Anda di halaman 1dari 25

MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA

DRAFT
RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN
NOMOR … TAHUN 2019
TENTANG
PERSYARATAN TEKNIS FASILITAS PARKIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan kenyamanan, keamanan,


dan ketertiban pengguna kendaraan bermotor serta
menunjang kelancaran lalu lintas diperlukan adanya suatu
aturan yang dapat dijadikan pedoman dalam mengatur
persyaratan teknis parkir;
b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 111 Peraturan
Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 Tentang Jaringan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan
Menteri Perhubungan tentang Persyaratan Teknis Fasilitas
Parkir.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian


Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4916);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);

1
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004
tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 4444);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4247);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang - undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 224, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 tahun
2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468);
6. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 8);
7. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang
Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);
8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 122 Tahun 2018
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1756);

MEMUTUSKAN:

2
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG
PERSYARATAN TEKNIS FASILITAS PARKIR

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Parkir adalah keadaan kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk
beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya.
2. Perparkiran adalah hal ihwal yang berkaitan dengan penyelenggara fasilitas
parkir.
3. Pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan
yang telah memiliki surat izin mengemudi.
4. Pengguna jasa parkir adalah pengemudi kendaraan yang menggunakan
satuan ruang parkir.
5. Rambu parkir adalah sebagian dari rambu jalan berupa lambang, huruf,
angka, kalimat, dan/atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan,
larangan, perintah, atau petunjuk bagi pengguna jasa parkir.
6. Marka parkir adalah suatu tanda yang berada dipermukaan jalan atau diatas
permukaan di atas tanah atau permukaan lantai yang membentuk garis
membujur, melintang, garis serong, serta lambang yang berfungsi,
kepentingan pengguna jasa parkir.
7. Penyelenggara fasilitas parkir adalah Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan
Usaha, dan perorangan yang diberi izin menyelenggarakan parkir untuk
memberikan pelayanan perparkiran kepada masyarakat.
8. Badan Usaha adalah perusahaan atau bentuk usaha berbadan hukum yang
menjalankan suatu jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dengan
tujuan untuk memperoleh laba.
9. Satuan Ruang Parkir yang selanjutnya disebut dengan SRP adalah ukuran
luas efektif untuk meletakkan suatu kendaraan (mobil penumpang, bus/truck
atau sepeda motor) termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu satuan
ruang parkir yang merupakan unit ukuran yang diperlukan untuk memarkir
kendaraan menurut berbagai bentuk penyediaannya.
10. Tarif parkir adalah imbalan atas jasa layanan parkir yang dijual dan
ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya per
unit layanan atau hasil perinvestasi dana.
11. Sewa Parkir adalah pembayaran atas pemakaian tempat parkir.
12. Penitipan kendaraan ialah area atau kawasan yang khusus diperuntukkan
bagi penitipan kendaraandalam jangka waktu tertentu yang terpisah dari areal
parkir umum.
13. Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir diluar ruang
milik jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun

3
yang diusahakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat pentipan
kendaraan bermotor.
14. Standar Pelayanan Minimum Parkir yang selanjutnya disebut SPM parkir
adalah jenis dan mutu pelayanan dasar dari penyelenggaraan parkir yang
berhak diperolehsetiap pengguna jasa parkir secara minimal.
15. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan.
16. Direktorat Jenderal adalah direkorat di bawah kementerian penyelenggara
urusan pemerintahan di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan
angkutan jalan yang bertugas dibidang perhubungan darat.
17. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2
(1) Maksud dari Peraturan Menteri ini adalah untuk memberikan pedoman bagi
pemerintah, pemerintah daerah, dan penyelenggara fasilitas parkir dalam
mengatur teknis perparkiran.
(2) Tujuan dari Peraturan Menteri ini adalah terwujudnya kenyamanan,
keamanan, dan ketertiban bagi pengguna kendaraan bermotor serta
menunjang kelancaran lalu lintas.

BAB III
RUANG LINGKUP

Pasal 3
Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini meliputi :
a. Fasilitas Parkir;
b. Penyeleggaraan Perparkiran;
c. Pengguna Jasa Parkir;
d. Satuan Ruang Parkir dan Sarana Parkir;
e. Pengendalian Parkir;
f. Pembinaan dan Pengawasan; dan
g. Sanksi Administratif.

BAB IV
FASILITAS PARKIR

4
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 4
Fasilitas parkir terdiri atas:
a. di luar ruang milik jalan; dan
b. di ruang milik jalan.

