Anda di halaman 1dari 14

Tugas – Permodelan Dengan Software Geo5 (Slope Stability)

Mata Kuliah : Matematika dan Statistika untuk Penelitian


Dosen : Dr. Yudhi Lastiasih, S.T., M.T.
Nama : Firman Arifanto
NRP : 6012221033

I. Tugas
Diketahui data suatu geometri lereng seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Untuk setiap lapisan tanah diketahui paramater data tanah sebagai berikut.

Pertanyaan :
1. Bagaimana SF dari lereng tersebut bila muka air tanah pada posisi a...?
2. Bagaimana SF dari lereng tersebut bila muka air tanah pada posisi b...?
3. Apa yang dapat disimpulkan berdasarkan soal 1 dan 2....?
4. Apabila lokasi proyek berada di daerah Bandung dan saudara perhitungkan gaya gempanya,
berapa SF yang terjadi untuk kedua posisi muka air tanah...?
5. Apabila SF belum memenuhi, apa yang harus saudara lakukan...?
II. Penyelesaian
1. Sebelum menjawab pertanyaan dilakukan permodelan menggunakan software Geo5
dengan tahapan permodelan sebagai berikut.
A. Setup Range
Untuk pengaturan “setup range” digunakan konfigurasi sesuai gambar dibawah ini
yaitu dengan konfigurasi :
Minimum X range = 0.00 m
Maximum X range = 45.00 m
Depth of model Below the deepest interface point = 2.50 m

B. Input Data Interface sesuai data geometri lereng


Data koordinat geometri lereng di input dalam 1 data interface, kemudian untuk data
koordinat data per lapisan disesuaikan dengan tebal dan kedalaman lapisan. Adapun
tampilan setelah semua data interface di input seperti gambar dibawah ini.
C. Input Parameter data tanah tiap lapisan
Dari data parameter tanah yang diketahui kemudian di inputkan pada menu “soils”.
Input data parameter di lakukan satu persatu per lapisan dengan menyamakan
satuan yang digunakan pada software “Geo5” sehingga diperlukan konversi terlebih
dahulu dimana konversi yang digunakan adalah konversi pembulatan sebagai berikut:
ϒ dan ϒsat → 1 t/m3 = 10 kN/m3
Cef / C’ dan Cu → 1 t/m2 = 10 Kpa
Kemudian dilakukan input data seperti tampilan dibawah ini, contoh input data pada
tanah lapisan 1.

Data Paramter tanah

Data Pattern untuk visualisasi

Data saturation

Untuk classify sendiri dilakukan input data sesuai parameter tanah yang diketahui
kemudian untuk konsistensi digunakan perbandingan menggunakan nilai hasil SPT
sesuai tabel korelasi menurut Bowles 1977 dibawah ini.
Kemudian untuk tampilan “classify” tanah yang diinput seperti gambar dibawah ini
(contoh untuk inputan pada tanah lapisan 1).

Klasifikasi Tipe Tanah dan Konsistensi

Kemudian dilakukan input hingga lapisan 5 hingga diperoleh 5 data sesuai tampilan
dibawah ini.
Langkah selanjutnya adalah melakukan “Assign” terhadap data yang sudah diinput,
assign ini digunakan untuk melakukan pemilihan lapisan sesuai data tanahnya.

Tampilan Setelah di Assign Sesuai dengan Lapisan Tanah

D. Input data Muka Air tanah


Untuk penginputan muka air tanah dilakukan pada menu “water” dengan tampilan

icon , muka air tanah diinputkan menggunakan inputan data tipe


GWT dengan penginputan menggunakan koordinat sesuai dengan gambar dibawah
ini.

Garis Muka Air Tanah

Koordinat Muka Air Tanah


E. Running Analysis
Setelah semua langkah diatas dilakukan maka step terakhir adalah melakukan running
Analysis dengan icon . Analysis ini dilakukan dengan pendekatan
metode Bishop dengan analysis tipe “Standard”. Ini dilakukan dengan melakukan
penggambarran bidang longsor secara manual pada program Geo5.

Dari hasil analysis diperoleh Safet Factor untuk muka air tanah kondisi A sesuai pada
gambar adalah SF = 0.72 yang berarti kondisi geometri lereng ini masih tidak
aman terhadap kelongsoran.
2. Hasil Running Analysis untuk Muka Air Tanah Kondisi B
Dari hasil permodelan sebelumnya dilakukan penambahan “stage” pekerjaan untuk
menambahkan analysis dengan kondisi berbeda. Setelah itu dilakukan hal perubahan
kondisi muka air tanah sesuai pada gambar berikut.

Garis Muka Air Tanah

Koordinat Muka Air Tanah

Kemudian dilakukan hal yang sama untuk step Analysis. Analysis ini dilakukan dengan
pendekatan metode Bishop dengan analysis tipe “Standard”.

Dari hasil analysis diperoleh Safet Factor untuk muka air tanah kondisi B sesuai pada
gambar adalah SF = 1.01 yang berarti kondisi geometri lereng ini masih tidak
aman terhadap kelongsoran.
3. Berdasarkan hasil yang diperoleh soal 1 dan soal 2 dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
A. Pada kondisi muka air tanah A memiliki nilai Safety Factor 0.72 yang berarti kondisi
geometri lereng ini masih tidak aman terhadap kelongsoran.
B. Pada kondisi muka air tanah B memiliki nilai Safety Factor 1.01 yang berarti kondisi
geometri lereng ini juga masih tidak aman terhadap kelongsoran.
C. Pada kondisi muka air tanah A dengan geometri lereng sesuai permodelan dipastikan
akan mengalami kelongsoran (failure), karena nilai SF < 1. Hal ini berarti gaya-gaya
beban lebih besar dari gaya penahan yang bekerja pada geometri lereng tersebut.
D. Pada kondisi muka air tanah A maupun B dengan geometri lereng sesuai permodelan
berpotensi terjadi kelongsoran karena keduanya memiliki Safety Factor < 1.5
E. Muka air tanah berpengaruh terhadap stabilitas pada analisa slope stabilty
(kelongsoran) dari suatu geometri lereng.
F. Pada kondisi muka air tanah kondisi A nilai SF lebih kecil daripada pada muka air
tanah kondisi B (SFA = 0.72 < SFB = 1.01)
G. Muka air tanah berpengaruh terhadap stabilitas pada analisa slope stabilty
(kelongsoran) dari suatu geometri lereng.
H. Pada kondisi muka air tanah yang memiliki elevasi lebih tinggi maka lereng (slope)
akan rentan mengalami kelongsoran ditandai dengan nilai SF yang rendah sedangkan
dengan muka air tanah yang memiliki elevasi yang lebih rendah maka kondisi lereng
(slope) akan lebih stabil ditandai dengan nilai SF yang lebih tinggi daripada pada
kondisi dengan muka air tanah dengan elevasi lebih tinggi.
I. Diperlukan perkuatan untuk menambah daya dukung terhadap kelongsoran untuk
geometri lereng tersebut.
J. Perkuatan yang dapat diaplikasikan dapat berupa geotekstile, penambahan pile pada
ujung lereng, penggunaan nailing ataupun perkuatan menggunakan dinding penahan
tanah.

4. Untuk menganalisis terhadap gempa dibutuhkan penambahan terhadap parameter


gempa, tahapan analisis dan input parameter gempa adalah sebagai berikut.
A. Perhitungan parameter gempa berdasarkan lokasi proyek
Sebelum melakukan analisa kegempaan pada software Geo5 harus diketahui terlebih
dahulu paramater gempa yang akan diinput ke dalam software, parameter ini berupa
Koefisien Horizontal Gempa (Horizontal Seismic Coefficient) dan Koefisien Vertikal
Gempa (Vertical Seismic Coefficient). Dua paramater ini diperoleh menggunakan rumus
sebagai berikut.
Sementara untuk nilai percepatan gempa terkoreksi - ad (PGAM) dapat dicari
menggunakan rumusan sebagai berikut.

Untuk nilai faktor amplifikasi PGA (FPGA) dan nilai Peak ground acceleration (SPGA)
diperoleh dari tabel Faktor Amplifikasi dan gambar Peta Gempa Pusgen 2017 dengan
tipe Percepatan Puncak di batuan dasar (SB) untuk probabilitas terlampaui 7 % dalam
75 tahun sesuai gambar dibawah ini.

