Anda di halaman 1dari 121

7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

7 - PENGEBORAN

1
Pendahuluan
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Pemberaian batuan: alat gali mekanis (ripper, wheel


excavator, shovel, dll) atau hydraulic jet.
 Production drilling: lubang tembak, eksplorasi, penirisan
untuk kestabilan lereng dan test pondasi.
 Material terkonsolidasi dan yang tidak terkonsolidasi
akan dibor
 Variasi material geologi dapat ditemui pada suatu
kegiatan pengeboran dan dapat membutuhkan alat dan
metode pengeboran yang berbeda

2
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Klasifikasi Alat Bor

3
Klasifikasi Metode Pengeboran
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Klasifikasi pengeboran menurut metode interaksi:


 Pengrusakan batuan (rock attack) atau
 Cara pemakaian energi pada saat penetrasi.
 Klasifikasi pengeboran menurut aplikasi energi penembusan batuan:
 Mechanical attack
 Gesekan dan
 Pemotongan batuan
 Klasifikasi pengeboran mekanik menurut metode perpindahan energi:
 Perkusi
 Rotari
 Rotari-perkusi
 Klasifikasi pengeboran menurut kriteria operasional:
 Diameter lubang bor
 Cara mounting
 Tipe tenaga yang digunakan – pnematik & hidrolik

4
Mekanisme Metode/Cara Mesin
Mechanic Percussion Churn atau cable- tool drill
(Drilling) Drop tool Rock drill, channeler
Hammer Auger atau rotary drill
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Rotary, drag bit Diamond drill


Blade Wire-rope, rantai, atau gergaji putar
Stone-set Rolling-cutter drill
Stawing
Rotary, roller bit
Rock drill (independent rotation)
Rolling-cutter drill (superimposed percussion)
Klasifikasi
Rotary-percussion
Hammer Pengeboran
Rotary
Thermal Flame Jet piercer, jet channeler Menurut
Erosion
Hot fluid
Plasma torch
Rocket Sistem Rock
Fusion Subterrence
Freezing (konseptual) Attack
Fluid Jet Hydraulic jet, monitor, canon
Erosion Pellet-impact atau vibraion drill
Bursting Implosion drill
Cavitation Cavitating drll
Sonic Vibration High-frequensy transducer
Chemical Explosion Shaped charge, capsule projectile
Reaction Rock softener, dissolution
Electrical Electric arc atau Electrofrac drill
current Electron gun
Electron beam Spark drill
Electromagnetic
induction
Light Laser Electromagnetic radiation beam
Nuclear Fission (konseptual)
Fusion (konseptual) 5
Klasifikasi Alat-Bor Menurut Aplikasi Energi
Penembusan Batuan
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

1. Percussive (batuan dipecahkan oleh tumbukan berulang kali)


 Pneumatic rock drill
 Down the hole drill
 Motor drill
 Cable tool churn drill
2. Attritive (batuan digerus oleh kekuatan abrasi)
 Diamond drill
 Chilled shot atau Calyx drill
3. Rotative–cutting (batuan dipotong atau diserut)
 Auger drill
4. Rotative–shearing (batuan dipecahkan oleh kekuatan baji atau
geseran)
 Drag - bit drill
 Rotary - percussive drill
5. Rotary-crushing (batuan dipecahkan akibat tekanan vertikal baji)
 Heavy rotary drill

6
Klasifikasi Pengeboran Menurut Metode
Perpindahan Energi
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

(Hartman,1968)

Metode Mesin
Percussion
Drop tool Churn drill, cable tool, alat bor
Hammer pnematik atau hidrolik
Rotary, drag
Blade Auger, high pressure rotary
Stone Diamond
Shot Calyx
Sawing Wire rope, chain rotary saw
Rotary, roller Rolling cutter
Rotary – perkusi Drag, roller
Thermal
Flame Jet piercer, channeler
7
Variabel Operasi Pengeboran Pada Berbagai
Metode
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Rotary
Macam alat bor Perkusi Rotary-Perkusi
(drag & roller)
1. Drill
 Drill Power X X X
 Drill Thrust X X X
 Drill Torque X X
 Drill Rotary speed X X
 Blow energi X
 Blow frequency X
2. Rod
 Rod dimension X X X
 Rod geometry X X X
 Material properties X X X

3. Bit
 Bit diameter X X X
 Bit geometry X X X
 Material properties X X X
4. Circulation fluid
 Fluid flow rate X X X
 Fluid properties X X X 8
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Prinsip Dasar Pengeboran

9
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

4 Komponen Utama di Semua Metode Pengeboran

10
Prinsip Dasar Pengeboran
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Top-hammer Down-The-Hole Rotari


Rotari Perkusi
Rotari Perkusi

11
Metode Pengeboran
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Percussion drilling
Rotary drilling
Top hammer drilling Down the hole drilling

Drilling Blow + Rotation Rotation


method

Points

Blow power Air pressure Feed power

12
Berbagai Metoda Pengeboran Menurut
Perpindahan Energi
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

1 2 3 4

1. DTH (Down The Hole)


2. Top Hammer Drilling
(traditional extension)
3. Top Hammer (COPROD
– Patent of Atlas Copco)
4. Rotary

13
Mekanisme Pengeboran Rotasi Perkusi
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Pengeboran Perkusif: pengeboran digerakkan oleh


pukulan & menginduksi gelobang tegangan
Down The Hole – DTH: gelombang tegangan
ditransmisikan langsung melalui mata bor ke batuan
Tophammer:gelombang tegangan ditrasnmisikan melalui
batang bor ke batuan
Fungsi Utama
Perkusi – piston bolakbalik untuk menghasilkan gelombangan
tegangan
Feed – memberikan kontak interaski mata bor dan batuan
Rotasi – memberikan efek pergerakan sehingga memudahkan
untuk pengeluaran yang diputar
Flushing – pengeluaran potongan di lubang bor hasil
pengeboran
Foam flushing – stabilisasi dinding lubang bor

14
Klasifikasi Menurut Mesin Pengeboran
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Manual drilling
The pneumatic leg-drills work
 Mechanized drilling in NY water reservoir
construction in 1894

15
Jenis Pekerjaan Pengeboran
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Pengeboran jenjang
 Pengeboran terowongan
 Pengeboran produksi
 Pengeboran raises
 Pengeboran batuan dan overburden
 Penyanggaan batuan

16
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Pengeboran
Beberapa Jenis Mata Bor & Aplikasi

17
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Drag Bit - Wing Bit


Rotari Auger Drill Bit

18
Tricone Roller Sharp Rotari Bit
Teeth Bits
Tricone Roller Teeth Bit & Tricone
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Roller Button Bit


Tricone Roller Button Bits

19
Rotari Perkusi Bit
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Inserted
buttons
cemented
carbide

Flushing Steel bit


holes &
flutes

Tool body

20
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Rotari Perkusi Bit

21
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Rotari Perkusi Button


Bits

Button bitRetractable button bit

Inserted buttons
Button bit cemented Flushing
carbide holes &
flutes

22
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Rotari Perkusi
Down The Hole