Pasal 5
(1) Fasilitas parkir sebagaimana dimaksud dalam pasal 4, dapat dikelola oleh:
a. Pemerintah Daerah;
b. Badan Usaha; dan/atau Perorangan.
(2) Pengelolaan parkir oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, di kelola oleh organisasi perangkat daerah yang menangani
perparkiran dan/atau Perusahaan Badan Usaha Milik Daerah dengan unit
usaha perparkiran.
(3) Pengelolaan fasilitas parkir oleh badan usaha dan/atau perorangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dikelola sebagaimana kegiatan
usaha yang berdiri sendiri atau untuk menunjang kegiatan dan/atau pokok
dengan pengadaan dan penyelenggaraan fasilitas parkir.

Bagian Kedua
Fasilitas Parkir di Luar Ruang Milik Jalan

Pasal 6
(1) Penyediaan fasilitas parkir di luar ruang milik jalan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf a, dapat berupa:
a. Gedung parkir murni;
b. Gedung parkir pendukung;
c. Pelataran/taman parkir murni; dan/atau
d. Pelataran/taman parkir pendukung.
(2) Penyediaan fasilitas parkir berupa gedung parkir murni dan/atau pelataran/
taman parkir murni sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf c,
wajib dilakukan analisis dampak lalu lintas sebagai salah satu persyaratan
untuk mendapatkan izin penyelenggaraan parkir.

Pasal 7
(1) Setiap gedung/bangunan umum wajib menyediakan fasilitas parkir yang
dapat menunjang keselamatan dan kelancaran lalulintas;
(2) Gedung/bangunan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. Pusat perdagangan;
b. Pusat perkantoran swasta atau pemerintahan;
c. Pusat perdagangan eceran atau pasar swalayan;
d. Pasar;
e. Sekolah atau kampus;

5
f. Tempat rekreasi;
g. Hotel dan tempat penginapan;
h. Rumah susun;
i. Rumah sakit;
j. Ruko;
k. Bioskop;
l. Tempat pertunjukan;
m. Tempat pertandingan olahraga;
n. Rumah ibadah; dan
o. Bangunan lainnya yang dianggap perlu untuk menyediakan fasilitas parkir;
(3) Penyediaan fasilitas parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan
dengan kebutuhan SRP sebagaimana ditentukan dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(4) Apabila peyediaan fasilitas parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
memungkinkan, dapat diupayakan secara kolektif atau bersama – sama
peyediaan fasilitas parkir dengan bangunan lain yang berdekatan.
(5) Penyediaan fasilitas parkir secara kolektif atau bersama – sama sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dituangkan dalam perjanjian kerja sama dan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.

Pasal 8
Penyediaan fasilitas parkir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW);
b. Keselamatan dan Kelancaran lalu lintas;
c. Keamanan dan Keselamatan pengguna parkir;
d. memenuhi persyaratan konstruksi dan perundang-undangan yang berlaku;
e. Kelestarian lingkungan;
f. Kemudahan bagi pengguna jasa parkir;
g. Aksesbilitas penyandang disabilitas; dan
h. Memenuhi SRP minimal.

Bagian Ketiga
Fasilitas Parkir di Dalam Ruang Milik Jalan
Pasal 9
(1) Fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan hanya dapat diselenggarakan di
tempat tertentu pada jalan kabupaten, jalan desa, atau jalan kota yang harus
dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas dan/atau Marka Jalan.
(2) Fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diperuntukkan untuk sepeda dan kendaraan bermotor.
(3) Fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus memenuhi persyaratan:
a. paling sedikit memiliki 2 (dua) lajur per arah untuk jalan kabupaten/kota
dan memiliki 2 (dua) lajur untuk jalan desa;

6
b. dapat menjamin keselamatan dan kelancaran lalu lintas;
c. mudah dijangkau oleh pengguna jasa;
d. kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan e. tidak memanfaatkan fasilitas
Pejalan Kaki.

Pasal 10
(1) Lokasi fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ditetapkan oleh:
a. gubernur untuk jalan kota yang berada di wilayah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta;
b. bupati untuk jalan kabupaten dan jalan desa; dan
c. walikota untuk jalan kota.
(2) Penetapan lokasi parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui forum lalu lintas dan angkutan jalan berdasarkan tingkatannya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 11
(1) Penetapan ruang milik jalan sebagai fasilitas parkir sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 wajib memperhatikan:
a. Lebar jalan;
b. Volume lalu lintas;
c. Karakteristik kecepatan;
d. Dimensi kendaraan;
e. Peruntukan lahan sekitarnya; dan
f. Peranan jalan bersangkutan.
(2) Penetapan ruang milik jalan untuk fasilitas parkir sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dapat dilakukan dalam bentuk lingkungan parkir.
(3) Penggunaan dan penetapan ruang milik jalan untuk fasilitas parkir dimaksud
pada ayat (1), dapat dilakukan pembatasan berdasarkan waktu dan/atau hari
dengan rambu parkir.

