑅𝑛𝑛∙𝑚𝑚
𝜌𝜌𝑠𝑠 = ∙ �1 − �1 − � = 0,0058 > 𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑚𝑚 𝑓𝑓𝑓𝑓
𝑓𝑓𝑓𝑓
m= = 19,844
0,85 ×𝑓𝑓′𝑐𝑐
1 2∙𝑅𝑅𝑛𝑛∙𝑚𝑚
𝜌𝜌𝑠𝑠 = ∙ �1 − �1 − � = 0,0019 < 𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑚𝑚 𝑓𝑓𝑓𝑓
34
Jadi untuk tulangan tumpuan arah X dipasang D10 – 200 mm
e. Tulangan Bagi atau Susut
Berdasarkan SNI 2847:2019 pasal 24.4.3, tulangan susut harus paling sedikit memiliki
rasio tulangan terhadap luas bruto penampang beton 0,0020 untuk pelat yang menggunakan
Batangan tulangan ulir dengan mutu kurang dari 420 MPa. Pelat memiliki tebal 120 mm, dan
ditinjau selebar 1 m, maka luas tulangan perlu pelat per satu meter adalah 240 mm2 , dengan
jumlah total 5 per 1 m, sehingga jarak antar tulangan bagi adalah 200 mm. Digunakan tulangan
bagi/susut yang digunakan adalah D10 – 200 mm.
• Ln : L-c1 = 5400 mm
35
• Ø (torsi) : 0,75 (Tabel 21.2.1 SNI 2847:2019)
Gaya Dalam:
• Mu, tumpuan (-) : 223,353 kN-m
• Mu, tumpuan (+) : 109,345 kN-m
• Mu, lapangan (-) : 100,322 kN-m
• Mu, lapangan (+) : 176,533 kN-m
• Vu, tumpuan : 216,369 kN (Gaya geser di tepi kolom)
• Vu, lapangan : 167,138 kN
• Tu : 18,208 kN-m
• Pu : 19,827 kN
36
𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 0,75𝜌𝜌𝑏𝑏 = 0,0202
a. Tulangan Lentur Tumpuan
Berdasarkan hasil analisis SAP 2000, didapatkan:
Mu = 223,353 kN-m = 223.353.393 Nmm
Mu
Mn = = 248.058.889 Nmm
Ø
Mn
Rn = = 4,261 N/mm2
b × d𝑥𝑥 ²
𝑓𝑓𝑓𝑓
m= = 19,844
0,85 ×𝑓𝑓′𝑐𝑐
1 2∙𝑅𝑅𝑛𝑛 ∙𝑚𝑚
𝜌𝜌𝑠𝑠 = ∙ �1 − �1 − � = 0,0114 > 𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑚𝑚 𝑓𝑓𝑓𝑓
Mu = 223,353 kN-m
Ø𝑀𝑀𝑀𝑀 > Mu (OK)
Tulangan Tekan:
Dicoba tulangan D19
As
n= = 2,66 buah ≈ 3 buah
AsD19
37
1
𝐴𝐴𝐴𝐴 terpasang = 3 ∙ ∙ 𝜋𝜋 ∙ 192 = 850,57 𝑚𝑚𝑚𝑚2 > 𝐴𝐴𝐴𝐴 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
4
𝑎𝑎 = 𝐴𝐴𝐴𝐴 × 𝑓𝑓𝑓𝑓/(0,85 × 𝑓𝑓′𝑐𝑐 × 𝑏𝑏) = 53,584 mm
a
Ø𝑀𝑀𝑀𝑀 = Ø(As × fy × �d − �) = 140,758 kN-m
2
Mu = 109,346 kN-m
ØMn > Mu (OK)
b. Tulangan Lentur Lapangan
Berdasarkan hasil analisis SAP 2000, didapatkan:
Mu = 100,322 kN-m = 100.322.000 Nmm
Mu
Mn = = 111.468.888 Nmm
Ø
Mn
Rn = = 1,915 N/mm2
b × d𝑥𝑥 ²
𝑓𝑓𝑓𝑓
m= = 19,844
0,85 ×𝑓𝑓′𝑐𝑐
1 2∙𝑅𝑅𝑛𝑛 ∙𝑚𝑚
𝜌𝜌𝑠𝑠 = ∙ �1 − �1 − � = 0,0048 > 𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑚𝑚 𝑓𝑓𝑓𝑓
38
a
Ø𝑀𝑀𝑀𝑀 = Ø(As × fy × �d − �) = 126,682 kN-m
2
Mu = 100,322 kN-m
