Anda di halaman 1dari 219

(#1) – MODEL

APLIKASI ETABS PADA PERANCANGAN GEDUNG 12 LANTAI


DENGAN STRUKTUR BETON BERTULANG MENGGUNAKAN SISTEM
GANDA (DUAL SYSTEM) SEBAGAI PENAHAN BEBAN GEMPA
SESUAI STANDARD CODE SNI 1726 : 2012
Oleh : Muhammad Hind Al Hakim
Contact : hindhakim90@yahoo.co.id

1. TINJAUAN PUSTAKA
Pada perencanaan struktur gedung, sistem gabungan antara portal rangka
pemikul momen (frame) dan dinding geser dalam menahan beban lateral disebut
sebagai sistem ganda (dual system). Sistem ganda dapat memberikan kemampuan
yang lebih baik dalam menahan beban lateral khususnya beban gempa untuk
bangunan-bangunan yang sudah menjulang tinggi. Penggunaan sistem ganda dapat
diaplikasikan pada bangunan hingga mencapai 40 tingkat.
Interaksi antara portal dan dinding geser pada sistem ganda memiliki perilaku
yang cukup unik, dimana gaya geser pada bagian bawah akan dominan dipikul oleh
dinding geser sedangkan frame memikul gaya geser pada bagian atas. Hal ini
dikarenakan kedua sistem tersebut memiliki perilaku defleksi yang berbeda. Akibat
dari beban lateral, dinding geser akan berperilaku bending mode sedangkan frame
akan berdeformasi secara shear mode.
Berdasarkan SNI 1726-2012 dalam sistem ganda, rangka pemikul momen
harus memikul sekurang-kurangnya 25% gaya gempa desain dimana hal ini
merupakan antisipasi kondisi setelah gempa terjadi setidaknya frame masih harus
kuat menahan beban gravitasi. Pengecekan terhadap rangka pemikul momen harus
dilakukan terpisah apabila frame menahan lebih dari 10% beban geser desain.
Syarat-syarat dalam perencanaan struktur menggunakan sistem ganda
adalah : memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap, beban
gempa ditahan oleh dinding geser atau bresing dengan rangka pemikul momen,
dimana rangka pemikul momen harus direncanakan terpisah menahan minimal 25%
beban gempa, dan kedua sistem harus direncanakan mampu memikul beban gempa
dengan memperhatikan interaksi sistem ganda.

1
2. STANDARD DESIGN
Peraturan yang digunakan sebagai acuan dalam perancangan ini adalah :
a. SNI 1726:2012, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung.
b. SNI 2847:2013, Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung.
c. SNI 1727:2013, Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung
dan Struktur Lain.
d. ASCE 7 – 10, Minimum Design Loads for Building and Other Structures.
e. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, 1983.

3. DATA STRUKTUR
3.1 Material Properties
Mutu Beton yang digunakan dalam perencanaan adalah sebagai berikut :
K-400 (untuk struktur kolom dan dinding geser/shear wall) :
f’c = 400 x 0,083 = 33,2 Mpa
E = 4700 x (33,2)1/2 = 27081,137 Mpa

K-350 (untuk struktur balok dan pelat) :


f’c = 350 x 0,083 = 29,05 Mpa
E = 4700 x (29,05)1/2 = 25332,084 Mpa

Mutu baja tulangan yang digunakan sesuai SNI 2847:2013 adalah :


Fy = 420 Mpa
Fu = 620 Mpa
Fye = 1,1 x 420 = 462 Mpa
Fue = 1,1 x 620 = 682 Mpa

3.2 Dimensi Elemen Struktur (units : cm)


KOLOM : - K 60 x 100 (Lt. 1 – Lt. 6 Tipikal)
- K 60 x 80 (Lt. 7 – Lt. 12/Atap Tipikal)

2
WALL : - Frame Wall (A)
L, panjang = 800
t, tebal = 30
- Frame Wall (B)
L, panjang = 400
t, tebal = 30

BALOK : - B 35 x 70 (Balok Induk arah memanjang)


- B 30 x 60 (Balok Induk arah memendek dan Balok Anak)

PELAT : - Lantai, t = 13
- Atap, t = 13

3.3 Denah Struktur Model


Berikut ini adalah gambar denah tipikal dari struktur model rancangan yang
akan digunakan :

Gambar 1.1 Denah Rencana (Units: cm)

Cat : Ketinggian antar lantai adalah 4 m tipikal dari dasar sampai atap.

3
Gambar 1.2 Denah Struktur Kolom dan Shear Wall Layout Lt. 1 – 6 (Tipikal)

Gambar 1.3 Denah Struktur Kolom dan Shear Wall Layout Lt. 7 – 11 (Tipikal)

Gambar 1.4 Denah Struktur Kolom dan Shear Wall Layout Lt. 12/Atap (Tipikal)

4
4. MODELLING ETABS 2013 V.13
4.1 Jendela Awal
Buka Software ETABS 2013 pada komputer, untuk memulai/start page klik
menu File – New Model. Tampak kotak dialog tampilan awal ETABS seperti
gambar di bawah ini.

Gambar 1.5 Model Initialization

Pada Initialization Options pilih Use Built-in Settings With untuk menentukan
standard code maupun units yang akan kita gunakan dalam pembuatan model
rancangan. Pada bagian Display Units pilih Metric SI untuk satuan internasional
dan untuk perencanaan beton bertulang pada Concrete Design Code pilih
ACI 318-11 yang merupakan acuan SNI beton Indonesia terbaru 2847:2013.
Kemudian jika sudah sesuai klik OK.

Standard Code yang digunakan pada Steel Design Database dan Steel Design
Code merupakan default. Kita juga dapat menggantinya jika ingin menggunakan
acuan tertentu, misal dalam perencanaan gedung/struktur baja.

5
Gambar 1.6 Model Grid

Perhatikan bagian Uniform Grid Spacing :


a. Number of Grid Lines in X Direction : 4 (jumlah Grid/As pada arah X)
b. Number of Grid Lines in Y Direction : 4 (jumlah Grid/As pada arah Y)
c. Spacing of Grids in X Direction : 6 m (jarak antar Grid/As arah X)
d. Spacing of Grids in Y Direction : 6 m (jarak antar Grid/As arah Y)

Sesuai dengan gambar denah rencana pada grid/As arah X terdapat jarak yang
berbeda, oleh karena itu kita dapat pilih atau klik Custom Grid Spacing – Edit Grid
Data untuk merubah jarak yang sebenarnya.
Setelah muncul kotak dialog Grid System Data, kemudian pilih Display Grid
Data as Spacing untuk mengubah jarak spasi grid arah y sesuai denah rencana. Jika
kita ingin merubahnya dalam hitungan ordinat maka pilih Display Grid Data as
Ordinates.
Pada bagian X Grid Data, ubah X spacing Grid ID A dan I menjadi 1,5 m
serta Grid ID B dan H menjadi 2,5 m. Visible Yes berarti Grid akan ditampilkan
pada tampilan ETABS dan kita juga dapat mengganti posisi nomor/kode Grid/As
pada bagian Bubble Loc.
Pada bagian Y Grid Data sudah sesuai dengan jarak antar As denah rencana.
Perubahan jarak Grid pada arah sumbu X dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

6
Gambar 1.7 Edit Grid ID A dan B

Gambar 1.8 Edit Grid ID H dan I

7
Gambar 1.9 Edit Story Dimensions

Selanjutnya perhatikan bagian Story Dimensions – Simple Story Data :


a. Number of Stories : 12 (sesuai dengan jumlah tingkat)
b. Typical Story Height : 4 m (tinggi antar lantai tipikal)
c. Bottom Story Height : 4 m (tinggi story 1 dari lantai base/dasar)

Pada bagian Add Structural Objects pilih Grid Only – OK.

Gambar 1.10 Tampilan Grid dan Story

8
4.2 Konversi Satuan
Untuk merubah konversi satuan kita dapat mengaturnya pada bagian pojok
kanan bawah dengan cara klik Units – Show Units Form.

Gambar 1.11 Units

Misal perjanjian tanda/satuan untuk model ini adalah :


Force : Force Units = kgf, Units Label = kgf
Mass : Force Units = N, Units Label = kg
Force/Area : Force Units = kgf, Units Label = kgf/m2

9
4.3 Input Material Properties
Pilih menu Define – Material Properties – pilih 4000psi (untuk beton)
Modify/Show Material.

Gambar 1.12 Mutu Beton K-400

Contoh untuk mutu beton K-400 :


- Ganti Material Name dengan K-400 untuk memudahkan dalam pembedaan
mutu beton yang akan digunakan.
- Isikan Modulus of Elastisity, E sesuai dengan modulus elastisitas mutu beton
rencana K-400 pada perhitungan data struktur sebelumnya.
- Pada bagian Design Property Data pilih Modify/Show Material Property Data
untuk mengganti nilai f’c (kuat tekan beton dalam konversi silinder) sesuai
dengan mutu yang digunakan (f’c 33,2 Mpa).
- Pilih OK.

Untuk mutu beton lainnya yaitu K-350, hanya tinggal menambahkan dengan
cara Add Copy of Material. Cara input data mutu beton K-350 sama dengan
langkah-langkah di atas.

10
Masih dalam kotak dialog Define Materials, untuk memasukkan data mutu
baja tulangan pilih A615Gr60. Kode penamaan tersebut menandakan bahwa baja
tulangan yang digunakan sesuai dengan ASTM A 615 Grade 60. Dalam
perancangan ini mutu baja tulangan yang digunakan sesuai dengan SNI 2847 : 2013
adalah Grade 420 dengan nilai Fy = 420 Mpa.

Pilih A615Gr60 – Modify/Show Material – Material Name ganti dengan


“Baja Tulangan” – Material Type : Rebar – Modify/Show Material Property Design
Data – Isi kotak dialog Material Property Design Data sesuai dengan mutu baja
tulangan yang akan digunakan seperti tampak gambar di bawah ini – OK.

Gambar 1.13 Mutu Baja Tulangan

11
4.4 Input Dimensi Elemen Struktur
4.4.1 Input Dimensi Kolom
Pilih Menu Define – Section Properties – Frame Sections – maka akan tampil
kotak dialog Frame Properties.
Jika ingin menghapus properti frame default ETABS yang harus dilakukan
adalah : pilih Delete Multiple Properties pada bagian kanan – Select Sections to
Delete (pilih semua tipe) – Delete Selected Frame Sections – Pilih semua frame –
Delete Selected Frame Sections – OK. (akan hanya tersisa satu frame default
ETABS).
Contoh pembuatan dimensi kolom untuk Lt. 1 – Lt. 6 dengan tipe K 60 x
100 cm adalah : masih dalam kotak dialog Frame Properties – pilih Add New
Property – muncul kotak dialog Frame Property Shape Type – Section Shape pilih
Concrete Rectangular – pada bagian Concrete klik bentuk persegi panjang.

Gambar 1.14 Section Shape Concrete

Pada kotak dialog Frame Section Property Data :


- Property Name : ganti sesuai kode kolom, misal K 60 x 100
- Material : pilih K-400 (sesuai mutu beton untuk kolom)
- Display Color : klik change untuk merubah warna
- Section Dimensions : isikan dimensi kolom sesuai arah sumbu.

12
Gambar 1.15 Input Dimensi Kolom K 60 x 100 cm

Untuk memasukkan efektifitas momen inersia penampang dari frame yang


dibuat, pilih Modify/Show Modifiers – untuk perencanaan gempa digunakan asumsi
penampang utuh, maka semua nilai Property/Stiffness Modifiers for Analysis = 1 –
Jika sudah sesuai klik OK.

Gambar 1.16 Efektifitas Penampang Utuh

13
Kemudian klik Modify/Show Rebar, maka akan tampil kotak dialog seperti
gambar di bawah ini.

Gambar 1.17 Reinforcement Data Column

- Design Type : P – M2 – M3 (untuk kolom)


- Rebar Material : pilih “Baja Tulangan”
- Reinforcement Configuration : Rectangular (untuk kolom segi-empat)
- Confinement Bars : Ties (untuk tulangan sengkang kotak)
- Check/Design : Reinforcement to be Designed
- Clear Cover for Conf. Bars : 40 mm (selimut beton minimal)

Pada bagian Check/Design, pemilihan Reinforcement to be design berarti


menandakan bahwa penulangan akan dihitung tersendiri setelah analisis struktur
mendapatkan nilai-nilai gaya dalam atau data luas kebutuhan tulangan, oleh karena
itu angka-angka/nilai lainnya yang berisikan informasi tulangan boleh dihiraukan
saja sesuai dengan default ETABS.

14
4.4.2 Input Dimensi Balok
Sama halnya seperti membuat dimensi kolom, pada kotak dialog Frame
Section Property Data :
- Property Name : ganti sesuai kode balok, misal B 35 x 70
- Material : pilih K-350 (sesuai mutu beton untuk balok)
- Display Color : klik change untuk merubah warna
- Section Dimensions : Width, untuk lebar balok = 350 mm
Depth, untuk tinggi balok = 700 mm
Kemudian klik Modify/Show Rebar, maka akan muncul tampilan kotak
dialog Frame Section Property Reinforcement Data – Design Type (pilih M3
Design Only (Beam)) – OK.

Gambar 1.18 Reinforcement Data Beam

- Design Type : M3 Design Only (Beam)


- Rebar Material : “Baja Tulangan”
- Cover to Longitudinal Rebar Group Centroid : Top Bars = 60 mm*
Bottom Bars = 60 mm*
- Reinforcement Area Overwrites for Ductile Beams : 0 cm2

*Asumsi jarak antara selimut beton sampai ke pusat tulangan longitudinal/utama


balok.

15
Gambar 1.19 Dimensi Balok dan Kolom Rencana

4.4.3 Input Dimensi Pelat


Pilih menu Define – Section Properties – Slab Sections – Add New Property
– Input Data – OK.

Gambar 1.20 Input Data Slab Lantai

16
Perhatikan bagian General Data :
- Property Name : “LANTAI” (untuk pelat lantai tipikal)
- Slab Material : K-350 (sesuai mutu beton pelat rencana)
- Modelling Type : Membrane
Perhatikan bagian Property Data :
- Type : Slab
- Thickness : 130 mm

a. Shell
Pelat menahan dalam 2 gaya yaitu bending forces/momen dan shear
forces/geser. Pelat akan menahan beban lentur akibat gravitasi dan juga geser
serta akan ikut berdeformasi bersama balok terhadap beban gravitasi.
b. Membrane
Pelat hanya menahan dalam shear forces/geser saja. Modelling membrane
berarti mendistribusikan beban pelat ke balok terdekat dengan system
distribusi 450. Pelat tidak ikut berdeformasi bersama balok saat dikenai beban
gravitasi. Hal ini dapat mengakibatkan lendutan balok yang sedikit lebih
besar dan “safety” untuk perencanaan.

Gambar 1.21 Input Data Slab Atap

17
4.4.4 Input Dimensi Shear Wall
Pilih menu Define – Section Properties – Wall Sections – Add New Property
– Input Data – OK.

Gambar 1.22 Wall Property Data

Perhatikan kotak dialog diatas :


- Property Name : “FWALL” (Frame Wall)
- Wall Material : K-400 (sesuai mutu rencana)
- Modeling Type : Shell-Thin (dinding geser tipis)
- Thickness : 300 mm

18
4.5 Penggambaran Elemen Struktur pada Denah
4.5.1 Penggambaran Elemen Kolom
Penggambaran elemen kolom harus disesuaikan dengan denah lantai,
berhubung pada denah rencana kolom berubah disetiap 6 lantai maka terdapat 2
zona yang berbeda untuk masing-masing dimensi kolom. Hal ini dapat kita atur
terlebih dahulu pada fasilitas Similar Stories dengan cara :
Pilih menu Edit – Edit Stories and Grid Systems – Modify/Show Story Data –
muncul tampilan kotak dialog Story Data.

Gambar 1.23 Kotak Dialog Story Data

Pada keadaan awal, Story 12 (lantai teratas) menjadi Master Story untuk
semua lantai sehingga kita perlu menggantinya menjadi No dengan cara klik kotak
Yes pada Master Story kemudian ganti dengan No.
Pembagian Master Story untuk penggambaran kolom adalah :
a. Zona 1 = Lt. 1 – Lt 6, dengan Master Story adalah Story 1
b. Zona 2 = Lt. 7 – Lt 12, dengan Master Story adalah Story 7

19
Gambar 1.24 Edit Master Story

Setelah membuat Master Story untuk setiap zona lantai, selanjutnya klik OK
dan kita akan memulai penggambaran elemen kolom. Aktifkan fungsi Similar
Stories pada bagian kanan bawah jendela ETABS seperti gambar di bawah ini.

Gambar 1.25 Similar Stories

20
Penggambaran elemen kolom dapat melalui menu pada ETABS ataupun icon
yang berada pada sebelah kiri jendela ETABS. Sebagai contoh untuk
penggambaran elemen kolom K 60 x 100. Pertama-tama pilih plan untuk
menampilkan Story 1 pada jendela ETABS dengan cara klik View – Set Plan View
– pilih Sory 1 – OK.
Untuk menggambar elemen kolom dengan pilihan menu, kita dapat klik Draw
– Draw Beam/Column/Brace Objects – Quick Draw Columns (Plan,3D). Jika ingin
menggunakan icon pada ETABS kita dapat memilih icon di sebelah kiri jendela

ETABS Kemudian akan muncul tampilan seperti di bawah ini :

Gambar 1.26 Menggambar Elemen Kolom

Perhatikan kotak dialog Properties of Object :


- Property : pilih frame yang akan digambar, K 60 x 100
- Moment Releases : pilih “Continuous” untuk momen jepit
- Angle, deg : 0 (jika tidak ada perputaran arah kolom terhadap sumbu)
- Cardinal Point : 5 (Middle Center)
- Draw Object Using : Grid

Kemudian arahkan kursor mouse ke titik pertemuan Grid/As untuk posisi


center of column sesuai dengan denah rencana. Hasil penggambaran elemen kolom
dengan Similar Story dapat dilihat pada gambar berikut ini.

21
Story 1

Gambar 1.27 Konfigurasi Kolom K 60 x 100 Story 1 (Similar Story)

Story 7

Gambar 1.28 Konfigurasi Kolom K 60 x 80 Story 7 (Similar Story)

22
4.5.2 Penggambaran Elemen Shear Wall
Berdasarkan denah rencana, dinding geser yang akan digunakan adalah
tipikal untuk semua lantai dari lantai dasar sampai atap, sehingga kita dapat
mengganti fasilitas Similar Story menjadi All Stories di bagian kanan bawah

jendela ETABS.
Pertama-tama gambar dinding geser tipe FWALL (A) dengan panjang 8 m
dan tebal 300 mm. Penggambaran elemen dinding geser/shear wall pada ETABS
V13 ini dapat menggunakan fasilitas Draw Wall Stacks dengan cara klik menu
Draw – Draw Wall Stack – kemudian akan tampil kotak dialog New Wall Stack –
input layout data – OK – arahkan kursor mouse diantara As E-F sesuai posisi shear
wall – klik 1x di tengah-tengah antara As E-F – jika sudah tergambar lakukan hal
yang sama untuk shear wall lainnya.

Gambar 1.29 Layout Data FWALL A

23
Gambar 1.30 Penggambaran Shear Wall tipe FWALL A Sebelah Atas

Setelah menggambar tipe Shear Wall FWALL A yang dibagian Atas langkah
selanjutnya menggambar FWALL A di sebelah bawah dengan cara mengarahkan
mouse ke grid shear wall yang sesuai. Sehingga hasilnya akan terlihat seperti pada
gambar di bawah ini.

Gambar 1.31 Penggambaran Shear Wall tipe FWALL A Sebelah Bawah

24
Selanjutnya untuk penggambaran tipe Shear Wall FWALL B dengan panjang
4 m dan tebal 300 mm. Lakukan hal yang sama untuk penggambaran FWALL B
hanya saja dimensi/ukurannya yang berbeda dengan tipe sebelumnya. Letak posisi
FWALL B sejajar dengan sumbu – y pada ETABS sehingga sebelum kita arahkan
ke posisi shear wall pada grid denah, terlebih dahulu kita ganti sudut (Angle, deg)
pada kotak dialog Properties of Object menjadi 90 kemudian tekan enter
selanjutnya arahkan mouse ke grid shear wall yang sesuai. Sehingga hasilnya akan
terlihat seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.32 Penggambaran Shear Wall tipe FWALL B

25
Gambar 1.33 Layout Tampilan Kolom dan Shear Wall

Jika penggambaran elemen shear wall menggunakan fasilitas draw wall


stacks, maka kita perlu mendefinisikan shear wall tersebut sesuai dengan mutu
beton yang akan digunakan dengan cara, klik ke-6 shear wall pada tampilan 2D
(masih dalam fasilitas All Stories) – pilih menu Assign – Shell – Wall Section – pilih
FWALL – Apply – OK.

Gambar 1.34 Assign FWALL

26
Kita juga dapat mengasumsikan pemodelan shear wall sebagai Pier, yang
artinya shear wall berperilaku sama dengan kolom yaitu memiliki kemampuan
untuk menahan lentur dan geser. Dari ke-3 shear wall tersebut kita akan memberi
nama Pier dengan label masing-masing P1, P2, dan P3 dengan perincian sebagai
berikut :
- Label Pier P1 untuk shear wall yang berada di sebelah kiri atas
- Label Pier P2 untuk shear wall yang berada di sebelah kiri bawah
- Label Pier P3 untuk shear wall yang berada di bagian tengah – atas denah
- Label Pier P4 untuk shear wall yang berada di sebelah tengah – bawah denah
- Label Pier P5 untuk shear wall yang berada di sebelah kanan atas
- Label Pier P6 untuk shear wall yang berada di sebelah kanan bawah
-
Contoh cara medefinisikan shear wall sebagai Pier P1 adalah : klik shear
wall sebelah kiri (masih dalam fasilitas All Stories) – Assign – Shell – Pier Label –
pilih P1 – Apply – OK. Lakukan langkah yang sama untuk mendefinisikan shear
wall yang lain sebagai Pier P2, P3, P4, P5 dan P6.

Jika ingin melihat hasil pendefinisian pier, pilih menu View – Set Display
Options – pilih Other Assigments – pada bagian Pier Assigments ceklis Labels –
OK. Hasil input pier untuk masing-masing shear wall dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

Gambar 1.35 Label Name Pier

27
4.5.3 Penggambaran Elemen Balok
Pada perancangan ini, dimensi balok yang digunakan untuk semua lantai
disamakan sesuai dengan tipenya masing-masing, sehingga kita dapat
menggunakan fasilitas All Stories. Sebelum memulai penggambaran elemen balok,
terlebih dahulu kita merubah tampilan frame agar lebih jelas perbedaan warna tiap
tipe frame yang telah kita buat dengan cara : pilih menu View – Set Display Options
– pada View by Colors of pilih Section Properties – kemudian pilih Object
Assigments pada tab paling atas – pada bagian Frame Assigments ceklis/pilih
Sections – OK.

a) Elemen Balok Induk B 35 x 70 (Balok Induk)


Untuk penggambaran balok induk B 35 x 70 ini kita akan menggunakan menu
Draw – Draw Beam/Column/Brace Objects – Quick Draw Beam/Columns
(Plan, Elev, 3D) – perhatikan kotak dialog dibawah ini.

Gambar 1.36 Properties B 35 x 70

- Property : pilih B 35 x 70
- Moment Release : “Continuous”, pemilihan continuous untuk
meneruskan momen ke frame yang ada disebelahnya, jika memilih pinned
maka asumsi ujung-ujung frame adalah sendi dimana momen
ujung bernilai 0. Untuk balok induk yang dihubungkan oleh kolom-kolom,
asumsi yang tepat untuk momen releases adalah continuous sesuai perilaku
tumpuan jepit dan rigid.

Untuk memudahkan penggambaran balok, sebaiknya grid yang bukan


merupakan grid utama antar kolom dapat kita hide terlebih dahulu karena biasanya
penggambaran balok akan terbagi jika ada grid yang saling berpotongan.

28
Untuk menghilangkan tampilan grid huruf B, C, H, dan I dan grid nomor 2
dan 4 pada denah pilih menu Edit – Edit Stories and Grid Systems – Modify/Show
Grid System – pada Grid ID huruf B, C, H, dan I serta Grid ID nomor 2 dan 4
dibagian kotak Visible ganti Yes menjadi No – OK.
Arahkan kursor mouse ke garis Grid denah hingga muncul garis putus-putus
seperti gambar berikut ini, kemudian klik 1 kali pada garis tersebut. Gambar semua
elemen balok B 35 x 70 yang sejajar dengan sumbu-X pada denah.

Gambar 1.37 Penggambaran Balok B 35 x 70 pada Denah Lantai

b) Elemen Balok Induk B 30 x 60 (Balok Anak)


Pada penggambaran balok anak B 30 x 60 dipasang sejajar dengan sumbu
sumbu Y pada denah rencana. Penggambaran balok anak dapat menggunakan
menu Draw – Draw Beam/Column/Brace Objects – Quick Draw Secondary
Beams (Plan, 3D).

Gambar 1.38 Properties B 25 x 60

29
Gambar 1.39 Penggambaran Balok B 30 x 60 pada Denah Lantai

Untuk penggambaran denah pelat lantai kita boleh memunculkan kembali grid yang
telah kita hide dan kemudian menggambar pelat lantai diantara balok-balok yang
sudah kita buat sebelumnya. sehingga tampak konfigurasi balok tipikal lantai
seperti gambar di bawah ini.

Gambar 1.40 Konfigurasi Balok-Balok pada Lantai

30
4.5.4 Penggambaran Elemen Pelat
Pada perancangan ini terdapat 2 tipe pelat yang akan digunakan yaitu pelat
untuk lantai dan pelat untuk atap, oleh karena itu kita dapat mengatur kembali ke
bagian Similar Story seperti cara sebelumnya dan menonaktifkan semua Master
Story terkecuali Story 1. Story 1 akan tetap menjadi Master Story namun kali ini
untuk semua lantai terkecuali Story 12 karena sebagai lantai atap.

Gambar 1.41 Master Story untuk Pelat

Cara penggambaran pelat lantai dapat dibedakan berdasarkan area pelat


yang akan dibuat, jika ingin menggambar area polygon kita dapat memilih icon

seperti ini pada sebelah kiri jendela ETABS, namun jika area yang akan dibuat

berbentuk segiempat atau rectangular kita dapat memilih icon seperti ini .
Selain itu kita juga dapat menggambar elemen pelat pada menu Draw – Draw
Floor/Wall Objects – pilih cara penggambaran sesuai bentuk area pelat.

31
Penggambaran elemen pelat dalam perencanaan ini menggunakan tipe
rectangular dimana pelat akan digambar berdasarkan area yang dibatasi antar balok
induk dan balok anak. Aktifkan fasilitas Similar Story – pilih icon Draw
Rectangular Floor/Wall – pada kotak dialog Properties of Object bagian property
pilih “LANTAI” untuk penggambaran elemen pelat lantai (untuk lantai atap pilih
“ATAP”) – arahkan kursor mouse ke denah sesuai area pelat, kemudian klik dari
ujung kiri atas area rectangular pelat dan drag sampai bertemu di ujung kanan
bawah rectangular area pelat.

Gambar 1.42 Penggambaran Elemen Pelat Lantai

Gambar 1.43 Pelat Lantai Tipikal

32
Untuk menggambar void/area lubang lift dan tangga kita dapat menggunakan
cara yang sama seperti penggambaran pelat, namun bedanya adalah pada bagian
Property di kotak dialog Properties Of Object pilihannya adalah “Opening”. Untuk
ukuran untuk bukaan tangga 1,5m x 4m dan untuk kebutuhan void lift berukuran
2,5m x 2m. Sehingga hasil dapat terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 1.44 Void Lift dan Tangga

Gambar 1.45 Pelat Atap

33
4.6 Hasil Pemodelan Elemen Struktur
Setelah menggambar semua elemen kolom, shear wall, balok dan pelat maka
kita dapat melihatnya dalam tampilan 2D maupun 3D seperti tampak pada gambar
di bawah ini.

