Anda di halaman 1dari 44

ANALISIS PERHITUNGAN

STRUKTUR
BANGUNAN
GEDUNG PABRIK-1
A. KONSEP DASAR PERENCANAAN
1. PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang kriteria desain serta keterangan umum perencanaan
struktur sebagai acuan Perencana Struktur dalam melakukan pekerjaan desain struktur.
Kriteria desain menjelaskan secara singkat mengenai peraturan-peraturan, standar-
standar yang digunakan, asumsi pembebanan, jenis dan mutu bahan/ material struktur,
sistem struktur atas dan struktur bawah/ pondasi, analisa/ modelisasi struktur, anggapan-
anggapan yang digunakan.

2. INFORMASI UMUM PROYEK


2.1. Diskripsi Bangunan
Diskripsi singkat proyek sebagai
berikut :

Jumlah Lantai : 2 (dua) Lantai


Fungsi Bangunan : Kantor dan proses produksi

2.2. Lokasi Bangunan

3. PERATURAN DAN STANDAR PERENCANAAN


Perencanaan struktur dan pondasi bangunan ini dalam segala hal mengikuti semua
peraturan dan ketentuan yang berlaku di Indonesia, khususnya yang di tetapkan dalam
peraturan- peraturan berikut:
1. Tata cara perencanaan struktur beton untuk bangunan gedung, SNI 2847-
2019;
2. Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain,
SNI 1727–2020;
3. Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung, SNI
1726-2019;
4. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung, SNI 1729-
2020

4. PROGRAM KOMPUTER
Program komputer yang digunakan untuk analisis desain Beton adalah SAP 2000 dan
untuk pengolahan data dan perhitungan dan review desain manual dengan menggunakan
Ms.Excel.
5. KONDISI TANAH
Berikut ini data tanah yangdigunakan dalam perencanaan Pabrik Clariant.
6. DATA GEOMETRI STRUKTRUR
Pada bangunan ini akan direncanakan model struktur hotel dengan bentuk asimetris,
dengan asumsi spesifikasi data perencanaan sebagai berikutt :

 Jumlah lantai : 2 Lantai


 Tinggi Bangunan
Lantai 1 : 3.5 m
Lantai 2 : 3.5 m
 Fungsi bangunan : Kantor dan Produksi
 Zona gempa : Wilayah Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor

7. STANDAR MATERIAL / BAHAN


- Mutu Bahan
Semua bahan untuk struktur harus dalam keadaan baru, bebas dari cacat dan
terjamin mutunya, sesuai dengan standarisasi.
- Mutu Beton
Kekuatan karakteristik silinder beton (f’c) yang didasarkan atas kekuatan beton
pada umur 28 hari sebagai berikut:
a. Pondasi, Pile Cap dan Sloof fc’= 24.90 MPa
b. Pd-stall fc’= 24.90 MPa
c. Sloof fc’= 24.90 MPa
d. Pelat fc’= 24.90 MPa :
-
Mutu Baja Struktural Tegangan leleh (fy) : 370 MPa (BJTP 37)

Mutu Baja Tulangan /Besi Beton


Jenis dan Tegangan leleh (fy) baja tulangan yang digunakan sebagai berikut:
a. Baja Polos : 240 MPa (BJTP 24) untuk dia.< 12 mm ( dia. 8 mm, 10 mm dst )
b. Baja Deform : 390 MPa (BJTD 39) untuk dia. ≥ 10 mm ( dia. 10 mm, 13 mm,
dst )

