Anda di halaman 1dari 51

DINAMIKA STRUKTUR (PTS471)

Pertemuan 12: Peraturan Gempa Indonesia SNI 1726: 2019

M. NUKLIRULLAH, S.T., M.Eng


Sub Pokok Bahasan: 01 Konsep Desain Bangunan
Tahan Gempa
02 Peta Zonasi Gempa
Indonesia
03 Kelas Situs dan
Keofisien Situs
04 Spektrum Respon
Desain
Kategori Risiko dan Faktor
05 Keutamaan
06 Kategori Desain Seismik
07 Waktu Getar Alami
• SNI 1726: 2019 tentang Tata
Cara Perencanaan untuk
Struktur Bangunan Gedung
dan Non Gedung
• Wilayah Indonesia
ditetapkan berdasarkan
tingkat risiko gempanya,
yang ditentukan atas dasar
besarnya percepatan
puncak abtuan dasar, (Peak
Ground Acceleration, PGA)
• Peta gempa Indonesia
dirilis tahun 2017
menggantikan peta gempa
tahun 2010.
NEHRP 2003 –FEMA 273 membagi Earthquake Hazard
menjadi 4 tingkatan, sebagai berikut:

𝑁
1
𝑅𝑁 = 1 − 1 − 𝑥 100%
𝑇𝑅
𝑅𝑁 = probabilitas terjadinya gempa selama umur rencana (%)
𝑇𝑅 = periode ulang gempa (tahun)
𝑁 = umur rencana dari bangunan (tahun)

Contoh: untuk TR = 75, N = 50 tahun, maka Rn = 50%


• Sebagai Gempa Rencana dalam SNI 1726: 2019 adalah gempa dengan periode ulang
2500 tahunan, atau gempa dengan kemungkinan terlampaui selama umur struktur
bangunan 50 tahun adalah 2%
• Istilah “Gempa 2500 tahunan” BUKAN diartikan sebagai kejadian gempa yang
terjadi 1 x setiap 2500 tahun, namun lebih sebagai gambaran tentang probabilitas
suatu percepatan yang memiliki kemungkinan 1/2500 untuk terjadi setiap tahunnya.
PERENCANAAN KONSTRUKSI
TAHAN GEMPA
Kaidah untuk perencanaan Konstruksi Tahan Gempa (KTG) umumnya didasarkan pada
ketentuan berikut:
• Akibat gempa ringan: elemen structural maupun noo structural tidak boleh
mengalami kerusakan
• Akibat gempa sedang: elemen non structural boleh rusak namun masih dapat
diperbaiki namun elemen structural tidak boleh rusak
• Akibat gempa kuat: elemen structural dan non struktrural rusak, namun struktur
tidak roboh (mekanisme roboh didesain dengan penentuan lokasi sendi plastis pada
struktur), sehingga korban jiwa dapat dicegah
BAGAIMANA STRUKTUR
MENAHAN GEMPA KUAT?
• Beban gempa sebenarnya yang bekerja pada struktur bangunan dapat
melampaui beban gempa rencana yang tercantum di dalam peraturan
• Di dalam peraturan, besarnya beban gempa rencana yang diperhitungkan
bekerja pada struktur bangunan adalah gempa sedang
• Dengan demikian, pada saat gempa kuat terjadi, gaya-gaya dalam akan
terjadi pada elemen struktur seperti balok, kolom, pelat dan lainnya dapat
melampaui gaya dalam yang sudah diperhitungkan
Agar struktur bangunan dapat memiliki kemmapuan yang cukup dan tidak
terjadi kerutuhan saat terjadi Gempa Kuat, makan dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu:
• Membuat struktur bangunan berperilaku elastis
• Memuat struktur yang daktail
• Untuk mendapatkan system struktur yang daktail, disarankan untuk
merencanakan struktur bangunan dengan cara Perencanaan Kapasitas
(Capacity Design)
• Capacity design dilakukan dengan memilih lokasi/tempat yang
direncanakan untuk mengalami deformasi plastis => sendi plastis
• Jenis mekanisme leleh atau terbentukanya sendi-sendi plastis pada
struktur Gedung ada 2 macam:
1. Strong Column – Weak Beam
2. Strong Beam – Weak Column
Pada perencanaan struktur daktail dengan metode Perencanaan Kapasitas,
mekanisme kelelehan yang dipilih adalah strong column-weak beam,
karena alasan berikut:
• Pada mekanisme strong beam-weak column, kegagalan dari kolom pada
suatu tingkat akan mengakibatkan keruntuhan dari struktur bangunan
secara keseluruhan
• Pada mekanisme strong beam-weak column, deformasi akan terpusat
pada tingkat-tingkat tertentu, sehingga daktilitas yang diperlukan oleh
kolom agar dapat dicapai daktilitas dari struktur yang disyaratkan, sulit
untuk terpenuhi
RESPON SPECTRUM
GEMPA RENCANA
SNI 1726: 2019
Seismic Analysis Method of Structures
▪ Linear static procedures (Equivalent static analysis)
▪ Linear dynamic prosedures (Modal analysis and Direct Time-history
analysis)
▪ Nonlinear static analysis
• Nonlinear static procedures (NSPs)
1. Capacity spectrum analysis (ATC-40, FEMA-440)
2. Displacement coeficients method (FEMA-273-274,356,440)
• Improved NSPs
1. Modal pushover analysis (MPA) (Chopra & Goel, 2022)
2. Adaptive Model Combination(AMC) (Kalkan & Kunnath, 2006)
▪ Nonlinear dynamic analysis
PETA ZONASI GEMPA INDONESIA, PGA
PETA ZONASI GEMPA INDONESIA, Ss