Ø𝑀𝑀𝑀𝑀 > Mu (OK)
Tulangan Tekan:
Dicoba tulangan D19
As
n= = 4,1 buah ≈ 5 buah
AsD19
Mu = 176,530 kN-m
Ø𝑀𝑀𝑀𝑀 > Mu (OK)
3. Desain Tulangan Transversal
Gaya Desain:
Vu tumpuan = 216,369 kN
Vg, tumpuan = 167,138 kN
As+ tumpuan = 850,586 mm2
As- tumpuan = 1701,172 mm2
apr+ = 1,25 a+ tumpuan = 66,981
apr- = 1,25 a- tumpuan = 133,961
Mpr+ = As+ (1,25fy) (d- apr+/2) = 173.098.426 Nmm
Mpr- = As- (1,25fy) (d- apr-/2) = 317.710.480 Nmm
Vpr = (Mpr++ Mpr-)/ Ln = 90.891 N
Ve = Vg + Vpr = 266.556 N
Tahanan Geser Beton
Vpr = 90.891 N
½ Ve = 133.278 N
Pu = 19.800 N
Ag f’c/20 = 186.750 N
Karena Vpr < ½ Ve, maka kuat geser yang disumbangkan oleh beton diperhitungkan.
39
𝑉𝑉𝑐𝑐 = 0,17 × λ × �𝑓𝑓′𝑐𝑐 × 𝑏𝑏 × 𝑑𝑑 = 112.103 N
Penulangan Geser
d
smaks 1 = = 110,3 mm (Pasal 18.6.4.4 SNI 2847:2019)
4
Sehingga dapat dipasang sengkang tertutup Ø10 – 100 mm hingga sepanjang 2h = 1200
mm dari muka tumpuan.
Jika memperhitungkan geser dan torsi, berdasarkan hasil analisis SAP2000 didapatkan
nilai Tu = 14,664 kN-m = 14.664.200 Nmm
Menghitung section properties:
xi = b – 2(p + ½ d sengkang) = 210 mm
yi = h – 2(p + ½ d sengkang) = 410 mm
A0h = xi. yi = 86.100 mm2
A0 = 0,85. Aoh = 73.185 mm2
Ph = 2 (xi + yi) = 1.240 mm
Acp = b .h = 150.000 mm2
Pcp = 2 (b + h) = 1.600 mm
Tulangan torsi dapat diabaikan bila momen torsi terfaktor (Tu) kurang dari:
Ø 0,083 λ √𝑓𝑓′𝑐𝑐 Acp2 Pcp = 4.368.190,08 Nmm
Karena Tu > Ø 0,083 λ √𝑓𝑓′𝑐𝑐 Acp2 Pcp maka torsi diperhitungkan.
40
b. Penulangan Geser Torsi
𝑃𝑃ℎ
smaks 1 = = 155 mm
8
smaks 2 = 300 mm
s < smaks
𝐴𝐴𝑡𝑡 𝑇𝑇
= (2 × 𝜑𝜑 × 𝑢𝑢𝐴𝐴𝐴𝐴 × 𝑓𝑓𝑓𝑓) = 0,334 mm2/ mm
𝑠𝑠
𝐴𝐴𝑣𝑣 𝑉𝑉𝑢𝑢
=( = 1,381 mm2/ mm
𝑠𝑠 𝜑𝜑 − 𝑉𝑉𝑉𝑉 )× (𝑓𝑓𝑓𝑓 × 𝑑𝑑)
𝐴𝐴𝑣𝑣𝑣𝑣 𝐴𝐴𝑡𝑡 𝐴𝐴𝑣𝑣
=2× + = 2,049 mm2/ mm
𝑠𝑠 𝑠𝑠 𝑠𝑠
𝐴𝐴𝑣𝑣𝑣𝑣 0,35 𝑏𝑏
min2 = = 0,263 mm2/ mm
𝑠𝑠 𝑓𝑓𝑦𝑦
Menurut SNI 2847 :2013 pasal 11.5.6.2, spasi tulangan torsi longitudinal tidak boleh
melebihi 300 mm
s < smaks (OK)
41
d. Tulangan Transversal Lapangan
Pada jarak 1.200 mm hingga ke daerah lapangan, bekerja gaya sebesar:
Vu = 167,138 kN = 167.138 N
Vc = 0,17 λ �𝑓𝑓′𝑐𝑐 b d = 112.103 N
Digunakan sengkang dengan diameter 10 mm (2 kaki) jarak 150 mm
Av = 157,08 mm2
𝑠𝑠 = 150 mm
d
smaks = = 220 mm (Pasal 18.6.4.4 SNI 2847:2019)
2
s < smaks
𝐴𝐴𝐴𝐴×𝑓𝑓𝑓𝑓×𝑑𝑑
𝑉𝑉𝑉𝑉 = = 184.516 N
𝑠𝑠
Sehingga dapat dipasang sengkang tertutup Ø10 – 150 mm pada daerah lapangan.