8. ASUMSI YANG DIGUNAKAN


a. Pemodelan struktur 3-D (space frame) dilakukan dengan program
komputer
b. Pelat lantai dianggap sebagai diafragma sangat kaku pada bidangnya
9. PEMBEBANAN
Mengacu kepada Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung dan Peraturan Gempa
untuk Gedung di Indonesia dan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung dan
Bangunan lain ( SNI 1727–2020 ).
- Beban Mati (Dead Load)
Beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang terpasang,
termasuk dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dinding partisi tetap, finishing, klading
gedung dan komponen arsitektural dan struktural lainnya serta peralatan layan
terpasang lain termasuk berat derek dan sistem pengangkut material..
 Berat adukan spesi 1 cm = 0.21 kN/m2
 Penutup lantai 1 cm = 0.25 kN/m2
 Lapisan Aspal 1 cm = 0.23 kN/m2
 Berat ceiling/plafond = 0.18 kN/m2
 Berat M/E = 0.25 kN/m2
 Berat dinding bata ringan = 2.00 kN/m2
 Berat Partisi UPVC = 0.40 kN/m2
- Beban Hidup (Live Load)
Beban hidup adalah beban yang diakibatkan oleh pengguna dan penghuni bangunan
Gedung, berikut beban hidup terdistribusi merata
minimum
 RyangKantor = 2.40 kN/m2
 Lobi dan koridor lantai pertama = 4.79 kN/m2
 Koridor diatas lantai pertama = 3.83 kN/m2
 RyangPertemuan = 4.79 kN/m2
 Tangga = 4.79 kN/m2
 Gudang Ringan = 6.00 kN/m2
 Atap datar = 0.96 kN/m2
- Beban Gempa (Earthquake Load)
Meliputi : beban gempa statik ekuivalen
7.1. Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan yang digunakan mengacu pada SNI–1727–2020 (Beban minimum
untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain) sebagai berikut :
 Kombinasi = 1,4 D
 Kombinasi = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 ( Lr atau R )
 Kombinasi = 1,2 D + 1,6 ( Lr atau R ) + ( 1 L atau 0.5 W)
 Kombinasi = 1.2 D + 1,0 W + 1,0 L + 0,5 ( Lr atau R )
 Kombinasi = 0,9 D + 1,0 E
Keterangan :
D: Beban mati (dead load), meliputi berat sendiri gedung (self weight) dan
beban mati tambahan (superimposed dead load)
L: Beban hidup (live load), tergantung fungsi gedung
E: Beban gempa (earthquake load), ditinjau terhadap gempa statik (EQx, EQy),
dan gempa dinamik respons spectrum (RSPx, RSPy)
Besarnyanilai angka beban (load factor) yang berbeda-beda dimaksudkan untuk
mengantisipasi adanya kesalahan perhitungan beban pada struktur dan untuk
mengantisipasi adanya beban tambahan atau perubahan beban yang mungkin terjadi
selama umur rencana bangunan.
B. PEMODELAN STRUKTUR
1. GAMBAR 3D-STRUKTUR

2. DENAH BALOK DAN PELAT LANTAI 1


C. HASIL DAN ANALISIS

1. PERHITUNGAN BEBAN MATI DAN HIDUP


Beban yang diperhitungkan adalah sebagai berikut :
Beban Mati (DL)
Berat Struktur dihitung secara otomatis oleh aplikasi SAP 2000
Beban Mati lantai 1 dan 2
- Beban adukan spesi 4 cm = 0.84 kN /m²
- Beban keramik 1 cm = 0.24 kN /m²
- Beban ceiling/plafond = 0.18 kN /m²
- BebanM/E =0.25 kN/m²
= 1.46 kN /m²
Beban Mati lantai atap
- Beban aspal = 0.46 kN /m²
- Beban ceiling/plafond = 0.18 kN /m²
- BebanM/E =0.25 kN/m²
= 0.84 kN /m²
Beban Mati lantai parkir
- Beban aspal = 1.15 kN /m²
C. HASIL DAN ANALISIS

Gambar. Beban mati lantai 1 ( kN/m2)


Gambar. Beban mati lantai 2 ( kN/m2)

Gambar. Beban mati lantai atap ( kN/m2)


Beban mati pada balok
Beban mati yang bekerja pada balok meliputi :
 Dinding pasangan bata ringan, h = 1.5 m = 1.5 x 2.0 = 3.00 kN/m’
 Dinding pasangan bata ringan, h = 4.0 m = 4.0 x 2.0 = 8.00 kN/m’
 Dinding pasangan bata ringan, h = 3.5 m = 3.5 x 2.0 = 7.00 kN/m’
 Dinding partisi UPVC, h = 3.0 m = 3.0 x 0.4 = 0.12 kN/m’

