Anda di halaman 1dari 36

BAB II

ASPEK PERENCANAAN STRUKTUR

2.1 Tipe Struktur Dan Jenis Material


Sistem Struktur yang digunakan dalam pemodelan pada proyek pembangunan
Proyek Gedung gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas
Jendral Achmad Yani Cimahi, ini adalah sistem rangka beton bertulang.Jenis material
yang digunakan pada sistem rangka ini adalah beton bertulang.Karena dari segi
komponen material tidak sulit didapat, lalu dari segi estetika mudah dibentuk, dan
dari segi kekuatan struktur beton bertulang mampu memikul beban gempa.

2.2 Pembebanan Struktur


Beban-beban yang diperhitungkan pada perencanaan pembangunan Gedung
gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jendral Achmad
Yani Cimahi ini adalah sebagai berikut :
a. Beban Mati (Dead Load/DL)
Beban mati yang bekerja pada struktur ini berupa beban sendiri pelat, beban
sendiri balok, dan beban sendiri kolomdengan berat jenis beton yang
digunakan adalah 2,4 kN/m2.
b. Beban Mati Tambahan (Superimposed Dead Load/SDL)
Beban mati tambahan yang bekerja pada struktur bangunan Gedung gedung
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jendral Achmad
Yani Cimahi ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Beban Mati Tambahan Pada Tiap Lantai
Nama Lantai Beban Besar Satuan
Pelat
Berat spesi t = 2 cm lantai 42 kg/m²
Berat lantai keramik t = 1 cm 24 kg/m²
Berat rangka + plafond 11 kg/m²
Berat penggantung 7 kg/m²
Lantai 1 - 5
Berat plumbing 25 kg/m²
Jumlah 109 kg/m²
Balok
Berat Dinding (150 x tinggi dinding)
Tangga 300 kg/m²
Pelat
Berat penggantung 7 kg/m²
Dak
Berat rangka + plafond 11 kg/m²
Jumlah 18 kg/m²
Data beban mati tambahan didapatkan berdasarkan :
 SNI 03-1727-2013 Tata Cara Pembebanan untuk Rumah dan Gedung
 SNI 03-7065-2005-Plambing
c. Beban Hidup (Live Load/LL)
Beban hidup minimum berdasarkan SNI 03-1727-2013 yang bekerja pada
struktur bangunan tersebut dengan fungsi sebagai kampus adalah sebagai
berikut :
 Ruangan = 3,83 kN/m2
 Atap = 1 kN/m2
d. Beban Gempa (Earthquake/E)
Beban gempa yang digunakan dalam perencanaan Gedung gedung Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jendral Achmad Yani
Cimahi diasumsikan sebagai respon spektrum gempa pada wilayah Bandung
– Jawa Barat untuk tanah sedang.
Ketentuan umum berdasarkan SNI 1727-2013 tentang Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Gedung dan Non Gedung
meliputi gempa rencana, faktor keutamaan dan kategori risiko struktur
bangunan.Untuk berbagai kategori resiko struktur bangunan gedung dan non
gedung sesuai Tabel 2.2 pengaruh gempa rencana terhadapnya harus
dikalikan dengan suatu faktor keutamaan Ie menurut Tabel 2.3 Struktur
bangunan Gedung Kampus adalah kategori risiko IV.
Tabel 2.2 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Non Gedung Untuk Beban Gempa

Tabel 2.3 Nilai Faktor Keutamaan Gempa

Kategori risiko Faktor keutamaan Gempa, Ie


I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
Gambar 2.1 Nilai Spektral Percepatan Di Kota Bandung (sumber dari puskim.pu.go.id.)
Tabel 2.4 Nilai Spektral Percepatan Di Kota Bandung

Variabel Nilai T(detik) SA (g) T (detik) SA (g) T (detik) SA (g)


