Anda di halaman 1dari 27

RANCANGAN GEOMETRI LERENG TAMBANG

MENGGUNAKAN METODE KESETIMBANGAN BATAS DAN


PENDEKATAN PROBABILISTIK PADA PIT PURNAMA DI
PT AGINCOURT RESOURCES

Proposal Tugas Akhir

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Kurikulum


Pada Jurusan Teknik Pertambangan

Oleh :
M Imam Taufik
11306026

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN
2015
1. PENDAHULUAN

1.1 Judul Penelitian Tugas Akhir


Rancangan geometri lereng tambang menggunakan metode kesetimbangan batas
dan pendekatan probabilistik pada Pit Purnama di PT Agincourt Resources.

1.2 Latar Belakang

Kestabilan lereng tambang terbuka pada industri pertambangan merupakan salah


satu isu penting saat ini mengingat perusahaan tambang pasti akan terus
meningkatkan produksinya. Akibatnya perusahaan tambang tersebut melakukan
pelebaran dan pendalaman penggalian. (Masagus, 2012). Semakin lebar dan
dalam tambang terbuka tersebut dilakukan penggalian, maka tentunya akan
semakin besar risiko yang akan muncul, atau semakin meningkatkan
ketidakpastian pada faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng tambang
terbuka tersebut.
Banyaknya faktor yang mempengaruhi dalam analisis kestabilan suatu lereng
serta terdapatnya sejumlah ketidakpastian terhadap faktor tersebut membuat
indikator kestabilan lereng yang digunakan saat ini yaitu faktor keamanan (FK)
tidak mampu memberikan desain teoritis yang aman dalam desain praktek suatu
lereng.
Suatu alternatif selain pendekatan FK untuk disain lereng adalah metode
probabilistik yang didasarkan pada perhitungan probabilitas kelongsoran (PK)
lereng. Pada metode ini, nilai faktor keamanan digambarkan sebagai variabel acak
yang mempunyai fungsi distribusi dengan parameter yang diperlakukan seperti
nilai rata-rata dan standar deviasi. Dengan mengkombinasikan distribusi ini dalam
model deterministik yang digunakan dalam menghitung nilai FK, maka PK lereng
dapat diestimasi. Hal menarik dari metode probabilistik adalah representasi yang
eksplisit dari ketidakpastian dalam kajian stabilitas lereng. Nilai faktor keamanan
desain lereng dapat dioptimasi dengan nilai probabilitas kelongsoran sehingga
dapat memberikan tingkat keyakinan terhadap desain tersebut.

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian


1.2.1 Maksud

Maksud dari penelitian ini adalah :


 Melakukan pengamatan dan pengukuran kondisi massa batuan pada beberapa
litologi yang sama di beberapa titik yang berbeda, untuk mendapatkan data
parameter karakteristik massa batuan yang variatif.
 Mengkalkulasikan parameter-parameter tersebut, untuk mendapatkan data
propertis massa batuan, berdasarkan karakteristik massa batuannya.
 Melakukan analisa statistik terhadap beberapa data propertis massa batuan
tersebut, untuk mendapatkan variable (mean, standart deviasi, relative
minimum dan relative maksimum) sebagai data masukan dalam analisa
probabilistik.
 Melakukan simulasi menggunakan metode monte carlo terhadap variable
tersebut yang akan digunakan untuk analisa kestabilan lereng, menggunakan
software Slide.
 Melakukan analisis kestabilan lereng dari variabel yang telah disimulasi
dengan metode monte carlo, untuk mendapatkan nilai faktor keaman (FK) dan
probabilitas kelongsoran (PK) dengan menggunakan metode kesetimbangan
batas dengan bantuan software Slide.
 Melakukan simulasi dengan variasi data ketinggian dan sudut kemiringan
lereng, untuk mendapatkan nilai probabilitas kelongsoran (PK) yang terbaik
dan aman.