Jika memperhitungkan geser dan torsi, berdasarkan hasil analisis SAP2000 didapatkan
nilai Tu = 4,095 kN-m = 4.095.100 Nmm
Menghitung section properties:
xi = b – 2(p + ½ d sengkang) = 210 mm
yi = h – 2(p + ½ d sengkang) = 410 mm
A0h = xi. yi = 86.100 mm2
A0 = 0,85. Aoh = 73.185 mm2
Ph = 2 (xi + yi) = 1.240 mm
Acp = b .h = 150.000 mm2
Pcp = 2 (b + h) = 1.600 mm
Tulangan torsi dapat diabaikan bila momen torsi terfaktor (Tu) kurang dari:
Ø 0,083 λ √𝑓𝑓′𝑐𝑐 Acp2 Pcp = 4.368.190,08 Nmm
Karena Tu < Ø 0,083 λ √𝑓𝑓′𝑐𝑐 Acp2 Pcp maka torsi tidak diperhitungkan.
42
4. Konfigurasi Tulangan
Tulangan Tarik
Digunakan tulangan tarik 6D19, dicoba konfigurasi 2 lapis sebagai berikut:
Lapis 1 3D19:
Tebal decking = 2 × 40
Tulangan sengkang = 2 × 10
Tulangan lentur = 3 × 19
= 157 mm
𝑏𝑏−157
𝑠𝑠 = = 71,5 𝑚𝑚𝑚𝑚 > 25 𝑚𝑚𝑚𝑚 (𝑂𝑂𝑂𝑂)
𝑛𝑛−1
Lapis 2 3D19:
Tebal decking = 2 × 40
Tulangan sengkang = 2 × 10
Tulangan lentur = 3 × 19
= 157 mm
𝑏𝑏−157
𝑠𝑠 = = 71,5 𝑚𝑚𝑚𝑚 > 25 𝑚𝑚𝑚𝑚 (𝑂𝑂𝑂𝑂)
𝑛𝑛−1
Tulangan Tekan
Digunakan tulangan tarik 3D16, dicoba konfigurasi 1 lapis sebagai berikut:
Tebal decking = 2 × 40
Tulangan sengkang = 2 × 10
Tulangan lentur = 3 × 19
= 157 mm
𝑏𝑏−157
𝑠𝑠 = = 71,5 𝑚𝑚𝑚𝑚 > 25 𝑚𝑚𝑚𝑚 (𝑂𝑂𝑂𝑂)
𝑛𝑛−1
Tulangan Tarik
Digunakan tulangan tarik 3D19, dicoba konfigurasi 1 lapis sebagai berikut:
Tebal decking = 2 × 40
Tulangan sengkang = 2 × 10
Tulangan lentur = 3 × 19
= 157 mm
43
𝑏𝑏−157
𝑠𝑠 = = 71,5 𝑚𝑚𝑚𝑚 > 25 𝑚𝑚𝑚𝑚 (𝑂𝑂𝑂𝑂)
𝑛𝑛−1
Tulangan Tekan
Digunakan tulangan tarik 5D16, dicoba konfigurasi 1 lapis sebagai berikut:
Tebal decking = 2 × 40
Tulangan sengkang = 2 × 10
Tulangan lentur = 5 × 19
= 195 mm
𝑏𝑏−195
𝑠𝑠 = = 26,25 𝑚𝑚𝑚𝑚 > 25 𝑚𝑚𝑚𝑚 (𝑂𝑂𝑂𝑂)
𝑛𝑛−1
44
Aksial - Lentur
Kondisi P (kN) M2 (kN-m) M3 (kN-m)
Pmax 876,558 99,861 45,437
Pmin -4078,446 -3,158 8,812
M2max -1184,627 160,746 5,171
M2min -139,584 -239,005 58,376
M3max -758,648 35,964 169,906
M3min -1693,701 -66,629 -402,085
45
𝑘𝑘 . 𝐿𝐿𝐿𝐿
= 18,76 < 22, sehingga termasuk kolom pendek.
