Anda di halaman 1dari 22

SHEAR WALL

PELAT DAN RANGKA BETON

DOSEN PENGAMPU :

Ir. SITI NURLINA, MT

KELOMPOK :

JONATHAN STEVEN ASIDO (195060107111060)


JESAYA MARCELINO H (195060107111049)
DIMAS ADITYA NAVY A (195060107111057)
JEREMI CEVIN SILITONGA (195060100111060)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

1
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dinding dibagi menjadi 3 jenis yaitu dinding bangunan,dinding pembatas dan dinding
penahan. Dinding bangunan mempunyai fungsi utama sebagai penyokong atap dan langit-
langit atau melindungi dari intrusi cuaca. Dinding pembatas befungsi sebagai sebagai dinding
pribadi danpembatas. Dinding penahan berfungsi sebagai penghadang gerakan tanah, batuan
atau air dan lain sebagainya.
Sebagian besar bangunan rumah tinggal di Indonesia menggunakan dinding
konvensional atau pasanganbatubata sebagai dinding bangunan. Selain mudah didapat dan
murah,batu bata mempunyai sifat yang tahan terhadap suhu yang tinggiDinding merupakan
bagian bangunan yang sering terjadi kerusakan pada bangunan rumah tinggal 1 lantai akibat
bencanaalam terutama di daerah rawan gempa,karena dinding telah ditetapkan (SNI 03-2847
2002) peraturan tingkat nasional sebagai bagian non-structural suatubangunan sehingga tidak
direncanakan dengan baik.Kerusakan pada dinding batu bata yang sering terjadi karena tidak
adanya struktur yang cukup untuk menahan dinding terhadapgempa.

B.Tujuan Dan Manfaat


1. Untuk Mengetahui pengertian Shear Wall ?
2. Fungsi Shear Wall ?
3. Apa Saja Elemen Struktur Dinding Geser ?
4. Apa Saja Perilaku Struktur Rangka Kaku, Dinding Geser, dan Struktur RangkaDinding
Geser (Dual System) ?
5. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Core Wall ?

2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Shear Wall
Shear Wall adalah jenis struktur Dinding yang berbentuk beton bertulang yang biasanya
digunakan pada dinding-dinding lift pada gedung gedung tinggi, Namun demikian struktur
jenis bisa juga digunakan pada dinding- dinding yang memerlukan kekakuan dan ketahanan
khusus

2.2 Fungsi Shear Wall

1. Memperkokoh Gedung.
Dengan Struktur Dinding beton bertulang, maka Dinding bukan hanya sebagai
penyekat ruangan tetapi berfungsi juga sebagai struktur bangunan yang ikut memikul
gaya-gaya beban yang bekerja pada balok dan kolom sekitarnya.

2. Meredam Gocangan akibat Gempa


Secara Geografis negara kita pada umumnya dan daratan flores pada khususnya
adalah tempat yang sangat rentan terhdap gempa. Dengan dinding sistem ShearWall
maka gaya gempa yang terjadi akan direduksi, Sehingga mampu mengurangi akibat
yang terjadi pada bentuk bangunan yang ada.

3. Mengurangi Biaya Perawatan Gedung


Dengan semakin kokohnya gedung yang menggunakan Shearwall, maka
kerusakan kerusakan yang timbul akibat guncangan gempa bisa dimnimalisir sehingga
akan mengurangi biaya perawatan yang seharusnya dikeluarkan apabila gedung tidak
menggunakan jenis dinding ini. 4. Daya pikul beban disekitar dinding mampu
ditingkatkan
Dengan dinding jenis Shearwall maka kempampuan lantai beton diatasnya
untuk menerima beban semakin naik, besarnya kekuatan lantai akan berbanding lurus
dengan ketebalan shearwall itu sendiri.

4. Umur pakai gedung semakin lama

2.3 Elemen Struktur Dinding Geser


Pada umumnya dinding geser dikategorikan berdasarkan geometrinya, yaitu
(Imran dkk, 2008):
a. Flexural wall (dinding langsing), yaitu dinding geser yang memilikirasio hw/lw
≥ 2, dimana desain dikontrol terhadap perilaku lentur,
b. Squat wall (dinding pendek), yaitu dinding geser yang memiliki rasiohw/lw ≤
2, dimana desain dikontrol terhadap perilaku lentur,

3
c. Coupled shear wall (dinding berangkai), dimana momen guling yangterjadi
akibat beban gempa ditahan oleh sepasang dinding geser yang dihubungkan dengan
balok-balok penghubung sebagai gaya tarik dan tekan yang bekerja pada masing-
masing dasar dinding tersebut.