Gambar 1.46 Plan of 2D Model 12 Stories

Gambar 1.47 Plan of 3D Model 12 Stories

34
4.7 Input Beban Statik (Beban Mati dan Beban Hidup)
Pembebanan untuk analisis struktur adalah Beban Mati Struktur + Beban
Mati Tambahan + Beban Hidup (reduksi untuk gempa). Beban mati struktur
adalah beban gravity yang diakibatkan oleh elemen struktur penyusun bangunan
seperi kolom, shear wall, balok, dan pelat. Beban mati tambahan adalah beban
gravity yang diakibatkan elemen tambahan sehubungan dengan finishing bangunan
karena sifatnya yang permanen. Beban hidup adalah beban gravitity yang diambil
berdasarkan fungsi bangunan.
Pendefinisian beban statik pada ETABS terdapat pada menu Define – Load
Patterns – perhatikan kotak dialog Define Load Patterns di bawah ini.

Gambar 1.48 Define Load Patterns

- Pada Load : Dead, kita dapat mengganti nama Dead menjadi DL (Dead Load)
kemudian click to Modify Load. Type untuk beban mati adalah Dead dan Self
Weight Multiplier untuk beban mati adalah 1 (untuk beban mati struktur yang
akan otomatis dihitung oleh ETABS dan juga input beban mati tambahan
yang akan kita masukan sendiri).
- Pada Load : Live, kita juga dapat mengganti nama Live menjadi LL (Live
Load) kemudian click to Modify Load. Type untuk beban hidup adalah Live
dengan Self Weight Multiplier = 0 (karena akan kita input sendiri beban hidup
sesuai dengan fungsi bangunan).
- Jika ingin membedakan beban mati tambahan sebagai beban statik tersendiri,
kita dapat input beban SDL dengan Type Super Dead dan Self Weight
Multiplier = 0 kemudian kita tambahkan dengan cara klik Add New Load.

35
Gambar 1.49 Pendefinisian Beban Mati dan Hidup

Setelah mendefinisikan beban pada load patterns kita dapat mengecek hasil
input pada menu Define – Load Cases.
- Pilih Load Case Name Dead – Modify/Show Case – pada kotak dialog Load Case
Data di bagian Load Case Name ganti menjadi DL agar sesuai dengan nama
pada Load Patterns sebelumnya – OK.

Gambar 1.50 Load Case Data : DL

36
- Pilih Load Case Name Live – Modify/Show Case – pada kotak dialog Load Case
Data di bagian Load Case Name ganti menjadi LL agar sesuai dengan nama
pada Load Patterns sebelumnya – OK.

Gambar 1.51 Load Case Data : LL

Cat : jika pada bagian Load Patterns sebelumnya kita membedakan untuk beban
mati tambahan (SuperDead) maka untuk pendefinisian Load Case tersebut juga
dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti langkah-langkah di atas. Namun
pada contoh ini kita mendefinisikan beban mati hanya dengan Case – Dead Load
(DL) saja dimana case tersebut digunakan untuk perhitungan otomatis beban
struktur dari ETABS dan juga sekaligus sebagai case untuk input beban mati
tambahan.

37
4.7.1 Perhitungan dan Input Beban Mati Tambahan
Asumsi beban mati tambahan dihitung berdasarkan Peraturan Pembebanan
Indonesia untuk Gedung 1983, yang perinciannya adalah sebagai berikut :

Beban Mati Tambahan untuk Lantai :

- Finishing = 0,04 x 2100 + 0,01 x 2400 kg/m3 = 108 kg/m2


2
- Plafon + Penggantung = 18 kg/m
- Dinding rebah* = 180 kg/m2
2
- ME (Mekanikal dan Elektrikal) = 10 kg/m
2
TOTAL = 316 kg/m

Beban Mati Tambahan untuk Atap :

- Finishing = 0,04 x 2100 + 0,01 x 2400 kg/m3 = 108 kg/m2


2
- Plafon + Penggantung = 18 kg/m
2
- ME = 10 kg/m
2
TOTAL = 136 kg/m

Setelah melakukan perhitungan untuk beban mati tambahan, kita dapat


mendistribusikannya serbagai beban area pada pelat dengan cara :
- Beban Mati Tambahan Lantai :
Pilih menu Select – Select – Properties – Slab Sections – pilih LANTAI – Select
– Close.
Pilih menu Assign – Shell Loads – Uniform – input beban – Apply – OK.

Gambar 1.52 Input Beban Mati Tambahan Lantai

38
- Beban Mati Tambahan Atap :
Pilih menu Select – Select – Properties – Slab Sections – pilih ATAP – Select –
Close.
Pilih menu Assign – Shell Loads – Uniform – input beban – Apply – OK.

Gambar 1.53 Input Beban Mati Tambahan Atap

*Ket : Pembebanan dinding didistribusikan ke pelat lantai sebagai dinding rebah,


yang artinya dinding seakan-akan diproyeksikan sebagai beban merata pelat, hal ini
untuk mengantisipasi letak dinding yang acak pada denah lantai arsitek. Artinya
ada dinding yang tidak tepat jatuh di balok-balok, namun jika memiliki denah
arsitek yang akurat tiap lantai, maka pembebanan dinding aktual dapat dibuat diatas
balok sebagai beban merata sesuai posisi dinding-dinding dengan cara mengalikan
beban asumsi dinding dengan tinggi bersih antara lantai sehingga menjadi beban
distribusi merata di atas balok, dengan cara klik tipe balok yang dibebani dinding –
pilih menu Assign – Frame Loads – Distributed – pilih DL pada Load Pattern Name
– input beban Uniform Load sesuai hitungan – OK.

Pada perancangan ini asumsi yang digunakan untuk beban dinding adalah sebagai
dinding rebah yang sudah dihitung bersama beban pelat lainnya.

39
4.7.2 Perhitungan dan Input Beban Hidup
Besarnya beban hidup lantai ditentukan berdasarkan fungsinya sesuai dengan
acuan SNI 1727-2013 Tabel 4-1.

Gambar 1.54 Beban Hidup untuk Lantai Kantor

Gambar 1.55 Beban Hidup untuk Lantai Atap

- Beban hidup lantai = 2,40 kN/m2 = 2,40 x 1000/9,81 = 245 kg/m2


- Beban hidup atap datar = 0,96 kN/m2 = 0,96 x 1000/9,81 = 98 kg/m2

Setelah melakukan perhitungan untuk beban hidup, kita dapat


mendistribusikannya serbagai beban area pada pelat dengan cara :
- Beban Hidup Lantai :
Pilih menu Select – Select – Properties – Slab Sections – pilih LANTAI –
Select – Close.
Pilih menu Assign – Shell Loads – Uniform – input beban – Apply – OK.

Gambar 1.56 Input Beban Hidup Lantai

40
- Beban Hidup Atap :
Pilih menu Select – Select – Properties – Slab Sections – pilih ATAP – Select –
Close.
Pilih menu Assign – Shell Loads – Uniform – input beban – Apply – OK.

Gambar 1.57 Input Beban Hidup Atap

Cat : Pada bagian Options, Add to Existing Loads digunakan untuk menambahkan
nilai beban yang akan dimasukan pada Load Pattern Name yang sama. Replace
Existing Load digunakan untuk mengubah nilai beban pada Load Pattern Name
yang sama, sedangkan Delete Existing Loads untuk menghapus nilai beban yang
telah dimasukkan. Jika kita ingin meng-input nilai beban dengan Load Pattern yang
masing-masing berbeda pilihan Add atau Replace dapat kita gunakan, asalkan Load
Pattern Name yang digunakan sesuai dengan nilainya.

Jika ingin melihat hasil input masing-masing beban yang telah kita berikan
pada pelat, kita dapat memilih menu Display – Load Assigns – Shell – pilih Load
Pattern yang ingin dilihat – OK.

41
4.8 Asumsi dalam Perancangan
4.8.1 Taraf Penjepitan Lateral
Untuk analisis gempa dan penulangan, struktur atas dapat dianggap terjepit
pada lantai base/dasar. Perletakan jepit dipilih karena memiliki kemampuan
menahan momen, gaya horizontal, dan gaya vertikal. Pada bangunan tinggi juga
digunakan pondasi dalam sehingga asumsi perletakan jepit dapat diterima.
Perletakan jepit pada lantai base/dasar dapat diberikan dengan cara : Aktifkan
fasilitas One Story pada bagian kanan bawah jendela ETABS – pilih menu View –
Set Plan View – pilih Base – OK – blok seluruh denah pada lantai base – pilih menu
Assign – Joint – Restraints – pada bagian Fast Restraints pilih jepit
(kotak pertama) – Apply – OK.

Gambar 1.58 Perletakan Jepit

Cat : Perletakan jepit biasanya dilakukan untuk analisis struktur, untuk bangunan
baja tingkat rendah misalnya, perletakan sendi juga dapat diasumsikan pada taraf
penjepitan lateralnya atau untuk bangunan-bangunan yang menggunakan pondasi
dangkal. Untuk menganalisis pondasi akibat beban gravity terkadang engineer
memberikan perletakan sendi agar tidak timbul momen hanya sebatas gaya vertikal
Fz saja, namun perletakan sendi memberikan hasil waktu getar/perioda yang lebih
panjang dibandingkan dengan perletakan jepit.

42
4.8.2 Rigid Zone Factor
Rigid Zone Factor merupakan angka asumsi untuk mengukur tingkat
kekakuan suatu elemen struktur frame kolom dan balok. Penentuan rigid zone
factor sepenuhnya merupakan engineering judgement. Namun untuk
mempertimbangkan pemberian rigid zone factor ini kita dapat melihat dari
kapasitas momen yang ingin dicapai dalam suatu analisis struktur, seperti perincian
di bawah ini :

- M COL  1,2M BEAM , zcol = 1 dan zbeam = 0 (Strong Column Weak Beam)

- 0,8M BEAM  M COL  1,2M BEAM , zcol = 0,5 dan zbeam = 0,5

- M COL  0,8M BEAM , zcol = 0 dan zbeam = 1 (Strong Beam Weak Column)

Pada perancangan bangunan tinggi untuk mendapatkan keruntuhan yang


daktail atau sendi plastis terjadi hanya pada komponen lemah balok-balok maka
digunakanlah konsep Kolom Kuat Balok Lemah (Strong Column Weak Beam).
Pada ETABS nilai default rigid zone factor tiap frame adalah 0, sehingga kita hanya
perlu mengganti nilai rigid zone factor kolom menjadi 1 dengan cara : pilih menu
Select – Select – Properties – Frame Sections – pilih semua tipe kolom – Select –
Close – pilih menu Assign – Frame – End Length Offsets – ganti rigid zone factor
menjadi 1 – Apply – OK.

Gambar 1.59 Rigid Zone Factor Kolom

43
4.8.3 Diafragma
Sesusi dengan SNI 1726 – 2012, analisis struktur harus memperhitungkan
kekakuan relatif diafragma dan elemen vertikal sistem penahan gaya gempa.
Pemilihan tingkat fleksibilitas diafragma dapat dengan jelas dilihat pada pasal 7.3
SNI 1726 – 2012.
Asumsi diafragma untuk lantai tiap tingkat adalah kaku (rigid), untuk input
diafragma lantai kita dapat pilih menu Select – Select – Properties – Slab Sections
– pilih tipe Slab (LANTAI dan ATAP) – Select – Close – pilih menu Assign – Shell
– Diaphragms – pilih D1 – Modify/ Show Definitions – pilih D1 – click to
Modify/Show Diaphragm – pada bagian Rigidity pilih Rigid – OK.

Gambar 1.60 Rigid Diaphragm

Asumsi diafragma rigid pada joint juga dapat dilakukan dengan cara :
aktifkan fasilitas All Stories – pilih salah satu lantai dan blok denah lantai tersebut
sehingga semua elemen frame terpilih (kita juga dapat menggunakan pilihan Select
– ALL) – pilih menu Assign – Joint – Diaphragms – pilih D1 – Apply – OK.

Selain persyaratan pemodelan, tujuan dari diafragma lantai dan joint adalah
untuk mendapatkan nilai massa total aktual tiap lantai yang akan digunakan untuk
menentukan berat total struktur dalam perencanaan pembebanan gempa.

44
Gambar 1.61 3D Diaphragms

4.8.4 Mass Source


Mass Source menetukan jumlah massa yang akan dihitung oleh ETABS untuk
analisis waktu getar, beban total untuk pembebanan gempa, dsb. Pemilihan mass
source/pendefinisian massa dapat dilihat pada menu Define – Mass Source –
kemudian akan tampil kotak dialog secara default seperti gambar di bawah ini.

Gambar 1.62 Pendefinisian Mass Source

45
- Element Self Mass : massa total hanya dihitung berdasarkan berat mati
beban elemen struktur saja, seperti kolom, shear wall, balok, dan pelat.
- Additional Mass : massa struktur hanya berdasarkan beban tambahan
yang kita input ke dalam elemen struktur tertentu.
- Specified Load Patterns : massa total dapat kita input berdasarkan case beban
tertentu dengan faktor pengali yang juga dapat ditentukan sendiri.

Pendefinisian Mass Source dengan Specified Load Patterns dapat


memberikan total massa aktual yang akan direncanakan dalam pembebanan gempa
sehingga ETABS otomatis sudah menghitung massa perlantai sesuai Load Patterns
yang kita berikan, hal ini sangat membantu sehingga kita tidak perlu menghitung
manual untuk mendapatkan berat/massa lantai.

Pemilihan Mass Source dengan metode Specified Load Patterns dapat


dilakukan dengan cara : beri tanda ceklis pada bagian Specified Load Patterns – un-
checklist pada bagian Element Self Mass dan Additional Mass – kemudian isikan
tabel Define Mass Multiplier for Loads dengan beban DL dan LL seperti gambar
berikut ini – OK.

46
Gambar 1.63 Mass Souce by Load Patterns

Berdasarkan perencanaan pembebanan gempa pada SNI 1726 – 2012, Berat


Seismik efektif adalah Wt = DL + αLL. Reduksi beban hidup untuk ruang
penyimpanan diatur minimal 25% dari beban hidup yang bekerja, sehingga nilai
faktor pengali pada LL dapat kita ambil 0,25.

4.8.5 Modal
Modal merupakan analisis dinamik untuk mengetahui perilaku ragam gerak
struktur di setiap mode-modenya. Analisis ini harus menyertakan jumlah modal
yang cukup agar tercapai partisipasi massa ragam minimal 90% pada analisis
dinamik, untuk analisis statik pembebenan gempa mengikuti pola ragam gerak di
mode-mode awal (ragam fundamental pertama) yang memberikan arah translasi
dominan untuk kedua arah sumbu orthogonal.
Penentuan jumlah mode untuk analisis struktur secara dinamik biasanya
merupakan judgement awal dengan melihat jumlah lantai bangunan. Jumlah modal
yang berkontribusi ≥ jumlah tingkat/lantai bangunan. Pada perancangan ini
lantai gedung berjumlah 15 tingkat sehingga judgement untuk jumlah mode yang
diambil adalah ≥ 12, yaitu 15.

47
Cara menambahkan jumlah mode adalah : pilih menu Define – Modal
Cases – Modify/Show Case – Maximum Number of Modes = 15 – OK.

Gambar 1.64 Asumsi Jumlah Mode yang Berkontribusi

48
Gambar 1.65 3D MODEL – STRUCTURE

49
(#2) – PEMBEBANAN GEMPA SISTEM GANDA (DUAL SYSTEM)
BERDASARKAN SNI 1726:2012
Oleh : Muhammad Hind Al Hakim

1. RUN ANALYSIS AWAL (RUN DINAMIK)


Setelah selesai modelling struktur di pembahasan sebelumnya, maka untuk
mendapatkan nilai waktu getar alami fundamental serta mengetahui analisis gerak
ragam yang berkontribusi kita dapat melakukan Run Analysis dengan mengecek
model terlebih dahulu sebagai berikut :
Pilih menu Analyze – Check Model – beri tanda ceklis untuk semua options
pengecekan – OK.

Gambar 2.1 Check Model

Setelah itu pilih Analyze kembali – Set Active Degrees of Freedom – pilih
Full 3D – OK. Pilih kembali menu Analyze – Set Load Cases to Run – beri tanda
ceklis pada Calculate Diaphragm Centers of Rigidity – Run Now.

Gambar 2.2 Run Analysis

50
2. ANALISIS MODE RAGAM
Pola gerak ragam fundamental struktur pada mode tertentu dapat dilihat
dengan gerak animasi pada layar komputer dengan cara : pilih menu Display –
Deformed Shape – klik pilihan modal case – pilih Mode Number 1 untuk ragam 1
(ragam pertama) – OK – klik pilihan Start Animations pada bagian kanan bawah.

Ty

Gambar 2.3 Gerak Ragam Mode 1

Berdasarkan animasi pada layar komputer, gerak ragam pertama struktur


menunjukan gerak translasi sejajar dengan sumbu-Y dan memberikan waktu
getar alami fundamental sebesar Ty = 1,517 detik.
Dengan cara yang sama kita dapat melihat gerak ragam di mode ke 2,3, dst
dengan cara yang sama seperti di atas.

Tx

Gambar 2.4 Gerak Ragam Mode 2

51
Berdasarkan animasi pada layar komputer, gerak ragam kedua struktur
menunjukan gerak translasi sejajar dengan sumbu-X dan memberikan waktu
getar alami fundamental sebesar Tx = 1,344 detik.

Gambar 2.5 Gerak Ragam Mode 3

Pada mode ke-3 ini gerak struktur sudah menunjukan rotasi karena telah
mengalami puntir terhadap sumbu lokal Z.
Selain dari animasi layar komputer, kita juga dapat melihat pola gerak
ragam dari hasil output analisis ETABS dengan cara pilih menu Display – Show
Tables – klik kotak kecil paling kiri dari pilihan Analysis – klik kotak kecil paling
kiri Results – klik kotak kecil paling kiri Modal Results – beri tanda ceklis pada
bagian Modal Participating Mass Ratios dan Modal Load Participation Ratios –
maka pada jendela ETABS akan tampil pilihan tabel tersebut.
Jika ingin mendapatkan output dalam bentuk Microsoft Excel, klik kanan
pada tabel, kemudian pilih Export to Excel. Sehingga hasilnya dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Modal Load Participation Ratios
Static Dynamic
Case Item Type Item
% %
Modal Acceleration UX 100 97,42
Modal Acceleration UY 100 97,62
Modal Acceleration UZ 0 0

52
Tabel 2.2 Modal Participating Mass Ratios
Period Sum Sum Sum Sum
Case Mode UX UY UZ RZ
sec UX UY UZ RZ
Modal 1 1,517 0 0,7273 0 0 0,7273 0 0 0
Modal 2 1,344 0,6867 0 0 0,6867 0,7273 0 0,0001 0,0001
Modal 3 1,011 0,0001 0 0 0,6867 0,7273 0 0,7116 0,7117
Modal 4 0,428 0 0,1311 0 0,6867 0,8584 0 0 0,7117
Modal 5 0,324 0,1674 0 0 0,8541 0,8584 0 0,000046 0,7118
Modal 6 0,271 0,0001 0 0 0,8542 0,8584 0 0,143 0,8548
Modal 7 0,201 0 0,0543 0 0,8542 0,9127 0 0 0,8548
Modal 8 0,138 0,0665 0 0 0,9207 0,9127 0 0,0001 0,8549
Modal 9 0,122 0,0001 0 0 0,9208 0,9127 0 0,0585 0,9134
Modal 10 0,116 0 0,0309 0 0,9208 0,9436 0 0 0,9134
Modal 11 0,08 0,0342 0 0 0,955 0,9436 0 2,67E-05 0,9134
Modal 12 0,076 0 0,0195 0 0,955 0,9631 0 0 0,9134
2,97E-
Modal 13 0,07 0 0 0,9551 0,9631 0 0,0321 0,9455
05
Modal 14 0,055 0,0191 0 0 0,9742 0,9631 0 1,1E-05 0,9455
Modal 15 0,054 0 0,0131 0 0,9742 0,9762 0 0 0,9455

Dari hasil tabel 2.1 dapat dilihat bahwa untuk analisis statik partisipasi
massa sudah mencapai 100% di kedua arah orthogonal dan untuk analisis dinamik
partisipasi massa telah mencapai lebih dari 90%, hal ini sudah sesuai dengan
persyaratan. Jika tidak tercapai tambahkan jumlah mode yang berkontribusi.
Dari hasil tabel 2.2 dapat dilihat bahwa pada mode 1 nilai faktor translasi UY
memberikan angka yang paling besar/dominan yaitu 72,73% hal ini menunjukan
bahwa gerak translasi arah Y terjadi pada mode ini sesuai dengan animasi layar
komputer. Pada mode 2 nilai faktor translasi UX memberikan angka yang paling
besar/dominan yaitu 68,67% hal ini menunjukan bahwa gerak translasi arah X
terjadi pada mode ini sesuai dengan animasi layar komputer. Pada mode 3 nilai RZ
dominan yaitu 71,16% hal ini menunjukan bahwa pada mode ini gerak struktur
sudah dominan dalam rotasi. Persyaratan gerak ragam sudah sesuai.

53
3. PARAMETER GEMPA RENCANA
Pada perancangan ini akan dibuat gedung perkantoran 12 lantai yang
diasumsikan berlokasi di kota Depok, Jawa Barat dan berdiri di atas tanah sedang.
Parameter gempa sesuai dengan peraturan gempa terbaru SNI 1726 – 2012 bisa kita
dapatkan di website berikut ini :
http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/

Gambar 2.6 Desain Spektra Indonesia

Pada bagian Jenis Input pilih Koordinat, kemudian ketik koordinat dari
google map lalu klik kotak Hitung dan klik Lihat Hasil.

Gambar 2.7 Koordinat Lokasi Gempa

54
Gambar 2.8 Parameter kelas situs SD (Tanah Sedang)

Penentuan klasifikasi jenis tanah diatur pada SNI 1726 – 2012 Pasal 5.3.
klasifikasi kelas situs tanah dibagi menjadi 5, yaitu SA (batuan keras), SB (batuan),
SC (tanah keras), SD (tanah sedang), SE (tanah lunak), dan SF (tanah khusus) yang
didapat berdasarkan perhitungan 3 parameter yaitu kecepatan rata- rata gelombang
geser, tahanan penetrasi standar lapangan rata-rata dan tahanan penetrasi standar
rata-rata untuk lapisan tanah non-kohesif, serta kuat geser niralir rata-rata. Pada
perancangan ini diasumsikan gedung berdiri di atas tanah sedang di wilayah kota
Semarang.
Parameter spektral tanah sedang Kota Semarang berdasarkan web Desain
Spektra Indonesia adalah :

- PGA (g) = 0,385 - PSA (g) = 0,429


- SS (g) = 0,755 - SMS (g) = 0,905
- S1 (g) = 0,319 - SM1 (g) = 0,562
- CRS = 1,011 - SDS (g) = 0,603
- CR1 = 0,937 - SD1 (g) = 0,375
- FPGA = 1,115 - T0 (detik) = 0,124
- FA = 1,198 - TS (detik) = 0,621
- FV = 1,762

55
Dengan menggunakan web tersebut kita langsung secara otomatis
mendapatkan data lengkap dari parameter spektral yang dibutuhkan untuk
perencanaan gempa. Untuk perhitungan manual, penentuan parameter desain
spektral dijelaskan dalam SNI 1726 – 2012 Pasal 6.1 – Pasal 6.3.

4. PEMBEBANAN GEMPA STATIK MANUAL


Pembebanan gempa mengacu pada peraturan SNI 1726 – 2012 dengan
rincian sebagai berikut (keterangan tabel dalam pembahasan ini disesuaikan dengan
nomor tabel pada SNI 1726-2012) :

4.1 Kategori Risiko Bangunan (Risk Category)


Berdasarkan Pasal 4.1.2, Gedung Perkantoran masuk kedalam kategori risiko
II dengan nilai faktor keutamaan gempa, Ie = 1,0 (Tabel 2-Faktor Keutamaan
Gempa).

4.2 Kategori Desain Seismik (SDC = Seismic Design Category)


Kategori Desain Seismik akan menentukan tingkat keparahan suatu wilayah
gempa. Terdapat 6 jenis kateori desain seismik, yaitu Kategori Desain Seismik A,
B tergolong dalam tingkat risiko kegempaan yang rendah, Kategori Desain Seismik
C tergolong dalam tingkat risiko kegempaan menengah, dan Kategori Desain
Seismik D, E, F tergolong dalam tingkat risiko kegempaan yang tinggi.
Berdasarkan Pasal 6.5 penentuan tingkat keparahan daerah gempa/kategori
desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan SDS dan SD1. Nilai SDS =
0,603 dengan kategori risiko II maka sesuai Tabel 6 masuk dalam Kategori Desain
Seismik D. Nilai SD1 = 0,375 dengan kategori risiko II maka sesuai Tabel 7 masuk
dalam Kategori Desain Seismik D. Maka Kategori Desain Seismik yang digunakan
dalam perancangan adalah KDS D, jika didapat 2 jenis KDS dari hasil analisa diatas
maka yang dipilih adalah KDS dengan risiko terparah.

56
4.3 Sistem Struktur dan Parameternya
Pemilihan sistem struktur berhubungan dengan elemen penahan beban lateral
dan juga Kategori Desain Seismik yang direncanakan. Pada perancangan ini akan
digunakan sistem ganda sebagai penahan beban lateral.
Asumsi pemilihan sistem struktur dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
misalnya berhubungan dengan ketinggian bangunan, untuk bangunan rendah
sampai menengah dibawah 10 lantai biasanya digunakan sistem rangka pemikul
momen. Pada bangunan tinggi untuk mengantisipasi perilaku gempa secara
dinamik biasanya sistem ganda yang merupakan gabungan antara dinding geser
dengan rangka pemikul momen banyak digunakan. Selain dari ketinggian bangunan,
wilayah dimana gedung berdiri juga dapat menjadi pertimbangan. Pada daerah yang
terletak di zona rawan gempa harus memiliki elemen penahan beban lateral yang
lebih baik dibandingkan dengan daerah yang bukan rawan gempa.

Tabel 2.3 Parameter Sistem Struktur

57
Pada tabel diatas, terdapat 2 jenis sistem ganda, yaitu sistem ganda yang
menggunakan rangka pemikul momen khusus (point D) dan rangka pemikul
momen menengah (point E). Untuk Kategori Desain Seismik D penggunaan sistem
ganda dengan rangka pemikul momen menengah dan dinding geser beton bertulang
khusus dibatasi sampai 48 m (gedung rencana memiliki tinggi 48 m) sedangkan
penggunaan sistem ganda dengan rangka pemikul momen khusus dan dinding geser
beton bertulang khusus Tidak diBatasi (TB), bila menggunakan dinding geser beton
bertulang biasa Tidak diIzinkan (TI). Maka dalam perancangan ini sistem struktur
untuk kedua arah orthogonal X dan Y menggunakan Sistem Ganda dengan
Rangka Pemikul Momen Khusus yang mampu menahan paling sedikit 25%
gaya gempa yang ditetapkan dan Dinding Geser Beton Bertulang Khusus.
Berdasarkan sistem struktur yang akan digunakan, maka parameter faktor
gempa yang digunakan adalah :
- Koefisien Modifikasi Respons, R = 7

- Faktor Kuat Lebih Sistem, Ω0 = 2,5

- Faktor Pembesaran Defleksi, Cd = 5,5

4.4 Penentuan Perioda Desain


Waktu Getar/Perioda alami fundamental struktur merupakan waktu yang
dibutuhkan struktur untuk menempuh satu siklus gerakan yang nilainya dipengaruhi
oleh fungsi massa dan kekakuan. Nilai perioda desain akan digunakan untuk
mendapatkan beban gempa rencana.
Penentuan perioda desain dalam SNI 1726 – 2012 berbeda dengan SNI –
1726 – 2002 sebagai peraturan terdahulunya, dalam SNI 1726 – 2002
perioda/waktu getar suatu struktur dibatasi oleh nilai hasil perkalian antara suatu
koefisien berdasarkan zona gempa dengan jumlah lantai tingkatnya. Pada SNI 1726
– 2012 nilai perioda struktur dibatasi oleh batas bawah perioda (perioda
fundamental pendekatan) dengan batas atas perioda (perioda maksimum).
Penentuan perioda diatur dalam pasal 7.8.2.

58
Perioda Fundamental pendekatan atau batas perioda minimum adalah :

Ta = Cthnx
Keterangan :

hn adalah ketinggian struktur (m) dari taraf penjepitan lateral/lantai dasar

sampai tingkat tertinggi struktur dan koefisien Ct dan x ditentukan dari tabel
berikut ini :
Tabel 2.4 Nilai Parameter Perioda Pendekatan

Tipe struktur yang digunakan adalah “Semua Sistem Struktur Lainnya”


karena menggunakan sistem ganda dan ketinggian total dari dasar = 60 m.