𝑟𝑟
46
Gambar 3. 35 Diagram Interakasi Kolom Kondisi Pmin
47
Gambar 3. 37 Diagram Interakasi Kolom Kondisi M2min
48
Gambar 3. 39 Diagram Interakasi Kolom Kondisi M3min
49
− Tinggi komponen struktur (h) = 600 mm
− Seperenam bentang bersih komponen struktur (Ln/6) = 500 mm
− 450 mm
Maka panjang zona sendi plastis digunakan nilai 𝑙𝑙𝑙𝑙 terbesar yaitu 600 mm.
Maka jarak maksimum digunakan nilai Smax terkecil yaitu 114 mm.
Cek, s ≤ Smax = 100 mm < 114 mm (OK)
50
Berdasarkan hasil analisis menggunakan SP Column, dengan menggunakan fpr = 1,25
fy, didapatkan nilai keluaran sebagai berikut.
Mpr kolom = 898,597 kN-m
Vu, 1 = 2 Mpr kolom/ Ln = 599.065 N
Vu, 2 = 488.082 N
Digunakan Vu terbesar = 599.065 N
Vc = 0.17 (1 + Nu/ (14 Ag)] (fc')0.5 h d; d = b - cc - ds - db / 2 = 275.105 N (Pasal 22.5.6.1
SNI 2847:2019)
Vs perlu = Vu / Ø - Vc = 523.648 N (Pasal 22.5.10.1 SNI 2847:2019)
As/ s perlu = Vs / (fy · d); d = b - cc - ds - db / 2 = 2,3067 mm2/mm (Pasal 22.5.10.5.3
SNI 2847:2019)
As/ s min, 1 = 0.062 (fc')0.5 h / fy = 0,442 mm2/mm (Pasal 10.6.2.2 SNI 2847:2019)
As/ s min, 2 = 0.35 h / fy = 0,500 mm2/mm (Pasal 10.6.2.2 SNI 2847:2019)
Digunakan As/s terbesar = 2,3067 mm2/mm
Cek, Ash/s ≥ Ash/s = 3,142 > 2,3067 (OK)
Maka pada zona sendi plastis dipasang tulangan transversal 4Ø10-100.
51
Vs perlu = Vu / Ø - Vc = 375.671 N (Pasal 22.5.10.1 SNI 2847:2019)
As/ s perlu = Vs / (fy · d); d = b - cc - ds - db / 2 = 1,655 mm2/mm (Pasal 22.5.10.5.3 SNI
2847:2019)
As/ s min, 1 = 0.062 (fc')0.5 h / fy = 0,442 mm2/mm (Pasal 10.6.2.2 SNI 2847:2019)
As/ s min, 2 = 0.35 h / fy = 0,500 mm2/mm (Pasal 10.6.2.2 SNI 2847:2019)
Digunakan As/s terbesar = 1,655 mm2/mm
Cek, Av/s ≥ Ash/s = 2,356 > 1,655 (OK)
Maka pada zona luar sendi plastis dipasang tulangan transversal 3Ø10-100.
52
Karena kolom dianggap memiliki kekakuan yang sama, maka faktor distribusi (DF)
diambil sebesar 0,5 dan momen yang timbul pada kolom atas HBK adalah:
Mc = 0,5(Mpr+ + Mpr-) = 207,556 kN-m
Gaya geser dari kolom sebelah atas adalah sebesar:
2𝑀𝑀𝑐𝑐
Vsway = = 103,778 kN
ℎ 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
Luas tulangan tekan pada daerah tumpuan balok (As-) = 1503,44 mm2, sehingga gaya
yang bekerja pada tulangan atas pada sebelah kiri HBK adalah:
T1 = 1,25 As fy = 789,306 kN
C1 = T1 = 789,306 kN
Dengan cara yang sama untuk sisi kanan HBK (As+) = 1501,37 mm2
T2 = 1,25 As fy = 788,219 kN
C2 = T1 = 788,219 kN
Dengan meninjau kesimbangan gaya dalam arah horizontal, maka diperoleh:
Vj =T1+C2-Vsway = 1.473,747 kN
Berdasarkan SNI 2847:2019 pasal 18.8.4.1, Vn pada joint terkekang oleh balok-balok
pada semua empat muka, tidak boleh lebih besar dari:
𝑉𝑉𝑛𝑛 ≤ 1,7�𝑓𝑓 ′𝑐𝑐 𝐴𝐴𝑗𝑗 = 3.053,873 kN
∅𝑉𝑉𝑛𝑛 = 2.290,305 kN > Vj (OK)
Maka pada daerah HBK dipasang tulangan transversal 4 kaki Ø10-100.
3. Panjang Penyaluran Tulangan
Berdasarkan SNI 2847:2019 pasal 18.8.5, panjang penyaluran 𝑙𝑙𝑑𝑑ℎ untuk tulangan
tarik berdiameter 10 mm hingga 36 mm memiliki kait 90°, diambil nilai terbesar
antara:
− 𝑙𝑙𝑑𝑑ℎ ≥ 8db = 152 mm
− 𝑙𝑙𝑑𝑑ℎ ≥ 150 mm
𝑓𝑓𝑦𝑦 .𝑑𝑑𝑏𝑏
− 𝑙𝑙𝑑𝑑ℎ = = 296 ≈ 300 mm
5,4�𝑓𝑓′ 𝑐𝑐
Maka panjang penyaluran ldh untuk batang tulangan dengan kait 900 diambil 300 mm.
Sedangkan untuk panjang penyaluran untuk batang tulangan lurus diambil sepanjang 3,25 ldh
yaitu 975 mm.
53
3.3.5 Perencanaan Penulangan Dinding Basement
Data Perencanaan:
− Tebal dinding(t) : 200 mm
− Lebar ditinjau (b) : 1000 mm
− Tebal selimut beton (p) : 40 mm (SNI 2847:2019 Tabel 20.6.1.3.1)
− Diameter tulangan utama : 13 mm
− fy : 420 MPa
1
− Tebal efektif : 𝑑𝑑 = ℎ − 𝑝𝑝 − 𝑑𝑑 = 153,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
2
1 2∙𝑅𝑅𝑛𝑛∙𝑚𝑚
𝜌𝜌𝑠𝑠 = ∙ �1 − �1 − � = 0,00303 < 𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑚𝑚 𝑓𝑓𝑓𝑓
54
1000 1
𝐴𝐴𝐴𝐴 𝑑𝑑13 = 2 ∙ ∙ ∙ 𝜋𝜋 ∙ 132 = 1327,85 mm2/m > As perlu
200 4
55
Gambar 3. 40 D/C Ratio Struktur Atap
3.4 Analisis Pushover
Pada perancangan struktur ini, analisis pushover menggunakan program SAP2000 v20,
dengan hasil sebagai berikut.
0,7452
= 1,269 x 1,0 x 1,0 x 1,0 x 0,843 x x 9,8
4𝜋𝜋2
= 0,171 m
𝛿𝛿𝛿𝛿
Drift Ratio = = 0,007 m
𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻
Perhitungan Arah Y
Sa = 1,051
Maka target perpindahan dapat dihitung dengan :
1,5232
= 1,643 x 1,0 x 1,0 x 1,0 x 1,051 x x 9,8
4𝜋𝜋2
= 0,473 m
𝛿𝛿𝛿𝛿
Drift Ratio = = 0,021 m
𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻
Berdasarkan FEMA-440, titik kinerja yang diharapkan pada Gedung Pasar Sukawati
Blok C adalah Immediate Occupancy – Life Safety.
56
Kurva capacity dan demand diplot dalam satu kurva, lalu ditentukan titik kinerja menurut
FEMA-440. Berikut merupakan kurva capacity dan demand pada struktur arah X dan Y.
Pada arah X, titik kinerja struktur berada pada tahap 10 – 11. Hasil analisis yang
diperoleh antara lain: titik kinerja (Sa; Sd) = (0,843; 73,025), gaya lateral gempa (V) =
56.852.500 N, displacement (D) = 93,545 mm. Titik kinerja pada tahap ke 10 – 11 berada pada
tingkat kinerja batas elastis (B) to Immediate Occupancy (IO).
Pada arah Y, titik kinerja struktur berada antara tahap 15 – 16. Hasil analisis yang
diperoleh antara lain: titik kinerja (Sa; Sd) = (1,051; 104,898), gaya lateral gempa (V) =
69.232.879 N, displacement (D) = 133,599 mm.
57
3.4.1 Mekanisme Keruntuhan
Dari hasil analisis yang dilakukan dapat diketahui letak sendi plastis yang terjadi pada
struktur. Mekanisme terbentuknya sendi plastis tersebut akan dievaluasi untuk mengetahui
kondisi leleh yang terbentuk antara balok dan kolom.
Tabel 3. 21 Mekanisme terbentuknya sendi plastis arah X
B IO LS CP C D
Displacement Base Force A to Beyond
Step to to to to to to Total
(mm) (N) B E
IO LS CP C D E
58
Tabel 3. 22 Mekanisme terbentuknya sendi plastis arah Y
B IO LS CP C D B
Displacement Base Force A to
Step to to to to to to eyond Total
(mm) (N) B
IO LS CP C D E E
59
Gambar 3. 46 Sendi Plastis Arah Y (Step 2)
Berdasarkan Tabel 3.21 dan Tabel 3.22, bangunan berada pada fase batas immediate
occupancy (IO) – Life Safety (LS) yang berarti bangunan aman terhadap beban gempa. Pada
analisis pushover arah X adalah pada step 3-4, dimana gaya geser = 56.852.500 N > gaya geser
statik ekivalen (Vx) = 3.361.065 N, dengan displacement (D) = 93,545 mm, dan pada analisis
pushover arah Y adalah pada step 2-3, dimana gaya geser = 69.232.879 N > gaya geser statik
ekivalen (Vx) = 3.361.099 N, dengan displacement (D) = 133,599 mm.
3.5 Hasil Perancangan Pondasi
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari tes sondir, maka dapat disimpulkan bahwa
penetrasi konus maksimal 250 kg/cm2 terdapat pada rata – rata kedalaman 8.00 meter sampai
dengan 9.00 meter dari muka tanah setempat. Biasanya adanya perbedaan kedalaman penetrasi
konus disebabkan oleh kedalaman tanah keras pada masing – masing lokasi penyondiran
terletak pada kedalaman yang berbeda serta posisi/elevasi penyondiran yang tidak sama.
Berdasarkan pengujian boring dapat dilihat dari kedalaman 0.00 meter sampai 1.00
meter berupa urugan. Kemudian dari kedalaman 1.00 meter sampai 3.00 meter berupa lempung
kelanuan kecoklatan. Kemudian dari kedalaman 3.00 meter sampai 5.00 meter lempung
kelanuan kecoklatan bercampur kerikil lepas dan butiran cadas. Tidak ditemukan muka air
tanah.
Maka dalam Proyek Perencanaan Pembangunan Pasar Sukawati yang berlokasi di
Sukawati, Gianyar, Bali dengan berdasarkan daya dukung tanah ijin yang ada, serta kondisi
eksisting dilapangan dan bangunan yang akan dibangun, maka dapat disarankan sebagai
pondasi dalam (pondasi borepile atau pondasi tiang pancang) dengan kedalaman berkisar
antara 9.00 meter sampai dengan 10.00 meter dari muka tanah setempat
60
3.5.1 Perencanaan Jumlah Tiang
Pondasi yang digunakan adalah pondasi borepile berdasarkan hasil uji tes tanah. Dari
hasil analisis struktur dalam SAP 2000, diperoleh luaran nilai reaksi perletakan akibat beban
(D+L), kemudian gaya aksial tersebut dikontrol terhadap daya dukung ijin tiang (Qi). Setelah
didapat jumlah tiang yang diperlukan berdasarkan kombinasi beban D+L terhadap daya
dukung ijin, selanjutnya ditinjau gaya aksial akibat kombinasi beban gempa dan gravitasi
terfaktor yaitu 1,2 D+ L+ Ex + 0,3 Ey lalu dikontrol terhadap daya dukung ultimit tiang (Qu),
61
terdapat overlap ke atas sejauh 150 mm. Tebal pile cap yang digunakan adalah 1000 mm
sehingga konfigurasi pondasi :
Gambar 3. 48 Jarak antar tiang (kiri) dan Tebal pile cap (kanan)
62
D = 19 mm
h = 800 mm
d’ = 150 + 1�2 × 19 = 160 mm
d = 1000 − 160 = 640 𝑚𝑚𝑚𝑚
l = 1200 mm
1. Metode Strut & Tie
Beban aksial pada kolom diidistribusikan ke seluruh tiang yang berada dibawah pile
cap, maka luas kolom (K1) dengan dimensi 600x600 mm dibagi dengan jumlah tiang dibawah
pile cap yaitu 4 buah tiang sehingga diperoleh luasan sebesar 72.000 mm2. Dengan luasan
tersebut maka dapat dihitung dimensi dari penampang yang telah terbagi dengan jumlah tiang,
yaitu 400x400 mm. Gaya dari kolom diasumsikan bekerja pada setiap titik berat penampang
tersebut. Model strut and tie didistribusi pembagian penampang dan penempatan gaya – gaya
yang bekerja pada titik berat penampang terlihat pada gambar berikut.
