Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN UAS PERANGKAT LUNAK II

GEOSLOPE

DISUSUN OLEH:

Hendrawan Eka Prasetya 14/3667798/TK/42199

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2017
1. Software Geo-Slope/W

Software Geo-Slope/W adalah salah satu produk perangkat lunak dari Geo Studio, yang
secara khusus digunakan untuk menghitung safety factor (SF) / Faktor Aman dari lereng tanah
(bumi) dan batuan. Perangkat lunak ini dapat melakukan analisis masalah – masalah yang
berkaitan dengan kombinasi variabel - variabel permukaan bidang gelincir, kondisi tekanan air
pori, soil properties, metode analisis yang digunakan, serta kondisi pembebanan yang dilakukan.

Software Geo-Slope/W dapat memodelkan hampir semua masalah – masalah yg


berkaitan dengan stabilitas tanah (bumi) dan batuan, seperti : Kondisi lereng tanah dan batuan,
tanggul tanah, struktur penahan tanah, penggalian lereng, dan masalah – masalah lain termasuk
pembebanan gempa dan seismic. Selain itu, perangkat lunak ini juga dapat terintegrasi dengan
perangkat lunak Geo Studio yang lain, seperti : Seep/W, Sigma/W, Quake/W dan yang lain, yg
dapat memudahkan pengguna untuk memodelkan berbagai variabel masalah dengan lebih detail.
2. Konsep dan metode analisis stabilitas lereng dalam Geo-Slope/W

Secara teknis, perangkat lunak Geo-Slope/W ini mengaplikasikan formulasi perhitungan


factor aman dengan kondisi kesetimbangan gaya dan momen. Lebih detail lagi, perangkat lunak
ini mengaplikasikan berbagai metode kesetimbangan batas secara menyeluruh, meliputi : Metode
Morgenstern – Price, Spencer, Bishop, Janbu, dan Ordinary.

Secara umum, perbedaan mendasar kelima metode tersebut adalah pada asumsi yang
digunakan dan kesetimbangan yang dipenuhi. Berbagai asumsi yang digunakan dalam metode -
metode tersebut disajikan dalam tabel 2.1. Sedangkan kesetimbangan yang dipenuhi oleh masing
– masing metode tersebut disajikan dalam tabel 2.2.

Tabel 2.1 Asumsi-asumsi yang digunakan oleh beberapa metode irisan

Metode Asumsi
Bishop Gaya geser antar-irisan sama dengan nol (X=0).
Janbu Letak gaya antar-irisan didefinisikan oleh garis gaya antar irisan
yang diasumsikan
Spencer Kemiringan dari resultan gaya geser dan normal antar-irisan
adalah sama untuk semua irisan.
Morgenstern – Price Kemiringan gaya geser antar irisan besarnya sebanding dengan
fungsi tertentu yang diasumsikan.
Ordinary Resultan gaya antar-irisan sama dengan nol dan bekerjasejajar
dengan permukaan bidang runtuh
Tabel 2.2 Kondisi Kesetimbangan yang Dipenuhi

Metode Kesetimbangan Kesetimbangan


Gaya Momen
Vertikal Horizontal
Bishop Ya Tidak Ya
Janbu Ya Ya Tidak
Spencer Ya Ya Ya
Morgenstern – Price Ya Ya Ya
Ordinary Tidak Tidak Ya

Perbedaan tersebut akan menghasilkan nilai output safety factor yang berbeda-beda
secara unik dapat dipertimbangkan untuk memilih metode yang paling cocok digunakan untuk
untuk suatu masalah yang dimodelkan. Metode Morgenstern – Price, sebagai contoh,
mengaplikasikan kesetimbangan gaya dan momen. Secara umum, formulasi tersebut dapat
memodelkan suatu masalah dimana parameter masalahnya harus memperhitungkan variabel
kesetimbangan momen. Dibandingkan dengan metode Janbu yang hanya memperhitungkan
kesetimbangan gaya, metode Morgenstern – Price lebih tepat digunakan untuk memodelkan
masalah tersebut.

Selain itu, perbedaan asumsi yang digunakan untuk masing – masing metode juga dapat
dipertimbangkan untuk memilih metode yg paling tepat dalam pemodelan. Sebagai contoh,
metode Spencer menggunakan asumsi bahwa semua kemiringan resultan gaya geser antar irisan
adalah sama. Sedangkan metode Morgenstern – Price mengasumsikan bahwa kemiringan gaya
geser antar irisan sebanding dengan fungsi tertentu yang diasumsikan. Selanjutnya, asumsi
tersebut disesuaikan dengan parameter dari masalah yang akan dimodelkan untuk memperoleh
metode yang paling sesuai dengan permasalahan tersebut.

