Sistem Struktur
Sebagai bangunan berlantai banyak, maka sebuah apartemen ataupun kondominium
harus memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam disainnya. Kalau mengabaikan,
maka sangat mungkin sekali bangunan akan mengalami kegagalan dan
membahayakan penghuni dan lingkungan sekitar. Berikut ini hal-hal yang perlu
diperhatikan sebelum mendisain bangunan berlantai banyak. Bangunan agar berdiri
kokoh, mampu menahan gaya yang bekerja pada “dirinya”, maka bangunan tersebut
memiliki satu sistem struktur dari elemen-elemen struktur. Supaya bangunan dapat
berfungsi dengan baik, maka dibutuhkan sistem bangunan yang tidak terlepas dari
struktur bangunan. Maka dalam hal bangunan haruslah mempertimbangan unsur :
(http//ritalakmitasari. Worldpress.com//2013 . April 21, 2013
A.1 Kokoh Sistem struktur pada bangunan, terdiri dari elemen-elemen struktur yang
mampu bekerja secara bersama-sama sehingga mencapai keadaan setimbang, harus
stabil, mempunyai kekuatan yang cukup, dan kekakuan yang cukup.
A.1.1 Kesetimbangan Bangunan memiliki struktur yang mampu mencapai
kesetimbangan akibat aksi beban yang diberikan. Keadaan ini, akibat dari kerjasama
antara elemen-elemen struktur mulai dari bagian atas bangunan sampai pondasi
sebagai
. elemen bawah bangunan.
A.1.2 Kestabilan Kestabilan bangunan sangat penting bagi kekokohan bangunan
tersebut. Artinya, bebanbeban yang ada pada bangunan baik beban hidup, beban
mati, beban gempa, beban angin, dan beban additional, dimana bekerja sebagai
gaya lateral dan gaya vertikal mampu direspon dengan baik oleh sistem struktur yang
digunakan oleh bangunan tersebut.
• Kestabilan bangunan penting pada bangunan bertingkat baik rendah
maupun tinggi. Akibat tanpa kestabilan bangunan, maka bangunan akan 1.
collapse (soft storey effect), 2. tumbang (overtuning), 3. terjadi puntiran
(rotation), dan amblas (liquefaction)-bisa seluruh bangunan atau sebagian
saja yang berakibat kemiringan pada bangunan
Elemen struktur bangunan sebagai pemikul
akan menyalurkan gaya vertikal sampai ke dalam
tanah sedangkan elemen struktur bangunan yang
berfungsi sebagai penyalur gaya lateral, akan
menahan gaya geser. Untuk mencegah hal tersebut
ada beberapa cara, yaitu:
1. Titik joint yang kaku (joint rigidity) Membuat titik
joint yang kaku, dengan memberikan pengaku
pada pojok dari hubungan elemen linier vertikal
dan elemen linier horizontal.
Gambar . Penggunaan Batang kaku
2. Triangulasi (triangulation) dan Diafragma Diagonal pada Konsruksi
Stabilitas dapat tercapai dengan menggunakan
sambungan kaku berupa elemen diagonal atau
menggunakan diafragma kaku yang mengisi
bagian dalam rangka. Rangka tersebut dipecah
menjadi sistem segitiga yang lebih kecil secara
alamiah, atau menempatkan dinding sebagai
diafragma.
Pada rangka kerja yang stabil dalam tiga dimensi
jika sistem struktur bangunan mampu merespon
gaya-gaya dari tiga arah (sumbu x,y, dan z). Untuk
itu, elemen struktur diletakkan pada suatu
Gambar. Triangulasi (triangulation) dan Diafragma
kesatuan sistem sehingga mampu merespon
beban-beban dari dua arah yang saling tegak lurus.
A.1.3 Kekuatan dan Kekakuan Selain bangunan harus dalam keadaan setimbang dan
stabil, juga mempunyai nilai kekuatan dan kekakuan yang cukup. Perhitungan-
perhitungan struktur yang tepat harus dilakukan agar menghindari keruntuhan pada
bangunan atau berlebihannya volume struktur yang digunakan.Artinya persyaratan
kekuatan tercapai bila tingkat tegangan yang terjadipada berbabagaiu elemen struktur
ketika beban dalam keadaan maksimum diberikan, dan berada dalam batasyang
pas.Seperti ukuran penampang elemen struktur yang sesuai dengan material yang
dipilih.