23
Hammer Drill Bit
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Down The Hole Hammer Drill Rig

24
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Rotari Perkusi
Crawler Rock Drill

25
Crawler Rock Drill
CRD
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Couplings

Furukawa
CRD CM-351 Ingersoll Rand

Tamrock Pantera

26
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB
Aplikasi Jack Hammer

27
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Tanah
Urutan Pengeboran dan Peledakan di Bawah

28
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Jumbo Drill Untuk Pengeboran Bawah Tanah

29
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Raise Boring Rotary

30
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Teori Penetrasi & Pengeboran

31
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Berbagai Bentuk Pemecahan Batuan

32
Mekanisme Umum Drilling Breakage
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

1. Kontak Awal (begin of impact):


Putaran logam keras mata bor ditekan ke massa batuan. Tegangan-tegangan lokal tinggi menyembabkan segera
terjadinya zone formasi hancuran dibawah ujung mata bor. Dari situ pada daerah kontak batuan terjadi kondisi tegangan
rendah ke arah pengeborannya.
2. Perekahan (cracking):
Kenaikan tegangan-tegangan melebihi kekuatan batuan, maka perekahan awal segera terjadi pada sisi dari zone
hancuran dan berpropagasi ke arah tubuh batuannya. Rekahan-rekahan dari sisi tetangganya mulai berinteraski dan
membentuk pecahan (chips) batuan dan proses potong/gunting/geser segera terjadi akibat putaran dan penekanan mata
bor
3. Langkah Akhir (end of stroke):
Mata bor selanjutnya ditarik keluar dan pelepasan tegangan terjadi. Pantulan elastik pada massa batuan dan sistem
flushing memisahkan pecahan batuan dan maerial gerus dari muka dasar lubang dan segera dikeluarkan oleh sistem
flushing.

1 2 3
33
Dasar Teori Penetrasi Pengeboran
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Empat Komponen Fungsional Utama pengeboran:


1. Alat bor (sumber energi) - mengkonversi energi dari bentuk awal (fluida,
listrik, pneumatik, atau motor bakar) menjadi energi mekanik untuk
menggerakkan sistem
2. Batang bor (energy transmitter) - mentransmisi energi dari penggerak
utama atau sumber energi ke bit / mata bor atau applicator # energy loss #
DTH
3. Mata bor (energy applicator) - adalah pemakai energi dalam sistem, mem-
fraktur, merusak dan memecah batuan dari keadaan solidnya secara
mekanik untuk mencapai suatu penetrasi
4. Sirkulasi fluida - membersihkan lubang, mengontrol debu, mendinginkan
bit, & sewaktu-waktu menstabilkan lubang

34
4 Elemen Utama Operasi Pengeboran Rotari
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

1. Daya torsi (torque) yang cukup untuk memutar mata bor pada
sembarang lapisan yang dijumpai.
2. Gaya ke bawah mata-bor (loading capability or thrust) yang cukup
tinggi untuk memperoleh penetrasi yang optimum.
3. Volume udara flushing yang cukup untuk membersihkan serpihan
batu selama penetrasi, demikian pula menyediakan udara dingin
untuk mendinginkan mata-bor.
4. Jenis mata-bor yang dipakai sesuai dengan sifat-sifat material yang
akan atau sedang dibor.

35
Tahap Penghancuran Batuan Pada Pengeboran
Rotari Perkusi
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

1. Peremukan sisi-sisi batuan pada daerah kontak dengan bit # Batuan terdeformasi tidak elastis, dengan
penghancuran di permukaan secara tidak beraturan
2. Pembentukan rekahan-rekahan radial yang menyebar dari pusat lubang bor & konsentrasi tegangan
terjadi akibat kontak bit dengan batuan dan lubang bentuk pasak terjadi # Subsurface mikrocracks terjadi
akibat konsentrasi tegangan dan pengukungan pada mata bor/batas batuan yang menyertai suatu baji,
sehingga pecah.
3. Lubang batuan berbentuk pasak digerus # Crack sekunder merambat sepanjang lintasan terhadap
permukaan, membentuk fragmen besar atau chip .
4. Timbul fragment-fragment pada daerah yang berdekatan dengan lubang berbentuk pasak # Partikel
hancuran terdorong akibat gerakan dari mata bor dan aksi pembersihan dari sirkulasi fluida,
menghasilkan suatu crater .
5. Cuttings di tiup keluar.

1 2 3 4 5

upfront radial elastic crushed large


cracks deformation
final outline of
powder chips crater
36
Gaya Tekan - Thrust Load
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Permanen kontak antara bits dengan dasar lubang bor


 Thrust load atau Pull down
 Kurangnya thrust load bisa menyebabkan:
 Laju penetrasi rendah
 Keausan rods
 Dll
 Klebihan thrust load bisa menyebabkan:
 Meningkatnya tahanan rotasi
 Drill steel jammed
 Keausan bits
 dll

37
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Hubungan Gaya Tekan & Penetrasi

38
Flushing-1
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Pengeboran efisien, maka dasar lubang bor harus bersih


 Bilamana tidak bersih, energi digunakan untuk
regrinding, dengan konsekuensi keausan bits dan
pengurangan laju penetrasi
 Material flushing: Udara, air, atau foam
 Udara  pengeboran permukaan
 Air  pengeboran bawah tanah, unjuk kerja menurun
10-20%
 Foam  membawa partikel ke permukaan, sealer
dinding lubang ketika pengeboran material lepas

39
Flushing-2
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Kecepatan aliran udara untuk pembersihan effisien 15 – 30 m/s.


 Kecepatan minimum:
Va(m/s)=9.55 x (denr/(denr-1)) x dp0.6
 Flow minimum dari kompresor:
Qa (m3/min)=Vax(D2-d2)/1.27

 Air  kecepatan aliran air 0.4 – 1 m/s, tekanan 0.7-1 MPa

40
Alat Bor Rotari
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Mata bor merusak batuan dengan energi yang disuplai dari batang bor yang berputar.
Batang bor diputar sambil didorong ke bawah dengan memakai 65% berat mesin,
mendorong mata bor/bit ke batuan.
 Mata bor akan merusak dan memindahkan batuan dengan aksi ploughing-scraping pada
batuan lunak, atau aksi crushing-chipping pada batuan keras, atau dengan kombinasi
keduanya.
 Udara bertekanan disuplai ke bit melalui batang bor untuk mendinginkan bit dan sebagai
media flushing cutting keluar dari lubang bor. Air dapat ditambahkan pada udara
bertekanan untuk membantu menekan pengeluaran debu, tapi sering memboroskan
pemakaian bit.
  = 100 – 445 mm (4 – 17,5 in); Umumnya: 200, 250, 311, 381 mm (6 7/8, 7 7/8, 12 ¼, 15
in).
 Lubang ledak yang dibor dengan memakai rotary drill dipakai sebagian di tambang
terbuka.
 Kedalaman s/d 50 m.
 Biasanya untuk operasi vertikal atau bersudut 25 - 30 dari vertikal.
 Auger dibuat untuk pengeboran horisontal di highwall face.
41
Pengeboran Rotari
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Lubang ledak di tambang terbuka banyak menggunakan alat bor


rotari
  102 - 445 mm (4" - 17") dengan H s/d 50 m.
 4 elemen utama operasi rotary drilling adalah:
1. daya torsi (torque) yang cukup untuk memutar mata bor pada
sembarang lapisan yang dijumpai.
2. gaya ke bawah mata-bor (loading capability or thrust) yang cukup tinggi
untuk memperoleh penetrasi yang optimum.
3. volume udara flushing yang cukup untuk membersihkan serpihan batu
selama penetrasi, demikian pula menyediakan udara dingin untuk
mendinginkan mata-bor.
4. jenis mata-bor yang dipakai sesuai dengan sifat-sifat material yang
akan atau sedang dibor.

