BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Prof. Benny H. Hoed, struktur adalah bangun (teoritis) yang terdiri atas unsur-
unsur yang berhubungan satu sama lain dalam satu kesatuan. Struktur ada struktur atas,
struktur bawah. Struktur mempunyai sifat totalitas, transformatif dan otoregul. Struktur
Struktur bangunan juga berfungsi meneruskan beban bangunan tersebut dari bagian
sanggup mengizinkan atau menanggung gaya gravitasi dan beban bangunan, kemudian
lantai lebih dari 1 lantai secara vertikal. Struktur bangunan bertingkat biasanya dibagi
3. Bangunan bertingkat rendah yang memiliki jumlah lantai terbanyak hanya sampai 4
lantai saja.
tinggi memilki tantangan tersendiri, terutama bila terletak di wilayah yang memiliki
II - 1
Bab II Tinjauan Pustaka
faktor resiko gempa yang tinggi. Untuk itu dalam perancangannya suatu struktur
1. Unsur linear yang berupa kolom dan balok yang mampu menahan gaya aksial, gaya
Selain itu, bangunan bertingkat tinggi juga mempunya nilai rasio perbandingan antara
aspek rasio bangunan (R = Hb/Lb). Struktur bangunan dapat dikatakan langsing jika
aspek rasio bangunan tersebut mempunyai nilai yang besar. Hal ini berbanding terbalik
dengan bangunan tapak lebar, dimana pada bangunan tapak lebar aspek rasio bangunan
biasanya bernilai kecil atau bahkan hanya bernilai 1. Sehingga, nilai ketinggian
bangunan dan panjang terbesar bangunan bernilai sama. Dalam tugas akhir ini akan
digunakan desain struktur bangunan dengan nilai aspek rasio sama dengan 1 atau dapat
Struktur bangunan tahan gempa adalah struktur yang dirancang untuk menahan gaya
gempa baik gaya gempa horizontal maupun vertikal sehingga dapat mengurangi
terjadinya keruntuhan, serta memiliki fleksibilitas untuk dapat meredam getaran yang
berasal dari beban gempa tersebut. Menurut SNI 1726-2012 struktur bangunan tahan
2. Pada gempa menengah komponen struktural tidak boleh rusak, namun komponen
II - 2
Bab II Tinjauan Pustaka
Bentuk bangunan yang baik dalam menahan gaya gempa adalah bangunan berbentuk
simetris (bujur sangkar, persegi panjang) dan mempunyai perbandingan sisi yang baik
yaitu panjang < 3 kali lebar, ini dimaksudkan untuk mengurangi gaya puntir yang
terjadi pada saat terjadi gempa. Untuk bangunan yang panjang dapat dilakukan
pemisahan ruangan (dilatasi) sehingga dapat mengurangi efek gempa. Juga harus
diperhatikan bukaan akibat jendela dan pintu tidak boleh terlalu besar. Apabila bukaan
itu besar akan terjadi pelemahan pada jendela dan pintu tersebut.
Budiono (2011) menyebutkan struktur bangunan tahan gempa harus memiliki kekuatan,
kekakuan, stabilitas dan daktilitas yang cukup untuk mencegah terjadinya keruntuhan
bangunan.
1. Kekuatan
Kekuatan merupakan sesuatu yang penting bagi suatu struktur bangunan tahan gempa.