1.2.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan rekomendasi alternatif


desain kestabilan lereng yang lebih baik pada Pit Purnama di PT Agincourt
Resources.
1.3 Batasan Masalah

Untuk mengantisipasi permasalah yang akan dibahas terlalu luas, maka dibuat
batasan masalah sebagai berikut :
 Data propertis massa batuan berasal dari perhitungan dengan rumus yang
diperkenalkan oleh Hoek-Brown (1997), berdasarkan karakteristik massa
batuannya.
 Jenis longsoran dianggap tipe rotasional, untuk menyesuaikan dengan batasan
yang dimiliki oleh software yang digunakan.
 Data propertis massa batuan yang digunakan sebagai data masukan untuk
analisa probabilistik hanya nilai kohesi, sudut geser dalam dan unit berat, yang
disesuaikan dengan batasan input data dari software yang digunakan.
2. DASAR TEORI

2.1 Metode Kesetimbangan Batas

Metode kesetimbangan batas merupakan metode yang sangat populer dan rutin
dipakai dalam analisis kestabilan lereng untuk longsoran tipe gelinciran
translasional dan rotasional. Kemantapan suatu lereng tergantung pada gaya-gaya
penggerak dan gaya penahan yang ada pada lereng tersebut. Gaya-gaya penggerak
berupa gaya berat, gaya tiris atau muatan, sedangkan gaya-gaya penahan berupa
gaya gesekan atau geseran, kohesi dan kuat geser. Apabila gaya penggerak lebih
besar dibandingkan dengan gaya penahan maka akan menyebabkan terjadinya
kelongsoran. Tetapi bila gaya penahan ini lebih besar dari gaya penggerak, maka
lereng tersebut tidak akan mengalami kelongsoran atau lereng dalam keadaan
stabil. Kestabilan lereng biasa dinyatakan dalam bentuk faktor keamanan (FK)
yang didefinisikan sebagai berikut:

𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛
FK = ........................................................................ (1)
𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘

Dimana:
 FK > 1.0 : lereng dianggap stabil
 FK = 1.0 : lereng dalam keadaan seimbang dan siap untuk bergerak apabila
ada sedikit gangguan
 FK < 1.0 : lereng dianggap tidak stabil
Metode kesetimbangan batas merupakan metode yang sangat populer, relatif
sederhana, mudah digunakan serta telah terbukti kehandalannya dalam praktek
rekayasa geoteknik selama bertahun-tahun. Dalam perhitungan analisis kestabilan
lereng dengan metode ini hanya digunakan kondisi kesetimbangan statik saja serta
mengabaikan adanya hubungan regangan-tegangan yang ada dalam lereng.
Asumsi lainnya yaitu geometri dari bentuk bidang runtuh harus diketahui atau
ditentukan terlebih dahulu. Kondisi kestabilan lereng dalam metode
kesetimbangan batas dinyatakan dalam indeks Faktor keamanan (FK). FK
dihitung menggunakan kesetimbangan gaya atau kesetimbangan momen, atau
menggunakan kedua kondisi kesetimbangan tersebut tergantung dari metode
perhitungan yang dipakai.

2.1.2 Analisis Longsoran Tipe Rotasional

Untuk lereng tanah atau lereng batuan lemah pada umumnya longsoran terjadi
karena kekuatan geser material sepanjang bidang runtuh tidak mampu menahan
gaya geser yang bekerja. Pada kasus ini, biasanya bidang runtuh berupa sebuah
busur lingkaran atau berupa bidang lengkung. Metode kesetimbangan batas
merupakan metode yang sangat populer untuk tipe longsoran tersebut. Secara
umum metode untuk menganalisis longsoran tipe rotasional dapat dibagi dua
yaitu: metode massa dan metode irisan.

Metode Massa

Pendekatan yang digunakan dalam metode ini yaitu massa di atas bidang runtuh
dianggap sebagai sebuah benda kaku dan bidang runtuh dianggap berupa sebuah
busur lingkaran. Asumsi lainnya yang digunakan yaitu paramater kekuatan geser
hanya ditentukan oleh kohesi saja. Metode ini cocok sekali digunakan pada lereng
lempung. Faktor keamananlereng merupakan perbandingan antara momen
penahan dan momen guling, yang dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai
berikut:

𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐶𝑢 𝑅 2 𝜃
FK = = .................................................................... (2)
𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛 𝐺𝑢𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑊𝑥
Gambar 2.1 Metode massa