42
Pengeboran Rotari Perkusi
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Merupakan bentuk kombinasi mekanisme pengeboran,


menggabungkan aksi perkusi dan rotasi secara terpisah.
 Umumnya, mata bor perkusi (dengan button atau assymmetric wings)
atau kadang-kadang roller bits dipakai.
 Dalam alat bor perkusi model down-hole, tidak tergantung pada rotasi
yang dipakai, dan aksi cutting dapat disesuaikan dari perkusi lurus ke
rotari percussion.
 Pembesaran perkusi pada suatu sistem rotari berarti memperbesar
gaya tumbuk (impact) yang dihasilkan, tapi gaya dorongan dan torque-
induced masih beroperasi.
 Pada pengeboran rotari-perkusi, penghancuran batuan terjadi akibat
crushing dan chipping, seiring dengan aksi pengeboran.

43
Pengeboran Rotary Drag Bit-1
(Driscoll, 1986)
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Aksi penyerutan & pengerukan oleh mata bor drag-type rotary


disebabkan oleh berbagai variasi alat, termasuk bilah (blade) dan
bor intan demikian pula rope, rantai, dan gergaji putar.
 Aksi drag pada permukaan potong disuplai oleh dua gaya:
 gaya dorong yg merupakan suatu aksi static-load secara normal,
 torsi, komponen gaya tangensial dari momen rotasional pada
permukaan batuan.
 Pada saat cutting edge dari bit datang dan kontak dengan batuan
terjadi deformasi elastik
 Batuan dipecahkan di zona tegangan tinggi dekat mata bor
 Crack merambat sepanjang lintasan geser permukaan dan
membentuk chip
 Bit maju ke depan untuk kontak kembali dengan batuan dan
memindahkan fragmen hancuran.
44
Pengeboran Rotary Drag Bit-2
(Driscoll, 1986)
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

1. Drag bits have short blades, each forged to a cutting edge and
faced with tungsten carbide tips. Short nozzles direct jets of
drilling fluid down the faces of the blades to clean and cool them.
2. A blade bit is a drag bit in which the blades can be replaced.
3. Drag bits have a shearing action and cut rapidly in sands, clays
and some soft rock formations. However, it does not work well in
coarse gravel or hard-rock formations.

45
Pengeboran Rotary Roller Bit-1
(Driscoll, 1986)
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Bentuk drill rig yang sama dapat


dipakai dengan rolling-cutter bit.
Walaupun demikian, geometri roller-bit
merupakan campuran dari aksi
pemotongan, suatu kombinasi dari
perkusi dan rotari (Simon, 1956).
 Pada saat bit berputar, cutting teeth
yang menempel pada masing-masing
rotating cone secara bergantian
menghantam batuan, menumbuk,
identing, dan menyerutnya.
 Penghancuran (crushing) yang sama
dan chipping terjadi dalam 2 sistem
dasar, yaitu rotasi dan perkusi hanya
proporsinya yang berbeda.
46
Pengeboran Rotary Roller Bit-2
(Driscoll, 1986)
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

1. Roller bits have three or more cones ("rollers" or "cutters") made


with hardened steel teeth or tungsten carbide inserts of varied
shape, length and spacing. They are designed so that each tooth
applies pressure at a different point on the bottom of the hole as
the cones rotate.
2. The teeth of adjacent cones intermesh so that self-cleaning
occurs. The cutting surfaces of all roller bits are flushed by jets of
drilling fluid directed from the inside (centre) of the bit.
3. Roller bits exert a crushing and chipping action, making it
possible to cut hard rock formations.

47
Top Hammer Drill
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Biasanya untuk batuan lunak.


 Klasifikasikan berdasarkan prinsip kerja:
 hydraulic or pneumatic handheld drill based drill dijalankan oleh tenaga
sendiri. Light hydraulic drill diletakkan di atas feeder untuk mekanisasi
pengeboran dengan macam-macam jenis boom.
 pneumatic handheld drill dengan airleg feed digerakkan oleh kompresor
yang terpisah

Top hammer drilling merupakan kombinasi dari 4 fungsi:


1. Percussion
2. Feed
3. Rotation
4. Flushing

Parameter Laju Penembusan top hammer drilling:


1. impact energy
2. impact frequency
3. kecepatan rotasi
4. gaya pengumpanan (feeding force)
5. cara flushing dari lubang bor

48
Down The Hole Drilling - DTH
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 DTH menggunakan udara tekan dalam percussive drilling lebih efisien daripada pneumatic top hammer
drill biasa.
 Kecepatan penetrasi hampir konstan tidak dipengaruhi oleh kedalaman lubang.
 Ketepatan pengeboran dari DTH drill baik.
 Karena piston blow diteruskan langsung ke mata-bor, rangkaian batang-bor & sambungan bebannya
lebih ringan, karena hanya memberikan putaran pada mata-bor & sebagai jalan udara ke hammer.
 DTH drill berdiameter batang-bor besar mengurangi ruang antara batang-bor dan dinding lubang-bor.
Hal ini akan memperbaiki sistem flushing dalam lubang. Udara keluar dari hammer biasanya bekerja
sebagai media flushing & udara ini dialirkan melalui mata-bor. Dalam lapisan berlumpur atau lembab,
beberapa DTH hammer dilengkapi dengan sirkulasi air untuk menambah sejumlah air ke dalam udara
flushing.
 Walaupun sumber energi dasar adalah udara bertekanan tinggi, tetapi fungsi-fungsi lainnya dapat
digerakkan oleh udara bertekanan atau hidrolis.
 Alat bor kecil biasanya dilengkapi dengan tenaga udara bertekanan, sedangkan alat yang lebih besar
biasanya memakai tenaga hidrolis.
  DTH drill untuk pengeboran jenjang= 89 - 165 mm (36" - 6") dan H s/d 50 m.

