Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. TINJAUAN PUSTAKA
Pada perencanaan struktur gedung, sistem gabungan antara portal rangka
pemikul momen (frame) dan dinding geser dalam menahan beban lateral disebut
sebagai sistem ganda (dual system). Sistem ganda dapat memberikan kemampuan
yang lebih baik dalam menahan beban lateral khususnya beban gempa untuk
bangunan-bangunan yang sudah menjulang tinggi. Penggunaan sistem ganda dapat
diaplikasikan pada bangunan hingga mencapai 40 tingkat.
Interaksi antara portal dan dinding geser pada sistem ganda memiliki perilaku
yang cukup unik, dimana gaya geser pada bagian bawah akan dominan dipikul oleh
dinding geser sedangkan frame memikul gaya geser pada bagian atas. Hal ini
dikarenakan kedua sistem tersebut memiliki perilaku defleksi yang berbeda. Akibat
dari beban lateral, dinding geser akan berperilaku bending mode sedangkan frame
akan berdeformasi secara shear mode.
Berdasarkan SNI 1726-2012 dalam sistem ganda, rangka pemikul momen
harus memikul sekurang-kurangnya 25% gaya gempa desain dimana hal ini
merupakan antisipasi kondisi setelah gempa terjadi setidaknya frame masih harus
kuat menahan beban gravitasi. Pengecekan terhadap rangka pemikul momen harus
dilakukan terpisah apabila frame menahan lebih dari 10% beban geser desain.
Syarat-syarat dalam perencanaan struktur menggunakan sistem ganda
adalah : memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap, beban
gempa ditahan oleh dinding geser atau bresing dengan rangka pemikul momen,
dimana rangka pemikul momen harus direncanakan terpisah menahan minimal 25%
beban gempa, dan kedua sistem harus direncanakan mampu memikul beban gempa
dengan memperhatikan interaksi sistem ganda.
1
2. STANDARD DESIGN
Peraturan yang digunakan sebagai acuan dalam perancangan ini adalah :
a. SNI 1726:2012, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung.
b. SNI 2847:2013, Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung.
c. SNI 1727:2013, Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung
dan Struktur Lain.
d. ASCE 7 – 10, Minimum Design Loads for Building and Other Structures.
e. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, 1983.
3. DATA STRUKTUR
3.1 Material Properties
Mutu Beton yang digunakan dalam perencanaan adalah sebagai berikut :
K-400 (untuk struktur kolom dan dinding geser/shear wall) :
f’c = 400 x 0,083 = 33,2 Mpa
E = 4700 x (33,2)1/2 = 27081,137 Mpa
2
WALL : - Frame Wall (A)
L, panjang = 800
t, tebal = 30
- Frame Wall (B)
L, panjang = 400
t, tebal = 30
PELAT : - Lantai, t = 13
- Atap, t = 13
Cat : Ketinggian antar lantai adalah 4 m tipikal dari dasar sampai atap.
3
Gambar 1.2 Denah Struktur Kolom dan Shear Wall Layout Lt. 1 – 6 (Tipikal)
Gambar 1.3 Denah Struktur Kolom dan Shear Wall Layout Lt. 7 – 11 (Tipikal)
Gambar 1.4 Denah Struktur Kolom dan Shear Wall Layout Lt. 12/Atap (Tipikal)
4
4. MODELLING ETABS 2013 V.13
4.1 Jendela Awal
Buka Software ETABS 2013 pada komputer, untuk memulai/start page klik
menu File – New Model. Tampak kotak dialog tampilan awal ETABS seperti
gambar di bawah ini.
Pada Initialization Options pilih Use Built-in Settings With untuk menentukan
standard code maupun units yang akan kita gunakan dalam pembuatan model
rancangan. Pada bagian Display Units pilih Metric SI untuk satuan internasional
dan untuk perencanaan beton bertulang pada Concrete Design Code pilih
ACI 318-11 yang merupakan acuan SNI beton Indonesia terbaru 2847:2013.
Kemudian jika sudah sesuai klik OK.
Standard Code yang digunakan pada Steel Design Database dan Steel Design
Code merupakan default. Kita juga dapat menggantinya jika ingin menggunakan
acuan tertentu, misal dalam perencanaan gedung/struktur baja.
5
Gambar 1.6 Model Grid
Sesuai dengan gambar denah rencana pada grid/As arah X terdapat jarak yang
berbeda, oleh karena itu kita dapat pilih atau klik Custom Grid Spacing – Edit Grid
Data untuk merubah jarak yang sebenarnya.
Setelah muncul kotak dialog Grid System Data, kemudian pilih Display Grid
Data as Spacing untuk mengubah jarak spasi grid arah y sesuai denah rencana. Jika
kita ingin merubahnya dalam hitungan ordinat maka pilih Display Grid Data as
Ordinates.
Pada bagian X Grid Data, ubah X spacing Grid ID A dan I menjadi 1,5 m
serta Grid ID B dan H menjadi 2,5 m. Visible Yes berarti Grid akan ditampilkan
pada tampilan ETABS dan kita juga dapat mengganti posisi nomor/kode Grid/As
pada bagian Bubble Loc.
Pada bagian Y Grid Data sudah sesuai dengan jarak antar As denah rencana.
Perubahan jarak Grid pada arah sumbu X dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
6
Gambar 1.7 Edit Grid ID A dan B
7
Gambar 1.9 Edit Story Dimensions
8
4.2 Konversi Satuan
Untuk merubah konversi satuan kita dapat mengaturnya pada bagian pojok
kanan bawah dengan cara klik Units – Show Units Form.
9
4.3 Input Material Properties
Pilih menu Define – Material Properties – pilih 4000psi (untuk beton)
Modify/Show Material.
Untuk mutu beton lainnya yaitu K-350, hanya tinggal menambahkan dengan
cara Add Copy of Material. Cara input data mutu beton K-350 sama dengan
langkah-langkah di atas.
10
Masih dalam kotak dialog Define Materials, untuk memasukkan data mutu
baja tulangan pilih A615Gr60. Kode penamaan tersebut menandakan bahwa baja
tulangan yang digunakan sesuai dengan ASTM A 615 Grade 60. Dalam
perancangan ini mutu baja tulangan yang digunakan sesuai dengan SNI 2847 : 2013
adalah Grade 420 dengan nilai Fy = 420 Mpa.
11
4.4 Input Dimensi Elemen Struktur
4.4.1 Input Dimensi Kolom
Pilih Menu Define – Section Properties – Frame Sections – maka akan tampil
kotak dialog Frame Properties.
Jika ingin menghapus properti frame default ETABS yang harus dilakukan
adalah : pilih Delete Multiple Properties pada bagian kanan – Select Sections to
Delete (pilih semua tipe) – Delete Selected Frame Sections – Pilih semua frame –
Delete Selected Frame Sections – OK. (akan hanya tersisa satu frame default
ETABS).
Contoh pembuatan dimensi kolom untuk Lt. 1 – Lt. 6 dengan tipe K 60 x
100 cm adalah : masih dalam kotak dialog Frame Properties – pilih Add New
Property – muncul kotak dialog Frame Property Shape Type – Section Shape pilih
Concrete Rectangular – pada bagian Concrete klik bentuk persegi panjang.
12
Gambar 1.15 Input Dimensi Kolom K 60 x 100 cm
13
Kemudian klik Modify/Show Rebar, maka akan tampil kotak dialog seperti
gambar di bawah ini.
14
4.4.2 Input Dimensi Balok
Sama halnya seperti membuat dimensi kolom, pada kotak dialog Frame
Section Property Data :
- Property Name : ganti sesuai kode balok, misal B 35 x 70
- Material : pilih K-350 (sesuai mutu beton untuk balok)
- Display Color : klik change untuk merubah warna
- Section Dimensions : Width, untuk lebar balok = 350 mm
Depth, untuk tinggi balok = 700 mm
Kemudian klik Modify/Show Rebar, maka akan muncul tampilan kotak
dialog Frame Section Property Reinforcement Data – Design Type (pilih M3
Design Only (Beam)) – OK.
15
Gambar 1.19 Dimensi Balok dan Kolom Rencana
16
Perhatikan bagian General Data :
- Property Name : “LANTAI” (untuk pelat lantai tipikal)
- Slab Material : K-350 (sesuai mutu beton pelat rencana)
- Modelling Type : Membrane
Perhatikan bagian Property Data :
- Type : Slab
- Thickness : 130 mm
a. Shell
Pelat menahan dalam 2 gaya yaitu bending forces/momen dan shear
forces/geser. Pelat akan menahan beban lentur akibat gravitasi dan juga geser
serta akan ikut berdeformasi bersama balok terhadap beban gravitasi.
b. Membrane
Pelat hanya menahan dalam shear forces/geser saja. Modelling membrane
berarti mendistribusikan beban pelat ke balok terdekat dengan system
distribusi 450. Pelat tidak ikut berdeformasi bersama balok saat dikenai beban
gravitasi. Hal ini dapat mengakibatkan lendutan balok yang sedikit lebih
besar dan “safety” untuk perencanaan.
17
4.4.4 Input Dimensi Shear Wall
Pilih menu Define – Section Properties – Wall Sections – Add New Property
– Input Data – OK.
18
4.5 Penggambaran Elemen Struktur pada Denah
4.5.1 Penggambaran Elemen Kolom
Penggambaran elemen kolom harus disesuaikan dengan denah lantai,
berhubung pada denah rencana kolom berubah disetiap 6 lantai maka terdapat 2
zona yang berbeda untuk masing-masing dimensi kolom. Hal ini dapat kita atur
terlebih dahulu pada fasilitas Similar Stories dengan cara :
Pilih menu Edit – Edit Stories and Grid Systems – Modify/Show Story Data –
muncul tampilan kotak dialog Story Data.
Pada keadaan awal, Story 12 (lantai teratas) menjadi Master Story untuk
semua lantai sehingga kita perlu menggantinya menjadi No dengan cara klik kotak
Yes pada Master Story kemudian ganti dengan No.
Pembagian Master Story untuk penggambaran kolom adalah :
a. Zona 1 = Lt. 1 – Lt 6, dengan Master Story adalah Story 1
b. Zona 2 = Lt. 7 – Lt 12, dengan Master Story adalah Story 7
19
Gambar 1.24 Edit Master Story
Setelah membuat Master Story untuk setiap zona lantai, selanjutnya klik OK
dan kita akan memulai penggambaran elemen kolom. Aktifkan fungsi Similar
Stories pada bagian kanan bawah jendela ETABS seperti gambar di bawah ini.
20
Penggambaran elemen kolom dapat melalui menu pada ETABS ataupun icon
yang berada pada sebelah kiri jendela ETABS. Sebagai contoh untuk
penggambaran elemen kolom K 60 x 100. Pertama-tama pilih plan untuk
menampilkan Story 1 pada jendela ETABS dengan cara klik View – Set Plan View
– pilih Sory 1 – OK.
Untuk menggambar elemen kolom dengan pilihan menu, kita dapat klik Draw
– Draw Beam/Column/Brace Objects – Quick Draw Columns (Plan,3D). Jika ingin
menggunakan icon pada ETABS kita dapat memilih icon di sebelah kiri jendela
21
Story 1
Story 7
22
4.5.2 Penggambaran Elemen Shear Wall
Berdasarkan denah rencana, dinding geser yang akan digunakan adalah
tipikal untuk semua lantai dari lantai dasar sampai atap, sehingga kita dapat
mengganti fasilitas Similar Story menjadi All Stories di bagian kanan bawah
jendela ETABS.
Pertama-tama gambar dinding geser tipe FWALL (A) dengan panjang 8 m
dan tebal 300 mm. Penggambaran elemen dinding geser/shear wall pada ETABS
V13 ini dapat menggunakan fasilitas Draw Wall Stacks dengan cara klik menu
Draw – Draw Wall Stack – kemudian akan tampil kotak dialog New Wall Stack –
input layout data – OK – arahkan kursor mouse diantara As E-F sesuai posisi shear
wall – klik 1x di tengah-tengah antara As E-F – jika sudah tergambar lakukan hal
yang sama untuk shear wall lainnya.
23
Gambar 1.30 Penggambaran Shear Wall tipe FWALL A Sebelah Atas
Setelah menggambar tipe Shear Wall FWALL A yang dibagian Atas langkah
selanjutnya menggambar FWALL A di sebelah bawah dengan cara mengarahkan
mouse ke grid shear wall yang sesuai. Sehingga hasilnya akan terlihat seperti pada
gambar di bawah ini.
24
Selanjutnya untuk penggambaran tipe Shear Wall FWALL B dengan panjang
4 m dan tebal 300 mm. Lakukan hal yang sama untuk penggambaran FWALL B
hanya saja dimensi/ukurannya yang berbeda dengan tipe sebelumnya. Letak posisi
FWALL B sejajar dengan sumbu – y pada ETABS sehingga sebelum kita arahkan
ke posisi shear wall pada grid denah, terlebih dahulu kita ganti sudut (Angle, deg)
pada kotak dialog Properties of Object menjadi 90 kemudian tekan enter
selanjutnya arahkan mouse ke grid shear wall yang sesuai. Sehingga hasilnya akan
terlihat seperti pada gambar di bawah ini.
25
Gambar 1.33 Layout Tampilan Kolom dan Shear Wall
26
Kita juga dapat mengasumsikan pemodelan shear wall sebagai Pier, yang
artinya shear wall berperilaku sama dengan kolom yaitu memiliki kemampuan
untuk menahan lentur dan geser. Dari ke-3 shear wall tersebut kita akan memberi
nama Pier dengan label masing-masing P1, P2, dan P3 dengan perincian sebagai
berikut :
- Label Pier P1 untuk shear wall yang berada di sebelah kiri atas
- Label Pier P2 untuk shear wall yang berada di sebelah kiri bawah
- Label Pier P3 untuk shear wall yang berada di bagian tengah – atas denah
- Label Pier P4 untuk shear wall yang berada di sebelah tengah – bawah denah
- Label Pier P5 untuk shear wall yang berada di sebelah kanan atas
- Label Pier P6 untuk shear wall yang berada di sebelah kanan bawah
-
Contoh cara medefinisikan shear wall sebagai Pier P1 adalah : klik shear
wall sebelah kiri (masih dalam fasilitas All Stories) – Assign – Shell – Pier Label –
pilih P1 – Apply – OK. Lakukan langkah yang sama untuk mendefinisikan shear
wall yang lain sebagai Pier P2, P3, P4, P5 dan P6.
Jika ingin melihat hasil pendefinisian pier, pilih menu View – Set Display
Options – pilih Other Assigments – pada bagian Pier Assigments ceklis Labels –
OK. Hasil input pier untuk masing-masing shear wall dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
27
4.5.3 Penggambaran Elemen Balok
Pada perancangan ini, dimensi balok yang digunakan untuk semua lantai
disamakan sesuai dengan tipenya masing-masing, sehingga kita dapat
menggunakan fasilitas All Stories. Sebelum memulai penggambaran elemen balok,
terlebih dahulu kita merubah tampilan frame agar lebih jelas perbedaan warna tiap
tipe frame yang telah kita buat dengan cara : pilih menu View – Set Display Options
– pada View by Colors of pilih Section Properties – kemudian pilih Object
Assigments pada tab paling atas – pada bagian Frame Assigments ceklis/pilih
Sections – OK.
- Property : pilih B 35 x 70
- Moment Release : “Continuous”, pemilihan continuous untuk
meneruskan momen ke frame yang ada disebelahnya, jika memilih pinned
maka asumsi ujung-ujung frame adalah sendi dimana momen
ujung bernilai 0. Untuk balok induk yang dihubungkan oleh kolom-kolom,
asumsi yang tepat untuk momen releases adalah continuous sesuai perilaku
tumpuan jepit dan rigid.
28
Untuk menghilangkan tampilan grid huruf B, C, H, dan I dan grid nomor 2
dan 4 pada denah pilih menu Edit – Edit Stories and Grid Systems – Modify/Show
Grid System – pada Grid ID huruf B, C, H, dan I serta Grid ID nomor 2 dan 4
dibagian kotak Visible ganti Yes menjadi No – OK.
Arahkan kursor mouse ke garis Grid denah hingga muncul garis putus-putus
seperti gambar berikut ini, kemudian klik 1 kali pada garis tersebut. Gambar semua
elemen balok B 35 x 70 yang sejajar dengan sumbu-X pada denah.
29
Gambar 1.39 Penggambaran Balok B 30 x 60 pada Denah Lantai
Untuk penggambaran denah pelat lantai kita boleh memunculkan kembali grid yang
telah kita hide dan kemudian menggambar pelat lantai diantara balok-balok yang
sudah kita buat sebelumnya. sehingga tampak konfigurasi balok tipikal lantai
seperti gambar di bawah ini.
30
4.5.4 Penggambaran Elemen Pelat
Pada perancangan ini terdapat 2 tipe pelat yang akan digunakan yaitu pelat
untuk lantai dan pelat untuk atap, oleh karena itu kita dapat mengatur kembali ke
bagian Similar Story seperti cara sebelumnya dan menonaktifkan semua Master
Story terkecuali Story 1. Story 1 akan tetap menjadi Master Story namun kali ini
untuk semua lantai terkecuali Story 12 karena sebagai lantai atap.
seperti ini pada sebelah kiri jendela ETABS, namun jika area yang akan dibuat
berbentuk segiempat atau rectangular kita dapat memilih icon seperti ini .
