Anda di halaman 1dari 33

ANALISIS UNTUK STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG TIDAK BERATURAN

YANG MENERIMA BEBAN GEMPA BERDASARKAN SNI 1726:2012

A. PRE ELIMINARY DESIGN

Sebuah “Gedung Parkir” sebagai bagian dari komplek perniagaan akan dibangun di kota
Kendari. Komponen struktur direncanakan menggunakan material beton bertulang dengan
spesifikasi sebagai berikut.

Beton:
f’c = 25 Mpa
Ec = 4700√𝑓′𝑐 = 23500 Mpa
Poisson ratio beton, vc = 0,2
Berat jenis beton bertulang, λc = 2400 kg/m3 = 2,3544 × 10-5 N/mm3
Berat jenis beton = 2200 kg/m3

Baja tulangan:
Tulangan longitudinal (ulir) fy = 420 Mpa
Tulangan transversal/sengkang (polos) fys = 250 Mpa
Poisson ratio baja, νs = 0,3
Berat jenis baja, λs = 7850 kg/m3 = 7,7009 × 10-5 N/mm3

Tabel Tebal minimum balok non-prategang atau pelat satu arah bila lendutan tidak
dihitung SNI 2847:2013
Pada tugas ini digunakan jenis beton normal dan tulangan mutu 420 MPa.
 Untuk bentang 6000 mm.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan tebal minimum untuk balok dengan satu ujung
menerus h = l/18,5 = 6000 mm/18,5 = 324,32 mm dan untuk balok dengan dua ujung
menerus h = l/21 = 6000 mm/21 = 285,71 mm. Tinggi balok harus diambil lebih besar
dari kedua nilai tersebut yaitu h = 450 mm. Lebar balok ditentukan sebesar b = 300
mm. Dimesi balok B1-300×450.
 Untuk bentang 5000 mm.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan tebal minimum untuk balok dengan satu ujung
menerus h = l/18,5 = 5000 mm/18,5 = 270,27 mm dan untuk balok dengan dua ujung
menerus h = l/21 = 5000 mm/21 = 238,10 mm. Tinggi balok harus diambil lebih besar
dari kedua nilai tersebut yaitu h = 450 mm. Lebar balok ditentukan sebesar b = 300
mm. Dimesi balok B2-250×400.

Dimensi kolom ditentukan dengan tinggi h = 400 mm dan lebar b = 400 mm K-400×400.

Sebagai pengikat struktur diatas tanah digunakan sloof SL-250×400. Sloof ini diharapkan
dapat menahan beban dinding diatasnya serta meningkatkan kekuatan serta kekakuan lentur
pondasi. Elevasi sloof diasumsikan 1 m diatas level penjepitan lateral.

Tebal pelat lantai diasumsikan 150 mm PL-150 dan tebal pelat atap/dak diasumsikan 120
mm PL-120.

Beban pada struktur gedung dapat berupa beban hidup (LL = LIVE LOAD), beban mati
sendiri (SW = SELF WEIGHT), beban mati tambahan (SIDL = SUPER IMPOSED DEAD
LOAD), beban gempa (E = EARTHQUAKE) dan beban-beban lainnya yang semuanya
diatur dalam Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) - 1983.

Beban-beban yang digunakan pada desain “Gedung Parkir” yaitu :

Beban Mati (DL)


Beban mati sendiri (SW) dihitung secara otomatis oleh program SAP 2000.
Beban mati tambahan (SIDL) terdiri dari:
a. Keramik, spesi semen, dll untuk lantai 1 dan lantai 2, SIDL = 175 kg/m2 dan untuk
lantai dak atap, SIDL = 150 kg/m2
b. Beban dinding beton = (2200 kg/m3 x tebal dinding m x tinggi dinding m) kg/m =
(2200x0,15x1) = 330 kg/m dengan tinggi dinding 1 m. Beban dinding dipisahkan karena
pemodelan struktur bersifat open frame sehingga dinding dianggap sebagai beban garis
pada balok dan sloof.