Sesuai dengan Pasal 23.2.7 SNI 2847:2019 bahwa sudut strut tidak boleh diambil
kurang dari 25° derajat, maka sudut kemiringan strut yang digunakan tersebut sudah memenuhi
syarat.
Gaya pada strut (S1)
𝐹𝐹
𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹 = = 1086,116 𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠
63
Penulangan pada bagian tie (T1)
∅𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹 ≥ 𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹
∅𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 𝑓𝑓𝑓𝑓 ≥ 𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 ≥ 𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹/( ∅𝑓𝑓𝑓𝑓) = 1810,193 𝑚𝑚𝑚𝑚2
Akan digunakan tulangan dengan diameter 19 mm sehingga didapatkan jumlah
tulangan
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴
𝑛𝑛 = = 7 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏ℎ
𝐴𝐴𝐴𝐴 𝐷𝐷19
Diasumsikan bahwa penulangan yang didapat dari gaya Ftie mencakup setengah
Panjang pilecap, maka pada satu pile cap didapatkan sejumlah 14D19.
3. Pemeriksaan Kekuatan
𝑤𝑤𝑤𝑤 = 2𝑑𝑑 ′ = 320 𝑚𝑚𝑚𝑚
lb = 400 mm
𝑤𝑤𝑤𝑤 = 𝑤𝑤𝑤𝑤 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 + 𝑙𝑙𝑙𝑙 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 = 509,117 𝑚𝑚𝑚𝑚
Kekauan strut (S1)
𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹 = 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 = 0,85𝛽𝛽𝛽𝛽 𝑓𝑓′𝑐𝑐 𝑙𝑙𝑙𝑙 𝑙𝑙𝑙𝑙 = 2596,496 𝑘𝑘𝑘𝑘
Kontrol : ∅𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹 ≥ 𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹
∅𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹 = 0,75 × 1290,573 = 1849,71 𝑘𝑘𝑘𝑘 ≥ 𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹 = 1947,372 𝑘𝑘𝑘𝑘(OK)
Kekakuan zona nodal (N1)
𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹 = 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 = 0,85𝛽𝛽𝛽𝛽 𝑓𝑓′𝑐𝑐 𝑙𝑙𝑙𝑙 𝑙𝑙𝑙𝑙 = 2040 𝑘𝑘𝑘𝑘
Kontrol: ∅𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹 ≥ 𝐹𝐹
Fnn = 2040 kN ≥ F = 768 kN (OK)
64
Daerah kritis pada geser satu arah merupakan daerah yang diarsir dapat dilihat pada
gambar 3.49. Bidang kritis dihitung dengan mengambil jarak sejauh d dari muka kolom, maka
hal ini menunjukan bahwa pada daerah kritis tidak terdapat gaya yang mendorong pile cap,
sehingga tidak terjadi mekanisme geser satu arah.
65
Gambar 3. 51 Bidang kritis geser dua arah
bo =2 (Bx + By) = 4960 mm
Menghitung kuat geser dua arah untuk beton (Pasal 22.6.5.2 SNI 2847:2019):
𝑉𝑉𝑉𝑉1 = 0,33 λ √f′c 𝑏𝑏0 𝑑𝑑 = 5.237.760,00 N
2
𝑉𝑉𝑉𝑉1 = 0,17 (1 + )λ √f′c 𝑏𝑏0 𝑑𝑑 =5.396.480,00 N
𝛽𝛽
𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑑𝑑
𝑉𝑉𝑉𝑉3 = 0,083 (2 + )λ √f′c 𝑏𝑏0 𝑑𝑑 = 9.434.112 N
𝑏𝑏0
66