Selain itu kita juga dapat menggambar elemen pelat pada menu Draw – Draw
Floor/Wall Objects – pilih cara penggambaran sesuai bentuk area pelat.
31
Penggambaran elemen pelat dalam perencanaan ini menggunakan tipe
rectangular dimana pelat akan digambar berdasarkan area yang dibatasi antar balok
induk dan balok anak. Aktifkan fasilitas Similar Story – pilih icon Draw
Rectangular Floor/Wall – pada kotak dialog Properties of Object bagian property
pilih “LANTAI” untuk penggambaran elemen pelat lantai (untuk lantai atap pilih
“ATAP”) – arahkan kursor mouse ke denah sesuai area pelat, kemudian klik dari
ujung kiri atas area rectangular pelat dan drag sampai bertemu di ujung kanan
bawah rectangular area pelat.
32
Untuk menggambar void/area lubang lift dan tangga kita dapat menggunakan
cara yang sama seperti penggambaran pelat, namun bedanya adalah pada bagian
Property di kotak dialog Properties Of Object pilihannya adalah “Opening”. Untuk
ukuran untuk bukaan tangga 1,5m x 4m dan untuk kebutuhan void lift berukuran
2,5m x 2m. Sehingga hasil dapat terlihat pada gambar dibawah ini.
33
4.6 Hasil Pemodelan Elemen Struktur
Setelah menggambar semua elemen kolom, shear wall, balok dan pelat maka
kita dapat melihatnya dalam tampilan 2D maupun 3D seperti tampak pada gambar
di bawah ini.
34
4.7 Input Beban Statik (Beban Mati dan Beban Hidup)
Pembebanan untuk analisis struktur adalah Beban Mati Struktur + Beban
Mati Tambahan + Beban Hidup (reduksi untuk gempa). Beban mati struktur
adalah beban gravity yang diakibatkan oleh elemen struktur penyusun bangunan
seperi kolom, shear wall, balok, dan pelat. Beban mati tambahan adalah beban
gravity yang diakibatkan elemen tambahan sehubungan dengan finishing bangunan
karena sifatnya yang permanen. Beban hidup adalah beban gravitity yang diambil
berdasarkan fungsi bangunan.
Pendefinisian beban statik pada ETABS terdapat pada menu Define – Load
Patterns – perhatikan kotak dialog Define Load Patterns di bawah ini.
- Pada Load : Dead, kita dapat mengganti nama Dead menjadi DL (Dead Load)
kemudian click to Modify Load. Type untuk beban mati adalah Dead dan Self
Weight Multiplier untuk beban mati adalah 1 (untuk beban mati struktur yang
akan otomatis dihitung oleh ETABS dan juga input beban mati tambahan
yang akan kita masukan sendiri).
- Pada Load : Live, kita juga dapat mengganti nama Live menjadi LL (Live
Load) kemudian click to Modify Load. Type untuk beban hidup adalah Live
dengan Self Weight Multiplier = 0 (karena akan kita input sendiri beban hidup
sesuai dengan fungsi bangunan).
- Jika ingin membedakan beban mati tambahan sebagai beban statik tersendiri,
kita dapat input beban SDL dengan Type Super Dead dan Self Weight
Multiplier = 0 kemudian kita tambahkan dengan cara klik Add New Load.
35
Gambar 1.49 Pendefinisian Beban Mati dan Hidup
Setelah mendefinisikan beban pada load patterns kita dapat mengecek hasil
input pada menu Define – Load Cases.
- Pilih Load Case Name Dead – Modify/Show Case – pada kotak dialog Load Case
Data di bagian Load Case Name ganti menjadi DL agar sesuai dengan nama
pada Load Patterns sebelumnya – OK.
36
- Pilih Load Case Name Live – Modify/Show Case – pada kotak dialog Load Case
Data di bagian Load Case Name ganti menjadi LL agar sesuai dengan nama
pada Load Patterns sebelumnya – OK.
Cat : jika pada bagian Load Patterns sebelumnya kita membedakan untuk beban
mati tambahan (SuperDead) maka untuk pendefinisian Load Case tersebut juga
dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti langkah-langkah di atas. Namun
pada contoh ini kita mendefinisikan beban mati hanya dengan Case – Dead Load
(DL) saja dimana case tersebut digunakan untuk perhitungan otomatis beban
struktur dari ETABS dan juga sekaligus sebagai case untuk input beban mati
tambahan.
37
4.7.1 Perhitungan dan Input Beban Mati Tambahan
Asumsi beban mati tambahan dihitung berdasarkan Peraturan Pembebanan
Indonesia untuk Gedung 1983, yang perinciannya adalah sebagai berikut :
38
- Beban Mati Tambahan Atap :
Pilih menu Select – Select – Properties – Slab Sections – pilih ATAP – Select –
Close.
Pilih menu Assign – Shell Loads – Uniform – input beban – Apply – OK.
Pada perancangan ini asumsi yang digunakan untuk beban dinding adalah sebagai
dinding rebah yang sudah dihitung bersama beban pelat lainnya.
39
4.7.2 Perhitungan dan Input Beban Hidup
Besarnya beban hidup lantai ditentukan berdasarkan fungsinya sesuai dengan
acuan SNI 1727-2013 Tabel 4-1.
40
- Beban Hidup Atap :
Pilih menu Select – Select – Properties – Slab Sections – pilih ATAP – Select –
Close.
Pilih menu Assign – Shell Loads – Uniform – input beban – Apply – OK.
Cat : Pada bagian Options, Add to Existing Loads digunakan untuk menambahkan
nilai beban yang akan dimasukan pada Load Pattern Name yang sama. Replace
Existing Load digunakan untuk mengubah nilai beban pada Load Pattern Name
yang sama, sedangkan Delete Existing Loads untuk menghapus nilai beban yang
telah dimasukkan. Jika kita ingin meng-input nilai beban dengan Load Pattern yang
masing-masing berbeda pilihan Add atau Replace dapat kita gunakan, asalkan Load
Pattern Name yang digunakan sesuai dengan nilainya.
Jika ingin melihat hasil input masing-masing beban yang telah kita berikan
pada pelat, kita dapat memilih menu Display – Load Assigns – Shell – pilih Load
Pattern yang ingin dilihat – OK.
41
4.8 Asumsi dalam Perancangan
4.8.1 Taraf Penjepitan Lateral
Untuk analisis gempa dan penulangan, struktur atas dapat dianggap terjepit
pada lantai base/dasar. Perletakan jepit dipilih karena memiliki kemampuan
menahan momen, gaya horizontal, dan gaya vertikal. Pada bangunan tinggi juga
digunakan pondasi dalam sehingga asumsi perletakan jepit dapat diterima.
Perletakan jepit pada lantai base/dasar dapat diberikan dengan cara : Aktifkan
fasilitas One Story pada bagian kanan bawah jendela ETABS – pilih menu View –
Set Plan View – pilih Base – OK – blok seluruh denah pada lantai base – pilih menu
Assign – Joint – Restraints – pada bagian Fast Restraints pilih jepit
(kotak pertama) – Apply – OK.
Cat : Perletakan jepit biasanya dilakukan untuk analisis struktur, untuk bangunan
baja tingkat rendah misalnya, perletakan sendi juga dapat diasumsikan pada taraf
penjepitan lateralnya atau untuk bangunan-bangunan yang menggunakan pondasi
dangkal. Untuk menganalisis pondasi akibat beban gravity terkadang engineer
memberikan perletakan sendi agar tidak timbul momen hanya sebatas gaya vertikal
Fz saja, namun perletakan sendi memberikan hasil waktu getar/perioda yang lebih
panjang dibandingkan dengan perletakan jepit.
42
4.8.2 Rigid Zone Factor
Rigid Zone Factor merupakan angka asumsi untuk mengukur tingkat
kekakuan suatu elemen struktur frame kolom dan balok. Penentuan rigid zone
factor sepenuhnya merupakan engineering judgement. Namun untuk
mempertimbangkan pemberian rigid zone factor ini kita dapat melihat dari
kapasitas momen yang ingin dicapai dalam suatu analisis struktur, seperti perincian
di bawah ini :
- M COL 1,2M BEAM , zcol = 1 dan zbeam = 0 (Strong Column Weak Beam)
- 0,8M BEAM M COL 1,2M BEAM , zcol = 0,5 dan zbeam = 0,5
- M COL 0,8M BEAM , zcol = 0 dan zbeam = 1 (Strong Beam Weak Column)
43
4.8.3 Diafragma
Sesusi dengan SNI 1726 – 2012, analisis struktur harus memperhitungkan
kekakuan relatif diafragma dan elemen vertikal sistem penahan gaya gempa.
Pemilihan tingkat fleksibilitas diafragma dapat dengan jelas dilihat pada pasal 7.3
SNI 1726 – 2012.
Asumsi diafragma untuk lantai tiap tingkat adalah kaku (rigid), untuk input
diafragma lantai kita dapat pilih menu Select – Select – Properties – Slab Sections
– pilih tipe Slab (LANTAI dan ATAP) – Select – Close – pilih menu Assign – Shell
– Diaphragms – pilih D1 – Modify/ Show Definitions – pilih D1 – click to
Modify/Show Diaphragm – pada bagian Rigidity pilih Rigid – OK.
Asumsi diafragma rigid pada joint juga dapat dilakukan dengan cara :
aktifkan fasilitas All Stories – pilih salah satu lantai dan blok denah lantai tersebut
sehingga semua elemen frame terpilih (kita juga dapat menggunakan pilihan Select
– ALL) – pilih menu Assign – Joint – Diaphragms – pilih D1 – Apply – OK.
Selain persyaratan pemodelan, tujuan dari diafragma lantai dan joint adalah
untuk mendapatkan nilai massa total aktual tiap lantai yang akan digunakan untuk
menentukan berat total struktur dalam perencanaan pembebanan gempa.
44
Gambar 1.61 3D Diaphragms
45
- Element Self Mass : massa total hanya dihitung berdasarkan berat mati
beban elemen struktur saja, seperti kolom, shear wall, balok, dan pelat.
- Additional Mass : massa struktur hanya berdasarkan beban tambahan
yang kita input ke dalam elemen struktur tertentu.
- Specified Load Patterns : massa total dapat kita input berdasarkan case beban
tertentu dengan faktor pengali yang juga dapat ditentukan sendiri.
46
Gambar 1.63 Mass Souce by Load Patterns
4.8.5 Modal
Modal merupakan analisis dinamik untuk mengetahui perilaku ragam gerak
struktur di setiap mode-modenya. Analisis ini harus menyertakan jumlah modal
yang cukup agar tercapai partisipasi massa ragam minimal 90% pada analisis
dinamik, untuk analisis statik pembebenan gempa mengikuti pola ragam gerak di
mode-mode awal (ragam fundamental pertama) yang memberikan arah translasi
dominan untuk kedua arah sumbu orthogonal.
Penentuan jumlah mode untuk analisis struktur secara dinamik biasanya
merupakan judgement awal dengan melihat jumlah lantai bangunan. Jumlah modal
yang berkontribusi ≥ jumlah tingkat/lantai bangunan. Pada perancangan ini
lantai gedung berjumlah 15 tingkat sehingga judgement untuk jumlah mode yang
diambil adalah ≥ 12, yaitu 15.
47
Cara menambahkan jumlah mode adalah : pilih menu Define – Modal
Cases – Modify/Show Case – Maximum Number of Modes = 15 – OK.
48
Gambar 1.65 3D MODEL – STRUCTURE
49
(#2) – PEMBEBANAN GEMPA SISTEM GANDA (DUAL SYSTEM)
BERDASARKAN SNI 1726:2012
Oleh : Muhammad Hind Al Hakim
Setelah itu pilih Analyze kembali – Set Active Degrees of Freedom – pilih
Full 3D – OK. Pilih kembali menu Analyze – Set Load Cases to Run – beri tanda
ceklis pada Calculate Diaphragm Centers of Rigidity – Run Now.
50
2. ANALISIS MODE RAGAM
Pola gerak ragam fundamental struktur pada mode tertentu dapat dilihat
dengan gerak animasi pada layar komputer dengan cara : pilih menu Display –
Deformed Shape – klik pilihan modal case – pilih Mode Number 1 untuk ragam 1
(ragam pertama) – OK – klik pilihan Start Animations pada bagian kanan bawah.
Ty
Tx
51
Berdasarkan animasi pada layar komputer, gerak ragam kedua struktur
menunjukan gerak translasi sejajar dengan sumbu-X dan memberikan waktu
getar alami fundamental sebesar Tx = 1,344 detik.
Pada mode ke-3 ini gerak struktur sudah menunjukan rotasi karena telah
mengalami puntir terhadap sumbu lokal Z.
Selain dari animasi layar komputer, kita juga dapat melihat pola gerak
ragam dari hasil output analisis ETABS dengan cara pilih menu Display – Show
Tables – klik kotak kecil paling kiri dari pilihan Analysis – klik kotak kecil paling
kiri Results – klik kotak kecil paling kiri Modal Results – beri tanda ceklis pada
bagian Modal Participating Mass Ratios dan Modal Load Participation Ratios –
maka pada jendela ETABS akan tampil pilihan tabel tersebut.
Jika ingin mendapatkan output dalam bentuk Microsoft Excel, klik kanan
pada tabel, kemudian pilih Export to Excel. Sehingga hasilnya dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Modal Load Participation Ratios
Static Dynamic
Case Item Type Item
% %
Modal Acceleration UX 100 97,42
Modal Acceleration UY 100 97,62
Modal Acceleration UZ 0 0
52
Tabel 2.2 Modal Participating Mass Ratios
Period Sum Sum Sum Sum
Case Mode UX UY UZ RZ
sec UX UY UZ RZ
Modal 1 1,517 0 0,7273 0 0 0,7273 0 0 0
Modal 2 1,344 0,6867 0 0 0,6867 0,7273 0 0,0001 0,0001
Modal 3 1,011 0,0001 0 0 0,6867 0,7273 0 0,7116 0,7117
Modal 4 0,428 0 0,1311 0 0,6867 0,8584 0 0 0,7117
Modal 5 0,324 0,1674 0 0 0,8541 0,8584 0 0,000046 0,7118
Modal 6 0,271 0,0001 0 0 0,8542 0,8584 0 0,143 0,8548
Modal 7 0,201 0 0,0543 0 0,8542 0,9127 0 0 0,8548
Modal 8 0,138 0,0665 0 0 0,9207 0,9127 0 0,0001 0,8549
Modal 9 0,122 0,0001 0 0 0,9208 0,9127 0 0,0585 0,9134
Modal 10 0,116 0 0,0309 0 0,9208 0,9436 0 0 0,9134
Modal 11 0,08 0,0342 0 0 0,955 0,9436 0 2,67E-05 0,9134
Modal 12 0,076 0 0,0195 0 0,955 0,9631 0 0 0,9134
2,97E-
Modal 13 0,07 0 0 0,9551 0,9631 0 0,0321 0,9455
05
Modal 14 0,055 0,0191 0 0 0,9742 0,9631 0 1,1E-05 0,9455
Modal 15 0,054 0 0,0131 0 0,9742 0,9762 0 0 0,9455
Dari hasil tabel 2.1 dapat dilihat bahwa untuk analisis statik partisipasi
massa sudah mencapai 100% di kedua arah orthogonal dan untuk analisis dinamik
partisipasi massa telah mencapai lebih dari 90%, hal ini sudah sesuai dengan
persyaratan. Jika tidak tercapai tambahkan jumlah mode yang berkontribusi.
Dari hasil tabel 2.2 dapat dilihat bahwa pada mode 1 nilai faktor translasi UY
memberikan angka yang paling besar/dominan yaitu 72,73% hal ini menunjukan
bahwa gerak translasi arah Y terjadi pada mode ini sesuai dengan animasi layar
komputer. Pada mode 2 nilai faktor translasi UX memberikan angka yang paling
besar/dominan yaitu 68,67% hal ini menunjukan bahwa gerak translasi arah X
terjadi pada mode ini sesuai dengan animasi layar komputer. Pada mode 3 nilai RZ
dominan yaitu 71,16% hal ini menunjukan bahwa pada mode ini gerak struktur
sudah dominan dalam rotasi. Persyaratan gerak ragam sudah sesuai.
53
3. PARAMETER GEMPA RENCANA
Pada perancangan ini akan dibuat gedung perkantoran 12 lantai yang
diasumsikan berlokasi di kota Depok, Jawa Barat dan berdiri di atas tanah sedang.
Parameter gempa sesuai dengan peraturan gempa terbaru SNI 1726 – 2012 bisa kita
dapatkan di website berikut ini :
http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/
Pada bagian Jenis Input pilih Koordinat, kemudian ketik koordinat dari
google map lalu klik kotak Hitung dan klik Lihat Hasil.