Beban Hidup
Beban Hidup Atap yang bekerja pada balok meliputi :
 RyangKantor = 2.40 kN/m2
 Lobi dan koridor lantai pertama = 4.79 kN/m2
 Koridor diatas lantai pertama = 3.83 kN/m2
 RyangPertemuan = 4.79 kN/m2
 Tangga = 4.79 kN/m2
 Gudang Ringan = 6.00 kN/m2
 Atap datar = 0.96 kN/m2
2. ANALISIS BEBAN GEMPA

Analisis beban gempa dilakukan dengan cara statik ekuivalen. Perhitungan analisis struktur
gedung terhadap beban gempa mengacu pada Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 03-1726-2019) dengan tahapan
sebagai berikut :
a. Menentukan Katagori Resiko Struktur Bangunan dan Faktor Keutamaan
Berdasarkan Pasal 4.1.2 SNI 03-1726-2020 disebutkan bahwa Gedung Kantor termasuk
dalam katagori resiko II dengan faktor keutamaan gempa Ie sebesar 1,0.

b. Menentukan Kelas Situs


Dalam proyek ini hanya ada penyelidikan tanah sondir maka sesuai dengan SNI Gempa
03-1726-2019 Pasal 5.1 apabila tidak tersedia data tanah yang spesifik pada situs
kedalaman 30 m dan sifat tanah yang memadai tidak tersedia untuk penentuan kelas
situs, maka kelas situs SE harus digunakan sesuai dengan persyartan.
Maka klasifikasi situs di tetapkan sebagai Kelas Situs SE ( Tanah Lunak )

Tabel Klasifikasi Situs


c. Menentukan Parameter Percepatan Gempa (Ss, S1)
Parameter percepatan gempa (Ss, S1) dapat diketahui secara detail melalui situs online
Dinas PU di link : http://rsa.ciptakarya.pu.go.id/2021/ Data yang diinput dalam situs
tersebut adalah sebagai berikut :
Lokasi = Pabrik Clariant, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor
Koordinat :
Lintang = -6.483150824171058
Bujur = 106.83143260112602
Jenis batuan = Tanah Lunak ( SE )
Input parameter percepatan gempa melalui situs online PU ditunjukkan pada
beGambar
ku ri t.

Hasil output percepatan gempa (Ss, S1) untuk lokasi gedung adalah
Ss = 0.965 g
S1 = 0.445 g.

Gambar Ouput Desain Spektra pada Website puskim.pu.go.id


d. Menentukan Koefisien Situs dan Parameter Respons Spectra Percepatan Gempa
Berdasarkan website
http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/ didapatkan nilai :
Fa = 1.272
Fv = 2.308
Parameter Respons Spektrum SMS, SM1
SMS = Fa . SS = 1.089
SM1 = Fv . S1 = 1.029
Parameter percepatan disain SDS, SD1
SDS = 2/3 . SMS = 0.726
SD1 = 2/3 . SM1 = 0.686

e. Menent ukan Spec t rum Respon Desai n


Penentuan r espons spek tr um desai n rbe dasa
r kan webs it r e iesmi D nas iPUli it d j nk
http://rsa.ciptakarya.pu.go.id/2021/ yang d r un riukkan
t. pada Gamba be ku

Gambar Respons Spektrum Desain Berdasarkan Website puskim.pu.go.id


f. Menentukan Katagori Desain Seismic
Penentuan Kategori Desain Seismik (KDS) berdasarkan kategori risiko dan parameter
respons spektral percepatan desain sesuai SNI Gempa 03-1276-2020 Pasal 6.5 sebagai
berikut.

Tabel Klasifikasi Situs Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons


Percepatan pada Perioda
Pendek.
Tabel Klasifikasi SitusKategori Desain Seismik Bedasarkan Parameter Respons
Percepatan pada Perioda 1 Detik

Berdasarkan perhitungan
sebelumnya,
 Parameter percepatan respons spektral pada perioda pendek, SDS = 0.726 g
 Parameter percepatan respons spektral pada perioda 1 detik, SD1 = 0.686 g
 Faktor keutamaan gempa = II
maka bangunan ini termasuk katagori resiko D.

