DOSEN PENGAMPU :
KELOMPOK :
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinding dibagi menjadi 3 jenis yaitu dinding bangunan,dinding pembatas dan dinding
penahan. Dinding bangunan mempunyai fungsi utama sebagai penyokong atap dan langit-
langit atau melindungi dari intrusi cuaca. Dinding pembatas befungsi sebagai sebagai dinding
pribadi danpembatas. Dinding penahan berfungsi sebagai penghadang gerakan tanah, batuan
atau air dan lain sebagainya.
Sebagian besar bangunan rumah tinggal di Indonesia menggunakan dinding
konvensional atau pasanganbatubata sebagai dinding bangunan. Selain mudah didapat dan
murah,batu bata mempunyai sifat yang tahan terhadap suhu yang tinggiDinding merupakan
bagian bangunan yang sering terjadi kerusakan pada bangunan rumah tinggal 1 lantai akibat
bencanaalam terutama di daerah rawan gempa,karena dinding telah ditetapkan (SNI 03-2847
2002) peraturan tingkat nasional sebagai bagian non-structural suatubangunan sehingga tidak
direncanakan dengan baik.Kerusakan pada dinding batu bata yang sering terjadi karena tidak
adanya struktur yang cukup untuk menahan dinding terhadapgempa.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Shear Wall
Shear Wall adalah jenis struktur Dinding yang berbentuk beton bertulang yang biasanya
digunakan pada dinding-dinding lift pada gedung gedung tinggi, Namun demikian struktur
jenis bisa juga digunakan pada dinding- dinding yang memerlukan kekakuan dan ketahanan
khusus
1. Memperkokoh Gedung.
Dengan Struktur Dinding beton bertulang, maka Dinding bukan hanya sebagai
penyekat ruangan tetapi berfungsi juga sebagai struktur bangunan yang ikut memikul
gaya-gaya beban yang bekerja pada balok dan kolom sekitarnya.
3
c. Coupled shear wall (dinding berangkai), dimana momen guling yangterjadi
akibat beban gempa ditahan oleh sepasang dinding geser yang dihubungkan dengan
balok-balok penghubung sebagai gaya tarik dan tekan yang bekerja pada masing-
masing dasar dinding tersebut.
2.4 Perilaku Struktur Rangka Kaku, Dinding Geser, dan Struktur RangkaDinding
Geser (Dual System)
4
kaku (rigid), sehingga pertemuan antara kolom dan balok dapat menahan momen. Pada
dasarnya rangka kaku akan ekonomis digunakan sampai 30 lantai untuk rangka baja dan
sampai 20 lantai untuk rangka beton bertulang (Schueller, 1989). Karena sifat hubungan
yang kontinuitas antara kolom dan balok, maka mekanisme rangka kaku dalam menahan
beban lateral merupakan suatu respons bersama dari balok dan kolom, terutama respons
melalui lentur dari kedua jenis elemen tersebut, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.
5
Besarnya simpangan keseluruhan yang terjadi pada sistem rangka kakudinding geser
diperoleh dengan cara menggabungkan perilaku kedua elemen tersebut seperti yang
terdapat pada gambar 2.6.
c. Deformasi mode geser untuk rangka kaku (Gambar 2.4a) Pada strukturrangka
kaku, sudut deformasi (lendutan) paling besar terjadi pada dasar struktur dimana terjadi
geser maksimum.
d. Deformasi mode lentur untuk dinding geser (Gambar 2.4b) Padastruktur
dinding geser, sudut deformasi (lendutan) paling besar terjadi
pada bagian atas bangunan sehingga sistem dinding geser memberikan kekakuan paling
kecil pada bagian atas bangunan.
e. Interaksi antara rangka kaku dan dinding geser (Gambar 2.4c) Interaksiantara
struktur rangka kaku dan dinding geser diperoleh dengan membuat superposisi mode s
defleksi terpisah yang menghasilkan kurva S datar. Perbedaan sifat defleksi antara
dinding geser dan rangka kaku menyebabkan dinding geser menahan simpangan rangka
kaku pada bagian bawah, sedangkan rangka kaku akan menahan simpangan dinding
geser pada bagian atas. Dengan demikian, geser akibat gaya lateral akan dipikul oleh
rangka pada bagian atas bangunan dan dipikul oleh dinding geser dibagian bawah
bangunan.
3. Dengan menggunakan metode coupler, metode ini hampir sama dengan metode climbing
form/ jumping form, bedanya kalau climbing form menggunakan block out untuk
penyambungan blocknya, tetapi kalau metode coupler penyambungan besi menggunakan
alat coupler
7
Pada proyek apartemen Branz Simatupang pekerjaan core wall menggunakan metode
climbing formwork, dimana pembangunan yang terus dilaksanakan tanpa harus menunggu
pengecoran plat lantai dan balok hingga berselisih dua hingga tiga lantai dibawah dinding
shear wall dan core wall itu sendiri. Dan untuk penyambungan tulangan bajanya
menggunakan coupler sebagai penyambung mekanis antar tulangan baja. Metode
pelaksanaan pekerjaan core wall sebagai berikut :
1. Dimulai dengan pembuatan gambar rencana penulangan dan struktur
yangdisebut shop drawing atau gambar kerja, dengan persetujuan/ control oleh
konsultan pengawas dimana gambar tersebut mengacu pada gambar for construction
yang dikeluarkan oleh konsultan perencana.
8
4. Setelah itu dilakukan perkuatan oleh pemasangan penyangga (adjuster)
bekisting core wall disetiap sisi core wall agar mampu menahan beban dari beton pada
saat pengecoran berbarengan dengan pemasangan adjuster beksting dilakuan
pemasangan perkuatan pada ovening core wall dibagian pintu dengan pemasangan besi
diagonal disudut-sudut pintu core wall.
9
10
5. Langkah terakhir dari pekerjaan bekisting dinding core wall adalahmemeriksa
ketegakan bekisting dinding core wall dengan menggunakan benang dengan pemberat
(unting-unting) dan menyesuaikan adjuster yang terdapat pada besi penyangga
bekisting. Bekisting core wall menggunakan multipleks dengan ketebalan 18mm, usia
pemakaian sampai dengan 6 kali pemakaian.
7. Pembongkaran bekisting dinding core wall beton dilaksanaan setelah 7 hari dari
pengecoran. Curring (curring compound) langsung dilakukan setelah pembongkaran
bekisting
11
8. Curing untuk Core Wall yaitu perawatan beton setelah pembongkaranbekisting
pada Core Wall dengan cara menyemprotkan zat kimia khusus untuk perawatan beton.
Perawatan beton ini dalam dunia proyek dikenal dengan istilah curing beton kemudian
untuk zat kimia yang digunakan adalah curing compound
12
BAB III
KONSEP
13
3.3. CONTOH PERHITUNGAN’
14
3.4. CONTOH PERHITUNGAN DAN GAMBAR PENULANGA DINDING GESER
15
16
17
18
19
20
21
22