49
Beberapa Data DTH Hammer
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Hammer size class Inci 3 4 5 6

Bit diameters mm 85-100 105-127 130-145 152-165


Hammer OD mm 76 96 117 138
Operating pressure Bar 6-12 6-25 6-25 6-25
Weight Kg 25 35 65 95
Impact rate Blows/min (6 bar) 1300 1300 1100 1000
Blows/min (11 bar) 1650 1650 1300 1300
Blows/min (18 bar) - 2100 1700 1600
Air consumption m3/min (6 bar) 3 4 5 6
m3/min (11 bar) 5 7 9 12
m3/min (18 bar) - 12 15 21
m3/min (25 bar) - 15 18 28
Thread API reg Inci 2 3/8 2 3/8 2 3/8-3 1/2 3 1/2

50
Pnematik vs. Hidrolik
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Produktivitas pengeboran lubang tembak fungsi laju penetrasi alat bor


 Produktivitas alat bor perkusi dibatasi oleh ukuran lubang & diameter maksimum 228
mm (9 in) dan minimum 190 mm (7,5 in).
 Peningkatan produktivitas tipe bor ini dikonsentrasikan pada peningkatan dalam laju
penetrasinya. Karena piston area & panjang stroke tidak fleksibel untuk ukuran lubang
yang diberikan, suatu dorongan diperlukan untuk meningkatkan produktivitas alat bor
perkusi, yaitu meningkatkan laju penetrasi dengan cara meningkatkan tekanan operasi
hammer.
 Berdasarkan pengalaman peningkatan laju penetrasi terjadi jika perubahan tekanan dari
0,7 MPa (100 psi) ke 1,7 MPa (250 psi) sebesar 200%.
 Untuk meningkatkan laju penetrasi digunakan high blow frekuensi. Namun demikian,
ditemukan kesulitan untuk memegang hammer secara bersamaan terutama pada
tekanan yang lebih tinggi.
 Pilihan lain adalah memakai mesin hidrolik untuk meningkatkan energi yang ada pada
drill bit.

51
Perbandingan Biaya Antara Bor Pnematik &
Hidrolik
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Macam biaya Pnematik Hidrolik


Biaya Investasi 1,0 1,27
Biaya energi 1,0 0,24
Biaya drill steel 1,0 0,86
Biaya operasi 1,0 0,78
keseluruhan
Biaya keseluruhan 4,0

52
Fungsi-Fungsi Dalam Pengeboran Batuan
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Dua fungsi terpisah dalam kinerja pengeboran


1. Mem-fraktur dan memecah batuan dari keadaan solidnya #
penetrasi
2. Mendorong debris (material hasil pengeboran) yang dihasilkan
# pemindahan cutting.

53
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Kriteria Pemilihan Jenis Alat Pengeboran

54
Faktor Rugi pengeboran Jenjang Tinggi
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Kehilangan tenaga pada sambungan-sambungan batang-bor (drill -


steel).
 Deviasi dalam pengeboran, yaitu lubang ledak menyimpang dari arah
yang direncanakan.

Pengeboran dapat dilakukan dengan 3 (tiga) sistem alat-bor:

1. Top hammer drilling


 hydraulic self - contained drill
 pneumatic drill dengan portable air compressor
2. Down the hole (DTH) drilling
 pneumatic operated carrier dengan portable air compressor
 hydraulic operated self contained carrier
3. Rotary drilling
 pengeboran untuk rotary crushing
 pengeboran untuk rotary cutting

55
Faktor Pemilihan Alat Bor
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

1. Diameter lubang ledak


2. Kedalaman lubang ledak/dimensi dan geometri jenjang
3. Jenis batuan
4. Kondisi lapangan dan jalan masuk
5. Fragmentasi dan produksi yang dibutuhkan atau
ditentukan
6. Biaya pengeboran
7. Peraturan-peraturan yang harus dipatuhi

56
Faktor Kinerja Pengeboran
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Alat bor
 Batang bor
 Mata bor/bit
 Sirkulasi fluida
 Lubang bor
 Batuan utuh & massa batuan

57
SURFACE DRILLING METHODS AND APPLICATIONS

25 76 127 200 251 311


mm 31 102 152 230 381 mm
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

HOLE DIAMETER HOLE DIAMETER


in 1 2 3 4 5 6 7 7 /4 9 9 7 /4 12 1 / 4 15 in

hard rock
Top hammer
soft rock

hard rock
Down the hole
soft rock

hard rock
Rotary tricone
bit
soft rock

hard rock
Rotary drag bit
soft rock

25 76 127 200 251 311


mm 31 102 152 230 381 mm
HOLE DIAMETER HOLE DIAMETER
in 1 2 3 4 5 6 7 7 /4 9 9 7 /4 12 1 / 4 15 in

Construction Application range

Open pits

Quarries

58
BATUAN BEKU BATUAN METAMORFIK BATUAN SEDIMEN

GNEISS, SLATE
QUARTZOSE PHYLLITE, DLL
SCHIST, DLL
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

BATUAN BATUAN LUNAK


KERAS eq = SHALE, FRIABLE
SANDSTONE

BATUAN KOMPAK
BATUAN RAPUH
eq = MAGNESIAN CLAY DAN SHALE
(FRIABLE ROCK)
LIMESTONE
eq = PISOLITE

KUARI "OUT PUT" KUARI ATAU GRUP KUARI "OUT PUT"


KECIL KUARI "OUT PUT" BESAR KECIL
LUBANG BOR
BOR
BOR PRIMER BESAR SEKALI
SEKUNDER LUBANG BOR
MEDIUM -
KECIL

BATUAN ABRASIF
BATUAN TIDAK
ABRASIF DIAMETER DIAMETER
LUBANG BOR LUBANG BOR
4-5 INCI < 4 INCI

DIAMETER DIAMETER DIAMETER BATUAN


BATUAN
LUBANG BOR LUBANG BOR LUBANG BOR TIDAK
ABRASIF
< 3 INCI 3-4 INCI 4-5 INCI ABRASIF

BATUAN
BATUAN
TIDAK
ABRASIF
ABRASIF
KONDISI
PEMBORAN
KONDISI KONDISI BAIK
PEMBORAN PEMBORAN
CUKUP SUKAR

KONDISI KONDISI
PEMBORAN PEMBORAN
"OUTPUT" "OUTPUT" "OUTPUT" "OUTPUT" JELEK JELEK
KECIL BESAR KECIL BESAR

LIGHT HEAVY ROLER LIGHT DRAG ROLER DRAG


ROTARY PRECUS-
PERCUSSIVE DOWN THE DOWN BIT DOWN BIT BIT BIT
PERCUSSIVE SIVE
DRILLS HOLE THE HOLE ROTARY THE HOLE ROTARY ROTARY ROTARY
DRILLS DRILLS
DRILLS DRILLS DRILLS DRILLS DRILLS DRILLS DRILLS

59
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

UCS
Sifat Batuan &

60
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Kategorisasi Massa Batuan

61
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Cara Pemilihan Alat Pengeboran-1

62
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Cara Pemilihan Alat Pengeboran-2