g. Pemilihan Sistem Struktur dan Parameter Sistem


Berdasarkan SNI Gempa 03-1726-2019 Pasal 7.2.2 dan hasil seminar HAKI dirumuskan
pemilihan sistem struktur untuk berbagai tingkat kegempaan pada Tabel berikut :
Tabel Pemilihan Sistem Struktur Berdasarkan Tingkat Resiko Gempa

Jenis struktur Gedung yang ditinjau masuk pada katagori tingkat resiko gempa tinggi (D),
sehingga digunakan sistem penahan gempa SRMK (Struktur Rangka Momen Khusus)
sesuai ditunjukkan pada Tabel berikut
Tabel Faktor R, Cd, Ω0 untuk Sistem Penahan Gempa

D
a
r
i

Z
o
n
a

g
empa yang diperoleh dan berdasarkan keutamaan bangunan, maka perencanaan
Gedung Pabrik-1 PT Clariant Absorbent Indonesia (CAI) ini
 Kategori risiko = II
 Faktor Keutamaan Gempa, Ie =1
 Kategori desain seismic =D
 Koefisen modifikasi respons, R =8
 Faktor kuat lebih system, Ω0 =3
 Faktor pembesaran defleksi, Cd = 5.5
 Faktor redundansi, ρ = 1.3

h. Menghitung Periode Struktur (T)


Waktu getar struktur adalah peristiwa bergetar dan bergoyangnya struktur dalam
1 periode. Perioda fundamental pendekatan Ta (detik) ditentukan dari persamaan
Ta = Ct . hnx
Dimana :
hn : ketinggian struktur (m) di atas dasar sampai tingkat tertinggi struktur,
Ct dan x : ditentukan sesuai SNI Gempa 03-1726-2019 Pasal 7.8.2.1
Tabel Nilai Parameter Pendekatan untuk Ct dan x

Perhitungan perkiraan periode struktur untuk rangka beton pemikul momen adalah
sebagai berikut.
Ta = Ct . hnx
= 0,0466 x 11 0,9
= 0.403 detik.
Pada program SAP 2000 waktu getar alami (Tc) dapat diketahui secara otomatis dari hasil
ragam getar. Waktu getar analisis SAP 2000 untuk Mode 1 dan Mode 2 ditunjukkan pada
Gambar berikut.

Gambar Waktu Getar Struktur Mode 1 dan Mode 2

 Waktu getar struktur Mode 1 (Tcy) pada arah Y = 0.41 detik


 Waktu getar struktur Mode 2 (Tcx) pada arah X = 0.336 detik.
Nilai waktu fundamental struktur awal bangunan (Tc) yang didapatkan dari hasil analisis
model program struktur dibatasi tidak boleh melebihi hasil koefisien untuk batasan
atas
pada perioda yang dihitung (Cu) dari Tabel 14 SNI Gempa 2019 dan perioda fundamental
pendekatan Ta seperti ditunjukkan pada Tabel 3.8 berikut.

Tabel. Koefisien Batas Atas Periode yang Dihitung Cu

Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai :


 SD1 = 0.686 g
 Ta = 0.403 detik.
maka besarnya periode maksimum adalah sebagai berikut :
 Tmaks = C u x Ta
= 1,4 x 0,403
= 0.565 detik.
Kontrol batasan waktu getar :
 Jika Tc > Ta . Cu gunakan T = Ta . C u
 Jika Ta < Tc < Ta . Cu gunakan T = Tc
 Jika Tc < Ta gunakan T = Ta

Waktu getar pada arah Y


Ta < Tcy < Ta . Cu
0.403 < 0.412 < 0.565 → maka Ty = 0.410 detik
Waktu gettar pada arah X
Tcx < Ta
0.336 < 0.403 < 0.565 → maka Tx = 0.403 detik
i. Periode struktur
Tabel. Periode struktur
Mode Period (T) T < Ta maks
1 0.41 OK
2 0.336 OK
3 0.214 OK
4 0.153 OK
5 0.14 OK
6 0.107 OK
7 0.09 OK
8 0.068 OK

Jika periode struktur melebihi batas periode maksimum yang di syaratkan, maka struktur
bisa diubah konfigurasinya atau dengan memperkecil massa (m) dan memperbesar
penampang untuk menambah nilai kekakuan ( k )

