Anda di halaman 1dari 12

TUGAS INDIVIDU

STUDIO
PERANCANGAN 1

Nama: Opyn Devinta Mauretta


NIM : 41113210013

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

01
Teknik Teknik Sipil 11064 Ir. Madjumsyah Hariadi, MT, IPM
1. Buat Tampak Depan, Tampak Samping dan Tampak Atas (Tugas Kelompok)

2. Berat salju m2?

Jawaban:

Jika cuaca bersalju, Anda dapat menghitung salju yang turun setelah salju tersebut mencair;
asalkan salju tidak menimbun alat penakar hujan. Salju yang turun dinyatakan sebagai ukuran
curah hujan, tetapi tidak memiliki hubungan tetap dengan kedalaman salju. Jadi, jangan
langsung membuat kesimpulan berdasarkan kondisi yang ada. Sebagai contoh, salju setebal
61,68 cm dapat memiliki kandungan air yang sangat berbeda.

3. Sistem Rangka, Sistem Dinding, Sistem Kombinasi Rangka Dinding Geser, Sistem
Tabung, Sistem Gantung, Sistem Boks Swasembada (CONTOH GAMBAR-GAMBAR
SAJA).

Jawaban:

1. Sistem Rangka:

a. rangka atap
2. Sistem Dinding:

a. Bearing Wall (Dinding Memikul)

b. Shear Wall (Dinding Geser)

Gambar 2. 1 (a) Model Coupled Walls System (b) Denah Corewall


Sumber: Doc.Google
Gambar 2. 2 (a) Coupled Walls System dengan Coupling Beam
(b) Coupling Beam yang berperilaku Sebagai Link Beam

Sumber: Doc.Google

Imran, Yuliari, Suhelda, dan Kristianto (2008:4) mengatakan bahwa dinding geser sebagai
elemen penahan gaya lateral memiliki keuntungan utama karena menyediakan kontinuitas
vertikal pada sistem lateral struktur gedung. Struktur gedung dengan dinding geser sebagai
elemen penahan gaya lateral pada umumnya memiliki performance yang cukup baik pada saat
gempa. Hal ini terbukti dari sedikitnya kegagalan yang terjadi pada sistem struktur dinding geser
di kejadian-kejadian gempa yang lalu. Beberapa kerusakan yang terjadi akibat genpa pada
umumnya berupa cracking , yang terjadi pada dasar dinding dan juga pada bagian coupling
beam , khususnya untuk sistem dinding berangkai.
Perilaku batas yang terjadi pada dinding geser dapat diklasifikasikan sebagai berikut
(Pantazopolou dan Imran, 1992) :
a. Flexural behavior, dimana respons yang terjadi pada dinding akibat gaya luar dibentuk
oleh mekanisme kelelehan pada tulangan yang menahan lentur. Keruntuhan jenis ini pada
umumnya bersifat daktil.
b. Flexural-shear behavior, dimana kelelehan yang terjadi pada tulangan yang menahan
lentur diikuti dengan kegagalan geser.
c. Shear behavior, dimana dinding runtuh akibat geser tanpa adanya kelelehan pada
tulangan yang menahan lentur. Perilaku batas ini bisa dibagi lagi menjadi diagonal
tension shear failure (yang dapat bersifat daktil karena keruntuhan terjadi lebih dahulu
pada baja tulangan) dandiagonal compression shear failure (yang umumnya
bersifat brittle ).
d. Sliding shear behavior, dimana di bawah pembebanan siklik bolak-balik, sliding
shear bisa terjadi akibat adanya flexural cracks yang terbuka lebar di dasar dinding.
Keruntuhan ini bersifat getas dan menghasilkan perilaku disipasi yang jelek.

Balok perangkai merupakan balok penghubung antara dua buah dinding geser berangkai
(coupled walls system) . Balok ini membuat dinding geser berangkai bekerja sebagai sebuah unit
dalam menahan gaya gempa. Balok perangkai membuat struktur menjadi kaku dan dapat
mendisipasi energi. Dalam istilah internasional, balok perangkai dikenal dengan nama coupling
beam atau spandrel beam. Karena kekakuan balok perangkai yang sangat tinggi, dinding geser
berperilaku seperti dua buah kantilever bebas. Balok perangkai menyalurkan gaya geser dari satu
dinding ke dinding lainnya sehingga mengakibatkan deformasi struktur yang besar.

Gambar 2. 3 Struktur dengan Couple Shear Walls yang Mengalami Deformasi Akibat Beban Lateral

Sumber: Wight, James K. dan F.E. Richart (1964) : Design of Shearwall Coupling Beam
Using High Performance Fiber Reinforced Concrete, Michigan, 5.)
3. Sistem Kombinasi Rangka Dinding Geser

Kombinasi dari sistem rangka dan dinding geser merupakan perpaduan untuk menyelesaikan
suatu sistem struktur bangunan bertingkat tinggi yang melebihi 30 lantai, karena sistem
struktur rangka murni akan tidak efisien lagi pada ketinggian tersebut. Dinding juga
merupakan kumpulan kolom-kolom yang berjejer sehingga dapat juga menahan beban
vertikal dan horizontal, sehingga kalau dikombinasikan dengan sistem rangka akan dapat
memberikan sistem dengan berbagai bentuk masa bangunan. Beberapa bentuk dinding geser
di dalam rangka bangunan:
1. Inti interior tertutup dalam bangunan.
2. Dinding yang susunannya sejajar di dalam bangunan.
3. Rangka fasade vertikal pada bangunan.
Sistem inti (core) yang disesuaikan dengan beberapa bentuk denah akan memberikan per :bedaan
dengan menentukan:
1. Letak inti (core) dalam bangunan:
- inti fasade eksterior letak inti di luar denah ruang utama

(a)
- Inti Fasade interior.
Inti fasade.