63
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Cara Pemilihan Alat Pengeboran-3

64
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Cara Pemilihan Alat Pengeboran-4

65
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Hubungan Diameter & Power

66
Hubungan Diameter & Jenis Mekanisme
Pengeboran
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Diameter (mm)
Metoda Pengeboran
Permukaan Bawah Tanah

Top hammer 50 – 127 38 – 65


Down the hole hammer 75 – 200 100 – 165

67
Perkiraan Umur Hammer
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Tipe Batuan Bit diameter (mm) Hammer life (m)

Quartzite 105 5.000


165 5.000
Sandstone 105 16.000
165 15.000
Limestone 105 16.000
135 26.000
165 25.000

68
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Kriteria Laju Penembusan

69
Drilling Rate Index (DRI)
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 DRI dibuat pada 1979, di University of Tronheim (Norwegia). Mtode ini untuk
menghitung laju penembusan. Test-test berikut ini memerlukan percontoh batuan
sebanyak 15 sampai 20 kg.
 DRI bukan merupakan petunjuk langsung kecepatan pengeboran tetapi merupakan
ukuran relatif dari kecepatan pengeboran. DRI ditentukan berdasarkan parameter
Brittleness Index
 Contoh yang representatif dengan ukuran 11,2 – 16 mm seberat 500 gr. Contoh
tersebut lalu ditumbuk sebanyak 20 kali secara berurutan oleh beban seberat 14 kg
dari ketinggian 25 cm, nilai yang diambil adalah persentase dari contoh yang
berukuran di bawah 11.2 mm dibanding berat awal percontoh, nilai tersebut disebut
nilai S20.
Drilling test (Siever ‘J-test)
 Dengan menggunakan sebuah miniatur drill dengan kecepatan 280 putaran. Lalu
percontoh dengan ukuran 10 x 10 x 10 cm dibor dengan penekanan 20 kg. Hitung
kedalaman hasil pengeboran, dengan faktor pembagi 0,1 cm.
 Hasil dari kedua parameter tersebut dihitung nilai DRI-nya dengan memasukannya
pada grafik.

70
Kriteria Laju Pengeboran & DRI
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Laju pengeboran DRI

Sangat rendah 21

Rendah sekali 28

Rendah 37

Medium 49

Tinggi 65

Tinggi sekali 85

Sangat tinggi 114

71
Ekstrapolasi Laju Pengeboran
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Ekstrapolasi dari data yang dihasilkan dari kondisi kerja pada pekerjaan yang
lain. Jika laju penembusan untuk suatu diameter, maka laju penembusan
untuk diameter lainnya dapat diprediksi (dengan kondisi kerja yang sama).
 Jika pengeboran pada diameter 76 mm (3 inch), laju penembusannya adalah
36 m/jam, maka untuk diameter 102 mm (4 inch) diperkirakan laju
penembusannya 36 x (76/102) = 23,4 m/jam.
 FPR = koefisien laju penembusan
 D1 = diameter lubang bor 1 (laju penembusan diketahui)
 D2 = diameter lubang bor 2 (laju penembusan dicari)

1,5
 D1 
FPR  
 D2 

72
Energi Spesifik
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Konsep SE diajukan oleh Teale (Rabia, 1982) untuk menentukan kemampuboran. SE v


adalah energi yang dibutuhkan untuk memindahkan satu unit volume batuan atau nilai
minimum SE = nilai kuat tekan batuan tersebut.
 Mellor (Rabia, 1982) SEa = nilai kuat tekan dibagi 1000.
 Brook (Rabia, 1982): Hukum Rittinger menyebutkan bahwa energi yang dibutuhkan
sebanding dengan luas permukaan baru yang dihasilkan. Proses penggerusan benar-
benar diperhatikan yang kontrol oleh hukum Kick, dimana energi yang diperlukan
sebanding dengan volume batuan.
 Pada pengeboran SEv tidak bergantung pada bentuk mata dan jenis mata bor, metode
pengeboran dan kedalaman lubang bor. Dengan asumsi ini USBM membedakan nilai SE v
untuk berbagai tipe batuan dengan menggunakan dua tipe bor.
 d = diameter mata bor
 Tr = 0.7 (perbandingan energi yang dihasilkan tiap pukulan pada alat bor dengan yang
sampai pada batuan)

4Tr POP
SE V 
πd2 PR
73
Laju Pengeboran & Energi Spesifik-1
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

PR = Laju penembusan
Pm = Energi pengeboran (kgm/min)
Re = Perpindahan energi keluaran (antara 0.6-0.8)
D = Diameter lubang tembak (m)
SE = Energi spesifik per unit volum (kg m/cm 3)
Untuk menghitung spesifik energi dari CRS, ada uji yang cukup sederhana, yaitu
dengan menjatuhkan material dengan ukuran 15 cm 3 berapa kalI, lalu dihitung
persentase material yang ukurannya di bawah 0.5 mm (Paone dkk, 1969).

48 Pm R e
PR(cm/min) 
π D2 SE

74
Laju Pengeboran & Energi Spesifik-2
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Teale (Rabia, 1982) - SEv berbanding terbalik dengan ukuran fragmen


batuan dan nilai minimum SEv dapat dinyatakan sebagai ukuran karakter
batuan.
 W = Berat mata bor (kg)
 N = Jumlah putaran per menit
 d = Diameter mata bor
 PR= Laju penembusan
 Mellor (Rabia, 1982) menunjukan bahwa hubungan Sev dengan c

2.35 W N
SE V 
d PR

75
Energi Hydraulic Hammer
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Pada hidraulic hammer biasanya pabrik memberikan data energi impak,


tetapi tidak untuk pnematik hammer penentuan pin harus hati-hati karena
besar akan lebih rendah 30% s/d 40% daripada tekanan yang dikeluarkan
dari kompresor.
 Maka daya hammer adalah energi per stroke dikalikan dengan frekuensi
stroke (ng)

p E n
m c g
1
 pm A p  2
ng  k  
m  
 p p
3
(pm A p ) p 2 1
2 (pm A p )3 p
pm  k 1
k
mp
m 2
p