A.2. Elemen Struktur Elemen-elemen struktur pada bangunan menyalurkan beban-beban
mati, beban hidup, beban gempa, beban angin, dan beban additional secara
horizontal dan vertikal.
Kerjasama antar elemen struktur tersebut membentuk suatu sistem struktur
bangunan. Elemen-elemen struktur yang harus mampu merespon gaya lateral dan
vertikal, berupa bentuk liner, bidang, dan ruang. Elemen struktur berbentuk linier,
yaitu balok, bracing, sloof dan kolom, sedangkan elemen struktur berbentuk bidang
adalah plat lantai, dinding pemikul, dan dinding
Sebagian terjadi pada daerah lepas pantai dan sebagian lagi pada daerah
pemukiman.Pada daerah pemukiman yang cukup padat, perlu adanya suatu
perlindungan untuk mengurangi angka kematian penduduk dan kerusakan berat
akibat goncangan gempa.Dengan menggunakan prinsip teknik yang benar, detail
konstruksi yang baik dan praktis maka kerugian harta benda dan jiwa menusia dapat
dikurangi.
Gempa yang terjadi dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu : gempa
ringan, sedang, dan besar.
1. Gempa ringan yang terjadi tidak mengakibatkan efek yang berarti
pada struktur,
2. Gempa sedang sedikit berakibat pada struktur tapi masih aman,
3. Dan untuk gempa yang besar, sudah mengakibatkan kerusakan
pada struktur, tapi strukturnya masih tetap berdiri dan tidak
roboh. Itulah pentingnya perencanaan bangunan tahan gempa,
agar bangunan yang kita tempati aman, stabil, dan tidak mudah
roboh saat terjadi gempa. Berikut ini ada prinsip- prinsip yang
dipakai dalam perencanaan bangunan tahan gempa (sumber
:Muhammad Taufan :
http://engineeringbuilding.blogspot.com/2011/06/perencanaan-
bangunan-tahan-terhadap.html
1. Pondasi
Membangun pondasi memang sederhana, tapi pondasi
yang kuat memerlukan pengetahuan yang cukup.Sehingga fondasi
bangunan yang baik haruslah kokoh dalam menyokong beban dan
tahan terhadap perubahan termasuk getaran.Penempatan fondasi
juga perlu diperhatikan kondisi batuan dasarnya.Pada dasarnya Gambar . Desain Pondasi yang Digabungkan
fondasi yang baik adalah seimbang atau simetris. Dan untuk
pondasi yang berdekatan harus dipisah, untuk mencegah
terjadinya keruntuhan local (Local Shear).
2. Desain Kolom
Kolom harus menggunakan kolom menerus (ukuran yang
mengerucut/ semakin mengecil dari lantai ke lantai), dan untuk
meningkatkan kemampuan bangunan terhadap gaya lateral akibat
gempa, pada bangunan tinggi ( high rise building) acapkali unsur
vertikal struktur menggunakan gabungan antara kolom dengan
dinding geser (shear wall).
3. Denah Bangunan Gambar . Desain Gedung dengan Kolom Menerus
Gambar . Dampak dari pembuatan bangunan Bersudut dengan dua sayap Sumber :
http://rumahpengetahuan.web.id/konstruksi-bangunan-standar-kobe- perkokoh-sendai
Ragam dilatasi bangunan lantai banyak
Dilatasi adalah sebuah sambungan atau
pemisahan pada bangunan karena sesuatu hal
memiliki sistim struktur berbeda
Dilatasi baik digunakan paada perteuan antara
angunan yang rendah dan bangunan yang
tinggi atau antar bangunan induk dengaan
bangunan sayap.
