Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. UMUM
Sebuah bangunan sederhana yang berfungsi sebagai ruko akan dibangun di
kota Padang. Bangunan yang direncanakan terdiri dari 2 lantai, dengan luas
setiap lantai adalah tipikal (192m2). Komponen struktur direncanakan
menggunakan material beton bertulang untuk elemen balok, kolom dan plat.
Gambaran singkat bangunan :
A. Bangunan terdiri dari 2 lantai
B. Dalam arah transversal, bangunan memiliki 2 bentang
C. Dalam arah longitudinal, bangunan memiliki 2 bentang
D. Denah struktur gedung simetris dengan tinggi total 8 m.
3. PROPERTIES MATERIAL
Properties Material baja dan beton yang digunakan :
A. Material Beton
Berat Jenis (ρ) : 2400 kg/m3
Tegangan tekan (fc’)
Kolom : fc’ = 25 MPa
Balok : fc’ = 25 MPa
Pelat : fc’ = 25 MPa
Modulus Elastisitas (Ec) : 4700√𝑓𝑐′
Poison Ratio (v) : 0.2
Untuk lebar balok pada Batasan dimensi balok di atas, ditentukan dari nilai
terkecil antara 0,3h dan 250mm.
𝑏𝑚𝑖𝑛 = 0,3ℎ = 0,3. 500 = 150 𝑚𝑚 atau 250mm
Angka di atas merupakan lebar minimum, maka boleh menggunakan
nilai yang lebih besar. Diasumsikan lebar balok adalah 300mm.
Selain lebar minimum, lebar maksimum balok juga perlu diperhitungkan.
Diambil yang terkecil dari rumus berikut :
𝑏𝑚𝑎𝑥, 1 = 𝐶2 + 2 × 𝐶1
𝑏𝑚𝑎𝑥, 2 = 𝐶2 + 2 × 0,75 × 𝐶1
Dimana :
C1 = Panjang kolom
C2 = Lebar kolom
Maka,
𝑏𝑚𝑎𝑥, 1 = 500 + 2 × 500 = 1500 𝑚𝑚
𝑏𝑚𝑎𝑥, 2 = 500 + 2 × 0,75 × 500 = 1250 𝑚𝑚
Dari persamaan di atas bmax yang terkecil adalah bmax,2 = 1250 mm.
bmax,2 = 1250 mm > b = 300 mm OK!
Pemodelan struktur dan analisis struktur gedung dilakukan dengan bantuan program
aplikasi perhitungan struktur SAP 2000. Melalui program tersebut, akan diperoleh
output data berupa gaya-gaya dalam pada elemen struktur yang nantinya akan
menjadi dasar dalam perencanaan struktur. Pemodelan dengan bantuan SAP 2000
juga dapat diketahui perilaku/respon struktur gedung secara keseluruhan dalam
menerima beban luar.
1. MEMBUAT GRID
Langkah pertama dalam pemodelan struktur adalah membuat grid sesuai dengan
gambar rencana. Saat aplikasi SAP2000 telah dijalankan, selanjutnya tekan pada
menu File -> New Model. Ubah unit satuan dengan kN, m, C. setelah itu klik
template Grid Only, sehingga muncul kotak dialog Quick Grid Lines.
Isilah jumlah grid dan jarak grid sesuai dengan gambar rencana. Setelah itu klik OK.
Jika jarak setiap grid tidak simetris, maka grid dapat diubah dengan cara klik kanan
pada layer -> Edit Grid Data -> Modify/Show System.
Ubahlah jarak grid sesuai dengan gambar rencana. Setelah itu klik OK.
Tetapi jika bangunan simetris, tidak perlu mengubah jarak.
Ubahlah region menjadi User, dan pilih Rebar. Lalu klik OK.
Ubah Material sesuai dengan material yang digunakan, isilah dimensi penampang
kolom sesuai dengan ukuran yang direncanakan. Setelah itu klik Concrete
Reinforcement untuk memasukkan tulangan.
Pada Rebar Material ubahlah Longitudinal Bars dan Confinement Bars sesuai
dengan material yang direncanakan. Pada Design Type pilih Column. Pada
Reinforcement Configuration pilih Rectangular. Pada Confinement Bars pilih
Ties. Pada Longitudinal Bars-Rectangular Configuration dan Confinement
Bars, isilah sesuai dengan yang direncanakan. Untuk mengetahui diameter tulangan
pada Longitudinal Bar Size dan Confinement Bar Size, tekan tanda (+), maka
akan muncul dialog box seperti di bawah ini.