PGA (g) 0.565 0 0.374 TS+1.2 0.268 TS+2.7 0.147
SS (g) 1.404 T0 0.936 TS+1.3 0.254 TS+2.8 0.143
S1 (g) 0.483 TS 0.936 TS+1.4 0.242 TS+2.9 0.139
CRS 0.977 TS+0 0.786 TS+1.5 0.23 TS+3 0.135
CR1 0.906 TS+0.1 0.677 TS+1.6 0.22 TS+3.1 0.131
FPGA 1 TS+0.2 0.595 TS+1.7 0.21 TS+3.2 0.128
FA 1 TS+0.3 0.53 TS+1.8 0.202 TS+3.3 0.125
FV 1.517 TS+0.4 0.478 TS+1.9 0.194 4 0.122
PSA (g) 0.565 TS+0.5 0.436 TS+2 0.186
SMS (g) 1.404 TS+0.6 0.4 TS+2.1 0.18
SM1 (g) 0.733 TS+0.7 0.37 TS+2.2 0.173
SDS (g) 0.936 TS+0.8 0.344 TS+2.3 0.167
SD1 (g) 0.489 TS+0.9 0.321 TS+2.4 0.162

T0 (detik) 0.104 TS+1 0.301 TS+2.5 0.157

TS (detik) 0.522 TS+1.1 0.284 TS+2.6 0.152


Gambar 2.2 S1, MCER, Kelas Situs Tanah Sedang
Gambar 2.3 Ss, MCER, Kelas Situs Tanah Sedang
2.3 Jenis Struktur
Pada proyek pembangunan Proyek Gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) Universitas Jendral Achmad Yani Cimahi, jenis struktur yang
digunakan adalah struktur portal beton bertulang. Sistem struktur yang digunakan
adalah system rangka yang terdiri atas elemen kolom, balok, dan pelat. Dipilihnya
material beton bertulang karena dari segi komponen material tidak sulit didapat, lalu
dari segi estetika mudah dibentuk, dan dari segi kekuatan struktur beton bertulang
mampu memikul beban gempa.

2.4 Analisis Struktur


Dalam menganalisis struktur digunakan alat bantu berupa perangkat lunak yaitu
ETABS 2018. Bagian struktur yang akan dianalisis adalah struktur 6 lantai termasuk
lantai atap atau dak dalam bentuk 3 dimensi, dimulai dari pemodelan gedung hingga
run analysis, yang meliputi peng-input-an data-data teknis dan pemodelan, analisis
serta pengecekan data output dari ETABS 2018.

2.4.1 Tahap Peng-input-an


Berikut ini adalah tahapan pengerjaan peng-input-an pemodelan pada program
ETABS 2018.
1. Pemodelan struktur dengan menggunakan Use Built-in Setting with → pada
Display Units pilih Metric SI → klik OK.

Gambar 2.4 Tahapan Peng-input-an


2. Pada Window New Model Quick Template terdapat tiga hal yang perlu
dimasukkan yaitu:
a. Pada Uniform Grid Spacing → masukkan nilai Numberof Grid Lines in X
Direction, Number of Grid Lines in Y Direction, Spacing of Grid Lines in
X Direction, Spacing of Grid Lines in Y Direction → pilih Custom Grid
Spacing →Edit Grid Data → Spacing → masukkan nilai X Grid Data
dan Y Grid Data sesuai data yang ada → klik OK.

Gambar 2.5 Tahapan Peng-input-an Grid Data

Gambar 2.6 Tahapan Peng-input-an Grid System


b. Pada Story Dimensions → masukkan nilai Number of Stories = 5, Typical
Story Height = 4 m, Typical Story Height = 2 m dan Bottom Story Height
= 5 m → pilih Custom Story Data →Edit Grid Data → pada kolom
Master Story ganti baris lantai 1 sampai baris lantai atap menjadi No dan
baris lantai 1 menjadi Yes → pada kolom Similar to ganti baris lantai 2
sampai baris lantai 4 menjadi lantai L3 → klik OK.