Pasal 12
(1) Fasilitas Parkir di Dalam Ruang Milik Jalan berdarakan kawasan (zoning)
pengendalian parkir sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 terdiri atas :
a. Golongan A; dan
b. Golongan B.
(2) Kawasan (zoning) pengendalian parkir golongan A sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, sebagai berikut :
a. Frekuensi parkir relatif tinggi;
b. Pusat perdagangan, rumah susun, pertokoan, atau perkantoran; dan
c. Derajat kemacetan lalu lintas tinggi.
(3) Kawasan (zoning) pengendalian parkir golongan B sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, sebagai berikut :
a. Frekuensi parkir relatif rendah;

7
b. Kawasan komersial, pertokoan, pusat perdagangan, atau perkantoran; dan
c. Derajat kemacetan lalu lintas rendah.

Pasal 13
(1) Penetapan ruang milik jalan untuk fasilitas parkir sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (1), wajib dievaluasi sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun.
(2) Dalam hal hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mengganggu,
keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran lalu lintas, Pemerintah
Daerah setempat wajib melarang penggunaan ruang milik jalan untuk fasilitas
parkir dengan memberikan rambu larangan parkir dan disampaikan kepada
masyarakat melalui media.

Pasal 14
(1) Pemerintah Daerah dapat meniadakan penggunaan ruang milik jalan untuk
fasilitas parkir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1), apabila :
a. Mengganggu keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas;
b. Di ruas jalan tersebut tersedia gedung parkir dan / atau;
c. Di ruas jalan tersebut mengganggu kelancaran lalu lintas dan angkutan
jalan.
(2) Penggunaan ruang milik jalan untuk fasilitas parkir sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (1), harus ditiadakan secara bertahap dan tersistemtis.

Pasal 15
(1) Setiap orang yang menggunakan ruang milik jalan sebagaimana fasilitas
parkir untuk kegiatan tertentu, wajib mendapatkan izin terlebih dahulu dari
Pemerintah Daerah setempat.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Fasilitas Parkir di Dalam Ruang Milik Jalan
ditentukan dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

Bagian Keempat
Fasilitas Parkir Khusus
Pasal 16
(1) Penyelenggara fasilitas parkir wajib menyediakan fasilitas parkir khusus
untuk :
a. Penyandang disabilitas atau sebutan lain;
b. Orang lanjut usia;
c. Wanita;
d. Ibu hamil; dan
(2) Fasilitas parkir khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
memenuhi persyaratan:
a. kemudahan akses menuju dari dan/atau ke bangunan/fasilitas yang
dituju;

8
b. Terletak pada lintasan terdekat menuju bangunan/fasilitas yang di tuju
dan/atau pintu parkir utama;
c. Mempunyai cukup ruang bebas bagi pengguna kursi roda dan
mempermudah masuk dan keluar kursi roda dari kendaraan;
d. Disediakan jalur khusus bagi penyandang disabilitas; dan
e. Parkir khusus ditandai dengan simbol tanda parkir.

Bagian Kelima
Parkir Valet
Pasal 17
(1) Penyelenggara fasilitas parkir dapat menyediakan parkir berupa valet.
(2) Fasilitas parkir valet sebagaimana di maksud pada ayat (1), harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Jumlah SRP yang disediakan maksimal 10% (sepulu persen) dari total
keseluruhan SRP yang dikelola oleh penyelenggara usaha parkir;
b. Parkir khusus vallet ditandai dengan simbol tanda parkir;
c. Pelaksanaan parkir valet dapat dilaksanakan oleh operator parkir atau
badan usaha lain yang ditunjuk oleh penyelenggara fasilitas parkir; dan
d. Penyelenggara fasilitas parkir yang melaksanakan parkir valet wajib
mengajukan permohonan izin kepada Pemerintah Daerah.
(3) Fasilitas parkir valet lebih lanjut diatur dalam Peraturan Direktorat Jenderal.