bekerja secara horizontal ataupun vertikal bangunan dalam menahan beban yang bekerja
(Zuhri, 2011). Elemen dan komponen struktur bangunan tersebut yaitu berupa kolom,
2. Kekakuan
Prinsip kekakuan struktur yaitu dimaksudkan untuk menjadikan struktur utama sebuah
secukupnya, sehingga gaya inersia yang terjadi tidak besar dan lendutan/simpangan
antar tingkat bangunan masih memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh SNI 1726-
2012. Apabila kekakuan bangunan sangat kecil, maka pada saat tanah bergerak akibat
gempa bangunan praktis tidak mengalami percepatan atau tidak terbawa untuk
II - 3
Bab II Tinjauan Pustaka
bangunan lebih elastis. Bangunan yang demikian dikatakan memiliki respons yang
kecil terhadap gempa. Apabila kekakuan bangunan bangunan sangat besar, maka massa
percepatan yang dialami bangunan akan praktis sama percepatan tanah. Bangunan yang
E . I
K =
𝑙
Dimana:
K = Kekakuan
E = Elastisitas bahan
I = Inersia bahan
l = Panjang bentang
3. Stabilitas
Salah satu syarat agar sebuah bangunan memenuhi syarat dan layak dipakai adalah
kestabilan struktur yang bagus. Kestabilan memiliki arti bangunan tidak akan runtuh
II - 4
Bab II Tinjauan Pustaka
Pada gambar yang berada di sebelah kiri, struktur yang sangat sederhana akan
mengalami perpindahan (deformasi) yang cukup besar jika diberi beban luar. Struktur
ini akan jatuh (collapse) dan dikatakan tidak stabil terhadap perubahan gaya dari luar.
Kondisi ini berbeda jika kita melihat gambar yang berada di sebelah kanan, struktur
yang diberi pengaku (bracing) dikatakan stabil ketika menerima beban-beban dari luar.
4. Daktilitas
simpangan pasca-elastik yang besar secara berulang kali dan siklik akibat beban gempa
gedung tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang
keruntuhan.
Menurut SNI 03-1726-2012 faktor daktilitas gedung adalah rasio antara simpangan
maksimum pada ambang keruntuhan dengan sempangan pertama yang terjadi pada
pelelehan pertama. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada rumus dibawah ini:
𝛿𝑚
1≤μ= ≤ μm
𝛿𝑦
Semakin tinggi suatu bangunan, pentingnya aksi gaya lateral menjadi makin berarti.
bergantung pada jenis sistem struktur yang dipilih. (Schueller, 1991: 117). Untuk itu,
dikenal beberapa sistem struktur, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan suatu
II - 5
Bab II Tinjauan Pustaka
Perbandingan berbagai sistem struktur terhadap ketinggian bangunan dapat dilihat pada
gambar dibawah ini. Perbandingan sistem struktur tersebut dikelompokkan dalam dua
Dalam berbagai sistem struktur, baik yang menggunakan bahan beton bertulang, baja,
maupun komposit, selalu ada komponen (subsistem) yang dapat dikelompokkan dalam
sistem yang digunakan untuk menahan gaya gravitasi dan sistem untuk menahan gaya
Pertimbangan dalam memilih sistem struktur bergantung pada hal-hal berikut ini:
1. Pertimbangan ekonomis
2. Kondisi tanah
5. Pertimbangan mekanis
7. Pertimbangan lokasi
Terdapat 7 sistem dan subsistem struktur penahan gempa menurut SNI 03-1726-2012,
yaitu:
Sistem struktur yang tidak memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara
lengkap. Dinding penumpu atau sistem bresing memikul hampir semua beban
gravitasi. Beban lateral dipikul dinding geser atau rangka bresing. Berikut yang
Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi
secara lengkap. Beban lateral dipikul dinding geser atau rangka bresing. Berikut
II - 7
Bab II Tinjauan Pustaka
Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi
secara lengkap. Beban lateral dipikul rangka pemikul momen terutama melalui
pemikul momen:
Dalam SNI 1726-2012 portal dapat disebut sebagai sistem rangka pemikul momen.
Portal merupakan sistem yang baik untuk menahan beban gravitasi dan gempa
dengan mentransimisikan semua beban gravitasi dan gempa melalui kapasitas geser,
aksial dan bending dari elemen struktur balok dan kolom struktur serta hubungan
Sistem struktur yang memanfaatkan kolom kantilever untuk memikul beban lateral
Sistem interaksi dinding geser dengan rangka. Sistem ini merupakan gabungan
sistem dinding beton bertulang biasa dengan sistem rangka pemikul momen biasa.
6. Subsistem tunggal.
7. Sistem ganda
Sistem ganda merupakan gabungan dari sistem pemikul beban lateral berupa
dinding geser atau rangka bresing dengan sistem rangka pemikul momen.