SPGA Bandung = 0.3 – 0.4 g

Dari hasil pengamatan berdasarkan peta gempa diatas diperoleh SPGA = 0.35 g
karena merupakan nilai PGA rata-rata untuk lokasi Bandung. Dari nilai SPGA tersebut
diperoleh korelasi untuk SPGA = 0.35 g dengan tipe klasifikasi site tanah sedang (NSPT
rata-rata>32) adalah FPGA = 1.6 sesuai korelasi dibawah ini.

Diambil Rata-rata = 1.6

Perhitungan nilai percepatan gempa terkoreksi (ad) - PGAM adalah sebagai berikut :
𝑃𝐺𝐴𝑀 = 𝐹𝑃𝐺𝐴 𝑥 𝑆𝑃𝐺𝐴
= 1.6 x 0.35 g
= 0.56 g
Sementara untuk perhitungan Kv dan Kh sebagai berikut :
ad 0.56 g
𝐾ℎ = 0.5 = 0.5
g g
= 0.28
Kv = 0.5 x Kh = 0.5 x 0.28
= 0.14
B. Penginputan hasil perhitungan parameter ke dalam software Geo5
Setelah Kh dan Kv diperoleh dilakukan input pada geo5 pada menu “earthquake” dan
di inputkan nilai Kh = 0.28 dan Kv = 0.14 sesuai tampilan dibawah ini.
Setelah itu dilakukan running Analysis terhadap kondisi beban gempa dengan 2 kondisi
muka air tanah (A) dan kondisi muka air tanah B. Setelah di running analysis untuk
kondisi muka air tanah (A) faktor kemanan yang diperoleh adalah 0.36 (SFA= 0.36)
dan untuk kondisi muka air tanah (B) faktor kemanan yang diperoleh adalah 0.57
(SFB=0.57 ) sesuai tampilan dibawah ini.

Kondisi Muka Air Tanah (A)

Kondisi Muka Air Tanah (B)


5. Setelah dilakukan analisis pada nomor 1, 2 dan 4 diperoleh nilai SF yang masih belum
memenuhi. Untuk meningkatkan nilai faktor keamanan (Safety Factor) digunakan
perkuatan menggunakan Spun Pile.
A. Kondisi muka air tanah (A)
Untuk kondisi muka air tanah A dilakukan perkuatan menggunakan pile dengan tipe
bujur sangkar ukuran 0.4 m x 0.4 m berdasarkan brosur dari Wika Beton.

Untuk inputan pada software Geo5 digunakan menu anti-slide pile sesuai konfigurasi
berikut ini.

Dari hasil analysis diperoleh nilai SF untuk perkuatan menggunakan pile tipe bujur
sangkar dengan ukuran 0.4 m x 0.4 dengan 2 baris pile adalah 1.98 (SF = 1.98). Maka
dapat dikatakan bahwa geometri lereng sesuai permodelan dan muka air tanah kondisi
A sudah stabil dan memenuhi SF ijin. Perbandingan nilai SF untuk muka air tanah A
yang sudah diperkuat adalah 1.98 > 1.5 ditampilkan pada tampilan Software Geo5
dibawah ini. (Kondisi lereng aman dari kelongsoran).
B. Kondisi muka air tanah (B)
Untuk kondisi muka air tanah A dilakukan perkuatan menggunakan pile dengan tipe
lingkaran dengan diamater 0.6 m berdasarkan brosur dari Wika Beton.
Untuk inputan pada software Geo5 digunakan menu anti-slide pile sesuai konfigurasi
berikut ini.

Dari hasil analysis diperoleh nilai SF untuk perkuatan menggunakan pile tipe lingkaran
diamater 0.6 m dipancang sedalam 6 m adalah 1.66 (SF = 1.66). Maka dapat dikatakan
bahwa geometri lereng sesuai permodelan dan muka air tanah kondisi B sudah stabil
dan memenuhi SF ijin. Perbandingan nilai SF untuk muka air tanah B yang sudah
diperkuat adalah 1.66 > 1.5 ditampilkan pada tampilan Software Geo5 dibawah ini.
(Kondisi lereng aman dari kelongsoran).

Anda mungkin juga menyukai