Anda di halaman 1dari 80

PENDAHULUAN

1. UMUM
Sebuah bangunan sederhana yang berfungsi sebagai ruko akan dibangun di
kota Padang. Bangunan yang direncanakan terdiri dari 2 lantai, dengan luas
setiap lantai adalah tipikal (192m2). Komponen struktur direncanakan
menggunakan material beton bertulang untuk elemen balok, kolom dan plat.
Gambaran singkat bangunan :
A. Bangunan terdiri dari 2 lantai
B. Dalam arah transversal, bangunan memiliki 2 bentang
C. Dalam arah longitudinal, bangunan memiliki 2 bentang
D. Denah struktur gedung simetris dengan tinggi total 8 m.

Gambar 1. Layout Denah Bangunan Lantai 1 dan Lantai 2


Gambar 2. Tampak Bangunan Arah X

2. STANDAR DAN PERATURAN


Perencanaan struktur bangunan gedung mengacu kepada peraturan berikut:
A. Standar Nasional Indonesia
1. SNI 2847:2019, Persyaratan beton struktural untuk bangunan
gedung dan penjelasan.
2. SNI 1727:2020, Beban desain minimum dan kriteria terkait untuk
bangunan gedung dan struktur lain.
3. SNI1726:2019, Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk
struktur bangunan gedung dan nongedung.
B. ACI 318-2014 : Building Code Requirements for Structural Concrete

3. PROPERTIES MATERIAL
Properties Material baja dan beton yang digunakan :
A. Material Beton
Berat Jenis (ρ) : 2400 kg/m3
Tegangan tekan (fc’)
Kolom : fc’ = 25 MPa
Balok : fc’ = 25 MPa
Pelat : fc’ = 25 MPa
Modulus Elastisitas (Ec) : 4700√𝑓𝑐′
Poison Ratio (v) : 0.2

B. Material Baja Tulangan


Berat Jenis (ρ) : 7850 kg/m3
Modulus Elastisitas (Ec) : 200000 MPa
Poison Ratio (v) : 0.3
Tegangan leleh (fy)
Tulangan Utama : 400 MPa
Tulangan Geser : 240 MPa
4. PRELIMINARY DESIGN / DESAIN AWAL
Preliminary design merupakan tahapan awal dalam perencanaan struktur.
a. Perencanaan Penampang Kolom
Batasan Dimensi Kolom berdasarkan SNI 2847 2019 Pasal 18.7.2.1 :
1. Dimensi penampang terkecil, diukur pada garis lurus yang melalui
pusat geometri, tidak kurang dari 300 mm.
2. Rasio dimensi penampang terkecil terhadap dimensi tegak lurusnya
tidak kurang dari 0,4. (b/h ≥ 0,4)

Untuk tulangan kolom ditentukan dengan formula berikut :


ρg = As/Ag; 0,01 < ρg < 0,06 (SNI 2847 2019 Pasal 18.7.4.1)

Direncanakan dimensi kolom yaitu 500/500. Dengan tulangan diambil


3% dari luas tulangan. Maka luas tulangan rencana adalah :

As = 3%. Ag = 3%. (500*500) = 7500 mm2

Untuk tulangan digunakan tulangan D22, maka jumlah tulangan pada


kolom adalah :

Luas D22 = 1/4. 22/7. (22)2 = 380,286 mm2

Jumlah tulangan yang dipakai


= As/Luas D22
= 7500 / 380,286
= 19,7 ≈ 20 buah

Maka digunakan kolom dengan dimensi 500/500, dengan tulangan pokok


20D22. Untuk tulangan Sengkang digunakan tulangan Ø10-100. Berikut
gambar detail penampang kolom.

b. Perencanaan Penampang Balok


Untuk menentukan tinggi minimum balok, perlu dihitung menggunakan
rumus pada tabel 9.3.1.1 SNI 1726:2019. Tabel di bawah hanya berlaku
untuk beton dengan tulangan mutu normal dan tulangan mutu 420 MPa.
Untuk ℓ merupakan Panjang bentang, digunakan ukuran bentang
terpanjang pada gambar denah. Pada denah bentang terpanjang adalah
8m. portal pada gambar merupakan perlekatan sederhana. Maka tinggi
minimum yang didapatkan adalah sebagai berikut.
𝑃 8000
ℎ𝑚𝑖𝑛 = = = 500𝑚𝑚
16 16
Maka tinggi minimum balok adala 500 mm.

Batasan Dimensi Balok berdasarkan SNI 2847 2019 Pasal 18.6.2.1


1. Bentang bersih, ln, harus minimal 4 kali tinggi efektif (ln ≥ 4d)
2. lebar penampang bw, harus sekurangnya nilai terkecil dari 0,3 h dan
250 mm (bw ≥ 0,3h atau 250 mm)
3. lebar penampang, bw, tidak boleh melebihi lebar kolom pendukung
ditambah nilai terkecil dari : lebar kolom atau ¾ kali dimensi kolom
dalam arah sejajar komponen lentur

Untuk lebar balok pada Batasan dimensi balok di atas, ditentukan dari nilai
terkecil antara 0,3h dan 250mm.
𝑏𝑚𝑖𝑛 = 0,3ℎ = 0,3. 500 = 150 𝑚𝑚 atau 250mm
Angka di atas merupakan lebar minimum, maka boleh menggunakan
nilai yang lebih besar. Diasumsikan lebar balok adalah 300mm.
Selain lebar minimum, lebar maksimum balok juga perlu diperhitungkan.
Diambil yang terkecil dari rumus berikut :
𝑏𝑚𝑎𝑥, 1 = 𝐶2 + 2 × 𝐶1
𝑏𝑚𝑎𝑥, 2 = 𝐶2 + 2 × 0,75 × 𝐶1
Dimana :
C1 = Panjang kolom
C2 = Lebar kolom

Maka,
𝑏𝑚𝑎𝑥, 1 = 500 + 2 × 500 = 1500 𝑚𝑚
𝑏𝑚𝑎𝑥, 2 = 500 + 2 × 0,75 × 500 = 1250 𝑚𝑚
Dari persamaan di atas bmax yang terkecil adalah bmax,2 = 1250 mm.
bmax,2 = 1250 mm > b = 300 mm OK!

Maka balok digunakan dimensi 300/500.

c. Perencanaan Pelat Lantai


Pelat lantai beton yang digunakan direncanakan memiliki tebal 15cm.
PEMODELAN STRUKTUR

Pemodelan struktur dan analisis struktur gedung dilakukan dengan bantuan program
aplikasi perhitungan struktur SAP 2000. Melalui program tersebut, akan diperoleh
output data berupa gaya-gaya dalam pada elemen struktur yang nantinya akan
menjadi dasar dalam perencanaan struktur. Pemodelan dengan bantuan SAP 2000
juga dapat diketahui perilaku/respon struktur gedung secara keseluruhan dalam
menerima beban luar.