Bagian Keenam
Sistem Informasi Parkir dan Teknologi Fasilitas Parkir

Pasal 18
(1) Penyelenggara fasilitas parkir wajib menyediakan sistem informasi parkir
(parking guidance system).
(2) Sistem informasi parkir (parking guidance system) setidaknya memuat
informasi mengenai adanya ketersediaan ruang parkir dan ruang parkir yang
tidak memungkinkan lagi untuk parkir kendaraan.

Pasal 19
(1) Penyelenggara fasilitas parkir wajib menerapkan teknologi fasilitas parkir.
(2) Teknologi fasilitas parkir lebih lanjut diatur dengan Peraturan Direktorat
Jenderal.

BAB V
PENYELEGGARAAN PERPARKIRAN

9
Bagian Kesatu
Perizinan

Pasal 20
(1) Penyediaan fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan wajib
memiliki izin.
(2) Penyelenggaraan fasilitas parkir di luar ruang milik Jalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh perseorangan warga negara
Indonesia atau badan hukum Indonesia berupa:
a. usaha khusus perparkiran; atau
b. penunjang usaha pokok.
(3) Izin penyelenggaraan fasilitas parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan oleh:
a. gubernur untuk fasilitas parkir yang berada di wilayah Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta;
b. bupati untuk fasilitas parkir yang berada di wilayah administrasi
kabupaten; dan
c. walikota untuk fasilitas parkir yang berada di wilayah administrasi kota.
(4) Dalam penyelenggaraan fasilitas parkir sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), Menteri, gubernur, bupati, atau walikota melakukan pengawasan secara
berkala.

Pasal 21
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mendapatkan izin penyelenggaraan
parkir diatur dengan Peraturan Direkotorat Jenderal.

Bagian Kedua
Kewajiban dan Larangan Penyelenggara fasilitas parkir

Pasal 22
Penyelenggara fasilitas parkir di luar Ruang Milik Jalan wajib:
a. menyediakan fasilitas parkir sesuai dengan kebutuhan SRP;
b. melengkapi fasilitas parkir paling sedikit berupa rambu, marka dan media
informasi tarif, waktu, ketersediaan ruang parkir, Closed Circuit Television
(CCTV), dan informasi fasilitas parkir khusus;
c. memastikan kendaraan keluar masuk satuan ruang parkir dengan aman,
selamat, dan memprioritaskan kelancaran lalu lintas;
d. menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran dalam dan sekitar kawasan
parkir;

10
e. menjaga kebersihan, keindahan dan kenyamanan lokasi parkir;
f. mengganti kerugian kehilangan dan kerusakan kendaraan yang diparkir
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan termasuk dalam hal
asuransi kehilangan;
g. menyusun tata tertib parkir dan menetapkan standar operasional yang
profesional, modern, prima serta mengutamakan keamanan dan kenyamanan
pengguna jasa parkir;
h. menyediakan tempat parkir khusus;
i. menyediakan ruang tunggu kendaraan parkir yang aman dan nyaman;
j. mempekerjakan petugas parkir dalam jumlah memadai, berseragam dan
memakai tanda pengenal;
k. menarik sewa/biaya parkir sesuai dengan tarif yang tertera pada karcis/tanda
bukti/tanda bayar;
l. membayar pajak parkir sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
m. menyediakan informasi kapasitas parkir dan ketersediaan secara serta merta
(real time);
n. menyediakan layanan informasi dan pengaduan;
o. bekerja sama dengan Pemerintah Daerah untuk pelaksanaan sistem parkir
yang saling terintegrasi dan serta merta (realtime) termasuk secara bertahap
menyiapkan sarana dan fasilitas penunjangnya; dan
p. secara bertahap terus meningkatkan kualitas pelayanan termasuk penyediaan
fasilitas-fasilitas umum yang menunjang kenyamanan dan keamanan
pengguna jasa parkir.

Pasal 23
(1) Penyelenggara fasilitas parkir dilarang membuat fasilitas parkir pada:
a. tempat penyeberangan Pejalan Kaki atau tempat penyeberangan sepeda
yang telah ditentukan;
b. jalur khusus pejalan kaki;
c. jalur khusus sepeda;
d. tikungan;
e. jembatan;
f. terowongan;
g. tempat yang mendekati perlintasan sebidang;
h. tempat yang mendekati persimpangan/kaki persimpangan;
i. muka pintu keluar masuk pekarangan/pusat kegiatan;
j. tempat yang dapat menutupi Rambu Lalu Lintas atau Alat Pemberi Isyarat
Lalu Lintas;
k. berdekatan dengan keran pemadam kebakaran atau sumber air untuk
pemadam kebakaran; dan/atau
l. pada ruas dengan tingkat kemacetan tinggi.
(2) Penyelenggara fasilitas parkir dilarang membuka akses keluar masuk parkir
kendaraan di jalan nasional, jalan dengan derajat kemacetan lalu lintas tinggi,
dan jalan lainnya yang berpotensi menimbulkan kemacetan.

