Sri Haryono
Dian Arumningsih Diah Purnamawanti
Abstrak
1. PENDAHULUAN
diantaranya dengan menambahkan
Akibat beban lateral yang elemen struktur diagonal (bresing),
ditimbulkan oleh beban gempa, akan dinding geser, atau dengan mengubah
menyebabkan peningkatan respons hubungan antara elemen struktur.
struktur secara tajam. Solusi dari Diantara beberapa cara perkuatan
perubahan pembebanan ini adalah struktur eksisting, bresing efektif
peningkatan kekakuan vertikal struktur. digunakan dalam menahan deformasi
Ada beberapa cara structural agar yang mungkin terjadi. Dengan
kekakuan vertikal struktur meningkat. penambahan bresing maka tingkat
Penambahan beberapa elemen struktur daktilitas struktur dapat berubah
penahan geser dapat digunakan untuk menjadi lebih baik jika dibandingkan
meningkatkan kekakuan struktur yang tanpa adanya bresing. Penggunaan
secara otomatis mengurangi pengaruh bresing sebagai perkuatan struktur perlu
gaya lateral yang terjadi dapat diatur sedemikian rupa sehingga dapat
dilakukan dengan beberapa cara
efektif dan tidak mengganggu dari segi bresing dapat dirancang sesuai prosedur
arsitektural. desain bresing pada struktur baja.
Beban gempa rencana dihitung Viswanath dkk (2010),
dan ditentukan berdasarkan peta hazard membanding kan tipe penggunaan
gempa Indonesia. Struktur bangunan bresing yang berbeda-beda pada
bertingkat tinggi harus selalu struktur sederhana. Penggunaan bresing
memperhatikan keamanan dan dapat mentransfer gaya lateral yang
kenyamanan penghuninya. Perubahan terjadi sehingga struktur menjadi stabil.
kondisi pembebanan mempengaruhi Struktur dengan bresing tipe X
kestabilan dan keamanan suatu struktur. memiliki nilai momen lentur terkecil
Terjadinya gempa bumi merupakan dibandingkan tipe bresing lainnya.
salah satu penyebab terjadinya Penambahan bresing tipe X juga
perubahan pembebanan pada struktur. mengurangi lateral displacements yang
Pada saat terjadinya gempa bumi terjadi pada struktur.
struktur akan mengalami penambahan
gaya lateral yang diteruskan dari 3. PORTAL BRESING
pondasi ke seluruh komponen struktur
(Braced Frames)
di atasnya.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan Berkaitan dengan struktur
untuk melakukan evaluasi struktur bresing, terdapat 2 tipe portal yaitu :
gedung pada kondisi terjadinya gempa a. Rangka bresing (braced frames),
sebelum dan setelah penambahan dimana ketahanan utamanya terletak
bresing X. pada beban lateral, tekuk dan
ketidakstabilan struktur portal seperti
2. TINJAUAN PUSTAKA dalam sistem bresing vertikal.
Cara ketiga dengan mengubah b. Rangka tanpa bresing (unbraced
hubungan antara elemen struktur frames),
sedemikian rupa sehingga perubahan Dimana kekuatan lentur dari setiap
sudut yang terjadi berharga konstan batang struktur portal harus dihitung
untuk suatu kondisi pembebanan berdasar seluruh kekuatan dan
tertentu. Hal ini dengan membuat titik kekakuannya untuk menahan beban
hubung kaku diantara elemen struktur. lateral dan ketidakstabilan struktur.
Struktur yang menggunakan titik Pada portal bresing, balok dan kolom
hubung kaku sering disebut sebagai mendukung beban gravitasi yang
rangka (frame) (Schodek, 1999). disalurkan oleh sistem lantai dan atap
yang bersinggungan, sedangkan sistem
Youssefa dkk (2007), melakukan bresing vertikal mendukung beban
kajian mengenai bresing baja internal lateral yang bekerja pada struktur.
(internal steel bracing) pada rangka
beton bertulang. Rangka yang diberi
3.1. Sistem Bresing Vertikal
bresing baja internal dapat menahan
Konsentris
beban lateral lebih tinggi dari pada
rangka tanpa bresing. Komponen Sistem bresing vertikal konsentris
merupakan sistem bresing dimana
sumbu utamanya bertemu atau saling Khusus harus memenuhi syarat
memotong dalam satu titik. Sistem ini kelangsingan dalam persamaan 3.15.
sangat cocok dipakai
k L 2625
c
r f
y
dengan:
kc = faktor panjang tekuk
L = panjang efektif komponen
struktur
Gambar 3.1. r = jari-jari girasi komponen
struktur
dalam perancangan karena akan fy = tegangan leleh baja (MPa)
memberikan kekuatan dalam menahan
beban-beban yang bekerja. AISC 4. BEBAN PADA STRUKTUR
(1992) menyebutkan 5 tipe bentuk BANGUNAN
bresing vertikal konsentris, yaitu bentuk
“ Z “ atau diagonal, inverted V “ Λ “, “ Jenis beban yang bekerja pada
V ”, “ X “, dan “ K “ seperti pada suatu bangunan pada prinsipnya dapat
Gambar 3.3. dibagi sebagai berikut :
4.1. Beban Mati
3.2. Sistem Bresing Vertikal ” X ”
Beban mati merupakan beban yang
Sistem bresing vertikal ”X” berasal dari berat sendiri yang bersifat
seperti Gambar 3.3 batang diagonalnya tetap, termasuk dinding dan sekat
cenderung lebih langsing. Oleh karena pemisah, kolom, balok, lantai, atap,
itu, kapasitas tegangan tariknya lebih penyelesaian, mesin dan peralatan
besar dari kapasitas tegangan tekan yamg merupakan bagian yang tidak
sehingga diasumsikan hanya tegangan terpisahkan dari gedung.
tarik diagonal yang aktif. Jika batang
4.2. Beban Hidup
diagonal dipasang ketika prestress awal
untuk mengurangi kelonggaran, maka Beban hidup adalah beban yang
batang diagonal tekan akan aktif berasal dari manusia dan berbagai
bekerja hanya sampai proses prestress barang peralatan. Beban hidup yang
akhir sehingga dimungkinkan batang bekerja akibat manusia biasanya
bresing diagonal lebih kecil (ASCE, ditentukan 100 kg untuk setiap titik
1971). kumpul pada konstruksi atap,
sedangkan beban bergerak pada lantai
3.3. Kelangsingan Batang Bresing
bangunan ditentukan berdasarkan
SNI 03-1729-2002 Tata Cara volume benda yang ada pada suatu
Perencanaan Struktur Baja untuk ruangan.
Bangunan Gedung mensyaratkan
kelangsingan batang bresing untuk
Sistem Rangka Bresing Konsentrik
5. ANALISIS GAYA GEMPA 5.3. Wilayah Gempa dan Spektrum
5.1. Gempa Rencana dan Kategori Respons
Gedung
Indonesia ditetapkan terbagi
Standar SNI 03-1726-2002 dalam 6 Wilayah Gempa seperti
bertujuan agar struktur gedung yang ditunjukkan dalam Gambar 3.1, di mana
ketahanan gempanya direncanakan Wilayah Gempa 1 adalah wilayah
menurut Standar ini dapat berfungsi dengan kegempaan paling rendah dan
menghindari terjadinya korban jiwa Wilayah Gempa 6 dengan kegempaan
manusia oleh runtuhnya gedung akibat paling tinggi. Pembagian Wilayah
gempa yang kuat, membatasi kerusakan Gempa ini, didasarkan atas percepatan
gedung akibat gempa ringan sampai puncak batuan dasar akibat pengaruh
sedang, sehingga masih dapat Gempa Rencana dengan perioda ulang
diperbaiki, membatasi ketidak 500 tahun, yang nilai rata-ratanya untuk
nyamanan penghunian bagi penghuni setiap Wilayah Gempa ditetapkan
gedung ketika terjadi gempa ringan dalam Gambar 3.1
sampai sedang, mempertahankan setiap
saat layanan vital dari fungsi gedung. 5.4. Waktu Getar Alami
Standar SNI 03-1726-2002 Waktu getar alami struktur
menentukan pengaruh Gempa Rencana gedung dapat dihitung dengan rumus-
yang harus ditinjau dalam perencanaan rumus pendekatan sebagai berikut :
struktur gedung serta berbagai bagian 1. Untuk struktur-struktur gedung
dan peralatannya secara umum. Akibat berupa portal-portal tanpa unsur
pengaruh Gempa Rencana, struktur pengaku yang dapat membatasi
gedung secara keseluruhan harus masih simpangan :
berdiri, walaupun sudah berada dalam T = 0,0853 H0,75 untuk portal baja
kondisi di ambang keruntuhan. T = 0.0731 H0,75 untuk portal
beton
5.2. Daktilitas Struktur Bangunan 2. Untuk struktur gedung yang lain :
dan pembebanan gempa T = 0,0448 H dengan :
nominal T : waktu getar gedung pada arah
yang ditinjau, dt
Faktor daktilitas struktur gedung H : tinggi puncak bagian utama
μ adalah rasio antara simpangan struktur, m
maksimum struktur gedung akibat
pengaruh Gempa Rencana pada saat 5.5. Pembatasan Waktu Getar
mencapai kondisi di ambang Alami Fundamental
keruntuhan δm dan simpangan struktur Untuk mencegah penggunaan
gedung pada saat terjadinya pelelehan struktur gedung yang terlalu fleksibel,
pertama δy. Daktilitas merupakan nilai waktu getar alami fundamental T1
fungsi dari faktor kuat lebih (over dari struktur gedung harus dibatasi,
strength, f atau Ω) dan kapasitas bergantung pada koefisien untuk
komponen struktur secara keseluruhan Wilayah Gempa tempat struktur gedung
dalam kondisi daktail. berada dan jumlah tingkatnya, n
menurut persamaan
T1<n Apabila rasio antara tinggi struktur
dengan koefisien ditetapkan menurut gedung dan ukuran denahnya dalam
Standar SNI 03-1726-2002 arah pembebanan gempa sama dengan
atau melebihi 3, maka 0.1 V harus
dianggap sebagai beban horisontal
6. BEBAN GEMPA NOMINAL terpusat yang menangkap pada pusat
STATIK EKUIVALEN massa lantai tingkat paling atas,
sedangkan 0.9 V sisanya harus
Apabila kategori gedung memiliki dibagikan sepanjang tinggi struktur
Faktor Keutamaan I dan strukturnya gedung menjadi beban-beban gempa
untuk suatu arah sumbu utama denah nominal statik ekuivalen.
struktur dan sekaligus arah pembebanan
Gempa Rencana memiliki faktor Waktu Getar Alami Fundamental
reduksi gempa R dan waktu getar alami Waktu getar alami fundamental struktur
fundamental T1, maka beban geser gedung beraturan dalam arah masing-
dasar nominal statik ekuivalen V yang masing sumbu utama dapat ditentukan
terjadi di tingkat dasar dapat dihitung dengan rumus Rayleigh sebagai berikut:
menurut persamaan :
n
C .I 2
V 1 Wt
R
W d
i 1
i i
T1 6.3
di mana C1 adalah nilai Faktor Respons n
Gambar 9.1.
Tabel 10.1. Hasil perhitungan gempa
10. ANALISIS GEMPA STATIS nominal statik ekuivalen Fi
STRUKTUR TANPA BRESING
10.1. Waktu getar bangunan ( T )
T = 0,0731 x H3/4 =0,6913 det.
10.2. Koefisien gempa
0,23
C= = 0,3327
T
0,8V1= 133,123
0,8.V1
Faktor Skala= = 5,538
Vt
2. Tinjauan arah Y
Vt = 23,713 ton , V1 = 166,404
ton 12. KINERJA
0,8V1 = 133,123 12.1. Batas Layan Struktur Tanpa
0,8.V1 Bresing
Faktor Skala= = 5,614
Vt
Batas simpangan antar tingkat
Hasil analisis perpindahan untuk struktur tanpa bresing dihitung
(displacement) maksimum pada sebagai berikut:
masing-masing lantai seperti tampak 0,03
x H = 0,0141 m < 0,03 m,
pada Tabel 11.2. untuk arah X dan R
Tabel 11.3 untuk arah Y. maka dipakai 0,0141 m
Tabel 12.1. Kinerja batas layan struktur tingkat yang dihitung dari simpangan
tanpa bresing arah X struktur gedung tidak boleh
melampaui 0,02 kali tinggi tingkat yang
bersangkutan. Secara lengkap analisis
kinerja batas ultimit ditampilkan dalam
Tabel 12.3. untuk arah X dan serta
Tabel 12.4. untuk arah Y.
Biodata Penulis :
Sri Haryono, Jurusan Teknik Sipil –
FTSP ITB Bandung (1983), S2 Jurusan
Teknik Sipil Konsentrasi Struktur –
Fak. Teknik Sipil dan Lingkungan
UGM Yogyakarta (2003), Pengajar
Program Studi Teknik Sipil-UTP.