Beban Hidup (LL)


Fungsi bangunan yang direncanakan adalah “Gedung Parkir” yang direncanakan harus
mampu menahan beban hidup sebesar:
a. Lantai 1 dan lantai 2, LL = 400 kg/m2
b. Lantai dak atap, LL = 100 kg/m2

Beban Gempa (E)


Pada tugas ini akan dugunakan 2 metode analisis, yaitu: Respon Spektrum dan Statik
Ekivalen.

B. LANGKAH PEMODELAN STRUKTUR DENGAN SAP 2000


1. Klik menu File > New Model
2. Ubah unit satuan dengan satuan panjang dalam m
3. Klik template Grid Only, sehingga muncul kotak dialog New Coordinate/Grid
System

4. Klik kanan mouse pada layar > Edit Grid Data > Modify/Show System
5. Lakukan pengeditan grid sesuai dengan denah gedung yang telah diberikan
6. Klik menu Define > Materials > Add New Material. Isi spesifikasi material beton
yang digunakan. Berat jenis beton = 2,3544 × 10-5 N/mm3 ; fc’ = 25 MPa; Ec = 23500
MPa; poisson ratio 0,2
7. Klik menu Define > Materials > Add New Material. Isi spesifikasi material baja
tulangan longitudinal yang digunakan. Berat jenis baja = 7,7009 × 10-5 N/mm3; fy = 420
MPa; Es = 200000 MPa; poisson ratio = 0,3.
8. Klik menu Define > Materials > Add New Material. Isi spesifikasi material baja
tulangan transversal yang digunakan. Berat jenis baja = 7,7009 × 10-5 N/mm3; fy = 250
MPa; Es = 200000 MPa; poisson ratio = 0,3.
9. Klik menu Define > Section Properties > Frame Section > Add New Property.
Satuan panjang yang dipakai - mm. Isi spesifikasi balok B1-300x450. Pada Concrete
Reinforcement data, masukkan spesifikasi tulangan dan selimut/cover beton yang
digunakan. Pada Property Modifier, masukkan nilai inersia efektif penampang.

Kekakuan EI yang digunakan dalam analisis yang dipakai untuk desain kekuatan harus
mewakili kekakuan komponen struktur sesaat sebelum kegagalan (Rachmat Purwono,
dkk - 2009). Sebagai alternatif, SNI 2847-2002 memberikan inersia efektif yang boleh
digunakan untuk komponen-komponen struktur pada bangunan yang ditinjau.
Pada tugas SAP 2000 ini, balok dianggap sebagai balok berpenampang persegi.
Pendekatan balok sebagai sebagai balok T tentu lebih merepresentasikan keadaan
sebenarnya (hubungan balok-pelat monolit) yang persyaratan lebar sayap balok diatur
lebih lanjut dalam peraturan. Sebagai catatan, SNI 1926-2002 memberikan inersia
efektif yang berbeda untuk elemen struktur yang sama.

10. Lakukan hal yang sama untuk B2-250x400 dan SL-250x400


11. Klik menu Define > Section Properties > Frame Section > Add New Property.
Satuan panjang yang dipakai - mm. Isi spesifikasi kolom K-400x400.

12. Klik menu Define > Section Properties > Area Section > Add New Section. Satuan
panjang yang dipakai - mm. Isi spesifikasi pelat PL-120
Lakukan hal yang sama pada PL-150

13. Menggambar Struktur, pada toolbar pilih, Set YZ atau XZ View


Kemudian Pilih Tools Quick Draw Frame/Cable Element untuk mulai menggambar
Struktur

Untuk menggambar kolom pada kotak dialog Properties of Object, pilih Straight
Frame kemudian pilih K-400x400 untuk menggambar kolom, pilih B1-300x450 /
B2-250x400 untuk menggambar balok, dan pilih SL-250x400 untuk menggambar
sloof.
Berikutnya adalah menggambar Pelat pada struktur, pilih tools XY pada toolbar
untuk mulai menggambar pelat, kemudian pilih tools Quick draw area Element
untuk mulai menggambar pelat.
14. Membuat perletakan jepit pada struktur. Pada toobar pilih XY dengan elevasi Z=0
kemudian blok semua denah dari kiri ke kanan. Kemudian Pilih menu Assign, pilih
Joint kemudian pilih Restraints

Berikut adalah model struktur yang telah digambar.