Dalam merencanakan dinding geser, perlu diperhatikan bahwa dinding geser


yang berfungsi untuk menahan gaya lateral yang besar akibat beban gempa tidak boleh
runtuh akibat gaya lateral, karena apabila dinding geser runtuh karena gaya lateral maka
keseluruhan struktur bangunan akan runtuh karena tidak ada elemen struktur yang
mampu menahan gaya lateral. Oleh karena itu, dinding geser harus didesain untuk
mampu menahan gaya lateral yang mungkin terjadi akibat beban gempa, dimana
berdasarkan SNI 03-2847-2013 pasal 14.5.3.1, tebal minimum dinding geser (td) tidak
boleh kurang dari 100 mm.

Dalam pelaksanaannya dinding geser selalu dihubungkan dengan sistem rangka


pemikul momen. Dinding struktural yang biasa digunakan pada gedung tinggi adalah
dinding geser kantilever, dinding geser berangkai, dan sistem 6 rangka-dinding geser
(dual system). Kerja sama antara sistem rangka penahan momen dan dinding geser
merupakan suatu keadaan khusus, dimana dua struktur yang berbeda sifat dan
perilakunya digabungkan sehingga diperoleh struktur yang lebih ekonomis. Kerja sama
ini dapat dibedakan menjadi beberapa macam sistem struktur berdasarkan SNI 03-
1726-2012 pasal 3.49-52 yaitu:
a. Sistem ganda yaitu sistem struktur yang merupakan gabungan darisistem rangka
pemikul momen dengan dinding geser atau bresing. Rangka pemikul momen sekurang-
kurangnya mampu menahan 25% dari gaya lateral dan sisanya ditahan oleh dinding
geser. Nilai koefisien modifikasi respons (R) yang direkomendasikan untuk sistem
ganda dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) adalah 7.
b. Sistem interaksi dinding geser dan rangka yaitu sistem struktur yangmerupakan
gabungan dari sistem rangka beton bertulang dan dinding geser biasa. Nilai R yang
direkomendasikan untuk sistem interaksi dinding geser dan rangka adalah 4,5.
c. Sistem rangka gedung yaitu sistem struktur yang memiliki rangka ruangpemikul
beban gravitasi secara lengkap. Pada sistem ini, gaya lateral akibat gempa yang terjadi
dipikul oleh dinding geser atau rangka bresing

2.4 Perilaku Struktur Rangka Kaku, Dinding Geser, dan Struktur RangkaDinding
Geser (Dual System)

2.4.1 Perilaku Struktur Rangka Kaku (Rigid Frame)


Sistem rangka kaku atau rigid frame biasanya berbentuk rangka segi empat teratur yang
terdiri dari balok horizontal dan kolom vertikal yang terhubung pada suatu bidang secara

4
kaku (rigid), sehingga pertemuan antara kolom dan balok dapat menahan momen. Pada
dasarnya rangka kaku akan ekonomis digunakan sampai 30 lantai untuk rangka baja dan
sampai 20 lantai untuk rangka beton bertulang (Schueller, 1989). Karena sifat hubungan
yang kontinuitas antara kolom dan balok, maka mekanisme rangka kaku dalam menahan
beban lateral merupakan suatu respons bersama dari balok dan kolom, terutama respons
melalui lentur dari kedua jenis elemen tersebut, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.

2.4.2 Perilaku Dinding Geser (Shearwall/Cantilever Wall)


Dinding geser merupakan suatu subsistem gedung yang memiliki fungsi utama
untuk menahan gaya lateral akibat beban gempa. Keruntuhan pada dinding geser
disebabkan oleh momen lentur karena terjadinya sendi plastis pada kaki dinding.
Semakin tinggi suatu gedung, simpangan horizontal yang terjadi akibat gaya lateral
akan semakin besar, untuk itu sering digunakan dinding geser pada struktur bangunan
tinggi untuk memperkaku struktur sehingga simpangan yang terjadi dapat berkurang.
Dinding geser juga berfungsi untuk mereduksi momen yang diterima struktur rangka
sehingga dimensi struktur rangka dapat dibuat seefisien mungkin pada struktur
bangunan tinggi akibat gaya lateral.