Kita dapat mencari diameter tulangan yang kita butuhkan. Tetapi jika tidak terdapat
diameter tulangan yang sesuai, kita dapat memasukkan data – datanya pada Bar ID,
Bar Area dan Bar Diameter. Setelah itu tekan Add, maka diameter tulangan yang
kita masukkan akan muncul pada tabel seperti di bawah ini.
Setelah itu tekan OK, maka kita dapat memilih tulangan pada Longitudinal Bar Size
dan Confinement Bar Size.
Pada Check/Design, Pilih Reinforcement to be Design. Lalu klik OK.
Maka akan muncul tampilan kolom seperti ini, lalu klik OK.
d. Untuk membuat penampang balok.
Klik menu Define > Section Properties > Frame Section > Add New
Property. Maka akan muncul dialog box seperti gambar di bawah ini.
Ubah Frame Section Property Type menjadi Concrete. Lalu klik bentuk
penampang sesuai dengan yang direncanakan.
Setelah semua elemen digambar, maka akan terlihat gambar 3D nya seperti
gambar di bawah ini.
4. ASSIGN PERLETAKAN/TUMPUAN
Pada struktur kolom perlu diberikan perletakan atau tumpuan pada lantai dasar. Pada
area dasar pilihlah semua titik kolom, kemudian pada menu bar klik Assign > Joint
> Restraints pilih jenis tumpuan (fix) Jepit. Lalu klik OK.
Beginilah tampilannya setelah diberikan perletakan atau tumpuan.
PEMBEBANAN
Beban – beban yang direncanakan bekerja pada struktur bangunan terdiri beban
mati, beban hidup, beban angin, dan beban hujan. Seluruh beban
dikombinasikan sesuai dengan kombinasi beban yang diatur pada SNI 1726-
2019.
1. BEBAN MATI
Beban mati didefinisikan sebagai berat dari semua material yang terpasang pada
struktur secara permanen dan kokoh. Beban mati terdiri dari beban mati sendiri
dan beban mati tambahan. Beban mati ditentukan berdasarkan berat jenis
bahan bangunan yang digunakan yang berpedoman kepada Pedoman
Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung (PPPURG 1987) dan SNI
1727 2019 Beban Mnimum Untuk Perancangan Gedung.
Super imposed dead load adalah beban mati yang sifatnya tambahan dan
permanen, namun berasal dari elemen non-struktural. Beban SIDL yang
digunakan dalam perencanaan gedung ini adalah terdiri dari beban dinding,
beban pada plat, dan beban atap.
Adapun beban mati sendiri dan beban mati tambahan yang diperhitungkan adalah
sebagai berikut.
a. Beton bertulang : 2.4 kN/m3
b. Baja : 7.85 kN/m3
c. Pasangan dinding bata : 2.5 kN/m2
d. Beban keramik : 0.77 kN/m2
e. Screed (Per mm) : 0.023 kN/m2
f. Suspended Steel Channel System : 0.10 kN/m2
g. Plafond Gypsum (Per mm) : 0.008 kN/m2
Cara memasukkan beban garis merata pada frame adalah pilih frame yang dikenai
beban, pada menu bar klik Assign > Frame Loads > Distributed.
Pada Load Pattern Name ubah menjadi SIDL. Pada Units ubah menjadi
satuan yang digunakan. Setelah itu masukan nilai beban dinding pada
Uniform Load. Lalu klik OK.
Beban hidup berupa beban luasan yang ditinjau berdasarkan fungsi bangunan
yang direncanakan yaitu ruko, berdasarkan SNI 1727 2019 Beban Minimum
Untuk Perancangan Gedung.
-Beban hidup Grosir : 6 kN/m2
-Beban hidup dak/atap : 0,96 kN/m2
Beban hidup di-input pada plat. Cara memasukkan beban area pada plat adalah
pilih plat yang dikenai beban, pada menu bar klik Assign > Area Loads >
Uniform (shell).
Pada Load Pattern Name ubah menjadi L. Pada Units ubah menjadi satuan
yang digunakan. Setelah itu masukkan nilai beban pada plat pada Uniform
Load. Lalu klik OK.
3. BEBAN GEMPA
Perencanaan ketahanan struktur terhadap gempa merujuk kepada SNI 03 1726
2019. Beban gempa dimodelkan dengan analisis respon spektrum. Pada analisis
respon spektrum, nilai percepatan tanah akibat gempa didapatkan dari lokasi
bangunan dengan menginput data koordinat lokasi bangunan pada website
Respon Spektra Indonesia (rsa.ciptakarya.pu.go.id/2021) atau pada aplikasi
RSA2019.
