Anda di halaman 1dari 33

DESAIN PENAMPANG (lanjutan)

PERTEMUAN KE-7
D. Desain Dengan Teori Elastik Dan Penampang Komposit

Sebuah penampang gabungan (komposit), terdiri dari dua bagian, yaitu :


1. Penampang prategang yang di pra-cetak (pre cast), yaitu bagian yang dibuat (di pra-cetak)
terlebih dahulu, biasanya ditempat khusus seperti di pabrik. Tendon sudah ditegangkan di tempat
pembuatan.
2. Bagian yang di cor-setempat (cast in place), di cor belakangan, yaitu setelah bagian pre-cast di
pasang pada tempatnya. Biasanya bagian ini merupakan sebagian atau keseluruhan dari flens
atas balok.

Sebuah konsep tambahan yang diperkenankan untuk kerja komposit adalah pengurangan momen
pada penampang komposit terhadap momen ekuivalen pada bagian pracetak yang besarnya sesuai
dengan perbandingkan modulus penampang.
Langkah-langkah disain dan persamaan-persamaan yang dipergunakan adalah :

1. Menghitung Letak Tendon

Gambar 1. Penampang pre-cast


Gambar 2. Penampang Komposit
Untuk bagian pre cast :
ea = t1 + z1

dengan : z1 = z11 + z22

z11  akibat adanya kekuatan tarik, dimana :


t1 = teras bawah bagian pre-cast
(𝑻𝒂 . 𝒁𝟏𝟏 ) 𝒚𝟐
𝝈b 𝒛𝟏 = 𝜎b 𝑧 = tegangan tarik yang diizinkan pada bagian pre-cast
𝑰𝒃 Ib = momen inersia bagian pre-cast
Sehingga : y2 = jarak serat atas dari cgc, bagian pre-cast
Mbs = momen akibat berat sendiri bagian pre-cast
𝝈b 𝒛𝟏 . 𝑰𝒃
𝝈b 𝒛𝟏 = 𝑻
𝑻𝒂 . 𝒚𝟐 Ta =
( 1 − T )
Z12  akibat momen Mbs
𝑴𝒃𝒔
𝒁𝟏𝟐 =
𝑻𝒂
2. Menghitung Gaya Prategang T dan Ta
Pada keadaan akhir, yaitu tegangan pada serat bawah beton bagian pre-cast yang disebabkan oleh :
a. Gaya prategang efektif
Pada serat bawah beton :
𝑻𝒂 𝑻𝒂 . 𝒆𝒂 . 𝒚𝟏 𝑻 𝒆𝒂
𝝈𝒃 = − + =- 𝟏+ (1)
𝑨𝒃 𝑰𝒃 𝑨𝒃 𝒕𝟐

b. Beban waktu bagian cast-in-place sedang di cor (berat sendiri bagian pre-cast + berat sendiri
beton muda + berat cetakan + orang bekerja dan peralatan). Momen yang ditimbulkannya
sebesar Mp
𝑴𝒑 . 𝒚𝟏 𝑴𝒑 .
𝝈𝒃 = + =+ (2)
𝑰𝒃 𝑨𝒃 .𝒕𝟐

c. Akibat beban hidup (Mq)


Pada bagian pre-cast momen akibat beban hidup ini diterima sebanding dengan modulusnya,
sebesar : 1 Mq dengan :
𝑰𝒃
𝒚𝟏 𝑨𝒃 . 𝒕𝟐
∝𝟏 = 𝑰𝒃 = (3)
𝒚𝟏 𝑨𝒃 . 𝒕𝟐
Sehingga tegangan pada serat bawah beton menjadi :

𝜶𝟏 . 𝑴𝒒 . 𝒚𝟏 𝜶𝟏 . 𝑴𝒒
𝝈𝒃 = + 𝑰𝒃
= + 𝑨𝒃 . 𝒕𝟐
(4)

Superposisi tegangan-tegangan dari persamaan (1), (2) dan persamaan (4) adalah merupakan
tegangan total pada serat bawah beton pre-cast, yaitu sebesar :

𝑻 𝒆𝒂 𝑴𝒑 𝜶𝟏 . 𝑴𝒒
𝝈𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = 𝝈𝒃 𝟏𝟐 = − 𝟏+ + +
𝑨𝒃 𝒕𝟐 𝑨𝒃 . 𝒕𝟐 𝑨𝒃 . 𝒕𝟐