II - 8
Bab II Tinjauan Pustaka
Secara umum, menurut SNI-1726- 2012 Tabel 3, Sistem Ganda dapat diartikan sebagai
kesatuan sistem struktur yang terdiri dari rangka ruang yang memikul seluruh beban
gravitasi dan pemikul gaya geser berupa dinding geser atau rangka pengaku dengan
rangka pemikul momen. Rangka pemikul momen harus direncanakan secara terpisah
mampu memikul sekurang-kurangnya 25% dari seluruh gaya geser. Kedua sistem harus
Menurut SNI 1726-2012, sistem rangka didesain agar mampu menahan gaya lateral
pada struktur bangunan sedikitnya 25% dari total gaya yang bekerja. Sehingga, dinding
geser (shearwall) pada sistem ganda dapat memikul sisanya. Selain itu, berdasarkan
hasil penelitian Krismahardi et al (2013) disimpulkan bahwa pada sistem ganda, beban
gravitasi dipikul oleh frame, sedang beban lateralnya dipikul bersama oleh frame dan
shearwall. Dengan sistem ini, dimensi rangka utama dapat diperkecil dengan shearwall.
II - 9
Bab II Tinjauan Pustaka
Namun, pada beberapa kasus seperti pada gambar 2.4 dapat dilihat deformasi yang
bekerja memiliki perilaku yang berbeda pada frame dan wall yang berada pada bagian
teratas bangunan. Apabila gaya geser yang bekerja pada dinding geser (shearwall)
sudah mencapai angka negatif maka struktur dinding geser tersebut akan menyebabkan
terjadinya beban geser tamabahan pada struktur. Oleh karena itu, maka perlu adanya
kajian tentang ketinggian yang efektif agar gaya pada dinding geser (shearwall) tidak
menjadi beban tambahan dan tidak meningkatkan nilai perpindahan atau deformasi pada
Dinding geser adalah dinding struktural pada bangunan berbentuk rangka (frame
building) yang harus dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki kekakuan memadai
yang diperlukan untuk mengurangi simpangan antar lantai yang disebabkan oleh gempa.
nonstruktural yang ada pada gedung pada umumnya. (Nawy, 2005: 741).
II - 10
Bab II Tinjauan Pustaka
Salah satu hal pokok yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan dinding geser
pada Sistem Ganda adalah penempatan dinding geser. Dalam sistem gedung tinggi yang
pada gedung terjadi karena tidak berimpitnya pusat massa dan pusat kekakuan gedung.
Eksenstrisitas yang besar dapat menyebabkan rotasi pada gedung. Untuk itu, dinding
geser harus ditempatkan sedemikian rupa untuk membatasai eksentrisitas itu, atau
dengan kata lain agar didapatkan eksentrisitas sekecil mungkin. Selain itu, perencanaan
dinding geser yang baik juga tidak terlepas dari pemilihan bentuk dinding, tebal dinding
1. Flexural wall (dinding langsing), yaitu dinding geser yang memiliki rasio hw/lw ≥
2. Squat wall (dinding pendek), yaitu dinding geser yang memiliki rasio hw/lw ≤ 2,
3. Coupled shear wall (dinding berangkai), dimana momen guling yang terjadi akibat
beban gempa ditahan oleh sepasang dinding, yang dihubungkan oleh balok-balok
II - 11
Bab II Tinjauan Pustaka
perangkai, sebagai gaya-gaya tarik dan tekan yang bekerja pada masing-masing
Gambar 2.6 Pola gaya geser yang ditahan oleh dinding geser dan sistem rangka
(Sumber : Juwana, 2005)
Berdasarkan letak dan fungsinya, dinding geser dapat diklasifikasikan dalam 3 jenis
yaitu :
1. Bearing walls adalah dinding geser yang juga mendukung sebagian besar beban
yang berdekatan.
2. Frame walls adalah dinding geser yang menahan beban lateral, dimana beban
gravitasi berasal dari frame beton bertulang. Tembok-tembok ini dibangun diantara
baris kolom.
