PERTEMUAN KE-7
D. Desain Dengan Teori Elastik Dan Penampang Komposit
Sebuah konsep tambahan yang diperkenankan untuk kerja komposit adalah pengurangan momen
pada penampang komposit terhadap momen ekuivalen pada bagian pracetak yang besarnya sesuai
dengan perbandingkan modulus penampang.
Langkah-langkah disain dan persamaan-persamaan yang dipergunakan adalah :
b. Beban waktu bagian cast-in-place sedang di cor (berat sendiri bagian pre-cast + berat sendiri
beton muda + berat cetakan + orang bekerja dan peralatan). Momen yang ditimbulkannya
sebesar Mp
𝑴𝒑 . 𝒚𝟏 𝑴𝒑 .
𝝈𝒃 = + =+ (2)
𝑰𝒃 𝑨𝒃 .𝒕𝟐
𝜶𝟏 . 𝑴𝒒 . 𝒚𝟏 𝜶𝟏 . 𝑴𝒒
𝝈𝒃 = + 𝑰𝒃
= + 𝑨𝒃 . 𝒕𝟐
(4)
Superposisi tegangan-tegangan dari persamaan (1), (2) dan persamaan (4) adalah merupakan
tegangan total pada serat bawah beton pre-cast, yaitu sebesar :
𝑻 𝒆𝒂 𝑴𝒑 𝜶𝟏 . 𝑴𝒒
𝝈𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = 𝝈𝒃 𝟏𝟐 = − 𝟏+ + +
𝑨𝒃 𝒕𝟐 𝑨𝒃 . 𝒕𝟐 𝑨𝒃 . 𝒕𝟐
𝑴𝒑 + 𝜶𝟏 . 𝑴𝒒 − 𝝈b 𝟏𝟐 . 𝑨𝒃 . 𝒕𝟐
𝑻=
𝒆𝒂 . 𝒕𝟐
𝑻
dan Ta = ( 1 − T )
3. Menghitung Luas Penampang Beton (Ab)
𝑰𝒃
𝒚𝟐
Dengan 2 = 𝑰𝒃
𝒚𝟐
4. Menghitung Luas Tendon
Untuk menghitung luas tendon yang diperlukan, dapat digunakan kembali persamaan berikut
Dari kedua harga Aa perlu yang dihitung berdasarkan persamaan diatas, pilihlah yang terbesar
kemudian tentukan jumlah tendon yang diperlukan.
5. Pemeriksaan Penampang
a. Akibat gaya prategang awal (Ta)
𝑻𝒂 𝑻𝒂 . 𝒆𝒂 .𝒚𝟏
𝝈𝒃 = - ±
𝑨𝒃 𝑰𝒃
𝑴𝒒 . 𝒚𝟏
𝝈𝒃 = ±
𝑰𝒃
Superposisi diagram tegangan adalah seperti pada
Gambar 3 berikut ini.
Keterangan :
a. Tegangan akibat gaya prategang awal (Ta)
b. Tegangan akibat berat sendiri bagian pre-cast
(Mbs).
c. Tegangan akibat gaya prategang akhir (T).
d. Tegangan akibat (Mp).
e. Tegangan akibat beban hidup (Mq), pada
penampang gabungan
𝟐𝝉
𝐭𝐚𝐧 𝟐𝜽 =
𝝈𝒙 − 𝝈𝒚
persamaan diatas, menghasilkan 2 harga yang berarti 2 tegangan utama. Salah satu tegangan
utama tersebut adalah tegangan tarik induk ().
