Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERSYARATAN BANGUNAN TAHAN GEMPA


Persyaratan agar bangunan termasuk dalam kategori
bangunan tahan gempa, menurut Kementrian PU-Badan Penelitian
dan Pengembangan Permukiman adalah sebagai berikut :

2.1.1 Bangunan Harus Terletak Di Atas Tanah Yang Stabil.


Karena getaran akibat yang bersumber dari pusat gempa akan
diteruskan ke permukaan tanah oleh partikel-partikel tanah
tersebut. Semakin keras dan padat, partikel tanah akan
mengalami gerak yang semakin kecil, sehingga getaran pada
permukaan tanah juga akan semakin kecil.

2.1.2 Denah bangunan sebaiknya sederhana , simetris, atau


seragam.
1. Apabila terpaksa harus membuat bangunan dengan bentuk
denah U, T, L, dll yang tidak simetris, maka bisa dilakukan
pemisahan struktur (dilatasi) seperti pada gambar berikut :

Gambar 2.1. Bentuk denah untuk persyaratan tahan gempa

RAHMAT JAYA, STB : 14.1.05.2.1.005 |Bangunan Tahan Gempa 3


2. Penempatan dinding - dinding penyekat dan lubang -
lubang pintu/jendela diusahakan sedapat mungkin simetris
terhadap sumbu-sumbu denah bangunan, seperti contoh :

Gambar 2.2. Penempatan dinding penyekat

3. Bidang - bidang dinding sebaiknya membentuk kotak - kotak


tertutup, seperti contoh :

Gambar 2.3. Bentuk bidang dinding

RAHMAT JAYA, STB : 14.1.05.2.1.005 |Bangunan Tahan Gempa 4


4. Atap sedapat mungkin dibuat yang ringan :

Gambar 2.4. Bentuk konstruksi atap

2.1.3 Konstruksi Pondasi


1. Pondasi harus diletakkan di atas tanah keras, bila kondisi
tanah kurang baik maka harus dilakukan perbaikan tanah
terlebih dahulu. Sebaiknya pondasi terletak lebih dari 45 cm
dari tanah asli :

Gambar 2.5. Bentuk konstruksi pondasi

RAHMAT JAYA, STB : 14.1.05.2.1.005 |Bangunan Tahan Gempa 5


2. Pondasi sebaiknya dibuat menerus keliling bangunan tanpa
terputus. Pondasi dinding - dinding penyekat juga dibuat
menerus. Pondasi-pondasi setempat perlu diikat kuat satu
sama lain dengan memakai balok pengikat (sloof) sepanjang
pondasi tersebut.

Gambar 2.6. Jenis – jenis pondasi

RAHMAT JAYA, STB : 14.1.05.2.1.005 |Bangunan Tahan Gempa 6


3. Sedangkan Pondasi, sloof dan kolom praktis harus saling
terikat antar satu dengan yang lainnya.

Gambar 2.7. Detail sambungan struktur

2.1.4 Konstruksi Dinding


1. Pada setiap luasan dinding 12 m2, harus dipasang kolom, bisa
menggunakan bahan kayu, beton bertulang, baja, plester
ataupun bambu.

2. Harus dipasang balok keliling yang diikat kaku dengan kolom

3. Keseluruhan kerangka bangunan harus terikat dengan kokoh


dan kaku

4. Bahan dinding pilih yang seringan mungkin, papan, papan


berserat, papan lapis, bilik, ikat bahan dinding dengan kolom.

RAHMAT JAYA, STB : 14.1.05.2.1.005 |Bangunan Tahan Gempa 7


5. Bila bahan dinding menggunakan pasangan bata/batako,
bahan tidak patah dan berbunyi nyaring jika diadukan. Pada
setiap jarak vertikal 30 cm, pasangan diberi angker yang
dijangkarkan ke kolom, panjang angker 50 cm, diameter 6mm.

6. Perhatikan bahan spesi/adukan, setiap jenis tras, pasir, atau


semen, mempunyai sifat khusus. Sebaiknya perbandingan
campuran mengikuti standar yang ada.
 