Sehingga gaya prategang T di dapat :

𝑴𝒑 + 𝜶𝟏 . 𝑴𝒒 − 𝝈b 𝟏𝟐 . 𝑨𝒃 . 𝒕𝟐
𝑻=
𝒆𝒂 . 𝒕𝟐
𝑻
dan Ta = ( 1 − T )
3. Menghitung Luas Penampang Beton (Ab)

a. Dalam kondisi awal


𝑴𝒃𝒔
𝑻𝒂 𝒆𝒂 𝑻𝒂
𝑨𝒃 = − 𝟏+
𝝈𝒃 𝟏𝟏 𝒕𝟐

b. Dalam kondisi akhir


𝜶𝟐 𝑴𝒒
𝑻𝒂 𝒆𝒂 (𝑴𝒑 𝑻
)
𝑨𝒃 = − 𝟏+
𝝈𝒃 𝟏𝟏 𝒕𝟐

𝑰𝒃
𝒚𝟐
Dengan 2 = 𝑰𝒃
𝒚𝟐
4. Menghitung Luas Tendon
Untuk menghitung luas tendon yang diperlukan, dapat digunakan kembali persamaan berikut

a. Berdasarkan kondisi awal


𝑻𝒂
Aa 𝐩𝐞𝐫𝐥𝐮 =
𝝈a awal

b. Berdasarkan kondisi akhir


𝑻𝒂
Aa 𝐩𝐞𝐫𝐥𝐮 =
𝝈a akhir

Dari kedua harga Aa perlu yang dihitung berdasarkan persamaan diatas, pilihlah yang terbesar
kemudian tentukan jumlah tendon yang diperlukan.
5. Pemeriksaan Penampang
a. Akibat gaya prategang awal (Ta)
𝑻𝒂 𝑻𝒂 . 𝒆𝒂 .𝒚𝟏
𝝈𝒃 = - ±
𝑨𝒃 𝑰𝒃

b. Akibat berat sendiri bagian pre-cast (Mbs)


𝑴𝒃𝒔 . 𝒚𝟏 Catatan :
𝝈𝒃 = ±
𝑰𝒃 Tegangan-tegangan yang diperoleh dari (a) sampai dengan (d)
adalah bekerja pada penampang pre-cast, dengan y1 adalah
c. Akibat gaya prategang akhir (T)
𝑻 𝑻 . 𝒆𝒂 . 𝒚𝟏
jarak serat beton yang ditinjau ke cgc.
𝝈𝒃 = − ±
𝑨𝒃 𝑰𝒃
d. Akibat ( Mp)
𝑴𝒑 . 𝒚𝟏
𝝈𝒃 = ±
𝑰𝒃
e. Akibat beban hidup (Mq), pada penampang gabungan

𝑴𝒒 . 𝒚𝟏
𝝈𝒃 = ±
𝑰𝒃
Superposisi diagram tegangan adalah seperti pada
Gambar 3 berikut ini.

Keterangan :
a. Tegangan akibat gaya prategang awal (Ta)
b. Tegangan akibat berat sendiri bagian pre-cast
(Mbs).
c. Tegangan akibat gaya prategang akhir (T).
d. Tegangan akibat (Mp).
e. Tegangan akibat beban hidup (Mq), pada
penampang gabungan

Gambar 3. Superposisi tegangan


GESERAN, BLOK AKHIR DAN TATA LETAK
TENDON (SHEAR, END BLOCK AND CABLE
LAYOUTS)
GESERAN, TEGANGAN TARIK UTAMA
Desain konvensional untuk retak akibat geseran pada balok beton prategang di dasarkan pada
perhitungan tegangan tarik utama pada badan balok dan batas tegangan itu sampai pada nilai yang ditentukan.
Bagian pertama dari metoda ini, yaitu perhitungan tegangan tarik utama berdasarkan pendekatan klasik,
merupakan prosedur yang benar sepanjang beton tidak retak. Bagian kedua dari metoda ini, yaitu pembatasan
tegangan tarik utama pada nilai tertentu.
Keruntuhan geser, sebenarnya bukanlah akibat  (tegangan geser), tetapi adalah akibat tegangan
tarik induk yang ditimbulkan  (tegangan geser), yaitu sebesar .
Secara sederhana, terjadinya tegangan tarik induk () akibat tegangan geser () dapat digambarkan :
a. Tegangan tarik induk () dalam lingkaran Mohr secara umum adalah sebagai berikut :