Metode Irisan

Metode irisan merupakan metode paling populer dalam analisis kestabilan lereng
dengan tipe keruntuhan rotasional. Salah satu karakteristik dari metode irisan
yaitu geometri dari bidang gelinciran harus ditentukan atau diasumsikan terlebih
dahulu. Untuk menyederhanakan perhitungan, bidang runtuh biasanya dianggap
berupa sebuah busur lingkaran, gabungan busur lingkaran dengan garis lurus,
atau gabungan dari beberapa garis lurus.
Sketsa model lereng untuk bidang runtuh yang berupa sebuah busur lingkaran dan
bidang runtuh gabungan diperlihatkan pada gambar 2.9 dan gambar 2.10. Setelah
geometri dari bidang runtuh ditentukan kemudian massa di atas bidang runtuh
dibagi ke dalam sejumlah irisan tertentu. Tujuan dari pembagian tersebut adalah
untuk mempertimbangkan adanya variasi kekuatan geser dan tekanan air pori
sepanjang bidang runtuh. Langkah selanjutnya adalah menghitung data-data untuk
setiap irisan. Dengan menggunakan data-data pada setiap irisan besarnya faktor
keamanandapat dihitung menggunakan persamaan kesetimbangan. Berdasarkan
kondisi kesetimbangan yang dapat dipenuhi, metode irisan dapat dikelompokkan
menjadi dua kategori.
1. Metode yang tidak memenuhi semua kondisi kesetimbangan gaya dan momen,
antara lain yaitu metode Irisan Biasa, metode Bishop Yang Disederhanakan
(Simplified Bishop Method) dan metode Janbu Yang Disederhanakan (Simplified
Janbu Method).
2. Metode yang memenuhi semua kondisi kesetimbangan gaya dan momen, antara
lain yaitu Metode Spencer, Metode Morgenstern -Price dan Metode
Kesetimbangan Batas Umum (Generalized Limit Equilibrium Method).
Terdapatnya sejumlah variasi dari metode irisan, dikarenakan oleh perbedaan
asumsi-asumsi yang digunakan dan kondisi kesetimbangan yang dapat dipenuhi.

Gambar 2.2 Model lereng dengan bidang runtuh yang berbentuk sebuah busur
Lingkaran

Gambar 2.3 Model lereng dengan bidang runtuh yang merupakan gabungan dari
sebuah busur lingkaran dengan bidang planar.
Tabel 2.1 Asumsi-asumsi dan kondisi kesetimbangan yang digunakan oleh
beberapa metode irisan
Metode Asumsi

Irisan Biasa (Fellenius) Resultan gaya antar-irisan sama dengan nol


dan bekerja sejajar dengan permukaan
bidang runtuh.
Bishop Yang Disederhanakan Gaya geser antar-irisan sama dengan nol
(X=0).

Janbu Yang Disederhanakan Gaya geser antar-irisan sama dengan nol


(X=0).
Faktor koreksi digunakan sebagai faktor
empiris untuk memasukkan efek dari gaya
geser antar irisan.
Lowe-Karafiath Kemiringan dari resultan gaya geser dan
normal antar-irisan sama dengan rata-rata
dari kemiringan permukaan lereng dan
kemiringan bidang runtuh
Corps of Engineers Kemiringan dari resultan gaya geser dan
normal antar-irisan besarnya sama dengan:
 Kemiringan permukaan lereng, atau
 Kemiringan dari kaki bidang runtuh ke
puncak bidang
runtuh.
Spencer Kemiringan dari resultan gaya geser dan
normal antar-irisan adalah sama untuk
semua irisan.
Morgenstern-Price Kemiringan gaya geser antar irisan
besarnya sebanding dengan fungsi tertentu
yang diasumsikan
Kesetimbangan Batas Umum Sudut gaya antar irisan besarnya sebanding
dengan fungsi tertentu yang diasumsikan.
2.2 Analisis Probabilitas
2.2.1 Fungsi Distribusi Probabilitas

Fungsi distribusi probabilitas menggambarkan penyebaran suatu variabel acak


yang digunakan untuk memperkirakan nilai probabilitas kemunculan suatu
parameter. Fungsi distribusi probabilitas memiliki sifat-sifat penyebaran yang
khas dan unik yang menjadikan fungsi yang satu akan berbeda dengan fungsi
yang lainnya. Tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa suatu fungsi
distribusi merupakan turunan dari fungsi yang lainnya.Sebagai contoh, fungsi
distribusi eksponensial merupakan bentuk khusus dari fungsi distribusi gamma
yang memiliki parameter bentuk (a) bernilai 1.
Gambar 2.4 menggambarkan fungsi distribusi probabilitas dideskripsikan menjadi
fungsi densitas probabilitas (PDF,Probability Density Function) dan fungsi
distribusi kumulatif (CDF,Cumulative Distribution Function). Fungsi densitas
probabilitas mendeskripsikan daerah kemungkinan relatif dimana suatu bilangan
acak dapat diasumsikan sebagai suatu nilai unik dibandingkan nilai lainnya.Untuk
kurva distribusi faktor keamanan, maka luas kurva yang diarsir merupakan
probabilitas kelongsoran lereng.