3. Core walls adalah dinding geser yang terletak di dalam wilayah inti pusat dalam
gedung, yang biasanya diisi tangga atau poros lift. Dinding yang terletak di
kawasan inti pusat memiliki fungsi ganda dan dianggap menjadi pilihan ekonomis.
II - 12
Bab II Tinjauan Pustaka
Gambar 2.7 Tiga jenis dinding geser pada bangunan berdasarkan letak
(Sumber : http://yohannachristiani.blogspot.com)
2.6.1 Kolom
Kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya adalah menyangga
beban aksial vertikal, dengan ataupun tanpa momen lentur. Apabila terjadi kegagalan
struktur yang lainnya atau bahkan terjadi keruntuhan total pada keseluruhan struktur
bangunan.
Berdasarkan besarnya regangan pada tulangan baja yang tertarik, penampang kolom
II - 13
Bab II Tinjauan Pustaka
Kondisi balanced terjadi apabila keruntuhan diawali dengan lelehnya tulangan yang
2.6.2 Balok
Balok adalah bagian dari struktur yang berfungsi untuk menopang pelat di atasnya serta
langsung pada kolom disebut dengan balok induk, sedangkan yang bertumpu pada
balok induk disebut balok anak. Tulangan rangkap pada perancangan balok pada
Menurut Nawy (2003), ada beberapa jenis keruntuhan yang terjadi pada balok:
1. Penampang seimbang (balance), tulangan tarik beton mulai leleh tepat pada saat
beton mencapai regangan batas dan akan hancur karena tekan. Pada saat awal
terjadinya keruntuhan, regangan tekan yang diijinkan pada serat tepi yang tertekan
II - 14
Bab II Tinjauan Pustaka
adalah 0,003, sedangkan regangan baja sama dengan regangan lelehnya yaitu ɛy =
fy / Es
tertekan. Pada awal keruntuhan, regangan baja Es yang terjadi masih lebih kecil
dari regangan lelehnya, y . Dengan demikian, tegangan baja, fs juga lebih kecil
dari tegangan lelehnya, fy. Kondisi ini terjadi apabila tulangan yang digunakan
baja. Kondisi penampang yang demikian dapat terjadi apabila tulangan tarik yang
dipakai pada balok kurang dari yang diperlukan untuk kondisi seimbang.
2.6.3 Pelat
Pelat adalah elemen struktur yang memikul beban, baik berupa beban terpusat maupun
beban merata yang ada diatasnya untuk selanjutnya disalurkan kepada elemen
pendukung seperti balok dan kolom. Pelat yang difungsikan sebagai pelat lantai dan
atap tidak terlalu berbeda, hanya pelat atap langsung terpengaruh cuaca. Menurut
McCormac dan Nilson (2010), elemen – elemen pelat tersebut dapat dirancang sebagai
Menurut Kusuma (2003), yang dipertimbangkan pada perencanaan plat beton bertulang
tidak hanya pembebanan tetapi juga ukuran dan syarat-syarat tumpuan pada tepi. Ada
beberapa metode untuk mendesain dan mengetahui kebutuhan tulangan pelat. Yakni
(Equivalent Frame Method), Metode analisis elastik dan analisis plastik/ garis leleh
(Imran, 2014).