2.2 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN TAHAN GEMPA


KSLL atau Konstruksi Sarang Laba - Laba adalah suatu
teknologi inovasi pondasi ramah gempa yang bentuknya menyerupai
sarang laba-laba dan telah teruji menyelamatkan ratusan bangunan
dibeberapa daerah Indonesia. Konstruksi Sarang Laba-Laba sendiri
dibuat dengan perhitungan dan ketelitian yang berarti, dimana
tentunya selalu ada antisipasi - antisipasi pada saat membangun
konstruksi ini. Dan dengan konsep KSLL ini terbukti ampuh menahan
beban ketika diterjang gempa bumi yang berskala cukup besar yang
seperti terjadi di Aceh beberapa tahun silam.
KSLL merupakan suatu substruktur yang termasuk kedalam
jenis pondasi dangkal namun mampu menahan beban vertikal yang
cukup besar. Hal ini dikarenakan pondasi KSLL terdiri dari pelat tipis
yang diperkaku dengan rib-rib tipis dan tinggi yang saling
berhubungan membentuk segitiga - segitiga yang diisi dengan
perbaikan tanah sehingga menjadi satu kesatuan komposit konstruksi
beton bertulang dan tanah yang kokoh atau kuat, kaku dan mampu
menyebarkan semua gaya secara merata ke tanah pemikul sehingga
mampu mengantisipasi adanya resiko terjadinya Settlement
(penurunan), serta mampu menerima gaya lateral akibat gempa.
Selain itu, KSLL memiliki kekuatan lebih baik dengan
penggunaan bahan bangunan yang hemat dibandingkan dengan

RAHMAT JAYA, STB : 14.1.05.2.1.005 |Bangunan Tahan Gempa 8


pondasi rakit, mampu memperkecil penurunan bangunan karena
dapat membagi rata kekuatan pada seluruh pondasi dan mampu
membuat tanah menjadi bagian dari struktur pondasi. Tanah yang
digunakan pada KSLL ini dapat diambil dari berbagai jenis tanah,
asalkan tanah tersebut dapat dipadatkan. KSLL terdiri dari 85% tanah
dan 15% beton bertulang, sehingga KSLL dikatakan ekonomis dalam
pembuatannya.
Pengisian tanah pada ruang - ruang KSLL sendiri terinspirasi
oleh kerang yang tetap utuh setelah dilindas oleh ban mobil karena
kerang tersebut terisi oleh tanah. Sementara itu, bagian dari KSLL
yang menyerupai sarang laba - laba adalah susunan tulang KSLL.
Tulangan-tulang tersebut disusun melingkar dengan kolom sebagai
pusatnya sehingga saat dilihat dari atas seperti sebuah sarang laba-
laba. Berikut penerapan struktur dan pondasi sarang laba-laba pada sebuah
bangunan gedung :

1. Tahap Perencanaan
Struktur gedung didesain hingga diketahui gaya kolom yang harus
dipikul pondasi. Selanjutnya dilakukan perhitungan settlement
sebagai kinerja struktur agar dapat diantisipasi. Dengan gaya yang
bekerja, pondasi KSLL didesain supaya didapat dimensi pelat, jarak
dan tebal rib, serta detail penulangannya.

2. Tahap Pelaksanaan
Dilakukan pekerjaan persiapan yang bertujuan menghasilkan
permukaan tanah dengan elevasi yang sudah direncanakan.
Kemudian dilakukan pembetonan rib yang dapat dilaksanakan
dengan metode cor di tempat (in situ) atau pracetak.

RAHMAT JAYA, STB : 14.1.05.2.1.005 |Bangunan Tahan Gempa 9


3. Tahap Finishing
Setelah rib terpasang, rongga antara rib diisi dengan tanah
timbunan dan pasir, lalu dipadatkan dan pelat beton dicor di
atasnya, sehingga dihasilkan pondasi KSLL.

Urutan Pelaksanaan KSLL pondasi ramah gempa.

Gambar 2.8. Urutan pelaksanaan KSLL

Sistem KSLL kini dapat dan telah diimplementasikan dengan berbagai


jenis fungsi dan kondisi bangunan sebagai berikut :
1. Konstruksi pondasi bangunan bertingkat 2 - 10 lantai
2. Konstruksi landasan pesawat udara/runway, apron, taxyway dan
Hanggar
3. Konstruksi pondasi Gudang kelas I
4. Konstruksi pondasi Container yard/terminal peti kemas
5. Konstruksi pondasi menara transmisi tegangan tinggi

RAHMAT JAYA, STB : 14.1.05.2.1.005 |Bangunan Tahan Gempa 10


6. Konstruksi pondasi menara/tugu, menara air
7. Konstruksi pondasi kolam renang
8. Konstruksi pondasi tangki-tangki minyak
9. Konstruksi Jalan Raya Kelas I
10. Konstruksi pondasi jembatan
11. Konstruksi lantai/pondasi open storage.