Struktur tersebut dimodelkan dan dianalisis sebagai portal 3 dimensi. Dalam


pemodelan struktur, pelat lantai dimodelkan sebagai elemen shell (area), sedangkan
balok dan kolom dimodelkan sebagai elemen frame (garis). Tumpuan struktur di-
restraint dengan jenis tumpuan jepit. Berikut langkah-langkah pemodelan struktur
dengan SAP2000 :

1. MEMBUAT GRID
Langkah pertama dalam pemodelan struktur adalah membuat grid sesuai dengan
gambar rencana. Saat aplikasi SAP2000 telah dijalankan, selanjutnya tekan pada
menu File -> New Model. Ubah unit satuan dengan kN, m, C. setelah itu klik
template Grid Only, sehingga muncul kotak dialog Quick Grid Lines.
Isilah jumlah grid dan jarak grid sesuai dengan gambar rencana. Setelah itu klik OK.

Jika jarak setiap grid tidak simetris, maka grid dapat diubah dengan cara klik kanan
pada layer -> Edit Grid Data -> Modify/Show System.
Ubahlah jarak grid sesuai dengan gambar rencana. Setelah itu klik OK.
Tetapi jika bangunan simetris, tidak perlu mengubah jarak.

2. MEMASUKKAN MATERIAL, PENAMPANG KOLOM, BALOK DAN PELAT


Masukkan material yang sesuai dengan yang direncanakan. Setelah itu buat
penampang kolom, balok dan pelat.
a. Untuk memasukkan material beton bertulang.
Klik Menu Define > Materials > Add New Material
Ubahlah region menjadi User, dan pilih concrete. Lalu klik OK.
Isi spesifikasi material beton sesuai dengan yang direncanakan.
b. Untuk memasukkan material baja tulangan.
Klik Menu Define > Materials > Add New Material

Ubahlah region menjadi User, dan pilih Rebar. Lalu klik OK.

Isi spesifikasi material baja sesuai dengan yang direncanakan.


c. Untuk membuat penampang kolom.
Klik menu Define > Section Properties > Frame Section > Add New
Property. Maka akan muncul dialog box seperti gambar di bawah ini.
Ubah Frame Section Property Type menjadi Concrete. Lalu klik bentuk
penampang sesuai dengan yang direncanakan.

Ubah Material sesuai dengan material yang digunakan, isilah dimensi penampang
kolom sesuai dengan ukuran yang direncanakan. Setelah itu klik Concrete
Reinforcement untuk memasukkan tulangan.
Pada Rebar Material ubahlah Longitudinal Bars dan Confinement Bars sesuai
dengan material yang direncanakan. Pada Design Type pilih Column. Pada
Reinforcement Configuration pilih Rectangular. Pada Confinement Bars pilih
Ties. Pada Longitudinal Bars-Rectangular Configuration dan Confinement
Bars, isilah sesuai dengan yang direncanakan. Untuk mengetahui diameter tulangan
pada Longitudinal Bar Size dan Confinement Bar Size, tekan tanda (+), maka
akan muncul dialog box seperti di bawah ini.
Kita dapat mencari diameter tulangan yang kita butuhkan. Tetapi jika tidak terdapat
diameter tulangan yang sesuai, kita dapat memasukkan data – datanya pada Bar ID,
Bar Area dan Bar Diameter. Setelah itu tekan Add, maka diameter tulangan yang
kita masukkan akan muncul pada tabel seperti di bawah ini.

Setelah itu tekan OK, maka kita dapat memilih tulangan pada Longitudinal Bar Size
dan Confinement Bar Size.
Pada Check/Design, Pilih Reinforcement to be Design. Lalu klik OK.

Maka akan muncul tampilan kolom seperti ini, lalu klik OK.
d. Untuk membuat penampang balok.
Klik menu Define > Section Properties > Frame Section > Add New
Property. Maka akan muncul dialog box seperti gambar di bawah ini.

Ubah Frame Section Property Type menjadi Concrete. Lalu klik bentuk
penampang sesuai dengan yang direncanakan.

Ubah Material sesuai dengan material yang digunakan, isilah dimensi


penampang balok sesuai dengan ukuran yang direncanakan. Setelah itu klik
Concrete Reinforcement untuk memasukkan tulangan.
Pada Rebar Material ubahlah Longitudinal Bars dan Confinement Bars
sesuai dengan material yang direncanakan. Pada Design Type pilih Beam.
Pada Concrete Cover to Longitudinal Rebar Center, isilah sesuai dengan
yang direncanakan. Lalu klik OK.

e. Untuk membuat penampang pelat.


Klik menu Define > Section Properties > Area Section > Add New
Section. Maka akan muncul dialog box seperti gambar di bawah ini.
Pilih Shell-Thin pada menu Type . Pada Material Name sesuaikan dengan
material yang digunakan. Pada menu Thickness, isilah sesuai dengan tebal
yang direncanakan. Setelah itu klik Modify/Show Shell Design Parameters
untuk memasukkan tulangan.
Pada Rebar Material ubahlah Material sesuai dengan material yang
direncanakan. Pada Rebar Layout Options pilih Default. Lalu klik OK.

3. MENGGAMBAR FRAME DAN AREA (BALOK, KOLOM DAN PELAT)


Frame dan Area digambarkan pada grid-grid yang ada.
a. Kolom
Untuk menggambar kolom pada grid, digunakan jenis elemen frame, dengan
cara klik pada menu bar Draw > Draw Frame/Cable/Tendon Object >
Straight Frame. Pilih jenis kolom yang akan digambar.

Gambarlah kolom sesuai dengan gambar rencana.


b. Balok
Untuk menggambar balok pada grid, digunakan jenis elemen frame, dengan
cara klik pada menu bar Draw > Draw Frame/Cable/Tendon Object >
Straight Frame. Pilih jenis balok yang akan digambar.

Gambarlah balok sesuai dengan gambar rencana.


c. Pelat
Untuk menggambar pelat pada grid, digunakan jenis elemen Area, dengan cara
klik pada menu bar Draw > Draw Poly Area. Pilih jenis pelat yang akan
digambar.

Gambarlah pelat sesuai dengan gambar rencana.

Setelah semua elemen digambar, maka akan terlihat gambar 3D nya seperti
gambar di bawah ini.
4. ASSIGN PERLETAKAN/TUMPUAN
Pada struktur kolom perlu diberikan perletakan atau tumpuan pada lantai dasar. Pada
area dasar pilihlah semua titik kolom, kemudian pada menu bar klik Assign > Joint
> Restraints pilih jenis tumpuan (fix) Jepit. Lalu klik OK.
Beginilah tampilannya setelah diberikan perletakan atau tumpuan.
PEMBEBANAN

Beban – beban yang direncanakan bekerja pada struktur bangunan terdiri beban
mati, beban hidup, beban angin, dan beban hujan. Seluruh beban
dikombinasikan sesuai dengan kombinasi beban yang diatur pada SNI 1726-
2019.