15. Memasukkan Beban pada Struktur


a. Beban Mati (DL)
Beban mati sendiri (SW) dihitung secara otomatis oleh program SAP 2000.
Klik menu Define > Load Patterns
Secara default program Sap 2000 otomatis akan menghitung berat sendiri struktur
berdasarkan info luas penampang elemen dan berat jenis material yang dipakai.
Selanjutnya, beban akibat berat sendiri dikelompokkan dalam static load case
pertama yaitu DEAD. Jika nilai selfweight multiplier = 0, maka perhitungan berat
sendiri struktur tidak akan dilakukan oleh program. Dalam tugas ini, diinginkan
program SAP 2000 menghitung berat sendiri struktur.

Kemudian selanjutnya memasukkan Beban Mati Tambahan (SIDL) dan beban


DINDING pada struktur.
Untuk memasukkan beban mati tambahan SIDL yaitu terlebih dahulu blok semua
struktur dari kiri ke kanan kemudian pilih menu Assign pilih area Loads kemudian
pilih Uniform (Sheel). Selanjutnya pada Load Pattern Name pilih SIDL, pada
Load masukkan besar beban SIDL untuk pelat/dak atap yaitu 150 kg/m2 dan untuk
pelat lantai sebesar 175 kg/m2.

Kemudian memasukkan beban DINDING. Sebelum memasukkan beban terlebih


dahulu tampilkan gambar pada arah XY dan kemudian blok dari kiri ke kanan untuk
memasukkan beban. Kemudian pada menu Assign Pilih Frame Loads kemudian
pilih Distributed,
Pada Kotak dialog Frame Distributed Loads, untuk Load pattern name pilih
DINDING dan untuk Load masukkan nilai 330. DINDING diberikan pada
balok/sloof terluar lantai 2, lantai 1 dan basement.

Klik menu Define > Load Case > Add New Load Case. Untuk mempermudah input
kombinasi pembebanan, sebaiknya beban-beban yang termasuk dalam beban mati
(DL) digabung dalam satu load case. Beban mati (DL) terdiri dari SW atau berat
sendiri struktur, SIDL, dan DINDING.
b. Beban Hidup (LL)
Untuk memasukkan beban hidup yaitu terlebih dahulu Blok semua struktur dari kiri
ke kanan kemudian pilih menu Assign pilih area Loads kemudian pilih Uniform
(Sheel)
Selanjutnya pada Load Pattern Name pilih LL pada Load masukkan besar beban
hidup untuk pelat/dak atap yaitu 100 kg/m2 dan untuk pelat lantai sebesar 400 kg/m2.

16. Diafragma lantai. Lantai tingkat, atap beton, dan sistem lantai dengan ikatan suatu
struktur gedung dapat dianggap sangat kaku dalam bidangnya dan karenanya dapat
diangggap bekerja sebagai diafragma terhadap beban gempa horizontal. Ctrl+A > Joint
> Constraint > Diaphragm > Add New Constr
C. ANALISIS BEBAN GEMPA DENGAN METODE RESPONS SPEKTRUM (SNI
1726:2012)

Diasumsikan:
 Gedung berada pada daerah Kota Kendari – Tanah Sedang (SD)
Berdasarakan SNI 1726:2012
 Menentuka paramter percepatan terpetakan, Ss berdasarkan Gambar. 9 (SNI 1726:2012)
Tanah Sedang Ss = 0,911 g