(a) Fungsi Densitas Probabilitas (b) Fungsi Distribusi Kumulatif

Gambar 2.4 Fungsi Distribusi Probabilitas


2.2.2 Pendekatan Probabilitas

Probabilistik adalah suatu cara untuk menentukan nilai faktor keamanansuatu sistem
rekayasa dengan memperlakukan nilai masukan sebagai variabel acak, dengan
demikian nilai faktor keamanansebagai rasio antara gaya penahan dan gaya
penggerak merupakan juga variabel acak. Pada proses ini nilai parameter masukan
dan faktor keamananakan dikarakterisasi distribusi nilai masing-masing. Di samping
itu juga pendekatan ini dapat melihat faktor yang paling mempengaruhi kestabilan
lereng melalui analisis sensitivitas perubahan nilai setiap parameter masukan terhadap
nilai faktor keamanan.(Masagus, 2011)
Penentuan sudut kemiringan lereng yang dapat diterima (acceptable angleof slope)
adalah suatu parameter paling penting dalam perencanaan tambang terbuka. Namun
ketidakpastian yang terkait dengan geometri lereng, sifat fisik dan mekanik
batuan, kondisi pembebanan dan reliabilitas model mengakibatkan proses
pemilihan sudut kemiringan lereng yang sesuai menjadi lebih sulit.(Masagus,
2011). Secara garis besar, kelongsoran lereng tambang terbuka terjadi pada
beberapa kondisi berikut ini :
 Global Failure (Longsor Besar) Lereng keseluruhan (overall slope) longsor
yang dapat membahayakan keselamatan pekerja dan keberlangsungan
tambang. Longsor ini memerlukan waktu rehabilitasi cukup lama,
mengganggu jadwal produksi dan pemenuhan kontrak penjualan.
 Inter-ramp Failure (Longsor multi jenjang) Longsor yang terjadi pada lebih
dari 1 jenjang, dan kadangkala merusak jalan angkutan ke tambang.
 Bench Failure (Longsor tunggal) Kelongsoran lereng hanya mempengaruhi
operasi produksi di sekitar jenjang yang longsor Gambar 2 menyajikan konsep
probabilitas kelongsoran dan besaran ketidakpastian (Steffen dkk, 2008). PK
lereng ditentukan dari perbandingan antara luas area di bawah kurva dari
distribusi nilai FK<1 terhadap distribusi nilai FK ≥ 1. Makin besar rentang
distribusi nilai FK, maka makin tinggi ketidakpastian dari nilai FK dengan
nilai PK yang sama.
Secara defenisi ada hubungan linier antara nilai PK dengan peluang (likelihood)
kelongsoran, sementara tidak berlaku untuk hubungan FK dengan peluang
kelongsoran. FK yang besar tidak menggambarkan lereng yang lebih stabil,
karena besaran ketidakpastian yang implisit tidak ditangkap oleh nilai FK. Lereng
dengan nilai FK= 3 bukan berarti 2 kali lebih stabil daripada FK 1.5, sementara
lereng dengan nilai PK 5 % menunjukkan 2 kali lebih stabil dari lereng dengan
nilai PK 10 %.

Gambar 2.5 Konsep Probabilitas Kelongsoran dan besaran ketidakpastian


(Steffen dkk., 2008)
Sejumlah penelitian mengenai probabilitas kelongsoran lereng yang dilakukan
secara komprehensif telah dilakukan oleh Masagus A.Azizi dkk. (2010, 2011,
2012), yang mencoba melakukan karakterisasi parameter sifat fisik dan mekanik
batuan, dan menentukan PK lereng dari beberapa tambang batubara di Indonesia.
Hal yang paling penting juga adalah penentuan ambang batas (acceptance criteria)
nilai PK untuk kestabilan lereng tambang terbuka. Beberapa peneliti telah
mendefinisikan ambang batas nilai PK seperti Priest & Brown (1983) dan Pine
(1992). Namun acuan tersebut masih bersifat umum untuk seluruh jenis lereng.
SRK (2010) mengeluarkan nilai ambang batas PK lereng pada beberapa kategori
lereng, yang dapat dijadikan acuan dalam disain lereng (Tabel 2.2). Pada konteks
kasus yang dibahas dalam penelitian ini, maka lereng yang dimaksud adalah
termasuk kategori lereng multi jenjang (interramp) sehingga ambang batas PK
maksimum sebesar 25%, artinya bila dalamanalisis kestabilan lereng diperoleh PK
lereng di atas 25 %, maka lereng tersebut tidak stabil.
Tabel 2.2 Ambang batas nilai FK dan PK lereng tambang terbuka (SRK, 2010)