1. BEBAN MATI
Beban mati didefinisikan sebagai berat dari semua material yang terpasang pada
struktur secara permanen dan kokoh. Beban mati terdiri dari beban mati sendiri
dan beban mati tambahan. Beban mati ditentukan berdasarkan berat jenis
bahan bangunan yang digunakan yang berpedoman kepada Pedoman
Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung (PPPURG 1987) dan SNI
1727 2019 Beban Mnimum Untuk Perancangan Gedung.

Super imposed dead load adalah beban mati yang sifatnya tambahan dan
permanen, namun berasal dari elemen non-struktural. Beban SIDL yang
digunakan dalam perencanaan gedung ini adalah terdiri dari beban dinding,
beban pada plat, dan beban atap.

Adapun beban mati sendiri dan beban mati tambahan yang diperhitungkan adalah
sebagai berikut.
a. Beton bertulang : 2.4 kN/m3
b. Baja : 7.85 kN/m3
c. Pasangan dinding bata : 2.5 kN/m2
d. Beban keramik : 0.77 kN/m2
e. Screed (Per mm) : 0.023 kN/m2
f. Suspended Steel Channel System : 0.10 kN/m2
g. Plafond Gypsum (Per mm) : 0.008 kN/m2

Untuk memasukkan pembebanan, klik Define > Load Patterns. Perhitungan


pembebanan kategori berat sendiri pada struktur, dihitung secara otomatis oleh
software dengan mengaktifkan faktor pengali self weight multiplier.
A. Beban Dinding
Beban dinding di-input sebagai beban garis pada elemen frame sebesar 2.5
kN/m2. Agar dapat mengubah beban dinding menjadi beban garis maka berat
dinding dikali dengan tinggi bersih dinding.

Tinggi bersih dinding = tinggi lantai – tinggi balok = 4 – 0,5 = 3,5 m


Maka beban garis dinding = 3,5 m x 2,5 kN/m2 = 8,75 kN/m

Cara memasukkan beban garis merata pada frame adalah pilih frame yang dikenai
beban, pada menu bar klik Assign > Frame Loads > Distributed.
Pada Load Pattern Name ubah menjadi SIDL. Pada Units ubah menjadi
satuan yang digunakan. Setelah itu masukan nilai beban dinding pada
Uniform Load. Lalu klik OK.

B. Beban pada Plat


Beban SIDL pada pelat lantai terdiri dari beban keramik, ducting, penggantung,
dan plafond dengan rincian:

No Material Tebal Berat Beban


1 Beban keramik 0,77 kN/m2 0,77 kN/m2
2 Screed (Per mm) 50 mm 0,023 kN/m2 1,15 kN/m2
3 Suspended Steel Channel System 0,1 kN/m2 0,1 kN/m2
4 Plafond Gypsum (Per mm) 9 mm 0,008 kN/m2 0,072 kN/m2
Beban Pada Plat Lantai 2 2,092 kN/m2
Beban Pada Plat Lantai 3 1,322 kN/m3
Cara memasukkan beban area pada plat adalah pilih plat yang dikenai beban,
pada menu bar klik Assign > Area Loads > Uniform (shell).
Pada Load Pattern Name ubah menjadi SIDL. Pada Units ubah menjadi satuan
yang digunakan. Setelah itu masukkan nilai beban pada plat pada Uniform
Load. Lalu klik OK.
2. BEBAN HIDUP
Beban hidup adalah beban yang diakibatkan oleh pengguna dan penghuni
bangunan gedung atau struktur lain yang tidak termasuk beban konstruksi dan
beban lingkungan, seperti beban angin, beban hujan, beban gempa, beban
banjir, atau beban mati. Beban hidup pada struktur terbagi menjadi dua jenis,
yaitu beban hidup (Live Load) dan beban hidup pada atap (Roof Live Load).
Besarnya beban hidup dapat ditentukan sesuai dengan peraturan bangunan
yang berlaku dimana nilainya bervariasi sesuai dengan jenis penggunaan dari
struktur tersebut.

Beban hidup berupa beban luasan yang ditinjau berdasarkan fungsi bangunan
yang direncanakan yaitu ruko, berdasarkan SNI 1727 2019 Beban Minimum
Untuk Perancangan Gedung.
-Beban hidup Grosir : 6 kN/m2
-Beban hidup dak/atap : 0,96 kN/m2

Beban hidup di-input pada plat. Cara memasukkan beban area pada plat adalah
pilih plat yang dikenai beban, pada menu bar klik Assign > Area Loads >
Uniform (shell).

Pada Load Pattern Name ubah menjadi L. Pada Units ubah menjadi satuan
yang digunakan. Setelah itu masukkan nilai beban pada plat pada Uniform
Load. Lalu klik OK.
3. BEBAN GEMPA
Perencanaan ketahanan struktur terhadap gempa merujuk kepada SNI 03 1726
2019. Beban gempa dimodelkan dengan analisis respon spektrum. Pada analisis
respon spektrum, nilai percepatan tanah akibat gempa didapatkan dari lokasi
bangunan dengan menginput data koordinat lokasi bangunan pada website
Respon Spektra Indonesia (rsa.ciptakarya.pu.go.id/2021) atau pada aplikasi
RSA2019.

Didapatkan data – data berikut :


PGA = 0.554696 g Fv = 2.000000
PGAm = 0.635296 g Sms = 1.176797 g
CRs = 0.000000 Sm1 = 1.200000 g
CR1 = 0.000000 Sds = 0.784531 g
Ss = 1.402857 g Sd1 = 0.800000 g
S1 = 0.600000 g T0 = 0.203943 detik
TL = 20.000000 Ts = 1.019717 detik
detik Fa = 0.838857
Selanjutnya, hasil output data diinputkan pada program analisis struktur (SAP2000).
Pada menu bar klik Define > Function > Response Spectrum.

Maka akan muncul kotak dialog seperti gambar di bawah ini.

Pada Choose Function Type to Add, pilih From File. Setelah itu Add New Function.
Ubah Function Name. Pada Values are, pilih Period vs Value. Lalu pada Function
File, klik Browse lalu pilih file response spectrum. Pada Function Graph, klik
Display Graph untuk melihat grafik.
Selanjutnya, Klik Define => Load Cases => Modify/Show Load Case, pada
bagian Qx dan Qy atau load patterns beban gempa.

Ganti Load Case Type menjadi Response Spectrum, Directional Combination


menjadi SRSS, lalu pada Loads Applied, masukkan U1 pada Load Case Qx dan U2
pada Qy, pada Function pilih file Respon Spectrum yang telah dimasukkan dan
masukkan Scale Factor. Sebelum itu kita harus menghitung Scale Factor.
Untuk menghitung Scale Factor, digunakan rumus berikut :

Untuk EQx :
G.Ie
U1 = 100% x
R
G.Ie
U2 = 30% x
R

Untuk EQy :
G.Ie
U1 = 30% x
R
G.Ie
U2 = 100% x
R
Dimana :
G = gaya gravitasi (9,81 m/s2)
Ie = Faktor keutamaan gempa
R = Koefisien modifikasi
respon

Kita dapat melihat nilai Ie dan R pada SNI 1726:2019. Untuk mendapatkan nilai Ie
(Faktor Keutamaan Gempa), kita harus menentukan kategori risiko terlebih dahulu,
yang dapat dilihat pada tabel 3 SNI 1726:2019.