Gambar 4. Lingkungan Mohr, secara umum


Menurut mekanika teknik :

𝟐𝝉
𝐭𝐚𝐧 𝟐𝜽 =
𝝈𝒙 − 𝝈𝒚

persamaan diatas, menghasilkan 2 harga  yang berarti 2 tegangan utama. Salah satu tegangan
utama tersebut adalah tegangan tarik induk ().

b. Lingkaran Mohr pada elemen balok beton bertulang biasa (elemen diambil pada garis netral)

Elemen diambil pada garis netral, sehingga x = y = 0 dan


besarnya teg. Geser :

𝑽
𝝉=𝟕
𝒃𝒉
𝟖
Gambar 5 Lingkaran Mohr. pada beton bertulang

c. Lingkaran Mohr pada elemen balok beton prategang

y = 0

𝑭 𝑭 .𝒆𝒂 .𝒚𝟏 𝑴 . 𝒚𝟏 𝑽 .𝒔
x = - + +  =
𝑨𝒃 𝑰𝒃 𝑰𝒃 𝑰 .𝒃
Gambar 6. Lingkaran Mohr beton prategang

Dari uraian di atas terlihat bahwa :


a. Pada beton bertulang, elemen yang menghasilkan  max berada pada garis netral dan disini tidak ada
tegangan normal, maka  membuat 45° dengan horisontal.
b. Pada beton prategang, disamping tegangan geser () juga ada tegangan normal (x) akibat gaya
pratekan. Dari gambar terlihat  < 45° dan  lebih kecil dibandingkan dengan geser murni pada beton
bertulang biasa.
c. Jadi terlihat dari gambar lingkaran Mohr, bahwa beton pratekan lebih aman dari beton bertulang biasa
terhadap tegangan tarik induk ().
Metode konvensional untuk menghitung tegangan tarik induk pada penampang beton
prategang didasarkan pada teori elastik dan pada metoda klasik untuk menentukan keadaan
tegangan pada sebuah titik seperti dijelaskan pada tiap uraian mekanika bahan.
Metoda itu dapat dijelaskan secara garis besarnya sebagai berikut :
1. Dari geseran eksternal total (V) pada penampang, kurangi geseran Vp yang dipikul oleh
tendon untuk memperoleh geseran Vc yang dipikul oleh beton

Vb = V - Vp

Vb = gaya geser yang ditahan oleh beton


Vp = gaya geser yang ditahan oleh komponen tendon yang miring.
V = gaya geser eksternal

2. Hitung distribusi Vc di seluruh penampang beton dengan persamaan biasa

𝑽𝒃 . 𝒔
=
𝑰 . 𝒃

dimana :  = tegangan geser satuan pada tiap ketinggian balok


s = momen statis luas penampang
I = momen inersia balok
B = lebar balok
3. Hitung distribusi tegangan serat untuk penampang tersebut akibat momen eksternal M, gaya
prategang F, dan eksentrisitas (ea) sebagai berikut :

𝑭 𝑭.𝒆𝒂 .𝒚𝟏 𝑴 . 𝒚𝟏
b = + +
𝑨𝒃 𝑰 𝑰

4. Tegangan tarik induk () yang bersesuaian dengan  dan b di atas kemudian diberikan oleh
persamaan :

𝝈𝒃 𝟐 𝝈𝒃
 = 𝟐
𝟐 𝟐

Secara grafis, ini dapat diselesaikan dengan Lingkaran Mohr (seperti pada Gambar 6).
Apabila tegangan tarik induk () lebih besar dari pada tegangan tarik beton yang diizinkan maka
diperlukan penulangan geser (biasanya dipakai tulangan sengkang dari baja lunak). Proses
perhitungan sengkang sama seperti [ada beton bertulang biasa (sesuaikan dengan peraturan yang
berlaku)
Kesimpulan :
Jadi terlihat dari gambar lingkaran Mohr, bahwa beton pratekan lebih aman dari
beton bertulang biasa terhadap tegangan tarik induk (). Hal ini disebabkan oleh :
Karena umumnya seluruh penampang tertekan, maka tegangan geser yang timbul
pada beton pratekan relatif lebih kecil.
Karena umumnya kabel prategang miring, maka komponen vertical gaya tendon
memperkecil gaya lintang
BLOK AKHIR (END BLOCK)
Bagian dari komponen struktur prategang yang mengelilingi angkur tendon seringkali
disebut blok akhir (end block). Pada seluruh panjang blok akhir, gaya prategang dialihkan
dari luas yang kurang lebih terpusat dan didistribusikan melalui seluruh penampang
beton. Panjang blok akhir (l) tergantung dari penyebaran kabel di ujung dan sistem
penjangkarannya. Namun berdasarkan pengamatan secara teoritis dan eksperimen
bahwa panjang blok akhir ini tidak lebih besar dari tinggi balok dan seringkali lebih kecil