54
Gambar 2.8 Parameter kelas situs SD (Tanah Sedang)
Penentuan klasifikasi jenis tanah diatur pada SNI 1726 – 2012 Pasal 5.3.
klasifikasi kelas situs tanah dibagi menjadi 5, yaitu SA (batuan keras), SB (batuan),
SC (tanah keras), SD (tanah sedang), SE (tanah lunak), dan SF (tanah khusus) yang
didapat berdasarkan perhitungan 3 parameter yaitu kecepatan rata- rata gelombang
geser, tahanan penetrasi standar lapangan rata-rata dan tahanan penetrasi standar
rata-rata untuk lapisan tanah non-kohesif, serta kuat geser niralir rata-rata. Pada
perancangan ini diasumsikan gedung berdiri di atas tanah sedang di wilayah kota
Semarang.
Parameter spektral tanah sedang Kota Semarang berdasarkan web Desain
Spektra Indonesia adalah :
55
Dengan menggunakan web tersebut kita langsung secara otomatis
mendapatkan data lengkap dari parameter spektral yang dibutuhkan untuk
perencanaan gempa. Untuk perhitungan manual, penentuan parameter desain
spektral dijelaskan dalam SNI 1726 – 2012 Pasal 6.1 – Pasal 6.3.
56
4.3 Sistem Struktur dan Parameternya
Pemilihan sistem struktur berhubungan dengan elemen penahan beban lateral
dan juga Kategori Desain Seismik yang direncanakan. Pada perancangan ini akan
digunakan sistem ganda sebagai penahan beban lateral.
Asumsi pemilihan sistem struktur dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
misalnya berhubungan dengan ketinggian bangunan, untuk bangunan rendah
sampai menengah dibawah 10 lantai biasanya digunakan sistem rangka pemikul
momen. Pada bangunan tinggi untuk mengantisipasi perilaku gempa secara
dinamik biasanya sistem ganda yang merupakan gabungan antara dinding geser
dengan rangka pemikul momen banyak digunakan. Selain dari ketinggian bangunan,
wilayah dimana gedung berdiri juga dapat menjadi pertimbangan. Pada daerah yang
terletak di zona rawan gempa harus memiliki elemen penahan beban lateral yang
lebih baik dibandingkan dengan daerah yang bukan rawan gempa.
57
Pada tabel diatas, terdapat 2 jenis sistem ganda, yaitu sistem ganda yang
menggunakan rangka pemikul momen khusus (point D) dan rangka pemikul
momen menengah (point E). Untuk Kategori Desain Seismik D penggunaan sistem
ganda dengan rangka pemikul momen menengah dan dinding geser beton bertulang
khusus dibatasi sampai 48 m (gedung rencana memiliki tinggi 48 m) sedangkan
penggunaan sistem ganda dengan rangka pemikul momen khusus dan dinding geser
beton bertulang khusus Tidak diBatasi (TB), bila menggunakan dinding geser beton
bertulang biasa Tidak diIzinkan (TI). Maka dalam perancangan ini sistem struktur
untuk kedua arah orthogonal X dan Y menggunakan Sistem Ganda dengan
Rangka Pemikul Momen Khusus yang mampu menahan paling sedikit 25%
gaya gempa yang ditetapkan dan Dinding Geser Beton Bertulang Khusus.
Berdasarkan sistem struktur yang akan digunakan, maka parameter faktor
gempa yang digunakan adalah :
- Koefisien Modifikasi Respons, R = 7
58
Perioda Fundamental pendekatan atau batas perioda minimum adalah :
Ta = Cthnx
Keterangan :
sampai tingkat tertinggi struktur dan koefisien Ct dan x ditentukan dari tabel
berikut ini :
Tabel 2.4 Nilai Parameter Perioda Pendekatan
Ta = Cthnx
Ta = 0,0488 x 480,75
59
T = CuTa, dengan nilai Cu berdasarkan tabel berikut ini :
Tabel 2.5 Koefisisen Batas Atas Perioda
SD1 = 0,375
(g)
60
4.5 Penentuan Koefisien Respons Seismik
Perhitungan koefisien respon seismik diatur dalam pasal 7.8.1.1 dengan
perincian sebagai berikut :
penghitungan Cs, namun jika diperoleh perioda desain yang berbeda maka dapat
dilakukan perhitungan secara terpisah antara arah x dan arah y.
SDS 0, 603
Cs = = = 0, 0861 , nilai Cs yang dihitung tidak perlu melebihi
R 7
Ie 1
Cat : Perbedaan dari SNI 1726 – 2002 sebelumnya dengan SNI 1726 – 2012 yang
digunakan sekarang adalah dengan adanya penetapan gaya geser dasar minimum,
peraturan sebelumnya tidak menetapkan nilai gaya geser minimum suatu bangunan
sehingga gedung-gedung dengan perioda panjang dapat memiliki gaya geser dasar
yang kecil, namun tidak pada SNI 1726 – 2012 yang menetapkan gaya geser dasar
minimum suatu gedung yang memiliki perioda panjang, sehingga perlu ada
“koreksi darurat” tentang desain gaya geser gedung-gedung tinggi dengan peraturan
terdahulu jika dibandingkan dengan peraturan sekarang.
61
4.6 Berat Seismik Efektif
Berat Sesimik Efektif merupakan berat total desain hasil penjumlahan dari
beban mati struktur + beban mati tambahan + beban hidup yang tereduksi. Berat
Seismik per-lantai dapat langsung kita peroleh melalui program ETABS dengan
cara sebagai berikut : pilih menu Display – Show Tables – Analysis – Results –
Structure Results – beri tanda ceklis pada Centers of Mass and Rigidity – OK –
Export to Excel.
62
Tabel 2.6 Berat Struktur tiap Lantai
Mass X Mass Y XCM YCM Cumulative X Cumulative Y
Story Diaphragm
kg kg m m kg kg
Story12 D1 507918,270 507918,270 19,995 8,001 507918,270 507918,270
Story11 D1 700666,620 700666,620 19,997 8,140 1208584,890 1208584,890
Story10 D1 700666,620 700666,620 19,997 8,140 1909251,500 1909251,500
Story9 D1 700666,620 700666,620 19,997 8,140 2609918,120 2609918,120
Story8 D1 700666,620 700666,620 19,997 8,140 3310584,730 3310584,730
Story7 D1 700666,620 700666,620 19,997 8,140 4011251,350 4011251,350
Story6 D1 705491,380 705491,380 19,997 8,139 4716742,730 4716742,730
Story5 D1 711258,020 711258,020 19,997 8,138 5428000,750 5428000,750
Story4 D1 711258,020 711258,020 19,997 8,138 6139258,780 6139258,780
Story3 D1 711258,020 711258,020 19,997 8,138 6850516,800 6850516,800
Story2 D1 711258,020 711258,020 19,997 8,138 7561774,830 7561774,830
Story1 D1 711258,020 711258,020 19,997 8,138 8273032,850 8273032,850
Pada tabel hasil output ETABS di atas, didapat data berat total per-lantai dari
mass source yang sudah dimasukkan sebelumnya. Berat keseluruhan struktur juga
dapat dilihat pada kolom Cumulative. Jadi total berat seismik efektif untuk desain
adalah :
WTOTAL = 8273032,850 Kg
V = CsW, dimana :
V = Geser dasar seismik
63
4.8 Distribusi Gaya Gempa Statik Tiap Lantai
Distribusi gaya gempa lateral (F) pada setiap lantai diatur dalam Pasal 7.8.3
dengan rumus seperti dibawah ini :
F = CV V , dan
w i hi k
Cv = n
wh
i =1
i i
k
Interpolasi nilai k untuk nilai perioda desain pada rentang 0,5 < T < 2,5
adalah :
k= 0,5 T + 0,75
k = 0,5 (1,246) + 0,75
k = 1,3729
64
4.9 Gaya Geser Statik Tiap Lantai
Gaya geser tiap lantai akibat beban gempa desain dapat dihitung sesuai pasal
7.8.4 dengan menggunakan persamaan :
n
Vx = Fi , gaya geser merupakan kumulatif dari penjumlahan gaya gempa
i =1
Contoh perhitungan :
Gaya Geser Story 12, V12 = F12 = 49176,188 Kgf
Gaya Geser Story 11, V11 = V12 + F11 = 108358,954 Kgf
Gaya Geser Story 10, V10 = V11 + F10 = 160282,631 Kgf
Dst ….
65
5. PEMBEBANAN GEMPA STATIK OTOMATIS ETABS
Sebelum memulai input gempa statik ekivalen secara otomatis dengan
program ETABS, terlebih dahulu buka kunci jendela ETABS karena sebelumnya
telah dilakukan proses Run Analysis dengan cara klik icon seperti gambar di bawah
ini sehingga menjadi Unlock Model.
Kemudian pilih menu Define – Load Patterns – Input Gaya Lateral Arah X
(EX) seperti gambar berikut ini – Click To Add New Load.
66
Kemudian klik Modify Lateral Load sehingga tampil kotak dialog seperti
dibawah ini.
Untuk metode pertama kita pilih dengan Program Calculated dengan fungsi Ct
(ft), x sesuai dengan sistem ganda. Pemilihan fungsi Ct (ft), x pada program
67
ETABS sesuai dengan kode ASCE 7 – 10 yang dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Sumber : ASCE 7 – 10
Berdasarkan tabel diatas, untuk All other structural systems nilai Ct = 0,02
dengan nilai metric ekuivalen (0,0488) dan x = 0,75. Maka untuk sistem ganda
d. Occupancy Important, Ie =1
- Seismic Coefficients :
68
Gambar 2.13 Input Gaya Lateral EY
69
Gambar 2.15 Output Base Reactions
Vx = 355790 Kgf
Vy = 355790 Kgf
70
Pada metode kedua ini akan dijelaskan input beban gempa statik ekivalen
dengan Time Period User Defined.
Kembali pada jendela ETABS klik icon Unlock Model (Buka Kunci) – pilih
kembali menu Define – Load Patterns – pilih Loads EX – klik Modify Lateral Load
– pada bagian Time Period pilih User Defined dan isi nilai T = TDESAIN = 1,246
sec – OK. Lakukan hal yang sama untuk memilih Loads EY.
Setelah itu lakukan analisis kembali dengan pilih menu Analyze – Set Load
Cases To Run – Run Now. Setelah proses run analysis selesai, pilih Display – Show
Tables – Analysis – Results – Reactions – beri tanda ceklis pada Base Reactions –
OK – klik kanan pada tabel output – Export To Excel.
71
Tabel 2.10 Base Reactions Time Period User Defined
Load FX FY FZ MX MY MZ
Case/Combo kgf kgf kgf kN-m kN-m kN-m
DL 0 1,92E-06 8004950 637696 -1569758 0
LL 0 7,51E-07 1728230 139338,1 -338963 0
EX -355458 0 2,76E-06 0 -119992 28308,5113
EY 0 -355458 4,93E-06 119991,8 0 -69704,8448
Vx = 355458 Kgf
Vy = 355458 Kgf
Maka hasil analisis nilai Gaya Geser Statik dengan menggunakan 3 metode
yaitu perhitungan manual, ASCE 7 – 10 Time Period Program Calculaed, dan
ASCE 7 – 10 Time Period User Defined dapat dilihat pada tabel perbandingan
dibawah ini.
Tabel 2.11 Perbandingan Nilai Base Shear Statik
Vx Vy
No METODE
Kgf Kgf
1 Perhitungan Manual 355729 355729
2 ASCE 7-10 Time Period Program Calculated 355790 355790
3 ASCE 7-10 Time Period User Defined 355458 355458
Berdasarkan tabel di atas, perbandingan antara nilai base shear statik dengan
perhitungan manual dan metode ASCE 7-10 Time Period Program Calculated
memberikan hasil yang terbaik dimana keduanya memberikan angka yang sangat
dekat. Dari hasil ke-3 analisis ini dapat membuktikan bahwa analisis base shear
dengan program ETABS berdasarkan ASCE 7 – 10 sudah sangat relevan dengan
peraturan gempa Indonesia SNI 1726 – 2012, sehingga dapat digunakan untuk
desain ataupun sekedar pengecekan terhadap perhitungan manual.
72
6. PEMBEBANAN GEMPA DINAMIK RESPONS SPEKTRA
Pembebanan gempa dengan respons spektra berguna untuk melihat perilaku
dinamik dari pola gaya geser bangunan-bangunan tinggi yang dipengaruhi oleh
banyak mode/modal yang berkontribusi. Bangunan-bangunan yang memiliki sisi
ketidakberaturan/irregurality juga harus menyertakan analisis gempa dinamik
dalam perencanaan. Semakin tinggi bangunan dan semakin banyak mode yang
berkontribusi maka perilaku dinamik akan menentukan dan dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk mendapatkan nilai gaya geser rencana yang juga dibandingkan
dengan analisis statik ekivalennya, sehingga didapat nilai-nilai gaya geser dengan
distribusi yang bagus sepanjang tinggi gedung.
Pembebanan gempa dinamik respons spektra dapat dianalisis langsung
menggunakan program ETABS dengan terlebih dahulu membuat kurva respons
spektrum sesuai parameter spektral wilayah tempat gedung berdiri dan jenis
tanahnya.
Kurva Spektrum Respons Desain merupakan fungsi percepatan spektral (Sa)
terhadap perioda (T), kurva ini digunakan dalam analisis dinamik untuk
mendapatkan nilai percepatan tanah desain dari masing-masing modal yang ada.
Perhitungan Kurva Spektrum Respons Desain diatur dalam Pasal 6.4.
73
Respons Spektrum Desain dapat langsung dibuat dengan menggunakan
Microsoft Excel dengan memperhatikan nilai-nilai berikut ini :
- Pastikan untuk memperoleh nilai T0 dan TS berdasarkan rumus dibawah ini :
SDS 0, 603
T 0 = 0, 2 = 0, 2 = 0,322
SD1 0,375
SD1 0,375
TS = = = 0, 622
SDS 0, 603
- Buat kolom T dan Sa di ms.excel dengan interval 0,01 detik dimulai dari 0 detik
sampai asumsi 4 detik (nilai asumsi harus lebih dari nilai TDESAIN).
- Buat fungsi Sa sesuai dengan rentang perioda sesuai dengan rumus yang ada
dibawah ini.
a. Untuk perioda yang lebih dari T0 (T < T0), spektrum respons desain (Sa) :
T
Sa = SDS 0, 4 + 0, 6
T0
b. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari atau
sama dengan TS (T0 ≤ T ≤ TS) , spektrum respons desain (Sa) :
Sa = SDS
c. Untuk perioda yang lebih besar daripada TS (T > TS), spektrum respons
desain (Sa) :
SD1
Sa =
T
74
Fungsi Sa
SDS 0, 603
T 0 = 0, 2 = 0, 2 = 0,322 Batas nilai T (detik) untuk T < T0
SD1 0,375
75
SD1 0,375
TS = = = 0, 622
SDS 0, 603
76
Setelah melakukan perhitungan kurva spektrum desain berdasarkan SNI
1726 – 2012, kita bisa membuat grafik kurva spektrum dengan menggunakan
Microsoft Excel untuk mengecek apakah kurva yang kita buat sudah sesuai dengan
ketentuan SNI 1726 – 2012. Kemudian Copy – paste nilai T dan Sa menjadi 2
kolom ke dalan Notepad pada komputer dan save dengan hasil seperti gambar
di bawah ini.
0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00
Gambar 2.19 Kurva Spektrum Desain Kota Depok pada Tanah Sedang dengan
Menggunakan Peraturan SNI 1726 – 2012
77
Setalah membuat spektrum desain, kembali pada jendela ETABS pilih
Unlock Model – Define – Functions – Response Spectrum – Choose Functions Type
to Add pilih From File – pilih Add New Function – Browse – OK.
78
Setelah input kurva spektrum, pendefinisian beban gempa dinamik dapat
dilakukan dengan cara : pilih menu Define – Load Cases – Click To Add New Case
– Isi kotak dialog Load Case Data – OK.
79
- Other Parameters :
a. Modal Load Case = Modal
b. Modal Combination Method = pilih asumsi CQC
c. Directional Combination Type = pilih asumsi SRSS
d. Modal Damping = Constant at 0,05 (5%)
Dengan cara yang sama lakukan untuk mendefinisikan beban gempa dinamik
respons spektrum arah Y seperti tampak pada gambar di bawah ini.
80
Setelah input beban gempa dinamik respons spektrum arah x dan arah y,
lakukan Run Analysis. Pilih menu Analyze – Set Load Cases to Run – Run Now.
Untuk melihat hasil gaya geser dinamik pilih menu Display – Show Tables –
Analysis – Results – Reactions – beri tanda ceklis pada Base Reactions – OK – klik
kanan pada tabel output pilih Export To Excel.
81
Pembebanan gempa dinamik respons spektrum juga dapat dilakukan dengan
menggunakan kurva respons spektrum secara otomatis pada program ETABS.
Seperti halnya pembebanan gempa statik ekivalen otomatis, kurva respons
spektrum juga didapat dengan menggunakan metode ASCE 7 – 10 dengan cara :
Unlock Model – menu Define – Functions – Response Spectrum – pada bagian
Choose Function Type to Add pilih ASCE 7-10 – Click To Add New Function – isi
kotak dialog Response Spectrum ASCE 7-10 – OK.
82
Untuk mengganti pembebanan gempa dinamik dari kurva spektrum yang
sebelumnya menggunakan fasilitas from file dengan kurva spektrum otomatis
ASCE 7 – 10, kembali ke menu Define – Load Cases – pilih beban gempa SPEC-
X – Click To Modify/Show Case – pada pilihan Function pilih ASCE 7 – 10
SPEKTRA DEPOK – OK – lakukan hal yang sama untuk beban gempa
SPEC-Y – OK.