Pada Choose Function Type to Add, pilih From File. Setelah itu Add New Function.
Ubah Function Name. Pada Values are, pilih Period vs Value. Lalu pada Function
File, klik Browse lalu pilih file response spectrum. Pada Function Graph, klik
Display Graph untuk melihat grafik.
Selanjutnya, Klik Define => Load Cases => Modify/Show Load Case, pada
bagian Qx dan Qy atau load patterns beban gempa.
Untuk EQx :
G.Ie
U1 = 100% x
R
G.Ie
U2 = 30% x
R
Untuk EQy :
G.Ie
U1 = 30% x
R
G.Ie
U2 = 100% x
R
Dimana :
G = gaya gravitasi (9,81 m/s2)
Ie = Faktor keutamaan gempa
R = Koefisien modifikasi
respon
Kita dapat melihat nilai Ie dan R pada SNI 1726:2019. Untuk mendapatkan nilai Ie
(Faktor Keutamaan Gempa), kita harus menentukan kategori risiko terlebih dahulu,
yang dapat dilihat pada tabel 3 SNI 1726:2019.
Untuk EQy :
G.Ie 9,81.(1)
U1 = 30% x = 30% x = 0,367875
R 8
G.Ie 9,81.(1)
U2 = 100% x = 100% x = 1,22625
R 8
Masukkan Scale Factor pada load case Qx dan Qy seperti gambar di bawah ini.
Lalu klik OK.
4. KOMBINASI BEBAN
Adapun kombinasi pembebanan yang digunakan mengacu pada kombinasi pembebanan
untuk gedung berdasarkan SNI 1727:2020.
Kombinasi
Dasar 1.4D
1.2D + 1.6L + 0.5 (Lr atau R)
1.2D + 1.6 (Lr atau R) + (L atau 0.5 W)
1.2D + 1.0 W + L + 0.5 (Lr atau R)
0.9D + 1.0 W
Kombinasi dengan pengaruh beban seismik :
(1,2 + 0,2SDS)D+E+L
(0,9 – 0,2SDS)D+E
Dimana :
D = Beban Mati
L = Beban Hidup
Lr = Beban Hidup
Atap R = Beban
Hujan
W = Beban Angin
E = Beban Gempa
SDS = Parameter Percepatan Spektrum Respons Desain pada Periode Pendek
Untuk membuat kombinasi gempa. Digunakan data SDS yang didapatkan dari website
puskim atau aplikasi RSA2019. Nilai SDS yang didaptkan adalah 0.784531 g.
Dari data yang didapatkan, nilai SDS adalah 0.784531 g dan nilai SD1 adalah 0.80000 g.
Dapat kita lihat pada tabel di atas bahwa kategori desain seismik yang didapatkan
adalah kategori D.
Setelah itu kita dapat menetukan nilai factor redundansi untuk kategori desain
seismik D, yang dapat dilihat pada SNI 1726:2019 pasal 7.3.4.2.
Berdasarkan nilai SDs yang diperoleh yaitu 0.784531 dan nilai koefisian redundansi (ρ)
yaitu 1,3, maka dimasukkan kombinasi gempa seperti pada tabel berikut ke SAP2000.
1,3569 D + 1 L + 1.3 Qx + 0.39 Qy
1,3569 D + 1 L + 1.3 Qx - 0.39 Qy
1,3569 D + 1 L - 1.3 Qx + 0.39 Qy
1,3569 D + 1 L - 1.3 Qx - 0.39 Qy
1,3569 D + 1 L + 0.39 Qx + 1.3 Qy
1,3569 D + 1 L + 0.39 Qx - 1.3 Qy
1,3569 D + 1 L - 0.39 Qx + 1.3 Qy
1,3569 D + 1 L - 0.39 Qx - 1.3 Qy
0,7431 D + 1.3 Qx + 0.39 Qy
0,7431 D + 1.3 Qx - 0.39 Qy
0,7431 D - 1.3 Qx + 0.39 Qy
0,7431 D - 1.3 Qx - 0.39 Qy
0,7431 D + 0.39 Qx + 1.3 Qy
0,7431 D + 0.39 Qx - 1.3 Qy
0,7431 D - 0.39 Qx + 1.3 Qy
0,7431 D - 0.39 Qx - 1.3 Qy
Lalu muncul kotak dialog seperti gambar di bawah, lalu tekan Add New Combo.