Ta = Cthnx

Ta = 0,0488 x 480,75

Ta = 0,890 detik………. Batas bawah

Jika tidak digunakan analisis struktur dengan bantuan program untuk


mendapatkan waktu getar alami struktur yang akurat, maka nilai perioda
pendekatan diatas dapat digunakan untuk menghitung beban gempa statik rencana.
Jika telah dilakukan analisis struktur dengan program dan mendapatkan waktu getar
yang akurat sesuai massa dan kekakuan struktur, maka harus dilakukan pengecekan
terhadap batas atas perioda, yaitu :

59
T = CuTa, dengan nilai Cu berdasarkan tabel berikut ini :
Tabel 2.5 Koefisisen Batas Atas Perioda

SD1 = 0,375
(g)

T = 1,4 x 0,890 detik


T = 1,246 detik.………. Batas atas

Berdasarkan program ETABS, didapat nilai perioda berdasarkan mode untuk


masing-masing arah adalah sebagai berikut :

Tx = 1,291 detik (mode – 2)

Ty = 1,653 detik (mode – 1)

Maka perioda desain yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan


berikut ini :

Jika Tc < Ta, T = Ta,

Jika Ta < Tc < CuTa, T = Tc,

Jika Tc > CuTa, T = CuTa


Keterangan :
T : Perioda Desain
Tc : Perioda hasil analisa komputer/ETABS
Ta : Batas Bawah/Minimum Perioda
CuTa : Batas Atas/Maksimum Perioda

Jadi Perioda Desain yang akan digunakan adalah :


Tx = 1,291 detik > 1,246 detik…… Tx = 1,246 detik
Ty = 1,653 detik > 1,246 detik…… Ty = 1,246 detik

60
4.5 Penentuan Koefisien Respons Seismik
Perhitungan koefisien respon seismik diatur dalam pasal 7.8.1.1 dengan
perincian sebagai berikut :

- SDS (g) = 0,603


- SD1 (g) = 0,375

Karena perioda desain arah x = arah y, maka hanya dilakukan 1 kali

penghitungan Cs, namun jika diperoleh perioda desain yang berbeda maka dapat
dilakukan perhitungan secara terpisah antara arah x dan arah y.

SDS 0, 603
Cs = = = 0, 0861 , nilai Cs yang dihitung tidak perlu melebihi
 R 7
   
 Ie   1 

daripada nilai Cs berikut ini :


SD1 0,375
Cs = = = 0, 0430 , nilai Cs harus tidak kurang dari :
R 7
T   1, 246  
 Ie  1
Cs min = 0, 044 SDS Ie   
Cs min = 0, 044  0, 603 1   
Cs min = 0, 02653   
Jadi : Csx = Csy = 0,0430 (koefisien gaya geser untuk arah x dan y)

Cat : Perbedaan dari SNI 1726 – 2002 sebelumnya dengan SNI 1726 – 2012 yang
digunakan sekarang adalah dengan adanya penetapan gaya geser dasar minimum,
peraturan sebelumnya tidak menetapkan nilai gaya geser minimum suatu bangunan
sehingga gedung-gedung dengan perioda panjang dapat memiliki gaya geser dasar
yang kecil, namun tidak pada SNI 1726 – 2012 yang menetapkan gaya geser dasar
minimum suatu gedung yang memiliki perioda panjang, sehingga perlu ada
“koreksi darurat” tentang desain gaya geser gedung-gedung tinggi dengan peraturan
terdahulu jika dibandingkan dengan peraturan sekarang.

61
4.6 Berat Seismik Efektif
Berat Sesimik Efektif merupakan berat total desain hasil penjumlahan dari
beban mati struktur + beban mati tambahan + beban hidup yang tereduksi. Berat
Seismik per-lantai dapat langsung kita peroleh melalui program ETABS dengan
cara sebagai berikut : pilih menu Display – Show Tables – Analysis – Results –
Structure Results – beri tanda ceklis pada Centers of Mass and Rigidity – OK –
Export to Excel.

Gambar 2.9 Mass Output

62
Tabel 2.6 Berat Struktur tiap Lantai
Mass X Mass Y XCM YCM Cumulative X Cumulative Y
Story Diaphragm
kg kg m m kg kg
Story12 D1 507918,270 507918,270 19,995 8,001 507918,270 507918,270
Story11 D1 700666,620 700666,620 19,997 8,140 1208584,890 1208584,890
Story10 D1 700666,620 700666,620 19,997 8,140 1909251,500 1909251,500
Story9 D1 700666,620 700666,620 19,997 8,140 2609918,120 2609918,120
Story8 D1 700666,620 700666,620 19,997 8,140 3310584,730 3310584,730
Story7 D1 700666,620 700666,620 19,997 8,140 4011251,350 4011251,350
Story6 D1 705491,380 705491,380 19,997 8,139 4716742,730 4716742,730
Story5 D1 711258,020 711258,020 19,997 8,138 5428000,750 5428000,750
Story4 D1 711258,020 711258,020 19,997 8,138 6139258,780 6139258,780
Story3 D1 711258,020 711258,020 19,997 8,138 6850516,800 6850516,800
Story2 D1 711258,020 711258,020 19,997 8,138 7561774,830 7561774,830
Story1 D1 711258,020 711258,020 19,997 8,138 8273032,850 8273032,850

Pada tabel hasil output ETABS di atas, didapat data berat total per-lantai dari
mass source yang sudah dimasukkan sebelumnya. Berat keseluruhan struktur juga
dapat dilihat pada kolom Cumulative. Jadi total berat seismik efektif untuk desain
adalah :

WTOTAL = 8273032,850 Kg

4.7 Gaya Geser Dasar (Base Shear)

V = CsW, dimana :
V = Geser dasar seismik

Cs = Koefisien respons seismik desain


W = Berat seismik efektif total

Vx = 0,0430 x 8273032,850 Kg = 355728,934 Kgf


Gaya Geser Statik
Vy = 0,0430 x 8273032,850 Kg = 355728,934 Kgf

63
4.8 Distribusi Gaya Gempa Statik Tiap Lantai
Distribusi gaya gempa lateral (F) pada setiap lantai diatur dalam Pasal 7.8.3
dengan rumus seperti dibawah ini :
F = CV  V , dan

w i hi k
Cv = n

wh
i =1
i i
k

Interpolasi nilai k untuk nilai perioda desain pada rentang 0,5 < T < 2,5
adalah :
k= 0,5 T + 0,75
k = 0,5 (1,246) + 0,75
k = 1,3729

Tabel 2.7 Distribusi Gaya Gempa Statik Ekivalen Tiap Lantai


hi Wi Wihik Fx=Fy
Story K Cv
(m) (kg) (Kgf-m) (Kgf)
Story12 48 459190,400 93377522,220 0,1382 49176,188
Story11 44 622751,480 112378375,008 0,1664 59182,766
Story10 40 622751,480 98594552,930 0,1460 51923,676
Story9 36 622751,480 85315995,802 0,1263 44930,679
Story8 32 622751,480 72577320,669 0,1074 38222,003
Story7 28 622751,480 60420074,128 0,0894 31819,530
1,3729
Story6 24 632290,470 49644249,457 0,0735 26144,568
Story5 20 642670,440 39285225,093 0,0582 20689,108
Story4 16 642670,440 28918599,399 0,0428 15229,645
Story3 12 642670,440 19482442,596 0,0288 10260,202
Story2 8 642670,440 11165547,477 0,0165 5880,206
Story1 4 642670,440 4311047,321 0,0064 2270,363
JUMLAH 7418590,470 675470952,100 1,0000 355728,934

64
4.9 Gaya Geser Statik Tiap Lantai
Gaya geser tiap lantai akibat beban gempa desain dapat dihitung sesuai pasal
7.8.4 dengan menggunakan persamaan :
n
Vx =  Fi , gaya geser merupakan kumulatif dari penjumlahan gaya gempa
i =1

statik ekivalen tiap lantai.

Tabel 2.8 Gaya Geser Statik Tiap Lantai


Fx Vx Fy Vy
Story
(Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf)
Story12 49176,188 49176,188 49176,188 49176,188
Story11 59182,766 108358,954 59182,766 108358,954
Story10 51923,676 160282,631 51923,676 160282,631
Story9 44930,679 205213,309 44930,679 205213,309
Story8 38222,003 243435,312 38222,003 243435,312
Story7 31819,530 275254,843 31819,530 275254,843
Story6 26144,568 301399,411 26144,568 301399,411
Story5 20689,108 322088,518 20689,108 322088,518
Story4 15229,645 337318,163 15229,645 337318,163
Story3 10260,202 347578,365 10260,202 347578,365
Story2 5880,206 353458,571 5880,206 353458,571
Story1 2270,363 355728,934 2270,363 355728,934

Contoh perhitungan :
Gaya Geser Story 12, V12 = F12 = 49176,188 Kgf
Gaya Geser Story 11, V11 = V12 + F11 = 108358,954 Kgf
Gaya Geser Story 10, V10 = V11 + F10 = 160282,631 Kgf

Dst ….

Gaya Geser Story 1, V1 = V2 + F1 = 355728,934 = VBASE SHEAR

65
5. PEMBEBANAN GEMPA STATIK OTOMATIS ETABS
Sebelum memulai input gempa statik ekivalen secara otomatis dengan
program ETABS, terlebih dahulu buka kunci jendela ETABS karena sebelumnya
telah dilakukan proses Run Analysis dengan cara klik icon seperti gambar di bawah
ini sehingga menjadi Unlock Model.

Gambar 2.10 Unlock Model

Kemudian pilih menu Define – Load Patterns – Input Gaya Lateral Arah X
(EX) seperti gambar berikut ini – Click To Add New Load.

Gambar 2.11 Input Gaya Lateral EX

- Load = isikan EX sebagai gempa statik arah x


- Type = Seismic (gempa)
- Self Weight Multiplier = 0
- Auto Lateral Load = ASCE 7 – 10 (perlu diketahui bahwa code ASCE
7 – 10 merupakan payung/dasar dari peraturan gempa SNI 1726 – 2012 sehingga
analisa perhitungannya akan sama dengan yang dipakai di Indonesia).

66
Kemudian klik Modify Lateral Load sehingga tampil kotak dialog seperti
dibawah ini.

Gambar 2.12 ASCE 7 – 10 Seismic Loading X-Direction (Time Period Program


Calculated)

- Direction and Eccentricity : pilih X Dir


- Metode Pemilihan Time Period :
a. Approximate = jika memilih metode ini maka perhitungan Time Period
program berdasarkan formula perioda pendekatan atau perioda minimum

sesuai dengan fungsi Ct (ft), x.


b. Program Calculated = jika memilih metode ini maka program akan langsung
menghitung otomatis waktu getar/perioda desain dengan mempertimbangkan
batas atas dan batas bawah perioda.
c. User Defined = Jika memilih metode ini kita dapat langsung memberikan
nilai perioda desain yang telah kita hitung sebelumnya.

Untuk metode pertama kita pilih dengan Program Calculated dengan fungsi Ct

(ft), x sesuai dengan sistem ganda. Pemilihan fungsi Ct (ft), x pada program

67
ETABS sesuai dengan kode ASCE 7 – 10 yang dapat dilihat pada tabel berikut
ini.

Tabel 2.9. Parameter Perioda Pendekatan Ct dan x

Sumber : ASCE 7 – 10

Berdasarkan tabel diatas, untuk All other structural systems nilai Ct = 0,02
dengan nilai metric ekuivalen (0,0488) dan x = 0,75. Maka untuk sistem ganda

dalam program, fungsi perioda pendekatannya adalah Ct (ft), x = 0,02; 0,75.


- Story Range :
a. Top Story for Seismic Loads = Story 12 (Lantai paling atas)
b. Bottom Story for Seismic Loads = Base (Lantai dasar penjepitan lateral)
- Factors :
Nilai faktor diisi sesuai dengan parameter jenis sistem struktur, dalam hal ini
adalah sistem ganda dan faktor keutamaan bangunan, yaitu
a. Response Modification, R =7
b. System Overstrength, omega = 2,5

c. Deflection Amplification, Cd = 5,5

d. Occupancy Important, Ie =1
- Seismic Coefficients :

a. 0,2 Sec Spectral Accel, SS = 0,755


b. 1 Sec Spectral Accel, S1 = 0,319
c. Long Period-Transition Period = 8 sec, diambil dari peta Long Period-
Transtition Period untuk wilayah Pulau Jawa*
d. Site Class = D (Situs SD, Tanah Sedang)

68
Gambar 2.13 Input Gaya Lateral EY

Gambar 2.14 ASCE 7 – 10 Seismic Loading Y-Direction (Time Period Program


Calculated)
Setelah input beban EX dan EY melalui otomatis program, lakukan analisis
dengan pilih menu Analyze – Set Load Cases To Run – Run Now. Setelah prose run
analysis selesai, pilih Display – Show Tables – Analysis – Results – Reactions –
beri tanda centang pada Base Reactions – OK – klik kanan pada tabel output –
Export To Excel.

69
Gambar 2.15 Output Base Reactions

Tabel 2.9 Base Reactions Time Period Program Calculated


Load FX FY FZ MX MY MZ
Case/Combo kgf kgf kgf kN-m kN-m kN-m
DL 0 1,92E-06 8004950 637696 -1569758 0
LL 0 7,51E-07 1728230 139338,1 -338963 0
EX -355790 0 2,76E-06 0 -120095 28334,9669
EY 0 -355790 4,93E-06 120095,1 0 -69769,9503

Dari hasil analisis program dengan menggunakan ASCE 7 – 10 berdasarkan


metode Time Period Program Calculated didapat :

Vx = 355790 Kgf
Vy = 355790 Kgf

70
Pada metode kedua ini akan dijelaskan input beban gempa statik ekivalen
dengan Time Period User Defined.
Kembali pada jendela ETABS klik icon Unlock Model (Buka Kunci) – pilih
kembali menu Define – Load Patterns – pilih Loads EX – klik Modify Lateral Load

– pada bagian Time Period pilih User Defined dan isi nilai T = TDESAIN = 1,246
sec – OK. Lakukan hal yang sama untuk memilih Loads EY.

Gambar 2.16 ASCE 7 – 10 Seismic Loading X-Direction (Time Period User


Defined)

Gambar 2.17 ASCE 7 – 10 Seismic Loading Y-Direction (Time Period User


Defined)

Setelah itu lakukan analisis kembali dengan pilih menu Analyze – Set Load
Cases To Run – Run Now. Setelah proses run analysis selesai, pilih Display – Show
Tables – Analysis – Results – Reactions – beri tanda ceklis pada Base Reactions –
OK – klik kanan pada tabel output – Export To Excel.

71
Tabel 2.10 Base Reactions Time Period User Defined
Load FX FY FZ MX MY MZ
Case/Combo kgf kgf kgf kN-m kN-m kN-m
DL 0 1,92E-06 8004950 637696 -1569758 0
LL 0 7,51E-07 1728230 139338,1 -338963 0
EX -355458 0 2,76E-06 0 -119992 28308,5113
EY 0 -355458 4,93E-06 119991,8 0 -69704,8448

Dari hasil analisis program dengan menggunakan ASCE 7 – 10 berdasarkan


metode Time Period User Defined didapat :

Vx = 355458 Kgf
Vy = 355458 Kgf

Maka hasil analisis nilai Gaya Geser Statik dengan menggunakan 3 metode
yaitu perhitungan manual, ASCE 7 – 10 Time Period Program Calculaed, dan
ASCE 7 – 10 Time Period User Defined dapat dilihat pada tabel perbandingan
dibawah ini.
Tabel 2.11 Perbandingan Nilai Base Shear Statik
Vx Vy
No METODE
Kgf Kgf
1 Perhitungan Manual 355729 355729
2 ASCE 7-10 Time Period Program Calculated 355790 355790
3 ASCE 7-10 Time Period User Defined 355458 355458

Berdasarkan tabel di atas, perbandingan antara nilai base shear statik dengan
perhitungan manual dan metode ASCE 7-10 Time Period Program Calculated
memberikan hasil yang terbaik dimana keduanya memberikan angka yang sangat
dekat. Dari hasil ke-3 analisis ini dapat membuktikan bahwa analisis base shear
dengan program ETABS berdasarkan ASCE 7 – 10 sudah sangat relevan dengan
peraturan gempa Indonesia SNI 1726 – 2012, sehingga dapat digunakan untuk
desain ataupun sekedar pengecekan terhadap perhitungan manual.

72
6. PEMBEBANAN GEMPA DINAMIK RESPONS SPEKTRA
Pembebanan gempa dengan respons spektra berguna untuk melihat perilaku
dinamik dari pola gaya geser bangunan-bangunan tinggi yang dipengaruhi oleh
banyak mode/modal yang berkontribusi. Bangunan-bangunan yang memiliki sisi
ketidakberaturan/irregurality juga harus menyertakan analisis gempa dinamik
dalam perencanaan. Semakin tinggi bangunan dan semakin banyak mode yang
berkontribusi maka perilaku dinamik akan menentukan dan dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk mendapatkan nilai gaya geser rencana yang juga dibandingkan
dengan analisis statik ekivalennya, sehingga didapat nilai-nilai gaya geser dengan
distribusi yang bagus sepanjang tinggi gedung.
Pembebanan gempa dinamik respons spektra dapat dianalisis langsung
menggunakan program ETABS dengan terlebih dahulu membuat kurva respons
spektrum sesuai parameter spektral wilayah tempat gedung berdiri dan jenis
tanahnya.
Kurva Spektrum Respons Desain merupakan fungsi percepatan spektral (Sa)
terhadap perioda (T), kurva ini digunakan dalam analisis dinamik untuk
mendapatkan nilai percepatan tanah desain dari masing-masing modal yang ada.
Perhitungan Kurva Spektrum Respons Desain diatur dalam Pasal 6.4.

Gambar 2.18 Respons Spektrum Desain

73
Respons Spektrum Desain dapat langsung dibuat dengan menggunakan
Microsoft Excel dengan memperhatikan nilai-nilai berikut ini :
- Pastikan untuk memperoleh nilai T0 dan TS berdasarkan rumus dibawah ini :
SDS 0, 603
T 0 = 0, 2 = 0, 2  = 0,322
SD1 0,375
SD1 0,375
TS = = = 0, 622
SDS 0, 603
- Buat kolom T dan Sa di ms.excel dengan interval 0,01 detik dimulai dari 0 detik
sampai asumsi 4 detik (nilai asumsi harus lebih dari nilai TDESAIN).

Buat hingga mencapai 4 detik

- Buat fungsi Sa sesuai dengan rentang perioda sesuai dengan rumus yang ada
dibawah ini.

a. Untuk perioda yang lebih dari T0 (T < T0), spektrum respons desain (Sa) :

 T 
Sa = SDS  0, 4 + 0, 6 
 T0 

b. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari atau
sama dengan TS (T0 ≤ T ≤ TS) , spektrum respons desain (Sa) :
Sa = SDS

c. Untuk perioda yang lebih besar daripada TS (T > TS), spektrum respons
desain (Sa) :
SD1
Sa =
T

74
Fungsi Sa

SDS 0, 603
T 0 = 0, 2 = 0, 2  = 0,322 Batas nilai T (detik) untuk T < T0
SD1 0,375

75
SD1 0,375
TS = = = 0, 622
SDS 0, 603

Batas nilai T (detik) untuk T0 < T < TS

Batas maksimum nilai T (detik)

76
Setelah melakukan perhitungan kurva spektrum desain berdasarkan SNI
1726 – 2012, kita bisa membuat grafik kurva spektrum dengan menggunakan
Microsoft Excel untuk mengecek apakah kurva yang kita buat sudah sesuai dengan
ketentuan SNI 1726 – 2012. Kemudian Copy – paste nilai T dan Sa menjadi 2
kolom ke dalan Notepad pada komputer dan save dengan hasil seperti gambar
di bawah ini.

Respon Spektrum Depok


0.700

0.600

0.500

0.400

0.300

0.200

0.100

0.000
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

Gambar 2.19 Kurva Spektrum Desain Kota Depok pada Tanah Sedang dengan
Menggunakan Peraturan SNI 1726 – 2012

Gambar 2.20 Spektrum Desain dalam Notepad

77
Setalah membuat spektrum desain, kembali pada jendela ETABS pilih
Unlock Model – Define – Functions – Response Spectrum – Choose Functions Type
to Add pilih From File – pilih Add New Function – Browse – OK.

Gambar 2.21 Spektrum Respons Desain From File

- Function Name : ganti menjadi “SPEKTRA DEPOK”


- Function Damping Ratio : 5% Damping
- Values are : Period vs Value
- Browse : Cari file notepad spektrum yang telah dibuat
- Function Graph : Lihat hasil kurva T vs Sa

78
Setelah input kurva spektrum, pendefinisian beban gempa dinamik dapat
dilakukan dengan cara : pilih menu Define – Load Cases – Click To Add New Case
– Isi kotak dialog Load Case Data – OK.

Gambar 2.22 Load Case Data SPEC-X

Beban Gempa Dinamik Respons Spektrum Arah X :


- Load Case Name : SPEC-X
- Load Case Type : pilih Response Spectrum
- Loads Applied : pilih Add pada sebelah kanan tabel.
a. Load Type = Acceleration
b. Load Name = U1 (arah X)
c. Function = pilih sesuai nama spektrum, “SPEKTRA DEPOK”

d. Scale Factor = G x Ie/R = 9810 mm/sec2 x 1/7 = 1401,43

79
- Other Parameters :
a. Modal Load Case = Modal
b. Modal Combination Method = pilih asumsi CQC
c. Directional Combination Type = pilih asumsi SRSS
d. Modal Damping = Constant at 0,05 (5%)

Dengan cara yang sama lakukan untuk mendefinisikan beban gempa dinamik
respons spektrum arah Y seperti tampak pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.23 Load Case Data SPEC-Y

80
Setelah input beban gempa dinamik respons spektrum arah x dan arah y,
lakukan Run Analysis. Pilih menu Analyze – Set Load Cases to Run – Run Now.
Untuk melihat hasil gaya geser dinamik pilih menu Display – Show Tables –
Analysis – Results – Reactions – beri tanda ceklis pada Base Reactions – OK – klik
kanan pada tabel output pilih Export To Excel.

Tabel 2.12 Gaya Geser Dinamik


Load FX FY FZ MX MY MZ
Case/Combo kgf kgf kgf kN-m kN-m kN-m
SPEC-X Max 258984,649 20,9526 1,81E-06 6,7642 77143,2399 20993,2698
SPEC-Y Max 20,9446 235385,499 2,9E-06 70253,23 7,0492 46154,1281

VSPEC-X = 258984,649 Kgf


VSPEC-Y = 235385,499 Kgf

81
Pembebanan gempa dinamik respons spektrum juga dapat dilakukan dengan
menggunakan kurva respons spektrum secara otomatis pada program ETABS.
Seperti halnya pembebanan gempa statik ekivalen otomatis, kurva respons
spektrum juga didapat dengan menggunakan metode ASCE 7 – 10 dengan cara :
Unlock Model – menu Define – Functions – Response Spectrum – pada bagian
Choose Function Type to Add pilih ASCE 7-10 – Click To Add New Function – isi
kotak dialog Response Spectrum ASCE 7-10 – OK.

Gambar 2.24 Respon Spektrum dengan ASCE 7-10

- Function Name : ASCE 7-10 SPEKTRA DEPOK


- Damping Ratio : 0,05 (5%)
- 0,2 Sec Spectral Accel, SS : 0,755 (sesuai data)
- 1 Sec Spectral Accel, S1 : 0,319 (sesuai data)
- Site Class : D (tanah sedang, situs SD)
- Plot Options : Linear X – Linear Y

82
Untuk mengganti pembebanan gempa dinamik dari kurva spektrum yang
sebelumnya menggunakan fasilitas from file dengan kurva spektrum otomatis
ASCE 7 – 10, kembali ke menu Define – Load Cases – pilih beban gempa SPEC-
X – Click To Modify/Show Case – pada pilihan Function pilih ASCE 7 – 10
SPEKTRA DEPOK – OK – lakukan hal yang sama untuk beban gempa
SPEC-Y – OK.

Gambar 2.25 Input Function ASCE 7 – 10 arah X

Gambar 2.26 Input Function ASCE 7 – 10 arah Y

Tabel 2.13 Gaya Geser Dinamik Spektrum Otomatis


Load FX FY FZ MX MY MZ
Case/Combo kgf kgf kgf kN-m kN-m kN-m
SPEC-X Max 262961,649 21,0358 1,82E-06 6,7903 77486,4753 21317,8392
SPEC-Y Max 21,0278 238227,962 2,91E-06 70526,78 7,0763 46711,5213

VSPEC-X = 262961,649 Kgf


VSPEC-Y = 238227,962 Kgf

83
Hasil perbandingan gaya geser dengan menggunakan spektrum manual dan
otomatis ETABS dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.14 Hasil Perbandingan Gaya Geser Dinamik


Vx Vy
No METODE
Kgf Kgf
1 Respon Spektrum Input Manual 258984,649 235385,499
2 Respon Spektrum Otomatis ASCE 7-10 262961,649 238227,962

84
7. RELASI BEBAN GEMPA STATIK – DINAMIK
Berdasarkan SNI 1726 – 2012, beban gempa dinamik tidak boleh kurang
dari 85% beban gempa statik, atau dengan kata lain VDINAMIK ≥ 0,85VSTATIK, jika
syarat tersebut tidak terpenuhi maka beban gempa dinamik harus dikalikan dengan
faktor skala sebesar :
0,85  VBASE STATIK
scale factor =
VBASE DINAMIK
Pada analisis sebelumnya sudah didapatkan nilai beban gempa menggunakan
metode gaya lateral statik ekivalen dan dinamik respons spektra dengan berbagai
metode. Dalam perhitungan desain ini akan digunakan nilai beban gempa statik
ekivalen hasil dari perhitungan manual berdasarkan Tabel 2.5 dan beban gempa
dinamik respons spektrum dengan metode ASCE 7 – 10 berdasarkan Tabel 2.11.
Gaya geser statik ekivalen tiap lantai didapat berdasarkan hasil perhitungan
dari Tabel 2.5. Gaya geser dinamik tiap lantai dapat dilihat dari hasil output ETABS
dengan cara pilih menu Display – Story Response Plot – akan tampak kotak dialog
Story Response seperti gambar dibawah ini.