2.1. Gempa Statik Ekuivalen


Beban gempa statik ekuivalen adalah penyederhanaan dari perhitungan beban gempa
yang sebenarnya, dengan asumsi tanah dasar dianggap tetap (tidak bergetar), sehingga
beban gempa diekuivalensikan menjadi beban lateral statik yang bekerja pada pusat massa
struktur tiap lantai bangunan.
Perhitungan gempa statik ekuivalen dapat dilakukan secara otomatis dengan Auto Lateral
Loads dengan memasukan data-data sebagai berikut sesuai dengan arah gempa X dan Y
:

Gambar. Input beban gempa arah X


Gambar. Input beban gempa arah Y

2.2. Metode Analisis Response Spectrum


Analisis beban gempa dinamik respons spektrum ditentukan oleh percepatan gempa rencana
dan massa total struktur. Dalam analisis struktur terhadap beban gempa dinamik, massa
bangunan sangat menentukan besarnya gaya inersia akibat gempa. Maka massa tambahan
yang diinput pada SAP 2000 meliputi massa akibat beban mati tambahan dan beban hidup
yang direduksi dengan faktor reduksi 0,3 sesuai dengan fungsi gedung.

Massa akibat berat sendiri (self weight) elemen struktur sudah dihitung secara otomatis
oleh program. Jadi hanya perlu input massa tambahan (berupa plesteran, dinding, keramik,
dll).

Gambar. Input massa beban mati tambahan dan beban


hidup
A. Input Respons Spektrum Gempa Rencana
Desain gempa dinamik respons spektrum disusun berdasarkan respons terhadap
percepatan tanah (ground acceleration) hasil rekaman gempa.
Desain kurva respons spektrum dengan kondisi tanah lunak yang telah diinput

Gambar. Input kurva response spektrum


B. Nilai Initial Scale Factor Sementara
Initial Scale Factor (ISF) = g (I / R)
Arah X = 9810 x ( 1 / 8 ) = 1226
Keterangan :
I : Importance Factor
R : Koefisien Modifikasi Respon
g : Nilai Gravitasi
Input initial scale factor pada SAP 2000
Gambar. Input Nilai Scale Factor Sementara

C. Menentukan Tipe Analisis Ragam Respons Spektrum


Struktur gedung yang memmiliki waktu getar alami yang berdekatan atau selisih nilainya kurang
dari 15% harus dilakukan dengan metoda yang dikenal dengan Kombinasi Kuadratik Lengkap
(Complete Quadratic Combination atau QOC). Jika waktu getar alami yang berjauhan
penjumlahan respons ragam tersebut dapat dilakukan dengan metoda yang dikenal
dengan Akar Jumlah Kuadrat (Square Root the Sun of Squares atau SRSS)..

Gambar. Output Periode Getar Alami Gedung


Tabel . Selisih Waktu Getar Alami Gedung
Mode Period (T) ΔT
1 0.41 18.049
2 0.336 36.310
3 0.214 28.505
4 0.153 8.497
5 0.14 23.571
6 0.107 15.888
7 0.09 24.444
8 0.068 6.800

Karena selisih waktu getar alami gedung ada yang melebihi 15% maka metode yang
digunakan pada respons ragam (Square Root the Sun of Squares atau SRSS).

D. Pembesaran Torsi Tak Terduga (Ax)

Gambar. Faktor pembesaran torsi


Struktur yang didesain untuk kategori desain seismik C, D, E, atau F, di mana ketidakberaturan
torsi tipe 1a atau 1b terjadi seperti didefinisikan dalam Tabel 13 harus mempunyai pengaru
yang diperhitungkan dengan mengalikan Mta di masing-masing tingkat dengan faktor
pembesaran
torsi (Ax).
Tabel . Ketidakberaturan torsi horizontal 1a dan 1b arah X
Arah X

∆ max ∆ avg ∆ max / cek 1a cek 1b 1.2 ∆ avg


Lantai Ax A pakai
(mm) (mm) ∆ avg ∆ max / ∆ avg > 1.2 ∆ max / ∆ avg > 1.4 (mm)
3 1.371 1.37 1.00 Oke Oke 1.65 0.694 1.000
2 1.943 1.68 1.16 Oke Oke 2.02 0.929 1.000
1 2.833 1.80 1.57 T idak oke T idak oke 2.16 1.718 1.718
Tabel . Ketidakberaturan torsi horizontal 1a dan 1b arah Y