 Menentukan parameter percepatan terpetakan, S1 berdasarkan Gambar.10 (SNI


1726:2012)
Tanah sedang S1 = 0,350 g
 Menentukan koefisien situs untuk desain seismic, Fa berdasarkan Tabel. 4 SNI
1726:2012

Sehingga didapat nilai Fa berdasarkan nilai Ss dan Kelas Situs yang berdasarkan jenis
tanah dengan interpolasi linier, maka diperoleh:
Tanah sedang Fa = 1,136 g

 Menentukan koefisien situs untuk desain seismic, Fv berdasarkan Tabel. 4.2 SNI
1726:2012

Sehingga didapat nilai Fv berdasarkan nilai S1 dan Kelas Situs yang berdasarkan jenis
tanah dengan interpolasi linier, maka diperoleh:
Tanah sedang Fv = 1,700 g

 Nilai parameter spectrum respon percepatan pada perioda pendek dan pada perioda 1
detik (SMS dan SM1), berdasarkan pasal 6.2 maka:
Tanah Sedang
SMS = Fa × Ss = 1,136 × 0,911 = 1,035
SM1 = Fv × S1 = 1,700 × 0,350 = 0,595

 Parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek SDS dan pada perioda 1
detik, SD1
Tanah Sedang
𝟐 𝟐
SDS = × SMS = × 1,035 = 0,690
𝟑 𝟑
𝟐 𝟐
SD1 = × SM1 = × 0,595 = 0,397
𝟑 𝟑

 Penentuan Perioda
Tanah Sedang
𝑺𝑫𝟏 𝟎,𝟑𝟗𝟕
T0 = 0,2 × = 0,2 × = 0,115
𝑺𝑫𝑺 𝟎,𝟔𝟗𝟎
𝑺𝑫𝟏 𝟎,𝟑𝟗𝟕
TS = = = 0,575
𝑺𝑫𝑺 𝟎,𝟔𝟗𝟎

Berikut adalah spektrum respon desain berdasarkan SNI 1726:2012


 Penggambaran spektrum respon desain Kota Kendari (Tanah Sedang) dengan Excel

T Sa
0 0,276
0,115 0,69
0,575 0,69
1 0,397
1,2 0,331
1,4 0,284
1,8 0,221
2,2 0,18

Langkah-langkah respons spektrum pada SAP 2000

1. Klik menu Define > Mass Source. Massa yang berasal dari beban hidup (LL) yang
digunakan sebagai sumber massa gempa sebesar 50% (fungsi gedung sebagai “Gedung
Parkir”).

Dalam Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1983 diatur mengenai
reduksi beban hidup yang digunakan sebagai sumber massa gempa sebagai berikut :
Peraturan diatas dapat dipahami bahwa untuk kondisi terjadinya gempa maka beban
hidup (LL, misalnya manusia) akan berkurang daripada saat gedung dalam kondisi
layan.

2. Klik menu Define > Functions > Response Spectrum > User Spectrum > Add New
Function. Masukkan data respon spektrum Wilayah Kota Kendari di atas. Untuk
struktur beton bertulang dengan memperhatikan retak maka nilai redaman yang
direkomendasikan adalah 3-5% (Anil Chopra,2000).
3. Klik menu Define > Load Case > Add New Load Case. Untuk mengaktifkan beban
gempa, maka harus dibuat terlebih dahulu load case dari beban tersebut. Beban gempa
dibagi menjadi dua, yaitu beban gempa EX (arah utama sumbu X koordinat global) dan
beban gempa EY (arah utama sumbu Y koordinat global).
Tingkat kepentingan suatu struktur terhadap bahaya gempa dapat berbeda-beda
tergantung pada fungsinya. Oleh karena itu, semakin penting struktur tersebut maka
semakin besar perlindungan yang harus diberikan. Faktor Keutamaan (I) dipakai untuk
memperbesar beban gempa rencana agar struktur mampu memikul beban gempa dengan
periode lebih panjang atau dengan kata lain dengan tingkat kerusakan yang lebih kecil.
Tabel Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa SNI
1726:2012
Tabel Faktor keutamaan gempa SNI 1726:2012