2.4.3 Perilaku Struktur Rangka-Dinding Geser (Dual System)


Semakin tinggi suatu gedung, penggunaan struktur rangka saja untuk menahan
gaya lateral akibat beban gempa menjadi kurang ekonomis karena akan menyebabkan
dimensi struktur balok dan kolom yang dibutuhkan akan semakin besar untuk menahan
gaya lateral. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kekakuan dan kekuatan struktur
terhadap gaya lateral dapat digunakan kombinasi antara
rangka kaku dengan dinding geser (dual system). Pada struktur kombinasi ini, dinding
geser dan kolom-kolom struktur akan dihubungkan secara kaku (rigid) oleh balok-balok
pada setiap lantai bangunan. Dengan adanya hubungan yang rigid antara kolom, balok,
dan dinding geser akan memungkinkan terjadinya interaksi antara struktur rangka dan
dinding geser secara menyeluruh pada bangunan, dimana struktur rangka dan dinding
geser akan bekerja bersama-sama dalam menahan beban yang bekerja baik itu beban
gravitasi maupun beban lateral. Selain itu, dengan menggunakan sistem ganda ini, maka
simpangan lateral akan jauh berkurang seiring dengan peningkatan jumlah lantai
struktur. Semakin tinggi suatu struktur gedung, semakin kecil simpangan yang terjadi.

5
Besarnya simpangan keseluruhan yang terjadi pada sistem rangka kakudinding geser
diperoleh dengan cara menggabungkan perilaku kedua elemen tersebut seperti yang
terdapat pada gambar 2.6.

c. Deformasi mode geser untuk rangka kaku (Gambar 2.4a) Pada strukturrangka
kaku, sudut deformasi (lendutan) paling besar terjadi pada dasar struktur dimana terjadi
geser maksimum.
d. Deformasi mode lentur untuk dinding geser (Gambar 2.4b) Padastruktur
dinding geser, sudut deformasi (lendutan) paling besar terjadi
pada bagian atas bangunan sehingga sistem dinding geser memberikan kekakuan paling
kecil pada bagian atas bangunan.
e. Interaksi antara rangka kaku dan dinding geser (Gambar 2.4c) Interaksiantara
struktur rangka kaku dan dinding geser diperoleh dengan membuat superposisi mode s
defleksi terpisah yang menghasilkan kurva S datar. Perbedaan sifat defleksi antara
dinding geser dan rangka kaku menyebabkan dinding geser menahan simpangan rangka
kaku pada bagian bawah, sedangkan rangka kaku akan menahan simpangan dinding
geser pada bagian atas. Dengan demikian, geser akibat gaya lateral akan dipikul oleh
rangka pada bagian atas bangunan dan dipikul oleh dinding geser dibagian bawah
bangunan.

2.5 Penulangan Longitudinal dan Transversal Dinding Geser


Sesuai dengan ketentuan SNI 2847:2013 pasal 14.3, disyaratkan :
1. Rasio minimum untuk luas tulangan vertikal terhadap luas bruto beton haruslah :
• 0,0012 untuk batang ulir ≤ D16 dengan tegangan leleh yang Disyaratkan > 420
Mpa.
• 0,0015 untuk batang ulir lainnya.
• 0,0012 untuk tulangan kawat las < ϕ16 atau D16.
2. Rasio minimum untuk luas tulangan horisontal terhadap luas bruto beton haruslah :
6
• 0,0020 untuk batang ulir ≤ D16 dengan tegangan leleh yangDisyaratkan > 420 Mpa.
• 0,0025 untuk batang ulir lainnya.
• 0,0020 untuk jaring kawat baja las (polos atau ulir) < ϕ16 atau D16.