II - 15
Bab II Tinjauan Pustaka
Beban pada struktur bangunan merupakan salah satu hal yang terpenting dalam
perencanaan sebuah gedung. Kesalahan dalam perencanaan beban atau penerapan beban
pada perhitungan akan mengakibatkan kesalahan yang fatal pada hasil desain bangunan
tersebut. Untuk itu sangat penting bagi kita untuk merencanakan pembebanan pada
struktur bangunan dengan sangat teliti agar bangunan yang didesain tersebut nantinya
Pada struktur bangunan, terdapat beberapa jenis beban yang bekerja. Menurut tentang
1. Beban mati
2. Beban hidup
3. Beban angin
4. Beban gempa
5. Beban khusus
Beban mati adalah beban dengan besar yang konstan dan berada pada posisi yang sama
setiap saat. Beban ini terdiri dari berat sendiri struktur dan beban lain yang melekat pada
struktur secara permanen dan bersifat statis. Sebagai contoh adalah berat sendiri balok,
kolom, pelat lantai dan dinding. Contoh lain adalah atap, dinding, jendela, plumbing,
Berikut merupakan contoh beban mati yang biasanya digunakan pada struktur beserta
Beban hidup adalah beban yang besar dan posisinya dapat berubah-ubah. Beban hidup
yang dapat bergerak dengan tenaganya sendiri disebut beban bergerak, seperti
kendaraan, manusia, dan crane. Sedangkan beban yang dapat dipindahkan antara lain
furniture, material dalam gudang dan lain sebagainya. Jenis beban hidup lain adalah
angin, hujan, ledakan, gempa, tekanan tanah, tekanan air, perubahan temperatur, dan
Adapun beberapa beban hidup yang biasa digunakan berdasarkan SNI 1727-2013
II - 17
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.1 Beban hidup terdistribusi merata minimum, Lo dan beban hidup terpusat minimum
II - 18
Bab II Tinjauan Pustaka
Beban gempa adalah beban yang bekerja pada suatu struktur bangunan secara
horizontal maupun veritakl akibat dari adanya pergerakan tanah yang disebabkan
karena adanya gempa bumi (baik itu gempa tektonik atau vulkanik).
Beban gempa adalah beban yang merupakan fungsi dari waktu, sehingga respons yang
terjadi pada suatu struktur juga tergantung dari riwayat waktu pembebanan tersebut.
Selain itu, beban gempa juga merupakan beban percepatan tanah yang berupa suatu
rekaman percepatan tanah untuk suatu gempa tertentu, sehingga untuk setiap waktu
Dalam menghitung beban gmpa yang bekerja dapat menggunakan dua macam metode
Metode ini disebut metode gaya lateral ekivalen (equivalent lateral force method).pada
metode ini diasumsikan bahwa gaya horizontal akibat gempa yang bekerja pada suatu
elemen struktur, besarnya ditentukan berdasarkan hasil perkalian antara suatu konstanta
Analisis dinamis untuk perancangan struktur tahan gempa dilakukan jika diperlukan
evaluasi yang lebih akurat dari gaya-gaya gempa yang bekerja pada struktur, serta untuk
mengetahui perilaku dari struktur akibat pengaruh gempa. Pada struktur bangunan
tingkat tinggi atau struktur dengan bentuk atau konfigurasi yang tidak teratur. Analisis
dinamis dapat dilakukan dengan cara elastis maupun inelastis. pada cara elastis
dibedakan analisis ragam riwayat waktu (time history modal analysis), dimana pada
cara ini diperlukan rekaman percepatan gempa dan analisis ragam spektrum respons
II - 19
Bab II Tinjauan Pustaka
(response spectrum modal analysis), dimana pada cara ini respons maksimum dari tiap
ragam getar yang terjadi didapat dari spektrum respons rencana (design spectra).
struktur akibat pengaruh gempa yang sangat kuat dengan cara integrasi langsung (direct
integration method).
Berdasarkan SNI 03-1726-2012 dalam menentukan kategori risiko bangunan dan faktor
resiko struktur untuk bangunan gedung dan non gedung diatur sesuai dengan Tabel 2.1.
Pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan dengan suatu faktor keutamaan Ie
Tabel 2.2 Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa
Jenis Pemanfaatan Kategori Resiko
Gedung dan non gedung yang memiliki resiko rendah terhadap
jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak
dibatasi untuk antara lain:
Fasilitas pertanian, perkebunan, pertenakan, dan perikanan
I
Fasilitas sementara
Gudang penyimpanan
Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
II - 20
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.2 Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa (Lanjutan)
Berdasarkan sifat-sifat tanah pada situs, maka situs harus diklasifikasikan sebagai kelas
situs SA (batuan keras) , SB (batuan) , SC (tanah keras, sangat padat dan batuan lunak) ,
investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons spesifik-situs yang mengikuti Pasal
6.10.1 SNI-1726-2012. Bila sifat-sifat tanah tidak teridentifikasi secara jelas sehingga
tidak bias ditentukan kelas situsnya, maka kelas situs SE dapat digunakan kecuali jika
II - 22
Bab II Tinjauan Pustaka
Parameter Ss adalah percepatan batuan dasar pada periode pendek sedangkan parameter
Dalam menentukan Koefesien Situs Fa dan Fv sangat bergantung dari jenis tanah pada
lokasi bangunan dan percepatan batuan dasar pada periode pendek (Ss) serta percepatan
batuan dasar pada periode 1 detik (S1). Koefesien Situs Fa dan Fv ditentukan dari Tabel
II - 24
Bab II Tinjauan Pustaka
Nilai spektral respons percepatan (spectral response acceleration) SDS dan SD1 yaitu :
2
SDS = × SMS ........................................................................................................... (2.3)
3
2
SD1 = × SM1 .......................................................................................................... (2.4)
3
Desain kurva spektrum respon desain dapat dibuat dengan cara mengikuti ketentuan
dibawah ini:
SD1
1. T0 = 0,2 x ....................................................................................................... (2.5)
SDs
SD1
2. Ts = ................................................................................................................ (2.6)
SDs
3. Untuk perioda yang lebih kecil dari T0, maka persamaan untuk spektrum respon
T
Sa = SDs (0,4 + 0,6 ) ....................................................................................... (2.7)
T0
4. Untuk perioda yang lebih besar dari T0 tetapi lebih kecil sama dengan Ts maka
5. Untuk perioda yang lebih besar dari Ts maka dapat menggunakan persamaan:
SD1
Sa = ................................................................................................................ (2.9)
T
II - 25
Bab II Tinjauan Pustaka
Struktur harus ditetapkan memiliki suatu kategori desain seismik yang mengikuti pasal
ini. Struktur dengan kategori risiko I, II, atau III yang berlokasi di mana parameter
respons spektral percepatan terpetakan pada perioda 1 detik, 1 S , lebih besar dari atau
sama dengan 0,75 harus ditetapkan sebagai struktur dengan kategori desain seismik E.
Struktur yang berkategori risiko IV yang berlokasi di mana parameter respons spektral
percepatan terpetakan pada perioda 1 detik, 1 S , lebih besar dari atau sama dengan
0,75, harus ditetapkan sebagai struktur dengan kategori desain seismik F. Semua
risikonya dan parameter respons spektral percepatan desainnya, SDS dan SD1
Kategori risiko
Nilai SDS
I atau II atau III IV
SDS < 0,167 A A
0,167 ≤ SDS < 0,33 B C
0,33 ≤ SDS < 0,5 C D
0,50 ≤ SDS D D
(Sumber: SNI 1726-2012)
II - 26
Bab II Tinjauan Pustaka
Kategori risiko
Nilai SD1
I atau II atau III IV
SD1 < 0,067 A A
0,067 ≤ SD1 < 0,133 B C
0,33 ≤ SD1 < 0,20 C D
0,20 ≤ SD1 D D
(Sumber: SNI 1726-2012)
Sistem penahan-gaya gempa yang berbeda diijinkan untuk digunakan, untuk menahan
gaya gempa di masing-masing arah kedua sumbu ortogonal struktur. Bila sistem
yang berbeda digunakan, masing-masing nilai faktor R, Cd, dan Ω0 harus dikenakan
pada setiap sistem, termasuk batasan sistem struktur yang termuat dalam Tabel 2.9