Gambar 2.7 Tahapan Peng-input-an Story Data

Gambar 2.8 Tahapan Pemilihan Structural Objects

2.4.2 Tahap Pendefinisian Material


Material yang akan digunakan untuk elemen balok, kolom, dan pelat adalah
beton bertulang. Karakteristik beton dan besi tulangan yang digunakan disesuaikan
dengan SNI 03-2847-2013 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung.
Berikut karakteristik yang terkait dengan proses pendefinisan material pada
software ETABS 2018 antara lain:
1. Beton
a. Mutu Beton K-300 ( = 24,9 MPa)

b. Modulus Elastisitas Beton, Ec √ MPa


Berikut ini tahapan pengerjaan pendefinisian material beton dan baja dalam
program ETABS 2018.
1. Define Tulangan
Klik Define → Material Properties → Pilih Add New Material → pada
Region pilih User → pada Material Type pilih rebar → klik OK → masukan
nama material yang baru (Tulangan) → ganti Material Type menjadi steel →
pada Mechanical Property Data ganti nilai E = 200.000 MPa→ pada Design
Property for Concrete Materials masukkan nilai fy = 400 MPa → klik OK.

Gambar 2.9 Define Materials


Gambar 2.10 Tahapan Material Property Data
2. Define Beton
Klik Define → Material Properties → Pilih Add New Material → pada
Material Type pilih Concrete → pada Standard pilih User → masukkan
nama material yang baru (K-300) → pada Design Property Data pilih
Modify/Show Material Property Design Data → pada Design Property for
Concrete Materials masukkan nilai MPa→ klik OK → pada
Mechanical Property Data ganti nilai E = 23.452,95 MPa→ klik OK → klik
OK.

Gambar 2.11 Tahapan Add New Material Beton


Gambar 2.12 Tahapan Material Property Design

Gambar 2.13 Tahapan Material Property Data

2.4.3 Tahap Pendefinisian Penampang/Profil


Tahapan pengerjaan pendefinisian penampang dalam software ETABS 2018
sebagai berikut :
1. Define → pilih Section Properties → klik Frame Section → klik Add New
Property → pilih Rectangular Section → masukkan nama penampang pada
Property Name → pilih material pada Material → masukkan dimensi
penampang pada Section Dimensions → klik Reinforcement → masukkan
data tulangan → klik OK.

Gambar 2.14 Tahapan Frame Properties

Gambar 2.15 Tahapan Pemilihan Profil Kolom


Gambar 2.16 Tahapan Pendefinisian Material Kolom
Gambar 2.17 Tahapan Pendefinisian Material Balok
2. Define → pilih Section Properties → klik Slab Section → klik Add New
Property → masukkan nama penampang pada Property Name → pilih
material pada Slab Material → masukkan dimensi penampang pada
Property Data → klik OK.
Gambar 2.18 Tahapan Pendefinisian Material Pelat

2.4.4 Tahap Pemodelan Balok


Pemodelan balok dilakukan dengan klik icon Draw Beam/Column/Brace
Objects, kemudian memilih ‘section’ sesuai frame section yang telah dibuat.
Gambar 2.19 Pemodelan Balok Lantai 1 – 5 dan Atap

2.4.5 Tahap Pemodelan Kolom


Pemodelan balok dilakukan dengan klik icon Draw Beam/Column/Brace
Objects, kemudian memilih ‘section’ sesuai frame section yang telah dibuat.

Gambar 2.20 Pemodelan Kolom Lantai 1 – 5 dan Atap


2.4.6 Tahap Pemodelan Pelat
Pemodelan pelat dilakukan dengan klik icon Draw Floor/Wall Objects,
kemudian memilih ‘section’ sesuai frame section yang telah dibuat.