76
Rock & Drill Parameters
Kahraman, IJRMMS/36/7/99, pp. 981-989
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Kahraman/IJRMMS/36/7/99/981-989
Pen. Rate Bit dia Drill power Blow freq Pull press Blow press Rota. Press UCS UTS E SE Rebound Impact PLI P-wave Density Quartz
m/min mm kW (b) bpm bar bar bar (c) MPa MPa MPa MJ/m3 No. strength MPa m/s g/cc (q) %
0.68 76 14.00 2,520 60 150 50 123.80 6.60 10,682 0.72 61.00 82.90 5.30 5,300 2.73 0.00
0.71 76 14.00 3,000 60 110 60 123.80 6.60 10,682 0.72 61.00 82.90 5.30 5,300 2.73 0.00
0.82 76 14.00 3,000 60 110 60 123.80 6.60 10,682 0.72 61.00 82.90 5.30 5,300 2.73 0.00
1.70 76 15.50 3,600 70 120 60 20.10 1.20 1,566 0.13 36.00 70.40 1.10 2,000 2.55 17.00
1.58 76 15.50 3,600 70 120 60 20.10 1.20 1,566 0.13 36.00 70.40 1.10 2,000 2.55 17.00
0.65 76 15.50 3,600 60 100 50 45.20 5.80 11,092 0.09 53.00 80.30 3.60 4,500 2.77 65.00
0.40 76 15.50 3,600 80 100 60 149.20 16.10 8,746 1.27 70.00 87.80 11.20 4,600 3.00 80.00
1.15 76 15.50 3,600 70 120 60 68.00 6.00 6,830 0.34 59.00 83.40 3.50 6,300 2.92 0.00
1.10 76 15.50 3,600 60 100 50 68.00 6.00 6,830 0.34 59.00 83.40 3.50 6,300 2.92 0.00
1.08 76 15.50 3,600 80 130 60 68.00 6.00 6,830 0.34 59.00 83.40 3.50 6,300 2.92 0.00
1.21 76 15.50 3,600 60 100 65 51.30 7.00 7,193 0.18 55.00 82.20 4.60 5,400 2.74 0.00
1.08 76 15.50 3,600 60 100 60 51.30 7.00 7,193 0.18 55.00 82.20 4.60 5,400 2.74 0.00
1.19 76 15.50 3,600 60 100 60 51.30 7.00 7,193 0.18 55.00 82.20 4.60 5,400 2.74 0.00
0.95 76 11.50 2,350 30 100 60 69.10 7.50 21,116 0.11 62.00 81.20 5.80 2,900 2.88 0.00
0.91 76 11.50 2,350 30 100 60 69.10 7.50 21,116 0.11 62.00 81.20 5.80 2,900 2.88 0.00
0.85 76 15.50 3,600 100 120 70 110.90 10.10 10,901 0.56 64.00 89.50 10.30 5,200 2.96 0.00
0.78 76 15.50 3,600 100 120 170 110.90 10.10 10,901 0.56 64.00 89.50 10.30 5,200 2.96 0.00
1.41 76 17.50 3,600 75 100 65 39.50 5.20 4,060 0.19 56.00 76.10 2.70 3,100 2.20 0.00
0.97 89 11.50 2,350 10 100 10 45.10 6.00 2,419 0.42 68.00 80.50 4.60 3,300 2.42 0.00
1.10 89 14.00 2,520 60 150 50 45.10 6.00 2,419 0.42 68.00 80.50 4.60 3,300 2.42 0.00
1.17 89 14.00 2,520 60 150 50 45.10 6.00 2,419 0.42 68.00 80.50 4.60 3,300 2.42 0.00
1.27 89 17.50 3,200 75 100 65 39.50 5.20 4,060 0.19 56.00 76.10 2.70 3,100 2.20 0.00
1.42 89 15.50 3,200 60 90 60 25.70 5.80 10,562 0.03 54.00 85.00 4.20 5,200 2.70 57.00
1.12 89 17.50 3,200 100 110 75 54.30 11.70 20,224 0.07 59.00 90.30 13.20 5,000 2.63 30.00
0.73 102 14.00 2,520 60 150 50 123.80 6.60 10,682 0.72 61.00 82.90 5.30 5,300 2.73 0.00
1.20 102 14.00 2,520 60 150 50 45.10 6.00 2,419 0.42 68.00 80.50 4.60 3,300 2.42 0.00
1.15 102 14.00 2,520 60 150 50 45.10 6.00 2,419 0.42 68.00 80.50 4.60 3,300 2.42 0.00
0.75 102 25.00 2,040 110 100 110 61.80 6.60 19,566 0.10 44.00 84.30 6.70 2,800 3.61 0.00

0.47(b) 0.375
PR  0.534
σc (q) 0.093 77
Laju Pengeboran Tri-Cone Rotary Bit
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Warren, 1981

1
 aσ D 2
c 
3
PR   2

b
c

N W ND 
PR = Penetration Rate, m/h
a, b, c = Constants
c = UCS, kPa
N = RPM
W = Weight on bit, N
D = Bit diameter, cm

78
Laju Pengeboran Perkusi
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Clark, 1982

4P
PR  2
πD SE
PR = Penetration rate, in/min
P = Work rate, lb/min
D = Bit diameter, in
SE = Volume specific energy, lb/in3

79
Laju Pengeboran Perkusi
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Hartman, 1959

VBW
PR 
A
PR = Penetration Rate (units not stated)
V = Volume of crater produced by single blow in drop test
B = Frequency of blows
W = Number of bit wings
A = Cross-sectional area of drill-hole

80
Laju Pengeboran Perkusi
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Tandanand and Unger, 1975

PR 1

P AK3860  2744lnf'

PR/P = Penetration rate per unit power output of


drill, in/ft lb
f’ = Coefficient of rock strength (CRS)
A = Cross-sectional area of drilled hole, in2
K = Scaling factor (ln K = 0.47(d-1.5))
D = Drill hole diameter, in

81
Laju Pengeboran Perkusi
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Rabia & Brook, 1980-1981


PR  c
OP 
a


RHIN.Sh.H b 
 

PR = Penetration rate per unit power output of


drill, in/ft lb
a, b, c = Constant
OP = Operating Pressure, MPa
RHIN = Rock Impact Hardness Number
Sh.H = Shore hardness

82
Laju Pengeboran Perkusi
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Clark, 1982

K o TR  Ce, m Sg
1/2
2
PR   PA   βo 2
AHEv  W 
PR = Penetration rate, in/min
Ce = Constant (English system), 6
TR = Coefficient of energy transfer, 0.8
g = gravitational acceleration, ft/s2
A = Area of piston face, in2
AH = Cross-sectional area of drill, in2
Coefficient of momentum transfer (drill steel to piston)
Ko = Constant
Cm = Constant (Metric System), 0.5
S = Specific Surface
P = Operating air pressure, lb/in2
W = Weight of piston, lb
Ev = Volume specific energy, lb/in3

83
Energi Pengeboran Alat Bor Rotari Perkusi DHD
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Kehilangan energi melalui kopling dalam bentuk gesekan dan panas yang
menyebabkan keausan drill kopling dan drillsteel. Pada kopling pertama kehilangan
energi gelombang kejut ini sekitar 8% - 10%.
 Dalam sistem DHD energi piston ditransmisikan langsung ke bit sehingga kinerjanya
akan lebih baik, dan gaya perkusi merupakan parameter yang paling mempengaruhi
laju penembusan.
 Energi yang dibebaskan
 Mp = Massa piston
 Vp = Maksimum kecepatan piston
 Pm= Tekanan kerja fluida di dalam silinder
 Ap = Luas permukaan piston
 p= Panjang langkah piston

1
Ec  mp Vp 2 Ec  Pm A p p
2

84
Prediksi Laju Pengeboran Rotari Perkusi DTH
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

POP = Gaya kinetik yang tersedia pada piston (kW)