Gambar 2.27 Gaya Geser Dinamik Arah X

- Display Type: pilih Story Shears


- Case/Combo: pilih SPEC-X untuk melihat gaya geser arah X

85
Untuk menampilkannya dalam format Microsoft Excel pilih icon seperti
gambar dibawah ini.

Gambar 2.28 Formatted Tabel

Gambar 2.29 Story Response Dinamik Arah X (XLS)

86
Tabel 2.15 Gaya Geser Dinamik – X Tiap Lantai
Elevation X-Dir Y-Dir
Story Location
m kgf kgf
Top 47767,28 2,5307
Story12 48
Bottom 47767,28 2,5307
Top 93230,78 5,7129
Story11 44
Bottom 93230,78 5,7129
Top 123952,4 8,6225
Story10 40
Bottom 123952,4 8,6225
Top 146392,4 11,2265
Story9 36
Bottom 146392,4 11,2265
Top 164841,5 13,5128
Story8 32
Bottom 164841,5 13,5128
Top 181942,5 15,5138
Story7 28
Bottom 181942,5 15,5138
Top 198874,2 17,2323
Story6 24
Bottom 198874,2 17,2323
Top 215951,8 18,647
Story5 20
Bottom 215951,8 18,647
Top 232593,9 19,7413
Story4 16
Bottom 232593,9 19,7413
Top 247299,2 20,4962
Story3 12
Bottom 247299,2 20,4962
Top 258099,7 20,9049
Story2 8
Bottom 258099,7 20,9049
Top 262961,6 21,0358
Story1 4
Bottom 262961,6 21,0358
Top 0 0
Base 0
Bottom 0 0

87
Dengan cara yang sama, maka output nilai gaya geser dinamik arah Y tiap
lantai dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 2.30 Gaya Geser Dinamik Arah Y

Gambar 2.31 Story Response Dinamik Arah Y (XLS)

88
Tabel 2.16 Gaya Geser Dinamik – Y Tiap Lantai
Elevation Location X-Dir Y-Dir
Story
m kgf kgf
Top 2,8777 42842,46
Story12 48
Bottom 2,8777 42842,46
Top 6,3504 83143,09
Story11 44
Bottom 6,3504 83143,09
Top 9,4223 111781,5
Story10 40
Bottom 9,4223 111781,5
Top 12,1109 133429,4
Story9 36
Bottom 12,1109 133429,4
Top 14,4212 150907,8
Story8 32
Bottom 14,4212 150907,8
Top 16,3604 166257,3
Story7 28
Bottom 16,3604 166257,3
Top 17,9428 181258,7
Story6 24
Bottom 17,9428 181258,7
Top 19,1779 196458,7
Story5 20
Bottom 19,1779 196458,7
Top 20,0763 211227,6
Story4 16
Bottom 20,0763 211227,6
Top 20,6555 224351,5
Story3 12
Bottom 20,6555 224351,5
Top 20,9441 234064,2
Story2 8
Bottom 20,9441 234064,2
Top 21,0278 238228
Story1 4
Bottom 21,0278 238228
Top 0 0
Base 0
Bottom 0 0

89
Tabel 2.17 Gaya Geser Statik dan Dinamik Tiap Lantai

STATIK DINAMIK
Story Vx Vy Vspec-x Vspec-y
(Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf)
Story12 49176,188 49176,188 47767,277 42842,458
Story11 108358,954 108358,954 93230,782 83143,094
Story10 160282,631 160282,631 123952,420 111781,502
Story9 205213,309 205213,309 146392,353 133429,399
Story8 243435,312 243435,312 164841,515 150907,813
Story7 275254,843 275254,843 181942,533 166257,274
Story6 301399,411 301399,411 198874,225 181258,689
Story5 322088,518 322088,518 215951,778 196458,740
Story4 337318,163 337318,163 232593,884 211227,620
Story3 347578,365 347578,365 247299,175 224351,482
Story2 353458,571 353458,571 258099,676 234064,197
Story1 355728,934 355728,934 262961,649 238227,962

Tabel 2.18 Relasi Gaya Gempa Statik – Dinamik


GAYA Vx Vy
GEMPA (Kgf) (Kgf)
STATIK 355728,934 355728,934
85% STATIK 302369,5938 302369,5938
DINAMIK 262961,649 238227,962

Berdasarkan tabel diatas, VDINAMIK < 85% VSTATIK, maka faktor skala gaya
yang harus diberikan adalah :

302369,594
Scale factor arah X =  1,1498
262961, 649

302369,594
Scale factor arah Y =  1, 2692
238227,962

90
Nilai faktor skala gaya yang telah didapat kemudian input ke load case
spectrum pada ETABS dengan cara : klik icon Unlock Model – pilih menu Define
– Load Cases – pilih SPEC-X (contoh untuk arah X) – Modify/Show Case – pada
kotak Scale Factor kalikan skala sebelumnya dengan faktor skala gaya untuk arah
X (1,1498) – OK.

Gambar 2.32 Edit Skala Gaya Arah X

Scale Factor Arah X = 1401,43 x 1,1498 = 1611,45

Dengan cara yang sama, input nilai skala gaya (scale factor) untuk gempa
dinamik arah Y seperti tampak pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.33 Edit Skala Gaya Arah Y

Scale Factor Arah Y = 1401,43 x 1,2692 = 1778,76

Setelah itu lakukan proses Run Analysis dan lihat hasil gaya geser dinamik
terkoreksi dengan menggunakan cara yang sama seperti melihat hasil gaya geser
dinamik awal.

91
Tabel 2.19 Gaya Geser Dinamik Terkoreksi (Dinamik Correction)

STATIK DINAMIK SCALE DINAMIK CORRECTION


Story
Vx Vy Vspec-x Vspec-y Vspec-x Vspec-y
X Y
(Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf)
Story12 49176,188 49176,188 47767,277 42842,458 54925,774 54377,566
Story11 108358,954 108358,954 93230,782 83143,094 107202,528 105528,937
Story10 160282,631 160282,631 123952,420 111781,502 142528,171 141878,087
Story9 205213,309 205213,309 146392,353 133429,399 168330,996 169354,566
Story8 243435,312 243435,312 164841,515 150907,813 189544,985 191538,952
Story7 275254,843 275254,843 181942,533 166257,274 209208,796 211021,175
1,1499 1,2692
Story6 301399,411 301399,411 198874,225 181258,689 228677,904 230061,643
Story5 322088,518 322088,518 215951,778 196458,740 248314,733 249354,227
Story4 337318,163 337318,163 232593,884 211227,620 267450,856 268099,551
Story3 347578,365 347578,365 247299,175 224351,482 284359,912 284756,944
Story2 353458,571 353458,571 258099,676 234064,197 296778,996 297084,756
Story1 355728,934 355728,934 262961,649 238227,962 302369,594 302369,594

Nilai gaya geser dinamik terkoreksi tiap lantai juga dapat dihitung secara
langsung seperti tabel di atas dengan contoh perhitungan sebagai berikut :

Arah X :
V (dinamik terkoreksi) Story 12 = VDINAMIK x Skala Gaya Arah X

= 47767,277 x 1,1499
= 54925,774

Arah Y :
V (dinamik terkoreksi) Story 12 = VDINAMIK x Skala Gaya Arah Y

= 42842,458 x 1,2692
= 54377,566

92
8. BEBAN GEMPA DESAIN
Dari hasil relasi antara gempa statik dan dinamik, kita dapat menentukan gaya
gempa desain dengan distribusi yang baik dan sesuai sepanjang tinggi gedung.
Gaya gempa desain mempertimbangkan nilai antara gaya geser statik minimal yang
disyaratkan (85%) dan gaya gempa dari hasil dinamik respons spektra yang
hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.20 Gaya Geser Desain Tiap Lantai


STATIK 85% STATIK DINAMIK CORRECTION GAYA GESER DESAIN
Story Vx Vy Vx Vy Vspec-x Vspec-y Vx Vy
(Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf)
Story12 49176,188 49176,188 41799,760 41799,760 54925,774 54377,566 54925,774 54377,566
Story11 108358,954 108358,954 92105,111 92105,111 107202,528 105528,937 107202,528 105528,937
Story10 160282,631 160282,631 136240,236 136240,236 142528,171 141878,087 142528,171 141878,087
Story9 205213,309 205213,309 174431,313 174431,313 168330,996 169354,566 174431,313 174431,313
Story8 243435,312 243435,312 206920,016 206920,016 189544,985 191538,952 206920,016 206920,016
Story7 275254,843 275254,843 233966,617 233966,617 209208,796 211021,175 233966,617 233966,617
Story6 301399,411 301399,411 256189,499 256189,499 228677,904 230061,643 256189,499 256189,499
Story5 322088,518 322088,518 273775,240 273775,240 248314,733 249354,227 273775,240 273775,240
Story4 337318,163 337318,163 286720,438 286720,438 267450,856 268099,551 286720,438 286720,438
Story3 347578,365 347578,365 295441,610 295441,610 284359,912 284756,944 295441,610 295441,610
Story2 353458,571 353458,571 300439,785 300439,785 296778,996 297084,756 300439,785 300439,785
Story1 355728,934 355728,934 302369,594 302369,594 302369,594 302369,594 302369,594 302369,594

Nilai gaya geser desain didapat dari nilai maksimum antara gaya gempa 85%
statik dan gaya gempa dinamik correction (dinamik terkoreksi). Sebagai contoh,
penentuan gaya geser desain pada Story 15 adalah sebagai berikut :

Arah X :
Gaya Geser Desain Story 12 = MAX (41799,760 ; 54925,774) = 54925,774

Arah Y :
Gaya Geser Desain Story 12 = MAX (41799,760 ; 54377,566) = 54377,566

93
14

12

10
Gempa Statik
8
85% Gempa Statik
6 Gempa Dinamik Correct
Gempa Desain
4

0
0 100000 200000 300000 400000 500000

Gambar 2.34 Distribusi Gaya Geser Gempa Arah X Setinggi Gedung

14

12

10
Gempa Statik
8
85% Gempa Statik
6 Gempa Dinamik Correct
Gempa Desain
4

0
0 100000 200000 300000 400000 500000

Gambar 2.35 Distribusi Gaya Geser Gempa Arah Y Setinggi Gedung

Dari gambar distribusi gaya geser di atas dapat dilihat bahwa gempa dinamik
correction memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap gaya geser pada
lantai-lantai paling atas karena nilai gaya gesernya lebih besar daripada gaya gempa
statiknya, sedangkan pada lantai bawah nilai gaya geser desain sudah memenuhi syarat
minimal 85% statik. Hal itulah yang menyebabkan perlunya pertimbangan antara relasi
gempa statik dan dinamik, karena semakin tinggi bangunan dapat mempengaruhi
perilaku dinamiknya yang bisa lebih dominan.

94
9. GAYA GEMPA LATERAL DESAIN
Gaya gempa lateral desain tiap lantai didapat dari gaya geser tiap lantai desain
hasil analisis sebelumnya. Gaya gempa pada suatu lantai merupakan selisih dari
gaya geser antar lantai tersebut, sehingga nilainya masing-masing dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.

Tabel 2.21 Gaya Gempa Desain


GAYA GESER DESAIN F, GEMPA DESAIN
Story Vx Vy Fx Fy
(Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf)
Story12 54925,7740 54377,5657 54925,7740 54377,5657
Story11 107202,5284 105528,9372 52276,7544 51151,3714
Story10 142528,1706 141878,0869 35325,6422 36349,1497
Story9 174431,3129 174431,3129 31903,1423 32553,2260
Story8 206920,0156 206920,0156 32488,7027 32488,7027
Story7 233966,6165 233966,6165 27046,6009 27046,6009
Story6 256189,4989 256189,4989 22222,8824 22222,8824
Story5 273775,2404 273775,2404 17585,7415 17585,7415
Story4 286720,4384 286720,4384 12945,1979 12945,1979
Story3 295441,6102 295441,6102 8721,1719 8721,1719
Story2 300439,7852 300439,7852 4998,1750 4998,1750
Story1 302369,5938 302369,5938 1929,8086 1929,8086

Contoh perhitungan Gaya Gempa Desain arah X (FX) :


F12 = V12 = 54925,7740
F11 = V11 – V12 = 107202,5284 – 54925,7740 = 52276,7544
F10 = V10 – V11 = 142528,1706 – 107202,5284 = 35325,6422
F9 = V9 – V10 = 174431,3129 – 142528,1706 = 31903,1423
F8 = V8 – V9 = 206920,0156– 174431,3129 = 32488,7027
F7 = V7 – V8 = 233966,6165 – 206920,0156 = 27046,6009
F6 = V6 – V7 = 256189,4989 – 233966,6165 = 22222,8824
F5 = V5 – V6 = 273775,2404 – 256189,4989 = 17585,7415 …. Dst

95
Setelah mendapatkan nilai gaya gempa desain, input gaya-gaya tersebut ke
program ETABS dengan cara sebagai berikut :
a. Gaya Gempa Desain Arah X :
Unlock Model – pilih menu Define – Load Patterns – pada kotak dialog
Define Load Patterns pilih Load “EX” – pada kotak pilihan Auto Lateral
Load pilih User Loads – Click To Modify Load.

Gambar 2.36 User Loads Gempa EX

Setelah mengganti Auto Lateral Load menjadi User Loads, klik Modify
Lateral Load di sebelah kanan kemudian masukkan nilai gempa FX desain ke dalam
kotak tabulasi atau gunakan copy – paste dari Excel yang dibuat.

Gambar 2.37 Input Gaya Gempa Desain FX

96
b. Gaya Gempa Desain Arah Y:
Unlock Model – pilih menu Define – Load Patterns – pada kotak dialog
Define Load Patterns pilih Load “EY” – pada kotak pilihan Auto Lateral
Load pilih User Loads – Click To Modify Load.

Gambar 2.38 User Loads Gempa EY

Setelah mengganti Auto Lateral Load menjadi User Loads, klik Modify
Lateral Load di sebelah kanan kemudian masukkan nilai gempa FY desain ke dalam
kotak tabulasi atau gunakan copy – paste dari Excel yang dibuat.

Gambar 2.39 Input Gaya Gempa Desain FY

97
10. KONTROL DESAIN
Kontrol desain struktur dilakukan terhadap pengecekan batas simpangan
antar lantai yang diatur dalam pasal 7.8.6 dan 7.12.1 serta kestabilan akibat efek P-
Delta yang diatur dalam pasal 7.8.7. Setelah input gaya gempa desain arah x dan
arah y, lakukan kembali proses Run Analysis. Untuk melihat nilai simpangan
maksimum tiap lantai pilih menu Display – Story Response Plots – kemudian isi
kotak dialog seperti tampak pada gambar di bawah ini – Formatted ke dalam bentuk
excel.

Gambar 2.40 Maximum Story Displacement Akibat Gempa EX

Gambar 2.41 Maximum Story Displacement Akibat Gempa EY

98
Tabel 2.22 Simpangan Maksimum Lantai Akibat Gempa Arah X
Elevation X-Dir Y-Dir
Story Location
m mm mm
Story12 48 Top 36,400 1,900
Story11 44 Top 33,100 1,800
Story10 40 Top 29,700 1,600
Story9 36 Top 26,100 1,500
Story8 32 Top 22,500 1,300
Story7 28 Top 18,800 1,100
Story6 24 Top 15,000 0,900
Story5 20 Top 11,400 0,700
Story4 16 Top 8,000 0,500
Story3 12 Top 5,000 0,300
Story2 8 Top 2,500 0,200
Story1 4 Top 0,800 0,047
Base 0 Top 0,000 0,000

Tabel 2.23 Simpangan Maksimum Lantai Akibat Gempa Arah Y


Elevation X-Dir Y-Dir
Story Location
m mm mm
Story12 48 Top 1,700 46,200
Story11 44 Top 1,600 43,200
Story10 40 Top 1,400 39,800
Story9 36 Top 1,300 36,000
Story8 32 Top 1,100 31,800
Story7 28 Top 1,000 27,200
Story6 24 Top 0,800 22,400
Story5 20 Top 0,600 17,500
Story4 16 Top 0,400 12,700
Story3 12 Top 0,300 8,100
Story2 8 Top 0,100 4,100
Story1 4 Top 0,041 1,200
Base 0 Top 0,000 0,000

99
Tabel 2.24 Simpangan Antar Tingkat Ijin X – Dir
Hsx δe Δ Δi Δijin Ket
Story
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Story12 4000 36,40 200,20 18,15 80 OKEH
Story11 4000 33,10 182,05 18,70 80 OKEH
Story10 4000 29,70 163,35 19,80 80 OKEH
Story9 4000 26,10 143,55 19,80 80 OKEH
Story8 4000 22,50 123,75 20,35 80 OKEH
Story7 4000 18,80 103,40 20,90 80 OKEH
Story6 4000 15,00 82,50 19,80 80 OKEH
Story5 4000 11,40 62,70 18,70 80 OKEH
Story4 4000 8,00 44,00 16,50 80 OKEH
Story3 4000 5,00 27,50 13,75 80 OKEH
Story2 4000 2,50 13,75 9,35 80 OKEH
Story1 4000 0,80 4,40 4,40 80 OKEH
Base 4000 0,00 0,00 0,00 80 OKEH

Tabel 2.25 Simpangan Antar Tingkat Ijin Y – Dir


Hsx δe Δ Δi Δijin Ket
Story
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Story12 4000 46,20 254,10 16,50 80 OKEH
Story11 4000 43,20 237,60 18,70 80 OKEH
Story10 4000 39,80 218,90 20,90 80 OKEH
Story9 4000 36,00 198,00 23,10 80 OKEH
Story8 4000 31,80 174,90 25,30 80 OKEH
Story7 4000 27,20 149,60 26,40 80 OKEH
Story6 4000 22,40 123,20 26,95 80 OKEH
Story5 4000 17,50 96,25 26,40 80 OKEH
Story4 4000 12,70 69,85 25,30 80 OKEH
Story3 4000 8,10 44,55 22,00 80 OKEH
Story2 4000 4,10 22,55 15,95 80 OKEH
Story1 4000 1,20 6,60 6,60 80 OKEH
Base 4000 0,00 0,00 0,00 80 OKEH

100
Contoh perhitungan penentuan simpangan antar tingkat/lantai 12 (Story 12)
untuk gempa arah Y adalah sebagai berikut :

Cd   e 12
 =
12
Ie
5,5  46, 20
 12 =
1
 = 254,10 mm
12

Cd   e 11
 =
11
Ie
5,5  43, 20
 11 =
1
 = 237, 60 mm
11

12 =  12 −  11
12 = 254,10 − 237, 60
12 = 16, 50 mm

Berdasarkan tabel 16, simpangan antar lantai ijin SNI 1726 – 2012 untuk jenis
struktur yang masuk kedalam tipe semua struktur lainnya dan berada pada kategori
risiko II, batas simpangan antar lantai ijin adalah 0,020 hsx, dimana hsx merupakan
tinggi antar tingkat. Maka dari perhitungan diatas didapat :

ijin = 0, 020  hsx


ijin = 0, 020  4000

ijin = 80 mm

Maka 12 = ijin ......... OK

101
Pada analisis kontrol selanjutnya yaitu pengecekan kestabilan bangunan/ efek
P-Delta, dibutuhkan nilai beban kumulatif gravity pada tiap lantai dengan faktor
beban individu tidak melebihi 1,0. Oleh karena itu diambil kombinasi untuk
pengecekan P-Delta adalah :
CombP-delta = 1,0 DL + 0,3 LL
Untuk memasukkan kombinasi ke dalam ETABS adalah dengan cara pilih
menu Define – Load Combination – klik Add New Combo – Buat kombinasi seperti
gambar dibawah ini – OK.

Gambar 2.42 Kombinasi Beban Gravity P-Delta

Setelah itu pilih menu Display – Show Tables – Analysis – Results – Structure
Results – Story Forces – klik kanan pada tabel output – Export To Excel – Sort and
Filter berdasarkan Comb P-Delta dengan Location Bottom.

102
Tabel 2.26 Beban P (Gravity) Kumulatif
Load P
Story Location
Case/Combo kgf
Story12 Comb P-Delta Bottom 587200
Story11 Comb P-Delta Bottom 1302384
Story10 Comb P-Delta Bottom 2017567
Story9 Comb P-Delta Bottom 2732751
Story8 Comb P-Delta Bottom 3447935
Story7 Comb P-Delta Bottom 4163118
Story6 Comb P-Delta Bottom 4889835
Story5 Comb P-Delta Bottom 5616552
Story4 Comb P-Delta Bottom 6343269
Story3 Comb P-Delta Bottom 7069985
Story2 Comb P-Delta Bottom 7796702
Story1 Comb P-Delta Bottom 8523419

Tabel 2.27 Cek Kestabilan Akibat Gempa X


Hsx Δi P VX
Story θ θmax Cek
(mm) (mm) kgf (Kgf)
Story12 4000 18,15 587200 54925,774 0,00882 0,090909 STABIL
Story11 4000 18,70 1302384 107202,528 0,010326 0,090909 STABIL
Story10 4000 19,80 2017567 142528,171 0,01274 0,090909 STABIL
Story9 4000 19,80 2732751 174431,313 0,0141 0,090909 STABIL
Story8 4000 20,35 3447935 206920,016 0,015413 0,090909 STABIL
Story7 4000 20,90 4163118 233966,617 0,016904 0,090909 STABIL
Story6 4000 19,80 4889835 256189,499 0,017178 0,090909 STABIL
Story5 4000 18,70 5616552 273775,240 0,017438 0,090909 STABIL
Story4 4000 16,50 6343269 286720,438 0,016593 0,090909 STABIL
Story3 4000 13,75 7069985 295441,610 0,014956 0,090909 STABIL
Story2 4000 9,35 7796702 300439,785 0,011029 0,090909 STABIL
Story1 4000 4,40 8523419 302369,594 0,005638 0,090909 STABIL

103
Tabel 2.28 Cek Kestabilan Akibat Gempa Y
Hsx Δi P VY
Story θ θmax Cek
(mm) (mm) kgf (Kgf)
Story12 4000 16,50 587200,4 54377,566 0,008099 0,090909 STABIL
Story11 4000 18,70 1302384 105528,937 0,01049 0,090909 STABIL
Story10 4000 20,90 2017567 141878,087 0,013509 0,090909 STABIL
Story9 4000 23,10 2732751 174431,313 0,01645 0,090909 STABIL
Story8 4000 25,30 3447935 206920,016 0,019163 0,090909 STABIL
Story7 4000 26,40 4163118 233966,617 0,021352 0,090909 STABIL
Story6 4000 26,95 4889835 256189,499 0,023381 0,090909 STABIL
Story5 4000 26,40 5616552 273775,240 0,024618 0,090909 STABIL
Story4 4000 25,30 6343269 286720,438 0,025442 0,090909 STABIL
Story3 4000 22,00 7069985 295441,610 0,02393 0,090909 STABIL
Story2 4000 15,95 7796702 300439,785 0,018814 0,090909 STABIL
Story1 4000 6,60 8523419 302369,594 0,008457 0,090909 STABIL

Contoh perhitungan kontrol efek P-Delta pada Story 5 akibat gempa Y


adalah sebagai berikut :
PY  5  Ie
5 =
VY  hsx  Cd
5616552  26, 40 1
5 =
273775, 240  4000  5,5
 5 = 0, 024618

0,5
 max =  0, 25
  Cd
0,5
 max =  0, 25
1 5,5
 max = 0, 0909  0, 25

Karena nilai θ < 0,1 maka tidak disyaratkan untuk diperhitungkan terhadap
pengaruh P-Delta, dan nilai θ < θmax, sehingga struktur masih dalam kondisi stabil.

104
11. ANALISIS SISTEM GANDA (DUAL SYSTEM)
Pengecekan terhadap gaya geser desain yang ditahan oleh pemikul momen
dan dinding geser (shear wall) harus dilakukan sebagai syarat Sistem Ganda. Gaya
geser desain selanjutnya akan digunakan untuk tahap perhitungan penulangan,
sehingga pengaruh efektifitas penampang retak (cracked) harus diperhatikan dan
ditinjau untuk setiap komponen elemen struktur penahan beban gempa sesuai acuan
pada SNI Beton 2847 – 2013.

a. Icracked Balok
Pilih menu Define – Section Properties – Frame Sections – pilih salah satu
tipe balok – Modify/Show Property – pilih Modify/Show Modifiers – ganti
nilai Moment of Inertia about 3 axis menjadi 0,35 – OK. Lakukan hal yang
sama untuk tipe balok lainnya.

Gambar 2.43 Icracked Balok

105
b. Icracked Kolom
Pilih menu Define – Section Properties – Frame Sections – pilih salah satu
tipe kolom – Modify/Show Property – pilih Modify/Show Modifiers – ganti
nilai Moment of Inertia about 2 axis dan Moment of Inertia about 3 axis
menjadi 0,7 – OK. Lakukan hal yang sama untuk tipe kolom lainnya.

Gambar 2.44 Icracked Kolom

c. Icracked Shear Wall


Pilih menu Define – Section Properties – Wall Sections – pilih tipe shear wall
– Modify/Show Property – pilih Modify/Show Modifiers – ganti nilai
Membrane F11 Direction menjadi 0,7 (kondisi uncracked) dan Bending M11
Direction menjadi 0,35 (kondisi cracked) – OK.

Setelah mengganti efektifitas penampang utuh menjadi kondisi cracked,


lakukan kembali proses Run Analysis.

106
Untuk mengetahui distribusi beban gempa pada kolom dan shear wall agar
diketahui masing-masing persentasenya, kita dapat lihat pada tabel Reactions
namun sebelumnya kita harus mengetahui joint label masing-masing titik kolom
dan shear wall terlebih dahulu dengan cara : tampilkan plan 2D Base dengan
memilih menu View – Set Plan View – pilih Base – OK – kemudian pilih menu View
– Set Display Options – pada kotak dialog Set View Options pilih Object
Assignments – pada bagian Joint Assignments beri tanda ceklis pada Labels – OK.

Gambar 2.45 Joint Label

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa label titik untuk shear wall berturut-
turut adalah 9, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, dan 23. Untuk mengetahui
besarnya gaya geser yang diterima pada titik-titik tersebut pilih menu Display –
Show Tables – Analysis – Results – Reactions – beri tanda ceklis pada pilihan
Design Reactions – OK – klik kanan pada tabel output tersebut – Export to Excel.

ETABS akan memberikan semua informasi nilai gaya dalam dari hasil Run
masing-masing Load Case/Combo, untuk memudahkan mengetahui reaksi dari
pembebanan gempa desain, pilih sort & filter pada Microsoft excel kemudian select
hanya untuk pembebanan gempa X (EX) dan gempa Y (EY). Hasil design reaction
masing-masing joint dapat dilihat pada tabel berikut ini.

107
Tabel 2.29 Joint Reactions Akibat Gempa EX
Joint Load FX
Story
Label Case/Combo kgf
Base 1 EX -583,467
Base 2 EX -1035,59
Base 3 EX -1011,59
Base 4 EX -1011,59
Base 5 EX -1035,6
Base 6 EX -583,135
Base 7 EX -1245,16
Base 8 EX -1244,79
Base 9 EX -70514,6
Base 10 EX -1169,18
Base 11 EX -1169,18
Base 13 EX -74203,3
Base 14 EX -74203,3
Base 15 EX -70514,5
Base 16 EX -221,078
Base 17 EX -512,508
Base 18 EX -460,895
Base 19 EX -227,999
Base 20 EX -219,219
Base 21 EX -514,013
Base 22 EX -460,893
Base 23 EX -227,996
Jumlah -302370

Berdasarkan tabel diatas, akibat gempa arah X (EX) shear wall dan
kolom menahan gaya geser pada lantai base/dasar sebesar :

Vshear wall = 292280,310 Kgf


% Vshear wall = 96,663 %

Vkolom = 10089,28 Kgf


% Vkolom = 3,337 %

108
Tabel 2.30 Joint Reactions Akibat Gempa EY
Joint Load FY
Story
Label Case/Combo kgf
Base 1 EY -4331,43
Base 2 EY -1858,05
Base 3 EY -1937,12
Base 4 EY -2043,56
Base 5 EY -2049,44
Base 6 EY -5116,62
Base 7 EY -1158,26
Base 8 EY -1275,97
Base 9 EY -1227,16
Base 10 EY -1158,27
Base 11 EY -1275,97
Base 13 EY -1150,28
Base 14 EY -1227,16
Base 15 EY -1150,29
Base 16 EY -17691,6
Base 17 EY -45563,9
Base 18 EY -45565
Base 19 EY -17690,3
Base 20 EY -20596,8
Base 21 EY -53852,8
Base 22 EY -53852,8
Base 23 EY -20596,8
Jumlah -302370

Berdasarkan tabel diatas, akibat gempa arah Y (EY) shear wall dan kolom
menahan gaya geser pada lantai base/dasar sebesar :

Vshear wall = 280164,9 Kgf


% Vshear wall = 92,656 %

Vkolom = 22204,693 Kgf


% Vkolom = 7,344 %

109
Gambar 2.46 Diagram Momen Frame Akibat Beban Mati (DL)

Gambar 2.47 Diagram Momen Frame Akibat Beban Hidup (LL)

Gambar 2.48 Diagram Momen Frame Akibat Beban Gempa X (EX)

110
Gambar 2.49 Diagram Momen Frame Akibat Beban Gempa Y (EY)

Gambar 2.50 Diagram Momen Shear Wall Akibat Beban Gempa X (EX)

Gambar 2.51 Diagram Momen Shear Wall Akibat Beban Gempa Y (EY)

111
Berdasarkan tabel nilai gaya geser dari interaksi sistem ganda, pada lantai
terbawah persentase beban gempa yang dipikul oleh frame akibat gempa X sebesar
3,337 % dan akibat gempa Y sebesar 7,334 %, karena frame telah menahan > 3 %
gaya geser desain oleh karena itu perlu dilakukan analisis terpisah terhadap rangka
pemikul momen yang harus disediakan mampu menahan 25 % dari nilai beban
gempa desain.
Save file analisis pemodelan pertama (pemodelan interaksi ganda lengkap
dengan shear wall dan kolom) dan untuk melakukan analisis pemodelan ke-2 ini,
maka shear wall yang telah terpasang harus dihapus dan digantikan dengan
boundary element shear wall yaitu kolom yang akan diletakkan di ujung-ujung titik
shear wall. Boundary Element seringkali diperlukan pada sebuah struktur dinding
geser/shear wall, karena :
a. Sebagai tempat penjangkaran tulangan balok yang tegak lurus terhadap dinding;
b. Tempat tulangan utama terhadap lentur;

c. Stability terhadap buckling dalam arah out of plane forces/bending momen, pada
thin wall sections;
d. Memungkinkan pengekangan yang efektif dari daerah yang dominan mengalami
tekan.