Jenis Lereng Dampak FKmin FKmin PKmax


Longsoran (Statik) (Dinamik) P [FK < 1]

Tunggal/Jenjang Low - High 1.1 NA 25 – 50 %


(Bench)

Low 1.12 – 1.2 1.0 25 %


Multi Jenjang
Medium 1.2 1.0 20 %
(Interramp)
High 1.2 – 1.3 1.1 10 %

Low 1.2 – 1.3 1.0 15 – 20 %


Keseluruhan
Medium 1.3 1.05 5 – 10 %
(Overall)
High 1.5 1.1 ≤5%

2.2.3 Simulasi Monte Carlo

Simulasi Monte Carlo didefinisikan sebagai semua teknik sampling statistik yang
digunakan untuk memperkirakan solusi terhadap masalah-masalah kuantitatif
(Monte Carlo Method, 2008). Dalam simulasi Monte Carlo sebuah model
dibangun berdasarkan sistem yang sebenarnya. Setiap variabel dalam model
tersebut memiliki nilai yang memiliki probabilitas yang berbeda, yang
ditunjukkan oleh distribusi probabilitas atau biasa disebut dengan probability
distribution function (pdf) dari setiap variabel. Metode Monte Carlo
mengsimulasikan sistem tersebut berulang-ulang kali, ratusan bahkan sampai
ribuan kali tergantung sistem yang ditinjau, dengan cara memilih sebuah nilai
random untuk setiap variabel dari distribusi probabilitasnya. Hasil yang
didapatkan dari simulasi tersebut adalah sebuah distribusi probabilitas dari nilai
sebuah sistem secara keseluruhan.
Tahapan yang dilakukan dalam metode ini sebagai berikut :
1. Definisikan domain (daerah asal) dari masukan data yang memungkinkan
2. Munculkan masukan secara acak dari domain yang sudah ditentukan
menggunakan distribusi probabilitas tertentu
3. Lakukan perhitungan secara deterministic menggunakan data masukan
4. Gabungkan hasil dari setiap perhitungan individual kepada hasil akhir.
Algoritma ini digunakan sebagai landasan simulasi bilangan acak untuk
menentukan fungsi distribusi probabilitas yang sesuai. Beberapa keuntungan
metode Monte Carlo yakni sederhana, lebih fleksibel dalam menggabungkan
suatu varietas distribusi probabilitas yang cukup besar tanpa banyak penarfsiran,
dan kemampuan untuk memodelkan korelasi di antara variable dengan mudah
(Hammah and Yacoub, 2009). Umumnya analisis stabilitas lereng dengan metode
kesetimbangan batas menggunakan simulasi Monte Carlo untuk menghitung
probabilitas kelongsoran.
Hasil analisis statistik dari masing-masing nilai parameter masukan (nilai
minimum, maksimum, rata-rata, standar deviasi) dicocokkan ke dalam 7 fungsi
asumsi yang akan dipilih (Pada program Slide ada 7 fungsi : normal, seragam,
triangular, beta, eksponensial, lognormal, gamma). Menggunakan metode Monte
Carlo maka akan memperbanyak data secara acak mengikuti fungsi yang
ditentukan. Untuk menentukan fungsi yang cocok, maka dapat ditentukan dari
hasil proses pencocokan.