Gambar 2.21 Pemodelan Pelat Lantai 1 – 5 dan Atap

2.4.7 Tahap Pemodelan Void untuk lift dan penempatan tangga


Pemodelan Void lift dan Tangga dilakukan dengan klik object pelat yang
menjadi tempat Void lift dan Tangga, kemudian tekan delete, kemudian memilih
‘section’ sesuai frame section yang telah dibuat.

Gambar 2.22 Pemodelan Void Lift dan Tangga 1 – 5 dan Atap


2.4.8 Tahap Pendefinisian Perletakan
Jenis perletakan yang digunakan pada pembangunan Gedung A RSUD
Soreangadalah perletakan sendi pada bagian struktur bawah. Berikut tahapan
pengerjaan pendefinisian jenis perletakan pada software ETABS 2018, yaitu :
Klik Select Object → Blok Grid Point yang akan memakai perletakan → pilih
Assign → pilih Joint → pilih Restraints → klik perletakan jepit pada Fast Restraints
→ klik OK.

Gambar 2.23 Pemodelan Tumpuan Perletakan

2.4.9 Tahap Pendefinisian Beban


Pada tahap ini akan dilakukan pendefinisian beban yang bekerja pada struktur,
baik yang dilimpahkan pada pelat maupun pada frame adapun beban yang
diperhitungkan dalam perencanaan gedung ini adalah beban mati (Dead), Beban
hidup (Live), beban mati tambahan (SDL), beban gempa arah X (EX), dan beban
gempa arah Y (EY).
Beban mati (Dead), beban hidup (Live) dan beban mati tambahan (SDL) akan
diterapkan pada struktur dengan cara pelimpahan beban pada pelat dengan mengikuti
teori leleh yaitu beban envelop. Beban dinding akan diterapkan langsung pada frame,
yaitu balok.
Adapun tahapan pendefinisian beban pada ETABS 2018 dimulai dengan
menentukan Load Pattern, lalu menentukan Load Case, selanjutnya menentukan
Load Combination. Berikut cara pendefinisian beban pada program ETABS.
Penentuan Load Pattern, yaitu Define →Load Pattern → pada Load Pattern
Name masukkan nama-nama beban yang akan didefinisikan
(Dead/Live/SDL/EX/EY) → pada kolom Type tentukan tentukan tipe beban sesuai
dengan yang diingingkan → pada Self Weight Multiplier sesuaikan untuk Dead = 1
dan untuk Live, SDL, EX dan EY bernilai = 0 →Add New Load Pattern →klik OK

Gambar 2.24 Tahapan Pendefinisian Load Pattern


Penentuan Load Case yaitu Define →Load Cases → beban Dead, Live, SDL,
EX dan EY secara otomatis sudah ter-input oleh software pendefinisian Load Case,
sedangkan beban gempa harus di-input secara manual →Add New Load Cases → isi
Load Case Name sesuai dengan beban gempa yang akan didefinisikan (EX atau EY)
→ pilih dalam kotak Load Case Type (Respone Spectrum) → klik OK

Gambar 2.25 Tahapan Pendefinisian Load Cases


Gambar 2.26 Load Cases Untuk Beban Gempa
Scale factor
 g = 9,81 m/s2
 I = faktor keutamaan gedung
 R = faktor reduksi gempa

Nilai R
Untuk sistem rangka pemikul momen khusus (baja) nilai R = 8,5 berdasarkan
SNI 03-1727-2013 Tata Cara Tahan Gempa untuk Rumah dan Gedung.
Penentuan kombinasi pembebanan yaitu Define →Load Combination →Add
New Combo → isi Load Combination Name sesuai dengan kombinasi yang akan
didefinisikan → pilih Envelope pada kotak Load Combination Type → pilih jenis
beban yang bekerja pada kotak Load Name → pilih besarnya factor reduksi pada
kolom Scale Factor → klik Add → klik OK
Mengacu pada peraturan SNI 03-1727-2013 tentang Standar Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung, kombinasi yang digunakan
yaitu:

1. Kombinasi 1 = 1.4DL + 1.4SIDL

2. Kombinasi 2 = 1.2DL + 1.2SIDL + 1.6LL

3. Kombinasi 3 = 1.443DL+ 1.443SDL+ 1.0LL+ 0.3Ex + 1.0Ey

4. Kombinasi 4 = 1.069DL+ 1.069SDL+ 1.0LL+ 0.3Ex - 0.1Ey

5. Kombinasi 5 = 1.331DL+ 1.331SDL+ 1.0LL- 0.3Ex + 1.0Ey

6. Kombinasi 6 = 0.957DL+ 0.957SDL+ 1.0LL- 0.3Ex - 1Ey

7. Kombinasi 7 = 1.443DL+ 1.443SDL+ 1.0LL+ 1.0Ex + 0.3Ey

8. Kombinasi 8 = 1.331DL+ 1.331SDL+ 1.0LL+ 1.0Ex - 0.3Ey

9. Kombinasi 9 = 1.069DL+ 1.069SDL+ 1.0LL- 1.0Ex + 0.3Ey

10. Kombinasi 10 = 0.957DL+ 0.957SDL+ 1.0LL- 1.0Ex - 0.3Ey

11. Kombinasi 11 = 0.657DL+ 0.657SDL+ 0.3Ex + 1.0Ey

12. Kombinasi 12 = 1.031DL+ 1.031SDL+ 0.3Ex - 1.0Ey

13. Kombinasi 13 = 0.769DL+ 0.769SDL- 0.3Ex + 1.0Ey

14. Kombinasi 14 = 1.143DL+ 1.143SDL- 0.3Ex –1.0Ey

15. Kombinasi 15 = 0.657DL+ 0.657SDL+ 1.0Ex + 0.3Ey

16. Kombinasi 16 = 0.769DL+ 0.769SDL+ 1.0Ex - 0.3Ey


17. Kombinasi 17 = 1.031DL+ 1.031SDL– 1.0Ex + 0.3Ey

18. Kombinasi 18 = 1.143DL+ 1.143SDL– 1.0Ex – 0.3Ey

Kombinasi di atas di dapatkan berdasarkan nilai respon spektra di kota bandung


dengan nilai SDS = 0.936, rho = 1 mengacu pada peraturan SNI 03-1727-2012.

Gambar 2.27 Tahapan Pendefinisian Load Combination

Gambar 2.28 Tahapan Pendefinisian Kombinasi Pembebanan 1


2.4.10 Tahap Penempatan Beban
Beban-beban yang telah didefinisikan akan diletakkan pada struktur melalui
pelat dan frame. Untuk beban hidup (Live), Beban mati (Dead) dan beban tambahan
(SDL) akan diletakkan pada pelat dengan mengikuti prinsip beban envelope,
sedangkan untuk beban dinding (SDL) akan diletakkan pada balok.
Perletakan beban pada pelat harus diperhatikan jenis pelat tersebut, apakah
satu arah atau dua arah beban dinding pada balok diletakkan sebagai beban merata di
sepanjang balok tersebut.
Adapun tahapan penempatan beban pada ETABS dimulai dengan menentukan
Select Object Type.Kemudian dilanjutkan dengan memilih Area Uniform
Load.Tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut.
Penentuan Select Object Type, yaitu Select →Select →Object Type → pada
Select by Object Type pilih floors→ klik Select.

Gambar 2.29 Tahapan Select Object Type

Gambar 2.30 Tahapan Pemilihan Tipe Objek


Penentuan Area Uniform Loads, yaitu Assign →Shell Loads →Uniforms →
pada Load Pattern Name pilih jenis beban yang akan diletakkan → masukkan berat
beban yang telah kita hitung secara manual berdasarkan tipe-tipe pembebanan →
pada Slab Material pilih K-300 → klik OK.