Untuk bangunan ruko digunakan kategori risiko II.


Untuk menentukan Ie kita dapat melihat tabel 4 pada SNI 1726 2019, dari kategori
risiko tersebut didapatkan nilai faktor keutamaan gempa (Ie) yaitu 1. Untuk koefisien
modifikasi respon (R) digunakan SRPMK dengan nilai R yaitu 8, dapat dilihat pada
tabel 12 pada SNI 1726 2019.

Maka skala factor dapat dihitung :


Untuk EQx :
U1 = 100% x G.Ie = 100% x 9,81.(1) = 1,22625
R 8
G.Ie 9,81.(1)
U2 = 30% x = 30% x = 0,367875
R 8

Untuk EQy :
G.Ie 9,81.(1)
U1 = 30% x = 30% x = 0,367875
R 8
G.Ie 9,81.(1)
U2 = 100% x = 100% x = 1,22625
R 8

Masukkan Scale Factor pada load case Qx dan Qy seperti gambar di bawah ini.
Lalu klik OK.
4. KOMBINASI BEBAN
Adapun kombinasi pembebanan yang digunakan mengacu pada kombinasi pembebanan
untuk gedung berdasarkan SNI 1727:2020.
Kombinasi
Dasar 1.4D
1.2D + 1.6L + 0.5 (Lr atau R)
1.2D + 1.6 (Lr atau R) + (L atau 0.5 W)
1.2D + 1.0 W + L + 0.5 (Lr atau R)
0.9D + 1.0 W
Kombinasi dengan pengaruh beban seismik :
(1,2 + 0,2SDS)D+E+L
(0,9 – 0,2SDS)D+E

Dimana :
D = Beban Mati
L = Beban Hidup
Lr = Beban Hidup
Atap R = Beban
Hujan
W = Beban Angin
E = Beban Gempa
SDS = Parameter Percepatan Spektrum Respons Desain pada Periode Pendek

Untuk membuat kombinasi gempa. Digunakan data SDS yang didapatkan dari website
puskim atau aplikasi RSA2019. Nilai SDS yang didaptkan adalah 0.784531 g.

Kombinasi pengaruh beban seismic atau gempa di atas dikembangkan menjadi :


a. (1,2 + 0,2 SDs) D + L + 100%ρEQx + 30%ρEQy
b. (1,2 + 0,2 SDs) D + L + 100%ρEQx - 30%ρEQy
c. (1,2 + 0,2 SDs) D + L - 100%ρEQx + 30%ρEQy
d. (1,2 + 0,2 SDs) D + L - 100%ρEQx - 30%ρEQy
e. (1,2 + 0,2 SDs) D + L + 30%ρEQx + 100%ρEQy
f. (1,2 + 0,2 SDs) D + L + 30%ρEQx - 100%ρEQy
g. (1,2 + 0,2 SDs) D + L - 30%ρEQx + 100%ρEQy
h. (1,2 + 0,2 SDs) D + L - 30%ρEQx - 100%ρEQy
i. (0,9 - 0,2 SDs) D + 100%ρEQx + 30%ρEQy
j. (0,9 - 0,2 SDs) D + 100%ρEQx - 30%ρEQy
k. (0,9 - 0,2 SDs) D - 100%ρEQx + 30%ρEQy
l. (0,9 - 0,2 SDs) D - 100%ρEQx - 30%ρEQy
m. (0,9 - 0,2 SDs) D + 30%ρEQx + 100%ρEQy
n. (0,9 - 0,2 SDs) D + 30%ρEQx - 100%ρEQy
o. (0,9 - 0,2 SDs) D - 30%ρEQx + 100%ρEQy
p. (0,9 - 0,2 SDs) D - 30%ρEQx - 100%ρEQy
Untuk mengetahui nilai ρ atau koefisien redundansi, dapat dilihat pada SNI
1726:2019, pasal 7.3.4. Sebelum itu kita perlu menentukan kategori desain
seismiknya terlebih dahulu yang dapat dilihat pada SNI 11726:2019 pasal 6.5., tabel
8 dan tabel 9.

Dari data yang didapatkan, nilai SDS adalah 0.784531 g dan nilai SD1 adalah 0.80000 g.
Dapat kita lihat pada tabel di atas bahwa kategori desain seismik yang didapatkan
adalah kategori D.

Setelah itu kita dapat menetukan nilai factor redundansi untuk kategori desain
seismik D, yang dapat dilihat pada SNI 1726:2019 pasal 7.3.4.2.

Berdasarkan nilai SDs yang diperoleh yaitu 0.784531 dan nilai koefisian redundansi (ρ)
yaitu 1,3, maka dimasukkan kombinasi gempa seperti pada tabel berikut ke SAP2000.
1,3569 D + 1 L + 1.3 Qx + 0.39 Qy
1,3569 D + 1 L + 1.3 Qx - 0.39 Qy
1,3569 D + 1 L - 1.3 Qx + 0.39 Qy
1,3569 D + 1 L - 1.3 Qx - 0.39 Qy
1,3569 D + 1 L + 0.39 Qx + 1.3 Qy
1,3569 D + 1 L + 0.39 Qx - 1.3 Qy
1,3569 D + 1 L - 0.39 Qx + 1.3 Qy
1,3569 D + 1 L - 0.39 Qx - 1.3 Qy
0,7431 D + 1.3 Qx + 0.39 Qy
0,7431 D + 1.3 Qx - 0.39 Qy
0,7431 D - 1.3 Qx + 0.39 Qy
0,7431 D - 1.3 Qx - 0.39 Qy
0,7431 D + 0.39 Qx + 1.3 Qy
0,7431 D + 0.39 Qx - 1.3 Qy
0,7431 D - 0.39 Qx + 1.3 Qy
0,7431 D - 0.39 Qx - 1.3 Qy

Untuk memasukkan kombinasi pada SAP2000, klik Define => Load


Combinations.

Lalu muncul kotak dialog seperti gambar di bawah, lalu tekan Add New Combo.
Masukkan kombinasi, pada Load Combination Name isilah dengan nama
kombinasi, pada Load Combination Type untuk kombinasi yang tidak ada
pengaruh beban seismik atau beban gempa menggunakan Linear Add. Setelah
itu pilihlah beban pada Load Case Name, dan isi Scale Factor sesuai dengan
kombinasi, lalu Add. Lalu tekan OK.
Untuk kombinasi dengan pengaruh beban seismik, pada Load Combination
Name isilah dengan nama kombinasi, pada Load Combination Type
menggunakan SRSS.

Setelah itu pilihlah beban pada Load Case Name, dan isi Scale Factor sesuai
dengan kombinasi, lalu Add. Lalu tekan OK.
Untuk mempermudah dalam memasukkan kombinasi selanjutnya, pilih
kombinasi yang hampir serupa lalu tekan Add Copy of Combo.