2.3 Estimasi Propertis Massa Batuan


2.3.1 Kekuatan Massa Batuan

Lokasi penelitian yang berada pada kelas massa batuan yang sedang hingga
sangat buruk mengindikasikan bahwa kondisi massa batuan sangat terkekarkan
dan memungkinkan terjadinya keruntuhan massa batuan (Hoek et al, 2004). Maka
dari itu penelitian ini menggunakan pendekatan estimasi kekuatan massa batuan
seperti yang diusulkan oleh Hoek et al (1995).
Kekuatan seluruh kumpulan patahan dan blok batuan besar dapat diperkirakan
dengan uji geser langsung di lapangan, perhitungan balik longsoran batuan dan
lereng runtuhan, atau secara alternatif diperkirakan berdasarkan skema klasifikasi
massa batuan. Untuk yang kedua, pendekatan secara terperinci evaluasi tegangan
massa batuan dihasilkan dengan menggunakan rating GSI (Hoek dkk, 1995).
Dalam metode ini, tegangan utama maksimum (σ1’) sesuai dengan tegangan
utama minimum (σ3’) pada keadaan runtuh melalui rumus empiris yang
bergantung pada faktor-faktor :
 Kuat tekan uniaksial batuan (σu),
 Konstanta material jenis batuan (mI),
 Tiga buah parameter empiris yang menggambarkan tingkat patahan massa
batuan (mb, s, dan a).
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Hubungan antara kurva tegangan selubung (envelop) Mohr-Coulomb dan
tegangan utama maksimum diberikan dengan rumus sebagai berikut :
σ3 ′ 𝑎
σ1’ = σ3’ + σu [mb + 𝑠] ................................................................... (3)
σ𝑢 ′

2. Parameter material mI bergantung pada jenis batuan (beku, malihan, atau


sedimen) yang ditentukan dari tabel 2.4. Nilai-nilai tersebut berkisar minimal 4
untuk batulumpur sampai maksimal 33 untuk gneiss dan granit.
3. Untuk GSI > 25, parameter kekuatan yang tertinggal untuk massa batuan tidak
terganggu adalah :
( 𝐺𝑆𝐼−100)
mb = mI exp [ ] ............................................................................... (4)
28
( 𝐺𝑆𝐼−100)
s = exp [ ] ....................................................................................... (5)
9
a = 0.5 .............................................................................................................. (6)
4. Untuk GSI < 25, pemilihan parameter diberikan dengan :
s = 0 ................................................................................................................. (7)
𝐺𝑆𝐼
a = 0,65 - ................................................................................................... (8)
200
5. Evaluasi lebih mudah dilakukan dengan menggunakan lembaran terpisah
dengan nilainilai tegangan keliling efektif (σ3’) yang meliputi rentang tegangan
overburden lapangan yang mungkin terjadi, untuk menghitung nilai-nilai terkait
dengan tegangan utama maksimum efektif (σ1’) dalam persamaan (3). Kemudian
nilai-nilai σ1’ dan σ3’ yang berpasangan diplot (menggunakan lingkaran Mohr
atau grafik q-p), untuk mendapatkan parameter kuat geser ekivalen c’ dan φ’.
Metode ini dapat juga digunakan untuk evaluasi kekuatan batuan utuh (GSI = 100)
maupun batuan patahan. Untuk perkiraan secara cepat, nilai rata-rata σ3’ yang
representatif telah digunakan untuk menghasilkan solusi grafik perkiraan untuk
pemilihan c’ dan sudut geser φ’ secara langsung dari GSI dan konstanta material
mi, seperti diperlihatkan dalam gambar 2.8.
6. Untuk kuat geser asli sepanjang kekar (joint) dan bidang longsor, sudut geser
puncak dapat dievaluasi dari parameter rating Q (c’ = 0), yaitu :
𝐽𝑟
φp’ ≈ ............................................................................................................ (9)
𝐽𝑎

dengan rentang 70 < φp’ < 750 untuk batasan nilai parameter kekasaran kekar (Jr)
dan perubahan (Ja).

Tabel 2.3 Nilai estimasi lapangan dari uniaxial compressive strenght (σu)

Uniaxial Point
Grade* Term Comp. Load Field estimate Examples
Strenght Index of strenght
(MPa) (MPa)

R6 Extremly > 250 > 10 Specimen can Fresh basalt,


strong only be chiped chert, diabase,
with a geological gneiss, granite,
hammer quartzite

R5 Very 100 - 250 4 - 10 Specimen requires Amphibolite, sands


sttrong many blows of a tone,basalt,
geological gabbro, gneiss,
hammer to granodiorite, limes
fracture it tone, marble,
rhyolite, tuff

R4 Strong 50 - 100 2-4 Specimen requires Limestone,marble,


more than one phyllite,
blow of a sandstone,
geological schist,shale
hammer to
fracture it

R3 Medium 25 - 50 1-2 Cannot be scraped Claystone, coal,


strong or peeled with a concrete, schist,
pocket knife, shale, siltstone
specimen can be
fractured with a
single blow from
a geological
hammer
R2 Weak 5 - 25 * Can be peeled Chalk, rocksalt,
with a pocket potash
knife with
difficulty, shallow
indentation made
by firm blow with
point of a
geological
hammer