Gambar 2.31 Memasukkan Beban Tambahan Pada Pelat

Gambar 2.32 Memasukkan Beban Hidup Pada Pelat Lantai 1-4

2.4.11 Run analyze


Run analyze adalah perintah untuk mendapatkan Output dari seluruh
pendefinisian dan perletakan beban. Adapun tahapan nya adalah Analyze, pilih run
analyze, kemudian run now.
Gambar2.33 Tampilan set loadcase to run

2.4.12 Output
Output dari ETABS 2018 berupa gaya dalam seperti gaya normal, geser, dan
momen dalam gambar gaya dalam struktur yang di analisis.

Gambar 2.34 Tampilan Hasil Run

Gambar 2.35 Tampilan Hasil Steel Frame Design


Gambar 2.36 Tampilan hasil Axial Force Diagram

Gambar 2.37 Tampilan hasil Shear Force Diagram

Gambar 2.38 Tampilan Hasil Moment Diagram


2.5 Perhitungan Kapasitas Tulangan Pada Balok
Pemodelan gaya dalam pada balok dilakukan dengan menggunakan data luas
tulangan yang didapatkan dari output ETABS 2018. Balok yang dihitung adalah
balok tipe B1 dengan dimensi 400 mm x 600 mm, setelah dilakukan run analysis
pada pemodelan di ETABS 2018. Berikut adalah hasil perhitungan tulangan yang
telah didapatkan:

Gambar 2.39 Data Required Rebar Pada Tumpuan dan Lapangan


Berdasarkan hasil luas tulangan yang telah didapatkan dari output ETABS 2018,
maka luas tulangan tersebut dibandingkan dengan luas tulangan masing-masing
diameter tulangan yang direncanakan, yang pada akhirnya didapatkan jumlah
tulangan yang dibutuhkan, ada pun diameter tulangan daerah tumpuan dan daerah
lapangan di seragamkan yaitu diameter 22 mm. Luas tulangan terbesar untuk di
daerah tumpuan bagian atas yaitu sebesar 1985 mm2, sedangkan luas tulangan
tumpuan bagian bawah yaitu sebesar 942 mm2. Dan untuk luas tulangan daerah
lapangan bagian atas yaitu sebesar 614 mm2 sedangkan luas tulangan daerah lapangan
bagian bawah sebesar 1717 mm2.
a. Tulangan Daerah Tumpuan
 Bagian atas

As = = 5,22 buah 6 buah

cek : 2(n+1)d = 2 (6+1) 22 = 308 mm < 400 mm ok!


Jadi pada daerah tumpuan bagian atas menggunakan diameter tulangan 22
mm dengan jumlah tulangan 6 buah (6D22)
 Bagian bawah

As’ = = 2.48 buah 3 buah

cek : 2(n+1)d = 2 (4+1) 22 = 220 mm < 400 mm ok!


Jadi pada daerah tumpuan bagian bawah menggunakan diameter tulangan
22 mm dengan jumlah tulangan 3 buah (3D22).
b. Tulangan Daerah Lapangan
 Bagian atas
As = = 1,615 buah 2 buah

cek : 2(n+1)d = 2 (2+1) 22 = 132 mm < 400 mm ok!


Jadi pada daerah tumpuan bagian atas menggunakan diameter tulangan
22 mm dengan jumlah tulangan 2 buah (2D22).
 Bagian bawah

As = = 4.52 buah 5 buah

cek : 2(n+1)d = 2 (5+1) 22 = 264 mm < 400 mm ok!


Jadi pada daerah tumpuan bagian bawah menggunakan diameter tulangan
22 mm dengan jumlah tulangan 5 buah (5D22).
Berdasarkan hasil perhitungan pada tulangan Balok 400 x 600 mm, maka
didapatkan jumlah tulangan tumpuan bagian atas 6 buah dan bawah 3 buah dengan
diameter 22 mm, dan untuk jumlah tulangan lapangan tumpuan bagian atas 2 buah
dan bawah 5 buah dengan diameter 22 mm
Jika dibandingkan dengan jumlah tulangan balok antara gambar rencana proyek
pembangunan Gedung FISIP Universitas Jenderal Achmad Yani dengan hasil
perhitungan didapat perbedaan.