83
Hasil perbandingan gaya geser dengan menggunakan spektrum manual dan
otomatis ETABS dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
84
7. RELASI BEBAN GEMPA STATIK – DINAMIK
Berdasarkan SNI 1726 – 2012, beban gempa dinamik tidak boleh kurang
dari 85% beban gempa statik, atau dengan kata lain VDINAMIK ≥ 0,85VSTATIK, jika
syarat tersebut tidak terpenuhi maka beban gempa dinamik harus dikalikan dengan
faktor skala sebesar :
0,85 VBASE STATIK
scale factor =
VBASE DINAMIK
Pada analisis sebelumnya sudah didapatkan nilai beban gempa menggunakan
metode gaya lateral statik ekivalen dan dinamik respons spektra dengan berbagai
metode. Dalam perhitungan desain ini akan digunakan nilai beban gempa statik
ekivalen hasil dari perhitungan manual berdasarkan Tabel 2.5 dan beban gempa
dinamik respons spektrum dengan metode ASCE 7 – 10 berdasarkan Tabel 2.11.
Gaya geser statik ekivalen tiap lantai didapat berdasarkan hasil perhitungan
dari Tabel 2.5. Gaya geser dinamik tiap lantai dapat dilihat dari hasil output ETABS
dengan cara pilih menu Display – Story Response Plot – akan tampak kotak dialog
Story Response seperti gambar dibawah ini.
85
Untuk menampilkannya dalam format Microsoft Excel pilih icon seperti
gambar dibawah ini.
86
Tabel 2.15 Gaya Geser Dinamik – X Tiap Lantai
Elevation X-Dir Y-Dir
Story Location
m kgf kgf
Top 47767,28 2,5307
Story12 48
Bottom 47767,28 2,5307
Top 93230,78 5,7129
Story11 44
Bottom 93230,78 5,7129
Top 123952,4 8,6225
Story10 40
Bottom 123952,4 8,6225
Top 146392,4 11,2265
Story9 36
Bottom 146392,4 11,2265
Top 164841,5 13,5128
Story8 32
Bottom 164841,5 13,5128
Top 181942,5 15,5138
Story7 28
Bottom 181942,5 15,5138
Top 198874,2 17,2323
Story6 24
Bottom 198874,2 17,2323
Top 215951,8 18,647
Story5 20
Bottom 215951,8 18,647
Top 232593,9 19,7413
Story4 16
Bottom 232593,9 19,7413
Top 247299,2 20,4962
Story3 12
Bottom 247299,2 20,4962
Top 258099,7 20,9049
Story2 8
Bottom 258099,7 20,9049
Top 262961,6 21,0358
Story1 4
Bottom 262961,6 21,0358
Top 0 0
Base 0
Bottom 0 0
87
Dengan cara yang sama, maka output nilai gaya geser dinamik arah Y tiap
lantai dapat dilihat sebagai berikut.
88
Tabel 2.16 Gaya Geser Dinamik – Y Tiap Lantai
Elevation Location X-Dir Y-Dir
Story
m kgf kgf
Top 2,8777 42842,46
Story12 48
Bottom 2,8777 42842,46
Top 6,3504 83143,09
Story11 44
Bottom 6,3504 83143,09
Top 9,4223 111781,5
Story10 40
Bottom 9,4223 111781,5
Top 12,1109 133429,4
Story9 36
Bottom 12,1109 133429,4
Top 14,4212 150907,8
Story8 32
Bottom 14,4212 150907,8
Top 16,3604 166257,3
Story7 28
Bottom 16,3604 166257,3
Top 17,9428 181258,7
Story6 24
Bottom 17,9428 181258,7
Top 19,1779 196458,7
Story5 20
Bottom 19,1779 196458,7
Top 20,0763 211227,6
Story4 16
Bottom 20,0763 211227,6
Top 20,6555 224351,5
Story3 12
Bottom 20,6555 224351,5
Top 20,9441 234064,2
Story2 8
Bottom 20,9441 234064,2
Top 21,0278 238228
Story1 4
Bottom 21,0278 238228
Top 0 0
Base 0
Bottom 0 0
89
Tabel 2.17 Gaya Geser Statik dan Dinamik Tiap Lantai
STATIK DINAMIK
Story Vx Vy Vspec-x Vspec-y
(Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf)
Story12 49176,188 49176,188 47767,277 42842,458
Story11 108358,954 108358,954 93230,782 83143,094
Story10 160282,631 160282,631 123952,420 111781,502
Story9 205213,309 205213,309 146392,353 133429,399
Story8 243435,312 243435,312 164841,515 150907,813
Story7 275254,843 275254,843 181942,533 166257,274
Story6 301399,411 301399,411 198874,225 181258,689
Story5 322088,518 322088,518 215951,778 196458,740
Story4 337318,163 337318,163 232593,884 211227,620
Story3 347578,365 347578,365 247299,175 224351,482
Story2 353458,571 353458,571 258099,676 234064,197
Story1 355728,934 355728,934 262961,649 238227,962
Berdasarkan tabel diatas, VDINAMIK < 85% VSTATIK, maka faktor skala gaya
yang harus diberikan adalah :
302369,594
Scale factor arah X = 1,1498
262961, 649
302369,594
Scale factor arah Y = 1, 2692
238227,962
90
Nilai faktor skala gaya yang telah didapat kemudian input ke load case
spectrum pada ETABS dengan cara : klik icon Unlock Model – pilih menu Define
– Load Cases – pilih SPEC-X (contoh untuk arah X) – Modify/Show Case – pada
kotak Scale Factor kalikan skala sebelumnya dengan faktor skala gaya untuk arah
X (1,1498) – OK.
Dengan cara yang sama, input nilai skala gaya (scale factor) untuk gempa
dinamik arah Y seperti tampak pada gambar di bawah ini.
Setelah itu lakukan proses Run Analysis dan lihat hasil gaya geser dinamik
terkoreksi dengan menggunakan cara yang sama seperti melihat hasil gaya geser
dinamik awal.
91
Tabel 2.19 Gaya Geser Dinamik Terkoreksi (Dinamik Correction)
Nilai gaya geser dinamik terkoreksi tiap lantai juga dapat dihitung secara
langsung seperti tabel di atas dengan contoh perhitungan sebagai berikut :
Arah X :
V (dinamik terkoreksi) Story 12 = VDINAMIK x Skala Gaya Arah X
= 47767,277 x 1,1499
= 54925,774
Arah Y :
V (dinamik terkoreksi) Story 12 = VDINAMIK x Skala Gaya Arah Y
= 42842,458 x 1,2692
= 54377,566
92
8. BEBAN GEMPA DESAIN
Dari hasil relasi antara gempa statik dan dinamik, kita dapat menentukan gaya
gempa desain dengan distribusi yang baik dan sesuai sepanjang tinggi gedung.
Gaya gempa desain mempertimbangkan nilai antara gaya geser statik minimal yang
disyaratkan (85%) dan gaya gempa dari hasil dinamik respons spektra yang
hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Nilai gaya geser desain didapat dari nilai maksimum antara gaya gempa 85%
statik dan gaya gempa dinamik correction (dinamik terkoreksi). Sebagai contoh,
penentuan gaya geser desain pada Story 15 adalah sebagai berikut :
Arah X :
Gaya Geser Desain Story 12 = MAX (41799,760 ; 54925,774) = 54925,774
Arah Y :
Gaya Geser Desain Story 12 = MAX (41799,760 ; 54377,566) = 54377,566
93
14
12
10
Gempa Statik
8
85% Gempa Statik
6 Gempa Dinamik Correct
Gempa Desain
4
0
0 100000 200000 300000 400000 500000
14
12
10
Gempa Statik
8
85% Gempa Statik
6 Gempa Dinamik Correct
Gempa Desain
4
0
0 100000 200000 300000 400000 500000
Dari gambar distribusi gaya geser di atas dapat dilihat bahwa gempa dinamik
correction memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap gaya geser pada
lantai-lantai paling atas karena nilai gaya gesernya lebih besar daripada gaya gempa
statiknya, sedangkan pada lantai bawah nilai gaya geser desain sudah memenuhi syarat
minimal 85% statik. Hal itulah yang menyebabkan perlunya pertimbangan antara relasi
gempa statik dan dinamik, karena semakin tinggi bangunan dapat mempengaruhi
perilaku dinamiknya yang bisa lebih dominan.
94
9. GAYA GEMPA LATERAL DESAIN
Gaya gempa lateral desain tiap lantai didapat dari gaya geser tiap lantai desain
hasil analisis sebelumnya. Gaya gempa pada suatu lantai merupakan selisih dari
gaya geser antar lantai tersebut, sehingga nilainya masing-masing dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
95
Setelah mendapatkan nilai gaya gempa desain, input gaya-gaya tersebut ke
program ETABS dengan cara sebagai berikut :
a. Gaya Gempa Desain Arah X :
Unlock Model – pilih menu Define – Load Patterns – pada kotak dialog
Define Load Patterns pilih Load “EX” – pada kotak pilihan Auto Lateral
Load pilih User Loads – Click To Modify Load.
Setelah mengganti Auto Lateral Load menjadi User Loads, klik Modify
Lateral Load di sebelah kanan kemudian masukkan nilai gempa FX desain ke dalam
kotak tabulasi atau gunakan copy – paste dari Excel yang dibuat.
96
b. Gaya Gempa Desain Arah Y:
Unlock Model – pilih menu Define – Load Patterns – pada kotak dialog
Define Load Patterns pilih Load “EY” – pada kotak pilihan Auto Lateral
Load pilih User Loads – Click To Modify Load.
Setelah mengganti Auto Lateral Load menjadi User Loads, klik Modify
Lateral Load di sebelah kanan kemudian masukkan nilai gempa FY desain ke dalam
kotak tabulasi atau gunakan copy – paste dari Excel yang dibuat.
97
10. KONTROL DESAIN
Kontrol desain struktur dilakukan terhadap pengecekan batas simpangan
antar lantai yang diatur dalam pasal 7.8.6 dan 7.12.1 serta kestabilan akibat efek P-
Delta yang diatur dalam pasal 7.8.7. Setelah input gaya gempa desain arah x dan
arah y, lakukan kembali proses Run Analysis. Untuk melihat nilai simpangan
maksimum tiap lantai pilih menu Display – Story Response Plots – kemudian isi
kotak dialog seperti tampak pada gambar di bawah ini – Formatted ke dalam bentuk
excel.
98
Tabel 2.22 Simpangan Maksimum Lantai Akibat Gempa Arah X
Elevation X-Dir Y-Dir
Story Location
m mm mm
Story12 48 Top 36,400 1,900
Story11 44 Top 33,100 1,800
Story10 40 Top 29,700 1,600
Story9 36 Top 26,100 1,500
Story8 32 Top 22,500 1,300
Story7 28 Top 18,800 1,100
Story6 24 Top 15,000 0,900
Story5 20 Top 11,400 0,700
Story4 16 Top 8,000 0,500
Story3 12 Top 5,000 0,300
Story2 8 Top 2,500 0,200
Story1 4 Top 0,800 0,047
Base 0 Top 0,000 0,000
99
Tabel 2.24 Simpangan Antar Tingkat Ijin X – Dir
Hsx δe Δ Δi Δijin Ket
Story
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Story12 4000 36,40 200,20 18,15 80 OKEH
Story11 4000 33,10 182,05 18,70 80 OKEH
Story10 4000 29,70 163,35 19,80 80 OKEH
Story9 4000 26,10 143,55 19,80 80 OKEH
Story8 4000 22,50 123,75 20,35 80 OKEH
Story7 4000 18,80 103,40 20,90 80 OKEH
Story6 4000 15,00 82,50 19,80 80 OKEH
Story5 4000 11,40 62,70 18,70 80 OKEH
Story4 4000 8,00 44,00 16,50 80 OKEH
Story3 4000 5,00 27,50 13,75 80 OKEH
Story2 4000 2,50 13,75 9,35 80 OKEH
Story1 4000 0,80 4,40 4,40 80 OKEH
Base 4000 0,00 0,00 0,00 80 OKEH
100
Contoh perhitungan penentuan simpangan antar tingkat/lantai 12 (Story 12)
untuk gempa arah Y adalah sebagai berikut :
Cd e 12
=
12
Ie
5,5 46, 20
12 =
1
= 254,10 mm
12
Cd e 11
=
11
Ie
5,5 43, 20
11 =
1
= 237, 60 mm
11
12 = 12 − 11
12 = 254,10 − 237, 60
12 = 16, 50 mm
Berdasarkan tabel 16, simpangan antar lantai ijin SNI 1726 – 2012 untuk jenis
struktur yang masuk kedalam tipe semua struktur lainnya dan berada pada kategori
risiko II, batas simpangan antar lantai ijin adalah 0,020 hsx, dimana hsx merupakan
tinggi antar tingkat. Maka dari perhitungan diatas didapat :
ijin = 80 mm
101
Pada analisis kontrol selanjutnya yaitu pengecekan kestabilan bangunan/ efek
P-Delta, dibutuhkan nilai beban kumulatif gravity pada tiap lantai dengan faktor
beban individu tidak melebihi 1,0. Oleh karena itu diambil kombinasi untuk
pengecekan P-Delta adalah :
CombP-delta = 1,0 DL + 0,3 LL
Untuk memasukkan kombinasi ke dalam ETABS adalah dengan cara pilih
menu Define – Load Combination – klik Add New Combo – Buat kombinasi seperti
gambar dibawah ini – OK.
Setelah itu pilih menu Display – Show Tables – Analysis – Results – Structure
Results – Story Forces – klik kanan pada tabel output – Export To Excel – Sort and
Filter berdasarkan Comb P-Delta dengan Location Bottom.
102
Tabel 2.26 Beban P (Gravity) Kumulatif
Load P
Story Location
Case/Combo kgf
Story12 Comb P-Delta Bottom 587200
Story11 Comb P-Delta Bottom 1302384
Story10 Comb P-Delta Bottom 2017567
Story9 Comb P-Delta Bottom 2732751
Story8 Comb P-Delta Bottom 3447935
Story7 Comb P-Delta Bottom 4163118
Story6 Comb P-Delta Bottom 4889835
Story5 Comb P-Delta Bottom 5616552
Story4 Comb P-Delta Bottom 6343269
Story3 Comb P-Delta Bottom 7069985
Story2 Comb P-Delta Bottom 7796702
Story1 Comb P-Delta Bottom 8523419
103
Tabel 2.28 Cek Kestabilan Akibat Gempa Y
Hsx Δi P VY
Story θ θmax Cek
(mm) (mm) kgf (Kgf)
Story12 4000 16,50 587200,4 54377,566 0,008099 0,090909 STABIL
Story11 4000 18,70 1302384 105528,937 0,01049 0,090909 STABIL
Story10 4000 20,90 2017567 141878,087 0,013509 0,090909 STABIL
Story9 4000 23,10 2732751 174431,313 0,01645 0,090909 STABIL
Story8 4000 25,30 3447935 206920,016 0,019163 0,090909 STABIL
Story7 4000 26,40 4163118 233966,617 0,021352 0,090909 STABIL
Story6 4000 26,95 4889835 256189,499 0,023381 0,090909 STABIL
Story5 4000 26,40 5616552 273775,240 0,024618 0,090909 STABIL
Story4 4000 25,30 6343269 286720,438 0,025442 0,090909 STABIL
Story3 4000 22,00 7069985 295441,610 0,02393 0,090909 STABIL
Story2 4000 15,95 7796702 300439,785 0,018814 0,090909 STABIL
Story1 4000 6,60 8523419 302369,594 0,008457 0,090909 STABIL
0,5
max = 0, 25
Cd
0,5
max = 0, 25
1 5,5
max = 0, 0909 0, 25
Karena nilai θ < 0,1 maka tidak disyaratkan untuk diperhitungkan terhadap
pengaruh P-Delta, dan nilai θ < θmax, sehingga struktur masih dalam kondisi stabil.
104
11. ANALISIS SISTEM GANDA (DUAL SYSTEM)
Pengecekan terhadap gaya geser desain yang ditahan oleh pemikul momen
dan dinding geser (shear wall) harus dilakukan sebagai syarat Sistem Ganda. Gaya
geser desain selanjutnya akan digunakan untuk tahap perhitungan penulangan,
sehingga pengaruh efektifitas penampang retak (cracked) harus diperhatikan dan
ditinjau untuk setiap komponen elemen struktur penahan beban gempa sesuai acuan
pada SNI Beton 2847 – 2013.
a. Icracked Balok
Pilih menu Define – Section Properties – Frame Sections – pilih salah satu
tipe balok – Modify/Show Property – pilih Modify/Show Modifiers – ganti
nilai Moment of Inertia about 3 axis menjadi 0,35 – OK. Lakukan hal yang
sama untuk tipe balok lainnya.
105
b. Icracked Kolom
Pilih menu Define – Section Properties – Frame Sections – pilih salah satu
tipe kolom – Modify/Show Property – pilih Modify/Show Modifiers – ganti
nilai Moment of Inertia about 2 axis dan Moment of Inertia about 3 axis
menjadi 0,7 – OK. Lakukan hal yang sama untuk tipe kolom lainnya.