Untuk melihat bangunan atau konstruksi mana dan apa saja


yang telah dibuat dengan menggunakan KSLL di daerah rawan
gempa dan daerah yang memiliki tanah lunak, baik insfrastuktur
pemerintah maupun swasta di seluruh wilayah indonesia. KSLL
sendiri juga telah lolos uji weight deflectometer (HWD) dan falling
weight deflectometer (FWD) lokasi di Bandara Juwata Tarakan, oleh
Scott Wilson Sdn Bhd, perusahaan publik yang bergerak dibidang
teknik dan konstruksi asal Malaysia. dan mereka sangat kagum
dengan inovasi KSLL.

2.3 JENIS ALAT PEREDAM GEMPA


Efek dari gempa bumi yang terjadi dan yang sangat nyata
ada pada konstruksi bangunan. Gedung roboh, rumah ambruk,
maupun jalan miring adalah contoh kerusakan yang diakibatkan
oleh gempa bumi. Banyak cara yang telah diterapkan untuk
meminimalisir kerusakan akibat gempa bumi. Jepang sebagai salah
satu negara terdepan dalam teknologi, telah mengaplikasikan
salah satu teknologi tahan gempa yakni penggunaan kontrol
pada struktur bangunan untuk mereduksi respon dinamik yang
diakibatkan oleh beban seismik (gempa bumi). Kontrol pada struktur
dibagi menjadi dua jenis berdasarkan perlu tidaknya energi untuk
menghasilkan gaya kontrol, yaitu :

RAHMAT JAYA, STB : 14.1.05.2.1.005 |Bangunan Tahan Gempa 11


1. Kontrol aktif memerlukan arus listrik untuk operasi alat dan
menghasilkan gaya kontrol. Kelebihan kontrol aktif adalah
karakteristik dinamik struktur dapat beradaptasi dengan beban
dinamis yang timbul.

2. Kontrol pasif menggunakan energi potensial yang dibangkit kan


oleh respons struktur untuk menghasilkan gaya kontrol.
Kelebihan kontrol pasif adalah karena kesederhanaan
dalam desain, pemasangan, dan terutama pemeliharaannya.
Salah satu alat kontrol pasif (isolasi seismik) pada struktur
yang berdasarkan penggunaan massa tambahan sebagai sistem
penyerap energi adalah penggunaan damper. Alat ini dapat dipasang
pada bermacam-macam struktur seperti : gedung bertingkat tinggi,
menara, bentangan yang panjang, dan jembatan. Tujuan utama
pemasangan damper pada gedung tinggi dan menara untuk
mengurangi goyangan gedung akibat gempa bumi dan angin, pada
struktur berbentang panjang untuk mengurangi getaran akibat lalu
lintas, dan pada jembatan untuk mengurangi goyangan akibat angin
atau getaran akibat lalu lintas.
Pada tulisan ini akan disajikan mengenai perkembangan
dan penggunaan teknologi damper pada struktur bangunan. Struktur
bangunan yang ditinjau adalah rumah tinggal dan gedung tinggi
dengan penggunaan bantalan karet (seismic bearing). Analisis
kelebihan dan kekurangan penggunaan damper akan menunjukkan
efektivitas dalam meminimalisir kerusakan akibat gempa bumi.
Azas utama penyediaan bangunan sipil adalah untuk
tujuan kemanusiaan. Oleh karena itu perlu diperhatikan faktor
keamanan dan kenyamanan bagi penghuninya. Beberapa tahun
terakhir, perancangan isolasi dasar (base isolation) yang digunakan
untuk perlindungan gedung dari bahaya dan kerusakan yang
disebabkan oleh gempa bumi telah digunakan sebagai teknologi

RAHMAT JAYA, STB : 14.1.05.2.1.005 |Bangunan Tahan Gempa 12


dalam perancangan struktur gedung di wilayah gempa tinggi.
Beberapa tipe struktur telah didesain menggunakan teknologi ini, baik
gedung yang telah dibangun maupun yang masih dalam tahap
konstruksi.
Dalam pemodelan struktur gedung dengan base isolator
diperlukan pemodelan base isolation yang optimum sehingga akan
diperoleh lateral dan vertikal displacement yang akurat. Adapun alat
peredam gempa tersebut, cukup banyak jenisnya seperti :
1. Bantalan karet tahan gempa (seismic bearing)
2. Lock Up Device (LUD)
3. Fluid Viscous Damper (FVD)
4. High Damping Device (HIDAM)

Penggunaan peralatan tahan gempa tersebut, pada


prinsipnya berfungsi untuk menyerap energi gempa yang dipikul
oleh elemen-elemen struktur. Sehingga, struktur bangunan menjadi
lebih elastis dan terhindar dari kerusakan gempa yang parah.