b. Lingkaran Mohr pada elemen balok beton bertulang biasa (elemen diambil pada garis netral)
𝑽
𝝉=𝟕
𝒃𝒉
𝟖
Gambar 5 Lingkaran Mohr. pada beton bertulang
y = 0
𝑭 𝑭 .𝒆𝒂 .𝒚𝟏 𝑴 . 𝒚𝟏 𝑽 .𝒔
x = - + + =
𝑨𝒃 𝑰𝒃 𝑰𝒃 𝑰 .𝒃
Gambar 6. Lingkaran Mohr beton prategang
Vb = V - Vp
𝑽𝒃 . 𝒔
=
𝑰 . 𝒃
𝑭 𝑭.𝒆𝒂 .𝒚𝟏 𝑴 . 𝒚𝟏
b = + +
𝑨𝒃 𝑰 𝑰
4. Tegangan tarik induk () yang bersesuaian dengan dan b di atas kemudian diberikan oleh
persamaan :
𝝈𝒃 𝟐 𝝈𝒃
= 𝟐
𝟐 𝟐
Secara grafis, ini dapat diselesaikan dengan Lingkaran Mohr (seperti pada Gambar 6).
Apabila tegangan tarik induk () lebih besar dari pada tegangan tarik beton yang diizinkan maka
diperlukan penulangan geser (biasanya dipakai tulangan sengkang dari baja lunak). Proses
perhitungan sengkang sama seperti [ada beton bertulang biasa (sesuaikan dengan peraturan yang
berlaku)
Kesimpulan :
Jadi terlihat dari gambar lingkaran Mohr, bahwa beton pratekan lebih aman dari
beton bertulang biasa terhadap tegangan tarik induk (). Hal ini disebabkan oleh :
Karena umumnya seluruh penampang tertekan, maka tegangan geser yang timbul
pada beton pratekan relatif lebih kecil.
Karena umumnya kabel prategang miring, maka komponen vertical gaya tendon
memperkecil gaya lintang
BLOK AKHIR (END BLOCK)
Bagian dari komponen struktur prategang yang mengelilingi angkur tendon seringkali
disebut blok akhir (end block). Pada seluruh panjang blok akhir, gaya prategang dialihkan
dari luas yang kurang lebih terpusat dan didistribusikan melalui seluruh penampang
beton. Panjang blok akhir (l) tergantung dari penyebaran kabel di ujung dan sistem
penjangkarannya. Namun berdasarkan pengamatan secara teoritis dan eksperimen
bahwa panjang blok akhir ini tidak lebih besar dari tinggi balok dan seringkali lebih kecil
Untuk tendon dengan pengangkuran ujung, dimana gaya prategang dialihkan ke beton
dengan bantalan langsung, ada bermacam-macam cara disain yang mungkin dipakai
untuk memindahkan gaya prategang tersebut, satu diantaranya dengan pelat baja.
Desain pengangkuran terdiri dari dua bagian yaitu : menentukan luas bantalan yang
dibutuhkan beton, dan mendisain kekuatan dari angkur itu sendiri. Karena angkur-
angkur umumnya dihasilkan oleh perusahaan prategang yang mampunyai standar
sendiri untuk setiap tendon berbeda, maka kita tidak perlu merancangnya. Kadang-
kadang hanya diperlukan untuk memeriksa luas plat bantalan angkur ujung,
sebagaimana ditentukan oleh tegangan izin beton pada daerah plat bantalan tersebut.
Untuk menghitung tegangan rata-rata di beton akibat penjangkaran ini dapat dipergunakan persamaan :
(Gambar 8.)
Gambar 8. Flat bantalan ujung
TEGANGAN TARIK TRANSVERSAL PADA BLOCK AKHIR
Tegangan-tegangan pada block akhir, mempunyai karakter tersendiri yang bersifat sangat kompleks.
Penyederhanaannya adalah sebagai uraian berikut :
Maksudnya, menentukan daerah aman kabel sepanjang balok sehingga tegangan-tegangan yang
terjadi tidak melampaui yang tegangan yang diizinkan.
Gambar 12. Letak daerah batas untuk cgs tanpa diizinkan tegangan tarik
2. Bila diizinkan tegangan tarik lebih kecil dari pada tanpa mengizinkan tegangan tarik
Karena a1 dan a2 tetap, maka seluruh sistem akan bergeser ke bawah sebesar a1 dan keatas sebesar
a2 (Gambar 13).