106
Untuk mengetahui distribusi beban gempa pada kolom dan shear wall agar
diketahui masing-masing persentasenya, kita dapat lihat pada tabel Reactions
namun sebelumnya kita harus mengetahui joint label masing-masing titik kolom
dan shear wall terlebih dahulu dengan cara : tampilkan plan 2D Base dengan
memilih menu View – Set Plan View – pilih Base – OK – kemudian pilih menu View
– Set Display Options – pada kotak dialog Set View Options pilih Object
Assignments – pada bagian Joint Assignments beri tanda ceklis pada Labels – OK.
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa label titik untuk shear wall berturut-
turut adalah 9, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, dan 23. Untuk mengetahui
besarnya gaya geser yang diterima pada titik-titik tersebut pilih menu Display –
Show Tables – Analysis – Results – Reactions – beri tanda ceklis pada pilihan
Design Reactions – OK – klik kanan pada tabel output tersebut – Export to Excel.
ETABS akan memberikan semua informasi nilai gaya dalam dari hasil Run
masing-masing Load Case/Combo, untuk memudahkan mengetahui reaksi dari
pembebanan gempa desain, pilih sort & filter pada Microsoft excel kemudian select
hanya untuk pembebanan gempa X (EX) dan gempa Y (EY). Hasil design reaction
masing-masing joint dapat dilihat pada tabel berikut ini.
107
Tabel 2.29 Joint Reactions Akibat Gempa EX
Joint Load FX
Story
Label Case/Combo kgf
Base 1 EX -583,467
Base 2 EX -1035,59
Base 3 EX -1011,59
Base 4 EX -1011,59
Base 5 EX -1035,6
Base 6 EX -583,135
Base 7 EX -1245,16
Base 8 EX -1244,79
Base 9 EX -70514,6
Base 10 EX -1169,18
Base 11 EX -1169,18
Base 13 EX -74203,3
Base 14 EX -74203,3
Base 15 EX -70514,5
Base 16 EX -221,078
Base 17 EX -512,508
Base 18 EX -460,895
Base 19 EX -227,999
Base 20 EX -219,219
Base 21 EX -514,013
Base 22 EX -460,893
Base 23 EX -227,996
Jumlah -302370
Berdasarkan tabel diatas, akibat gempa arah X (EX) shear wall dan
kolom menahan gaya geser pada lantai base/dasar sebesar :
108
Tabel 2.30 Joint Reactions Akibat Gempa EY
Joint Load FY
Story
Label Case/Combo kgf
Base 1 EY -4331,43
Base 2 EY -1858,05
Base 3 EY -1937,12
Base 4 EY -2043,56
Base 5 EY -2049,44
Base 6 EY -5116,62
Base 7 EY -1158,26
Base 8 EY -1275,97
Base 9 EY -1227,16
Base 10 EY -1158,27
Base 11 EY -1275,97
Base 13 EY -1150,28
Base 14 EY -1227,16
Base 15 EY -1150,29
Base 16 EY -17691,6
Base 17 EY -45563,9
Base 18 EY -45565
Base 19 EY -17690,3
Base 20 EY -20596,8
Base 21 EY -53852,8
Base 22 EY -53852,8
Base 23 EY -20596,8
Jumlah -302370
Berdasarkan tabel diatas, akibat gempa arah Y (EY) shear wall dan kolom
menahan gaya geser pada lantai base/dasar sebesar :
109
Gambar 2.46 Diagram Momen Frame Akibat Beban Mati (DL)
110
Gambar 2.49 Diagram Momen Frame Akibat Beban Gempa Y (EY)
Gambar 2.50 Diagram Momen Shear Wall Akibat Beban Gempa X (EX)
Gambar 2.51 Diagram Momen Shear Wall Akibat Beban Gempa Y (EY)
111
Berdasarkan tabel nilai gaya geser dari interaksi sistem ganda, pada lantai
terbawah persentase beban gempa yang dipikul oleh frame akibat gempa X sebesar
3,337 % dan akibat gempa Y sebesar 7,334 %, karena frame telah menahan > 3 %
gaya geser desain oleh karena itu perlu dilakukan analisis terpisah terhadap rangka
pemikul momen yang harus disediakan mampu menahan 25 % dari nilai beban
gempa desain.
Save file analisis pemodelan pertama (pemodelan interaksi ganda lengkap
dengan shear wall dan kolom) dan untuk melakukan analisis pemodelan ke-2 ini,
maka shear wall yang telah terpasang harus dihapus dan digantikan dengan
boundary element shear wall yaitu kolom yang akan diletakkan di ujung-ujung titik
shear wall. Boundary Element seringkali diperlukan pada sebuah struktur dinding
geser/shear wall, karena :
a. Sebagai tempat penjangkaran tulangan balok yang tegak lurus terhadap dinding;
b. Tempat tulangan utama terhadap lentur;
c. Stability terhadap buckling dalam arah out of plane forces/bending momen, pada
thin wall sections;
d. Memungkinkan pengekangan yang efektif dari daerah yang dominan mengalami
tekan.
Cara untuk menghapus elemen shear wall adalah : pilih menu Select –
Select – Object Type – pilih Walls – Select – Close – kemudian pilih menu Edit –
Delete.
Asumsikan dimensi Boundary Element untuk masing-masing shear wall
arah X dengan panjang total 8 m dan shear wall arah Y dengan panjang total 4 m.
Asumsi dimensi boundary element untuk shear wall arah X adalah 30 cm x 150 cm
dan boundary element untuk shear wall arah Y adalah 30 cm x 120 cm. Boundary
Element dipasang dari dasar hingga puncak dinding geser. Penggambaran boundary
elements sama halnya dengan elemen kolom seperti contoh-contoh sebelumnya
yang telah dijelaskan. Hubungkan kedua boundary element pada masing-masing
ujung titik shear wall menggunakan balok induk/utama sesuai dengan arahnya
masing-masing.
112
Gambar 2.52 Dimensi Boundary Element 1 (BE1)
113
Gambar 2.54 Penggambaran Boundary Elements
Setelah selesai merubah model seperti langkah diatas lakukanlah Run pada
aplikasi ETABS sehingga akan memberikan semua informasi nilai gaya dalam dari
hasil masing-masing Load Case/Combo, untuk memudahkan mengetahui reaksi
114
dari pembebanan gempa desain, pilih sort & filter pada Microsoft excel kemudian
select hanya untuk pembebanan gempa X (EX) dan gempa Y (EY). Hasil design
reaction masing-masing joint dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Berdasarkan tabel diatas, akibat gempa arah X (EX) kolom akan menahan
gaya geser pada lantai base/dasar sebesar :
115
Tabel 2.32 Joint Reactions Akibat Gempa EY
Joint Load FY
Story
Label Case/Combo kgf
Base 1 EY -17664,595
Base 2 EY -14982,021
Base 3 EY -15572,829
Base 4 EY -16424,151
Base 5 EY -17578,304
Base 6 EY -23069,683
Base 7 EY -12855,323
Base 8 EY -15088,031
Base 9 EY -2972,329
Base 10 EY -12854,962
Base 11 EY -15088,032
Base 13 EY -2825,747
Base 14 EY -2972,330
Base 15 EY -2825,747
Base 16 EY -16211,263
Base 17 EY -12240,760
Base 18 EY -12104,396
Base 19 EY -15888,449
Base 20 EY -20719,736
Base 21 EY -15855,599
Base 22 EY -15855,581
Base 23 EY -20719,724
Jumlah -302369,593
Berdasarkan tabel diatas, akibat gempa arah Y (EY) shear wall dan kolom
menahan gaya geser pada lantai base/dasar sebesar :
116
Tabel 2.33 25% Beban Gempa Desain
V DESAIN 25% V DESAIN F’, FRAME
Story Vx Vy 25% Vx 25% Vy F’x F’y
(Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf)
Story12 54925,774 54377,566 13731,443 13594,391 13731,443 13594,391
Story11 107202,528 105528,937 26800,632 26382,234 13069,189 12787,843
Story10 142528,171 141878,087 35632,043 35469,522 8831,411 9087,287
Story9 174431,313 174431,313 43607,828 43607,828 7975,786 8138,306
Story8 206920,016 206920,016 51730,004 51730,004 8122,176 8122,176
Story7 233966,617 233966,617 58491,654 58491,654 6761,650 6761,650
Story6 256189,499 256189,499 64047,375 64047,375 5555,721 5555,721
Story5 273775,240 273775,240 68443,810 68443,810 4396,435 4396,435
Story4 286720,438 286720,438 71680,110 71680,110 3236,299 3236,299
Story3 295441,610 295441,610 73860,403 73860,403 2180,293 2180,293
Story2 300439,785 300439,785 75109,946 75109,946 1249,544 1249,544
Story1 302369,594 302369,594 75592,398 75592,398 482,452 482,452
Nilai F’x dan F’y didapat dari selisih gaya geser antar lantai, dimana gaya
geser tiap lantai disediakan sebesar 25% dari gaya geser desain. Input gaya gempa
tersebut ke dalam Load Patterns untuk EX dan EY dengan cara yang sama seperti
sebelumnya. Lakukan Run Analysis untuk pemodelan terpisah ini dan bandingkan
nilai bending momen pada lantai-lantai yang framenya menahan kurang dari 25%
gempa desain akibat interaksi dari sistem ganda pada anaisis sebelumnya.
117
(#3) PENULANGAN STRUKTUR SISTEM GANDA (DUAL SYSTEM)
Oleh : Muhammad Hind Al Hakim
Pada analisis pembebanan gempa sistem ganda, telah didapat gaya gempa
desain untuk perencanaan struktur. Setelah dilakukan analisis untuk persyaratan
sistem ganda (dual system) maka diperlukan 2 pemodelan, yaitu untuk Interaksi
Sistem Ganda lengkap dengan elemen struktur penahan gempa yang dibebani 100%
gaya geser gempa desain, selanjutnya disebut sebagai Model 1 dan analisis terpisah
untuk frame yang menahan 25% gaya geser gempa desain, selanjutnya disebut
sebagai Model 2. Gaya-gaya dalam untuk penulangan struktur frame diambil
berdasarkan kondisi yang memberikan nilai paling maksimum.
1. KOMBINASI PEMBEBANAN
U1 = 1,4 DL
U2 = 1,2 DL + 1,6 LL
U3 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL + ρ Ex + 0,3 ρ Ey
U4 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL + ρ Ex – 0,3 ρ Ey
U5 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL – ρ Ex + 0,3 ρ Ey
U6 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL – ρ Ex – 0,3 ρ Ey
U7 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL + 0,3 ρ Ex + ρ Ey
U8 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL – 0,3 ρ Ex + ρ Ey
U9 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL + 0,3 ρ Ex – ρ Ey
U10 = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL – 0,3 ρ Ex – ρ Ey
U11 = (0,9 – 0,2 SDS) DL + ρ Ex + 0,3 ρ Ey
118
U12 = (0,9 – 0,2 SDS) DL + ρ Ex – 0,3 ρ Ey
U13 = (0,9 – 0,2 SDS) DL – ρ Ex + 0,3 ρ Ey
U14 = (0,9 – 0,2 SDS) DL – ρ Ex – 0,3 ρ Ey
U15 = (0,9 – 0,2 SDS) DL + 0,3 ρ Ex + ρ Ey
U16 = (0,9 – 0,2 SDS) DL – 0,3 ρ Ex + ρ Ey
U17 = (0,9 – 0,2 SDS) DL + 0,3 ρ Ex – ρ Ey
U18 = (0,9 – 0,2 SDS) DL – 0,3 ρ Ex – ρ Ey
119
Cara membuat kombinasi pembebanan dalam ETABS adalah : pilih menu
Define – Load Combinations – klik Add New Combo – pada kotak Define
Combination of Load Case/Combo Results masukkan nilai scale factor pada
masing-masing load case sesuai koefisien beban yang telah dihitung, untuk
menambahkan load case lainnya pilih Add di sebelah kanan – OK. Buat 18
kombinasi pembebanan sesuai perhitungan di atas, untuk menambahkan kombinasi
lainnya klik Add New Combo pada kotak dialog Load Combinations.
120
Selain dari kombinasi-kombinasi pembebanan tersebut, dibuat juga
kombinasi envelope. Kombinasi envelope bertujuan untuk mendapatkan nilai
maksimum dan minimum dari semua kombinasi yang ada.
Pada bagian Combination Type pilih “Envelope” dan isikan load name
sesuai kombinasi – kombinasi yang telah dibuat sebelumnya dengan faktor skala
(scale factor) = 1, dengan kombinasi ini maka ETABS akan mencari otomatis
nilai/output maksimum dan minimum dari 18 kombinasi yang telah dibuat secara
cepat.
121
2. CONCRETE FRAME DESIGN – CODE
Berdasarkan SNI Beton 2847 – 2013 Pasal 9.3, Kekuatan desain yang
disediakan oleh suatu komponen struktur, sambungannya dengan komponen
strukturr lain, dan penampangnya, sehubungan dengan lentur, beban normal, geser,
dan torsi, harus diambil sebesar kekuatan nominal dihitung sesuai dengan
persyaratan dan asumsi dari standar yang dikalikan dengan faktor reduksi
kekuatan ϕ.
Cara input nilai faktor reduksi kekuatan ini pada ETABS adalah : pilih menu
Design – Concrete Frame Design – View/Revise Preferences.
122
- Consider Minimum Eccentricity : Yes
- Seismic Design Category : Kategori Desain Seismik D
- Design System Omega : 2,5 (over strength factor sistem ganda)
- Design System Rho : 1,3 (faktor redundansi)
- Design System Sds : 0,603 (parameter spektral desain)
- Phi (Tension Controlled) : 0,9
- Phi (Compression Controlled Tied) : 0,65
- Phi (Compression Controlled Spiral) : 0,75
- Phi (Shear and/or Torsion) : 0,75
- Phi (Shear Seismic) : 0,6
- Phi (Joint Shear) : 0,85
- Pattern Live Load Factor : 0,75
- Utilization Factor Limit :1
combinations sebelah kanan – klik icon pada jendela atas – tunggu proses
design/check structure.
Gambar 3.5 Cek Struktur Akibat Kombinasi Beban Gravity (1,2 DL + 1,6 LL)
123
4. PENULANGAN LENTUR BALOK
Contoh perhitungan tulangan lentur balok induk B 35 x 70 akan diambil
sample balok pada As 3/E – F seperti gambar di bawah ini.
124
Untuk menampilkan diagram momen (units untuk momen forces diambil
kgf–m) adalah dengan cara : pilih menu Display – Force/Stress Diagrams –
Frame/Pier/Spandrels/Link Forces – isi kotak dialog seperti gambar di bawah ini
– OK.
125
Arahkan kursor mouse ke frame balok As 3/E – F, kemudian klik kanan
hingga tampil kotak dialog Diagram for Beam.
Hasil data momen envelope balok As 3/E – F di semua lantai pada kedua pemodelan
ini dapat dilihat pada tabel di berikut ini.
126
Tabel 3.2 Momen Ultimit Envelope Tumpuan – Lapangan B 35 x 70 As 3/E – F
Model 1 Model 2
Momen Max Momen Min Momen Max Momen Min
Story
(+) Lapangan (-) Tumpuan (+) Lapangan (-) Tumpuan
(Kgf-m) (Kgf-m) (Kgf-m) (Kgf-m)
1 58333,7182 55094,4717 58334,8787 58599,6705
2 58333,5457 57396,8211 58335,4515 61410,6627
3 58333,6498 59260,5695 58336,5231 62517,0729
4 58333,5666 60699,4557 58337,2376 62730,4416
5 58333,6396 61791,2729 58337,9571 62453,2419
6 58333,556 62437,1219 58338,964 61818,2727
7 58333,1048 62727,4067 58340,4655 60833,214
8 58333,0563 62952,813 58341,0527 59802,3102
9 58333,5821 62980,1446 58341,7381 58612,8312
10 58331,8582 62821,1709 58342,0014 57358,8037
11 58336,3907 62936,8366 58342,1994 56146,3931
12 44959,1076 50272,9884 44979,5129 43630,0871
Melihat dari nilai momen balok di setiap lantainya, maka pada perhitungan
penulangan balok ini akan dibuat menjadi 2 tipe yaitu penulangan balok untuk story
1 – story 11 dan penulangan balok atap/story 12. Tipe penulangan balok merupakan
keputusan engineer dalam desain, oleh karena itu untuk desain aktual penulangan
balok dapat dibagi kedalam beberapa zona lantai dengan distribusi jumlah tulangan
yang halus.
Data momen ultimit didapat dari output gaya dalam ETABS sesuai tabel di
atas. Momen ultimit yang digunakan adalah momen yang menghasilkan nilai
paling besar diantara kedua pemodelan.
Berdasarkan tabel diatas nilai Momen Maximum berasal dari Story 11 –
Model 2 sebesar 58342,1994 Kgf-m dan Momen Minimum berasal dari Story 9
– Model 1 sebesar 62980,1446 Kgf-m.
127
Parameter yang digunakan dalam perencanaan tulangan balok adalah sebagai
berikut :
Mutu beton f’c = 29,05 MPa (K-350), β1 = 0,85
Baja tulangan fy = 420 Mpa
Faktor reduksi lentur ϕ = 0,9
Faktor reduksi momen ϕ =1
Faktor reduksi geser ϕ = 0,75
Bentang Balok (L) = 8000 mm
Lebar Balok (b) = 350 mm
Tinggi Balok (h) = 700 mm
Selimut Beton/Cover (p) = 60 mm
128
0,85 f ' c 2 Rn
d. Rasio tulangan (ρ) = 1 − 1 −
fy 0,85 f ' c
= 0,01308
1,4
e. Rasio tulangan (ρmin) =
fy
1, 4
=
420
= 0,0033
0,85 f ' c 1 600
f. Rasio tulangan (ρmaks) = 0,75
fy 600 + fy
2929,92
=
379,94
= 7,711 8D22 (As aktual = 3039,52 mm2)
129
Cek Momen Tahanan Nominal :
As fy
- a =
0,85 f ' c b
3039,52 420
=
0,85 29, 05 350
= 147,714 mm
a
- c =
1
147, 714
=
0,85
= 173,781 mm
(d − c)
- εs = 0, 003
c
(640 − 173, 781)
= 0, 003
173, 781
= 0,00805
fy
- εy =
Es
420
=
200000
= 0,0021
Karena nilai εs > εy
0,00805 > 0,0021, maka fs = fy (Tulangan Tarik Sudah Luluh)
a
- ϕMn = As fy d −
2
147, 714 −4
= 0,9 3039,52 420 640 − 10
2
= 65046,35232 kgf – m
Mu < ϕMn
62980,1446 kgf – m < 65046,35232 kgf – m ….. OK
130
- Penulangan Tumpuan Bawah
Asperlu = 0,5 As perlu tumpuan atas
= 0,5 2929,92
= 1464,96 mm2
Tulangan yang digunakan = D22
1
Astulangan = 3,14 222
4
= 379,94 mm2
As perlu
Jumlah Tulangan (n) =
As tulangan
1464,96
=
379,94
= 3,856 4D22 (As aktual = 1519,76 mm2)
0,85 f ' c 2 Rn
d. Rasio tulangan (ρ) = 1 − 1 −
fy 0,85 f ' c
= 0,01199
131
1,4
e. Rasio tulangan (ρmin) =
fy
1, 4
=
420
= 0,0033
0,85 f ' c 1 600
f. Rasio tulangan (ρmaks) = 0,75
fy 600 + fy
2685, 76
=
379,94
= 7,069 8D22 (As aktual = 3039,52 mm2)
132
a
- c =
1
147, 714
=
0,85
= 173,781 mm
(d − c)
- εs = 0, 003
c
(640 − 173, 781)
= 0, 003
173, 781
= 0,00805
fy
- εy =
Es
420
=
200000
= 0,0021
Karena nilai εs > εy
0,00805 > 0,0021, maka fs = fy (Tulangan Tarik Sudah Luluh)
a
- ϕMn = As fy d −
2
147, 714 −4
= 0,9 3039,52 420 640 − 10
2
= 65046,35232 kgf – m
Mu < ϕMn
58342,1994 kgf – m < 65046,35232 kgf – m ….. OK
= 0,5 2685, 76
= 1342,880 mm2
Tulangan yang digunakan = D22
133
1
Astulangan = 3,14 222
4
= 379,94 mm2
As perlu
Jumlah Tulangan (n) =
As tulangan
1342, 880
=
379,94
= 3,544 4D22 (As aktual = 1519,76 mm2)
Gambar 3.12 Kebutuhan Luas Tulangan dari ETABS (Model 1 dan Model 2)
134
b. Penulangan Lentur Balok Story 12/Atap
Mu max = 44979,5129 Kgf – m (Model 2)
Mu min = - 50272,9884 Kgf – m (Model 1)
Momen positif maksimum digunakan untuk penulangan daerah lapangan
sedangkan momen negatif maksimum digunakan untuk penulangan daerah
tumpuan.
0,85 f ' c 2 Rn
d. Rasio tulangan (ρ) = 1 − 1 −
fy 0,85 f ' c
= 0,01015
1,4
e. Rasio tulangan (ρmin) =
fy
1, 4
=
420
= 0,0033
135
0,85 f ' c 1 600
f. Rasio tulangan (ρmaks) = 0,75
fy 600 + fy
Penggunaan tulangan pada story 12/Atap untuk tulangan tumpuan atas adalah
D22 dengan perhitungan sebagai berikut:
1
Astulangan = 3,14 222
4
= 379,94 mm2
As perlu
Jumlah Tulangan (n) =
As tulangan
2273, 6
=
379,94
= 5,984 6D22 (As aktual = 2279,64 mm2)
136
(d − c)
- εs = 0, 003
c
(640 − 130,335)
= 0, 003
130,335
= 0,0117
fy
- εy =
Es
420
=
200000
= 0,0021
Karena nilai εs > εy
0,0117 > 0,0021, maka fs = fy (Tulangan Tarik Sudah Luluh)
a
- ϕMn = As fy d −
2
110, 785 −4
= 0,9 2279, 64 420 640 − 10
2
= 50375,85744 kgf – m
Mu < ϕMn
50272,9884 kgf – m < 50375,85744 kgf – m ….. OK
= 0,5 2273, 6
= 1136,8 mm2
Tulangan yang digunakan = D22
1
Astulangan = 3,14 222
4
= 379,94 mm2
137
As perlu
Jumlah Tulangan (n) =
As tulangan
1136,8
=
379,94
= 3,992 4D22 (As aktual = 1519,76 mm2)
0,85 f ' c 2 Rn
d. Rasio tulangan (ρ) = 1 − 1 −
fy 0,85 f ' c
= 0,00899
1,4
e. Rasio tulangan (ρmin) =
fy
1, 4
=
420
= 0,0033
138
0,85 f ' c 1 600
f. Rasio tulangan (ρmaks) = 0,75
fy 600 + fy
2013, 76
=
379,94
= 5,300 6D22 (As aktual = 2279,64 mm2)
139
(d − c)
- εs = 0, 003
c
(640 − 130,335)
= 0, 003
130,335
= 0,0117
fy
- εy =
Es
420
=
200000
= 0,0021
Karena nilai εs > εy
0,0117 > 0,0021, maka fs = fy (Tulangan Tarik Sudah Luluh)
a
- ϕMn = As fy d −
2
110, 785 −4
= 0,9 2279, 64 420 640 − 10
2
= 50375,85744 kgf – m
Mu < ϕMn
44979,5129 kgf – m < 50375,85744 kgf – m ….. OK
= 0,5 2013, 76
= 1006,88 mm2
Tulangan yang digunakan = D22
1
Astulangan = 3,14 222
4
= 379,94 mm2
140
As perlu
Jumlah Tulangan (n) =
As tulangan
1006, 88
=
379,94
= 2,650 3D22 (As aktual = 1139,82 mm2)
Gambar 3.13 Kebutuhan Luas Tulangan dari ETABS (Model 1 dan Model 2)
141
5. PENULANGAN GESER BALOK
Tulangan geser/sengkang daerah tumpuan pada balok induk harus tetap
berperilaku elastis pada saat terjadi sendi plastis maka harus diperhitungkan gaya
lintang tambahan berdasarkan tulangan nominal balok terpasang (Desain
Kapasitas/Capacity Design), sehingga penulangan geser/sengkang didaerah
tumpuan balok induk dihitung berdasarkan gaya lintang :
1 Mprkiri + Mprkanan
Ve = q L +
2 ln
Atau maksimum diperhitungkan berdasarkan gaya lintang yang timbul akibat
pembebanan : U = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL ± ρ E (dipilih mana yang lebih
kecil). Pada pembebanan tetap harus diperhitungkan juga gaya lintang akibat
pembebanan : U = 1,2 DL + 1,6 LL untuk dipilih yang lebih besar. Step-step
perancangan tulangan geser adalah sebagai berikut :
2. Momen primer
Desain Kapasitas (Capacity Design) – untuk menjamin bahwa struktur tidak
runtuh pada gempa kuat. Momen kapasitas dari sendi plastis atau yang disebut
dengan ‘the probable flexural strength’, Mpr, adalah momen nominal berdasarkan
tulangan yang terpasang. Dalam menghitung momen Mpr didasarkan pada
142
tegangan tarik fs = 1,25 fy, dimana nilai fy adalah kuat leleh yang disyaratkan
dengan faktor reduksi ϕ = 1. Kedua momen harus diperhitungkan untuk 2 arah,
yaitu searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam.
a pr 1,25 As fy
M pr = 1, 25 As fy d − , dimana a pr =
2 0,85 f ' c d
Gaya lintang ultimit akibat pembebanan gempa yang telah dijelaskan di atas
harus dipilih yang lebih kecil, oleh karena itu pada buat kombinasi envelope gempa
yang terdiri dari Comb. 3 – Comb. 10 dan buat kombinasi Wu = 1,2 DL + 1,0 LL.
143
Gambar 3.15 Kombinasi Wu
144
Gambar 3.17 Gaya Geser Positif Min (Vmin) Tumpuan Kanan
145
Tabel 3.3 Gaya Geser Ultimit Desain Tumpuan B 35 x 70 As 3/E – F
Model 1 Model 2
Envelope Gempa Minimum Wu = 1,2 DL + 1,0 LL Envelope Gempa Minimum Wu = 1,2 DL + 1,0 LL
Story
V Tump. Kiri V Tump. Kanan V Tump. Kiri V Tump. Kanan V Tump. Kiri V Tump. Kanan V Tump. Kiri V Tump. Kanan
(Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf) (Kgf)
1 33183,4310 31616,3804 20674,2711 20674,2711 34131,1941 30668,6173 20674,2443 20674,2443
2 33805,5571 30994,2543 20674,2989 20674,2989 34891,0765 29908,7349 20674,2675 20674,2675
3 34309,2318 30490,5795 20674,3220 20674,3220 35190,3959 29609,4155 20674,2973 20674,2973
4 34698,0348 30101,7765 20674,3428 20674,3428 35248,2562 29551,5552 20674,3286 20674,3286
5 34993,0861 29806,7252 20674,3609 20674,3609 35173,5318 29626,2795 20674,3615 20674,3615
6 35167,5749 29632,2365 20674,3750 20674,3750 35002,1906 29797,6207 20674,3911 20674,3911
7 35245,8736 29553,9378 20674,3864 20674,3864 34736,3644 30063,4470 20674,4200 20674,4200
8 35306,7457 29493,0657 20674,3980 20674,3980 34457,9004 30341,9109 20674,4484 20674,4484
9 35314,2403 29485,5711 20674,4089 20674,4089 34136,6048 30663,2065 20674,4715 20674,4715
10 35270,7891 29529,0223 20674,4150 20674,4150 33797,7497 31002,0617 20674,4863 20674,4863
11 25303,2289 29496,5825 20674,4292 20674,4292 33470,1245 31329,6869 20674,5026 20674,5026
12 28265,0982 23168,0571 14866,4225 14866,4225 26475,8022 24957,3531 14866,4700 14866,4700
a pr
Mn atas = 1, 25 As fy d −
2
85,168 −4
Mn atas = 1, 25 2929,92 420 640 − 10
2
Mn atas = 91895, 007 kgf-m
As terpasang pada tumpuan bawah 4D22, (As aktual = 1464,96 mm2)
1,25 As fy
a pr =
0,85 f ' c d
1, 25 1464,96 420
a pr =
0,85 33, 2 640
a pr = 42,584
146
a pr
Mn bawah = 1, 25 As fy d −
2
42,584 −4
Mn bawah = 1, 25 1464,96 420 640 − 10
2
Mn bawah = 47585, 078 kgf-m
Berdasarkan tabel 3.2 Gaya Geser Ultimit balok terbesar akibat kombinasi
gempa/envelope minimum gempa dihasilkan oleh balok pada Story 8 Model 1
dengan VTump Kiri = 35306,746 Kgf dan VTump Kanan = 29493,065 Kgf.
Maka gaya geser desain adalah :
Veb > Vu
38109,514 Kgf > 35306,746 Kgf
147
Ambil nilai maksimum sebagai gaya geser desain Veb = 38109,514 Kgf
Vu = 35306,746 Kgf
0,5Vu = 17,653,373 Kgf
Veb > 0,5 Vu, sehingga nilai Vc pada daerah sendi plastis (2d) = 0.
Adapun perhitungan tulangan geser pada daerah sendi plastis atau tumpuan
adalah sebagai berikut:
Veb
AV =
fys d
38109,514
AV = 104
0, 75 420 640
AV = 1890,353 mm 2 /m
148
Adapun perhitungan tulangan geser pada daerah luar sendi plastis atau
lapangan adalah sebagai berikut:
f 'c
Vc = bd
6
33, 2 −1
Vc = 350 640 10
6
Vc = 21511, 258 kgf
Veb / − Vc
AV =
fy d
(38109,514 / 0, 75 − 21511, 258) 10
AV = 1000
420 640
AV = 1810,320 mm 2 /m
149
2. Penulangan Geser/Sengkang Balok pada Story 12/Atap As 3/E – F
As terpasang pada tumpuan atas 6D22, (As aktual = 2273,6 mm2)
1,25 As fy
a pr =
0,85 f ' c d
1, 25 2273, 6 420
a pr =
0,85 33, 2 640
a pr = 66, 090
a pr
Mn atas = 1, 25 As fy d −
2
66, 090 −4
Mn atas = 1, 25 2273, 6 420 640 − 10
2
Mn atas = 72448,576 kgf-m
a pr
Mn bawah = 1, 25 As fy d −
2
33, 045 −4
Mn bawah = 1, 25 1136,8 420 640 − 10
2
Mn bawah = 37210,384 kgf-m
150
a. Kondisi akibat gempa ke arah kanan
−(72448,576 + 37210,384)
Veb1 = + 14866, 470
8
Veb1 = 1159,100 kgf
(72448,576 + 37210,384)
Veb 2 = + 14866, 470
8
Veb 2 = 28573,840 kgf
−(37210,384 + 72448,576)
Veb 2 = + 14866, 470
8
Veb 2 = 1159,100 kgf
Berdasarkan tabel 3.2 Gaya Geser Ultimit balok terbesar akibat kombinasi
gempa/envelope minimum gempa dihasilkan oleh balok pada Story 12/Atap
Model 1 dengan VTump Kiri = 28265,098 Kgf dan VTump Kanan = 23168,057 Kgf.
151
Adapun perhitungan tulangan geser pada daerah sendi plastis atau tumpuan
adalah sebagai berikut:
Veb
AV =
fys d
28573,840
AV = 104
0, 75 420 640
AV = 1417,353 mm 2 /m
Maka tulangan sengkang yang digunakan untuk tumpuan pada story 12/Atap
As 3/E – F adalah D10 – 100.
152
Adapun perhitungan tulangan geser pada daerah luar sendi plastis atau
lapangan adalah sebagai berikut:
f 'c
Vc = bd
6
33, 2 −1
Vc = 350 640 10
6
Vc = 21511, 258 kgf
Veb / − Vc
AV =
fy d
(28573,840 / 0, 75 − 21511, 258) 10
AV = 1000
420 640
AV = 1337,321 mm 2 /m
153
6. PENULANGAN TORSI BALOK
a. Penulangan Torsi Balok pada Story 1 – 11 As 3/E – F
Berdasarkan hasil output torsi ETABS 2013 diperoleh momen puntir :
1. Momen Puntir Ultimate
Tu = 100,3684 Kgf-m
3. Geser Ultimit
Vu = 35306,746 Kgf
Pengaruh puntir dapat diabaikan bila momen puntir terfaktor Tu besarnya
kurang daripada :
Acp 2
Tu min = (0, 083) fc ' SNI 03 – 2847 – 2013 Pasal 11.5.1 (a)
Pcp
154
Dimana :
Acp = b h
Acp = 350 700
Acp = 245000 mm 2
Pcp = 2 ( b + h )
Pcp = 2100 mm
Maka :
2450002
Tu min = 0, 75 (0, 083) 1 33, 2
2100
Tu min = 10252299,190 Nmm
Sedangkan untuk momen puntir terfaktor maksimum Tu dapat diambil
sebesar :
Acp 2
Tu max = (0,33) fc ' SNI 03 – 2847 – 2013 Pasal 11.5.2.2 (a)
Pcp
2450002
Tu max = 0, 75 (0,33) 1 33, 2
2100
Tu max = 40762153, 410 Nmm
155
b. Penulangan Torsi Balok pada Story 12/Atap As 3/E – F
Berdasarkan hasil output torsi ETABS 2013 diperoleh momen puntir :
1. Momen Puntir Ultimate
Tu = 75,5311 Kgf-m
3. Geser Ultimit
Vu = 28265,0982 Kgf
Pengaruh puntir dapat diabaikan bila momen puntir terfaktor Tu besarnya
kurang daripada :
Acp 2
Tu min = (0, 083) fc ' SNI 03 – 2847 – 2013 Pasal 11.5.1 (a)
Pcp
156
Dimana :
Acp = b h
Acp = 350 700
Acp = 245000 mm 2
Pcp = 2 ( b + h )
Pcp = 2100 mm
Maka :
2450002
Tu min = 0, 75 (0, 083) 1 33, 2
2100
Tu min = 10252299,190 Nmm
Sedangkan untuk momen puntir terfaktor maksimum Tu dapat diambil
sebesar :
Acp 2
Tu max = (0,33) fc ' SNI 03 – 2847 – 2013 Pasal 11.5.2.2 (a)
Pcp
2450002
Tu max = 0, 75 (0,33) 1 33, 2
2100
Tu max = 40762153, 410 Nmm
157
1. Penulangan Balok pada Story 1 – 11 As 3/E – F
8D22 4D22 8D22
4D22 8D22 4D22
158
7. PENULANGAN LONGITUDINAL KOLOM
Penulangan utama kolom pada umumnya di cek berdasarkan diagram
interaksi dimana Mu < ϕMn berdasarkan kombinasi maksimum dan minimum.