Pasal 24

11
Setiap pelaku kegiatan dan/atau usaha yang tidak dapat menyediakan fasilitas
parkir dan menggunakan ruang milik jalan sebagai fasilitas parkir, wajib bekerja
sama dengan penyelenggara fasilitas parkir terdekat.

Pasal 25
(1) Setiap penyelenggara fasilitas parkir di luar ruang milik jalan wajib
mengasuransikan kendaraan yang parkir di SRP yang menjadi tanggung
jawab penyelenggara fasilitas parkir.
(2) Asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menanggung hilangnya
kendaraan dan/atau kerusakan kendaraan yang bukan disebabkan kelalaian
pengemudi kendaraan.

Pasal 26
(1) Setiap penyelenggara fasilitas parkir wajib menerapkan stadar pelayanan
minimal Perparkiran.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai stadar pelayanan minimal parkir
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Direkotorat
Jenderal.

Pasal 27
Penyelenggara fasilitas parkir dilarang menyediakan fasilitas parkir sebagai
berikut:
a. Sepanjang 6 m (enam meter) sebelum dan sesudah tempat penyeberangan
pejalan kaki atau tempat penyeberangan sepeda yang telah ditentukan;
b. Sepanjang 25 m (dua puluh lima meter) sebelum dan sesudah tikungan tajam
dengan radius kurang dari 500 (lima ratus) meter;
c. Sepanjang 50 m (lima puluh meter) sebelum dan sesudah jembatan;
d. Sepanjang 100 m (seratus meter) sebelum dan sesudah perlintasan sebidang;
e. Sepanjang 25 m (dua puluh lima meter) sebelum dan sesudah persimpangan;
f. Sepanjang 6 m (enam meter) sebelum dan sesudah akses bangunan gedung;
dan
g. Sepanjang 6 m (enam meter) sebelum dan sesudah hidran pemadam
kebakaran atau sumber air sejenis.

Bagian Ketiga
Petugas Parkir

Pasal 28
(1) Setiap penyelenggara fasilitas parkir wajib menyediakan Petugas Pakir.
(2) Petugas parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas:
a. juru parkir; dan
b. koordinator juru parkir.

12
a. Petugas parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib memakai pakaian
seragam, tanda pengenal, dan perlengkapan lainnya.

Pasal 29
(1) Hak dan kewajiban Petugas Parkir berdasarkan Perjanjian Kerja dibuat secara
tertulis antara penyelenggara fasilitas parkir dengan Petugas Parkir.
(2) Hak dan kewajiban Petugas Parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1), di
ruang milik jalan berdasarkan surat tugas yang dibuat tertulis antara
penyelenggara fasilitas parkir dengan Petugas Parkir.

Pasal 30
Petugas parkir mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Memberikan pelayanan masuk dan keluar kendaraan di tempat parkir yang
menjadi tanggung jawabnya;
b. Menjaga ketertiban dan keamanan kendaraan yang parkir di tempat parkir
yang menjadi tanggung jawabnya;
c. Menyerahkan karcis parkir; dan
d. Menerima pembayaran penggunaan satuan ruang parkir sesuai ketentuan.

Bagian Keempat
Tarif, Pajak, Retribusi dan Sewa Parkir

Pasal 31
(1) Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan dapat
memungut tarif terhadap penggunaan fasilitas yang diusahakan.
(2) Formula perhitungan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
berdasarkan:
a. penggunaan fasilitas parkir per jam atau per hari;
b. perjanjian penggunaan dalam jangka waktu tertentu;
c. biaya operasional; dan
d. asuransi.
(3) Formula perhitungan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
oleh Menteri.
(4) Besaran tarif dihitung berdasarkan formula sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dan ditetapkan dengan:
a. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk lokasi
parkir di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta; dan
b. Peraturan Daerah kabupaten/kota untuk lokasi parkir di wilayah
kabupaten/kota.

13
(5) Besaran tarif parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditinjau paling
lambat 2 (dua) tahun sekali.
(6) Kendaraan yang masuk di gedung/bangunan umum kurang dari 10 menit
tidak dikenakan tarif parkir.