R1 Very weak 1-5 * Crumbles under Highly weathered


firm blows or
with point of a Altered rock
geological
hammer Can be
peeled by pocket
knife

R0 Extremely 0.25 - 1 * Indented by Stiff fault gouge


weak thumbnail
Tabel 2.4 Konstanta material m1 untuk evaluasi GSI kekuatan massa batuan

Rock type Class Group Texture


Coarse Medium Fine Very fine
Conglomerate Sandstone Siltstone Claystone
(22) 19 9 4
Clastic G
r
Greywacke
e
(18)
Sedimentary y
w
Chalk
7a
Organic Coalc
k
(8-21)
e
Breccia Sparitic Micritic
(
Non - Clastic Carbonat
(20) Limestone Limestone
1
(10) 88
)
e Gypstone Anhydrite
Chemical
16 13

Non Foliated
Marble Hornfels Quartzite
9 (19) 24
Metamorphic
Migmatite Amphibolite Mylonites
Slightly foliated
(30) 25 - 31 (6)

Foliated* Gneiss Schists Phyllites Slate


33 4-8 (10) 9

Granite Rhyolite Obsidian


Light Dark
33 (16) (19)
Granodiorite Dacite
Igneous (30) (17)
Diorite Andesite
(28) 19

Gabro Dolorite Basalt


Dark 27 19 17
Norite
22

Extrusive Agglomerate Breccia Tuff


pyroclastic type (20) (18) (15)
(a) (b)
Gambar 2.8 Grafik hubungan m1 dengan GSI untuk mendapatkan c’ (a),
Dan hubungan GSI dengan m1 untuk mendapatkan sudut geser φ’
(b) (Hoek & Brown, 1997)

2.2.2 Indeks Kekuatan Geologi GSI (Geological Strength Index)

Pada dasarnya sistem RMR dan Q dikembangkan untuk aplikasi penambangan dan
terowongan, sedangkan indeks kekuatan geologi (GSI) menghasilkan uji mutu
massa batuan untuk perkiraan langsung kekuatan dan kekakuan batuan utuh dan
rekahan. Perkiraan cepat dengan GSI dapat dilakukan dengan menggunakan bagan
grafik yang diberikan dalam gambar 2.8 dan membantu prosedur penggunaan di
lapangan.
Gambar 2.8 Grafik untuk memperkirakan indeks kekuatan geologi (GSI)

Atau secara khusus nilai GSI dapat dihitung dengan rumus berikut :
𝐽𝐶𝑜𝑛𝑑89
JCond76 = ............................................................................................ (10)
1.3
𝑅𝑄𝐷
GSI = 2 JCond76 + ................................................................................... (11)
2
𝐽
52 𝐽 𝑟 𝑅𝑄𝐷
𝑎
GSI = 𝐽𝑟 + ......................................................................................... (12)
1+ 𝐽 2
𝑎
Tabel 2.7 Pembobotan dari parameter Jr dan Ja, Barton dkk (1974)
Kekasaran Rating Isian Rating
Diskontinuitas Diskontinuitas
(Jr) (Ja)
Tightly healed, hard,
Discontinuous 4 non-softening, 0.75
joints impermeable filling

Rough and Unaltered joint walls, 1.0


irregular, 3 surface staining only
undulating

Smooth, 2 Slightly altered joint


undulating walls, non-softening 2.0
mineral coatings,
sandy particles, clay-
Slickensided, 1.5 free
undulating disintegrated rock,
etc
Silty-, or sandy-clay
coatings, small clay 3.0
Rough or irregular 1.5 fraction (non-
planar softening)
Softening or low
Smooth, planar 1.0 friction clay, mineral
coatings,
i.e. kaolinite, mica.
Also chlorite, talc,
Slickensided, gypsum 4.0
0.5 and graphite etc., and
planar
small quantities of
swelling clays.
(Discontinuous
coatings, 1 – 2
mm or less in
thickness)

Tabel 2.8 Pembobotan dari Jcond89, Bieniawski (1989)

Very rough Slightly Slightly Slickensided


surfaces rough rough surfaces Soft gouge
Condition of Not surfaces surfaces or Gouge < > 5 mm
continuous Separation Separation 5 mm thick or
discontinuities
No < 1 mm < 1 mm thick or Separation >
separation Slightly Highly Separation 5 mm
Unweathered weathered weathered 1 – 5 mm Continuous
wall walls walls Continuous
rock

Rating 30 25 20 10 0
3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi

Lokasi penelitian Tugas Akhir ini dilakukan pada Pit Purnama di PT. Agincourt
Resources, Desa Aek Pining, Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatra
Utara, Indonesia.