2.6 Perhitungan Kapasitas Tulangan pada Kolom


Untuk menentukan jumlah tulangan dan dimensi pada kolom digunakan
software PCA column agar mempermudah perhitungan. Kolom yang akan dianalisis
adalah kolom dengan dimensi 650 x 650 mm. Beban yang dipikul oleh kolom didapat
dari hasil run analysis pada software ETABS 2018 kemudian dapat langsung di input
kedalam software PCA column. Berikut ini adalah tahapan pengerjaan input
perhitungan kapasitas tulangan menggunakan program PCA Column.
1. Input data General Information yang berisikan tentang informasi umum
tentang proyek, tahapannya klik Input→ General Information→ isi info
proyek, kemudian tekan Ok.

Gambar 2.40 Input General Information


2. Input data material beton seperti = 24,9 MPa dan = 400 MPa,
tahapannya klik Input→ Material Properties→ isi dan → Ok.

Gambar 2.41 Input Material Properties


3. Input data dimensi kolom K1 yang ada pada data teknis proyek, tahapannya
klik Input→ Section→ Rectangular→ isi data dimensi kolomnya→ Ok.

Gambar 2.42 Input Dimensi Kolom


4. Input data tulangan kolom K1 yang tercantum pada data teknis proyek,
tahapannya klik Input→ Reinforcement→ Side Defferent→ isi No Of Bar,
Bar Size dan Clear Cover lalu dimensi kolomnya→ Ok.

Gambar 2.43 Input Data Tulangan Kolom


5. Input beban yang dipikul kolom tersebut berdasarkan hasil analisis struktur
sebelumnya, tahapannya klik Input→ Loads→ Factored→ isi dengan data
hasil analisis Element Frame sebelumnya→ Insert → Ok.

Gambar 2.44 Input Pembebanan Kolom


6. Setelah input data beban lakukan analisis, tahapannya klik solve – execute
atau tekan F5.
7. Penyelesaian.

Gambar 2.45 Penyelesaian


Kemudian akan mucul diagram interaksi momen yang terjadi pada kolom K1
yang menunjukan kekuatan aksial dan momen kolom tersebut, seperti yang terdapat
pada Gambar 2.46 dan output terdapat pada Gambar 2.47.

Gambar 2.46 Diagram Interaksi Kolom


Gambar 2.47 Output Data Tulangan Kolom K1
Gambar 2.48 Output Data Tulangan Kolom K1 (lanjutan)

Gambar 2.49 Tulangan Kolom Hasil Analisis


Jadi, dari output PCA Column didapat bahwa jumlah dan diameter tulangan
untuk kolom KOLOM berdimensi 650 x 50 mm dengan rincian sebagai berikut:
a. Jumlah tulangan = 12 buah
b. Diameter = 25 mm
Berdasarkan hasil perhitungan pada tulangan Kolom 650 x 650 mm, maka
didapatkan jumlah tulangan yaitu 12 buah dengan diameter 25 mm. Dengan
membandingkan jumlah tulangan kolom antara gambar rencana pada proyek
pembangunan Gedung FISIP Unjani Cimahi dengan hasil perhitungan didapat
perbedaan antara jumlah.
Jika dibandingkan dengan hasil perhitungan menggunakan PCA Column,
terdapat perbedaan jumlah tulangan, pada hasil perhitungan jumlah tulangan yang
didapatkan 12 buah sedangkan pada proyek tulangan yang digunakan sebanyak 24
buah dengan diameter dan dimensi yang sama.

Anda mungkin juga menyukai