Pasal 32
(1) Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, bupati, atau walikota
sesuai dengan kewenangannya dapat melakukan pembatasan kapasitas ruang
parkir.
(2) Pembatasan kapasitas ruang parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan dengan pemberlakuan tarif parkir khusus.

Pasal 33
(1) Pemerintah Daerah dapat membebaskan sebagian atau seluruhnya pungutan
tarif layanan parkir pada :
a. Rumah ibadah;
b. kantor Pemerintah;
c. Bangunan sosial; dan
d. Bangunan pendidikan.
(2) Pembebasan pungutan tarif layanan parkir sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), tidak berlaku jika digunakan untuk kegiatan lain.

Pasal 34
(1) Dalam kegiatan tertentu, Pemerintah Daerah dapat menentukan besaran tarif
layanan parkir secara khusus.
(2) Pemanfaatan fasilitas parkir untuk kegiatan lain yang menyebabkan
terganggunya pelayanan parkir, penyelenggara kegiatan wajib membayar tarif
layanan selama kegiatan berlangsung.

Pasal 35
(1) Badan Usaha dan perorangan yang menyelenggarakan penggelolaan tempat
parkir dikenakan pajak parkir.
(2) Setiap pemakai kendaraan yang parkir ditempat parkir yang dikelola oleh
Pemerintah Daerah dikenakan retribusi parkir.
(3) Setiap pemakai kendaraan yang parkir ditempat parkir dikenakan sewa
parkir.

Bagian Kelima
Karcis Parkir

Pasal 36

14
(1) Penyelenggara fasilitas parkir wajib menyediakan karcis atau stiker langganan
atau hasil cetakan elektronik atau computer sebagai bukti pembayaran
penggunaan satuan ruang parkir kepada pengguna jasa parkir.
(2) Pengenaan biaya parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sesuai dengan
lama penggunaan satuan ruang parkir.

Pasal 37
(1) Karcis parkir dapat berbentuk karcis manual dan karcis yang dikeluarkan
mesin parkir.
(2) Karcis parkir untuk satuan ruang parkir dikeluarkan oleh penyelenggara
bersangkutan.

Pasal 38
(1) Karcis parkir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, setidaknya memuat
data:
a. Nomor seri;
b. Nama jenis pungutan;
c. Dasar hukum pungutan/izin penyelenggaraan parkir;
d. Nomor urut karcis parkir;
e. Besarnya tarif layanan parkir atau biaya parkir per jam;
f. Waktu masuk dan keluar kendaraan untuk fasilitas parkir diluar ruang
milk jalan;
g. Nomor kendaraan;
h. Asuransi untuk satuan ruang parkir di luar ruang milik jalan;
i. Hari, tanggal, bulan dan tahun ; dan
j. Nomor telepon pengaduan.
(2) Karcis parkir dilarang memuat data dan/atau informasi yang bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 39
b. Penyelenggara fasilitas parkir menyediakan sistem pembayaran melalui
aplikasi dan tunai.
c. Pengguna jasa parkir dapat melakukan pembayaran parkir melalui aplikasi
pembayaran atau tunai.

Pasal 40
Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, ukuran, warna karcis, dan standar
teknis pengamanan karcis parkir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan
Pasal 31, diatur dengan Peraturan Direkotorat Jenderal.

Bagian Keenam
Kerja Sama

15
Pasal 41
(1) Dalam penyenggaraan perparkiran, Pemerintah Daerah dapat melakukan
kerja sama dengan pihak ketiga.
(2) Pihak ketiga yang akan melakukan kerjasama penyelenggaraan perparkiran
dengan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memiliki pengalaman mengelola perparkiran minimal 5 (lima) tahun dan
memiliki kelengkapan fasilitas yang layak dalam pengelolaan perparkiran.
(3) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam perjanjian
kerja sama.

BAB VI
PENGGUNA JASA PARKIR

Bagian Kesatu
Hak dan Kewajiban

Pasal 42
Setiap pengguna jasa parkir mempunyai hak :
a. Mendapatkan satuan ruang parkir;
b. Memperoleh karcis parkir atau kartu parkir atas pemakaian satuan ruang
parkir;
c. Mendapatkan rasa aman atas pemakaian satuan ruang parkir;
d. Mendapatkan informasi pelayanan parkir yang benar; dan
e. Memperoleh penggantian dari asuransi dengan klaim yang berlaku dari
penggunaan SRP.