(b)
Inti fasade di dalam bangunan inti pusat tertutup, lebih banyak pada bangunan system gantung
terkantilever, rangka keliling dan inti pusat terbuka rangka di ujung.
- Inti eksentris: terletak inti di pinggir Bangunan, sehingga tidak simetris.

(c)
Gambar 3(.a, b, c letak inti bangunan)
2. Jumlah inti (core) dalam bangunan :
- Inti tunggal : dalam bangunan hanya mempunyai satu core yang terletak di tengah atau di
pinggir.

(a)
Inti terpisah : dalam bangunan terdapat dua inti yang terpisah sehingga mempunyai ruang kerja
yang menyatu.

(b)
Inti banyak : jumlah inti lebih dari 2 inti.
(c)

Gambar 3.1 a,b,c, Jumlah Inti

Bentuk inti : bentuk inti sebagian besar disesuaikan dengan bentuk bangunan.
- Bentuk inti yang tertutup, apakah berbentuk bulat, bujur sangkar maupun persegi panjang.

(a)

Bentuk inti yang terbuka.

(b)

Bentuk inti yang disesuaikan dengan bentuk bangunan.


(c)

Gambar 3.2. a,b,c, Bentuk Inti

Sistem rangka dinding geser (frame shear wall interaction system) dikelompokan menurut
reaksinya aterhadap beban geser yang dapat dimasukan ke salah satu diantara tipe berikut :
Rangka Bersendi Dinding Geser (Hinged Frame Shear Wall) Karena balok rangka diberi
persendian, maka rangka hanya dapat memikul beban gravitasi/vertikal, inti (core) akan berlaku
sebagai free cantilever dan bebas berputar, sehingga diperlukan penahan terhadap gaya putar.
Untuk bangunan yang lebih tinggi dari 30 lantai perlu tambahan struktur outrigger truss yang
akan diikatkan pada inti (core) dengan kolom-kolom pinggir di antara truss terdapat balok
pengisi untuk menopang lantai akan berfungsi sebagai penyalur gaya.

Rangka Bersendi Rangka Vierendeel dan Dinding Geser (Hinged Frame Vierendeel and Shear
Wall)
- Rangka Bersendi Vierendeel
Rangka-rangka balok yang cukup kaku yang dapat menahan beban gravitasi dan beban lateral
tanpa menggunakan penguat diagonal, karena di setiap persendian sudah memiliki kekakuan.

Gambar 3.3 Rangka Vierendeel

Rangka Kaku dan Dinding Geser (Rigid Frame and Shear Wall)
Rangka kaku adalah rangka yang terdiri dari balok-balok horizontal dan kolom yang
tegak/vertikal yang dihubungkan ke suatu bidang dengan menggunakan sambungan kaku (rigid).
Sistem struktur rangka kaku ini cukup baik untuk dapat menahan gaya vertikal saja, dan
penggunaan rangka kaku ini terbatas pada suatu sistem struktur bangunan tinggi karena tidak
rnampu menahan beban lateral. Dinding geser adalah suatu bidang tegak yang dapat menahan
beban horizontal/lateral pada suatu bangunan. Dengan adanya beban vertikal maka dinding geser
akan membentuk bidang yang menebal ke arah bawah. Mengingat tinggi bangunan lebih dari 20
lantai, ketebalan dinding tidak akan dapat memberikan ruang yang cukup bagi fasilitas utilitas
maupun ruang-ruang lain, maka sistem struktur ini harus dikombinasikan dengan sistem struktur
lain. 63 Kombinasi struktur dinding geser dengan struktur rangka kaku akan memberikan suatu
kombinasi yang baik karena kekurangan suatu sistem akan diisi oleh kelebihan sistem lainnya.
Sudut deformasi paling besar ada pada bagian dasar struktur di mana terjadi geser maksimum.
Sedangkan pada bangunan tinggi beban lateral di bagian atas ditahan rangka kaku. Sudut
lendutan paling besar terdapat pada bagian atas bangunan sehingga dinding geser kurang
memberikan sumbangan kekokohan. Dinding geser hanya berfungsi menahan beban lateral.
Adanya perbedaan defleksi (lendutan) pada setiap sistem struktur menyebabkan dinding ditarik
oleh rangka pada bagian atas dan didorong di bagian bawah. Untuk suatu bangunan dengan
ketinggian di atas 50 lantai interaksi antara dinding geser dan rangka kaku dapat diabaikan,
kecuali kekakuan dinding yang terjadi 6 kali kekakuan total kolom di setiap lantai.
4. Sistem Tabung
5. Sistem Gantung

Gambar 5. Bangunan sistem


gantung

6. Sistem Boks Swasembada

Gambar 6. Bangunan dan Struktur Sistem Boks.

Anda mungkin juga menyukai