Oleh :
M Imam Taufik
11306026
1.2.2 Tujuan
Untuk mengantisipasi permasalah yang akan dibahas terlalu luas, maka dibuat
batasan masalah sebagai berikut :
Data propertis massa batuan berasal dari perhitungan dengan rumus yang
diperkenalkan oleh Hoek-Brown (1997), berdasarkan karakteristik massa
batuannya.
Jenis longsoran dianggap tipe rotasional, untuk menyesuaikan dengan batasan
yang dimiliki oleh software yang digunakan.
Data propertis massa batuan yang digunakan sebagai data masukan untuk
analisa probabilistik hanya nilai kohesi, sudut geser dalam dan unit berat, yang
disesuaikan dengan batasan input data dari software yang digunakan.
2. DASAR TEORI
Metode kesetimbangan batas merupakan metode yang sangat populer dan rutin
dipakai dalam analisis kestabilan lereng untuk longsoran tipe gelinciran
translasional dan rotasional. Kemantapan suatu lereng tergantung pada gaya-gaya
penggerak dan gaya penahan yang ada pada lereng tersebut. Gaya-gaya penggerak
berupa gaya berat, gaya tiris atau muatan, sedangkan gaya-gaya penahan berupa
gaya gesekan atau geseran, kohesi dan kuat geser. Apabila gaya penggerak lebih
besar dibandingkan dengan gaya penahan maka akan menyebabkan terjadinya
kelongsoran. Tetapi bila gaya penahan ini lebih besar dari gaya penggerak, maka
lereng tersebut tidak akan mengalami kelongsoran atau lereng dalam keadaan
stabil. Kestabilan lereng biasa dinyatakan dalam bentuk faktor keamanan (FK)
yang didefinisikan sebagai berikut:
𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛
FK = ........................................................................ (1)
𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘
Dimana:
FK > 1.0 : lereng dianggap stabil
FK = 1.0 : lereng dalam keadaan seimbang dan siap untuk bergerak apabila
ada sedikit gangguan
FK < 1.0 : lereng dianggap tidak stabil
Metode kesetimbangan batas merupakan metode yang sangat populer, relatif
sederhana, mudah digunakan serta telah terbukti kehandalannya dalam praktek
rekayasa geoteknik selama bertahun-tahun. Dalam perhitungan analisis kestabilan
lereng dengan metode ini hanya digunakan kondisi kesetimbangan statik saja serta
mengabaikan adanya hubungan regangan-tegangan yang ada dalam lereng.
Asumsi lainnya yaitu geometri dari bentuk bidang runtuh harus diketahui atau
ditentukan terlebih dahulu. Kondisi kestabilan lereng dalam metode
kesetimbangan batas dinyatakan dalam indeks Faktor keamanan (FK). FK
dihitung menggunakan kesetimbangan gaya atau kesetimbangan momen, atau
menggunakan kedua kondisi kesetimbangan tersebut tergantung dari metode
perhitungan yang dipakai.
Untuk lereng tanah atau lereng batuan lemah pada umumnya longsoran terjadi
karena kekuatan geser material sepanjang bidang runtuh tidak mampu menahan
gaya geser yang bekerja. Pada kasus ini, biasanya bidang runtuh berupa sebuah
busur lingkaran atau berupa bidang lengkung. Metode kesetimbangan batas
merupakan metode yang sangat populer untuk tipe longsoran tersebut. Secara
umum metode untuk menganalisis longsoran tipe rotasional dapat dibagi dua
yaitu: metode massa dan metode irisan.
