Anda di halaman 1dari 9

SISTEM TAHAN GEMPA

Tinggi atau rendahnya suatu bangunan berkaitan erat dengan masalah sistem
pembebanan lateral. Semakin tinggi suatu bangunan, maka sistem pembebanan
lateral yang berupa beban angin dan beban gempa akan semakin besar pula
(Juwana, 2005: 24). Semakin tinggi suatu bangunan, pentingnya aksi gaya lateral
menjadi makin berarti. Pertimbangan kekakuan menentukan jenis rancangan.
Derajat kekakuannya terutama bergantung pada jenis sistem struktur yang dipilih
(Schueller, 1991: 117). Untuk itu, dikenal beberapa sistem struktur, terutama
dalam kaitannya dengan kemampuan suatu struktur untuk menahan beban lateral.
Pada dasarnya setiap struktur pada suatu bangunan merupakan penggabungan
berbagai elemen struktur secara tiga dimensi. Fungsi utama dari sistem struktur
adalah untuk memikul secara aman dan efektif beban yang bekerja pada
bangunan, serta menyalurkannya ke tanah melalui pondasi. Beban yang bekerja
pada bangunan terdiri dari beban vertikal, horizontal, perbedaan temperatur,
getaran, dan sebagainya. Dalam berbagai sistem struktur, baik yang menggunakan
bahan beton bertulang, baja, maupun komposit, selalu ada komponen (subsistem)
yang dapat dikelompokkan dalam sistem yang digunakan untuk menahan gaya
gravitasi dan sistem untuk menahan gaya lateral. (Juwana, 2005)

Terdapat beberapa sistem dan subsistem penahan gempa antara lain, yaitu :

1. Sistem Rangka Pemikul Momen


Di Indonesia, sistem struktur gedung yang umum digunakan adalah Sistem
Rangka Pemikul Momen, yang mana beban horizontal akibat gempa akan dipikul
terutama melalui mekanisme lentur. Pada saat gempa terjadi, rangka pemikul
momen harus berperilaku sebagai rangka daktail supaya integritasnya tetap terjaga
sehingga bangunan terhindar dari kemungkinan mengalami roboh dengan
seketika. Perilaku daktail ini hanya dapat dicapai apabila pada saat terbentuknya
sendi-sendi plastis pada pelat-balok-kolom mampu mentransfer efek beban lateral
gempa tanpa kehilangan kekuatan dan kekakuannya.
Menurut tabel 3 SNI 03-1726-2002 tercantum tiga jenis SRPM yaitu SRPMB
(Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa), SRPMM (Sistem Rangka Pemikul
Momen Menengah), dan SRPMK (Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus),
yang mana masing- masing jenis SRPM dibedakan berdasarkan wilayah gempa.

