1. Pendahuluan
Perencanaan konvensional bangunan tahan gempa adalah berdasarkan konsep
bagaimana meningkatkan kapasitas tahanan struktur terhadap gaya gempa yang
bekerja padanya. Misalnya dengan mengunakan shear wall, system rangka pemikul
momen khusus, system rangka dengan brasing dan sebagainya. Konskwensinya, pada
bangunan dimana kekakuan lateralnya cukup besar akan mengalami percepatan lantai
yang besar, sedangkan pada bangunan fleksibel akan mengalami perpindahan lateral
yang cukup besar, sehingga bangunan akan mengalami kerusakan yang signifikan pada
peristiwa gempa kuat
Filosophi perencanaan bangunan tahan gempa yang diadopsi hampir seluruh Negara
didunia mengikuti ketentuan berikut ini :
• Pada gempa kecil bangunan tidak boleh mengalami kerusakan
• Pada gempa menengah komponen struktural tidak boleh rusak, namum
komponen non-struktural diijinkan mengalami kerusakan
• Pada gempa kuat komponen struktural boleh mengalami kerusakan, namum
bangunan tidak boleh mengalami keruntuhan
Adalah suatu hal yang sulit untuk menghindari kerusakan bangunan-bangunan tersebut
diatas akibat gempa, bila digunakan perecanaan konvensional, karena hanya
bergantung kepada kekuatan komponen struktur itu sendiri, serta perilaku respon pasca
elastis.
Seiring dengan perkembangan teknologi dalam perencanaan bangunan tahan gempa,
telah dikembangkan suatu pendekatan desain alternatif untuk mengurangi resiko
kerusakan bangunan akibat gempa, dan mampu mempertahankan integritas komponen
Dimana A p dan τ y adalah luas penampang dan tegangan geser leleh inti timah.
Besarnya tegangan geser leleh berkisar antara 800 Mpa -1000 Mpa.
Force
K2
K1
-D K eff D
Displacement
E S = 12 K eff D 2 (4)
Mengingat respons spectra dibuat berdasarkan nisbah redaman 5%, maka respons
spectra yang digunakan pada bangunan yang menggunakan isolasi seismic dapat
10
η= (5)
5+ξ
Dimana ξ adalah nisbah redaman LRB. Contoh bila ξ =16% maka η = 0.69 . Jadi
respons spectra dapat direduksi 30% lebih. Sedangkan peraturan UBC 97
1
menggunakan faktor reduksi yang besarnya untuk ξ =16% adalah sekitar 0.71
B
P G.S .L
σc = ≤ σ cr =
A 2.5 t r
⎧ L+B (6)
⎪⎪ 2(L + B )t untuk bearing persegi
S =⎨
⎪d untuk bearing lingkaran
⎪⎩ 4t
Dimana G modulus geser bearing, S adalah factor bentuk, L lebar terkecil dari
bearing( L ≤ B ) atau diameter d untuk bearing bentuk lingkaran, t adalah tebal satu
lapis karet, dan t r adalah tebal total dari lapisan karet. Formula lain yang dapat
digunakan seperti yang diusulkan (Naiem dan Kelly, 2001)
⎧ π .G.S .d .
⎪ 2 2 .t untuk bearing lingkaran
P ⎪
σc = ≤ σ cr =⎨ r
(7)
A ⎪ π .G .S .L
untuk bearing persegi
⎪⎩ 6 .t r
d P
h
Gambar 5 Keseimbangan gaya pada bearing
Pd
D ≤ δ rollout = (9)
P + K eff h
d4
m4
d3
m3
d2
m2
d1
m1
db
mb dg
Suatu bangunan dengan jumlah lantai N. Penomoran lantai mulai dari 1 sampai ke N,
dimana lantai paling bawa bertumpu pada bearing. Perpindahan relative setiap lantai
ditunjukkan pada gambar 7. Perpindahan pada tanah dinamakan d g , pada bearing d b ,
dan lantai satu sampai atas berturut-turut dinamakan d1 , d 2 , d 3 , d 4 , …, d N
Tinajau diagram freebody seperti gambar 8. Gaya pegas diberi symbol S dan gaya
damping diberi symbol D . Persamaan keseimbangan dapat ditulis seperti
{F }+ L + {F }+ L + {F }+ {F }+ {F }+ {F } = {0}
N
I
i
I
1
I
b
I
b
D
b
S (10)
m4
F4I
m3
F3I
m2
F2I
m1
F1I
mb
FbI
FbD + FbS
Vektor gaya inersia secara umum untuk lantai ke i dapat ditulis sebagai:
⎧ &x&i ⎫ ⎧ &x&b ⎫
⎪ ⎪ ⎪ ⎪
(10) dimana [M i ] ≡ 3 N x 3 adalah matrix massa lantai ke i , d&&i = ⎨ &y&i ⎬, d&&b = ⎨ &y&b ⎬ , { } { }
⎪θ&& ⎪ ⎪θ&& ⎪
⎩ i⎭ ⎩ b⎭
⎧ &x&g ⎫
{ } ⎪ ⎪
dan d&&g = ⎨ &y&g ⎬ masing –masing adalah vektor percepatan pada lantai ke i , isolator,
⎪0⎪
⎩ ⎭
dan gerakan tanah.
Bila gaya-gaya inersia setiap lantai, gaya redaman dan gaya pegas isolator disubsitukan
ke pers.(10), didapat persamaan gerakan pada isolator sebagai (Roke, 2003)
i =1
(11)
N
dimana [M t ] = [M b ] + ∑M i adalah massa total struktur yang bekerja pada isolator.
i =1
mn
dimana
⎧ [M 1 ] ⎫ ⎧ {d1 } ⎫
⎪ [M ] ⎪ ⎪ {d } ⎪
⎪⎪ 2 ⎪ ⎪⎪ 2 ⎪⎪
[M uc ] = ⎨ M ⎪⎬ ≡ 3N x 3 , {d u } = ⎨ M ⎬ ≡ 3N x3
[
⎪M
⎪ N −1 ⎪
]⎪ ⎪{d }⎪
⎪ N −1 ⎪
⎪⎩ [M N ] ⎪⎭ ⎪⎩ {d N } ⎪⎭
(17)
Persamaan gerakan pada bearing isolator (pers.11) dan pada struktur atas (pers.13)
adalah persamaan diffrensial terikat. Dengan melakukan metode superposisi modal,
maka pers. (11) dan pers. (13) dapat dibuat menjadi lebih sederhana, dimana response
struktur diperoleh dari kombinasi linier dari setiap ragam getar (Chopra , 1995).
Menimbang dalam desain praktis hanya response maksimum yang dibutuhkan, maka
percepatan gempa yang digunakan diambil dari desain response spektra seperti yang
diberikan dalam desain code. Berhubung respons spectra ini dibuat dengan asumsii
damping ratio 5%, maka untuk bangunan dengan base isolator, respons spectra ini
dapat direduksi seperti pada pers.(5). Disamping itu struktur atas bangunan dengan
isolator harus dirancang dalam keadaan elastis, maka factor modifikasi reponse R
biasanya diambil 2. Sedangkan struktur dibawa isolator diambil R =1s/d1.5
+ 23. 700
+ 20. 200
RANGKA ATAP
+ 11. 200
+ 7. 200
BALOK 400X800
CANOPY
HOLLOW
+ 4. 000
BALOK 400X800
- 1. 800
PILE CAP
1320
68400
POTONGAN A-A
skala: 1:250
1120 cm (0.50)%
1120 cm (0.20)%
720 cm (0.20)%
400 cm (0.13)%
9. Daftar Pustaka