Pada pengecekan tulangan utama dengan diagram interaksi akan digunakan
program PCACOL.
Data gaya dalam mayor – minor yang dibutuhkan sebagai pengecekan
kapasitas kuat tulangan kolom pada diagram interasi biaxial momen adalah:
(Pmaks, Mx, My); (P, Mx maks, My); (P, Mx, My maks); dan (Pmin, Mx, My).
Perjanjian tanda untuk gaya aksial P adalah KN (ganti pada unit forces) dan untuk
satuan momen adalah KN – m (ganti pada unit momen).
Untuk mendapatkan gaya-gaya dalam tersebut dapat dilihat dari hasil output
ETABS dengan cara : pilih menu Display – Show Tables – Analysis – Results –
Frame Results – ceklis kotak Column Forces – OK – klik kanan pada tabel – Export
To Excel – Lakukan Sort and Filter untuk mendapatkan nilai gaya dalam yang
dibutuhkan sesuai zona masing-masing kolom.
Penulangan kolom dibagi menjadi 2 zona yaitu, Zona 1 (Story 1 – 6) dan
Zona 2 (Story 7 – 12). Data gaya dalam maksimum yang diperlukan adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.6 Gaya Dalam Desain Kolom K 60 x 100 Model 1
P M2 M3
Zona Story Column Combo
(KN) (KN-m) (KN-m)
Story 1 C20 Comb6 -10694,33 -0,767 -92,279
Story 4 C23 Comb8 -2945,800 507,444 157,613
1
Story 2 C10 Comb6 -4091,027 -20,097 -266,549
Story 6 C10 Comb11 -960,034 -134,882 58,316
159
Tabel 3.8 Gaya Dalam Desain Kolom K 60 x 80 Model 1
P M2 M3
Zona Story Column Combo
(KN) (KN-m) (KN-m)
Story 7 C20 Comb6 -5147,785 0,0465 -126,398
Story 12 C23 Comb9 -193,200 492,257 -253,341
2
Story 12 C10 Comb6 -214,038 30,684 321,579
Story 12 C10 Comb11 -82,526 -136,118 53,08
160
2. Pilih menu Input – General Information
161
4. Pilih menu Input – Section – Rectangular
Masukkan dimensi kolom
162
6. Pilih menu Input – Reinforcement – Sides Different
Asumsikan rasio tulangan akibat kombinasi gempa = 1,5 % - 3%
As = 1,5% x 600 x 1000
As = 9000 mm2
Menggunkan tulangan utama D25 (As = 3,14 x 252/4 = 490,625 mm2)
n = As dimensi /As tulangan
n = 9000 / 490,625
n = 18,344 ~ 20D25
Tulangan yang digunakan menjadi 20D25
163
7. Pilih menu Input – Reinforcement – Confinement
Gambar 3.29 Input Load Koordinat (Pmaks, Mx, My) Model 1 dan Model 2
164
(P, Mx maks, My) Model 1 dan Model 2
Gambar 3.30 Input Load Koordinat (P, Mx maks, My) Model 1 dan Model 2
Gambar 3.31 Input Load Koordinat (P, Mx, My maks) Model 1 dan Model 2
165
(Pmin, Mx, My) Model 1 dan Model 2
Gambar 3.32 Input Load Koordinat (Pmin, Mx, My) Model 1 dan Model 2
166
Menggunkan tulangan utama D25 (As = 3,14 x 252/4 = 490,625 mm2) dengan
jumlah 22D25.
As perlu = n x As tulangan
As perlu = 22 x 490,625
As perlu = 10793,75
Asumsikan rasio tulangan akibat kombinasi gempa = 1,5 % - 3%
Rasio = As perlu / As dimensi
Rasio = (10793,75 / (600 x 1000)) x 100%
Rasio = 1,79 %
Setelah merubah jumlah tulangan pilih menu Solve – Execute – View – P-M
Diagram. Didapatkan hasil P-M Diagram sebagai berikut :
167
Untuk melihat gaya dalam yang bekerja lebih jelas, pada PCA Col V6
memiliki fitur 3D sehingga memudahkan untuk menganalisis kolom dengan cara
Untuk membuat potongan secara vertikal pilih Cut Vertical kemudian pilih bagian
yang ingin dipotong secara vertikal. Hasil seperti pada gambar berikut ini.
168
Gambar 3.38 Diagram Interaksi K 60 x 80
22 D25 16 D25
K 60 0X 100 K 60 X 80
169
8. STRONG COLUMN WEAK BEAM (BEAM SWAY)
Persyaratan mekanisme Strong Column Weak Beam (Kolom Kuat Balok
Lemah) adalah :
M c 1, 2 Mg
Berikut ini akan diberikan contoh perhitungan cek strong column weak beam
untuk join balok – kolom di tengah-tengah bangunan pada model interaksi ganda
(model 1) akibat gempa arah ke kanan :
170
Story 8
K 60x80
Join Kolom Atas
B 35x70 B 35x70
Story 7
Balok Kiri Balok Kanan
K 60x80
Kolom Bawah
Story 6
Momen nominal kolom atas dan bawah harus dicek terhadap beban aksial
maksimum dan beban aksial minimum.
171
Hasil ETABS kolom atas (lantai 8):
Pu max = 424163 Kgf; Mx = 10422,683 Kgf-m
Pu max = 4241,63 KN; Mx = 104,227 KN-m
1285,40 1490,60
Untuk mengetahui hasil kedua nilai momen tahanan lentur tersebut, kita hanya
172
Gambar 3.43 Hasil Nilai Tahanan Lentur Kolom Atas
1225,09 1562,14
173
Gambar 3.45 Hasil Nilai Tahanan Lentur Kolom Bawah
M c 1, 2 Mg
PCACOL V6 dan nilai dari 1, 2 Mg hasil dari nilai momen nominal ETABS.
Cat : pengecekan kapasitas kolom harus dilakukan dalam arah mayor dan minor
kolom sesuai dengan kondisi gempa pada masing-masing arah.
174
9. PENULANGAN GESER / SENGKANG KOLOM
Gaya lintang yang harus dapat diterima oleh kolom harus diperhitungkan
berdasarkan:
2 M prcolumn
Ve =
hn
Momen primer adalah probable kapasitas momen positive dan negative
pada ujung-ujung kolom menggunakan tegangan yield baja sebesar αfy dan ϕ = 1,
dan α = 1,25, dari komponen struktur tersebut yang terkait dengan rentang
bebanbeban aksial berfaktor yang bekerja.
Akan tetapi jika gaya lintang yang timbul akibat kombinasi pembebanan :
U = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL ± ρ E lebih kecil, maka boleh dipilih yang lebih
kecil. Setelah itu dapat juga dibandingkan dengan kombinasi pembebanan gravity:
U = 1,2 DL + 1,6 LL untuk dipilih yang lebih menentukan/lebih besar.
Pada contoh perhitungan akan diambil kolom-kolom pada tengah bangunan
untuk desain tulangan geser seperti tampak gambar di bawah ini.
175
Contoh Penulangan Sengkang Kolom K 60 x 100 (Zona 1)
Data Gaya Dalam ETABS Model 1 akibat kombinasi maksimum – minimum
gempa arah X (kanan-kiri) :
P max = 10694,334 KN ; Mx = 92,279 KN – m (Comb.6)
P min = 2691,362 KN ; Mx = 84,383 KN – m (Comb.11)
Vu max = 90,675 KN (Comb.6)
1186,17 2563,18
Range MPR
176
Dari hasil analisis diagram interaksi, didapat momen nominal maksimum
akibat Pu = 10694,334 KN memiliki nilai momen maksimum dalam range
2563,18 − 1186,17
beban aksial sebesar : MPR = + 1186,17 = 1874,675 KN – m.
2
Maka,
2 M prcolumn
Ve =
hn
2 1874, 675
Ve =
(4 − 0, 7)
Ve = 1136,167 KN
Karena nilai Ve > Vu maks, maka untuk desain dipakai Vu maks
Vu = 90,675 KN
90, 675
0, 75 − 0 1000 1000
Av =
420 600
Av = 479, 762 mm 2 /m
Gunakan tulangan ulir sengkang tertutup D10, karena 1 sengkang tertutup
dihitung 2 loop, maka luas sengkang adalah :
102
As = 2 3,14 = 157 mm 2
4
Sehingga jumlah tulangan sengkang sebanyak :
479, 762
n= = 3, 059 4
157
1000
Maka digunakan jarak sengkang = = 250 mm, (D10 – 250).
4
177
Data Gaya Dalam ETABS Model 1 akibat kombinasi maksimum – minimum
gempa arah Y (kanan-kiri) :
P max = 10448,454 KN ; My = 21,302 KN – m (Comb.8)
P min = 2809,505 KN ; My = 25,321 KN – m (Comb.15)
Vu max = 30,734 KN (Comb.8)
761,81 1572,29
Range MPR
178
Dari hasil analisis diagram interaksi, didapat momen nominal maksimum
akibat Pu = 10448,454 KN memiliki nilai momen maksimum dalam range
1572, 29 − 761,81
beban aksial sebesar : MPR = + 761,81 = 1167,05 KN – m.
2
Maka,
2 M prcolumn
Ve =
hn
2 1167, 05
Ve =
(4 − 0, 7)
Ve = 707,303 KN
Karena nilai Ve > Vu maks, maka untuk desain dipakai Vu maks
Vu = 30,734 KN
30, 734
0, 75 − 0 1000 1000
Av =
420 600
Av = 162, 614 mm 2 /m
Gunakan tulangan ulir sengkang tertutup D10, karena 1 sengkang tertutup
dihitung 2 loop, maka luas sengkang adalah :
102
As = 2 3,14 = 157 mm 2
4
Sehingga jumlah tulangan sengkang sebanyak :
162, 614
n= = 1, 036 2
157
1000
Maka digunakan jarak sengkang = = 500 mm, (D10 – 500).
2
179
Dari hasil analisis gempa arah X dan arah Y (arah mayor – minor kolom),
maka jarak sengkang yang digunakan pada daerah tumpuan/join adalah
yang menghasilkan jarak paling rapat, atau dalam hal ini digunakan
sengkang D10 – 250.
Nu f 'c
Vc = 1 + bw d
14 Ag 6
0,3 Nu f 'c
Vc = 1 + bw d 0
Ag 6
Nu f 'c
Vc = 1 + bw d
14 Ag 6
Vc = 188,575 KN
180
Kebutuhan tulangan geser/sengkang:
Vu
− Vc s
Av =
fys d
90, 675
0, 75 − 188,575 1000
Av =
420 640
Av = −0, 252 mm 2
Karena hasil sangat minimum maka pada daerah lapangan digunakan
sengkang D10 – 300 (Av pakai > Av hitung).
Join
D10 - 250
Lapangan
D10 - 300
181
10. ANALISIS SHEAR WALL
Penampang dan sengkang shear wall harus diperhitungkan mampu dalam
menahan beban geser berdasarkan kombinasi pembebanan:
U = 1,2 DL + 1,6 LL
U = (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1,0 LL ± ρ E
Tetapi terhadap beban momen lentur harus dilakukan pengecekan sehingga
shear wall tidak akan gagal terlebih dahulu dalam geser dibandingkan dalam
momen. Analisa kekuatan shear wall dilakukan dengan melihat diagram interaksi
dengan mengambil gaya-gaya dalam yang dihasilkan dalam pemodelan.
Vt Mt
Vu Mu
Dimana:
Vt = gaya geser pada penampang shear wall berdasarkan tulangan terpasang
Vu = gaya geser ultimit
Mt = momen pada penampang shear wall berdasarkan tulangan terpasang
Mu = momen ultimit
Analisis Shear Wall dengan program ETABS disebut Wall Pier Design
Sections, yang mencakup 3 metode, yaitu:
1. Simplified C & T
- Planar Piers
- Design Only
2. Uniform Reinforcing
- 3D
- Design or Check
- Uniform Reinforcing 3
3. General Reinforcing
- 3D
- Design or Check
- Section Designer
Pada analisis ini akan digunakan metode ke-3, yaitu General Reinforcing.
182
Gambar 3.49 Penamaan Pier Shear Wall
183
Kemudian pilih Section Designer, memasukkan tulangan asumsi yang akan
digunakan untuk penulangan shear wall pier 1. Setelah muncul section
designer pier, hapus gambar shear wall tersebut untuk menggantinya
dengan shear wall boundary elements, dengan cara klik shear wall
tersebut kemudian delete.
PERHATIKAN !!
184
Boundary 300 x 1200 Boundary 300 x 1200
185
Left Flange Rebar = Right Flange Rebar
- Tie Bar (Tulangan Ties Geser) = D16
- Corner Bar 1 (Tulangan Pojok 1) = 1 D25
- Corner Bar 2 (Tulangan Pojok 2) = 1 D25
- Corner Bar 3 (Tulangan Pojok 3) = 1 D25
- Corner Bar 4 (Tulangan Pojok 4) = 1 D25
- Edge Bar 1 = 1 D25
- Edge Bar 2 = 6 D25
- Edge Bar 3 = 1 D25 6 + 6 = 12
186
Gambar 4.55 Desain Tulangan Shear Wall P1
Data nilai gaya dalam Envelope untuk shear wall P1 dapat dilihat tabel
dibawah ini.
Setelah itu gaya dalam tersebut di plot ke dalam diagram interaksi dinding
dari hasil analisis etabs dengan msing-masing arahnya yaitu Mu2 dan Mu3.
Output diagram interaksi dapat dilihat dengan cara klik icon Interaction
Surface pada kotak dialog Section Designer Shear Wall.
187
30,000
25,000
20,000
15,000
M2-2
10,000
Enve Max
5,000
Enve Min
0
0 500 1000 1500 2000
-5,000
-10,000
-15,000
30000
25000
20000
15000
M3-3
10000
Enve Max
5000
Enve Min
0
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000
-5000
-10000
-15000
Pada gambar diatas tampak bahwa plot gaya – gaya dalam ultimit yang terjadi
berdasarkan kombo Enve Max dan Enve Min dari semua kombinasi
pembebanan yang diberikan, masih berada di dalam diagram interaksi
kapasitas dinding, sehingga dapat dikatakan bahwa shear wall tersebut masih
mampu menahan beban yang bekerja.
188
b) Desain Shear Wall P2
Bentuk dan ukuran shear wall P2 sama dengan shear wall P1, oleh karena itu
asumsi tulangan untuk shear wall P2 juga disamakan dengan shear wall P1
sehingga akan menghasilkan diagram interaksi yang sama pula. Data nilai
gaya dalam Envelope untuk shear wall P2 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
30,000
25,000
20,000
15,000
M2-2
10,000
Enve Max
5,000
Enve Min
0
0 500 1000 1500 2000
-5,000
-10,000
-15,000
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa shear wall masih mampu menahan
beban ultimit yang diberikan pada arah sumbu 2-2, karena titik plot beban
envelope max dan envelope min masih berada dalam diagram interaksi
dinding.
189
30000
25000
20000
15000
M3-3
10000
Enve Max
5000
Enve Min
0
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000
-5000
-10000
-15000
190
Left Flange Rebar = Right Flange Rebar
- Tie Bar (Tulangan Ties Geser) = D16
- Corner Bar 1 (Tulangan Pojok 1) = 1 D25
- Corner Bar 2 (Tulangan Pojok 2) = 1 D25
- Corner Bar 3 (Tulangan Pojok 3) = 1 D25
- Corner Bar 4 (Tulangan Pojok 4) = 1 D25
- Edge Bar 1 = 2 D25
- Edge Bar 2 = 7 D25
- Edge Bar 3 = 2 D25 7 + 7 = 14
191
Data nilai gaya dalam Envelope untuk shear wall P3 dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
50,000
40,000
30,000
M2-2
20,000
Enve Max
10,000
Enve Min
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
-10,000
-20,000
-30,000
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa shear wall masih mampu menahan
beban ultimit yang diberikan pada arah sumbu 2-2, karena titik plot beban
envelope max dan envelope min masih berada dalam diagram interaksi
dinding.
192
60000
50000
40000
30000
M3-3
20000
Enve Max
10000
Enve Min
0
0 20000 40000 60000 80000 100000 120000
-10000
-20000
-30000
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa nilai momen 3-3 ultimit masih berada
di dalam diagram interaksi dinding, sehingga shear wall masih dapat
menahan beban envelope max dan envelope min yang bekerja.
193
60,000
50,000
40,000
30,000
M2-2
20,000
Enve Max
10,000
Enve Min
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
-10,000
-20,000
-30,000
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa shear wall masih mampu menahan
beban ultimit yang diberikan pada arah sumbu 2-2, karena titik plot beban
envelope max dan envelope min masih berada dalam diagram interaksi
dinding.