Metode Massa
Pendekatan yang digunakan dalam metode ini yaitu massa di atas bidang runtuh
dianggap sebagai sebuah benda kaku dan bidang runtuh dianggap berupa sebuah
busur lingkaran. Asumsi lainnya yang digunakan yaitu paramater kekuatan geser
hanya ditentukan oleh kohesi saja. Metode ini cocok sekali digunakan pada lereng
lempung. Faktor keamananlereng merupakan perbandingan antara momen
penahan dan momen guling, yang dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai
berikut:
𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐶𝑢 𝑅 2 𝜃
FK = = .................................................................... (2)
𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛 𝐺𝑢𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑊𝑥
Gambar 2.1 Metode massa
Metode Irisan
Metode irisan merupakan metode paling populer dalam analisis kestabilan lereng
dengan tipe keruntuhan rotasional. Salah satu karakteristik dari metode irisan
yaitu geometri dari bidang gelinciran harus ditentukan atau diasumsikan terlebih
dahulu. Untuk menyederhanakan perhitungan, bidang runtuh biasanya dianggap
berupa sebuah busur lingkaran, gabungan busur lingkaran dengan garis lurus,
atau gabungan dari beberapa garis lurus.
Sketsa model lereng untuk bidang runtuh yang berupa sebuah busur lingkaran dan
bidang runtuh gabungan diperlihatkan pada gambar 2.9 dan gambar 2.10. Setelah
geometri dari bidang runtuh ditentukan kemudian massa di atas bidang runtuh
dibagi ke dalam sejumlah irisan tertentu. Tujuan dari pembagian tersebut adalah
untuk mempertimbangkan adanya variasi kekuatan geser dan tekanan air pori
sepanjang bidang runtuh. Langkah selanjutnya adalah menghitung data-data untuk
setiap irisan. Dengan menggunakan data-data pada setiap irisan besarnya faktor
keamanandapat dihitung menggunakan persamaan kesetimbangan. Berdasarkan
kondisi kesetimbangan yang dapat dipenuhi, metode irisan dapat dikelompokkan
menjadi dua kategori.
1. Metode yang tidak memenuhi semua kondisi kesetimbangan gaya dan momen,
antara lain yaitu metode Irisan Biasa, metode Bishop Yang Disederhanakan
(Simplified Bishop Method) dan metode Janbu Yang Disederhanakan (Simplified
Janbu Method).
2. Metode yang memenuhi semua kondisi kesetimbangan gaya dan momen, antara
lain yaitu Metode Spencer, Metode Morgenstern -Price dan Metode
Kesetimbangan Batas Umum (Generalized Limit Equilibrium Method).
Terdapatnya sejumlah variasi dari metode irisan, dikarenakan oleh perbedaan
asumsi-asumsi yang digunakan dan kondisi kesetimbangan yang dapat dipenuhi.
Gambar 2.2 Model lereng dengan bidang runtuh yang berbentuk sebuah busur
Lingkaran
Gambar 2.3 Model lereng dengan bidang runtuh yang merupakan gabungan dari
sebuah busur lingkaran dengan bidang planar.
Tabel 2.1 Asumsi-asumsi dan kondisi kesetimbangan yang digunakan oleh
beberapa metode irisan
Metode Asumsi
Probabilistik adalah suatu cara untuk menentukan nilai faktor keamanansuatu sistem
rekayasa dengan memperlakukan nilai masukan sebagai variabel acak, dengan
demikian nilai faktor keamanansebagai rasio antara gaya penahan dan gaya
penggerak merupakan juga variabel acak. Pada proses ini nilai parameter masukan
dan faktor keamananakan dikarakterisasi distribusi nilai masing-masing. Di samping
itu juga pendekatan ini dapat melihat faktor yang paling mempengaruhi kestabilan
lereng melalui analisis sensitivitas perubahan nilai setiap parameter masukan terhadap
nilai faktor keamanan.(Masagus, 2011)
Penentuan sudut kemiringan lereng yang dapat diterima (acceptable angleof slope)
adalah suatu parameter paling penting dalam perencanaan tambang terbuka. Namun
ketidakpastian yang terkait dengan geometri lereng, sifat fisik dan mekanik
batuan, kondisi pembebanan dan reliabilitas model mengakibatkan proses
pemilihan sudut kemiringan lereng yang sesuai menjadi lebih sulit.(Masagus,
2011). Secara garis besar, kelongsoran lereng tambang terbuka terjadi pada
beberapa kondisi berikut ini :
Global Failure (Longsor Besar) Lereng keseluruhan (overall slope) longsor
yang dapat membahayakan keselamatan pekerja dan keberlangsungan
tambang. Longsor ini memerlukan waktu rehabilitasi cukup lama,
mengganggu jadwal produksi dan pemenuhan kontrak penjualan.
Inter-ramp Failure (Longsor multi jenjang) Longsor yang terjadi pada lebih
dari 1 jenjang, dan kadangkala merusak jalan angkutan ke tambang.
Bench Failure (Longsor tunggal) Kelongsoran lereng hanya mempengaruhi
operasi produksi di sekitar jenjang yang longsor Gambar 2 menyajikan konsep
probabilitas kelongsoran dan besaran ketidakpastian (Steffen dkk, 2008). PK
lereng ditentukan dari perbandingan antara luas area di bawah kurva dari
distribusi nilai FK<1 terhadap distribusi nilai FK ≥ 1. Makin besar rentang
distribusi nilai FK, maka makin tinggi ketidakpastian dari nilai FK dengan
nilai PK yang sama.
Secara defenisi ada hubungan linier antara nilai PK dengan peluang (likelihood)
kelongsoran, sementara tidak berlaku untuk hubungan FK dengan peluang
kelongsoran. FK yang besar tidak menggambarkan lereng yang lebih stabil,
karena besaran ketidakpastian yang implisit tidak ditangkap oleh nilai FK. Lereng
dengan nilai FK= 3 bukan berarti 2 kali lebih stabil daripada FK 1.5, sementara
lereng dengan nilai PK 5 % menunjukkan 2 kali lebih stabil dari lereng dengan
nilai PK 10 %.
Simulasi Monte Carlo didefinisikan sebagai semua teknik sampling statistik yang
digunakan untuk memperkirakan solusi terhadap masalah-masalah kuantitatif
(Monte Carlo Method, 2008). Dalam simulasi Monte Carlo sebuah model
dibangun berdasarkan sistem yang sebenarnya. Setiap variabel dalam model
tersebut memiliki nilai yang memiliki probabilitas yang berbeda, yang
ditunjukkan oleh distribusi probabilitas atau biasa disebut dengan probability
distribution function (pdf) dari setiap variabel. Metode Monte Carlo
mengsimulasikan sistem tersebut berulang-ulang kali, ratusan bahkan sampai
ribuan kali tergantung sistem yang ditinjau, dengan cara memilih sebuah nilai
random untuk setiap variabel dari distribusi probabilitasnya. Hasil yang
didapatkan dari simulasi tersebut adalah sebuah distribusi probabilitas dari nilai
sebuah sistem secara keseluruhan.
Tahapan yang dilakukan dalam metode ini sebagai berikut :
1. Definisikan domain (daerah asal) dari masukan data yang memungkinkan
2. Munculkan masukan secara acak dari domain yang sudah ditentukan
menggunakan distribusi probabilitas tertentu
3. Lakukan perhitungan secara deterministic menggunakan data masukan
4. Gabungkan hasil dari setiap perhitungan individual kepada hasil akhir.
Algoritma ini digunakan sebagai landasan simulasi bilangan acak untuk
menentukan fungsi distribusi probabilitas yang sesuai. Beberapa keuntungan
metode Monte Carlo yakni sederhana, lebih fleksibel dalam menggabungkan
suatu varietas distribusi probabilitas yang cukup besar tanpa banyak penarfsiran,
dan kemampuan untuk memodelkan korelasi di antara variable dengan mudah
(Hammah and Yacoub, 2009). Umumnya analisis stabilitas lereng dengan metode
kesetimbangan batas menggunakan simulasi Monte Carlo untuk menghitung
probabilitas kelongsoran.
Hasil analisis statistik dari masing-masing nilai parameter masukan (nilai
minimum, maksimum, rata-rata, standar deviasi) dicocokkan ke dalam 7 fungsi
asumsi yang akan dipilih (Pada program Slide ada 7 fungsi : normal, seragam,
triangular, beta, eksponensial, lognormal, gamma). Menggunakan metode Monte
Carlo maka akan memperbanyak data secara acak mengikuti fungsi yang
ditentukan. Untuk menentukan fungsi yang cocok, maka dapat ditentukan dari
hasil proses pencocokan.
Lokasi penelitian yang berada pada kelas massa batuan yang sedang hingga
sangat buruk mengindikasikan bahwa kondisi massa batuan sangat terkekarkan
dan memungkinkan terjadinya keruntuhan massa batuan (Hoek et al, 2004). Maka
dari itu penelitian ini menggunakan pendekatan estimasi kekuatan massa batuan
seperti yang diusulkan oleh Hoek et al (1995).
Kekuatan seluruh kumpulan patahan dan blok batuan besar dapat diperkirakan
dengan uji geser langsung di lapangan, perhitungan balik longsoran batuan dan
lereng runtuhan, atau secara alternatif diperkirakan berdasarkan skema klasifikasi
massa batuan. Untuk yang kedua, pendekatan secara terperinci evaluasi tegangan
massa batuan dihasilkan dengan menggunakan rating GSI (Hoek dkk, 1995).
Dalam metode ini, tegangan utama maksimum (σ1’) sesuai dengan tegangan
utama minimum (σ3’) pada keadaan runtuh melalui rumus empiris yang
bergantung pada faktor-faktor :
Kuat tekan uniaksial batuan (σu),
Konstanta material jenis batuan (mI),
Tiga buah parameter empiris yang menggambarkan tingkat patahan massa
batuan (mb, s, dan a).
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Hubungan antara kurva tegangan selubung (envelop) Mohr-Coulomb dan
tegangan utama maksimum diberikan dengan rumus sebagai berikut :
σ3 ′ 𝑎
σ1’ = σ3’ + σu [mb + 𝑠] ................................................................... (3)
σ𝑢 ′
dengan rentang 70 < φp’ < 750 untuk batasan nilai parameter kekasaran kekar (Jr)
dan perubahan (Ja).
Tabel 2.3 Nilai estimasi lapangan dari uniaxial compressive strenght (σu)
Uniaxial Point
Grade* Term Comp. Load Field estimate Examples
Strenght Index of strenght
(MPa) (MPa)
Non Foliated
Marble Hornfels Quartzite
9 (19) 24
Metamorphic
Migmatite Amphibolite Mylonites
Slightly foliated
(30) 25 - 31 (6)
Pada dasarnya sistem RMR dan Q dikembangkan untuk aplikasi penambangan dan
terowongan, sedangkan indeks kekuatan geologi (GSI) menghasilkan uji mutu
massa batuan untuk perkiraan langsung kekuatan dan kekakuan batuan utuh dan
rekahan. Perkiraan cepat dengan GSI dapat dilakukan dengan menggunakan bagan
grafik yang diberikan dalam gambar 2.8 dan membantu prosedur penggunaan di
lapangan.
Gambar 2.8 Grafik untuk memperkirakan indeks kekuatan geologi (GSI)
Atau secara khusus nilai GSI dapat dihitung dengan rumus berikut :
𝐽𝐶𝑜𝑛𝑑89
JCond76 = ............................................................................................ (10)
1.3
𝑅𝑄𝐷
GSI = 2 JCond76 + ................................................................................... (11)
2
𝐽
52 𝐽 𝑟 𝑅𝑄𝐷
𝑎
GSI = 𝐽𝑟 + ......................................................................................... (12)
1+ 𝐽 2
𝑎
Tabel 2.7 Pembobotan dari parameter Jr dan Ja, Barton dkk (1974)
Kekasaran Rating Isian Rating
Diskontinuitas Diskontinuitas
(Jr) (Ja)
Tightly healed, hard,
Discontinuous 4 non-softening, 0.75
joints impermeable filling
Rating 30 25 20 10 0
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi
Lokasi penelitian Tugas Akhir ini dilakukan pada Pit Purnama di PT. Agincourt
Resources, Desa Aek Pining, Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatra
Utara, Indonesia.