RAHMAT JAYA, STB : 14.1.05.2.1.005 |Bangunan Tahan Gempa 13


Gambar 2.9. Respon antara struktur dengan damper atau tanpa
damper ketika diguncang gempa

2.4 Aplikasi Bantalan Karet Sebagai Alat Peredam Gempa


Bantalan karet sering dikenal sebagai base isolation,
tampaknya penggunaannya akan semakin berkembang luas di masa
datang. Berbagai daerah di Indonesia yang dikategorikan rawan
gempa, menjadikan bantalan karet peredam gempa ini sangat
diperlukan untuk melindungi struktur bangunan. Bantalan karet ini
tergolong murah, dan bukan merupakan alat berteknlogi tinggi.

Gambar 2.10. Bentuk bantalan karet peredam gempa

Dalam aplikasinya, bantalan karet tersebut dipasang


pada setiap kolom, yaitu diantara pondasi dan bangunan. Bantalan
karet alam ini, berfungsi untuk mengurangi getaran akibat gempa.
Sedangkan lempengan baja, digunakan untuk menambah kekakuan
bantalan karet, sehingga penurunan bangunan saat bertumpu di atas
bantalan karet tidak terlalu besar.
Adapun prinsip kerja dari bantalan karet (base isolation seismic
bearing) ini adalah pengaruh gempa bumi yang sangat merusak

RAHMAT JAYA, STB : 14.1.05.2.1.005 |Bangunan Tahan Gempa 14


struktur bangunan, merupakan komponen getaran karet horizontal.
Getaran tersebut, dapat menimbulkan gaya reaksi yang besar.
Bahkan, pada puncak bangunan, dapat terlihat hingga mendekati dua
kalinya. Oleh karena itu, apabila gaya yang sampai pada bangunan
itu lebih besar dari kekuatan struktur maka bangunan itu akan rusak

Gambar 2.11. Perletakan bantalan karet pada tiap kolom

Gaya reaksi yang sampai pada bangunan tersebut,


dapat dikurangi melalui penggunaan bantalan karet tahan gempa
ini. Pada dasarnya, cara perlindungan bangunan oleh bantalan karet
tahan gempa ini, dicapai melalui penggunaan getaran gempa bumi
ke arah horizontal. Dengan bantalan tersebut, juga memungkinkan
bangunan untuk bergerak bebas, pada saat berlangsung gempa
bumi, tanpa tertahan oleh pondasi. Bantalan karet tersebut, dapat
mengurangi daya reaksi hingga 70%. Karena, secara alami karet
alam memiliki fleksibilitas yang tinggi dan dapat menyerap energi.
Peredam gempa berupa bantalan karet alam ini, kini mulai banyak
diaplikasikan pada bangunan-bangunan hunian maupun gedung -
gedung bertingkat. Dan berdasarkan pengalaman di lapangan,

RAHMAT JAYA, STB : 14.1.05.2.1.005 |Bangunan Tahan Gempa 15


bangunan yang menggunakan bantalan karet peredam gempa ini,
tidak mengalami kerusakan yang signifikan, ketika terjadi gempa.

2.5 CONTOH BANGUNAN TAHAN GEMPA


Tahun 2006 terjadi gempa di Yogyakarta yang
menghancurkan kota dan daerah sekitarnya. Salah satu daerah di
Kabupaten Sleman terdapat semua pemukiman dengan rumah anti
gempa. Rumah ini berbentuk seperti Iglo, rumah khas suku Eskimo.
Pembangunan permukiman ini dibantu oleh LSM WANGO (World
Association of Non - Governmental Organization) dan DFTW (Domes
for the World Foundation).