60000
50000
40000
30000
M3-3
20000
Enve Max
10000
Enve Min
0
0 20000 40000 60000 80000 100000 120000
-10000
-20000
-30000
194
e) Desain Shear Wall P5
Bentuk dan ukuran shear wall P5 sama dengan shear wall P1, oleh karena itu
asumsi tulangan untuk shear wall P5 juga disamakan dengan shear wall P1
sehingga akan menghasilkan diagram interaksi yang sama pula. Data nilai
gaya dalam Envelope untuk shear wall P5 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
30,000
25,000
20,000
15,000
M2-2
10,000
Enve Max
5,000
Enve Min
0
0 500 1000 1500 2000
-5,000
-10,000
-15,000
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa shear wall masih mampu menahan
beban ultimit yang diberikan pada arah sumbu 2-2, karena titik plot beban
envelope max dan envelope min masih berada dalam diagram interaksi
dinding.
195
30000
25000
20000
15000
M3-3
10000
Enve Max
5000
Enve Min
0
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000
-5000
-10000
-15000
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa nilai momen 3-3 ultimit masih berada
di dalam diagram interaksi dinding, sehingga shear wall masih dapat
menahan beban envelope max dan envelope min yang bekerja.
196
30,000
25,000
20,000
15,000
M2-2
10,000
Enve Max
5,000
Enve Min
0
0 500 1000 1500 2000
-5,000
-10,000
-15,000
30000
25000
20000
15000
M3-3
10000
Enve Max
5000
Enve Min
0
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000
-5000
-10000
-15000
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa nilai momen 2-2 dan nilai momen dari
3-3 ultimit masih berada di dalam diagram interaksi dinding, sehingga shear
wall masih dapat menahan beban envelope max dan envelope min yang
bekerja.
197
(#4) – PONDASI DARI ASPEK DAYA DUKUNG TANAH
Oleh : Muhammad Hind Al Hakim
198
Pilih icon Unlock Model – pilih menu Edit – Edit Stories and Grid Systems
– Modify/Show Story Data – di dalam kotak dialog Story Data klik kanan – Add
Story – Keep Existing Story Heights – OK.
Tinggi Lantai
Tambahan
Tambahan diatas
lantai base
Struktur Lantai
Baru = Struktur
Story 1
199
Gambar 4.3 Lantai Dasar Tambahan
200
Setelah membuat kombinasi beban gravity tak berfaktor, untuk mendapatkan
reaksi hasil pembebanan tersebut dalam Fz maka ganti asumsi penjepitan dengan
sendi pada lantai base agar tidak timbul momen hanya reaksi vertikal dan horizontal
saja untuk mendapatkan beban desain dengan cara pilih menu View – Set Plan View
– pilih Base – OK – aktifkan fasilitas One Story pada bagian kanan bawah pada
jendela ETABS – blok keseluruhan lantai base – pilih menu Assign – joint –
Restraints – pilih gambar tumpuan sendi - OK.
Pilih menu Analyze – Set Load Cases to Run (Cases Modal, DL, dan LL
dalam Action Run) – Run Now. Setelah proses Run Analysis lihat hasil load tiap
kolom dan shear wall dengan terlebih dahulu mengganti satuan gaya menjadi tonf
agar sesuai dengan satuan kapasitas tiang. Kemudian pilih menu Display – Show
Tables – Analysis – Results – ceklis Design Reactions – OK – klik kanan pada
tabel – Export to Excel.
Gambar 4.5 Joint Label Titik Pondasi Kolom dan Shear Wall
Untuk menampilkan joint label pada titik kolom dan shear wall pilih menu
View – Set Display Options – pilih kategori Object Assigments – pada bagian Joint
Assigments beri tanda ceklis pada kotak Labels – OK.
Sesuaikan titik kolom dan shear wall dengan joint label pada tabel Design
Reactions untuk mendapatkan beban yang diterima dan menghitung kebutuhan
jumlah pondasi berdasarkan kapasitas efektif tiang kelompok.
201
Tabel 4.1 Reaksi Pondasi (dalam satuan tonf)
Joint Load FZ
Story
Label Case/Combo tonf
Base 1 Comb Pondasi 363,474
Base 2 Comb Pondasi 906,298
Base 3 Comb Pondasi 912,748
Base 4 Comb Pondasi 912,750
Base 5 Comb Pondasi 906,296
Base 6 Comb Pondasi 363,411
Base 7 Comb Pondasi 535,406
Base 8 Comb Pondasi 535,498
Base 9 Comb Pondasi 591,828
Base 10 Comb Pondasi 518,080
Base 11 Comb Pondasi 518,073
Base 13 Comb Pondasi 593,180
Base 14 Comb Pondasi 593,137
Base 15 Comb Pondasi 591,684
Base 16 Comb Pondasi 217,774
Base 17 Comb Pondasi 225,523
Base 18 Comb Pondasi 172,227
Base 19 Comb Pondasi 174,162
Base 20 Comb Pondasi 216,949
Base 21 Comb Pondasi 224,895
Base 22 Comb Pondasi 172,126
Base 23 Comb Pondasi 174,179
202
Tabel 4.2 Kebutuhan Pondasi (N)
Joint Load FZ
Story n N
Label Case/Combo tonf
Base 1 Comb Pondasi 363,474 3,495 4
Base 2 Comb Pondasi 906,298 8,714 10
Base 3 Comb Pondasi 912,748 8,776 10
Base 4 Comb Pondasi 912,750 8,776 10
Base 5 Comb Pondasi 906,296 8,714 10
Base 6 Comb Pondasi 363,411 3,494 4
Base 7 Comb Pondasi 535,406 5,148 6
Base 8 Comb Pondasi 535,498 5,149 6
Base 10 Comb Pondasi 518,080 4,982 6
Base 11 Comb Pondasi 518,073 4,981 6
Base 13 Comb Pondasi 593,180
11,407 12
Base 14 Comb Pondasi 593,137
Base 9 Comb Pondasi 591,828
11,380 12
Base 15 Comb Pondasi 591,684
Base 16 Comb Pondasi 217,774
4,262 6
Base 17 Comb Pondasi 225,523
Base 18 Comb Pondasi 172,227
3,331 4
Base 19 Comb Pondasi 174,162
Base 20 Comb Pondasi 216,949
4,248 6
Base 21 Comb Pondasi 224,895
Base 22 Comb Pondasi 172,126
3,330 4
Base 23 Comb Pondasi 174,179
F6 F6
F12
F6
F6
F12
F6 F6
203
2. CHECK PILE FORCE
Struktur bawah tidak boleh gagal terlebih dahulu daripada struktur atas.
Cek pile – tiang pancang akan dilakukan terhadap 2 kondisi gempa, yaitu kombinasi
gempa nominal dan kombinasi gempa ultimit dengan parameter gempa sebagai
berikut :
SDS (g) = 0,603 (Depok, Tanah Sedang)
ρ = 1,3 (faktor redundansi, lihat pasal 7.3.4.2 SNI 1726-2012)
Ω0 = 2,5 (faktor kuat-lebih sistem ganda)
204
Tabel 4.3. Kombinasi Beban Gempa Nominal dan Ultimit
Untuk mendapatkan gaya-gaya reaksi dari kolom dan shear wall akibat
gempa desain, maka model struktur yang diperlukan adalah model dengan taraf
penjepitan lateral pada lantai dasar (model sebelumnya). Input kombinasi beban
gempa ultimit dengan faktor kuat-lebih. Kombinasi beban gempa nominal sudah
dimasukkan pada saat tahap desain penulangan.
205
a) Check Pile Force Pondasi tipe F4
P1 P2
P4 P3
206
Data gaya dalam maksimum kolom dengan tipe pondasi 4 tiang (F4) akibat
pembebanan gempa nominal :
Joint Load FZ MX MY
Label Case/Combo (tonf) (tonf-m) (tonf-m)
18 Comb10 744,134 -3,390 -20,660
6 Comb9 706,006 -41,862 43,818
6 Comb6 672,991 -11,240 53,701
Contoh Kombo 10 :
P = 744,134 tonf
Mx = -3,390 tonf-m
My = -20,660 tonf-m
P = 1,5 x 150 ton = 225 ton (kapasitas gempa nominal = 1,5 x Pijin)
Tabel 4.6 Check Pile Force Gempa Nominal Pondasi Tipe F4 Kombo 10
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 186,034 -1,507 9,182 193,709 OK
P2 186,034 -1,507 -9,182 175,344 OK
P3 186,034 1,507 -9,182 178,358 OK
P4 186,034 1,507 9,182 196,723 OK
Ptiang = 193, 709 ton < 225 ton ........ OK! GEMPA NOMINAL
207
Tabel 4.7 Check Pile Force Gempa Nominal Pondasi Tipe F4 Kombo 10
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 176,502 -18,606 -19,475 138,421 OK
P2 176,502 -18,606 19,475 177,371 OK
P3 176,502 18,606 19,475 214,582 OK
P4 176,502 18,606 -19,475 175,632 OK
Tabel 4.8 Check Pile Force Gempa Nominal Pondasi Tipe F4 Kombo 6
Mx*Y /
P/n My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. ∑Y2 Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 168,248 -4,996 -19,475 143,777 OK
P2 168,248 -4,996 19,475 182,727 OK
P3 168,248 4,996 19,475 192,718 OK
P4 168,248 4,996 -19,475 153,768 OK
Data gaya dalam maksimum kolom dengan tipe pondasi 4 tiang (F4) akibat
pembebanan gempa ultimit :
Contoh Kombo 26 :
P = 968,377 tonf
Mx = -3,208 tonf-m
My = -12,990 tonf-m
P = 2 x 150 ton = 300 ton (kapasitas gempa ultimit = 2,0 x Pijin)
208
Tabel 4.10 Check Pile Force Gempa Ultimit Pondasi Tipe F4 Kombo 26
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 242,094 -1,426 5,773 246,442 OK
P2 242,094 -1,507 -9,182 231,405 OK
P3 242,094 1,507 -9,182 234,419 OK
P4 242,094 1,507 9,182 252,783 OK
Ptiang = 252, 783 ton < 300 ton ........ OK! GEMPA ULTIMIT
Tabel 4.11 Check Pile Force Gempa Ultimit Pondasi Tipe F4 Kombo 25
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 118,698 -18,606 -19,475 80,617 OK
P2 118,698 -18,606 19,475 119,567 OK
P3 118,698 18,606 19,475 156,779 OK
P4 118,698 18,606 -19,475 117,828 OK
Tabel 4.12 Check Pile Force Gempa Ultimit Pondasi Tipe F4 Kombo 22
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 102,825 -4,996 -19,475 78,355 OK
P2 102,825 -4,996 19,475 117,305 OK
P3 102,825 4,996 19,475 127,296 OK
P4 102,825 4,996 -19,475 88,346 OK
209
b) Check Pile Force Pondasi tipe F6
P1 P2
P6 P3
P5 P4
Pile X Y X2 Y2
No. (m) (m) (m2) (m2)
P1 -0,5625 0,5625 0,316 0,316
P2 0,5625 0,5625 0,316 0,316
P3 1,688 0,000 2,849 0,000
P4 0,5625 -0,5625 0,316 0,316
P5 -0,5625 0,5625 0,316 0,316
P6 -1,688 0,000 2,849 0,000
∑ (Jumlah) 6,9643 1,2656
210
Data gaya dalam maksimum kolom dengan tipe pondasi 6 tiang (F6) akibat
pembebanan gempa nominal :
Joint Load FZ MX MY
Label Case/Combo (tonf) (tonf-m) (tonf-m)
10 Comb10 1041,435 -2,467 -0,306
8 Comb10 950,663 -63,130 1,867
21 Comb10 5,374 1,702 24,666
Contoh Kombo 10 :
P = 1041,435 tonf
Mx = -2,467 tonf-m
My = -0,306 tonf-m
P = 1,5 x 150 ton = 225 ton (kapasitas gempa nominal = 1,5 x Pijin)
Tabel 4.15 Check Pile Force Gempa Nominal Pondasi F6 Kombo 10 Joint 10
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 173,573 -1,096 0,025 172,501 OK
P2 173,573 -1,096 -0,025 172,451 OK
P3 173,573 0,000 -0,074 173,498 OK
P4 173,573 1,096 -0,025 174,644 OK
P5 173,573 -1,096 0,025 172,501 OK
P6 173,573 0,000 0,074 173,647 OK
Ptiang = 172,501 ton < 225 ton ........ OK! GEMPA NOMINAL
211
Tabel 4.16 Check Pile Force Gempa Nominal Pondasi F6 Kombo 10 Joint 8
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 158,444 -28,058 -0,151 130,235 OK
P2 158,444 -28,058 0,151 130,537 OK
P3 158,444 0,000 0,453 158,896 OK
P4 158,444 28,058 0,151 186,652 OK
P5 158,444 -28,058 -0,151 130,235 OK
P6 158,444 0,000 -0,453 157,991 OK
Tabel 4.17 Check Pile Force Gempa Nominal Pondasi F6 Kombo 10 Joint 21
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 0,896 0,756 -1,992 -0,340 OK
P2 0,896 0,756 1,992 3,644 OK
P3 0,896 0,000 5,979 6,874 OK
P4 0,896 -0,756 1,992 2,131 OK
P5 0,896 0,756 -1,992 -0,340 OK
P6 0,896 0,000 -5,979 -5,083 OK
Data gaya dalam maksimum kolom dengan tipe pondasi 6 tiang (F6) akibat
pembebanan gempa ultimit :
Contoh Kombo 24 :
P = 1151,713 tonf
Mx = 3,115 tonf-m
My = 18,878 tonf-m
P = 2 x 150 ton = 300 ton (kapasitas gempa ultimit = 2,0 x Pijin)
212
Tabel 4.19 Check Pile Force Gempa Ultimit Pondasi F6 Kombo 24 Joint 21
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 191,952 1,384 -1,525 191,812 OK
P2 191,952 1,384 1,525 194,861 OK
P3 191,952 0,000 4,576 196,528 OK
P4 191,952 -1,384 1,525 192,092 OK
P5 191,952 1,384 -1,525 191,812 OK
P6 191,952 0,000 -4,576 187,377 OK
Ptiang = 192, 092 ton < 300 ton ........ OK! GEMPA ULTIMIT
Tabel 4.20 Check Pile Force Gempa Ultimit Pondasi F6 Kombo 24 Joint 11
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 88,822 39,207 -0,435 127,594 OK
P2 88,822 39,207 0,435 128,464 OK
P3 88,822 0,000 1,304 90,126 OK
P4 88,822 -39,207 0,435 50,050 OK
P5 88,822 39,207 -0,435 127,594 OK
P6 88,822 0,000 -1,304 87,518 OK
Tabel 4.21 Check Pile Force Gempa Ultimit Pondasi F6 Kombo 21 Joint 21
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 91,430 0,874 -1,778 90,526 OK
P2 91,430 0,874 1,778 94,082 OK
P3 91,430 0,000 5,335 96,765 OK
P4 91,430 -0,874 1,778 92,334 OK
P5 91,430 0,874 -1,778 90,526 OK
P6 91,430 0,000 -5,335 86,095 OK
213
c) Check Pile Force Pondasi tipe F10
P10 P1 P2 P4
P8 P3
P9 P7 P6 P5
214
Data gaya dalam maksimum kolom dengan tipe pondasi 10 tiang (F10) akibat
pembebanan gempa nominal :
Joint Load FZ MX MY
Label Case/Combo (tonf) (tonf-m) (tonf-m)
4 Comb4 1702,694 -10,388 -8,308
5 Comb8 1666,362 36,751 2,397
4 Comb6 1652,191 -9,831 9,118
Contoh Kombo 4 :
P = 1702,694 tonf
Mx = -10,388 tonf-m
My = -8,308 tonf-m
P = 1,5 x 150 ton = 225 ton (kapasitas gempa nominal = 1,5 x Pijin)
Tabel 4.24 Check Pile Force Gempa Nominal Pondasi Tipe F10 Kombo 4
215
Contoh perhitungan untuk pile no. 1 (P1)
P Mx y My x
Ptiang = + +
n y 2 x2
Ptiang = 166,859 ton < 225 ton ........ OK! GEMPA NOMINAL
Tabel 4.25 Check Pile Force Gempa Nominal Pondasi Tipe F10 Kombo 8
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
P1 166,636 13,067 -0,082 179,622 OK
P2 166,636 13,067 0,082 179,785 OK
P3 166,636 0,000 0,227 166,863 OK
P4 166,636 13,067 0,372 180,075 OK
P5 166,636 -13,067 0,372 153,941 OK
P6 166,636 -13,067 0,082 153,651 OK
P7 166,636 -13,067 -0,082 153,488 OK
P8 166,636 0,000 -0,227 166,410 OK
P9 166,636 -13,067 -0,372 153,198 OK
P10 166,636 13,067 -0,372 179,332 OK
Tabel 4.26 Check Pile Force Gempa Nominal Pondasi Tipe F10 Kombo 6
P/n Mx*Y / ∑Y2 My*X / ∑X2 P tiang
Pile no. Check
(Ton) (Ton) (Ton)