Pasal 43
Pengguna jasa parkir mempunyai kewajiban:
a. Membayar atas pemakaian SRP;
b. Menyimpan karcis parkir atau kartu parkir atas pemakaian SRP;
c. Mematuhi rambu parkir, SRP, tanda isyarat parkir, dan ketentuan parkir lain;
d. Memastikan kendaraan terkunci dengan baik; dan
e. Tidak meninggalkan barang berharga dan karcis parkir di dalam mobil.

Pasal 44
(1) Setiap pengguna jasa parkir dilarang parkir di luar batas SRP yang ditetapkan
oleh penyelenggara fasilitas parkir.
(2) Setiap pengguna jasa parkir dilarang menempatkan kendaraan yang dapat
mengurangi atau merintangi kebebasan kendaraan yang akan keluar atau

16
masuk ke tempat parkir dan/atau dapat menyebabkan terganggu kelancaran
lalu lintas.
(3) Setiap pengguna parkir dilarang parkir kendaraan di tempat yang dinyatakan
dilarang parkir dengan rambu dilarang parkir dan/atau marka parkir.

Bagian Kedua
Ganti Kerugian

Pasal 45
(1) Pengguna jasa parkir yang kendaraan hilang atau rusak saat parkir di tempat
parkir wajib melaporkan kepada petugas parkir atau penyelenggara fasilitas
parkir.
(2) Laporan kendaraan hilang atau rusak sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
harus dapat menunjukkan sekurang-kurangnya:
a. Karcis parkir atau kartu parkir pada saat kejadian;
b. Identitas pengguna jasa parkir;
c. Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) bagi kendaraan bermotor; dan
d. Bukti bahwa kehilangan atau kerusakan dari kendaraan yang diparkir
terjadi pada tempat parkir.

Pasal 46
(1) Ganti kerugian kendaraaan yang hilang atau rusak pada saat parkir
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43, di luar ruang milik jalan menjadi
tanggung jawab penyelenggara fasilitas parkir.
(2) Penyelenggara fasilitas parkir memberikan ganti rugi kepada pengguna jasa
parkir berupa uang dan/atau kendaraan sejenis yang hilang atau rusak.

BAB VII
SATUAN RUANG PARKIR DAN SARANA PARKIR

Bagian Kesatu
Satuan Ruang Parkir

Pasal 47
(1) Setiap fasilitas parkir wajib dibuat SRP.
(2) SRP di ruang milik jalan dapat dibuat serong atau paralel dengan
memperhatikan:
a. Lebar jalan;

17
b. Volume lalu lintas;
c. Karakteristik kecepatan;
d. Dimensi kendaraan;
e. Peruntukkan lahan sekitarnya; dan
f. Peranan jalan bersangkutan.
(3) SRP di luar ruang milik jalan dan/atau pelataran/taman parkir dapat dibuat
serong atau tegak lurus.

Pasal 48
(1) Pembuatan SRP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39, harus memenuhi
standar SRP.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembuatan SRP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), diatur lebih lanjut pada Lampiran III yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Bagian Kedua
Sarana Parkir

Pasal 49
(1) Setiap penyelenggara fasilitas parkir di luar ruang milik jalan, wajib
menyediakan sarana parkir sekurang-kurangnya:
a. Rambu lalu lintas yang menunjukkan tempat parkir;
b. Pintu masuk dan pintu keluar parkir;
c. Jalur tunggu;
d. Rambu yang menunjukkan jalan masuk dan jalan keluar parkir;
e. gardu di pintu masuk dan pintu keluar parkir;
f. Tanda isyarat yang menerangkan satuan ruang parkir penuhatau tidak
penuh;
g. Peralatan penyedia karcis parkir atau hasiI cetakan elektronik;
h. Tanda masuk dan tanda keluar parkir;
i. Biaya parkir bagi penyelenggara yang memungut; dan
j. Sistem keamanan parkir.
(2) Ukuran dan pemasangan sarana parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
harus memenuhi standar sebagaimana ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan.
(3) Penyediaan sarana parkir pada fasilitas parkir sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dapat bekerjasama dengan organisasi perangkat daerah di daerah
yang menangani perparkiran dan/atau Badan Usaha Milik Daerah bidang
perparkiran.

Pasal 50
(1) Pemerintah Daerah menyediakan petugas parkir pada sarana parkir di ruang
milik jalan.
(2) Sarana parkir di ruang milik jalan sekurang-kurangnya memiliki kelengkapan:

18
a. Rambu lalu Iintas yang menunjukkan tempat parkir dan/atau dengan
rambu tambahan yang menerangkan batasan waktu dan cara parkir;
b. Rambu yang menerangkan golongan tempat parkir dan tariff layanan
parkir; dan
c. Karcis parkir.