2.6 Jenis Shearwall


Shear wall dapat diklasifikasikan dalam 3 jenis yaitu
1. Bearing walls adalah dinding geser yang juga mendukung sebagian
besar beban gravitas. Tembok-tembok ini juga menggunakan dindingpartisi antar
apartemen yang berdekatan.
2. Frame walls adalah dinding geser yang menahan beban lateral,
dimanabeban gravitasi berasal dari frame beton bertulang. Tembok-tembok
inidibangun diantara baris kolom.
3 Core walls adalah dinding geser yang terletak di dalam wilayah intipusat
dalam gedung yang biasanya diisi tangga atau poros lift. Dinding yang terletak
dikawasan inti pusat memiliki fungsi ganda dan dianggap menjadi pilihan paling
ekonomis

2.8 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Core Wall


Core Wall merupakan unsur yang harus dimiliki oleh gedung bertingkat di atas 10
lantai, sebagai struktur yang digunakan untuk pemasangan fasilitas lift. Proses pekerjaan
core wall harus diperhatikan dan direncanakan dengan matang, kenapa peerjaan area core
wall sangat rumit dan mempengaruhi cycle time pengecoran floor to floor dalam sebuah
proyek konstruksi dan berdampak pada jadwal pelaksanaan proyek secara keseluruhan.
Karena biasanya pengecoran core wall lebih lama dari pengecoran kolom. Terdapat dua
metode pelaksanaan pekerjaan core wall, yaitu :
1. Dengan menggunakan climbing formwork/ jumping form, yaitu dinding core lift di cor
2 lantai diatas level plat lantai.
2. Dengan memperlakaukan core lift sebagai kolom dengan metode inidinding core lift di
core mengikuti pengecoran kolom, sehingga pelaksanaan pengecoran core lift bersamaan
dengan pengecoran kolom. Alasan menggunakan metode perlakuan core sebagai kolom
adalah :
• Tidak boleh ada stek lipat pada area core.
• Tidak boleh ada block out pada dinding core.
• Jadwal pelaksanaan yang ketat.
• Dapat meminimalisasikan waste besi.

3. Dengan menggunakan metode coupler, metode ini hampir sama dengan metode climbing
form/ jumping form, bedanya kalau climbing form menggunakan block out untuk
penyambungan blocknya, tetapi kalau metode coupler penyambungan besi menggunakan
alat coupler

7
Pada proyek apartemen Branz Simatupang pekerjaan core wall menggunakan metode
climbing formwork, dimana pembangunan yang terus dilaksanakan tanpa harus menunggu
pengecoran plat lantai dan balok hingga berselisih dua hingga tiga lantai dibawah dinding
shear wall dan core wall itu sendiri. Dan untuk penyambungan tulangan bajanya
menggunakan coupler sebagai penyambung mekanis antar tulangan baja. Metode
pelaksanaan pekerjaan core wall sebagai berikut :
1. Dimulai dengan pembuatan gambar rencana penulangan dan struktur
yangdisebut shop drawing atau gambar kerja, dengan persetujuan/ control oleh
konsultan pengawas dimana gambar tersebut mengacu pada gambar for construction
yang dikeluarkan oleh konsultan perencana.

2. Mengacu pada shop drawing yang telah disetujui, dilakukan perhitungan


pembesian dengan metode bar bending schedule (BBS). Dari hasil perhitungan BBS,
dilakukan fabrikasi dan pemotongan besi dengan bar cutter dan dilanjutkan dengan
pembentukan dan perakitan. Besi yang telah dirakit sesuai perencanaan kemudian
diangkat ke lokasi yang akan dipasang dengan bantuan tower crane. Masih dengan
bantuan tower crane, besi tulangan disambung ke besi over lap dinding core wall
sebelumnya (yang sbelumnya dilaukan pembersihan diarea stek dinding).

3. Setelah penyambungan selesai, dilakukan pemasangan beton dekingdisetiap sisi


dari core wall untuk menjaga selimut beton pada saat pengecoran, pemasangan
bekisting dilakukan setelah pekerjaan besi selesai. Bekisting dinding core wall tersebut
difabrikasi sesua ukuran yang didesain. Lalu dilakukan pemasangan bekisting dengan
bantuan tower crane baik itu bekisting bagian dalam maupun bekisting bagian luar.