Arah Y

∆ max ∆ avg ∆ max / cek 1a cek 1b 1.2 ∆ avg


Lantai Ax A pakai
(mm) (mm) ∆ avg ∆ max / ∆ avg > 1.2 ∆ max / ∆ avg > 1.4 (mm)
3 1.296 1.23 1.05 Oke Oke 1.48 0.771 1.000
2 1.734 1.32 1.32 T idak oke Oke 1.58 1.204 1.204
1 2.383 1.31 1.82 T idak oke T idak oke 1.57 2.298 2.298

Karena terjadi Ketidakberaturan torsi 1a dan Ketidakberaturan torsi berlebih 1b maka niali Ax
harus diperhitungkan dengan faktor pembesaran torsi (Ax) tidak boleh kurang dari 1 dan tidak
perlu melebihi 3.0..
Menentukan Eksentrisitas Rencana ( ed )
Tabel . Panjang bangunan arah X dan Y tiap lantai
bx by 5% . bx 5% . by
Lantai
( m) (m) ( m) ( m)
1 30.50 50.00 1.53 2.50
2 30.50 30.00 1.53 1.50
4 30.50 24.00 1.53 1.20

Tabel. Eksentrisitas arah X


Eksentristas Arah X
XCR XCM ex 0.05 . b x . Ax edx pakai
Lantai Ax
(m) (m) (m) (m) (m)
1 24.49 15.82 8.67 1.72 0.13 8.80
2 21.04 16.23 4.82 1.00 0.08 4.89
3 17.25 15.50 1.76 1.00 0.08 1.83

Tabel. Eksentrisitas arah Y


Eksentristas Arah Y

YCR YCM ey Ax 0.05 . b y . Ax edx pakai


Lantai
(m) (m) (m) ( m) ( m)
1 28.75 33.49 4.74 2.30 0.29 5.03
2 32.00 36.29 4.29 1.20 0.09 4.38
3 34.05 33.03 1.03 1.00 0.06 1.09
Input nilai eksentrisitas ked lam SAP 2000 seperti gambar berikut:

Gambar. Input nilai eksentrisitas pada SAP 2000

3. KONTROL ANALISA
A. Gaya Geser Dasar Nominal V (Base Shear)
Nilai akhir respons dinamik struktur gedung nominal akibat pengaruh gempa rencana
dalam suatu arah tertentu, tidak boleh kurang dari 85% nilai respons ragam yang pertama.

Bila respons dinamik struktur gedung dinyatakan dalam geser dasar nominal V, maka
persyaratan tersebut dapat dinyatakan menurut persamaan berikut:
Vdinamik > 0.85 Vstatik
Gaya Geser Dasar Nominal dapat diliat dari output Base Reactions pada ETABS

Gambar. Output Base Reaction Gedung pada SAP 2000

Tabel. Gaya Geser Dasar Nominal


Fx Fy 85% Statik X 85% Statik Y
Eqx -911.064 0 -774.40 0
Statik
Eqy 0 -911.064 0 -774.40
RSPx 577.22 413.38
Dinamik
RSPy 413.86 411.92
Hasil nilai dari Tabel tersebut dapat disimpulkan persyaratan gaya geser gempa dinamik belum
terpenuhi (Vdinamik < 0,85 Vstatik), maka besanya Vdinamik harus dikalikan nilainya dengan faktor
skala 0,85 Vstatik.