3.2. Data Yang Diperlukan

3.2.1. Data Primer

Pada kegiatan penelitian ini metode yang digunakan adalah observasi secara
langsung di lapangan. Pengambilan data-data dilapangan dilakukan dengan
melakukan pengukuran – pengukuran serta pendataan, seperti :
1. Kakteristik massa batuan seperti, jenis batuan, jenis bukaan (Aperture),
kekasaran (Roughness), tipe diskontinuitas, tingkat pelapukan (Weathered),
tipe & lebar isian, panjang diskontinuitas (Persistence).
2. Geometri lereng seperti, ketinggian dan sudut kemiringan lereng.
3. Data uji sifat fisik dan mekanik batuan di daerah penelitian.
Serta data lainnya yang akan digunakan sebagai data pendukung yang dianggap
perlu, kemudian data – data perolehan tersebut dianalisa dan dievaluasi.

3.2.2. Data Sekunder

Data ini diperoleh dari studi literatur, pustaka, laporan penelitian terdahulu yang
dapat diaplikasikan terhadap data - data perolehan penelitian secara langsung,
sehingga dapat diterapkan antara teoritis dan kondisi nyata di lapangan. Data
sekunder yang dibutuhkan pada penelitian ini, seperti data :
1. Peta geologi daerah penelitian.
2. Peta daerah penelitian.
3. Peta topografi daerah penelitian.
4. Data statigrafi daerah penilitian.

3.3. Pengolahan Data

Setelah data-data yang diperlukan pada penelitian ini sudah terkumpul maka
selanjutnya dilakukan pengolahan data seperti :
 Mengkalkulasikan data karakteristik massa batuan (Klasifikasi Hoek-Brown)
dari beberapa titik berbeda, menggunakan rumus Hoek-Brown (1997), untuk
mendapatkan nilai kohesi, sudut geser dalam dan unit berat lereng yang
bervariasi.
 Melakukan analisa statistik terhadap beberapa nilai kohesi, sudut geser dalam
dan unit berat, untuk mendapatkan variable sebagai data masukan seperti,
mean, standart deviasi, relative minimum dan relative maksimum dalam
analisa probabilistik.
 Melakukan simulasi menggunakan metode monte carlo terhadap variable
tersebut untuk mendapatkan nilai probabilitas kelongsoran (PK) dan faktor
keamanan (FK) dari lereng yang diamati.
 Melakukan simulasi dengan variasi data ketinggian dan sudut kemiringan
lereng, untuk mendapatkan kondisi FK dan PK lereng yang paling aman,
menggunakan metode kesetimbangan batas dengan bantuan software Slide.

3.4. Pembahasan

Setelah diperoleh hasil dari pengolahan data maka akan dibuat suatu pembahasan
yaitu :
 Mengenai hubungan antara unit berat, kohesi dan sudut geser dalam terhadap
nilai faktor keamanan (FK) pada lereng yang diamati.
 Mengenai hubungan antara sudut kemiringan lereng dengan nilai probabilitas
kelongsoran (PK) pada lereng yang diamati.
 Mengenai hubungan antara faktor keamanan (FK) dengan probabilitas
kelongsoran (PK) pada lereng yang diamati.
3.5. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan mengenai rancangan geometri lereng yang terbaik dan


aman, diketahui setelah dilakukan analisa terhadap hubungan antara unit berat,
kohesi dan sudut geser dalam terhadap nilai faktor keamanan (FK), hubungan
antara sudut kemiringan lereng dengan nilai probabilitas kelongsoran (PK) dan
hubungan antara faktor keamanan (FK) dengan probabilitas kelongsoran (PK)
pada lereng yang diamati.

3.6. Rencana Waktu Penelitian Tugas Akhir

Rencana waktu penelitian Tugas Akhir ini dilakukan selama 2 bulan yang dimulai
pada bulan Mei sampai pertengahan bulan Juni tahun 2015. Reincian Rencana
jadwal penelitian ini seperti tabel dibawah :
Minggu
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Studi literatur
Observasi
2
lapangan
Pengambilan
3 data dan
pengolahan data
4 Pembahasan
Evaluasi hasil
5
data
6 Pembuatan draft
Persentasi hasil
7
Penelitian
3.7 Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.1. Diagram alir penelitian

Anda mungkin juga menyukai