Setelah itu edit Load Case yang akan diubah Scale Factor nya, lalu tekan
Modify. Lalu tekan OK.
Buatlah kombinasi Envelope, dengan mengisi Load Combination Name
dengan Envelope, Load Combination Type diubah menjadi Envelope. Lalu
masukkan kombinasi – kombinasi yang telah dibuat dengan Scale Factor = 1.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Berikut kombinasi – kombinasi yang telah dimasukkan. Setelah itu tekan OK.
ANALISIS STRUKTUR

Setelah melakukan pemodelan dan input pembebanan, tahapan selanjutnya


adalah Running Analysis untuk memperoleh output dari pemodelan. Output yang
dimaksud adalah gaya dalam maksimum dan deformasi struktur. Berikut
Langkah
– Langkah analisis struktur.

1. RUN ANALYSIS
Langkah untuk Run Analysis adalah sebagai berikut.
Sebelum melakukan Running, harus melakukan Set Analysis terlebih dahulu,
dengan cara klik Analyze=>Set Analysis Options.

Maka akan muncul kotak dialog seperti gambar di bawah ini. Pada kotak
dialog tersebut pilihlah jenis bangunan yang akan dianalisis. Karena bangunan
kita adalah bangunan 3D-Frame. Maka pilihlah gambar frame yang berbentuk
3D yaitu Space Frame.
Setelah itu barulah kita dapat melakukan Running dengan cara klik Analyze
=> Run Analysis.

Maka akan muncul kotak dialog seperti di bawah ini, untuk Modal dibuat Do Not
Run saja, setelah itu tekan Run Now.
2. REAKSI PERLETAKAN (JOINT REACTIONS)
Selanjutnya setelah dilakukan Running, kita akan memunculkan Reaksi
Perletakan/Reaksi Tumpuan pada bangunan dengan cara klik
Display=>Show Forces/Stresses=>Joints.

Maka akan muncul kotak dialog seperti di bawah ini, pada Case/Combo pilih
Envelope. Lalu centang Show Results as Arrows dan klik OK.
Maka kita dapat melihat Reaksi Perletakan bangunan pada gambar di bawah.

Selanjutnya untuk memunculkan tabel Reaksi Perletakannya. Pilih semua


tumpuan. Lalu klik Display=>Show Tables.
Lalu pilih Joint Output dan silang Reactions, setelah itu tekan OK.

Maka akan muncul tabel seperti gambar di bawah, lalu tekan Export All
Tables=>To Excel.
Maka kita dapat mencari Reaksi Perletakan maksimal dengan menggunakan
formula di Excel.

F1 F2 F3
Reaksi Perletakan
KN KN KN
Max 59,003 57,293 1458,275
Min -59,003 -57,293 -835,064

3. GAYA DALAM (GAYA AKSIAL, GESER DAN MOMEN)


Untuk memunculkan gaya dalam dapat dilakukan dengan cara klik
Display=>Show Forces/Stresses=>Frames/Cables/Tendons.
Maka akan muncul kotak dialog seperti gambar di bawah ini, pada Case/Combo
pilih Envelope. Pada Type pilih Force. Pada Component pilih sesuai dengan
gaya dalam yang ingin dimunculkan, Moment 3-3 untuk Momen Lentur,
Shear 2-2 untuk Gaya Geser dan Axial Force untuk Gaya Aksial. Pada
Scaling pilih Auto. Pada Options Pilih Show Values on Diagram, lalu tekan
OK.
Maka akan muncul gaya dalamnya seperti gambar di bawah.
Selanjutnya untuk memunculkan tabel gaya dalamnya. Lalu klik Display=>Show
Tables.

Lalu pilih Element Output dan silang Frame Output, setelah itu tekan OK.
Maka akan muncul tabel seperti di bawah.
Lalu tekan Export All Tables=>To Excel.

Maka kita dapat mencari Gaya Dalam maksimal dengan menggunakan formula di
Excel.
P V2 M3
Gaya Dalam (kNm)
(kN) (kN)
Max 835,064 70,608 137,7819
Min -1458,275 -70,608 -137,7819

Jika ingin memunculkan gaya dalam per elemen, dapat dilakukan dengan memili
elemennya dengan cara klik Select=>Select=>Properties=> Frame
Sections.

Jika ingin memilih balok pilihlah elemen balok, lalu tekan OK.
Setelah elemenya terpilih, selanjutnya klik Display=>Show Tables.
Lalu tekan Export All Tables=>To Excel.

Maka kita dapat mencari Gaya Dalam maksimal dengan menggunakan formula di
Excel.

P V2 M3
Gaya Dalam Balok
kN kN kNm
Max 2,893 70,608 93,489
Min -3,752 -70,608 -96,1414
Untuk kolom juga dilakukan dengan cara yang sama, klik
Select=>Select=>Properties=> Frame Sections.

Pilih kolom lalu tekan OK.


Setelah elemenya terpilih, selanjutnya klik Display=>Show Tables. Lalu tekan
Export All Tables=>To Excel.

Maka kita dapat mencari Gaya Dalam maksimal dengan menggunakan formula di
Excel.

P V2 M3
Gaya Dalam Kolom
kN kN kNm
Max 835,064 59,003 137,7819
Min -1458,28 -59,003 -137,782
4. SIMPANGAN (DISPLACEMENT)
Untuk memunculkan simpangan dapat dilakukan dengan cara klik
Display=>Show Deformed Shape.

Maka akan muncul kotak dialog seperti gambar di bawah ini, pada Case/Combo
pilih Envelope. Pada Scaling pilih Auto. Pada Options Pilih Wire Shadow, lalu
tekan OK.
Maka kita dapat melihat simpangan yang terjadi pada bangunan.
Sama seperti sebelumnya untuk memunculkan tabel simpangannya adalah
dengan cara klik Display=>Show Tables.
Lalu pilih Joint Output dan silang Displacement, setelah itu tekan OK.

Lalu tekan Export All Tables=>To Excel.


Maka kita dapat mencari Simpangan maksimal dengan menggunakan formula di
Excel.

U1 U2 U3
Displacement
mm mm mm
Max 8,298 9,806 0,771
Min -8,298 -9,806 -1,27

5. DESAIN
Untuk mendesain elemen struktur kolom dan balok dapat dilakukan dengan
menggunakan Gaya Dalam Ultimit yang didapatkan.

a. Balok
Tabel berikut menunjukan gaya dalam ultimit pada balok.

P V2 M3
Gaya Dalam Balok
kN kN kNm
Max 2,893 70,608 93,489
Min -3,752 -70,608 -96,1414

Untuk mendesain tulangan utama balok, digunakan nilai momen ultimit.


1) Data Geometri Balok
Lebar Balok (b) = 300 mm
Tinggi Balok (h) = 500 mm
Panjang Balok (L) = 8000 mm
Selimut Bersih (s) = 40 mm
Panjang Kolom (C1) = 500 mm
Lebar Kolom (C2) = 500 mm

2) Material
Kuat tekan beton (fc’) = 25 MPa
Kuat leleh baja tulangan longitudinal (fy) = 400
MPa Kuat leleh baja tulangan transversal (fy) = 240
MPa
3) Diameter Tulangan
Diameter maksimal tulangan longitudinal = 500 / 20 = 25 mm
Diameter tulangan longitudinal (db) = 16 mm
Diameter tulangan sengkang (ds) = 10 mm

4) Tulangan Sengkang
Jumlah kaki tulangan Sengkang =2
Spasi tulangan Sengkang = 100 mm

5) Gaya Dalam
Momen Negatif (Mu-) = -96,1414 kNm
Momen Positif (Mu+) = 93,489 kNm
Geser ultimit (Vu) = 70,608 kN
Geser akibat gravitasi (Vg) = 60,38 kN
Gaya aksial (Pu) = 3,752 kN

Parameter Material dan Geometri

1) Faktor Material Beton (SNI 2847:2019 tabel 22.2.24.3)

Karena fc’ = 25 MPa < 28 MPa, maka β1 = 0,85


2) Regangan leleh baja tulangan

𝑓𝑦 400 = 0,002
𝜀𝑦 = 𝐸𝑠
= 200000

3) Tinggi efektif balok


d = h – s – ds – db/2
d = 500 – 40 – 10 – 16/2
d = 442 mm

4) Panjang bersih balok


Ln = 8000 – 500 = 7500 mm

Pengecekan Syarat Geometri

Bentang bersih minimum (Ln, min) =4xd


(SNI 2847:2019 pasal 18.6.2) = 4 x 442
= 1768 mm < 7500 mm OK!
Syarat Lebar Minimum (bmin) = Min (0,3h ; 250)
(SNI 2847:2019 pasal 18.6.2) = Min (0,3 x 500 ; 250)
= Min (150 mm ; 250 mm)
= 150 mm < 300 mm OK!

Syarat lebar maksimum, (SNI 2847:2019 pasal 18.6.2)


bmax, 1 = C2 + 2 x C1
= 500 + 2 x 500
= 1500 mm
bmax, 2 = C2 + 2 x 0,75 x C1
= 500 + 2 x 0,75 x 500
= 1250 mm
bmax = min (bmax,1 ; bmax, 2)
= min (1500 ; 1250)
= 1250 mm > 300 mm OK!

Desain Lentur

1) Tumpuan atas (kiri dan kanan), kondisi 1


Momen ultimit (Mu) = 96,1414 kNm = 96141400 Nmm
Mu ≤ ΦMn
Mu = ΦMn
Mu = Φ As . fy . jd
As = .fy𝑀𝑢 2
= 0,8× 400 × (0,85 × 442) = 799,69 mm
Φ 96141400
.jd
Asumsi diameter tulangan lentur adalah 16 mm.
As D16 = ¼. 22/7. 162 = 201,1429 mm2
Jumlah tulangan (n) = As / As D16
= 799,69 / 201,1429
= 3,98 ≈ 4 buah
Jarak bersih tulangan (sl) = (b – (2.s) – (2.ds) – (n.db))/(n-1)
= (300 – (2.40) – (2.10) – (4.16))/(4-1)
= 45,3 mm > 25 mm OK!
Luas tulangan total (As) = 4 x (1/4. 22/7. (16 )) = 804,2 mm2
2
804,2
Rasio luas tulangan (ρ) = 𝐴𝑠 = = 0,61%
𝑏 ×𝑑 300 ×442
Luas tulangan minimum (As, min), (SNI 2847:2019 pasal 9.6.1.2)

√𝑓𝑐′
= max ×𝑏 ×𝑑
4 ×𝑓𝑦

1,4
𝑓𝑦 ×𝑏 ×𝑑

√25
= max × 300 × 442
4 ×400

1,4
400 × 300 × 442
= max 414,4 mm2

464,1 mm2

= 464,1 mm2 < 804,2 mm2 OK!

Rasio luas tulangan maksimum (ρmax), (SNI 2847:2019 pasal 18.6.3.1)


= 2,50% > 0,61% OK!

Tinggi blok beton (a), (SNI 2847:2019 pasal 22.2.2.4.1)


𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 804,2 × 400
= = = 50,46 𝑚𝑚
0,85 ×𝑓𝑐𝘍×𝑏 0,85 ×25×300

Tinggi daerah tekan beton (c), (SNI 2847:2019 pasal 22.2.2.4.1)


50,64
𝑎 = = 59,37 𝑚𝑚
= 𝛽1 0,85

Regangan tulangan terluar (εs)


𝑑−𝑐
442−59,37
= × 0,003 = × 0,003 = 0,0193
𝑐 59,37

εs = 0,0149 > εy = 0,002, maka tulangan sudah leleh  fs = fy

Faktor reduksi (Φ), (SNI 2847:2019 tabel 21.2.2) = 0,90

Kapasitas lentur terfaktor (ΦMn)


ΦMn = Φ x As x fy x (d – a/2)
= 0,90 x 804,2 x 400 x (442 – 63,078/2)
= 120,667 kNm > 96,141 kNm OK!

Momen nominal tumpuan negatif (Mn) = 120,667/0,90 = 134,074 kNm

Digunakan 4 baja tulangan D16 pada tumpuan atas, dipasang 1 lapis.


2) Tumpuan bawah (kiri dan kanan), kondisi 2
Momen ultimit (Mu) = 93,489 kNm = 93489000 Nmm
50% Mn- = 50% x 134,074 = 67,037 kNm
-
50% Mn < Mu, maka digunakan Mu = 93,489 kNm
Mu ≤ ΦMn
Mu = ΦMn
Mu = Φ As . fy . jd
As = .fy𝑀𝑢 2
= 0,8× 400 × (0,85 × 442) = 777,62 mm
Φ 93489000
.jd
Asumsi diameter tulangan lentur adalah 16 mm.
As D16 = ¼. 22/7. 162 = 201,1429 mm2
Jumlah tulangan (n) = As / As D16
= 777,62 / 201,1429
= 3,87 ≈ 4 buah
Jarak bersih tulangan (sl) = (b – (2.s) – (2.ds) – (n.db))/(n-1)
= (300 – (2.40) – (2.10) – (4.16))/(4-1)
= 45,3 mm > 25 mm OK!
Luas tulangan total (As) = 4 x (1/4. 22/7. (16 )) = 804,2 mm2
2
804,2
Rasio luas tulangan (ρ) = 𝐴𝑠 = = 0,61%
𝑏 ×𝑑 300 ×442
Luas tulangan minimum (As, min), (SNI 2847:2019 pasal 9.6.1.2)

√𝑓𝑐′
= max ×𝑏 ×𝑑
4 ×𝑓𝑦

1,4
𝑓𝑦 ×𝑏 ×𝑑

√25
= max × 300 × 442
4 ×400

1,4
400 × 300 × 442

= max 414,4 mm2

464,1 mm2

= 464,1 mm2 < 804,2 mm2 OK!