2. Sistem Ganda
Secara umum, menurut SNI-1726-2002, Sistem Ganda dapat diartikan sebagai
kesatuan sistem struktur yang terdiri dari rangka ruang yang memikul seluruh
beban gravitasi dan pemikul beban lateral berupa dinding geser atau rangka
pengaku dengan rangka pemikul momen. Rangka pemikul momen harus
direncanakan secara terpisah mampu memikul sekurang-kurangnya 25% dari
seluruh beban lateral. Kedua sistem harus direncanakan untuk memikul secara
bersama-sama seluruh beban lateral dengan memperhatikan interaksi atau Sistem
Ganda.
Menurut Purwono (2005: 25) tipe sistem struktur ini memiliki 3 ciri dasar.
Pertama, rangka ruang lengkap berupa SRPM untuk memikul beban gravitasi,
yang sekaligus harus bisa memikul sedikitnya 25% dari beban lateral (gempa
nominal V). Kedua, dinding struktural (DS) yang memikul sisa beban lateral. Ciri
ketiga, SRPM dan DS harus direncanakan untuk menahan beban gempa V secara
proporsional berdasarkan kekakuan relatifnya. Pada wilayah gempa 5 dan 6,
rangka ruang itu harus didesain sebagai SRPMK dan DS harus sesuai ketentuan
SNI 2847 Pasal 23.6.6 yaitu sebagai DSBK (Dinding Struktural Beton Khusus),
termasuk ketentuan pada pasal-pasal sebelumnya yang masih berlaku. Untuk
wilayah gempa 3 dan 4, SRPM harus didesain sebagai SRPMM dan DS tidak
perlu detailing khusus. Sedangkan untuk wilayah gempa 1 dan 2, boleh dipakai
SRPM biasa dan DS beton biasa.
3. Sistem Dinding Penumpu
Dinding penumpu sering juga disebut sebagai dinding geser. Dinding geser
membentang pada keseluruhan jarak vertikal antar lantai. Jika dinding
ditempatkan secara hati-hati dan simetris dalam perencanaannya, dinding geser
sangat efisien dalam menahan beban vertikal maupun lateral dan tidak
menggangu persyaratan arsitektural. Dinding geser ini memikul hampir seluruh
beban lateral, beban gravitasi juga ditahan dinding ini sebagai dinding
struktural. Dinding struktural pada bangunan berbentuk rangka (frame
building) harus dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki kekakuan yang
memadai yang diperlukan untuk mengurangi simpangan antar lantai yang
disebabkan oleh gempa. Dinding seperti itu disebut dinding geser. Fungsi
lainnya adalah untuk mengurangi kemungkinan kehancuran komponen
nonstruktural yang ada pada gedung pada umumnya. (Nawy, 2005: 741).
Gedung yang diperkaku dengan dinding geser dianggap lebih efektif
daripada gedung dengan rangka kaku, dengan mempertimbangkan pembatasan
kehancuran, keamanan secara keseluruhan dan keandalan struktur. Hal ini
berdasarkan fakta bahwa dinding geser dianggap lebih kaku daripada elemen
rangka biasa sehingga dapat menahan beban lateral yang lebih besar akibat
gempa, dan di saat yang bersamaan dapat membatasi simpangan antar lantai.
(Nawy, 2005: 741). Salah satu hal pokok yang harus dipertimbangkan dalam
perencanaan dinding geser pada Sistem Ganda adalah penempatan dinding
geser. Dalam sistem gedung tinggi yang bentuknya tidak beraturan, seringkali
terjadi eksentrisitas yang berlebihan. Eksentrisitas pada gedung terjadi karena
tidak berimpitnya pusat massa dan pusat kekakuan gedung.
Eksenstrisitas yang besar dapat menyebabkan rotasi pada gedung. Untuk itu,
dinding geser harus ditempatkan sedemikian rupa untuk membatasai
eksentrisitas itu, atau dengan kata lain agar didapatkan eksentrisitas sekecil
mungkin. Selain itu, yang harus menjadi pertimbangan adalah bentuk denah
gedung dan tata guna lantai, di mana dinding geser yang menerus umumnya
diletakkan di dekat tangga atau lift untuk menghindari terganggunya sirkulasi
ruang dan menjaga kenyamanan pengguna gedung.

4. Sistem Rangka Bangunan


Pada sistem ini terdapat rangka ruang lengkap yang memikul beban-beban
gravitasi, sedangkan beban lateral dipikul oleh dinding struktural. Walaupun
dinding struktural direncanakan memikul seluruh beban gempa, rangka balok
kolom harus diperhitungkan terhadap efek simpangan lateral dinding struktural
oleh beban gempa rencana, mengingat rangka tersebut di tiap lantai masih
menyatu dengan dinding struktur melalui lantai-lantai. Efek ini dinamakan
syarat kompatibilitas deformasi .
5. Steel Brached Frame
Steel Brached Frame adalah suatu inovasi baru yang telah diteliti oleh para
peneliti dari Stanford University of Lullinos. Dimana Steel Brached Frame
merupakan struktur rangka baja yang mendukung bangunan utama, letaknya
berada di luar bangunan (eksterior). Rangka baja ini didesain dapat bergoyang ke
atas dan ke bawah (akibat elastisitas urat (tendon) baja) saat terjadi goncangan
gempa sampai dengan 7 Skala Righter (SR). Dalam aplikasinya, sistem ini dapat
dipasang sebagai bagian awal dari desain awal bangunan, atau bisa juga dipasang
pada bangunan yang sudah berdiri. Sistem ini diharapkan dapat meminimalisir
kerusakan dan tentunya memberikan keselamatan bagi penghuninya. Jadi sistem
ini diyakini lebih ekonomis dan lebih aman.