Masukkan kombinasi, pada Load Combination Name isilah dengan nama
kombinasi, pada Load Combination Type untuk kombinasi yang tidak ada
pengaruh beban seismik atau beban gempa menggunakan Linear Add. Setelah
itu pilihlah beban pada Load Case Name, dan isi Scale Factor sesuai dengan
kombinasi, lalu Add. Lalu tekan OK.
Untuk kombinasi dengan pengaruh beban seismik, pada Load Combination
Name isilah dengan nama kombinasi, pada Load Combination Type
menggunakan SRSS.
Setelah itu pilihlah beban pada Load Case Name, dan isi Scale Factor sesuai
dengan kombinasi, lalu Add. Lalu tekan OK.
Untuk mempermudah dalam memasukkan kombinasi selanjutnya, pilih
kombinasi yang hampir serupa lalu tekan Add Copy of Combo.
Setelah itu edit Load Case yang akan diubah Scale Factor nya, lalu tekan
Modify. Lalu tekan OK.
Buatlah kombinasi Envelope, dengan mengisi Load Combination Name
dengan Envelope, Load Combination Type diubah menjadi Envelope. Lalu
masukkan kombinasi – kombinasi yang telah dibuat dengan Scale Factor = 1.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Berikut kombinasi – kombinasi yang telah dimasukkan. Setelah itu tekan OK.
ANALISIS STRUKTUR
1. RUN ANALYSIS
Langkah untuk Run Analysis adalah sebagai berikut.
Sebelum melakukan Running, harus melakukan Set Analysis terlebih dahulu,
dengan cara klik Analyze=>Set Analysis Options.
Maka akan muncul kotak dialog seperti gambar di bawah ini. Pada kotak
dialog tersebut pilihlah jenis bangunan yang akan dianalisis. Karena bangunan
kita adalah bangunan 3D-Frame. Maka pilihlah gambar frame yang berbentuk
3D yaitu Space Frame.
Setelah itu barulah kita dapat melakukan Running dengan cara klik Analyze
=> Run Analysis.
Maka akan muncul kotak dialog seperti di bawah ini, untuk Modal dibuat Do Not
Run saja, setelah itu tekan Run Now.
2. REAKSI PERLETAKAN (JOINT REACTIONS)
Selanjutnya setelah dilakukan Running, kita akan memunculkan Reaksi
Perletakan/Reaksi Tumpuan pada bangunan dengan cara klik
Display=>Show Forces/Stresses=>Joints.
Maka akan muncul kotak dialog seperti di bawah ini, pada Case/Combo pilih
Envelope. Lalu centang Show Results as Arrows dan klik OK.
Maka kita dapat melihat Reaksi Perletakan bangunan pada gambar di bawah.
Maka akan muncul tabel seperti gambar di bawah, lalu tekan Export All
Tables=>To Excel.
Maka kita dapat mencari Reaksi Perletakan maksimal dengan menggunakan
formula di Excel.
F1 F2 F3
Reaksi Perletakan
KN KN KN
Max 59,003 57,293 1458,275
Min -59,003 -57,293 -835,064
Lalu pilih Element Output dan silang Frame Output, setelah itu tekan OK.
Maka akan muncul tabel seperti di bawah.
Lalu tekan Export All Tables=>To Excel.
Maka kita dapat mencari Gaya Dalam maksimal dengan menggunakan formula di
Excel.
P V2 M3
Gaya Dalam (kNm)
(kN) (kN)
Max 835,064 70,608 137,7819
Min -1458,275 -70,608 -137,7819
Jika ingin memunculkan gaya dalam per elemen, dapat dilakukan dengan memili
elemennya dengan cara klik Select=>Select=>Properties=> Frame
Sections.
Jika ingin memilih balok pilihlah elemen balok, lalu tekan OK.
Setelah elemenya terpilih, selanjutnya klik Display=>Show Tables.
Lalu tekan Export All Tables=>To Excel.
Maka kita dapat mencari Gaya Dalam maksimal dengan menggunakan formula di
Excel.
P V2 M3
Gaya Dalam Balok
kN kN kNm
Max 2,893 70,608 93,489
Min -3,752 -70,608 -96,1414
Untuk kolom juga dilakukan dengan cara yang sama, klik
Select=>Select=>Properties=> Frame Sections.
Maka kita dapat mencari Gaya Dalam maksimal dengan menggunakan formula di
Excel.
P V2 M3
Gaya Dalam Kolom
kN kN kNm
Max 835,064 59,003 137,7819
Min -1458,28 -59,003 -137,782
4. SIMPANGAN (DISPLACEMENT)
Untuk memunculkan simpangan dapat dilakukan dengan cara klik
Display=>Show Deformed Shape.