Gambar 7. Block akhir


BANTALAN (BEARING) UNTUK ANGKUR

Untuk tendon dengan pengangkuran ujung, dimana gaya prategang dialihkan ke beton
dengan bantalan langsung, ada bermacam-macam cara disain yang mungkin dipakai
untuk memindahkan gaya prategang tersebut, satu diantaranya dengan pelat baja.

Desain pengangkuran terdiri dari dua bagian yaitu : menentukan luas bantalan yang
dibutuhkan beton, dan mendisain kekuatan dari angkur itu sendiri. Karena angkur-
angkur umumnya dihasilkan oleh perusahaan prategang yang mampunyai standar
sendiri untuk setiap tendon berbeda, maka kita tidak perlu merancangnya. Kadang-
kadang hanya diperlukan untuk memeriksa luas plat bantalan angkur ujung,
sebagaimana ditentukan oleh tegangan izin beton pada daerah plat bantalan tersebut.
Untuk menghitung tegangan rata-rata di beton akibat penjangkaran ini dapat dipergunakan persamaan :

(Gambar 8.)
Gambar 8. Flat bantalan ujung
TEGANGAN TARIK TRANSVERSAL PADA BLOCK AKHIR

Tegangan-tegangan pada block akhir, mempunyai karakter tersendiri yang bersifat sangat kompleks.
Penyederhanaannya adalah sebagai uraian berikut :

Gambar 9. Tegangan-tegangan pada block akhir


Dengan idealisasi seperti pada gambar, ternyata pada block akhir terjadi momen yang menimbulkan
tegangan (gaya) tarik melintang (T).
Gaya tarik tersebut bisa berbahaya dan perlu mendapat perhatian khusus (diberikan tulangan).
Momen sebesar M, harus diimbangi oleh kopel yang terjadi tegak lurus oleh sepasang gaya T dan D
dengan berlengan kopel = z.
PENYEBARAN DAN JALANNYA TENDON (LAYOUT TENDON)

Maksudnya, menentukan daerah aman kabel sepanjang balok sehingga tegangan-tegangan yang
terjadi tidak melampaui yang tegangan yang diizinkan.

1. Tanpa diizinkan tegangan tarik :


A. Tengah-tengah bentang

Gambar 10. Batas daerah aman tendon di tengah bentang


B. Diujung bentang (M = 0)

Gambar 11. Batas daerah aman tendon di ujung balok


Bila batas-batas daerah aman di tengah-tengah garis tersebut tepi dihubungkan,
didapat daerah aman kabel (Gambar 12) sesuai dengan bidang momen M yang
berbentuk panah.

Gambar 12. Letak daerah batas untuk cgs tanpa diizinkan tegangan tarik
2. Bila diizinkan tegangan tarik lebih kecil dari pada tanpa mengizinkan tegangan tarik
Karena a1 dan a2 tetap, maka seluruh sistem akan bergeser ke bawah sebesar a1 dan keatas sebesar
a2 (Gambar 13).

Gambar 13. Daerah batas untuk cgs, diizinkan tegangan tarik


Arti daerah aman.
Posisi yang lebar daerah batas seringkali menjadi petunjuk disain yang memadai dan ekonomi
(Gambar 14).
Jika sebagian batas atas jatuh di luar atau terlalu dekat serat bawah (pada a), baik gaya
prategang T atau tinggi balok pada bagian itu harus diperbesar.
Pada bagian lain, jika jatuhnya terlalu jauh di atas serat bawah (pada b), baik gaya prategang maupun
tinggi balok dapat dikurangi.
Jika batas bawah memotong batas atas (pada c), hal itu berarti bahwa tidak ada daerah yang tersedia
untuk letak cgs. dan baik gaya prategang ataupun tinggi balok harus ditambah.

Gambar 14. Posisi yang tidak dikehendaki untuk


daerah batas cgs
THANK
YOU…

Anda mungkin juga menyukai