D = Diameter lubang tembak (mm)
Contoh:
POP = 18 Kw, D = 100 mm
Batuan dengan c > 80 MPa dan dibor DTH, maka persamaannya adalah :

POP 18
PR(m/min)  31 1,4  31 1,4
 0,88 m/menit
D 100
Atau dengan persamaan lainnya adalah
PR = Laju penembusan (inch/detik)
Pm = Tekanan udara pada saat masuk piston (inch)
Dp = Diameter piston (inch)
D = Diameter lubang tembak (inch) 0.5 2
43 Pm Dp
c = UCS batuan (lb/inch2) PR(m/min)  1
 35  2
σc 
 σ  1
D D
D

 c 

85
Laju Pengeboran Diamond Drilling
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Tsoutrelis, 1969

PR  k F  Fo 
PR = Penetration Rate, cm/min
k = Slope of thrust-penetration rate graph, cm/min kg
F = Bit thrust, kg
Fo = Intercept of thrust-penetration graph on thrust axis, kg

86
Laju Pengeboran Diamond Drilling
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Ducklet and Bates, 1981

2πT  μFv r 
PR 
σA  Fv
PR = Depth of penetration per revolution
T = Torque
 = Coefficient of frictional resistance
Fv = Bit thrust
r = Bit radius
 = UCS
A = Cross-sectional area of bit

87
Laju Pengeboran Diamond Drilling
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Ducklet and Bates, 1981

 Fd 0.6 2ω 0.60 Ph 0.26 L f 0.14 


PR  122x104 2.1


 σ 
PR = Penetration Rate, ft/h
Fd = Average load per diamond, lb/in2
= Rotary speed, rev/min
Ph = Hydraulic horsepower per unit area, hp/in2
Lf = Mud fluid loss rate, cm3/30 min
 = Effective formation strength, lb/in2

88
Laju Pengeboran Diamond Drilling
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Paone, Bruce and Virciglo, 1996

PR  0.003255  0.004983x 1  0.001731x 2  0.000325x 3


PR = Penetration rate per revolution (surface set or
impregnated bit)
x1 = Coded bit type
x2 = Coded thrust
x3 = Reciprocal of relative abrasiveness

89
Analisa Dimensi Laju Pengeboran
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Penelitian di laboratorium menghasilkan variabel-variabel yang dapat


digunakan untuk analisis dimensi. Variabel yang dianalisis ada n=9 buah.
 Variabel-variabel: density () yang diperoleh dari sifat fisik, kuat tekan
uniaksial (c), kuat tarik (t) dan modulus elastisitas (E) yang diperoleh dari
sifat mekanik, jumlah putaran per menit (N), energi yang dibutuhkan (Es),
luas lubang bor (A) dan Abrasivitas diperoleh dari pengujian pemboran.
 Variabel penting yang tidak dapat diukur adalah penekanan (feed thrust).
Hal ini karena belum adanya alat untuk menahan hentakan oli hidrolik yang
diakibatkan oleh impak jack hammer. Karena hal tersebut feed thrust yang
digunakan dianggap relatif konstan, yaitu berkisar 2 sampai 3 kN. Pada
kondisi tertentu, tekanan puncak (peak) dapat mencapai 15 kN. Hal ini
disebabkan oleh hentakan jack hammer yang sangat kuat akibat mengenai
bagian keras contoh.

90
Variabel Pada Analisa Dimensi
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Parameter Simbol Unit Dimensi

Laju Penembusan PR M/det LT-1

Berat Jenis  kg/m3 ML-3

Kuat Tekan Uniaksial c MPa ML-1T-2

Luas Lubang Bor A m2 L2

Energi Es Nm ML2T-2

Kuat Tarik t MPa ML-1T-2

91
Studi Laju
Pengeboran
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

1 1 5

ρ .(ES) .N.σN
2 3 6
PR  1 1

σc .ρ 2 2

LINEAR

20 y = 0.0277x - 3.6215
R2 = 0.9343
15

F1 Vs F5
10
F1

Linear (F1 Vs F5)

0
0 200 400 600 800 1000
F5

92
Laju Pengeboran vs. UCS Batuan Diorite,
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Intermediate Tonalite & Volkanik

80
Penetration Rate (m/hr)

60

40

20

0
0 50 100 150 200 250
UCS (MPa)

93
Laju pengeboran vs. RMR Batuan Diorite,
Intermediate Tonalite & Volkanik
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

70
Penetration Rate (m/hr)

50

30

10
35 45 RMR 55 65

94
Perkiraan Umur Hammer
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Rock Type Bit diameter (mm) Hammer life (m)

Quartzite 105 5.000

165 5.000

Sandstone 105 16.000

165 15.000

Limestone 105 16.000

135 26.000

165 25.000

95
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Latihan Perhitungan Pengeboran

96
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

97
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

98
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

99
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

100
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

101
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

102
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

103
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Kompresor

104
Kompresor
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Dalam pengeboran dan peledakan terutama pemakaian


jack hammer ataupun alat bor lainnya untuk pembuatan
lubang tembak, kompresor memegang peranan yang
penting.
 Kompresor menghasilkan udara bertekanan tinggi yang
mempunyai fungsi utama sebagai:
 Penggerak alat bor
 Pembersih lubang tembak
 Fluida pendingin mata bor

105
Teori Udara Tekan
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Udara bebas yang dihisap dan ditekan oleh kompresor adalah udara dengan tekanan
atmosfir setempat, jadi bukan udara pada tinggi permukaan air laut, 14,7 psi (1 atm).
Sehingga pengertian udara bebas sesungguhnya adalah udara pada kondisi dimana
kompresor berada dan tekanan udara di tempat tersebut dapat dibaca pada barometer.
 Udara normal, definisinya sangat bervariasi akan tetapi sebagai pegangan dapat
dikatakan bahwa udara normal mempunyai kelembaban relative 36% pada temperature
68oF.
 Penekanan udara menghasilkan panas, bila tidak sedikitpun dari panas tersebut
dikeluarkan disebut kompresi adiabatic dan sebaliknya isothermal.
 Dari segi penghematan daya, cenderung memilih kompresi isothermal, akan tetapi dari
segi kepraktisan, sulit untuk mendinginkan udara selama penekanan sehingga walaupun
memang tetap mendinginkan udara tekan, kurva kompresi akan berada diantara kurva
isothermal dan adiabatic.
 Kompresi isothermal lebih ekonomis daripada kompresi adiabatic. Akan tetapi dalam
praktek hal tersebut amat sukar dilaksanakan, sehingga dilakukan beberapa cara untuk
pendekatan, yaitu dengan melakukan peningkatan tekanan bertahap hingga didapat
tekanan akhir yang diinginkan.
 Dalam penentuan alat kompresor diperlukan pengetahuan perhitungan daya dan
spesifikasi kompresor dari berbagai merek.
106
Faktor Pengali Untuk Menurunkan Kapasitas Kompresor Yang
Dibutuhkan Untuk Mengoperasikan Rock Drill Pada Beberapa
Ketinggian Di Atas Permukaan Laut
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Jumlah alat bor