8
4. Setelah itu dilakukan perkuatan oleh pemasangan penyangga (adjuster)
bekisting core wall disetiap sisi core wall agar mampu menahan beban dari beton pada
saat pengecoran berbarengan dengan pemasangan adjuster beksting dilakuan
pemasangan perkuatan pada ovening core wall dibagian pintu dengan pemasangan besi
diagonal disudut-sudut pintu core wall.

9
10
5. Langkah terakhir dari pekerjaan bekisting dinding core wall adalahmemeriksa
ketegakan bekisting dinding core wall dengan menggunakan benang dengan pemberat
(unting-unting) dan menyesuaikan adjuster yang terdapat pada besi penyangga
bekisting. Bekisting core wall menggunakan multipleks dengan ketebalan 18mm, usia
pemakaian sampai dengan 6 kali pemakaian.

6. Setelah selesai pemasangan bekisting, maka dilanjutkan denganpengecoran.


Beton redy mix untuk dinding core wall sebelumnya dilakukan tes slump sesuai nilai
yang telah ditentukan. Dari hasil tes slump yang telah diijinkan kemudian dilanjutkan
pengangkutan beton dengan menggunakan mobil truck ke loasi pengecoran.
Pengecoran beton dilakukan dengan dibantu oleh tower crane yang dituangkan melalui
bucket, kemudian dilakukan vibrating dari dalam dengan alat vibrator.

7. Pembongkaran bekisting dinding core wall beton dilaksanaan setelah 7 hari dari
pengecoran. Curring (curring compound) langsung dilakukan setelah pembongkaran
bekisting

11
8. Curing untuk Core Wall yaitu perawatan beton setelah pembongkaranbekisting
pada Core Wall dengan cara menyemprotkan zat kimia khusus untuk perawatan beton.
Perawatan beton ini dalam dunia proyek dikenal dengan istilah curing beton kemudian
untuk zat kimia yang digunakan adalah curing compound

12
BAB III
KONSEP

3.1. KONSEP DASAR


Dalam perencanaan struktur gedung terhadap pengaruh gempa rencana, semua unsur struktur
gedung, semua bagian dari struktur dan non struktur seperti rangka (portal), dinding geser,
kolom, balok, lantai, lantai tanpa balok (plat lantai cendawan) dan kombinasinya, harus
diperhitungkan memikul gempa rencana. Kemampuan Struktur yang direncanakan mampu
bertahan karena beban bolakbalik dengan memasuki perilaku inelastis tanpa mengurangi
kekuatan yang berarti. Karena selisih energi beban gempa mampu disebarkan dan diserap oleh
struktur yang bersangkutan dalam bentuk kemampuan deformasi secara inelastic disebut
sebagai daktilitas struktur.
Perencanaan suatu struktur gedung pada daerah gempa haruslah memenuhi falsafah
perencanaan gedung tahan gempa, yaitu:
a) Bangunan dapat menahan gempa bumi kecil atau ringan tanpa mengalami kerusakan.
b) Bangunan dapat menahan gempa bumi sedang tanpa kerusakan yang berarti pada
struktur utama walaupun ada kerusakan pada struktur sekunder.
c) Bangunan dapat menahan gempa bumi kuat tanpa mengalami keruntuhan total
bangunan, walaupun bagian struktur utama sudah mengalami kerusakan

3.2. PERENCANAAN KAPASITAS


Faktor daktilitas suatu struktur gedung merupakan dasar bagi penentuan beban gempa yang
bekerja pada struktur gedung. Karena itu, tercapainya tingkat daktilitas yang diharapkan
harus terjamin dengan baik. Hal ini dapat tercapai dengan menetapkan suatu persyaratan
yang disebut “kolom kuat balok lemah”. Hal ini berarti, bahwa akibat pengaruh Gempa
Rencana, sendi-sendi plastis di dalam struktur gedung hanya boleh terjadi pada ujung-
ujung balok dan pada kaki kolom dan kaki dinding geser saja

13
3.3. CONTOH PERHITUNGAN’

14
3.4. CONTOH PERHITUNGAN DAN GAMBAR PENULANGA DINDING GESER

15
16
17
18
19
20
21
22

Anda mungkin juga menyukai