Maka akan muncul kotak dialog seperti gambar di bawah ini, pada Case/Combo
pilih Envelope. Pada Scaling pilih Auto. Pada Options Pilih Wire Shadow, lalu
tekan OK.
Maka kita dapat melihat simpangan yang terjadi pada bangunan.
Sama seperti sebelumnya untuk memunculkan tabel simpangannya adalah
dengan cara klik Display=>Show Tables.
Lalu pilih Joint Output dan silang Displacement, setelah itu tekan OK.
U1 U2 U3
Displacement
mm mm mm
Max 8,298 9,806 0,771
Min -8,298 -9,806 -1,27
5. DESAIN
Untuk mendesain elemen struktur kolom dan balok dapat dilakukan dengan
menggunakan Gaya Dalam Ultimit yang didapatkan.
a. Balok
Tabel berikut menunjukan gaya dalam ultimit pada balok.
P V2 M3
Gaya Dalam Balok
kN kN kNm
Max 2,893 70,608 93,489
Min -3,752 -70,608 -96,1414
2) Material
Kuat tekan beton (fc’) = 25 MPa
Kuat leleh baja tulangan longitudinal (fy) = 400
MPa Kuat leleh baja tulangan transversal (fy) = 240
MPa
3) Diameter Tulangan
Diameter maksimal tulangan longitudinal = 500 / 20 = 25 mm
Diameter tulangan longitudinal (db) = 16 mm
Diameter tulangan sengkang (ds) = 10 mm
4) Tulangan Sengkang
Jumlah kaki tulangan Sengkang =2
Spasi tulangan Sengkang = 100 mm
5) Gaya Dalam
Momen Negatif (Mu-) = -96,1414 kNm
Momen Positif (Mu+) = 93,489 kNm
Geser ultimit (Vu) = 70,608 kN
Geser akibat gravitasi (Vg) = 60,38 kN
Gaya aksial (Pu) = 3,752 kN
𝑓𝑦 400 = 0,002
𝜀𝑦 = 𝐸𝑠
= 200000
Desain Lentur
√𝑓𝑐′
= max ×𝑏 ×𝑑
4 ×𝑓𝑦
1,4
𝑓𝑦 ×𝑏 ×𝑑
√25
= max × 300 × 442
4 ×400
1,4
400 × 300 × 442
= max 414,4 mm2
464,1 mm2
√𝑓𝑐′
= max ×𝑏 ×𝑑
4 ×𝑓𝑦
1,4
𝑓𝑦 ×𝑏 ×𝑑
√25
= max × 300 × 442
4 ×400
1,4
400 × 300 × 442
464,1 mm2
√𝑓𝑐′
= max ×𝑏 ×𝑑
4 ×𝑓𝑦
1,4
𝑓𝑦 ×𝑏 ×𝑑
√25
= max × 300 × 442
4 ×400
1,4
400 × 300 × 442
464,1 mm2
Mpr 2
Mpr 1
Bergoyang ke kanan
Mpr 2
Mpr 1
Bergoyang ke kiri
2) Diagram gaya geser
Reaksi geser di ujung – ujung balok akibat pembebanan struktur secara
gravitasi, Vg = 60,38 kN
a) Rangka bergoyang ke kanan
𝑀𝑝𝑟1+𝑀𝑝𝑟2 165,06+165,06
Vsway – ka = 𝐿𝑛 = 7,5 = 44,015 𝑘𝑁
Total reaksi geser di ujung kiri balok = Vg – Vsway-ka
= 60,38 – 44,015 kN
= 16,365 kN
Total reaksi geser di ujung kanan balok = Vg + Vsway-ka
= 60,38 + 44,015 kN
= 104,395 kN
Beban gravitasi
165,06 kNm
165,06 kNm
60,38 kN 60,38 kN
16,365 kN 104,395 kN
Beban gravitasi
165,06 kNm
165,06 kNm
60,38 kN 60,38 kN
104,395 kN 16,365 kN
3) Stirrups untuk gaya geser
a) Tumpuan
Gaya Geser Desain (Ve), (SNI 2847:2019 pasal 18.6.5.1)
Ve = Vg + Vsway = 60,38 + 44,015 = 104,395 kN
Vc diperhitungkan
= min 442/4
6 x 16
150
= min 110,5
96
150
= min 175400
437580
= 175400 N = 175,4 kN
b) Lapangan
= min 166630
437580
= 166630 N = 166,63 kN
Jadi diluar daerah 2h, tulangan geser dapat dipasang dengan spasi 100
mm.
Smax = 100 mm