Penyelesaian masalah benturan secara
konvensional adalah dengan menggunakan
dilatasi sebagai jarak antar bangunan
sedemikian sehinggabenturan tidak terjadi bila
terjadi gempa
Gambar . Tumpuan yang di Desain Sebagai Jepit Gambar . Kenyataannya, Tumpuan Berperilaku Sendi
Kenyataannya, tumpuan berperilaku sendi.Contoh di atas adalah contoh kasus yang sepele
namun dampaknya luar biasa. Tumpuannya didesain jepit, akan tetapi pada pelaksanaannya,
justru tumpuan tersebut berperilaku sendi. dari hal tersebut memunculkan pertanyaan
kenapa tumpuan itu bisa sendi?. Ada beberapa penyebabnya, antara lain:
1) Tidak ada yang mentransfer momen dari kolom ke pondasi. Ketika menentukan sebuah tumpuan itu
adalah jepit, maka perlu diperhatikan bahwa akan ada momen lentur di kaki kolom (tumpuan),
dan..harus ada yang bisa mentransfer momen tersebut ke pondasi dan terus ke tanah. Jika pondasinya
tipe tiang (pile) baik itu pancang atau bor, setidaknya harus ada pilecap yang cukup kuat untuk menahan
momen dari kolom tersebut.
2) Pondasi tidak didesain untuk menahan momen. Kadang pondasi tapak sudah didesain untuk menahan
momen, tetapi pada kenyataannya, jika ada momen yang terjadi pada pondasi, akan ada perbedaan
tekanan pada tanah di daerah ujung-ujung pondasi. Akibatnya bisa terjadi perbedaan settlement. Jika
ada perbedaan settlement di ujung-ujung pondasi tapak, maka akan timbul rotasi. Adanya rotasi
menyebabkan perilaku jepit menjadi tidak sempurna lagi.
Gambar . Adanya Rotasi yang Menyebabkan Perilaku Jepit Menjadi Tidak Sempurna
Rotasi pada pondasi tapak mengurangi kekuatan penjepitan Kurang lebih 2 hal itulah yang paling banyak
menyebabkan kegagalan soft-story. Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan oleh perencana?
Lantai yang dianggap "lunak" sebaiknya kekakuan kolomnya agak dilebihkan. Berbicara kekakuan artinya
kita berbicara tentang variabel E, I, dan L. Menaikkan E berarti meninggikan mutu beton, hal ini relatif
jarang dilakukan jika hanya mau meningkatkan kekauan satu lantai saja. Mengurangi nilai L (tinggi antar
lantai) juga sulit dilakukan karena tinggi lantai yang sudah ditentukan oleh arsitek biasanya tidak bisa
diubah lagi.
Yang paling ideal adalah, kekakuan dinding bata juga sebaiknya dimasukkan ke dalam perhitungan. Akan
tetapi di Indonesia khususnya, belum ada pedoman mengenai hal ini, apalagi dalam perencanaan
bangunan tahan gempa. Sebenarnya boleh saja kita tidak memasukkan kekauan dinding bata ke dalam
perhitungan, akan tetapi hal ini berarti dalam pelaksanaannya nanti dinding bata tersebut harus "terlepas"
(tidak diikat) dari struktur utama.
Jika pondasinya tidak didesain untuk menahan momen, sebaiknya tidak menggunakan tumpuan jepit.
Cara lain yang dapat digunakan untuk menghindari soft story adalah dengan menggunakan core pada
bangunan.
Kolom harus menggunakan kolom menerus (ukuran yang mengerucut/ semakin mengecil dari lantai ke lantai). Dan
untuk meningkatkan kemampuan bangunan terhadap gaya lateral akibat gempa, pada bangunan tinggi (high rise
building) acapkali unsur vertikal struktur menggunakan gabungan antara kolom dengan dinding geser (shear wall
Selain sistem-sistem struktur perencanaan bangunan tahan gempa, terdapat hal lain
yang juga sangat penting untuk dipertimbangkan dalam disain bangunan berlantau
banyak yaitu sistem isolator seismic yang ditempatkan pada dasar bangunan. Sistem
isolator pada bangunan untuk Mencegah kerusakan akibat gempa atau pergoyangan
tanah.