Cara untuk menghapus elemen shear wall adalah : pilih menu Select –
Select – Object Type – pilih Walls – Select – Close – kemudian pilih menu Edit –
Delete.
Asumsikan dimensi Boundary Element untuk masing-masing shear wall
arah X dengan panjang total 8 m dan shear wall arah Y dengan panjang total 4 m.
Asumsi dimensi boundary element untuk shear wall arah X adalah 30 cm x 150 cm
dan boundary element untuk shear wall arah Y adalah 30 cm x 120 cm. Boundary
Element dipasang dari dasar hingga puncak dinding geser. Penggambaran boundary
elements sama halnya dengan elemen kolom seperti contoh-contoh sebelumnya
yang telah dijelaskan. Hubungkan kedua boundary element pada masing-masing
ujung titik shear wall menggunakan balok induk/utama sesuai dengan arahnya
masing-masing.

112
Gambar 2.52 Dimensi Boundary Element 1 (BE1)

Gambar 2.53 Dimensi Boundary Element 2 (BE2)

113
Gambar 2.54 Penggambaran Boundary Elements

Setelah mengganti shear wall dengan boundary elementsnya di setiap lantai,


maka sama halnya dengan struktur kolom pada lantai base diberi perletakan jepit
untuk ke-12 boundary elements tersebut. Efektifitas penampang retak/cracked
juga dapat ditambahkan sama seperti struktur kolom lainnya dan nilai rigid zone
factor untuk boundary elements diambil sama dengan kolom.

Gambar 2.55 3D View Analisis 25% Beban Gempa

Setelah selesai merubah model seperti langkah diatas lakukanlah Run pada
aplikasi ETABS sehingga akan memberikan semua informasi nilai gaya dalam dari
hasil masing-masing Load Case/Combo, untuk memudahkan mengetahui reaksi

114
dari pembebanan gempa desain, pilih sort & filter pada Microsoft excel kemudian
select hanya untuk pembebanan gempa X (EX) dan gempa Y (EY). Hasil design
reaction masing-masing joint dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.31 Joint Reactions Akibat Gempa EX


Load FX
Story Joint Label
Case/Combo kgf
Base 1 EX -10565,562
Base 2 EX -14170,638
Base 3 EX -14099,234
Base 4 EX -14099,234
Base 5 EX -14170,677
Base 6 EX -10565,233
Base 7 EX -14215,368
Base 8 EX -14214,649
Base 9 EX -36238,153
Base 10 EX -13770,910
Base 11 EX -13770,864
Base 13 EX -37378,961
Base 14 EX -37378,958
Base 15 EX -36238,151
Base 16 EX -1324,555
Base 17 EX -4131,514
Base 18 EX -3994,591
Base 19 EX -1296,247
Base 20 EX -1320,029
Base 21 EX -4135,278
Base 22 EX -3994,547
Base 23 EX -1296,241
Jumlah -302369,594

Berdasarkan tabel diatas, akibat gempa arah X (EX) kolom akan menahan
gaya geser pada lantai base/dasar sebesar :

Vkolom = 133642,370 Kgf


133642,370
% Vkolom = 100% = 44,198%
302369,594

115
Tabel 2.32 Joint Reactions Akibat Gempa EY
Joint Load FY
Story
Label Case/Combo kgf
Base 1 EY -17664,595
Base 2 EY -14982,021
Base 3 EY -15572,829
Base 4 EY -16424,151
Base 5 EY -17578,304
Base 6 EY -23069,683
Base 7 EY -12855,323
Base 8 EY -15088,031
Base 9 EY -2972,329
Base 10 EY -12854,962
Base 11 EY -15088,032
Base 13 EY -2825,747
Base 14 EY -2972,330
Base 15 EY -2825,747
Base 16 EY -16211,263
Base 17 EY -12240,760
Base 18 EY -12104,396
Base 19 EY -15888,449
Base 20 EY -20719,736
Base 21 EY -15855,599
Base 22 EY -15855,581
Base 23 EY -20719,724
Jumlah -302369,593

Berdasarkan tabel diatas, akibat gempa arah Y (EY) shear wall dan kolom
menahan gaya geser pada lantai base/dasar sebesar :

Vkolom = 161177,932 Kgf


161177,932
% Vkolom = 100% = 53,305%
302369,593

Selanjutnya lakukan perhitungan untuk beban gempa frame dimana setiap


25% gempa desain pada lantai tersebut harus dikenakan pada rangka pemikul
momen. Perhitungan gaya gempa untuk frame ini dapat dilihat pada rincian tabel
berikut ini.

116
Tabel 2.33 25% Beban Gempa Desain
V DESAIN 25% V DESAIN F’, FRAME
Story Vx Vy 25% Vx 25% Vy F’x F’y
(Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf)
Story12 54925,774 54377,566 13731,443 13594,391 13731,443 13594,391
Story11 107202,528 105528,937 26800,632 26382,234 13069,189 12787,843
Story10 142528,171 141878,087 35632,043 35469,522 8831,411 9087,287
Story9 174431,313 174431,313 43607,828 43607,828 7975,786 8138,306
Story8 206920,016 206920,016 51730,004 51730,004 8122,176 8122,176
Story7 233966,617 233966,617 58491,654 58491,654 6761,650 6761,650
Story6 256189,499 256189,499 64047,375 64047,375 5555,721 5555,721
Story5 273775,240 273775,240 68443,810 68443,810 4396,435 4396,435
Story4 286720,438 286720,438 71680,110 71680,110 3236,299 3236,299
Story3 295441,610 295441,610 73860,403 73860,403 2180,293 2180,293
Story2 300439,785 300439,785 75109,946 75109,946 1249,544 1249,544
Story1 302369,594 302369,594 75592,398 75592,398 482,452 482,452

Nilai F’x dan F’y didapat dari selisih gaya geser antar lantai, dimana gaya
geser tiap lantai disediakan sebesar 25% dari gaya geser desain. Input gaya gempa
tersebut ke dalam Load Patterns untuk EX dan EY dengan cara yang sama seperti
sebelumnya. Lakukan Run Analysis untuk pemodelan terpisah ini dan bandingkan
nilai bending momen pada lantai-lantai yang framenya menahan kurang dari 25%
gempa desain akibat interaksi dari sistem ganda pada anaisis sebelumnya.

Tabel 2.34 25% Gaya Geser untuk Frame


Load FX FY FZ MX MY MZ
Case/Combo kgf kgf kgf kN-m kN-m kN-m
DL 0 3,422E-06 7666509 611262,54 -1502801 5,85E-07
LL 0 1,299E-06 1729347 139470,65 -338963 0
EX -75592,399 0 0 0 -25839,65 6615,669
EY 0,0000037 -75592,397 0 25811,482 1,31E-06 -16292,07

V’X = 75592,399 Kgf


V’Y = 75592,397 Kgf

117
(#3) PENULANGAN STRUKTUR SISTEM GANDA (DUAL SYSTEM)
Oleh : Muhammad Hind Al Hakim

Pada analisis pembebanan gempa sistem ganda, telah didapat gaya gempa
desain untuk perencanaan struktur. Setelah dilakukan analisis untuk persyaratan
sistem ganda (dual system) maka diperlukan 2 pemodelan, yaitu untuk Interaksi
Sistem Ganda lengkap dengan elemen struktur penahan gempa yang dibebani 100%
gaya geser gempa desain, selanjutnya disebut sebagai Model 1 dan analisis terpisah
untuk frame yang menahan 25% gaya geser gempa desain, selanjutnya disebut
sebagai Model 2. Gaya-gaya dalam untuk penulangan struktur frame diambil
berdasarkan kondisi yang memberikan nilai paling maksimum.

1. KOMBINASI PEMBEBANAN

Kombinasi Permbebanan untuk setiap elemen struktur diatur dalam SNI


1726 – 2012 Pasal 7.4. Berikut ini adalah kombinasi pembebanan yang akan
digunakan untuk analisis struktur :
SDS (g) = 0,603 (Depok, Tanah Sedang)
ρ = 1,3 (faktor redundansi, lihat pasal 7.3.4.2)

U1 = 1,4 DL
U2 = 1,2 DL + 1,6 LL
U3 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL + ρ Ex + 0,3 ρ Ey
U4 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL + ρ Ex – 0,3 ρ Ey
U5 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL – ρ Ex + 0,3 ρ Ey
U6 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL – ρ Ex – 0,3 ρ Ey
U7 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL + 0,3 ρ Ex + ρ Ey
U8 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL – 0,3 ρ Ex + ρ Ey
U9 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL + 0,3 ρ Ex – ρ Ey
U10 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL – 0,3 ρ Ex – ρ Ey
U11 = (0,9 – 0,2 SDS) DL + ρ Ex + 0,3 ρ Ey

118
U12 = (0,9 – 0,2 SDS) DL + ρ Ex – 0,3 ρ Ey
U13 = (0,9 – 0,2 SDS) DL – ρ Ex + 0,3 ρ Ey
U14 = (0,9 – 0,2 SDS) DL – ρ Ex – 0,3 ρ Ey
U15 = (0,9 – 0,2 SDS) DL + 0,3 ρ Ex + ρ Ey
U16 = (0,9 – 0,2 SDS) DL – 0,3 ρ Ex + ρ Ey
U17 = (0,9 – 0,2 SDS) DL + 0,3 ρ Ex – ρ Ey
U18 = (0,9 – 0,2 SDS) DL – 0,3 ρ Ex – ρ Ey

Dengan menggunakan nilai SDS dan ρ, maka hasil perhitungan kombinasi


pembebanan yang akan digunakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 Kombinasi Pembebanan


Combo.1 = 1,4 DL
Combo.2 = 1,2 DL + 1,6 LL
Combo.3 = 1,3206 DL + 1 LL + 1,3 Ex + 0,39 Ey
Combo.4 = 1,3206 DL + 1 LL + 1,3 Ex - 0,39 Ey
Combo.5 = 1,3206 DL + 1 LL - 1,3 Ex + 0,39 Ey
Combo.6 = 1,3206 DL + 1 LL - 1,3 Ex - 0,39 Ey
Combo.7 = 1,3206 DL + 1 LL + 0,39 Ex + 1,3 Ey
Combo.8 = 1,3206 DL + 1 LL - 0,39 Ex + 1,3 Ey
Combo.9 = 1,3206 DL + 1 LL + 0,39 Ex - 1,3 Ey
Combo.10 = 1,3206 DL + 1 LL - 0,39 Ex - 1,3 Ey
Combo.11 = 0,7794 DL + 1,3 Ex + 0,39 Ey
Combo.12 = 0,7794 DL + 1,3 Ex - 0,39 Ey
Combo.13 = 0,7794 DL - 1,3 Ex + 0,39 Ey
Combo.14 = 0,7794 DL - 1,3 Ex - 0,39 Ey
Combo.15 = 0,7794 DL + 0,39 Ex + 1,3 Ey
Combo.16 = 0,7794 DL - 0,39 Ex + 1,3 Ey
Combo.17 = 0,7794 DL + 0,39 Ex - 1,3 Ey
Combo.18 = 0,7794 DL - 0,39 Ex - 1,3 Ey

Kombinasi pembebanan tersebut akan digunakan untuk mencari nilai gaya-


gaya dalam struktur, oleh karena itu input kombinasi pembebanan ini pada
kedua pemodelan struktur yang masing-masing akan dianalisis.

119
Cara membuat kombinasi pembebanan dalam ETABS adalah : pilih menu
Define – Load Combinations – klik Add New Combo – pada kotak Define
Combination of Load Case/Combo Results masukkan nilai scale factor pada
masing-masing load case sesuai koefisien beban yang telah dihitung, untuk
menambahkan load case lainnya pilih Add di sebelah kanan – OK. Buat 18
kombinasi pembebanan sesuai perhitungan di atas, untuk menambahkan kombinasi
lainnya klik Add New Combo pada kotak dialog Load Combinations.

Gambar 3.1 Input Combo 5

Gambar 3.2 Load Combination

120
Selain dari kombinasi-kombinasi pembebanan tersebut, dibuat juga
kombinasi envelope. Kombinasi envelope bertujuan untuk mendapatkan nilai
maksimum dan minimum dari semua kombinasi yang ada.

Gambar 3.3 Kombinasi Envelope

Pada bagian Combination Type pilih “Envelope” dan isikan load name
sesuai kombinasi – kombinasi yang telah dibuat sebelumnya dengan faktor skala
(scale factor) = 1, dengan kombinasi ini maka ETABS akan mencari otomatis
nilai/output maksimum dan minimum dari 18 kombinasi yang telah dibuat secara
cepat.

121
2. CONCRETE FRAME DESIGN – CODE
Berdasarkan SNI Beton 2847 – 2013 Pasal 9.3, Kekuatan desain yang
disediakan oleh suatu komponen struktur, sambungannya dengan komponen
strukturr lain, dan penampangnya, sehubungan dengan lentur, beban normal, geser,
dan torsi, harus diambil sebesar kekuatan nominal dihitung sesuai dengan
persyaratan dan asumsi dari standar yang dikalikan dengan faktor reduksi
kekuatan ϕ.
Cara input nilai faktor reduksi kekuatan ini pada ETABS adalah : pilih menu
Design – Concrete Frame Design – View/Revise Preferences.

Gambar 3.4 Concrete Frame Design ACI 318 – 11

- Design Code : ACI 318-11 (SNI Beton 2847-2013)


- Multi-Response Case Design : Step-by-step – All
- Number of Interaction Curves : 24
- Number of Interaction Points : 11

122
- Consider Minimum Eccentricity : Yes
- Seismic Design Category : Kategori Desain Seismik D
- Design System Omega : 2,5 (over strength factor sistem ganda)
- Design System Rho : 1,3 (faktor redundansi)
- Design System Sds : 0,603 (parameter spektral desain)
- Phi (Tension Controlled) : 0,9
- Phi (Compression Controlled Tied) : 0,65
- Phi (Compression Controlled Spiral) : 0,75
- Phi (Shear and/or Torsion) : 0,75
- Phi (Shear Seismic) : 0,6
- Phi (Joint Shear) : 0,85
- Pattern Live Load Factor : 0,75
- Utilization Factor Limit :1

3. DESAIN/ CHECK STRUCTURE


Pilih menu Design – Concrete Frame Design – Select Design Combinations
– pindahkan kombinasi pada list combinations yang ingin dicek ke kotak design

combinations sebelah kanan – klik icon pada jendela atas – tunggu proses
design/check structure.

Gambar 3.5 Cek Struktur Akibat Kombinasi Beban Gravity (1,2 DL + 1,6 LL)

123
4. PENULANGAN LENTUR BALOK
Contoh perhitungan tulangan lentur balok induk B 35 x 70 akan diambil
sample balok pada As 3/E – F seperti gambar di bawah ini.

Gambar 3.6 B 35 x 70 As 3/E – F (Model 1)

Gambar 3.7 B 35 x 70 As 3/E – F (Model 2)

124
Untuk menampilkan diagram momen (units untuk momen forces diambil
kgf–m) adalah dengan cara : pilih menu Display – Force/Stress Diagrams –
Frame/Pier/Spandrels/Link Forces – isi kotak dialog seperti gambar di bawah ini
– OK.

Gambar 3.8 Kotak Dialog Diagram Momen Balok

- Load Combination : Comb Envelope (Max and Min)


- Component : Moment 3-3
- Scaling : Automatic untuk skala otomatis
- Display Options : Fill Diagram
- Include : Frames (tipe frame untuk balok)

125
Arahkan kursor mouse ke frame balok As 3/E – F, kemudian klik kanan
hingga tampil kotak dialog Diagram for Beam.

Gambar 3.9 Diagram Gaya Dalam Frame Balok Comb Envelope

Gambar 3.10 Diagram Momen Balok As 3/E – F pada Story 1 – Model 1

Gambar 3.11 Diagram Momen Balok As 3/E – F pada Story 1 – Model 2

Hasil data momen envelope balok As 3/E – F di semua lantai pada kedua pemodelan
ini dapat dilihat pada tabel di berikut ini.

126
Tabel 3.2 Momen Ultimit Envelope Tumpuan – Lapangan B 35 x 70 As 3/E – F
Model 1 Model 2
Momen Max Momen Min Momen Max Momen Min
Story
(+) Lapangan (-) Tumpuan (+) Lapangan (-) Tumpuan
(Kgf-m) (Kgf-m) (Kgf-m) (Kgf-m)
1 58333,7182 55094,4717 58334,8787 58599,6705
2 58333,5457 57396,8211 58335,4515 61410,6627
3 58333,6498 59260,5695 58336,5231 62517,0729
4 58333,5666 60699,4557 58337,2376 62730,4416
5 58333,6396 61791,2729 58337,9571 62453,2419
6 58333,556 62437,1219 58338,964 61818,2727
7 58333,1048 62727,4067 58340,4655 60833,214
8 58333,0563 62952,813 58341,0527 59802,3102
9 58333,5821 62980,1446 58341,7381 58612,8312
10 58331,8582 62821,1709 58342,0014 57358,8037
11 58336,3907 62936,8366 58342,1994 56146,3931
12 44959,1076 50272,9884 44979,5129 43630,0871

Melihat dari nilai momen balok di setiap lantainya, maka pada perhitungan
penulangan balok ini akan dibuat menjadi 2 tipe yaitu penulangan balok untuk story
1 – story 11 dan penulangan balok atap/story 12. Tipe penulangan balok merupakan
keputusan engineer dalam desain, oleh karena itu untuk desain aktual penulangan
balok dapat dibagi kedalam beberapa zona lantai dengan distribusi jumlah tulangan
yang halus.
Data momen ultimit didapat dari output gaya dalam ETABS sesuai tabel di
atas. Momen ultimit yang digunakan adalah momen yang menghasilkan nilai
paling besar diantara kedua pemodelan.
Berdasarkan tabel diatas nilai Momen Maximum berasal dari Story 11 –
Model 2 sebesar 58342,1994 Kgf-m dan Momen Minimum berasal dari Story 9
– Model 1 sebesar 62980,1446 Kgf-m.

127
Parameter yang digunakan dalam perencanaan tulangan balok adalah sebagai
berikut :
Mutu beton f’c = 29,05 MPa (K-350), β1 = 0,85
Baja tulangan fy = 420 Mpa
Faktor reduksi lentur ϕ = 0,9
Faktor reduksi momen ϕ =1
Faktor reduksi geser ϕ = 0,75
Bentang Balok (L) = 8000 mm
Lebar Balok (b) = 350 mm
Tinggi Balok (h) = 700 mm
Selimut Beton/Cover (p) = 60 mm

a. Penulangan Lentur Balok Story 1 – 11


Mu max = 58342,1994 Kgf – m (Story 11 – Model 2)
Mu min = - 62980,1446 Kgf – m (Story 9 – Model 1)
Momen positif maksimum digunakan untuk penulangan daerah lapangan
sedangkan momen negatif maksimum digunakan untuk penulangan daerah
tumpuan.

- Penulangan Tumpuan Atas


Perhitungan tulangan lentur balok untuk tulangan tumpuan atas dilakukan
pengecekkan terlebih dahulu adapun sebagai berikut:
a. Momen ultimit (Mu) = 62980,1446 kgf – m
b. Lebar efektif (d) = 700 mm – 60 mm
= 640 mm
Mn
c. Koefisien tahanan (Rn) =
 b d2
62980,1446 104
=
0,9  350  6402
= 4,8813

128
0,85  f ' c  2  Rn 
d. Rasio tulangan (ρ) = 1 − 1 − 
fy  0,85  f ' c 

0,85  29, 05  2  4,8813 


= 1 − 1 − 
420  0,85  29, 05 

= 0,01308
1,4
e. Rasio tulangan (ρmin) =
fy
1, 4
=
420
= 0,0033
 0,85  f ' c  1 600 
f. Rasio tulangan (ρmaks) = 0,75  
 fy 600 + fy 

 0,85  29, 05  0,85 600 


= 0, 75   
 420 600 + 420 
= 0,02205
g. Karena nilai ρmin < ρ < ρmaks, maka yang digunakan adalah ρ = 0,01308.
h. As Perlu =  bd
= 0, 01308  350  640
= 2929,92 mm2

Penggunaan tulangan pada story 1 – 11 untuk tulangan tumpuan atas adalah


D22 dengan perhitungan sebagai berikut:
1
Astulangan =  3,14  222
4
= 379,94 mm2
As perlu
Jumlah Tulangan (n) =
As tulangan

2929,92
=
379,94
= 7,711  8D22 (As aktual = 3039,52 mm2)

129
Cek Momen Tahanan Nominal :
As  fy
- a =
0,85  f ' c  b
3039,52  420
=
0,85  29, 05  350
= 147,714 mm
a
- c =
1
147, 714
=
0,85
= 173,781 mm
(d − c)
- εs =  0, 003
c
(640 − 173, 781)
=  0, 003
173, 781
= 0,00805
fy
- εy =
Es
420
=
200000
= 0,0021
Karena nilai εs > εy
0,00805 > 0,0021, maka fs = fy (Tulangan Tarik Sudah Luluh)
 a
- ϕMn =   As  fy   d − 
 2

 147, 714  −4
= 0,9  3039,52  420   640 −  10
 2 
= 65046,35232 kgf – m

Mu < ϕMn
62980,1446 kgf – m < 65046,35232 kgf – m ….. OK

130
- Penulangan Tumpuan Bawah
Asperlu = 0,5  As perlu tumpuan atas

= 0,5 2929,92
= 1464,96 mm2
Tulangan yang digunakan = D22
1
Astulangan =  3,14  222
4
= 379,94 mm2
As perlu
Jumlah Tulangan (n) =
As tulangan

1464,96
=
379,94
= 3,856  4D22 (As aktual = 1519,76 mm2)

- Penulangan Lapangan Bawah


Perhitungan tulangan lentur balok untuk tulangan lapangan bawah dilakukan
pengecekkan terlebih dahulu adapun sebagai berikut:
a. Momen ultimit (MU) = 58342,1994 kgf – m
b. Lebar efektif (d) = 700 mm – 60 mm
= 640 mm
Mn
c. Koefisien tahanan (Rn) =
 b d2
58342,1994 104
=
0,9  350  6402
= 4,5218

0,85  f ' c  2  Rn 
d. Rasio tulangan (ρ) = 1 − 1 − 
fy  0,85  f ' c 

0,85  29, 05  2  4, 5218 


= 1 − 1 − 
420  0,85  29, 05 

= 0,01199

131
1,4
e. Rasio tulangan (ρmin) =
fy
1, 4
=
420
= 0,0033
 0,85  f ' c  1 600 
f. Rasio tulangan (ρmaks) = 0,75  
 fy 600 + fy 

 0,85  29, 05  0,85 600 


= 0, 75   
 420 600 + 420 
= 0,02205
g. Karena nilai ρmin < ρ < ρmaks, maka yang digunakan adalah ρ = 0,01199.
h. As Perlu =  bd
= 0, 01199  350  640
= 2685,76 mm2
Penggunaan tulangan pada story 1 – 11 untuk tulangan lapangan bawah
adalah D22 dengan perhitungan sebagai berikut:
1
Astulangan =  3,14  222
4
= 379,94 mm2
As perlu
Jumlah Tulangan (n) =
As tulangan

2685, 76
=
379,94
= 7,069  8D22 (As aktual = 3039,52 mm2)

Cek Momen Tahanan Nominal :


As  fy
- a =
0,85  f ' c  b
3039,52  420
=
0,85  29, 05  350
= 147,714 mm

132
a
- c =
1
147, 714
=
0,85
= 173,781 mm
(d − c)
- εs =  0, 003
c
(640 − 173, 781)
=  0, 003
173, 781
= 0,00805
fy
- εy =
Es
420
=
200000
= 0,0021
Karena nilai εs > εy
0,00805 > 0,0021, maka fs = fy (Tulangan Tarik Sudah Luluh)
 a
- ϕMn =   As  fy   d − 
 2

 147, 714  −4
= 0,9  3039,52  420   640 −  10
 2 
= 65046,35232 kgf – m

Mu < ϕMn
58342,1994 kgf – m < 65046,35232 kgf – m ….. OK

- Penulangan Lapangan Atas


Asperlu = 0,5  Asperlu lapangan bawah

= 0,5 2685, 76
= 1342,880 mm2
Tulangan yang digunakan = D22

133
1
Astulangan =  3,14  222
4
= 379,94 mm2
As perlu
Jumlah Tulangan (n) =
As tulangan

1342, 880
=
379,94
= 3,544  4D22 (As aktual = 1519,76 mm2)

8D22 4D22 8D22


4D22 8D22 4D22

Kebutuhan luasan tulangan balok maksimum juga dapat dicocokan dengan


hitungan program ETABS menggunakan kombinasi envelope dengan cara : pilih
menu Design – Concrete Frame Design – Select Design Combinations – pindahkan
Comb Envelope pada kotak List of Combinastions ke kotak sebelah kanan atau
kotak Design Combinations – OK – pilih menu Design kembali – Concrete Frame
Design – Start Design/Check.

Gambar 3.12 Kebutuhan Luas Tulangan dari ETABS (Model 1 dan Model 2)

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa :


Daerah tumpuan atas :
As hitung > As ETABS
2929,92 mm2 > 2864 mm2……OK (desain menggunakan hasil hitungan)
Daerah lapangan bawah :
As hitung > As ETABS
2685,76 mm2 > 2627 mm2 ……OK (desain menggunakan hasil hitungan)

134
b. Penulangan Lentur Balok Story 12/Atap
Mu max = 44979,5129 Kgf – m (Model 2)
Mu min = - 50272,9884 Kgf – m (Model 1)
Momen positif maksimum digunakan untuk penulangan daerah lapangan
sedangkan momen negatif maksimum digunakan untuk penulangan daerah
tumpuan.

- Penulangan Tumpuan Atas


Perhitungan tulangan lentur balok untuk tulangan tumpuan atas dilakukan
pengecekkan terlebih dahulu adapun sebagai berikut:
a. Momen ultimit (MU) = 50272,9884 kgf – m
b. Lebar efektif (d) = 700 mm – 60 mm
= 640 mm
Mn
c. Koefisien tahanan (Rn) =
 b d2
50272,9884 104
=
0,9  350  6402
= 3,8964

0,85  f ' c  2  Rn 
d. Rasio tulangan (ρ) = 1 − 1 − 
fy  0,85  f ' c 

0,85  29, 05  2  3, 8964 


= 1 − 1 − 
420  0,85  29, 05 

= 0,01015
1,4
e. Rasio tulangan (ρmin) =
fy
1, 4
=
420
= 0,0033

135
 0,85  f ' c  1 600 
f. Rasio tulangan (ρmaks) = 0,75  
 fy 600 + fy 

 0,85  29, 05  0,85 600 


= 0, 75   
 420 600 + 420 
= 0,02205
g. Karena nilai ρmin < ρ < ρmaks, maka yang digunakan adalah ρ = 0,01015.
h. As Perlu =  bd
= 0, 01015  350  640
= 2273,6 mm2

Penggunaan tulangan pada story 12/Atap untuk tulangan tumpuan atas adalah
D22 dengan perhitungan sebagai berikut:
1
Astulangan =  3,14  222
4
= 379,94 mm2
As perlu
Jumlah Tulangan (n) =
As tulangan

2273, 6
=
379,94
= 5,984  6D22 (As aktual = 2279,64 mm2)

Cek Momen Tahanan Nominal :


As  fy
- a =
0,85  f ' c  b
2279, 64 420
=
0,85  29, 05  350
= 110,785 mm
a
- c =
1
110, 785
= = 130,335 mm
0,85

136
(d − c)
- εs =  0, 003
c
(640 − 130,335)
=  0, 003
130,335
= 0,0117
fy
- εy =
Es
420
=
200000
= 0,0021
Karena nilai εs > εy
0,0117 > 0,0021, maka fs = fy (Tulangan Tarik Sudah Luluh)
 a
- ϕMn =   As  fy   d − 
 2

 110, 785  −4
= 0,9  2279, 64  420   640 −  10
 2 
= 50375,85744 kgf – m

Mu < ϕMn
50272,9884 kgf – m < 50375,85744 kgf – m ….. OK

- Penulangan Tumpuan Bawah


Asperlu = 0,5  As perlu tumpuan atas

= 0,5 2273, 6
= 1136,8 mm2
Tulangan yang digunakan = D22
1
Astulangan =  3,14  222
4
= 379,94 mm2

137
As perlu
Jumlah Tulangan (n) =
As tulangan

1136,8
=
379,94
= 3,992  4D22 (As aktual = 1519,76 mm2)

- Penulangan Lapangan Bawah


Perhitungan tulangan lentur balok untuk tulangan lapangan bawah dilakukan
pengecekkan terlebih dahulu adapun sebagai berikut:
a. Momen ultimit (MU) = 44979,5129 kgf – m
b. Lebar efektif (d) = 700 mm – 60 mm
= 640 mm
Mn
c. Koefisien tahanan (Rn) =
 b d2
44979,5129 104
=
0,9  350  6402
= 3,4861

0,85  f ' c  2  Rn 
d. Rasio tulangan (ρ) = 1 − 1 − 
fy  0,85  f ' c 

0,85  29, 05  2  3, 4861 


= 1 − 1 − 
420  0,85  29, 05 

= 0,00899
1,4
e. Rasio tulangan (ρmin) =
fy
1, 4
=
420
= 0,0033

138
 0,85  f ' c  1 600 
f. Rasio tulangan (ρmaks) = 0,75  
 fy 600 + fy 

 0,85  29, 05  0,85 600 


= 0, 75   
 420 600 + 420 
= 0,02205
g. Karena nilai ρmin < ρ < ρmaks, maka yang digunakan adalah ρ = 0,00899.
h. As Perlu =  bd
= 0, 00899  350  640
= 2013,76 mm2
Penggunaan tulangan pada story 12/Atap untuk tulangan lapangan bawah
adalah D22 dengan perhitungan sebagai berikut:
1
Astulangan =  3,14  222
4
= 379,94 mm2
As perlu
Jumlah Tulangan (n) =
As tulangan

2013, 76
=
379,94
= 5,300  6D22 (As aktual = 2279,64 mm2)

Cek Momen Tahanan Nominal :


As  fy
- a =
0,85  f ' c  b
2279, 64  420
=
0,85  29, 05  350
= 110,785 mm
a
- c =
1
110, 785
=
0,85
= 130,335 mm

139
(d − c)
- εs =  0, 003
c
(640 − 130,335)
=  0, 003
130,335
= 0,0117
fy
- εy =
Es
420
=
200000
= 0,0021
Karena nilai εs > εy
0,0117 > 0,0021, maka fs = fy (Tulangan Tarik Sudah Luluh)
 a
- ϕMn =   As  fy   d − 
 2

 110, 785  −4
= 0,9  2279, 64  420   640 −  10
 2 
= 50375,85744 kgf – m

Mu < ϕMn
44979,5129 kgf – m < 50375,85744 kgf – m ….. OK

- Penulangan Lapangan Atas


Asperlu = 0,5  Asperlu lapangan bawah

= 0,5 2013, 76
= 1006,88 mm2
Tulangan yang digunakan = D22
1
Astulangan =  3,14  222
4
= 379,94 mm2

140
As perlu
Jumlah Tulangan (n) =
As tulangan

1006, 88
=
379,94
= 2,650  3D22 (As aktual = 1139,82 mm2)

6D22 3D22 6D22


4D22 6D22 4D22

Kebutuhan luasan tulangan balok maksimum juga dapat dicocokan dengan


hitungan program ETABS menggunakan kombinasi envelope dengan cara : pilih
menu Design – Concrete Frame Design – Select Design Combinations – pindahkan
Comb Envelope pada kotak List of Combinastions ke kotak sebelah kanan atau
kotak Design Combinations – OK – pilih menu Design kembali – Concrete Frame
Design – Start Design/Check.

Gambar 3.13 Kebutuhan Luas Tulangan dari ETABS (Model 1 dan Model 2)

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa :


Daerah tumpuan atas :
As hitung > As ETABS
2273,6 mm2 > 2226 mm2……OK (desain menggunakan hasil hitungan)
Daerah lapangan bawah :
As hitung > As ETABS
2013,76 mm2 > 1971 mm2 ……OK (desain menggunakan hasil hitungan)

141
5. PENULANGAN GESER BALOK
Tulangan geser/sengkang daerah tumpuan pada balok induk harus tetap
berperilaku elastis pada saat terjadi sendi plastis maka harus diperhitungkan gaya
lintang tambahan berdasarkan tulangan nominal balok terpasang (Desain
Kapasitas/Capacity Design), sehingga penulangan geser/sengkang didaerah
tumpuan balok induk dihitung berdasarkan gaya lintang :
1   Mprkiri + Mprkanan 
Ve =   q  L  +  
2   ln 
Atau maksimum diperhitungkan berdasarkan gaya lintang yang timbul akibat
pembebanan : U = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL ± ρ E (dipilih mana yang lebih
kecil). Pada pembebanan tetap harus diperhitungkan juga gaya lintang akibat
pembebanan : U = 1,2 DL + 1,6 LL untuk dipilih yang lebih besar. Step-step
perancangan tulangan geser adalah sebagai berikut :

1. Persyaratan Tulangan Geser


Di daerah sendi plastis harus digunakan tulangan sengkang tertutup, yaitu :
a. Di daerah 2h dari muka kolom
b. Di daerah 2h pada sendi plastis di tengah bentang Jarak sengkang di
daerah sendi plastis, s, tidak boleh lebih besar dari persyaratan di bawah
ini:
- 16 x diameter tulangan longitudinal
- 48 x hoop bar diameter
- d/4
- 6 x smallest longitudinal bar diameter
- 150 mm

2. Momen primer
Desain Kapasitas (Capacity Design) – untuk menjamin bahwa struktur tidak
runtuh pada gempa kuat. Momen kapasitas dari sendi plastis atau yang disebut
dengan ‘the probable flexural strength’, Mpr, adalah momen nominal berdasarkan
tulangan yang terpasang. Dalam menghitung momen Mpr didasarkan pada

142
tegangan tarik fs = 1,25 fy, dimana nilai fy adalah kuat leleh yang disyaratkan
dengan faktor reduksi ϕ = 1. Kedua momen harus diperhitungkan untuk 2 arah,
yaitu searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam.
 a pr  1,25  As  fy
M pr = 1, 25  As  fy   d −  , dimana a pr =
 2  0,85  f ' c  d

Gaya lintang ultimit akibat pembebanan gempa yang telah dijelaskan di atas
harus dipilih yang lebih kecil, oleh karena itu pada buat kombinasi envelope gempa
yang terdiri dari Comb. 3 – Comb. 10 dan buat kombinasi Wu = 1,2 DL + 1,0 LL.

Gambar 3.14 Kombinasi Envelope Gempa untuk Geser Balok

143
Gambar 3.15 Kombinasi Wu

Gambar 3.16 Gaya Geser Negatif Max (Vmin) Tumpuan Kiri

144
Gambar 3.17 Gaya Geser Positif Min (Vmin) Tumpuan Kanan

Gambar 3.18 Gaya Geser Kombinasi Wu = 1,2 DL + 1,0 LL

145
Tabel 3.3 Gaya Geser Ultimit Desain Tumpuan B 35 x 70 As 3/E – F
Model 1 Model 2
Envelope Gempa Minimum Wu = 1,2 DL + 1,0 LL Envelope Gempa Minimum Wu = 1,2 DL + 1,0 LL
Story
V Tump. Kiri V Tump. Kanan V Tump. Kiri V Tump. Kanan V Tump. Kiri V Tump. Kanan V Tump. Kiri V Tump. Kanan
(Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf)
1 33183,4310 31616,3804 20674,2711 20674,2711 34131,1941 30668,6173 20674,2443 20674,2443
2 33805,5571 30994,2543 20674,2989 20674,2989 34891,0765 29908,7349 20674,2675 20674,2675
3 34309,2318 30490,5795 20674,3220 20674,3220 35190,3959 29609,4155 20674,2973 20674,2973
4 34698,0348 30101,7765 20674,3428 20674,3428 35248,2562 29551,5552 20674,3286 20674,3286
5 34993,0861 29806,7252 20674,3609 20674,3609 35173,5318 29626,2795 20674,3615 20674,3615
6 35167,5749 29632,2365 20674,3750 20674,3750 35002,1906 29797,6207 20674,3911 20674,3911
7 35245,8736 29553,9378 20674,3864 20674,3864 34736,3644 30063,4470 20674,4200 20674,4200
8 35306,7457 29493,0657 20674,3980 20674,3980 34457,9004 30341,9109 20674,4484 20674,4484
9 35314,2403 29485,5711 20674,4089 20674,4089 34136,6048 30663,2065 20674,4715 20674,4715
10 35270,7891 29529,0223 20674,4150 20674,4150 33797,7497 31002,0617 20674,4863 20674,4863
11 25303,2289 29496,5825 20674,4292 20674,4292 33470,1245 31329,6869 20674,5026 20674,5026
12 28265,0982 23168,0571 14866,4225 14866,4225 26475,8022 24957,3531 14866,4700 14866,4700

1. Penulangan Geser/Sengkang Balok pada Story 1 – 11 As 3/E – F


As terpasang pada tumpuan atas 8D22, (As aktual = 2929,92 mm2)
1,25  As  fy
a pr =
0,85  f ' c  d
1, 25  2929,92  420
a pr =
0,85  33, 2  640
a pr = 85,168

 a pr 
Mn atas = 1, 25  As  fy  d − 
 2 

 85,168  −4
Mn atas = 1, 25  2929,92  420  640 −  10
 2 
Mn atas = 91895, 007 kgf-m
As terpasang pada tumpuan bawah 4D22, (As aktual = 1464,96 mm2)
1,25  As  fy
a pr =
0,85  f ' c  d
1, 25 1464,96  420
a pr =
0,85  33, 2  640
a pr = 42,584

146
 a pr 
Mn bawah = 1, 25  As  fy  d − 
 2 

 42,584  −4
Mn bawah = 1, 25 1464,96  420  640 −  10
 2 
Mn bawah = 47585, 078 kgf-m

a. Kondisi akibat gempa ke arah kanan


−(91895, 007 + 47585, 078)
Veb1 = + 20674,503
8
Veb1 = 3239, 492 kgf

(91895, 007 + 47585, 078)


Veb 2 = + 20674,503
8
Veb 2 = 38109,514 kgf

b. Kondisi akibat gempa ke arah kiri


(47585, 078 + 91895, 007)
Veb1 = + 20674,503
8
Veb1 = 38109,514 kgf

−(47585, 078 + 91895, 007)


Veb 2 = + 20674,503
8
Veb 2 = 3239, 492 kgf

Berdasarkan tabel 3.2 Gaya Geser Ultimit balok terbesar akibat kombinasi
gempa/envelope minimum gempa dihasilkan oleh balok pada Story 8 Model 1
dengan VTump Kiri = 35306,746 Kgf dan VTump Kanan = 29493,065 Kgf.
Maka gaya geser desain adalah :
Veb > Vu
38109,514 Kgf > 35306,746 Kgf

147
Ambil nilai maksimum sebagai gaya geser desain Veb = 38109,514 Kgf
Vu = 35306,746 Kgf
0,5Vu = 17,653,373 Kgf
Veb > 0,5 Vu, sehingga nilai Vc pada daerah sendi plastis (2d) = 0.
Adapun perhitungan tulangan geser pada daerah sendi plastis atau tumpuan
adalah sebagai berikut:
Veb
AV =
  fys  d
38109,514
AV = 104
0, 75  420  640

AV = 1890,353 mm 2 /m

Menggunakan tulangan ulir sengkang tertutup D10, karena 1 sengkang


tertutup dihitung 2 loop, maka luas sengkang adalah:
10 2
As = 2  3,14  = 157 mm 2
4
Av
n=
As
1890,353
n=
157
n = 12, 040 ~ 13
Jarak sengkang, s dalam 1 meter (1000 mm) :
1000
s=
(n − 1)
1000
s=
(13 − 1)
s = 83,333 mm = 80 mm

Maka tulangan sengkang yang digunakan untuk tumpuan pada story 1 – 11


As 3/E – F adalah D10 – 80.

148
Adapun perhitungan tulangan geser pada daerah luar sendi plastis atau
lapangan adalah sebagai berikut:
 f 'c 
Vc =  bd
 6 

 33, 2  −1
Vc =    350  640 10
 6 
Vc = 21511, 258 kgf
Veb /  − Vc
AV =
fy  d
(38109,514 / 0, 75 − 21511, 258) 10
AV = 1000
420  640
AV = 1810,320 mm 2 /m

Menggunakan tulangan ulir sengkang tertutup D10, karena 1 sengkang


tertutup dihitung 2 loop, maka luas sengkang
10 2
As = 2  3,14  = 157 mm 2
4
Av
n=
As
1810,320
n=
157
n = 11,530 ~ 12
1000
s=
(n − 1)
1000
s=
(12 − 1)
s = 90,909 mm = 80 mm
Maka tulangan sengkang yang digunakan untuk lapangan pada story 1 – 11
As 3/E – F adalah D10 – 80.

D10 - 80 D10 - 80 D10 - 80


Tumpuan Lapangan Tumpuan

149
2. Penulangan Geser/Sengkang Balok pada Story 12/Atap As 3/E – F
As terpasang pada tumpuan atas 6D22, (As aktual = 2273,6 mm2)
1,25  As  fy
a pr =
0,85  f ' c  d
1, 25  2273, 6  420
a pr =
0,85  33, 2  640
a pr = 66, 090

 a pr 
Mn atas = 1, 25  As  fy  d − 
 2 

 66, 090  −4
Mn atas = 1, 25  2273, 6  420  640 −  10
 2 
Mn atas = 72448,576 kgf-m

As terpasang pada tumpuan bawah 4D22, (As aktual = 1136,8 mm2)


1,25  As  fy
a pr =
0,85  f ' c  d
1, 25 1136,8  420
a pr =
0,85  33, 2  640
a pr = 33, 045

 a pr 
Mn bawah = 1, 25  As  fy  d − 
 2 

 33, 045  −4
Mn bawah = 1, 25 1136,8  420  640 −  10
 2 
Mn bawah = 37210,384 kgf-m

150
a. Kondisi akibat gempa ke arah kanan
−(72448,576 + 37210,384)
Veb1 = + 14866, 470
8
Veb1 = 1159,100 kgf

(72448,576 + 37210,384)
Veb 2 = + 14866, 470
8
Veb 2 = 28573,840 kgf

b. Kondisi akibat gempa ke arah kiri


(37210,384 + 72448,576)
Veb1 = + 14866, 470
8
Veb1 = 28573,840 kgf

−(37210,384 + 72448,576)
Veb 2 = + 14866, 470
8
Veb 2 = 1159,100 kgf

Berdasarkan tabel 3.2 Gaya Geser Ultimit balok terbesar akibat kombinasi
gempa/envelope minimum gempa dihasilkan oleh balok pada Story 12/Atap
Model 1 dengan VTump Kiri = 28265,098 Kgf dan VTump Kanan = 23168,057 Kgf.

Maka gaya geser desain adalah :


Veb > Vu
28573,840 Kgf > 28265,098 Kgf
Ambil nilai maksimum sebagai gaya geser desain Veb = 28573,840 Kgf
Vu = 28265,098 Kgf
0,5Vu = 14132,549 Kgf
Veb > 0,5 Vu, sehingga nilai Vc pada daerah sendi plastis (2d) = 0.

151
Adapun perhitungan tulangan geser pada daerah sendi plastis atau tumpuan
adalah sebagai berikut:
Veb
AV =
  fys  d
28573,840
AV = 104
0, 75  420  640

AV = 1417,353 mm 2 /m

Menggunakan tulangan ulir sengkang tertutup D10, karena 1 sengkang


tertutup dihitung 2 loop, maka luas sengkang adalah :
10 2
As = 2  3,14  = 157 mm 2
4
Av
n=
As
1417,353
n=
157
n = 9, 027 ~ 10
Jarak sengkang, s dalam 1 meter (1000 mm) :
1000
s=
(n − 1)
1000
s=
(10 − 1)
s = 111,111 mm = 100 mm

Maka tulangan sengkang yang digunakan untuk tumpuan pada story 12/Atap
As 3/E – F adalah D10 – 100.

152
Adapun perhitungan tulangan geser pada daerah luar sendi plastis atau
lapangan adalah sebagai berikut:
 f 'c 
Vc =  bd
 6 

 33, 2  −1
Vc =    350  640 10
 6 
Vc = 21511, 258 kgf
Veb /  − Vc
AV =
fy  d
(28573,840 / 0, 75 − 21511, 258) 10
AV = 1000
420  640
AV = 1337,321 mm 2 /m

Menggunakan tulangan ulir sengkang tertutup D10, karena 1 sengkang


tertutup dihitung 2 loop, maka luas sengkang
10 2
As = 2  3,14  = 157 mm 2
4
Av
n=
As
1337,321
n=
157
n = 8,517 ~ 9
1000
s=
(n − 1)
1000
s=
(9 − 1)
s = 125 mm
Maka tulangan sengkang yang digunakan untuk lapangan pada story 1 – 11
As 3/E – F adalah D10 – 125.

D10 - 100 D10 - 125 D10 - 100


Tumpuan Lapangan Tumpuan

153
6. PENULANGAN TORSI BALOK
a. Penulangan Torsi Balok pada Story 1 – 11 As 3/E – F
Berdasarkan hasil output torsi ETABS 2013 diperoleh momen puntir :
1. Momen Puntir Ultimate
Tu = 100,3684 Kgf-m

Gambar 3.19 Momen Torsi Maksimum Story 1 – 11 Kombinasi Envelope

2. Momen Puntir Nominal


Tu
Tn =

100,368
Tn =
0, 75
Tn = 133,824 Kgf-m

3. Geser Ultimit
Vu = 35306,746 Kgf
Pengaruh puntir dapat diabaikan bila momen puntir terfaktor Tu besarnya
kurang daripada :
 Acp 2 
Tu min =   (0, 083)    fc '   SNI 03 – 2847 – 2013 Pasal 11.5.1 (a)
 Pcp 

154
Dimana :
Acp = b  h
Acp = 350  700

Acp = 245000 mm 2
Pcp = 2  ( b + h )

Pcp = 2  ( 300 + 750 )

Pcp = 2100 mm
Maka :
 2450002 
Tu min = 0, 75  (0, 083) 1 33, 2  
 2100 
Tu min = 10252299,190 Nmm
Sedangkan untuk momen puntir terfaktor maksimum Tu dapat diambil
sebesar :
 Acp 2 
Tu max =   (0,33)    fc '   SNI 03 – 2847 – 2013 Pasal 11.5.2.2 (a)
 Pcp 

 2450002 
Tu max = 0, 75  (0,33) 1 33, 2  
 2100 
Tu max = 40762153, 410 Nmm

4. Cek pengaruh momen puntir


Tu < Tu min, maka tulangan puntir diabaikan
Tu > Tu min, maka memerlukan tulangan puntir

Tu = 100,3684 Kgf-m = 1003684 Nmm


1003684 Nmm < 10252299,190 Nmm (tidak memerlukan tulangan puntir).
Maka dipakai tulangan torsi minimum 2D10.

155
b. Penulangan Torsi Balok pada Story 12/Atap As 3/E – F
Berdasarkan hasil output torsi ETABS 2013 diperoleh momen puntir :
1. Momen Puntir Ultimate
Tu = 75,5311 Kgf-m

Gambar 3.20 Momen Torsi Maksimum Story 12/Atap Kombinasi Envelope

2. Momen Puntir Nominal


Tu
Tn =

75,531
Tn =
0, 75
Tn = 100, 708 Kgf-m

3. Geser Ultimit
Vu = 28265,0982 Kgf
Pengaruh puntir dapat diabaikan bila momen puntir terfaktor Tu besarnya
kurang daripada :
 Acp 2 
Tu min =   (0, 083)    fc '   SNI 03 – 2847 – 2013 Pasal 11.5.1 (a)
 Pcp 

156
Dimana :
Acp = b  h
Acp = 350  700

Acp = 245000 mm 2
Pcp = 2  ( b + h )

Pcp = 2  ( 300 + 750 )

Pcp = 2100 mm
Maka :
 2450002 
Tu min = 0, 75  (0, 083) 1 33, 2  
 2100 
Tu min = 10252299,190 Nmm
Sedangkan untuk momen puntir terfaktor maksimum Tu dapat diambil
sebesar :
 Acp 2 
Tu max =   (0,33)    fc '   SNI 03 – 2847 – 2013 Pasal 11.5.2.2 (a)
 Pcp 

 2450002 
Tu max = 0, 75  (0,33) 1 33, 2  
 2100 
Tu max = 40762153, 410 Nmm

4. Cek pengaruh momen puntir


Tu < Tu min, maka tulangan puntir diabaikan
Tu > Tu min, maka memerlukan tulangan puntir

Tu = 75,5311 Kgf-m = 755311 Nmm


755311 Nmm < 10252299,190 Nmm (tidak memerlukan tulangan puntir).
Maka dipakai tulangan torsi minimum 2D10.

Berikut ini adalah hasil rekapitulasi dan penggambaran penulangan balok


B7 (35 x 70) :

157
1. Penulangan Balok pada Story 1 – 11 As 3/E – F
8D22 4D22 8D22
4D22 8D22 4D22

D10 - 80 D10 - 80 D10 - 80


Tumpuan Lapangan Tumpuan

Tabel 3.4 Rekapitulasi Penulangan Balok B7 pada Story 1 – 11 As 3/E – F


Penulangan Hasil Tulangan
Tulangan Tumpuan Atas 8D22
Tulangan Tumpuan Bawah 4D22
Tulangan Lapangan Atas 4D22
Tulangan Lapangan Bawah 8D22
Tulangan Sengkang Tumpuan D10 – 80
Tulangan Sengkang Lapangan D10 – 80
Tulangan Torsi 2D10
Sumber : Lembar Kerja, 2019
2. Penulangan Balok pada Story 12/Atap As 3/E – F
6D22 3D22 6D22
4D22 6D22 4D22

D10 - 100 D10 - 125 D10 - 100


Tumpuan Lapangan Tumpuan

Tabel 3.5 Rekapitulasi Penulangan Balok B7 pada Story 1 – 11 As 3/E – F


Penulangan Hasil Tulangan
Tulangan Tumpuan Atas 6D22
Tulangan Tumpuan Bawah 4D22
Tulangan Lapangan Atas 3D22
Tulangan Lapangan Bawah 6D22
Tulangan Sengkang Tumpuan D10 – 100
Tulangan Sengkang Lapangan D10 – 125
Tulangan Torsi 2D10
Sumber : Lembar Kerja, 2019

158
7. PENULANGAN LONGITUDINAL KOLOM
Penulangan utama kolom pada umumnya di cek berdasarkan diagram
interaksi dimana Mu < ϕMn berdasarkan kombinasi maksimum dan minimum.
Pada pengecekan tulangan utama dengan diagram interaksi akan digunakan
program PCACOL.
Data gaya dalam mayor – minor yang dibutuhkan sebagai pengecekan
kapasitas kuat tulangan kolom pada diagram interasi biaxial momen adalah:
(Pmaks, Mx, My); (P, Mx maks, My); (P, Mx, My maks); dan (Pmin, Mx, My).
Perjanjian tanda untuk gaya aksial P adalah KN (ganti pada unit forces) dan untuk
satuan momen adalah KN – m (ganti pada unit momen).
Untuk mendapatkan gaya-gaya dalam tersebut dapat dilihat dari hasil output
ETABS dengan cara : pilih menu Display – Show Tables – Analysis – Results –
Frame Results – ceklis kotak Column Forces – OK – klik kanan pada tabel – Export
To Excel – Lakukan Sort and Filter untuk mendapatkan nilai gaya dalam yang
dibutuhkan sesuai zona masing-masing kolom.
Penulangan kolom dibagi menjadi 2 zona yaitu, Zona 1 (Story 1 – 6) dan
Zona 2 (Story 7 – 12). Data gaya dalam maksimum yang diperlukan adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.6 Gaya Dalam Desain Kolom K 60 x 100 Model 1
P M2 M3
Zona Story Column Combo
(KN) (KN-m) (KN-m)
Story 1 C20 Comb6 -10694,33 -0,767 -92,279
Story 4 C23 Comb8 -2945,800 507,444 157,613
1
Story 2 C10 Comb6 -4091,027 -20,097 -266,549
Story 6 C10 Comb11 -960,034 -134,882 58,316

Tabel 3.7 Gaya Dalam Desain Kolom K 60 x 100 Model 2


P M2 M3
Zona Story Column Combo
(KN) (KN-m) (KN-m)
Story 1 C20 Comb2 -10968,37 2,747 -0,151
Story 1 C18 Comb8 -6492,837 362,865 -64,931
1
Story 1 C1 Comb5 -5945,522 49,040 -730,837
Story 6 C9 Comb16 -308,942 20,733 -56,447

159
Tabel 3.8 Gaya Dalam Desain Kolom K 60 x 80 Model 1
P M2 M3
Zona Story Column Combo
(KN) (KN-m) (KN-m)
Story 7 C20 Comb6 -5147,785 0,0465 -126,398
Story 12 C23 Comb9 -193,200 492,257 -253,341
2
Story 12 C10 Comb6 -214,038 30,684 321,579
Story 12 C10 Comb11 -82,526 -136,118 53,08

Tabel 3.9 Gaya Dalam Desain Kolom K 60 x 80 Model 2


P M2 M3
Zona Story Column Combo
(KN) (KN-m) (KN-m)
Story 7 C20 Comb2 -5270,5147 3,187 -1,379
Story 12 C8 Comb8 -369,301 -199,623 10,590
2
Story 12 C23 Comb3 -218,580 -6,938 -279,474
Story 12 C12 Comb18 -56,989 8,585 38,650

Berikut ini akan dijelaskan contoh penggunaan program PCACOL V6 untuk


desain tulangan kolom K 60 x 100.
1. Buka program PCACOL

Gambar 3.21 Tampilan Program PCACOL

160
2. Pilih menu Input – General Information

Gambar 3.22 General Information

3. Pilih menu Input – Material Properties


Masukkan nilai f’c dan fy sesuai dengan rencana

Gambar 3.23 Material Properties

161
4. Pilih menu Input – Section – Rectangular
Masukkan dimensi kolom

Gambar 3.24 Rectangular Section K 60 cm x 100 cm

5. Pilih menu Options – Reinforcement

Gambar 3.25 Bar Set : ASTM A615M

162
6. Pilih menu Input – Reinforcement – Sides Different
Asumsikan rasio tulangan akibat kombinasi gempa = 1,5 % - 3%
As = 1,5% x 600 x 1000
As = 9000 mm2
Menggunkan tulangan utama D25 (As = 3,14 x 252/4 = 490,625 mm2)
n = As dimensi /As tulangan
n = 9000 / 490,625
n = 18,344 ~ 20D25
Tulangan yang digunakan menjadi 20D25

Gambar 3.26 Asumsi Jumlah Tulangan

Gambar 3.27 Rasio Tulangan Kolom K 60 x 100

163
7. Pilih menu Input – Reinforcement – Confinement

Gambar 3.28 Confinement

8. Pilih menu Input – Loads – Factored


(Pmaks, Mx, My) Model 1 dan Model 2

Gambar 3.29 Input Load Koordinat (Pmaks, Mx, My) Model 1 dan Model 2

164
(P, Mx maks, My) Model 1 dan Model 2

Gambar 3.30 Input Load Koordinat (P, Mx maks, My) Model 1 dan Model 2

(P, Mx, My maks) Model 1 dan Model 2

Gambar 3.31 Input Load Koordinat (P, Mx, My maks) Model 1 dan Model 2

165
(Pmin, Mx, My) Model 1 dan Model 2

Gambar 3.32 Input Load Koordinat (Pmin, Mx, My) Model 1 dan Model 2

9. Pilih menu Solve – Execute – View – P-M Diagram

Gambar 3.33 Error

Dari gambar diatas menyatakan bahwa kapasitas penampang telah terlampaui


sehingga langkah yang harus dilakukan yaitu dengan menambah jumlah tulangan
dengan melakukan pilih menu Input – Reinforcement – Sides Different. Ubahlah
jumlah tulangan top dan bottom yang tadinya 4 buah menjadi 5 buah sehingga total
tulangan keseluruhan menjadi 22 buah.

166
Menggunkan tulangan utama D25 (As = 3,14 x 252/4 = 490,625 mm2) dengan
jumlah 22D25.
As perlu = n x As tulangan
As perlu = 22 x 490,625
As perlu = 10793,75
Asumsikan rasio tulangan akibat kombinasi gempa = 1,5 % - 3%
Rasio = As perlu / As dimensi
Rasio = (10793,75 / (600 x 1000)) x 100%
Rasio = 1,79 %

Gambar 3.34 Asumsi Jumlah Tulangan Baru

Setelah merubah jumlah tulangan pilih menu Solve – Execute – View – P-M
Diagram. Didapatkan hasil P-M Diagram sebagai berikut :

Gambar 3.35 Diagram Interaksi K 60 x 100

167
Untuk melihat gaya dalam yang bekerja lebih jelas, pada PCA Col V6
memiliki fitur 3D sehingga memudahkan untuk menganalisis kolom dengan cara

pilih pada bagian atas icon.