Faktor Skala Gempa Dinamik Respon Spektrum :


Modified Scale Factor (MSF) arah X = 774.40 / 577.22 = 1.342
Modified Scale Factor (MSF) arah Y = 774.40 / 411.92 = 1.880
Setelah didapat nilai modified scale factor, maka dihitung nilai scale factor final untuk diinput
pada SAP 2000 dengan rumus ISF x MSF
Final Scale Factor X
U1 = 1226.25 x 1.342 = 1645.14
Final Scale Factor Y
U2 = 1226.25 x 1.880 = 2305.36

Input initial scale factor pada SAP 2000

.
Gambar. Input Nilai Scale Factor Baru

B. Simpangan Struktur
Kriteria persyaratan simpangan mengacu pada SN 1726-2019 dengan faktor- faktor
sebagai berikut:
1. Faktor pembesaran defleksi (Cd) untuk SRPMK = 3
2. Faktor Keutamaan Gempa (Ie) = 1.0
3. Faktor redundansi untuk kategori desain seismik E adalah ρ = 1.3
4. Simpangan antara lantai yang diijinkan untuk gedung dengan kriteria risiko = II
Δa = ( 0,02 x hx ) / ρ
dimana :
hx = Tinggi tingkat
ρ = Faktor redundansi

Gambar. Simpangan antar lantai arah X dan Y

Untuk perhitungan simpangan antar tingkat dapat dlihat pada pada berikut :

Tabel. Kinerja Batas Ultimit Arah X


Simpangan Antar Lantai arah X
h δe δ ∆ ∆a
Lantai ∆ ≤ ∆a
( mm ) ( mm ) ( mm ) ( mm ) ( mm )
3 4000 5.651 31.1 5.9 61.54 OK
2 3500 4.6 25.2 7.9 53.85 OK
1 3500 3.1 17.3 17.3 53.85 OK

Tabel. Kinerja Batas Ultimit Arah Y


Simpangan Antar Lantai arah Y
h δe δ ∆ ∆a
Lantai ∆ ≤ ∆a
( mm ) ( mm ) ( mm ) ( mm ) ( mm )
3 4000 6.795 37.4 7.9 61.54 OK
2 3500 5.4 29.5 11.8 53.85 OK
1 3500 3.2 17.7 17.7 53.85 OK
Untuk perhitungan drfit ratio antar tingkat dapat dlihat pada pada berikut :
Tabel. Story drift ratio arah X
Story Drift Rasio arah X
h ∆ie ∆ ∆ /h Syarat
Lantai cek
( mm ) ( mm ) ( mm ) story drift rasio L / 600
3 4000 5.651 1.1 0.00027 0.0018 OK
2 3500 4.578 1.4 0.00041 0.0024 OK
1 3500 3.137 3.1 0.00090 0.0052 OK

Tabel. Story drift ratio arah Y


Story Drift Rasio arah Y

h ∆ie ∆ ∆ /h Syarat
Lantai cek
( mm ) ( mm ) ( mm ) story drift rasio L / 600
3 4000 6.795 1.4 0.00036 0.0024 OK
2 3500 5.355 2.1 0.00061 0.0036 OK
1 3500 3.216 3.2 0.00092 0.0054 OK
C. Gaya-gaya dalam pada struktur

Gambar. Gaya aksial akibat kombinasi Pembebanan 1-5


D. Steel design balok

Gambar. Steel design balok lantai 1


F. Detail kekuatan properties
a. Detail kekuatan Properties sloof B01
b. Detail kekuatan Properties Sloof B2
c. Detail kekuatan Properties kolom PD-Stall K1
d. Detail kekuatan Properties kolom PD-Stall K2
e. Detail kekuatan Properties kolom PD-Stall Exterior K3
G. Perhitungan pondasi struktur
Hasil akhir dari kombinasi beban yang bekerja pada struktur akan diteruskan ke pondasi. Pada
gedung Pabrik-1 PT. Clariant ini digunakan pondasi bore pile yang berukuran diameter 40 cm.
Berdasarkan hasil penyelidikan tanah di lapangan, kedalaman tanah keras untuk pondasi
gedung ini berada pada kedalaman 11.4 m ditandai dengan nilai konus telah mencapai 150
kg/cm2.