Rasio luas tulangan maksimum (ρmax), (SNI 2847:2019 pasal 18.6.3.1)


= 2,50% > 0,61% OK!

Tinggi blok beton (a), (SNI 2847:2019 pasal 22.2.2.4.1)


𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 804,2 × 400
= = = 50,46 𝑚𝑚
0,85 ×𝑓𝑐𝘍×𝑏 0,85 ×25×300

Tinggi daerah tekan beton (c), (SNI 2847:2019 pasal 22.2.2.4.1)


50,64
𝑎 = = 59,37 𝑚𝑚
= 𝛽1 0,85
Regangan tulangan terluar (εs)
𝑑−𝑐
442−59,37
= × 0,003 = × 0,003 = 0,0193
𝑐 59,37

εs = 0,0149 > εy = 0,002, maka tulangan sudah leleh  fs = fy

Faktor reduksi (Φ), (SNI 2847:2019 tabel 21.2.2) = 0,90

Kapasitas lentur terfaktor (ΦMn)


ΦMn = Φ x As x fy x (d – a/2)
= 0,90 x 804,2 x 400 x (442 – 63,078/2)
= 120,667 kNm > 93,489 kNm OK!
Mn+ = 120,667 / 0,9 = 134,074 kNm

Momen nominal tumpuan positif minimum (Mn,min)


(SNI 2847:2019 pasal 18.6.3.2)
Mn, min = 50% x Mn(-)
= 50% x 134,074
= 67,0371 kNm < Mn+ = 134,074 kNm OK!

Digunakan 4 baja tulangan D16 pada tumpuan bawah, dipasang 1 lapis.

3) Lapangan bawah, kondisi 3


Momen ultimit (Mu) = 93,489 kNm = 93489000 Nmm
Mu ≤ ΦMn
Mu = ΦMn
Mu = Φ As . fy . jd
As = .fy𝑀𝑢 2
= 0,8× 400 × (0,85 × 442) = 777,62 mm
Φ 93489000
.jd
Asumsi diameter tulangan lentur adalah 16 mm.
As D16 = ¼. 22/7. 162 = 201,1429 mm2
Jumlah tulangan (n) = As / As D16
= 777,62 / 201,1429
= 3,87 ≈ 4 buah
Jarak bersih tulangan (sl) = (b – (2.s) – (2.ds) – (n.db))/(n-1)
= (300 – (2.40) – (2.10) – (4.16))/(4-1)
= 45,3 mm > 25 mm OK!
Luas tulangan total (As) = 4 x (1/4. 22/7. (16 )) = 804,2 mm2
2
804,2
Rasio luas tulangan (ρ) = 𝐴𝑠 = = 0,61%
𝑏 ×𝑑 300 ×442
Luas tulangan minimum (As, min), (SNI 2847:2019 pasal 9.6.1.2)

√𝑓𝑐′
= max ×𝑏 ×𝑑
4 ×𝑓𝑦

1,4
𝑓𝑦 ×𝑏 ×𝑑

√25
= max × 300 × 442
4 ×400

1,4
400 × 300 × 442

= max 414,4 mm2

464,1 mm2

= 464,1 mm2 < 804,2 mm2 OK!

Rasio luas tulangan maksimum (ρmax), (SNI 2847:2019 pasal 18.6.3.1)


= 2,50% > 0,61% OK!

Tinggi blok beton (a), (SNI 2847:2019 pasal 22.2.2.4.1)


𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 804,2 × 400
= = = 50,46 𝑚𝑚
0,85 ×𝑓𝑐𝘍×𝑏 0,85 ×25×300

Tinggi daerah tekan beton (c), (SNI 2847:2019 pasal 22.2.2.4.1)


50,64
𝑎 = = 59,37 𝑚𝑚
= 𝛽1 0,85

Regangan tulangan terluar (εs)


𝑑−𝑐 442−59,37
= × 0,003 = × 0,003 = 0,0193
𝑐 59,37

εs = 0,0149 > εy = 0,002, maka tulangan sudah leleh  fs = fy

Faktor reduksi (Φ), (SNI 2847:2019 tabel 21.2.2) = 0,90

Kapasitas lentur terfaktor (ΦMn)


ΦMn = Φ x As x fy x (d – a/2)
= 0,90 x 804,2 x 400 x (442 – 63,078/2)
= 120,667 kNm > 93,489 kNm OK!
Mn, lap = 120,667 / 0,9 = 134,074 kNm

Momen nominal lapangan minimum (Mn,min)


(SNI 2847:2019 pasal 18.6.3.2)
Mn, min = 25% x Mn(-)
= 25% x 165,056
= 41,264 kNm < Mn,lap = 165,056 kNm OK!

Digunakan 4 baja tulangan D16 pada lapangan bawah, dipasang 1 lapis.

Untuk momen negative di tengah bentang, juga disediakan tulangan atas


4D16, ΦMn = 120,667 kNm.

4) Gambar penulangan tulangan lentur pada tumpuan dan lapangan.


Desain Geser

1) Probable momen Capacity


a) Momen untuk rangka bergoyang ke kanan

Kondisi 1 (Mu = 96,1414)


1,25.𝐴𝑠.𝑓𝑦 1,25.×804,248×400
apr1 = 0,85.𝑓𝑐𝘍.𝑏 = 0,85×25×300 = 63,08 𝑚𝑚

Tegangan Baja Probable (fpr) = 1,25 x fy


= 1,25 x 400 = 500 MPa
Mpr1 = As x fpr x (d – apr-/2)
= 804,248 x 500 x (442 – 63,08/2)
= 165,06 kNm

Kondisi 2 (Mu = 93,489)


1,25.𝐴𝑠.𝑓𝑦 1,25.×804,248×400
apr2 = 0,85.𝑓𝑐𝘍.𝑏 = 0,85×25×300 = 63,08 𝑚𝑚
Tegangan Baja Probable (fpr) = 1,25 x fy
= 1,25 x 400 = 500 MPa
Mpr2 = As x fpr x (d – apr-/2)
= 804,248 x 500 x (442 – 63,08/2)
= 165,06 kNm

b) Momen untuk rangka bergoyang ke kiri

Kondisi 1 (Mu = 96,1414)


1,25.𝐴𝑠.𝑓𝑦 1,25.×804,248×400
apr1 = 0,85.𝑓𝑐𝘍.𝑏 = 0,85×25×300 = 63,08 𝑚𝑚
Tegangan Baja Probable (fpr) = 1,25 x fy
= 1,25 x 400 = 500 MPa
Mpr1 = As x fpr x (d – apr-/2)
= 804,248 x 500 x (442 – 63,08/2)
= 165,06 kNm

Kondisi 2 (Mu = 93,489)


1,25.𝐴𝑠.𝑓𝑦 1,25.×804,248×400
apr2 = 0,85.𝑓𝑐𝘍.𝑏 = 0,85×25×300 = 63,08 𝑚𝑚
Tegangan Baja Probable (fpr) = 1,25 x fy
= 1,25 x 400 = 500 MPa
Mpr2 = As x fpr x (d – apr-/2)
= 804,248 x 500 x (442 –
63,08/2)
= 165,06 kNm