Gambar 3.36 Diagram Interaksi 3 Dimensi K 60 x 100

Untuk membuat potongan secara vertikal pilih Cut Vertical kemudian pilih bagian
yang ingin dipotong secara vertikal. Hasil seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 3.37 Diagram Interaksi 3 Dimensi dengan Potongan Vertikal K 60 x 100

168
Gambar 3.38 Diagram Interaksi K 60 x 80

Gambar 3.39 Diagram Interaksi 3 Dimensi dengan Potongan Vertikal K 60 x 80


Hasil Desain :

22 D25 16 D25
K 60 0X 100 K 60 X 80

169
8. STRONG COLUMN WEAK BEAM (BEAM SWAY)
Persyaratan mekanisme Strong Column Weak Beam (Kolom Kuat Balok
Lemah) adalah :

M c  1, 2 Mg

Definisi sesuai SNI 03-2847-2002 Pasal 23 :


∑Mc = jumlah momen pada muka join, yang berhubungan dengan kuat lentur
nominal kolom-kolom yang merangka pada join tersebut, yang dihitung untuk
beban aksial terfaktor, konsisten dengan arah gaya-gaya lateral yang ditinjau
yang menghasilkan kuat lentur yang terendah.
∑Mg = jumlah momen pada muka join, yang berhubungan dengan kuat lentur
nominal balok-balok (termasuk pelat yang berada dalam kondisi tarik) yang
merangka pada join tersebut.

Berikut ini akan diberikan contoh perhitungan cek strong column weak beam
untuk join balok – kolom di tengah-tengah bangunan pada model interaksi ganda
(model 1) akibat gempa arah ke kanan :

Gambar 3.40 Potongan Portal As 3

170
Story 8

K 60x80
Join Kolom Atas

B 35x70 B 35x70
Story 7
Balok Kiri Balok Kanan

K 60x80
Kolom Bawah
Story 6

Gambar 3.41 Join Balok – Kolom

Momen nominal balok:


Mpr kiri + Mpr kanan = Mn- + Mn+
= 47708,922 kgf-m + 50055,542 kgf-m
= 97764,464 kgf-m
= 977,645 kN-m
Momen nominal kolom:
Pu kolom > 0,1 x f”c x Ag
> 0,1 x 33,2 x 800 x 600 x 10-3
> 1593,6 kN-m

Momen nominal kolom atas dan bawah harus dicek terhadap beban aksial
maksimum dan beban aksial minimum.

Kombinasi beban aksial maksimum :


U3 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL +  Ex + 0,3  Ey
0 0
U4 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL +  Ex – 0,3  Ey

Kombinasi beban aksial minimum :


U11 = (0,9 – 0,2 SDS) DL +  Ex + 0,3  Ey
0 0
U12 = (0,9 – 0,2 SDS) DL +  Ex – 0,3  Ey

171
Hasil ETABS kolom atas (lantai 8):
Pu max = 424163 Kgf; Mx = 10422,683 Kgf-m
Pu max = 4241,63 KN; Mx = 104,227 KN-m

Pu min = 194889 Kgf; Mx = 10419,801 Kgf-m


Pu min = 1948,89 KN; Mx = 104,198 KN-m

Hasil Diagram Interaksi About – X Axis :

1285,40 1490,60

Gambar 3.42 Diagram Interaksi Kolom Atas

Mn kolom atas = 1285,40 KN – m. (tahanan lentur yang terkecil)

Untuk mengetahui hasil kedua nilai momen tahanan lentur tersebut, kita hanya

perlu mengeklik tombol untuk memunculkan hasil tersebut pada aplikasi


PCACOL V6.

172
Gambar 3.43 Hasil Nilai Tahanan Lentur Kolom Atas

Hasil ETABS kolom bawah (lantai 7):


Pu max = 515467 Kgf; Mx = 9920,630 Kgf-m
Pu max = 5154,67 KN; Mx = 99,206 KN-m

Pu min = 235921 Kgf; Mx = 9919,860 Kgf-m


Pu min = 2359,21 KN; Mx = 99,199 KN-m

Hasil Diagram Interaksi About – X Axis :

1225,09 1562,14

Gambar 3.44 Diagram Interaksi Kolom Bawah

173
Gambar 3.45 Hasil Nilai Tahanan Lentur Kolom Bawah

Mn kolom atas = 1225,09 KN – m. (tahanan lentur yang terkecil)

Cek syarat Strong Column Weak Beam :

M c  1, 2 Mg

(1285, 40 + 1225, 09)  1, 2  977, 645


2510, 49  1173,174 ………….. OK!

Hasil ini menunjukkan bahwa struktur gedung sudah sesuai dengan


persyaratan strong coumn weak beam. Dimana nilai M c lebih besar daripada

nilai 1, 2 Mg dimana nilai M c adalah nilai hasil plotting dari aplikasi

PCACOL V6 dan nilai dari 1, 2 Mg hasil dari nilai momen nominal ETABS.

Cat : pengecekan kapasitas kolom harus dilakukan dalam arah mayor dan minor
kolom sesuai dengan kondisi gempa pada masing-masing arah.

174
9. PENULANGAN GESER / SENGKANG KOLOM
Gaya lintang yang harus dapat diterima oleh kolom harus diperhitungkan
berdasarkan:
2  M prcolumn
Ve =
hn
Momen primer adalah probable kapasitas momen positive dan negative
pada ujung-ujung kolom menggunakan tegangan yield baja sebesar αfy dan ϕ = 1,
dan α = 1,25, dari komponen struktur tersebut yang terkait dengan rentang
bebanbeban aksial berfaktor yang bekerja.
Akan tetapi jika gaya lintang yang timbul akibat kombinasi pembebanan :
U = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL ± ρ E lebih kecil, maka boleh dipilih yang lebih
kecil. Setelah itu dapat juga dibandingkan dengan kombinasi pembebanan gravity:
U = 1,2 DL + 1,6 LL untuk dipilih yang lebih menentukan/lebih besar.
Pada contoh perhitungan akan diambil kolom-kolom pada tengah bangunan
untuk desain tulangan geser seperti tampak gambar di bawah ini.

Gambar 3.46 Tinjauan Tulangan Geser Kolom

Berdasarkan label kolom, maka daerah tengah bangunan memiliki label


kolom C19 – C22. Karena ditinjau dalam arah mayor dan minor, maka kombinasi
pembebanan yang digunakan sesuai dengan arah gempa yang ditinjau sehubungan
dengan arah major – minor kolom yang menghasilkan nilai maksimum dan
minimum.

175
Contoh Penulangan Sengkang Kolom K 60 x 100 (Zona 1)
Data Gaya Dalam ETABS Model 1 akibat kombinasi maksimum – minimum
gempa arah X (kanan-kiri) :
P max = 10694,334 KN ; Mx = 92,279 KN – m (Comb.6)
P min = 2691,362 KN ; Mx = 84,383 KN – m (Comb.11)
Vu max = 90,675 KN (Comb.6)

Data Gaya Dalam ETABS Model 2 akibat kombinasi maksimum – minimum


gempa arah X (kanan-kiri) :
P max = 9795,388 KN ; Mx = 147,135 KN – m (Comb.5)
P min = 2847,352 KN ; Mx = 92,299 KN – m (Comb.11)
Vu max = 69,096 KN (Comb.5)

Momen Primer Desain dari analisis diagram interaksi :

1186,17 2563,18

Range MPR

Gambar 3.47 Range Momen Primer Kolom (X)

MPR = Nilai momen maksimum dalam range beban aksial

176
Dari hasil analisis diagram interaksi, didapat momen nominal maksimum
akibat Pu = 10694,334 KN memiliki nilai momen maksimum dalam range
 2563,18 − 1186,17 
beban aksial sebesar : MPR =   + 1186,17 = 1874,675 KN – m.
 2 
Maka,
2  M prcolumn
Ve =
hn
2 1874, 675
Ve =
(4 − 0, 7)
Ve = 1136,167 KN
Karena nilai Ve > Vu maks, maka untuk desain dipakai Vu maks
Vu = 90,675 KN

Pada daerah tumpuan/join dengan menganggap nilai Vc = 0, maka


Kebutuhan tulangan geser :
 Vu 
  − Vc   s
Av =  
fys  d

 90, 675 
 0, 75 − 0  1000 1000
Av =  
420  600
Av = 479, 762 mm 2 /m
Gunakan tulangan ulir sengkang tertutup D10, karena 1 sengkang tertutup
dihitung 2 loop, maka luas sengkang adalah :
102
As = 2  3,14  = 157 mm 2
4
Sehingga jumlah tulangan sengkang sebanyak :
479, 762
n= = 3, 059  4
157
1000
Maka digunakan jarak sengkang = = 250 mm, (D10 – 250).
4

177
Data Gaya Dalam ETABS Model 1 akibat kombinasi maksimum – minimum
gempa arah Y (kanan-kiri) :
P max = 10448,454 KN ; My = 21,302 KN – m (Comb.8)
P min = 2809,505 KN ; My = 25,321 KN – m (Comb.15)
Vu max = 30,734 KN (Comb.8)

Data Gaya Dalam ETABS Model 2 akibat kombinasi maksimum – minimum


gempa arah Y (kanan-kiri) :
P max = 9795,146 KN ; My = 44,428 KN – m (Comb.8)
P min = 2848,904 KN ; My = 20,266 KN – m (Comb.15)
Vu max = 29,685 KN (Comb.8)

Momen Primer Desain dari analisis diagram interaksi :

761,81 1572,29

Range MPR

Gambar 3.48 Range Momen Primer Kolom (Y)

MPR = Nilai momen maksimum dalam range beban aksial

178
Dari hasil analisis diagram interaksi, didapat momen nominal maksimum
akibat Pu = 10448,454 KN memiliki nilai momen maksimum dalam range
 1572, 29 − 761,81 
beban aksial sebesar : MPR =   + 761,81 = 1167,05 KN – m.
 2 
Maka,
2  M prcolumn
Ve =
hn
2 1167, 05
Ve =
(4 − 0, 7)
Ve = 707,303 KN
Karena nilai Ve > Vu maks, maka untuk desain dipakai Vu maks
Vu = 30,734 KN

Pada daerah tumpuan/join dengan menganggap nilai Vc = 0, maka


Kebutuhan tulangan geser :
 Vu 
  − Vc   s
Av =  
fys  d

 30, 734 
 0, 75 − 0  1000 1000
Av =  
420  600
Av = 162, 614 mm 2 /m
Gunakan tulangan ulir sengkang tertutup D10, karena 1 sengkang tertutup
dihitung 2 loop, maka luas sengkang adalah :
102
As = 2  3,14  = 157 mm 2
4
Sehingga jumlah tulangan sengkang sebanyak :
162, 614
n= = 1, 036  2
157
1000
Maka digunakan jarak sengkang = = 500 mm, (D10 – 500).
2

179
Dari hasil analisis gempa arah X dan arah Y (arah mayor – minor kolom),
maka jarak sengkang yang digunakan pada daerah tumpuan/join adalah
yang menghasilkan jarak paling rapat, atau dalam hal ini digunakan
sengkang D10 – 250.

Pada daerah dengan nilai Vc ≠ 0, maka Vc harus dihitung berdasarkan :


1. Kolom tekan:

 Nu   f 'c 
Vc = 1 +   bw  d
 14  Ag   6 

2. Tidak boleh lebih besar dari:


 0,3  Nu 
( )
Vc = 0,3 f ' c bw  d  1 +
 Ag 
3. Kolom Tarik:

 0,3  Nu   f 'c 
Vc = 1 +   bw  d  0
 Ag   6 

Untuk nilai Nu adalah beban aksial terfaktor yang terjadi bersamaan


dengan Vu. Nilai Vu = 90,675 KN, maka Nu = -5822,696 KN (gaya
dalam dari ETABS):

 Nu   f 'c 
Vc = 1 +   bw  d
 14  Ag   6 

 −5822, 696 103   33, 2  −3


Vc = 1 +    1000  640 10
 14  600 1000   6 

Vc = 188,575 KN

180
Kebutuhan tulangan geser/sengkang:
 Vu 
  − Vc   s
Av =  
fys  d

 90, 675 
 0, 75 − 188,575  1000
Av =  
420  640
Av = −0, 252 mm 2
Karena hasil sangat minimum maka pada daerah lapangan digunakan
sengkang D10 – 300 (Av pakai > Av hitung).

Catatan: untuk daerah persambungan tulangan utama kolom (Tension Lap


Splice) pada daerah lapangan/pertengahan bentang kolom digunakan
sengkang D10 – 250 sesuai persyaratan tulangan transversal – rectangular
hoop reinforcement pada Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK).

Hasil desain tulangan sengkang kolom K 60 X 100 :

Join
D10 - 250

Lapangan
D10 - 300

D10 - 250 Join

181
10. ANALISIS SHEAR WALL
Penampang dan sengkang shear wall harus diperhitungkan mampu dalam
menahan beban geser berdasarkan kombinasi pembebanan:
U = 1,2 DL + 1,6 LL
U = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL ± ρ E
Tetapi terhadap beban momen lentur harus dilakukan pengecekan sehingga
shear wall tidak akan gagal terlebih dahulu dalam geser dibandingkan dalam
momen. Analisa kekuatan shear wall dilakukan dengan melihat diagram interaksi
dengan mengambil gaya-gaya dalam yang dihasilkan dalam pemodelan.
Vt Mt

Vu Mu
Dimana:
Vt = gaya geser pada penampang shear wall berdasarkan tulangan terpasang
Vu = gaya geser ultimit
Mt = momen pada penampang shear wall berdasarkan tulangan terpasang
Mu = momen ultimit
Analisis Shear Wall dengan program ETABS disebut Wall Pier Design
Sections, yang mencakup 3 metode, yaitu:
1. Simplified C & T
- Planar Piers
- Design Only
2. Uniform Reinforcing
- 3D
- Design or Check
- Uniform Reinforcing 3
3. General Reinforcing
- 3D
- Design or Check
- Section Designer

Pada analisis ini akan digunakan metode ke-3, yaitu General Reinforcing.

182
Gambar 3.49 Penamaan Pier Shear Wall

a) Desain Shear Wall P1


Pilih menu Design – Shear Wall Design – Define General Pier Sections –
Click to Add Pier Section – isi kotak dialog di bawah ini.

Gambar 3.50 Pier Section Data 1

183
Kemudian pilih Section Designer, memasukkan tulangan asumsi yang akan
digunakan untuk penulangan shear wall pier 1. Setelah muncul section
designer pier, hapus gambar shear wall tersebut untuk menggantinya
dengan shear wall boundary elements, dengan cara klik shear wall
tersebut kemudian delete.

Menggambar elemen shear wall dengan boundary adalah sebagai berikut :


Pada kotak dialog Section Designer ini pilih menu Draw – Concrete Shape –
Flanged Wall – gambar di tepat sumbu axis – pilih shear wall yang telah
digambar kemudian klik kanan sehingga muncul kotak dialog Section Object
Data Flanged Wall.

PERHATIKAN !!

Gambar 3.51 Section Data Pier 1

184
Boundary 300 x 1200 Boundary 300 x 1200

Gambar 3.52 Section Designer Pier 1

Asumsikan jumlah tulangan yang akan digunakan :


Tulangan Boundary Element = dengan menganggap tulangan boundary sama
halnya seperti tulangan pada kolom struktur maka diambil rasio penulangan
sekitar 1,5 % untuk perkiraan awal.
As = 1,5% x (300 x 1200)
As = 5400 mm2
Gunakan tulangan utama D25, dengan (As = 490,625 mm2)
Jumlah tulangan yang dibutuhkan = 5400 : 490,625 = 11,006 = 12 D25

Gambar 3.53 Asumsi Tulangan Boundary Element Pier 1

185
Left Flange Rebar = Right Flange Rebar
- Tie Bar (Tulangan Ties Geser) = D16
- Corner Bar 1 (Tulangan Pojok 1) = 1 D25
- Corner Bar 2 (Tulangan Pojok 2) = 1 D25
- Corner Bar 3 (Tulangan Pojok 3) = 1 D25
- Corner Bar 4 (Tulangan Pojok 4) = 1 D25
- Edge Bar 1 = 1 D25
- Edge Bar 2 = 6 D25
- Edge Bar 3 = 1 D25 6 + 6 = 12

- Edge Bar 4 = 6 D25


= 18 D25

Tulangan Web/Badan = asumsi jumlah tulangan utama pada bagian


web/badan dinding geser ditentukan berdasarkan spasi antar tulangan, pada
bagian boundary spasi tulangan yang terpasang adalah 150 mm, maka untuk
tulangan badan diambil spasi tulangan utama 2 x 150 = 300 mm. Klik kanan
salah satu tulangan badan – pada kotak dialog Edge Reinforcing, isikan Max
Bar Spacing (mm) = 300 – OK.

Gambar 3.54 Tulangan Web/Badan Dinding Geser Pier 1

186
Gambar 4.55 Desain Tulangan Shear Wall P1

Data nilai gaya dalam Envelope untuk shear wall P1 dapat dilihat tabel
dibawah ini.

Tabel 3.10 Gaya Dalam Envelope Max – Min Pier 1


Pu Mu2 Mu3
Combo
(KN) (KN-m) (KN-m)
ENVE MAX 10253,703 110,965 11024,025
ENVE MIN 9991,236 27,145 7745,42

Setelah itu gaya dalam tersebut di plot ke dalam diagram interaksi dinding
dari hasil analisis etabs dengan msing-masing arahnya yaitu Mu2 dan Mu3.
Output diagram interaksi dapat dilihat dengan cara klik icon Interaction
Surface pada kotak dialog Section Designer Shear Wall.

187
30,000

25,000

20,000

15,000
M2-2
10,000
Enve Max
5,000
Enve Min
0
0 500 1000 1500 2000
-5,000

-10,000

-15,000

Gambar 3.56 Cek Diagram Interaksi M2-2 Pier 1

30000

25000

20000

15000
M3-3
10000
Enve Max
5000
Enve Min
0
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000
-5000

-10000

-15000

Gambar 3.57 Cek Diagram Interaksi M3-3 Pier 1

Pada gambar diatas tampak bahwa plot gaya – gaya dalam ultimit yang terjadi
berdasarkan kombo Enve Max dan Enve Min dari semua kombinasi
pembebanan yang diberikan, masih berada di dalam diagram interaksi
kapasitas dinding, sehingga dapat dikatakan bahwa shear wall tersebut masih
mampu menahan beban yang bekerja.

188
b) Desain Shear Wall P2
Bentuk dan ukuran shear wall P2 sama dengan shear wall P1, oleh karena itu
asumsi tulangan untuk shear wall P2 juga disamakan dengan shear wall P1
sehingga akan menghasilkan diagram interaksi yang sama pula. Data nilai
gaya dalam Envelope untuk shear wall P2 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.

Tabel 3.11 Gaya Dalam Envelope Max – Min Pier 2


Pu Mu2 Mu3
Combo
(KN) (KN-m) (KN-m)
ENVE MAX 8848,813 101,673 11021,710
ENVE MIN 8586,346 22,421 7771,243

30,000

25,000

20,000

15,000
M2-2
10,000
Enve Max
5,000
Enve Min
0
0 500 1000 1500 2000
-5,000

-10,000

-15,000

Gambar 3.58 Cek Diagram Interaksi M2-2 Pier 2

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa shear wall masih mampu menahan
beban ultimit yang diberikan pada arah sumbu 2-2, karena titik plot beban
envelope max dan envelope min masih berada dalam diagram interaksi
dinding.

189
30000

25000

20000

15000
M3-3
10000
Enve Max
5000
Enve Min
0
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000
-5000

-10000

-15000

Gambar 3.59 Cek Diagram Interaksi M3-3 Pier 2

c) Desain Shear Wall P3

Boundary 300 x 1500 Boundary 300 x 1500

Gambar 3.60 Section Designer Pier 3

190
Left Flange Rebar = Right Flange Rebar
- Tie Bar (Tulangan Ties Geser) = D16
- Corner Bar 1 (Tulangan Pojok 1) = 1 D25
- Corner Bar 2 (Tulangan Pojok 2) = 1 D25
- Corner Bar 3 (Tulangan Pojok 3) = 1 D25
- Corner Bar 4 (Tulangan Pojok 4) = 1 D25
- Edge Bar 1 = 2 D25
- Edge Bar 2 = 7 D25
- Edge Bar 3 = 2 D25 7 + 7 = 14

- Edge Bar 4 = 7 D25


= 22 D25

Gambar 3.61 Tulangan Web/Badan Dinding Geser Pier 3

191
Data nilai gaya dalam Envelope untuk shear wall P3 dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.

Tabel 3.12 Gaya Dalam Envelope Max – Min Pier 3


Pu Mu2 Mu3
Combo
(KN) (KN-m) (KN-m)
ENVE MAX 22035,594 324,829 46534,585
ENVE MIN 21510,660 50,367 38843,176

Plot Diagram Interaksi :


60,000

50,000

40,000

30,000
M2-2
20,000
Enve Max
10,000
Enve Min
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
-10,000

-20,000

-30,000

Gambar 3.62 Cek Diagram Interaksi M2-2 Pier 3

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa shear wall masih mampu menahan
beban ultimit yang diberikan pada arah sumbu 2-2, karena titik plot beban
envelope max dan envelope min masih berada dalam diagram interaksi
dinding.

192
60000

50000

40000

30000
M3-3
20000
Enve Max
10000
Enve Min
0
0 20000 40000 60000 80000 100000 120000
-10000

-20000

-30000

Gambar 3.63 Cek Diagram Interaksi M3-3 Pier 3

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa nilai momen 3-3 ultimit masih berada
di dalam diagram interaksi dinding, sehingga shear wall masih dapat
menahan beban envelope max dan envelope min yang bekerja.

d) Desain Shear Wall P4


Bentuk dan ukuran shear wall P4 sama dengan shear wall P3, oleh karena itu
asumsi tulangan untuk shear wall P4 juga disamakan dengan shear wall P3
sehingga akan menghasilkan diagram interaksi yang sama pula. Data nilai
gaya dalam Envelope untuk shear wall P4 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.

Tabel 3.13 Gaya Dalam Envelope Max – Min Pier 4


Pu Mu2 Mu3
Combo
(KN) (KN-m) (KN-m)
ENVE MAX 21989,762 121,896 44059,928
ENVE MIN 21464,829 353,647 36745,452

193
60,000

50,000

40,000

30,000
M2-2
20,000
Enve Max
10,000
Enve Min
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
-10,000

-20,000

-30,000

Gambar 3.64 Cek Diagram Interaksi M2-2 Pier 4

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa shear wall masih mampu menahan
beban ultimit yang diberikan pada arah sumbu 2-2, karena titik plot beban
envelope max dan envelope min masih berada dalam diagram interaksi
dinding.

60000

50000

40000

30000
M3-3
20000
Enve Max
10000
Enve Min
0
0 20000 40000 60000 80000 100000 120000
-10000

-20000

-30000

Gambar 3.65 Cek Diagram Interaksi M3-3 Pier 4

194
e) Desain Shear Wall P5
Bentuk dan ukuran shear wall P5 sama dengan shear wall P1, oleh karena itu
asumsi tulangan untuk shear wall P5 juga disamakan dengan shear wall P1
sehingga akan menghasilkan diagram interaksi yang sama pula. Data nilai
gaya dalam Envelope untuk shear wall P5 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.

Tabel 3.14 Gaya Dalam Envelope Max – Min Pier 5


Pu Mu2 Mu3
Combo
(KN) (KN-m) (KN-m)
ENVE MAX 10609,622 30,789 13013,485
ENVE MIN 10347,155 136,056 9163,536

30,000

25,000

20,000

15,000
M2-2
10,000
Enve Max
5,000
Enve Min
0
0 500 1000 1500 2000
-5,000

-10,000

-15,000

Gambar 3.66 Cek Diagram Interaksi M2-2 Pier 5

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa shear wall masih mampu menahan
beban ultimit yang diberikan pada arah sumbu 2-2, karena titik plot beban
envelope max dan envelope min masih berada dalam diagram interaksi
dinding.

195
30000

25000

20000

15000
M3-3
10000
Enve Max
5000
Enve Min
0
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000
-5000

-10000

-15000

Gambar 3.67 Cek Diagram Interaksi M3-3 Pier 5

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa nilai momen 3-3 ultimit masih berada
di dalam diagram interaksi dinding, sehingga shear wall masih dapat
menahan beban envelope max dan envelope min yang bekerja.

f) Desain Shear Wall P6


Bentuk dan ukuran shear wall P6 sama dengan shear wall P1, oleh karena itu
asumsi tulangan untuk shear wall P6 juga disamakan dengan shear wall P1
sehingga akan menghasilkan diagram interaksi yang sama pula. Data nilai
gaya dalam Envelope untuk shear wall P6 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.

Tabel 3.15 Gaya Dalam Envelope Max – Min Pier 6


Pu Mu2 Mu3
Combo
(KN) (KN-m) (KN-m)
ENVE MAX 9232,362 30,853 13011,201
ENVE MIN 8969,895 122,200 9190,151

196
30,000

25,000

20,000

15,000
M2-2
10,000
Enve Max
5,000
Enve Min
0
0 500 1000 1500 2000
-5,000

-10,000

-15,000

Gambar 3.68 Cek Diagram Interaksi M2-2 Pier 6

30000

25000

20000

15000
M3-3
10000
Enve Max
5000
Enve Min
0
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000
-5000

-10000

-15000

Gambar 3.69 Cek Diagram Interaksi M3-3 Pier 6

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa nilai momen 2-2 dan nilai momen dari
3-3 ultimit masih berada di dalam diagram interaksi dinding, sehingga shear
wall masih dapat menahan beban envelope max dan envelope min yang
bekerja.

197
(#4) – PONDASI DARI ASPEK DAYA DUKUNG TANAH
Oleh : Muhammad Hind Al Hakim

Pondasi gedung kantor 12 lantai dengan sistem ganda akan direncanakan


menggunakan tiang pancang 45 cm x 45 cm dengan mutu beton tinggi
kapasitas 1 tiang ( P = 150 ton). Pada aspek daya dukung tanah, beban pondasi
akibat pembebanan nominal tidak boleh melampaui daya dukung yang diizinkan.
Dalam hal ini, daya dukung tiang pondasi dapat dirumuskan sebagai berikut :
P = DL + LL ≤ Pijin
P = DL + LL ± 1,0 Enx ± 0,3 Eny ≤ 1,5 Pijin
P = DL + LL ± 0,3 Enx ± 1,0 Eny ≤ 1,5 Pijin
Persyaratan daya dukung kapasitas (pada saat struktur atas berada di ambang
keruntuhan) adalah sebagai berikut :
P = DL + LL ± Ω0 (1,0 Enx ± 0,3 Eny) ≤ 2,5 Pijin
P = DL + LL ± Ω0 (0,3 Enx ± 1,0 Eny) ≤ 2,5 Pijin

1. JUMLAH KEBUTUHAN PONDASI


Untuk mendapatkan jumlah titik pondasi pada elemen struktur kolom dan
shear wall gunakan model struktur lengkap dengan menambah lantai base/dasar
sebagai lantai struktur lengkap dengan pelat – kolom – balok – shear wall. Oleh
karena itu perlu lakukan modifikasi terlebih dahulu pada ETABS sebagai berikut :
a) Awalnya untuk analisis gempa dan penulangan struktur atas, taraf penjepitan
lateral model struktur pada ETABS berada di lantai base/dasar, karena
pondasi menanggung semua beban lantai dari dasar sampai atap maka
pemodelan struktur juga harus dilakukan pada lantai dasar tersebut dengan
menambah lantai baru diatas base.
b) Taraf penjepitan yang baru diasumsikan 0,1 meter dibawah lantai tersebut
untuk mendapatkan beban total yang akan ditanggung oleh pondasi.
c) Gaya aksial – momen untuk analisis kekuatan pondasi dalam menahan gempa
tetap dilakukan terhadap model struktur yang terjepit di lantai base/dasar.

198
Pilih icon Unlock Model – pilih menu Edit – Edit Stories and Grid Systems
– Modify/Show Story Data – di dalam kotak dialog Story Data klik kanan – Add
Story – Keep Existing Story Heights – OK.