Ketinggian di
atas muka air
laut (ft) 1 5 10 20 30 40 50 60 70

0 1,00 4,10 7,10 11,70 15,80 21,40 25,50 29,40 33,20


1000 1,03 4,22 7,30 12,05 16,30 22,00 26,26 30,30 34,20
2000 1,07 4,39 7,60 12,52 16,90 22,90 27,80 31,46 35,52
3000 1,10 4,51 7,81 12,87 17,38 23,54 28,05 32,34 36,52
4000 1,14 4,67 8,09 13,34 18,01 24,40 29,07 33,52 37,80
5000 1,17 4,80 8,31 13,69 18,49 25,04 29,84 34,40 38,84
6000 1,20 4,90 8,52 14,04 18,96 25,68 30,60 35,40 39,84
7000 1,23 5,04 8,73 14,39 19,43 26,32 31,36 36,16 40,84
8000 1,26 5,17 8,95 14,74 19,90 26,96 32,13 37,04 41,83
9000 1,29 5,29 9,16 15,09 20,38 27,60 32,90 37,92 42,83
10000 1,32 5,41 9,37 15,44 20,86 28,25 33,66 38,80 43,82
12000 1,37 5,62 9,73 16,03 21,64 29,32 34,94 40,28 45,48
15000 1,43 5,86 10,15 16,73 22,59 20,60 36,46 42,04 47,47

107
Udara Bebas Yg Dibutuhkan (Cfm) Untuk Menggerakan Satu
Reciprocating Piston Drill
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Tekanan
Diameter silinder dari alat bor, inch
gage - psi

2 +1/4 +1/2 +3/4 3 +1/8 +3/16 +1/4 +1/2 +5/8 41/4 5 51/2

60 50 60 68 82 90 95 97 100 108 113 130 150 164

70 56 68 77 93 102 108 110 113 124 129 147 170 181

80 63 86 76 104 114 120 123 127 131 143 164 190 207

90 70 95 84 115 126 133 136 141 152 159 182 210 230

100 77 104 92 126 138 146 149 154 166 174 199 240 252

108
Tekanan Atmosfer Pada Beberapa Ketinggian
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Tekanan Tekanan Tekanan Tekanan


Ketinggian Ketinggian
Baromoter Atmosfir Barometer Atmosfer
(ft) (ft)
(in) (psi) (in) (psi)

0 19,92 14,7 5000 24,76 12,18

500 29,40 14,44 6000 23,86 11,72

1000 28,87 14,18 7000 22,96 11,28

1500 28,34 13,91 8000 22,10 10,86

2000 27,80 13,67 9000 21,29 10,45

2500 27,26 13,38 10000 20,47 10,06

3000 26,76 13,16 11000 19,72 9,70

3500 26,26 12,90 12000 18,98 9,34

4000 25,76 12,67 13000 18,27 8,98

4500 25,26 12,41 14000 17,59 8,32

109
Faktor Muatan: Persentase Dari Jumlah Total Alat Bor
Yang Beroperasi Pada Saat Yang Sama
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 15 25 50 70
alat bor

Persen 100 90-100 90 85 82 80 77 75 72 71 63 55 51 47

110
Spesifikasi Kompressor
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Merek Ingersoll-Rand

Tipe Kompressor P – 250 – B – W – V

Debit udara aktual 250 cfm

Tekanan udara maksimal 100 Psi

Mesin Deutz F4L912 HO

Putaran mesin pada beban penuh 2500 rpm

Putaran mesin tanpa beban 1400 rpm

Sistem kelistrikan 12 Volt

Accumulator Yuasa 12 V – 120 Ah

Sistem pendingin Oli Cooler

111
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

Klasifikasi Kompresor

112
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

113
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

114
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

115
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

K3 Pengeboran

116
Kelalaian dalam Pengeboran
(Lovett, 1985)
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Positioning the rig on steep slopes that are filled with loose clay or
other unstable material, on old rock fills, on surface soils or
vegetation overlying sloping rock surfaces, close to traffic hazards
and under dangerous banks.
 Failing to keep flammables (fuel, chlorine etc) in properly marked,
approved containers and stored away from sources of heat. Fire can
also result from refilling gas tanks when the engine is running or has
not been allowed to cool or failing to immediately clean-up any
spilled gasoline.
 Starting the drill rig motor when the drill pipe is not secure;
 Putting too much down-pressure on the drill bit and having the
machine topple over (particularly if the guy ropes are not secure or
the weights on the base are too light).

117
Kelalaian dalam Pengeboran
(Lovett, 1985)
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Contacting power transmission lines while raising pipe or the drill


mast or drilling during thunder storms (when the elevated drill mast
is susceptible to lightning strikes).
 Touching the revolving drill pipe.
 Employees or spectators positioning themselves where they can be
struck or can lose their balance if the drill pipe slips loose or sticks;
 Working on machinery that is moving.
 Serious burns can occur if people are not careful and touch the hot
exhaust mufflers of the mud pump or drill rig engines.
 Not covering a borehole after completion and allowing tools or other
debris to fall in (this can render a hole unusable!) Similarly, one
instant of carelessness can result in drill pipe or bits slipping down
the hole when they have been loosened.

118
Kelalaian dalam Pengeboran
(Lovett, 1985)
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Neglecting precautions against slips and falls (particularly where


there is wet clay).
 Improperly lifting overly heavy or bulky loads of pipe etc causing
serious back strain.
 Accidents are more prone to happen if spectators are not kept back
behind a clearly defined barrier. In addition, a trained driller should
also be operating the drill from a position where it is easy to reach
all the control levers. Loose clothing should not be worn when
drilling because it is more prone to catch on sharp or moving objects
and personal protective equipment (such as safety hats, gloves and
boots) should always be worn. Finally, it is important to maintain
equipment in good working order and to ensure that the area around
the drilling rig is kept tidy and in good order.

119
Safety Issues on the Drilling Job
(Lovett, 1985)
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

When traveling overseas tropical countries to construct


wells, the 5 greatest health and safety risks are:

1. Heat Stroke
2. Gastro-Intestinal Illness
3. Traffic Accident and
4. Injury on the Job Blood
5. Attacked (in remote areas)

120
Kelalaian Dalam Pengeboran
7 # pengeboran Penggalian SK Departemen Teknik Pertmbangan ITB

 Gunakan kaca mata, sarung tangan dan ear plug


 Saat drill rig berpindah hindari terpapar dengan kabel listrik hidup dan terkena
petir.
 Dilarang memegang stang bor berputar
 Operator dan lainnya harus menjaga jarak dari mesin bor yang sedang bekerja
 Jangan pegang selang hidrolik, mesin, kenalpot.
 Lubang bor vertikal harus segera ditutup jika masih lama akan digunakan

121

Anda mungkin juga menyukai