DataPerencanaan
Jenis pondasi = Bored Pile
Diameter pondasi, D = 0.40 M
Kuat tekan beton, fc’ = 35 MPa
Berat beton bertulang, Wc = 24 kN/m3
Luas penampang pondasi, A = 0.126 m2

DayaDukungBoredPileTunggal
Daya dukung bored pile (Qall) berdasrkan hasil sondir dihitung dengan menggunakan metode
Bagemann dengan persamaan :
q c x Ab JHP x A s
Pn = +

3 5

Dimana;
qc = Nilai konus hasil sondir (kg/cm2)
Ap = Luas permukaan tiang (cm2)
JHF = Total friction (kg/cm)
As = Keliling bored pile (cm)

Dari hasil sondir diketahuai nilai qc dan JHF sebagai berikut :


qc = 154 kg/cm² = 15400 kN/m²

JHF = 436.94 kg/cm = 436.94 kN/m


Data pondasi

D = 0.4 m

Ap = 4 p D2
3.14 2 0.1256
= /4 x 0.4 = m²

As = p xD
= 3.14 x 0.4 = 1.256 m

Daya dukung tiang


= ( 15400.00 x 0.1256 )+( 436.94 x 1.256 )
Q all

3 5

= 644.74667 + 109.75933

= 754.50599 kN

P tiang = 754.5 kN

HasilBebanStrukturAtas
Hasil beban struktur atas ini didapat dari output SAP2000 nama joint yang tertera dalam
table mewakili beban-beban tipikal :
Tabel. Beban dan momen tipikal struktur

Tipe FX FY FZ Mx My
Pondas i
(k N) (k N) (k N) (k Nm) (kNm)

tipe P-1 200.87 436.14 678.71 65.21 63.82

6.61 -9.01 64.66 -22.08 9.98

Tipe FX FY FZ Mx My
Pondas i
(k N) (k N) (k N) (kNm) (k Nm)

tipe P-2 200.87 103.13 1268.60 70.83 69.95

6.61 -10.09 680.68 -5.10 21.23


MenentukanJumlahTiang
Untuk menentukan jumlah tiang yang dibutuhkan digunakan rumus acuan sebagai berikut :

Pu
n =
P tiang

Dimana ;
n = jumlah tiang yang dibutuhkan
P = gaya vertikal (kN)
Ptiang = daya dukung 1 tiang (kN)

Perhitungan jumlah tiang disajikan dalam tabel berikut,


Tabel. Jumlah tiang

Tipe Pu P t iang
n n pasa ng
Pondasi
( kN ) ( kN )

tipe P-1 678.7 754.5 0.90 1

tipe P-2 1268.6 754.5 16.8 2

MenghitungEfisiensiKelompokTiang
θ ( n - 1 ) m+ ( m- 1 ) n
Eff = 1- ( )
90 ( mx n )

Dimana ;

m = Jumlah baris

n = Jumlah tiang satu baris

θ = Arc tan (d/s) dalam derajat

d = Diameter tiang ( cm )

S = Jarak antar tiang

- syarat jarak antar tiang

1.57 . d .m . n
2.5 .d ≤ S ≤ 3 . d atau S ≤
m+ n - 2

- syarat jarak tiang ke tepi poer

a' ≥ 1.25 . d
Perhitungan efisiensi kelompok tiang disajikan dalam tabel berikut
Tabel. Perhitungan efisiensi kelompok tiang

Tipe d S (n - 1)m + (m - 1)n


n m θ / 90 efisiensi
Pondasi (m) (m) (mx n)

tipe P-2 0.4 2 1 2 0.126 0.500 0.937

DayaDukungtiang
1. Dayadukungtiangtunggal

TipePondasiP-1
Pu = 678.7 kN

jumlah tiang = 1 bh

P tiang = 754.5 kN

Qu = P tiang x n
= 754.5 x 1.00

= 754.5 kN > Pu = 679 kN me me nuhi s yarat

2. Dayadukungtianggrup
Perhitungandayadukunggruptiangdisajikandalamtabelberikut,
Tabel. Perhitungan efisiensi kelompok tiang

Pu P t iang
Tipe Jumlah
efisiensi Qu grup Ket
Pondasi tiang
( kN ) ( kN )

tipe P-2 1268.6 754.5 2 0.937 1410 oke

Dari hasil perhitungan, untuk pondasi bore pile dengan ukuran 40 cm dengan kedalaman 11.4
m mampu memikul beban maksimum yang bekerja. Berikut ini merupakan titik penomoran
pondasi pada struktur dan reaksi maksimum pada joint pada tumpuan struktur dengan
berbagai Kombinasi pembebanan

Anda mungkin juga menyukai