Gambar 4.1 Add Story

Tinggi Lantai
Tambahan

Tambahan diatas
lantai base

Struktur Lantai
Baru = Struktur
Story 1

Gambar 4.2 Tambah Lantai Baru

199
Gambar 4.3 Lantai Dasar Tambahan

Setelah menambahkan lantai, buat kombinasi pembebanan gravity tak


berfaktor untuk mendapatkan beban/load pada tiap kolom dan shear wall sebagai
desain awal dengan kombinasi Combo Pondasi : 1,0 DL + 1,0 LL. Pilih menu
Define – Load Combinations – Add New Combo.

Gambar 4.4 Kombinasi Gravity untuk Jumlah Pondasi

200
Setelah membuat kombinasi beban gravity tak berfaktor, untuk mendapatkan
reaksi hasil pembebanan tersebut dalam Fz maka ganti asumsi penjepitan dengan
sendi pada lantai base agar tidak timbul momen hanya reaksi vertikal dan horizontal
saja untuk mendapatkan beban desain dengan cara pilih menu View – Set Plan View
– pilih Base – OK – aktifkan fasilitas One Story pada bagian kanan bawah pada
jendela ETABS – blok keseluruhan lantai base – pilih menu Assign – joint –
Restraints – pilih gambar tumpuan sendi - OK.
Pilih menu Analyze – Set Load Cases to Run (Cases Modal, DL, dan LL
dalam Action Run) – Run Now. Setelah proses Run Analysis lihat hasil load tiap
kolom dan shear wall dengan terlebih dahulu mengganti satuan gaya menjadi tonf
agar sesuai dengan satuan kapasitas tiang. Kemudian pilih menu Display – Show
Tables – Analysis – Results – ceklis Design Reactions – OK – klik kanan pada
tabel – Export to Excel.

Gambar 4.5 Joint Label Titik Pondasi Kolom dan Shear Wall

Untuk menampilkan joint label pada titik kolom dan shear wall pilih menu
View – Set Display Options – pilih kategori Object Assigments – pada bagian Joint
Assigments beri tanda ceklis pada kotak Labels – OK.
Sesuaikan titik kolom dan shear wall dengan joint label pada tabel Design
Reactions untuk mendapatkan beban yang diterima dan menghitung kebutuhan
jumlah pondasi berdasarkan kapasitas efektif tiang kelompok.

201
Tabel 4.1 Reaksi Pondasi (dalam satuan tonf)
Joint Load FZ
Story
Label Case/Combo tonf
Base 1 Comb Pondasi 363,474
Base 2 Comb Pondasi 906,298
Base 3 Comb Pondasi 912,748
Base 4 Comb Pondasi 912,750
Base 5 Comb Pondasi 906,296
Base 6 Comb Pondasi 363,411
Base 7 Comb Pondasi 535,406
Base 8 Comb Pondasi 535,498
Base 9 Comb Pondasi 591,828
Base 10 Comb Pondasi 518,080
Base 11 Comb Pondasi 518,073
Base 13 Comb Pondasi 593,180
Base 14 Comb Pondasi 593,137
Base 15 Comb Pondasi 591,684
Base 16 Comb Pondasi 217,774
Base 17 Comb Pondasi 225,523
Base 18 Comb Pondasi 172,227
Base 19 Comb Pondasi 174,162
Base 20 Comb Pondasi 216,949
Base 21 Comb Pondasi 224,895
Base 22 Comb Pondasi 172,126
Base 23 Comb Pondasi 174,179

Contoh perhitungan kebutuhan pondasi :


Kolom :
C4 = 912,750 tonf
912, 750
N = = 8, 776  10 Tiang
(0,8 130)
Shear Wall :
Kiri = Kanan
(217, 774 + 225,523)
N = = 4, 262  6 Tiang
(0,8 130)
Atas = Bawah
(593,180 + 593,137)
N = = 11, 407  12 Tiang
(0,8 130)

202
Tabel 4.2 Kebutuhan Pondasi (N)
Joint Load FZ
Story n N
Label Case/Combo tonf
Base 1 Comb Pondasi 363,474 3,495 4
Base 2 Comb Pondasi 906,298 8,714 10
Base 3 Comb Pondasi 912,748 8,776 10
Base 4 Comb Pondasi 912,750 8,776 10
Base 5 Comb Pondasi 906,296 8,714 10
Base 6 Comb Pondasi 363,411 3,494 4
Base 7 Comb Pondasi 535,406 5,148 6
Base 8 Comb Pondasi 535,498 5,149 6
Base 10 Comb Pondasi 518,080 4,982 6
Base 11 Comb Pondasi 518,073 4,981 6
Base 13 Comb Pondasi 593,180
11,407 12
Base 14 Comb Pondasi 593,137
Base 9 Comb Pondasi 591,828
11,380 12
Base 15 Comb Pondasi 591,684
Base 16 Comb Pondasi 217,774
4,262 6
Base 17 Comb Pondasi 225,523
Base 18 Comb Pondasi 172,227
3,331 4
Base 19 Comb Pondasi 174,162
Base 20 Comb Pondasi 216,949
4,248 6
Base 21 Comb Pondasi 224,895
Base 22 Comb Pondasi 172,126
3,330 4
Base 23 Comb Pondasi 174,179

= 4 Tiang, = 6 tiang, = 10 tiang, = 12 tiang

F6 F6
F12
F6

F6

F4 F10 F10 F10 F10 F4


F6
F4

F12
F6 F6

Gambar 4.6 Kebutuhan Tipe Pondasi

203
2. CHECK PILE FORCE
Struktur bawah tidak boleh gagal terlebih dahulu daripada struktur atas.
Cek pile – tiang pancang akan dilakukan terhadap 2 kondisi gempa, yaitu kombinasi
gempa nominal dan kombinasi gempa ultimit dengan parameter gempa sebagai
berikut :
SDS (g) = 0,603 (Depok, Tanah Sedang)
ρ = 1,3 (faktor redundansi, lihat pasal 7.3.4.2 SNI 1726-2012)
Ω0 = 2,5 (faktor kuat-lebih sistem ganda)

Kombinasi Beban Gempa Nominal adalah :


U3 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL + ρ Ex + 0,3 ρ Ey
U4 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL + ρ Ex – 0,3 ρ Ey
U5 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL – ρ Ex + 0,3 ρ Ey
U6 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL – ρ Ex – 0,3 ρ Ey
U7 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL + 0,3 ρ Ex + ρ Ey
U8 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL – 0,3 ρ Ex + ρ Ey
U9 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL + 0,3 ρ Ex – ρ Ey
U10 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL – 0,3 ρ Ex – ρ Ey

Kombinasi Beban Gempa Ultimit adalah :


U19 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL + Ω0 Ex + 0,3 Ω0 Ey
U20 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL + Ω0 Ex – 0,3 Ω0 Ey
U21 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL – Ω0 Ex + 0,3 Ω0 Ey
U22 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL – Ω0 Ex – 0,3 Ω0 Ey
U23 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL + 0,3 Ω0 Ex + Ω0 Ey
U24 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL – 0,3 Ω0 Ex + Ω0 Ey
U25 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL + 0,3 Ω0 Ex – Ω0 Ey
U26 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL – 0,3 Ω0 Ex – Ω0 Ey

204
Tabel 4.3. Kombinasi Beban Gempa Nominal dan Ultimit

Comb. 3 = 1.3206 DL + 1 LL + 1.3 Ex + 0.39 Ey


Comb. 4 = 1.3206 DL + 1 LL + 1.3 Ex - 0.39 Ey
Comb. 5 = 1.3206 DL + 1 LL - 1.3 Ex + 0.39 Ey
Comb. 6 = 1.3206 DL + 1 LL - 1.3 Ex - 0.39 Ey
Comb. 7 = 1.3206 DL + 1 LL + 0.39 Ex + 1.3 Ey
Comb. 8 = 1.3206 DL + 1 LL - 0.39 Ex + 1.3 Ey
Comb. 9 = 1.3206 DL + 1 LL + 0.39 Ex - 1.3 Ey
Comb. 10 = 1.3206 DL + 1 LL - 0.39 Ex - 1.3 Ey
Comb. 19 = 1.3206 DL + 1 LL + 2.5 Ex + 0.75 Ey
Comb. 20 = 1.3206 DL + 1 LL + 2.5 Ex - 0.75 Ey
Comb. 21 = 1.3206 DL + 1 LL - 2.5 Ex + 0.75 Ey
Comb. 22 = 1.3206 DL + 1 LL - 2.5 Ex - 0.75 Ey
Comb. 23 = 1.3206 DL + 1 LL + 0.75 Ex + 2.5 Ey
Comb. 24 = 1.3206 DL + 1 LL - 0.75 Ex + 2.5 Ey
Comb. 25 = 1.3206 DL + 1 LL + 0.75 Ex - 2.5 Ey
Comb. 26 = 1.3206 DL + 1 LL - 0.75 Ex - 2.5 Ey

Untuk mendapatkan gaya-gaya reaksi dari kolom dan shear wall akibat
gempa desain, maka model struktur yang diperlukan adalah model dengan taraf
penjepitan lateral pada lantai dasar (model sebelumnya). Input kombinasi beban
gempa ultimit dengan faktor kuat-lebih. Kombinasi beban gempa nominal sudah
dimasukkan pada saat tahap desain penulangan.

Gambar 4.7 Contoh Kombinasi Beban Ultimit

205
a) Check Pile Force Pondasi tipe F4

P1 P2

P4 P3

Gambar 4.8 Pondasi tipe F4

Dimensi kolom = 60 cm x 100 cm


Dimensi pondasi = 45 cm x 45 cm
Kapasitas 1 pile, Pijin = 150 ton
n pile (jumlah tiang) =4
Jarak antar pile = 2,5 D (2,5 x 0,45 m = 1,125 m)
Jarak pile ke tepi = 1 D (0,45 m)

Koordinat masing-masing pile terhadap pusat kolom adalah :

Tabel 4.4 Koordinat Pile Tipe F4


X Y X2 Y2
Pile No. 2
(m) (m) (m ) (m2)
P1 -0,5625 0,5625 0,3164 0,3164
P2 0,5625 0,5625 0,3164 0,3164
P3 0,5625 -0,5625 0,3164 0,3164
P4 -0,5625 -0,5625 0,3164 0,3164
∑ (Jumlah) 1,2656 1,2656

206
Data gaya dalam maksimum kolom dengan tipe pondasi 4 tiang (F4) akibat
pembebanan gempa nominal :

Tabel 4.5 Gaya Dalam Maksimum Gempa Nominal Tipe F4

Joint Load FZ MX MY
Label Case/Combo (tonf) (tonf-m) (tonf-m)
18 Comb10 744,134 -3,390 -20,660
6 Comb9 706,006 -41,862 43,818
6 Comb6 672,991 -11,240 53,701

Contoh Kombo 10 :
P = 744,134 tonf
Mx = -3,390 tonf-m
My = -20,660 tonf-m
P = 1,5 x 150 ton = 225 ton (kapasitas gempa nominal = 1,5 x Pijin)

Tabel 4.6 Check Pile Force Gempa Nominal Pondasi Tipe F4 Kombo 10
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 186,034 -1,507 9,182 193,709 OK
P2 186,034 -1,507 -9,182 175,344 OK
P3 186,034 1,507 -9,182 178,358 OK
P4 186,034 1,507 9,182 196,723 OK

Contoh perhitungan untuk pile no. 1 (P1)


P Mx  y My  x
Ptiang = + +
n  y 2  x2

744,134 −3,390  0,5625 −20, 660  −0,5625


Ptiang = + +
4 1, 2656 1, 2656
Ptiang = 193, 709 Ton

Ptiang = 193, 709 ton < 225 ton ........ OK! GEMPA NOMINAL

207
Tabel 4.7 Check Pile Force Gempa Nominal Pondasi Tipe F4 Kombo 10
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 176,502 -18,606 -19,475 138,421 OK
P2 176,502 -18,606 19,475 177,371 OK
P3 176,502 18,606 19,475 214,582 OK
P4 176,502 18,606 -19,475 175,632 OK

Tabel 4.8 Check Pile Force Gempa Nominal Pondasi Tipe F4 Kombo 6
Mx*Y /
P/n My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. ∑Y2 Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 168,248 -4,996 -19,475 143,777 OK
P2 168,248 -4,996 19,475 182,727 OK
P3 168,248 4,996 19,475 192,718 OK
P4 168,248 4,996 -19,475 153,768 OK

Data gaya dalam maksimum kolom dengan tipe pondasi 4 tiang (F4) akibat
pembebanan gempa ultimit :

Tabel 4.9 Gaya Dalam Maksimum Gempa Ultimit Tipe F4


Joint Load FZ MX MY
Label Case/Combo (tonf) (tonf-m) (tonf-m)
18 Comb26 968,377 -3,208 -12,990
6 Comb25 474,791 -79,944 27,700
6 Comb22 411,301 -21,057 46,706

Contoh Kombo 26 :
P = 968,377 tonf
Mx = -3,208 tonf-m
My = -12,990 tonf-m
P = 2 x 150 ton = 300 ton (kapasitas gempa ultimit = 2,0 x Pijin)

208
Tabel 4.10 Check Pile Force Gempa Ultimit Pondasi Tipe F4 Kombo 26
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 242,094 -1,426 5,773 246,442 OK
P2 242,094 -1,507 -9,182 231,405 OK
P3 242,094 1,507 -9,182 234,419 OK
P4 242,094 1,507 9,182 252,783 OK

Contoh perhitungan untuk pile no. 4 (P4)


P Mx  y My  x
Ptiang = + +
n  y 2  x2

242, 094 −3, 208  −0,5625 −12,990  −0,5625


Ptiang = + +
4 1, 2656 1, 2656
Ptiang = 252, 783 Ton

Ptiang = 252, 783 ton < 300 ton ........ OK! GEMPA ULTIMIT

Tabel 4.11 Check Pile Force Gempa Ultimit Pondasi Tipe F4 Kombo 25
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 118,698 -18,606 -19,475 80,617 OK
P2 118,698 -18,606 19,475 119,567 OK
P3 118,698 18,606 19,475 156,779 OK
P4 118,698 18,606 -19,475 117,828 OK

Tabel 4.12 Check Pile Force Gempa Ultimit Pondasi Tipe F4 Kombo 22
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 102,825 -4,996 -19,475 78,355 OK
P2 102,825 -4,996 19,475 117,305 OK
P3 102,825 4,996 19,475 127,296 OK
P4 102,825 4,996 -19,475 88,346 OK

209
b) Check Pile Force Pondasi tipe F6

P1 P2

P6 P3

P5 P4

Gambar 4.9 Pondasi tipe F6

Dimensi kolom = 60 cm x 100 cm


Dimensi pondasi = 45 cm x 45 cm
Kapasitas 1 pile, Pijin = 150 ton
n pile (jumlah tiang) =6
Jarak antar pile = 2,5 D (2,5 x 0,45 m = 1,125 m)
Jarak pile ke tepi = 1 D (0,45 m)

Koordinat masing-masing pile terhadap pusat kolom adalah :

Tabel 4.13 Koordinat Pile Tipe F6

Pile X Y X2 Y2
No. (m) (m) (m2) (m2)
P1 -0,5625 0,5625 0,316 0,316
P2 0,5625 0,5625 0,316 0,316
P3 1,688 0,000 2,849 0,000
P4 0,5625 -0,5625 0,316 0,316
P5 -0,5625 0,5625 0,316 0,316
P6 -1,688 0,000 2,849 0,000
∑ (Jumlah) 6,9643 1,2656

210
Data gaya dalam maksimum kolom dengan tipe pondasi 6 tiang (F6) akibat
pembebanan gempa nominal :

Tabel 4.14 Gaya Dalam Maksimum Gempa Nominal Tipe F6

Joint Load FZ MX MY
Label Case/Combo (tonf) (tonf-m) (tonf-m)
10 Comb10 1041,435 -2,467 -0,306
8 Comb10 950,663 -63,130 1,867
21 Comb10 5,374 1,702 24,666

Contoh Kombo 10 :
P = 1041,435 tonf
Mx = -2,467 tonf-m
My = -0,306 tonf-m
P = 1,5 x 150 ton = 225 ton (kapasitas gempa nominal = 1,5 x Pijin)

Tabel 4.15 Check Pile Force Gempa Nominal Pondasi F6 Kombo 10 Joint 10
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 173,573 -1,096 0,025 172,501 OK
P2 173,573 -1,096 -0,025 172,451 OK
P3 173,573 0,000 -0,074 173,498 OK
P4 173,573 1,096 -0,025 174,644 OK
P5 173,573 -1,096 0,025 172,501 OK
P6 173,573 0,000 0,074 173,647 OK

Contoh perhitungan untuk pile no. 1 (P1)


P Mx  y My  x
Ptiang = + +
n  y 2  x2

1041, 435 −2, 467  0,5625 −0,306  −0,5625


Ptiang = + +
6 1, 2656 6,9643
Ptiang = 172,501 Ton

Ptiang = 172,501 ton < 225 ton ........ OK! GEMPA NOMINAL

211
Tabel 4.16 Check Pile Force Gempa Nominal Pondasi F6 Kombo 10 Joint 8
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 158,444 -28,058 -0,151 130,235 OK
P2 158,444 -28,058 0,151 130,537 OK
P3 158,444 0,000 0,453 158,896 OK
P4 158,444 28,058 0,151 186,652 OK
P5 158,444 -28,058 -0,151 130,235 OK
P6 158,444 0,000 -0,453 157,991 OK

Tabel 4.17 Check Pile Force Gempa Nominal Pondasi F6 Kombo 10 Joint 21
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 0,896 0,756 -1,992 -0,340 OK
P2 0,896 0,756 1,992 3,644 OK
P3 0,896 0,000 5,979 6,874 OK
P4 0,896 -0,756 1,992 2,131 OK
P5 0,896 0,756 -1,992 -0,340 OK
P6 0,896 0,000 -5,979 -5,083 OK

Data gaya dalam maksimum kolom dengan tipe pondasi 6 tiang (F6) akibat
pembebanan gempa ultimit :

Tabel 4.18 Gaya Dalam Maksimum Gempa Ultimit Tipe F6


Joint Load FZ MX MY
Label Case/Combo (tonf) (tonf-m) (tonf-m)
21 Comb24 1151,713 3,115 18,878
11 Comb24 532,932 88,216 5,382
21 Comb21 548,580 1,967 22,013

Contoh Kombo 24 :
P = 1151,713 tonf
Mx = 3,115 tonf-m
My = 18,878 tonf-m
P = 2 x 150 ton = 300 ton (kapasitas gempa ultimit = 2,0 x Pijin)

212
Tabel 4.19 Check Pile Force Gempa Ultimit Pondasi F6 Kombo 24 Joint 21
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 191,952 1,384 -1,525 191,812 OK
P2 191,952 1,384 1,525 194,861 OK
P3 191,952 0,000 4,576 196,528 OK
P4 191,952 -1,384 1,525 192,092 OK
P5 191,952 1,384 -1,525 191,812 OK
P6 191,952 0,000 -4,576 187,377 OK

Contoh perhitungan untuk pile no. 4 (P4)


P Mx  y My  x
Ptiang = + +
n  y 2  x2

1151, 713 3,115  −0,5625 18,878  0,5625


Ptiang = + +
6 1, 2656 6,9643
Ptiang = 192, 092 Ton

Ptiang = 192, 092 ton < 300 ton ........ OK! GEMPA ULTIMIT

Tabel 4.20 Check Pile Force Gempa Ultimit Pondasi F6 Kombo 24 Joint 11
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 88,822 39,207 -0,435 127,594 OK
P2 88,822 39,207 0,435 128,464 OK
P3 88,822 0,000 1,304 90,126 OK
P4 88,822 -39,207 0,435 50,050 OK
P5 88,822 39,207 -0,435 127,594 OK
P6 88,822 0,000 -1,304 87,518 OK

Tabel 4.21 Check Pile Force Gempa Ultimit Pondasi F6 Kombo 21 Joint 21
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 91,430 0,874 -1,778 90,526 OK
P2 91,430 0,874 1,778 94,082 OK
P3 91,430 0,000 5,335 96,765 OK
P4 91,430 -0,874 1,778 92,334 OK
P5 91,430 0,874 -1,778 90,526 OK
P6 91,430 0,000 -5,335 86,095 OK

213
c) Check Pile Force Pondasi tipe F10

P10 P1 P2 P4

P8 P3

P9 P7 P6 P5

Gambar 4.10 Pondasi tipe F10

Dimensi kolom = 60 cm x 100 cm


Dimensi pondasi = 45 cm x 45 cm
Kapasitas 1 pile, Pijin = 150 ton
n pile (jumlah tiang) = 10
Jarak antar pile = 2,5 D (2,5 x 0,45 m = 1,125 m)
Jarak pile ke tepi = 1 D (0,45 m)

Koordinat masing-masing pile terhadap pusat kolom adalah :

Tabel 4.22 Koordinat Pile Tipe F10


Pile X Y X2 Y2
No. (m) (m) (m2) (m2)
P1 -0,5625 0,5625 0,316 0,316
P2 0,5625 0,5625 0,316 0,316
P3 1,563 0,000 2,443 0,000
P4 2,563 0,5625 6,569 0,316
P5 2,563 -0,5625 6,569 0,316
P6 0,5625 -0,5625 0,316 0,316
P7 -0,5625 -0,5625 0,316 0,316
P8 -1,563 0,000 2,443 0,000
P9 -2,563 -0,5625 6,569 0,316
P10 -2,563 0,5625 6,569 0,316
∑ (Jumlah) 16,5301 1,5820

214
Data gaya dalam maksimum kolom dengan tipe pondasi 10 tiang (F10) akibat
pembebanan gempa nominal :

Tabel 4.23 Gaya Dalam Maksimum Gempa Nominal Tipe F6

Joint Load FZ MX MY
Label Case/Combo (tonf) (tonf-m) (tonf-m)
4 Comb4 1702,694 -10,388 -8,308
5 Comb8 1666,362 36,751 2,397
4 Comb6 1652,191 -9,831 9,118

Contoh Kombo 4 :
P = 1702,694 tonf
Mx = -10,388 tonf-m
My = -8,308 tonf-m
P = 1,5 x 150 ton = 225 ton (kapasitas gempa nominal = 1,5 x Pijin)

Tabel 4.24 Check Pile Force Gempa Nominal Pondasi Tipe F10 Kombo 4

P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang


Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 170,269 -3,694 0,283 166,859 OK
P2 170,269 -3,694 -0,283 166,293 OK
P3 170,269 0,000 -0,786 169,484 OK
P4 170,269 -3,694 -1,288 165,288 OK
P5 170,269 3,694 -1,288 172,675 OK
P6 170,269 3,694 -0,283 173,680 OK
P7 170,269 3,694 0,283 174,246 OK
P8 170,269 0,000 0,786 171,055 OK
P9 170,269 3,694 1,288 175,251 OK
P10 170,269 -3,694 1,288 167,864 OK

215
Contoh perhitungan untuk pile no. 1 (P1)
P Mx  y My  x
Ptiang = + +
n  y 2  x2

170, 269 −10,388  0,5625 −8,308  −0,5625


Ptiang = + +
10 1,5820 16,5301
Ptiang = 166,859 Ton

Ptiang = 166,859 ton < 225 ton ........ OK! GEMPA NOMINAL

Tabel 4.25 Check Pile Force Gempa Nominal Pondasi Tipe F10 Kombo 8
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 166,636 13,067 -0,082 179,622 OK
P2 166,636 13,067 0,082 179,785 OK
P3 166,636 0,000 0,227 166,863 OK
P4 166,636 13,067 0,372 180,075 OK
P5 166,636 -13,067 0,372 153,941 OK
P6 166,636 -13,067 0,082 153,651 OK
P7 166,636 -13,067 -0,082 153,488 OK
P8 166,636 0,000 -0,227 166,410 OK
P9 166,636 -13,067 -0,372 153,198 OK
P10 166,636 13,067 -0,372 179,332 OK

Tabel 4.26 Check Pile Force Gempa Nominal Pondasi Tipe F10 Kombo 6
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 165,219 -3,495 -0,310 161,413 OK
P2 165,219 -3,495 0,310 162,034 OK
P3 165,219 0,000 0,862 166,081 OK
P4 165,219 -3,495 1,414 163,137 OK
P5 165,219 3,495 1,414 170,128 OK
P6 165,219 3,495 0,310 169,025 OK
P7 165,219 3,495 -0,310 168,404 OK
P8 165,219 0,000 -0,862 164,357 OK
P9 165,219 3,495 -1,414 167,301 OK
P10 165,219 -3,495 -1,414 160,310 OK

216
Data gaya dalam maksimum kolom dengan tipe pondasi 10 tiang (F10) akibat
pembebanan gempa ultimit :

Tabel 4.27 Gaya Dalam Maksimum Gempa Ultimit Tipe F10


Joint Load FZ MX MY
Label Case/Combo (tonf) (tonf-m) (tonf-m)
4 Comb20 1192,365 -20,414 -16,489
5 Comb24 1134,987 70,265 4,771
4 Comb22 1095,242 -19,342 17,022

Contoh Kombo 20 :
P = 1192,365 tonf
Mx = -20,414 tonf-m
My = -16,489 tonf-m
P = 2 x 150 ton = 300 ton (kapasitas gempa ultimit = 2,0 x Pijin)

Tabel 4.28 Check Pile Force Gempa Ultimit Pondasi Tipe F6 Kombo 20
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 119,237 -7,258 0,561 112,539 OK
P2 119,237 -7,258 -0,561 111,417 OK
P3 119,237 0,000 -1,559 117,677 OK
P4 119,237 -7,258 -2,557 109,422 OK
P5 119,237 7,258 -2,557 123,938 OK
P6 119,237 7,258 -0,561 125,934 OK
P7 119,237 7,258 0,561 127,056 OK
P8 119,237 0,000 1,559 120,796 OK
P9 119,237 7,258 2,557 129,051 OK
P10 119,237 -7,258 2,557 114,535 OK

Contoh perhitungan untuk pile no. 6 (P6)


P Mx  y My  x
Ptiang = + +
n  y 2  x2

1192,365 −20, 414  −0,5625 −16, 489  0,5625


Ptiang = + +
10 1,5820 16,5301
Ptiang = 125,934 Ton

Ptiang = 125,934 ton < 300 ton ........ OK! GEMPA ULTIMIT

217
Tabel 4.29 Check Pile Force Gempa Ultimit Pondasi Tipe F6 Kombo 24
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 113,499 24,983 -0,162 138,319 OK
P2 113,499 24,983 0,162 138,644 OK
P3 113,499 0,000 0,451 113,950 OK
P4 113,499 24,983 0,740 139,222 OK
P5 113,499 -24,983 0,740 89,255 OK
P6 113,499 -24,983 0,162 88,678 OK
P7 113,499 -24,983 -0,162 88,353 OK
P8 113,499 0,000 -0,451 113,048 OK
P9 113,499 -24,983 -0,740 87,776 OK
P10 113,499 24,983 -0,740 137,742 OK

Tabel 4.30 Check Pile Force Gempa Ultimit Pondasi Tipe F6 Kombo 22
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 109,524 -6,877 -0,579 102,068 OK
P2 109,524 -6,877 0,579 103,226 OK
P3 109,524 0,000 1,610 111,134 OK
P4 109,524 -6,877 2,639 105,286 OK
P5 109,524 6,877 2,639 119,041 OK
P6 109,524 6,877 0,579 116,981 OK
P7 109,524 6,877 -0,579 115,822 OK
P8 109,524 0,000 -1,610 107,915 OK
P9 109,524 6,877 -2,639 113,762 OK
P10 109,524 -6,877 -2,639 100,008 OK

218
d) Hasil Desain
Dari hasil perhitungan didapat bahwa kapasitas pondasi masih memenuhi
syarat untuk kombinasi pembebanan gravity, pembebanan kombinasi dengan
gempa nominal, dan pembebnan kombinasi dengan gempa ultimit. Untuk desain,
kapasitas pondasi dapat dicari sesuai dengan kondisi tanah atau parameter lainnya
yang mengacu pada berbagai metode penentuan daya dukung tiang, sehingga
didapat kapasitas tipe pondasi yang lebih efisien dan sesuai dengan kebutuhan
berbagai kombinasi pembebanan yang telah ditentukan.
400
400
400
400

800 800 800 800 800

Gambar 4.11 Desain Pondasi Titik Pancang 45 cm x 45 cm

219

Anda mungkin juga menyukai