II - 27
Bab II Tinjauan Pustaka
Berdasarkan SNI 1726-2012, perioda dalam arah yang ditinjau harus diperoleh
persamaan :
Dimana :
struktur,
Tabel 2.9 Koefisien untuk batas atas pada perioda yang dihitung
Tipe struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100
persen gaya gempa yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau
dihbungkan dengan komponen yang lebih kaku dan akan
mencegah rangka dari deflksi jika dikenal dengan gaya gempa
Rangka baja pemikul momen 0,0724a 0,8
Rangka beton pemikul momen 0,0466a 0,8
a
Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731 0,75
a
Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731 0,75
a
Semua sistem struktur lainnya 0,0488 0,75
(Sumber: SNI 1726-2012)
II - 28
Bab II Tinjauan Pustaka
Pada saat menentukan waktu getar alami fundamental (T) Digunakan perioda
fundamental pendekatan (Ta) untuk struktur yang tidak melebihi 12 tingkat, dimana
sistem penahan gaya seismik terdiri dari rangka penahan momen beton atau baja secara
Menurut SNI 1726-2012 persamaan 21, 22 halaman 54, Gaya geser (V)
V = Cs × W ................................................................................................................ (2.12)
𝑆𝑑𝑠
Cs = 𝑅 ................................................................................................................ (2.13)
(𝐼𝑒)
𝑆𝑑𝑠
Cs = 𝑅 .............................................................................................................. (2.14)
𝑇( )
𝐼𝑒
Berdasarkan SNI 03-1726-2012 pasal 7.8.1, gaya geser dasar seismik dapar ditentukan
V = Cs . W ................................................................................................................ (2.16)
II - 29
Bab II Tinjauan Pustaka
W . Wk
Cvx = ............................................................................................................. (2.18)
∑ W . Hk
Dimana,
k=3 untuk 0,5 < T < 2,5 (dapat dicari dengan interpolasi)
Berdasarkan SNI 03-1726-2012 pasal 7.9.4.1, kombinasi respons untuk geser dasar
ragam (Vt) lebih kecil 85 persen dari geser dasar yang dihitung (V) menggunakan
prosedur gaya lateral ekivalen, maka gaya harus dikalikan dengan 0,85 .
metode dinamis bisa digunakan jika gaya geser dasar dengan metode dinamis lebih dari
Berdasarkan SNI 03 – 2847 – 2013 kekuatan perlu U harus paling tidak sama dengan
pengaruh beban terfaktor dalam persamaan di bawah ini. Pengaruh salah satu atau lebih
beban yang tidak bekerja secara serentak harus diperiksa (beban S (salju) dalam
II - 30
Bab II Tinjauan Pustaka
1. 1.4 D
2. 1.2 D + 1.6 L + 0.5 (Lr atau R)
3. 1.2 D + 1.6 (Lr atau R)+ (L atau 0.5 W)
4. 1.2 D + 1.0 W + L+ 0.5 (Lr atau R)
5. (1.2+0.2 SDS) D + 1.0 L +1.0 rQE
6. 0.9 D + 1.0 W
7. (0.9-0.2 SDS) DL + 1.0 rQE
Berdasarkan SNI 03-1726-2012 rasio partisipasi massa merupakan rasio dari jumlah
massa efektif yang sesuai dengan mode massa total. Secara umum, mode yang paling
berpengaruh dianggap telah dicerminkan jika jumlah faktor partisipasi massa di atas
90%. Jika jumlah dari faktor partisipasi massa kurang dari tingkat yang diperlukan,
Gaya geser adalah gaya yang bekerja tegak lurus terhadap arah panjang batang
Pada struktur bangunan, gaya geser biasanya terjadi karena adanya gaya angin ataupun
gaya gempa. Hal tersebut pasti akan mempengaruhi desain dari bangunan tersebut.
Pada sistem ganda, dimana gaya geser diserap oleh frame dan wall, perlu dilakukannya
pengecekan penyerapan gaya geser. Hal ini disebabkan karena pada bagian teratas
II - 31
Bab II Tinjauan Pustaka
bangunan bertingkat dengan sistem ganda tersebut bisa saja sistem wall yang digunakan
malah akan menambahkan gaya geser yang bekerja pada struktur bangunan itu sendiri.
Berdasarkan SNI 03-1726-2012 pasal 7.12.1, simpangan antar lantai tingkat desain (Δ)
tidak boleh melebihi simpangan antar lantai ijin (Δa). Simpangan antar lantai ijin (Δa)
dapat dilihat pada tabel berikut ini. Hsx pada tabel menunjukkan tinggi tingkat dibawah
tingkat x.
II - 32