Metode yang meperhitungkan seluruh kesetimbangan gaya dan momen (Spencer dan
Morgenstern – Price) biasanya lebih diperhitungkan dalam desain, sebab memberikan analasis
yang lebih detail terhadap suatu masalah. Akan tetapi, metode – metode tersebut akan
memberikan nilai safety factor yang lebih kecil dibandingkan dengan metode lain yang tidak
memperhitungkan seluruh kesetimbangan gaya dan momen (Bishop, Janbu, Ordinary).
3. Analisis Stabilitas Lereng

KETENTUAN :

1. Berat satuan, sudut geser dan kohesi tanah ditentukan sebagai berikut :

Parameter ϒ (KN/m3) Φ(̊) c (kN/m2)


1 18,34 39 5
2 19,52 39 5
3 28,35 40 14

2. Tinggi lapisan (h) ditentukan sebagai berikut:


h2 = 11,5 m
h1+h2 = 23 m

3. Kemiringan lereng (m) ditentukan nilainya yaitu m = 1 – 3

4. Kedudukan muka air tanah ditentukan sebagai berikut:


hw = 1,5 m
a. Kelandaian Lereng 1 : 1 (m = 1) dengan Kedalaman Muka Air Tanah Sebesar 1,5
m dari Permukaan Lereng

Gambar 3.1 Hasil Analisis untuk Kelandaian m = 1 dengan Kedalaman Muka Air Tanah
1,5 m dari Permukaan Lereng

Hasil analisis di atas menunjukkan safety factor (SF) = 0,6 . Nilai safety factor minimum
untuk stabilitas lereng adalah 0,8. Hal ini menujukkan bahwa lereng tersebut tidak aman
dari bahaya longsor. Oleh karena itu, dicoba untuk menurunkan muka air tanah dari
permukaan lereng menjadi 5 m di bawah permukaan lereng.
b. Kelandaian Lereng 1 : 1 (m = 1) dengan Kedalaman Muka Air Tanah Sebesar 5 m
dari Permukaan Lereng

Gambar 3.2 Hasil Analisis untuk Kelandaian m = 1 dengan Kedalaman Muka Air Tanah
5 m dari Permukaan Lereng

Dari hasil tersebut, didapatkan safety factor sebesar 0,9. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
safety factor telah aman untuk stabilitas lereng pada bahaya longsor. Nilai ini lebih besar
dari nilai yang didapat pada analisis sebelumnya dengan kedalaman muka air tanah
sebesar 1,5 m dari permukaan lereng. Perbandingan nilai safety factor pada kelandaian
yang sama dengan perbedaan kedalaman muka air tanah ditunjukkan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Perbandingan Nilai Safety Factor untuk Kedalaman Muka Air Tanah yang
Berbeda
Kedalaman Muka Air Tanah (m) Safety Factor
1,5 0,6
5 0,9
Hal ini menunjukkan bahwa semakin dalam muka air tanah dari permukaan lereng,
semakin besar safety factor yang dihasilkan. Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan
bahwa kedalaman muka air mempengaruhi besarnya safety factor yang dihasilkan pada
analisis stabilitas lereng.
c. Kelandaian Lereng 1 : 2 (m = 2)

Gambar 3.3 Hasil Analisis untuk Kelandaian m = 2

Hasil Analisis di atas menunjukkan nilai safety factor yang dihasilkan adalah
sebesar 1,2. Hal ini menunjukkan bahwa kelandaian lereng mempengaruhi
besarnya nilai safety factor yang dihasilkan pada analisis stabilitas lereng.
Semakin landai lereng, semakin besar pula nilai safety factor yang dihasilkan.
Atau dapat dikatakan bahwa besarnya kelandaian lereng berbanding lurus dengan
besarnya nilai safety factor yang dihasilkan. Untuk lebih meyakinkan
kecenderungan tersebut, kelandaian lereng diubah menjadi lebih besar ( m = 3 ),
untuk membandingkan hasilnya dengan analisis untuk kelandaian lereng
sebelumnya yang lebih curam.
d. Kelandaian Lereng 1 : 3 (m = 3)

Gambar 3.4 Hasil Analisis untuk Kelandaian m = 3

Hasil analisis di atas menunjukkan nilai safety factor yang didapatkan sebesar 1,7.
Nilai tersebut lebih besar diandingkan dengan hasil analisis sebelumnya untuk
kelandaian lereng m = 2 dan m = 3. Perbandingan nilai safety factor untuk
berbagai nilai kelandaian yang berbeda ditunjukkan pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Perbandingan Nilai Safety Factor untuk Beberapa Nilai Kelandaian
Kelandaian (m) Safety Factor
1 0.6
2 1.2
3 1.7

Dari hasil perbandingan tersebut dapat dipastikan bahwa besarnya kelandaian


berbanding lurus dengan besarnya nilai safety factor yang dihasilkan.
e. Kesimpulan

Kesmipulan yang dapat diambil dari analisis stabilitas lereng di atas adalah :
1. Untuk soil properties and condition yang sama dengan ketentuan, factor
aman untuk masing – masing kelandaian adalah :
a. Kelandaian m = 1, safety factor = 0.6
b. Kelandaian m = 2, safety factor = 1.2
c. Kelandaian m = 3, safety factor = 1.7

2. Pada kelandaian m = 1, diubah kedalaman muka air tanah dengan hasil


safety factor :
a. Kedalaman muka air tanah 1,5 m, safety factor = 0.6
b. Kedalaman muka air tanah 1,5 m, safety factor = 0.9

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya nilai safety factor (factor


keamanan stabilitas lereng dari bahaya longsor) dari analisis stabilitas
lereng di atas adalah :
a. Kedalaman muka air tanah
b. Kelandaian lereng (nilai m lereng)

4. Semakin besar kedalaman muka air tanah, semakin besar pula nilai safety
factor yang dihasilkan pada analisis stabilitas lereng (besarnya kedalaman
muka air tanah berbanding lurus dengan besarnya nilai safety factor).

5. Semakin besar nilai kelandaian lereng (m), semakin besar pula nilai safety
factor yang dihasilkan pada analisis stabilitas lereng (besarnya kelandaian
lereng berbanding lurus dengan besarnya nilai safety factor).

Anda mungkin juga menyukai