BAB VIII
PENGENDALIAN PARKIR

Pasal 51
(1) Menteri dan/atau Pemerintah Daerah melakukan pengendalian parkir di
ruang milik jalan.
(2) Pengendalian parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
cara:
a. pembatasan lokasi atau ruang parkir;
b. waktu parkir; dan
c. pengeluaran ijin dan jenis kendaraan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengendalian parkir di ruang milik jalan
diatur dengan Peraturan Direkotorat Jenderal.

BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 52
(1) Direktur Jenderal yang membidangi perhubungan darat melaksanakan
pembinaan dan pengawasan teknis terhadap penyelenggaraan fasilitas parkir.
(2) Pembinaan penyelenggaraan parkir, meliputi ;
a. Memberikan pedoman teknis;
b. Bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat;
c. Bimbingan perencanaan teknis;
d. Sosialisasi perparkiran kepada masyarakat; dan
e. Permbinaan teknis kepada penyelenggara fasilitas parkir.
(3) Pengawasan penyelenggaraan parkir, meliputi:
a. Pernantauan dan evaluasi;
b. Pendataan dan inventarisasi pelanggaran penyelenggaraan parkir;
c. Pengawasan penyelenggara fasilitas parkir dan petugas parkir; dan
d. Penertiban; dan
e. Audit.

BAB X
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 53

19
(1) Setiap kendaraan bermotor dapat dipindahkan ke tempat lain oleh petugas
yang berwenang di ruang milik jalan atau petugas parkir diluar ruang milik
jalan apabila:
a. parkir di tempat yang bukan ditetapkan sebagai tempat parkir; atau
b. parkir di tempat yang dinyatakan dilarang parkir oleh penyelenggara
fasilitas parkir
c. parkir melebihi waktu 30 (tiga puluh) hari.
(2) Pemindahan kendaraan dilakukan ke tempat lain yang tidak mengganggu
pengguna jalan dan/atau pengguna jasa parkir lain ke tempat yang
ditentukan oleh petugas yang berwenang di ruang milik jalan atau petugas
parkir diluar ruang milik jalan.
(3) Dalam melakukan pemindahan kendaraan, petugas yang berwenang wajib:
a. Menggunakan mobil derek;
b. Bertanggungjawab atas kelengkapan dan keutuhan kendaraan beserta
muatannya;
c. Membuat berita acara pemindahan kendaraan; dan
d. Memberitahukan kepada pemilik atau pemegang kendaraan bermotor.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 54

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor : KM 66 Tahun 1993 Tentang Fasilitas Parkir Untuk Umum
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 55
Peraturan Menteri ini muIai berIaku pada tanggaI diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada


tanggal … Desember 2019

MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd

20
BUDI KARYA SUMADI

Diundangkan di Jakarta pada


tanggal ... Desember 2019

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2019 NOMOR …

LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG PEDOMAN TEKNIS
PERPARKIRAN

LAMPIRAN I
SRP

21
A. Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir Pada Bangunan Gedung
Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir pada tiap-tiap bangunan gedung harus
memenuhi standar sebagai berikut:

1. Pusat perdagangan

2. Pusat perkantoran swasta atau pemerintahan

3. Pusat perdagangan eceran atau pasar swalayan

4. Pasar

5. Sekolah atau kampus

6. Tempat rekreasi

7. Hotel dan tempat penginapan

8. Rumah susun

9. Rumah sakit

10. Ruko

11. Bioskop

22
12. Tempat pertunjukan

13. Tempat pertandingan olahraga

14. Rumah ibadah

15. Bangunan lainnya yang dianggap perlu untuk menyediakan fasilitas


parkir

B. Besar Satuan Ruang Parkir Untuk Tiap Jenis Kendaraan


1. Satuan Ruang Parkir Untuk Mobil Penumpang

2. Satuan Ruang Parkir Untuk Bus/Truk

3. Satuan Ruang Parkir Untuk Speda Motor

4. Satuan Ruang Parkir Untuk Speda


C. Desain Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan

23
LAMPIRAN II
FASILITAS PARKIR DI DALAM RUANG MILIK JALAN
Secara teknis, pola parkir di ruang milik jalan mengacu pada ketentuan sebagai
berikut:
A. Desain Fasilitas Parkir di Dalam Ruang Milik Jalan
B. …

24
LAMPIRAN III
Pembuatan SRP

25

Anda mungkin juga menyukai