Load case untuk gempa arah X sebagai berikut :

Secara default, arah U1 merupakan arah yang sama dengan arah X dalam koordinat
global. Scale factor = I x g/R dimana I adalah faktor keutamaan struktur (Gedung Parkir,
I = 1), g = satuan percepatan gravitasi (g = 9,81 m/s2) dan R adalah faktor reduksi gaya
gempa (Struktur Rangka Pemikul Momen Menegah, maks nilai R = 5). Nilai I/R
merupakan nilai modifikasi berdasarkan peraturan kegempaan Indonesia. Untuk semua
mode, redaman diasumsikan memiliki nilai konstan yaitu 5 %.
4. Lakukan hal yang sama untuk load case gempa arah Y

Secara default, arah U2 merupakan arah yang sama dengan arah Y dalam koordinat
global. Kemudian jika memang diperlukan arah U3 merupakan arah yang sama dengan
arah Z dalam koordinat global.

5. Untuk memperoleh beban ultimate dari beban-beban yang mungkin akan terjadi pada
struktur, maka dilakukan kombinasi beban terfaktor. Klik menu Define > Load
Combinations > Add New Combo

Kombinasi Pembebanan Gempa


Untuk mensimulasikan arah pengaruh gempa rencana yang sembarang terhadap struktur
gedung, pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama harus dianggap efektif 100%
dan harus dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh pembebanan gempa dalam arah
tegak lurus pada arah utama pembebanan tetapi dengan efektifitas hanya 30%.
1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 EX + 0,3 EY

6. Klik menu Analyze > Set Analysis Options > Pastikan bahwa analisis dilakukan dalam
derajat kebebasan ruang (translasi arah X, translasi arah Y, translasi arah Z, rotasi
terhadap sumbu X, rotasi terhadap sumbu Y, rotasi terhadap sumbu Z).
7. Klik menu Analyze > Run Analysis. Selama proses analisis pastikan bahwa tidak ada
WARNING dan ERROR yang terjadi.

Hasil Analisis dengan Metode Respons Spektrum


Gambar diagram momen
D. ANALISIS BEBAN GEMPA DENGAN METODE STATIK EKIVALEN (SNI
1726:2012)

Berat keseluruhan bangunan (Wt):


 Berat atap
Pelat atap = 2400 × 0,12 × 30 × 20 = 172800 kg
Balok = (2400 × 0,30 × 0,45 × 6 × 26) +
(2400 × 0,25 × 0,40 × 5 × 26) = 81744 kg
SIDL = 150 × 30 × 20 = 90000 kg
Beban hidup = 100 × 30 × 20 = 60000 kg
Total = 404544 kg
= 3968,58 kN

 Berat lantai 2 = lantai 1


Pelat lantai = 2400 × 0,15 × 30 × 20 = 216000 kg
Dinding = 2200 × 0,15 × 1 × 132 = 43560 kg
Balok = balok pada atap = 81744 kg
Kolom = 2400 × 0,40 × 0,40 × 4 × 33 = 50688 kg
SIDL = 175 × 30 × 20 = 105000 kg
Beban hidup = 400 × 30 × 20 = 240000 kg
Total = 736992 kg
= 7229,89 kN

 Berat lantai basement


Dinding = dinding pada lantai 2 = 43560 kg
Sloof = 2400 × 0,25 × 0,40 × 286 = 68640 kg
Kolom = kolom pada lantai 2 = 50688 kg
Total = 162888 kg
= 1597,93 kN

Berat Total Keseluruhan Bangunan (Wt)