Pada kegiatan penelitian ini metode yang digunakan adalah observasi secara
langsung di lapangan. Pengambilan data-data dilapangan dilakukan dengan
melakukan pengukuran – pengukuran serta pendataan, seperti :
1. Kakteristik massa batuan seperti, jenis batuan, jenis bukaan (Aperture),
kekasaran (Roughness), tipe diskontinuitas, tingkat pelapukan (Weathered),
tipe & lebar isian, panjang diskontinuitas (Persistence).
2. Geometri lereng seperti, ketinggian dan sudut kemiringan lereng.
3. Data uji sifat fisik dan mekanik batuan di daerah penelitian.
Serta data lainnya yang akan digunakan sebagai data pendukung yang dianggap
perlu, kemudian data – data perolehan tersebut dianalisa dan dievaluasi.
Data ini diperoleh dari studi literatur, pustaka, laporan penelitian terdahulu yang
dapat diaplikasikan terhadap data - data perolehan penelitian secara langsung,
sehingga dapat diterapkan antara teoritis dan kondisi nyata di lapangan. Data
sekunder yang dibutuhkan pada penelitian ini, seperti data :
1. Peta geologi daerah penelitian.
2. Peta daerah penelitian.
3. Peta topografi daerah penelitian.
4. Data statigrafi daerah penilitian.
Setelah data-data yang diperlukan pada penelitian ini sudah terkumpul maka
selanjutnya dilakukan pengolahan data seperti :
Mengkalkulasikan data karakteristik massa batuan (Klasifikasi Hoek-Brown)
dari beberapa titik berbeda, menggunakan rumus Hoek-Brown (1997), untuk
mendapatkan nilai kohesi, sudut geser dalam dan unit berat lereng yang
bervariasi.
Melakukan analisa statistik terhadap beberapa nilai kohesi, sudut geser dalam
dan unit berat, untuk mendapatkan variable sebagai data masukan seperti,
mean, standart deviasi, relative minimum dan relative maksimum dalam
analisa probabilistik.
Melakukan simulasi menggunakan metode monte carlo terhadap variable
tersebut untuk mendapatkan nilai probabilitas kelongsoran (PK) dan faktor
keamanan (FK) dari lereng yang diamati.
Melakukan simulasi dengan variasi data ketinggian dan sudut kemiringan
lereng, untuk mendapatkan kondisi FK dan PK lereng yang paling aman,
menggunakan metode kesetimbangan batas dengan bantuan software Slide.
3.4. Pembahasan
Setelah diperoleh hasil dari pengolahan data maka akan dibuat suatu pembahasan
yaitu :
Mengenai hubungan antara unit berat, kohesi dan sudut geser dalam terhadap
nilai faktor keamanan (FK) pada lereng yang diamati.
Mengenai hubungan antara sudut kemiringan lereng dengan nilai probabilitas
kelongsoran (PK) pada lereng yang diamati.
Mengenai hubungan antara faktor keamanan (FK) dengan probabilitas
kelongsoran (PK) pada lereng yang diamati.
3.5. Penarikan Kesimpulan
Rencana waktu penelitian Tugas Akhir ini dilakukan selama 2 bulan yang dimulai
pada bulan Mei sampai pertengahan bulan Juni tahun 2015. Reincian Rencana
jadwal penelitian ini seperti tabel dibawah :
Minggu
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Studi literatur
Observasi
2
lapangan
Pengambilan
3 data dan
pengolahan data
4 Pembahasan
Evaluasi hasil
5
data
6 Pembuatan draft
Persentasi hasil
7
Penelitian
3.7 Diagram Alir Penelitian