PGA, Gempa maksimum yang dipertimbangkan rata-rata geometrik (MCEg) wilayah indonesia
PETA ZONASI GEMPA INDONESIA, S1
NILAI Ss DAN S1 KOTA BESAR DI INDONESIA
• Respon spektrum rencana dalam perhitungan beban
gempa dibuat dengan berdasarkan pada peta
percepatan batuan dasar periode pendek 0,2 detik
(Ss), dan percepatan batuan dasar untuk periode 1
detik (S1).
• Semuanya untuk probabilitas terlampaui 2% dalam
50 tahun, dengan redaman 5%.
GRAFIK RESPON SPEKTRUM
STEP 1: Menentukan Kelas Situs
STEP 2: Menentukan Keofisien Situs
STEP 2: Menentukan Keofisien Situs
Nilai Fa dan Fv selanjutnya digunakan untuk menghitung parameter respon
percepatan
STEP 3 : Menghitung SMS dan SM1

Nilai Fa dan Fv selanjutnya digunakan untuk menghitung parameter respon


percepatan pada periode pendek (SMS ) dan pada periode 1 detik (SM1 )
yang ditentukan sebagai berikut :
• SMS = Fa Ss (1.A)
• SM1 = Fv S1 (1.B)

STEP 4 : Menghitung SDS dan SD1

Akhirnya parameter percepatan spectral desain untuk peiode pendek, SDS ,


dan untuk periode1 detik SD1 dapat dihitung sebagai berikut :
• SDS = 2/3SMS (2.A)
• SD1 = 2/3SM1 (2.B)
CONTOH 1 :
CONTOH 1 :

Menentukan Kelas Situs


CONTOH 1 :
CONTOH 1 :

2,8
CONTOH 1 :
CONTOH 1 :
KATEGORI DESAIN SEISMIK
KATEGORI DESAIN SEISMIK
KATEGORI DESAIN SEISMIK
KATEGORI DESAIN SEISMIK
FAKTOR KEUTAMAAN GEMPA
KATEGORI DESAIN SEISMIK (KDS)
CONTOH 2 :
WAKTU GETAR ALAMI STRUKTUR, T
WAKTU GETAR ALAMI STRUKTUR, T
APPROXIMATE FUNDAMENTAL PERIOD
APPROXIMATE FUNDAMENTAL PERIOD
CONTOH 3 :
CONTOH 4 :
CONTOH 5 :
CONTOH 5 :
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai