TAHAN GEMPA KELOMPOK F4 KHAIRUL ANWAR (418110171) WAHYU MUHAMAD YUSUF (418110182) MOHAMAD ARIS ARFANDI (418110173) ROZIMAN HAKKI (418110188) DESI RATNASARI (418110184) RENDI ANDAN WANGI (418110195) HARDI INDRA PRAWIRA (41511A0116P) Filosofi Umum Perencanaan bangunan tahan gempa yang diadopsi hampir seluruh negara di dunia mengikuti ketentuan berikut ini : 1. Pada gempa kecil bangunan tidak boleh mengalami kerusakan 2. Pada gempa menengah komponen struktural tidak boleh rusak, namun komponen non-struktural diijinkan mengalami kerusakan 3. Pada gempa kuat komponen struktural boleh mnegalami kerusakan , namun bangunan tidak boleh mengalami keruntuhan (IITK – BMTPC 2002 ) Spektrum Respon • Untuk mengurangi bencana yang diakibatkan oleh gempa diperlukan pemahan yang lebih baik mengenai perilaku gempa. Pembicaraan masalah gempa tidak terlepas dari spektrum respon (response spectrum). Spektrum respon yang merupakan grafik respon maksimum struktur untuk bermacam-macam frekuensi dapat memudahkan seseorang dalam menganalisa dan mendesian suatu struktur tahan hancur. (Pattipawaej 2010) Dinding Geser ( Shearwall ) Dengan adanya dinding geser yang kaku pada bangunan, sebagian besar beban gempa akan terserap oleh dinding geser tersebut. • Menurut Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2006 (Purwono 2007), perencanaan geser pada dinding struktural untuk bangunan tahan gempa didasarkan pada besarnya gaya dalam yang terjadi akibat beban gempa. Dinding geser biasanya dikategorikan berdasarkan geometrinya yaitu: • Flexural wall (dinding langsing), yaitu dinding geser yang memiliki rasiohw/lw ≥ 2, dimana desain dikontrol oleh perilaku lentur. • Squat wall (dinding pendek), yaitu dinding geser yang memiliki rasiohw/lw ≤ 2, dimana desain dikontrol oleh perilaku geser. • Coupled shear wall (dinding berangkai), dimana momen guling yang terjadi akibat beban gempa ditahan oleh sepasang dinding, yang dihubungkan oleh balok-balok perangkai, sebagai gaya-gaya tarik dan tekan yang bekerja pada masing-masing dasar pasangan dinding tersebut. (Imran dkk 2008 ) • Dalam prakteknya dinding geser selalu dihubungkan dengan sistem rangka pemikul momen pada gedung. Dinding struktural yang umum digunakan pada gedung tinggi adalah dinding geser kantilever dan dinding geser berangkai. Berdasarkan SNI 03-1726-2002, dinding geser beton bertulang kantilever adalah suatu subsistem struktur gedung yang fungsi utamanya adalah untuk memikul beban geser akibat pengaruh gempa rencana. Kerusakan pada dinding ini hanya boleh terjadi akibat momen lentur ( bukan akibat gaya geser ), melalui pembentukan sendi plastis di dasar dinding. Prinsip- prinsip yang dipakai dalam perencanaan bangunan tahan gempa 1. Pondasi • KSLL atau Konstruksi Sarang Laba-Laba adalah suatu teknologi inovasi pondasi ramah gempa yang bentuknya menyerupai sarang laba-laba dan telah teruji menyelamatkan ratusan bangunan dibeberapa daerah Indonesia. Konstruksi Sarang Laba-Laba sendiri dibuat dengan perhitungan dan ketelitian yang berarti, dimana tentunya selalu ada antisipasi-antisipasi pada saat membangun konstruksi ini. Dan dengan konsep KSLL ini terbukti ampuh menahan beban ketika diterjang gempa bumi yang berskala cukup besar yang seperti terjadi di Aceh beberapa tahun silam. Sistem KSLL kini dapat dan telah diimplementasikan dengan berbagai jenis fungsi dan kondisi bangunan sebagai berikut: • Konstruksi pondasi bangunan bertingkat 2-10 lantai • Konstruksi landasan pesawat udara/runway, apron, taxyway dan Hanggar • Konstruksi pondasi Gudang kelas I • Konstruksi pondasi Container yard/terminal peti kemas • Konstruksi pondasi menara transmisi tegangan tinggi • Konstruksi pondasi menara/tugu, menara air • Konstruksi pondasi tangki-tangki minyak Pondasi tiang pancang Pondasi tiang pancang adalah salah satu jenis pondasi yang biasa digunakan untuk membangun rumah skala kecil ataupun bangunan besar seperti perkantoran dan hotel. Tiang pancang sebagai pondasinya yang utama disebut juga sebagai reinforced concrete pile, yaitu material beton bertulang dengan kekuatan yang sangat baik. Material tiang pancang memang tidak hanya terbuat dari beton karena ada juga tiang pancang yang dibuat dari kayu serta baja. Jenis-jenis pondasi tiang pancang 1. Pondasi Tiang Pancang Kayu Tiang pancang kayu merupakan bentuk tiang pancang yang paling tradisional. Model pemakaiannya bisa terlihat pada berbagai jenis rumah adat panggung yang ada di Indonesia. Meskipun menggunakan kayu, namun jenis kayu yang digunakan bukanlah kayu sembarangan. Umumnya, kayu yang digunakan memiliki kualitas terbaik dan bisa awet hingga ratusan tahun. 2. Pondasi Tiang Pancang Baja Sesuai namanya, jenis tiang pancang yang pertama ini terbuat dari baja. Kamu juga bisa menyebut dengan nama lainnya yaitu steel pile. Pada penggunaannya, rongga tiang pancang baja kemudian diisi dengan beton agar lebih kokoh. 3. Pondasi Tiang Pancang Beton Tiang pancang beton disebut juga concrete pile secara teknis. Dari segi bentuknya, jenis tiang pancang beton sangat beragam mulai dari persegi panjang hingga silinder. Selain itu, ada juga perbedaan dari segi pembuatan tiang pancang yaitu dengan teknik precast pile dan cast in. Kegunaan Pondasi Tiang Pancang • Menahan Beban Konstruksi dengan Baik • Bekerja Seperti Pondasi Tapak • Memadatkan Tanah Pondasi • Menyesuaikan Tapak Bangunan • Mengontrol Getaran Pada Pondasi • Menghindarkan dari Erosi • Pondasi yang Baik untuk di Lepas Pantai • Penguat Keamanan Bangunan Kelebihan Pondasi Tiang Pancang • Terjamin Kekuatannya • Meminimalisir Galian • Mirip Seperti Fiction Pile • Pondasi Tiang Pancang Tahan Lama • Lebih Tahan Korosi Kekurangan Pondasi Tiang Pancang • Bobotnya Sangat Berat • Memakan Waktu Lama • Penanaman ting tiang pancang • Proses Produksi Rumit • Biaya Relatif Lebih Mahal Prinsip- prinsip yang dipakai dalam perencanaan bangunan tahan gempa 2. Desain kolom
Kolom harus menggunakan kolom menerus (ukuran yang
mengerucut/ semakin mengecil dari lantai ke lantai). Dan untuk meningkatkan kemampuan bangunan terhadap gaya lateral akibat gempa, pada bangunan tinggi (high rise building) acapkali unsur vertikal struktur menggunakan gabungan antara kolom dengan dinding geser (shear wall). 3. Denah Bangunan Bentuk Denah bangunan sebaiknya sederhana, simetris, dan dipisahkan (pemisahan struktur). Untuk menghindari adanya dilatasi (perputaran atau pergerakan) bangunan saat gempa. Namun dilatasi ini pun menimbulkan masalah pada bangunan yaitu : • 2 atau beberapa gedung yang dilatasi akan mempunyai waktu getar alami yang berbeda, sehingga akan menyebabkan benturan antar gedung, • Ketidak efektifan dalam pemasangan interior, seperti : plafond, keramik, dll • Perlunya konstruksi khusus (balok korbel). 4. Struktur Atap Jika tidak terdapat batang pengaku (bracing) pada struktur atap yang menahan beban gempa dalam arah horizontal, maka keruntuhan akan terjadi seperti, diperlihatkan pada gambar berikut: 5. Konsep Desain Kapasitas (Capasity Design) Konsep Desain Kapasitas adalah dengan meningkatkan daktalitas elemen- elemen struktur dan perlindungan elemen- elemen struktur lain yang diharapkan dapat berperilaku elastik. Salah satunya adalah dengan konsep “strong column weak beam”. Dengan metode ini, bila suatu saat terjadi goncangan yang besar akibat gempa, kolom bangunan di desain akan tetap bertahan, sehingga orang- orang yang berada dalam Gedung masing mempunyai waktu untuk menyelamatka diri sebelum Bangunan roboh seketika. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendesain kolom yang kuat antara lain : • Pengaturan jarak antar sengkang, • Peningkatan mutu beton, dan • Perbesaran penampang. Berikut ini contoh kegagalan bangunan akibat kolom yang lemah (soft story) Berikut ini kami coba berikan dua contoh faktor yang menyebabkan keruntuhan karena pengaruh soft story. 1. Kekakuan Dinding Bata Diabaikan. 2. Kekeliruan Antara Desain dan Pelaksanaan