Gambar 2.12. Salah satu rumah tahan gempa di yogyakarta

Sistem Steel Braced - Frame mampu mendisipasi atau


menyalurkan energi melalui jalur - jalur bingkai baja yang menempel
pada kerangka atau dinding eksterior bangunan. Rengka baja ini
dirancang untuk bisa bergoyang ke atas dan ke bawah saat serangan
gempa terjadi. Sistem struktur tahan gempa Steel Braced - Frame ini,
terdiri dari beberapa bagian dan komponen: pondasi baja pada bagian
bawah struktur, ‘sekering’ baja, dan tendon (urat baja) yang terdiri dari

RAHMAT JAYA, STB : 14.1.05.2.1.005 |Bangunan Tahan Gempa 16


kawat-kawat baja pilihan. Urat baja ini, terletak di bagian tengah
bingkai baja, dan didesain untuk bisa berlaku elastic ketika gedung
sedang bergyang akibat gempa. Namun, ketika guncangan gempa
berakhir, urat baja yang terbuat dari material baja berkekuatan tinggi
ini akan menyesuaikan kepada panjangnya semula, dan menarik
gedung untuk kembali pada posisi awal.

Gambar 2.13. Rumah tahan gempa dengan Sistem Steel Braced -


Frame

Di bagian bawah struktur Steel Braced-Frame, terdapat


sekering (fuses) baja yang akan menjaga gedung dari kerusakan
akibat guncangan gempa. Sekering ini berfungsi untuk melenturkan,
membuang induksi energy sari gempa, dan memperkecil kerusakan,
serta membatasi kerusakan bangunan hanya pada area tertentu.
Sekring ini, dari segi fungsi seperti sekering listrik dan bisa diganti
dnegan mudah jika terjadi kerusakan. Ide dari struktur ini adalah untuk
mengkonsentrasikan kerusakan pada sekering yang dapat diganti.

RAHMAT JAYA, STB : 14.1.05.2.1.005 |Bangunan Tahan Gempa 17


Bangunan Apple Towers di Sendai, Jepang juga salah
satu bangunan tahan gempa. Struktur bangunannya menggunakan
Seismic Bearing (bantalan karet). Bantalan karet digunakan untuk
menopang struktur. Jika terjadi gempa, bantalan karet akan bergerak
ke kiri dan ke kanan.
Aplikasi bantalan ini digunakan untuk melindungi gempa
bumi dibuat dari kombinasi lempengan karet alam dan lempeng baja
yang dapat mengurangi daya reaksi hingga 70%, karena secara alami
karet alam memiliki sifat fleksibilitas dan menyerap energi. Bantalan
tersebut dipasang disetiap kolom yaitu diantara pondasi dan
bangunan. Karet alam berfungsi untuk mengurangi getaran akibat
gempa bumi sedangkan lempeng baja digunakan untuk menambah
kekakuan bantalan karet sehingga penurunan bangunan saat
bertumpu diatas bantalan karet tidak besar. Pada dasarnya cara
perlindungan bangunan oleh bantalan karet tahan gempa dicapai
melalui pengurangan getaran gempa bumi kearah horizontal dan
memungkinkan bangunan untuk begerak bebas saat berlangusung
gempa bumi tanpa tertahan oleh pondasi.

RAHMAT JAYA, STB : 14.1.05.2.1.005 |Bangunan Tahan Gempa 18


Gambar 2.14. Bangunan apple tower tahan gempa di jepang

Gambar 2.15. Bantalan peredam gempa pada bangunan appel tower


di jepang

Tidak hanya bangunan modern atau bangunan denga


sistem struktur modern yang bisa bertahan saat gempa. Bangunan
tradisional yang ada di Indonesia juga banyak yang bisa bertahan dari
gempa. Rumah tradisional suku Nias, Sumatera Utara yaitu Omo
Hada bisa bertahan dari gempa tahun 2010 di Nias. Konstruksi rumah
ini didominasi kayu. Untuk menyatukan antarbagian, dipakailah pasak
dan bukan paku. Rumah Omo Hada tidak ada jendelanya. Atapnya
oval dan pengganti jendela hanya dibuat model teralis.

RAHMAT JAYA, STB : 14.1.05.2.1.005 |Bangunan Tahan Gempa 19


Gambar 2.16. Salah Rumah tradisional tahan gempa yang ada di
Nias, Sumatera Utara

RAHMAT JAYA, STB : 14.1.05.2.1.005 |Bangunan Tahan Gempa 20

Anda mungkin juga menyukai