Wt = 3968,58 + 2 × 7229,89 + 1597,93 = 20026,29 kN
Parameter percepatan spectral desain:
Lihat perhitungan respons spektrum sebelumnya,
SDS = 0,690 SD1 = 0,397

Spektrum respon desain:


Lihat perhitungan respons spektrum sebelumnya,
T0 = 0,115 TS = 0,575
𝑆𝐷𝑆
 Untuk T ≤ T0 : Sa = 0,6 T + 0,4 SDS = 3,6 T + 0,276
𝑇0
 Untuk T0 ≤ T ≤ TS : Sa = SDS = 0,690
𝑆𝐷1 0,397
 Untuk T > TS : Sa = =
𝑇 𝑇

Faktor keutamaan gempa dan faktor modifikasi respons:


Lihat perhitungan respons spektrum sebelumnya,
Ie = 1,0 R=5

Periode fundamental:
Periode fundamental pendekatan dapat ditentukan dengan persamaan:
T = Ta = Ct × hnx
Dimana nilai Ct dan x untuk rangka beton pemikul momen diambil dari tabel 15 SNI 03-
1726-2010. Maka:
Ct = 0,0466 dan x = 0,9
T = Ta = Ct × hnx = 0,0466 × 130,9 = 0,449

Koefisien respon seismik, Cs


Karena T0 ≤ T ≤ TS, C = Sa = SDS = 0,690
Koefisien respon seismic dapat ditentukan dengan persamaan:
𝐶 × 𝐼𝑒 0,690 × 1
Cs = = = 0,138
𝑅 5

Gaya geser seismic (V)


Gaya geser seismic dapat ditentukan dengan:
V = Cs × Wt = 0,138 × 20026,29 = 2763,63 kN

Distribusi gaya gempa, Fx dan Fy


Gaya gempa lateral yang timbul disemua tingkat harus ditentukan dengan rumus dibawah
sesuai dengan pasal 7.8.3 pada SNI 03-1726-2010.

Dengan k=1 untuk T ≤ 0,5 detik


k=2 untuk T ≥ 2,5 detik
k = interpolasi untuk 0,5 ≤ T ≤ 2,5 detik
untuk T = 0,449; maka k = 1
k
Vx = Vy Fix = Fi /4 Fiy = Fi /7
Tingkat hi (m) Wi (kN) Wi × hi Fi (kN)
(kNm) (kN) (kN) (kN)
Atap 13 3968,58 51591,54 2763,63 923,40 230,85 131,91
2 9 7229,89 65069,01 2763,63 1164,62 291,16 166,37
1 5 7229,89 36149,45 2763,63 647,01 161,75 92,43
Basement 1 1597,93 1597,93 2763,63 28,60 7,15 4,09
Ʃ= 154407,9 2763,63

Langkah-langkah statik ekivalen pada SAP 2000:


1. Klik menu Define > Mass Source. Massa yang berasal dari beban hidup (LL) yang
digunakan sebagai sumber massa gempa sebesar 50% (fungsi gedung sebagai “Gedung
Parkir”).
2. Klik menu Define > Load Patterns.

3. Input Fix sebagai beban gempa arah X koordinat global, dengan cara: select joint (pilih
joint yang paling kiri pada XY View) > Assign > Joint Loads > Forces. Cari load case
name “EX”, berilah nilai Fix pada isian force global x.
4. Lakukan cara yang sama untuk beban gempa arah Y koordinat global.

Set YZ View

Set XZ View
5. Untuk memperoleh beban ultimate dari beban-beban yang mungkin akan terjadi pada
struktur, maka dilakukan kombinasi beban terfaktor. Klik menu Define > Load
Combinations > Add New Combo.
Digunakan kombinasi pembebanan : 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 EX + 0,3 EY

6. Run program
Diagram momen
E. ANALISIS BEBAN GEMPA DENGAN METODE TIME HISTORY

F. F
G. F
H.

Anda mungkin juga menyukai