Mpr 2
Mpr 1
Bergoyang ke kanan

Mpr 2

Mpr 1
Bergoyang ke kiri
2) Diagram gaya geser
Reaksi geser di ujung – ujung balok akibat pembebanan struktur secara
gravitasi, Vg = 60,38 kN
a) Rangka bergoyang ke kanan
𝑀𝑝𝑟1+𝑀𝑝𝑟2 165,06+165,06
Vsway – ka = 𝐿𝑛 = 7,5 = 44,015 𝑘𝑁
Total reaksi geser di ujung kiri balok = Vg – Vsway-ka
= 60,38 – 44,015 kN
= 16,365 kN
Total reaksi geser di ujung kanan balok = Vg + Vsway-ka
= 60,38 + 44,015 kN
= 104,395 kN

Beban gravitasi
165,06 kNm

165,06 kNm
60,38 kN 60,38 kN

Vsway-ka = 44,015 kN Vsway-ka = 44,015 kN

16,365 kN 104,395 kN

b) Rangka bergoyang ke kiri


𝑀𝑝𝑟1+𝑀𝑝𝑟2 165,06+165,06
Vsway – ki = 𝐿𝑛 = 7,5 = 44,015 𝑘𝑁
Total reaksi geser di ujung kiri balok = Vg + Vsway-ki
= 60,38 + 44,015 kN
= 104,395 kN
Total reaksi geser di ujung kanan balok = Vg - Vsway-ki
= 60,38 – 44,015 kN
= 16,365 kN

Beban gravitasi
165,06 kNm

165,06 kNm
60,38 kN 60,38 kN

Vsway-ki = 44,015 kN Vsway-ki = 44,015 kN

104,395 kN 16,365 kN
3) Stirrups untuk gaya geser
a) Tumpuan
Gaya Geser Desain (Ve), (SNI 2847:2019 pasal 18.6.5.1)
Ve = Vg + Vsway = 60,38 + 44,015 = 104,395 kN

Gaya Geser Pakai (Vu)


Vu = max (Vu, tumpuan ; Ve)
= max (70,608 ; 104,395)
= 104,395 kN

Vc = 0 jika, (SNI 2847:2019 pasal 18.6.5.2)


Vpr ≥ Ve/2 dan Pu < (Ag x fc’)/20
Vpr ≥ Ve/2
44,015 < 52,1975

Pu < (Ag x fc’)/20


3,752 < 187,5

Vc diperhitungkan

Jumlah kaki (nvs) = 2


Luang tulangan Sengkang (Av) = nvs x ϖ/4 x d s2 = 2 x ϖ/4 x 102
= 157,08 mm2
Spasi Sengkang (ss) = 100 mm
Spasi maksimum (smax) = min d/4
(SNI 2847:2019 pasal 18.6.4.4) 6 x db
150

= min 442/4
6 x 16
150

= min 110,5
96
150

= 96 mm < 100 mm Not OK!


Diganti jarak tulangan menjadi 95 mm.

Tahanan geser beton (Vc), (SNI 2847:2019 pasal 18.6.5.2)


Vc = 0,17 × √𝑓𝑐′ × 𝑏 × 𝑑
= 0,17 × √25 × 300 × 442
= 112710 N = 112,71 kN
Tahanan geser baja (Vs), (SNI 2847:2019 pasal 22.5.10.5.3)
𝐴𝑣 ×𝑓𝑦𝑣 ×𝑑
Vs = min 𝑠
0,66 × √𝑓𝑐′ × 𝑏 × 𝑑

= min 157 ×240 ×442


95
0,66 × √25
× 300 × 442

= min 175400
437580

= 175400 N = 175,4 kN

Faktor Reduksi (Φ) = 0,75


(SNI 2847:2019 pasal 12.5.3.2)

Kapasitas Geser (ΦVn), (SNI 2847:2019 pasal 22.5.10.1)


ΦVn = Φ x (Vc + Vs)
= 0,75 x (112,71 + 175,4)
= 216, 083 kN > 104,395 kN OK!

Jadi pada tumpuan digunakan tulangan Sengkang 2 kaki diameter 10


mm dengan spasi 95 mm.

b) Lapangan

Jumlah kaki (nvs) =2


Luang tulangan Sengkang (Av) = nvs x ϖ/4 x ds2 = 2 x ϖ/4 x 102
= 157,08 mm2
Spasi Sengkang (ss) = 100 mm
Spasi maksimum (smax) = d/2
(SNI 2847:2019 pasal 18.6.4.6) = 442/2
= 221 mm > 100 mm OK!

Tahanan geser beton (Vc), (SNI 2847:2019 pasal 22.5.5.1)


Vc = 0,17 × √𝑓𝑐′ × 𝑏 × 𝑑
= 0,17 × √25 × 300 × 442
= 112710 N = 112,71 kN

Tahanan geser baja (Vs), (SNI 2847:2019 pasal 22.5.10.1)


𝐴𝑣 ×𝑓𝑦𝑣 ×𝑑
Vs = min 𝑠
0,66 × √𝑓𝑐′ × 𝑏 × 𝑑

= min 157 ×240 ×442


100
0,66 × √25 × 300 × 442

= min 166630
437580

= 166630 N = 166,63 kN

Faktor Reduksi (Φ) = 0,75


(SNI 2847:2019 pasal 12.5.3.2)

Kapasitas Geser (ΦVn), (SNI 2847:2019 pasal 22.5.10.1)


ΦVn = Φ x (Vc + Vs)
= 0,75 x (112,71 + 166,63)
= 209,505 kN > 70,608 kN OK!

Jadi pada lapangan digunakan tulangan Sengkang 2 kaki diameter 10


mm dengan spasi 100 mm.
4) Daerah penyaluran
Diperlukan hoops sepanjang 2h dari sisi (muka) kolom terdekat,
Jadi 2h = 2 x 500 = 1000mm

Hoops yang pertama dipasang pada jarak 50 mm dari muka kolom


terdekat, selanjutnya tulangan geser di tumpuan digunakan 2 kaki
diameter 10 mm dengan spasi 95 mm di daerah sepanjang 2h = 1000
mm dari muka kolom.

Smax tulangan geser di sepanjang balok SRPMK adalah d/2


Smax = d/2 = 442/2 = 221 mm

Jadi diluar daerah 2h, tulangan geser dapat dipasang dengan spasi 100
mm.

Panjang penyaluran (ℓd) momen di tengah bentang


ℓd = 48.db = 48 x 16 = 768 mm

Baja tulangan disalurkan harus diikat dengan hoops yang dipasang


dengan spasi maksimum yaitu yang terkecil di antara d/4 dan 100mm.

Smax = Min d/4 = 442/4 = 110,5 mm


100 mm

Smax = 100 mm

Maka spasi hoops di daerah penyambungan tulangan adalah 100 mm.


b. Kolom

Anda mungkin juga menyukai