Anda di halaman 1dari 2

SOSIALISASI SNI 1726:2019, Kementerian

PUPR Tingkatkan Pemahaman dan


Kompetensi tentang Bangunan Tahan
Gempa
8 September 2021

Jakarta – Sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah cincin api (ring of
fire) dan juga negara seismik aktif, Indonesia secara konstan menghadapi risiko
bencana gempa bumi dan vulkanik gunung api. Dengan kondisi tersebut,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mendorong
pemahaman dan peningkatan kemampuan kompetensi para ahli teknik sipil
terkait dengan SNI 1726:2019 untuk menjawab tantangan pengurangan risiko
kerusakan infrastruktur akibat bencana gempa.

Upaya penyebarluasan/alih informasi tentang pemahaman dan peningkatan


kemampuan kompetensi terkait SNI 1726:2019 dilakukan Kementerian PUPR
dengan menggelar Sosialisasi dan Workshop Nasional Penerapan SNI1726:2019
dengan tema Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non-Gedung. Kegiatan ini diinisiasi oleh Direktorat Bina
Teknik Permukiman dan Perumahan, Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR
melalui Pusat Studi Gempa Nasional (PuSGeN) secara daring selama 3 hari mulai
Selasa – Kamis (7-9/9/2021). 

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyampaikan penerapan infrastruktur


tahan gempa harus dilakukan secara terintegrasi, terkoordinasi, dan
berkelanjutan yang mengacu pada penyiapan, penyusunan, dan pemutakhiran
SNI bidang struktur serta konstruksi pada semua lini pembangunan di kawasan
wilayah rawan bencana. Selain itu juga tidak kalah penting sosialisasi, edukasi
serta literasi kepada masyarakat dan pelaku konstruksi.

“Untuk itu perlu adanya perubahan paradigma menjadi ‘membangun yang lebih
baik dan aman’. Lebih baik mengetahui risiko kegagalan bangunan sebelum
bencana terjadi daripada mengalami risiko setelah bencana (penanggulangan
bencana dari rensponsif menjadi preventif),” kata Menteri Basuki dalam
sambutannya yang dibacakan Direktur Jenderal Cipta Karya Diana Kusumastuti. 

Dalam mendukung kinerja pemerintah untuk mewujudkan bangsa yang tangguh


dan budaya aman bencana, Kementerian PUPR telah melakukan langkah-
langkah penting, di antaranya penguatan peraturan Perundang-undangan
penanggulangan bencana, peningkatan kapasitas dan kapabilitas penanganan
kedaruratan bencana, dan percepatan pemulihan pasca bencana dengan prinsip
build back better. 

“Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan terkait kegempaan dan


rekayasa kegempaan, pada tahun 2016 Kementerian PUPR mendirikan Pusat
Studi Gempa Nasional (PuSGen), sebuah knowledge hub di mana para ahli
gempa bumi dapat berkarya dan bertugas,” tutur Menteri Basuki. 

Direktur Bina Teknik Permukiman dan Perumahan, Ditjen Cipta Karya Dian
Irawati mengatakan dari serangkaian pengalaman bencana gempa yang terjadi
di Indonesia menunjukkan bahwa dampak bencana gempa didominasi oleh
gagalnya bangunan saat menahan beban akibat goncangan gempa yang kuat.
Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan yang terjadi bukan diakibatkan oleh
gempa, tapi oleh bangunan yang tidak tahan gempa.

“Dari kegiatan sosialisasi dan workshop ini diharapkan juga tercipta teknik
perancangan bangunan tahan gempa yang semakin efektif dan efisien serta
ditunjang juga oleh peran dari para perancang yang memiliki kemampuan
dalam menghasilkan bangunan infrastrukur yang tangguh terhadap bencana
gempa,” ujar Dian. 

Turut hadir dalam acara, Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Hedy
Rahadian, Dirjen Perumahan Khalawi Abdul Hamid, Kepala Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Sugiyartanto, Asisten
Pembangunan dan Lingkungan Hidup Sekretariat Daerah Provinsi DKI Jakarta
Afan Adriansyah Idris, Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Prof. Dr. Ir.
Satryo Sumantri Brojonegoro, Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Reini
Wirahadikusumah, Ph.D. dan seluruh tim penyusun SNI 1726:2019. (Tri)

Sumber : https://pu.go.id/berita/sosialisasi-sni-17262019-kementerian-pupr-tingkatkan-
pemahaman-dan-kompetensi-tentang-bangunan-tahan-gempa

Anda mungkin juga menyukai