Steel Brached Frame

6. Diafragma
Diafragma merupakan elemen yang ditempatkan pada elemen lain atau pada
sistem superstructure untuk mendistribusikan gaya-gaya serta untuk
meningkatkan kekuatan dan kekakuan sistem. Lebih khusus pada jembatan,
diafragma bearti komponen tranversal jembatan yang menghubungkan balok-
balok atau girder-girder pada arah memanjang yang bersebelahan.
Gelagar diafragma berperilaku sebagai balok horizontal untuk menahan gaya
lateral dan gaya-gaya unbalance yang terjadi di sepanjang bentang melintang
gelagar. Untuk itu rational analysis dibutuhkan dalam perhitungan gaya-gaya
lateral pada diafragma. Diafragma ini berperan sebagai konektor tranversal.
Diafragma girder

7. Energy Dissipation Systems (Damper)


Adalah perangkat yang dirancang dan diuji secara khusus untuk menghilangkan
sejumlah besar energi. Sistem disipasi energi yang paling umum adalah yang
kental (gaya yang proporsional dengan kecepatan deformasi) dan histeretik (gaya
proporsional terhadap perpindahan), namun ada juga sistem elastis visko-elastis,
elektro-induktif dan peredam gesekan. Membuat struktur bangunan lebih resistif
akan meningkatkan goncangan yang bisa merusak isi atau fungsi bangunan.
Perangkat Dissipating Energi digunakan untuk meminimalkan getaran. Energi
akan hilang jika bahan daktail berubah bentuk dengan cara yang terkendali.
Contohnya adalah Exentric Bracing dimana deformasi terkendali dari anggota
framing menghilangkan energi. Namun, ini tidak akan menghilangkan atau
mengurangi kerusakan pada isi bangunan. Solusi yang lebih langsung adalah
penggunaan perangkat penghilang energi yang berfungsi seperti peredam kejut di
dalam mobil yang bergerak. Periode bangunan akan diperpanjang dan bangunan
akan "naik" bergetar dalam rentang yang dapat ditolerir.

Viscous damper
8. Base Isolator
Sistem isolasi dasar menggunakan material khusus peredam getaran (seismic
isolator) yang terletak diantara bangunan dengan pondasi dasar untuk mencegah
getaran gempa langsung mengenai struktur. Tujuannya untuk memperbesar waktu
getar alami struktur (1) akibat gempa, sehinga beban gempa yang mengenai
struktur menjadi lebih kecil dan tidak membahayakan struktur beserta isinya
(Tjokrodimuljo, 1993). Respon maksimum suatu struktur terjadi bila waktu getar
alami struktur rendah (dibawah 1 detik). Dengan demikian jika struktur
mempunyai waktu getar alami lebih dari 1 detik maka respons struktur akan
mengecil.

Jenis-Jenis Base Isolator

9. Sistem Rangka Bresing Konsentrik (Concentrically Braced Frames)


Sistem Rangka Bresing Konsentrik merupakan pengembangan dari sistem
portal tak berpengaku atau lebih dikenal dengan Moment Resisting Frames
(MRF). Sistem Rangka Bresing Konsentrik dikembangkan sebagai sistem
penahan gaya lateral dan memiliki tingkat kekakuan yang cukup baik. Hal ini
bertolak belakang dengan sistem MRF yang hanya bisa digunakan sebagai
penahan momen. Kekakuan sistem ini terjadi akibat adanya elemen pengaku yang
berfungsi sebagai penahan gaya lateral yang terjadi pada struktur. Sistem ini
penyerapan energinya dilakukan melalui pelelehan yang dirancang terjadi pada
pelat buhul. Sistem ini daktilitasnya kurang begitu baik sehingga kegagalannya
ditentukan oleh tekuk bresing.
Sistem Rangka Bresing Konsentrik

10. Sistem Rangka Bresing Eksentrik (Eccentrically Braced Frames)


Pada Sistem Rangka Bresing Eksentrik ada suatu bagian dari balok yang
disebut Link dan direncanakan secara khusus. SRBE diharapkan dapat mengalami
deformasi inelastis yang cukup besar pada Link saat memikul gaya-gaya akibat
beban gempa rencana karena element link tersebut berfungsi sebagai pendisipasi
energi ketika struktur menerima beban gempa. Pendisipasian energi ini
diwujudkan dalam bentuk plastifikasi pada elemen link tersebut. Hal tersebut yang
menyebabkan Sistem SRBE mempunyai nilai daktilitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan SRBK yang lebih mengutamakan pada kekuatan
strukturnya. Kolom-kolom, batang bresing, dan bagian dari balok di luar Link
harus direncanakan untuk tetap dalam keadaan elastis akibat gaya-gaya yang
dihasilkan oleh Link pada saat mengalami pelelehan penuh hingga tahap
perkerasan regangan.

Sistem Rangka Bresing Eksentrik


11. Tuned Mass Dumper
Adalah sebuah alat kontrol yang terdiri dari massa, pegas dan peredam yang
terhubung dengan strukktur utama yang bertujuan untuk mengurangi getaran
dinamik yang disebabkan oleh beban angina atau beban gempa.

Tuned Mass Dumper Of Taipei 101

Anda mungkin juga menyukai