i
BAB V ANALISIS STRUKTUR BANGUNAN .......................................... - 33 -
5.1 Analisis Modal ............................................................................. - 33 -
5.2 Analisis Beban Gempa ................................................................. - 34 -
5.2.1 Periode Alami Strktur (T1) .............................................. - 34 -
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
Gambar 41 Mendefinisikan kombinasi pembebanan .......................................... - 32 -
Gambar 42 Menu tabel ........................................................................................ - 33 -
Gambar 43 Tabel Partisipation Mass Ratio ......................................................... - 34 -
Gambar 44 Tabel periode struktur kondisi Crack ............................................... - 35 -
Gambar 45 Tabel periode struktur kondisi Uncrack ........................................... - 35 -
Gambar 46 Koefisien Cs...................................................................................... - 37 -
Gambar 47 Menu tabel ........................................................................................ - 39 -
Gambar 48 Tabel Base Reactions........................................................................ - 39 -
Gambar 49 Tabel gaya geser dasar respon spektrum .......................................... - 40 -
Gambar 50 Merubah faktor skala ........................................................................ - 41 -
Gambar 51 Nilai respon spektrum setelah dikalikan faktor perbesaran .............. - 41 -
Gambar 52 Menu tabel ........................................................................................ - 43 -
Gambar 53 Simpangan maksimum arah X .......................................................... - 43 -
Gambar 54 Simpangan maksimum arah Y .......................................................... - 43 -
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I PENDAHULUAN
-1-
BAB II INPUT DATA
Untuk memulai pembuatan model struktur pada ETABS, dapat dilakukan dengan cara File
– New Model. Akan muncul kolom Model Initialization lalu tentukan satuan (Units) dan
standar standar perancangan yang akan digunakan.
Setelah itu akan muncul kolom yang berisi data teknis bangunan. Kolom tersebut diisi sesuai
dengan model struktur gedung yang akan didesain:
-2-
Gambar 4 Input dimensi antar lantai dan grid
Denah struktur gedung cenderung mempunyai kesamaan (typical) dengan lantai- lantai di
bawah atau di atasnya, sehingga pada ETABS dapat dibuat hubungan kesamaan antar lantai
dengan menganggap satu/ beberapa lantai sebagai acuan lantai yang lain (Master Story)
dilakukan dengan cara pilih Custom Story Data – Edit Story Data
Jarak antar As untuk penggambaran kolom dan balok dapat juga diinput dengan cara Custom
Grid Spacing – Edit Grid Data, sebagai berikut :
-3-
Gambar 6 Input data jarak- jarak grid atau as bangunan
-4-
2.2.1 Beton
Data material beton dapat diinput ke
Mass per unit volume = 2400 kg/m3
Kuat beton, fc’ = 25 Mpa dalam ETABS dengan cara Define –
Modulus elastisitas beton, Ec = 4700 √fc′ Material Properties – Add New
= 4700 √25 Material, seperti ditunjukkan pada
= 23500 MPa Gambar berikut ini.
-5-
Data material baja tulangan dapat diinput ke dalam ETABS dengan cara Define – Material
Properties – Add New Material, seperti ditunjukkan pada Gambar berikut ini.
-6-
b. Kode Kolom = K1 700 x 700 (kolom utama lantai 1 – lantai 5)
= K2 400 x 400 (kolom utama lantai atap)
2.3.1 Balok
Input elemen struktur balok dilakukan dengan cara Define - Section Properties - Frame
Sections. Ditunjukkan pada Gambar berikut ini.
Catatan :
Sesuaikan ketebalan selimut beton berdasarkan
standar (SNI 2847 – 2013)
2.3.2 Kolom
Sama hal nya dengan elemen balok input elemen struktur kolom dilakukan dengan cara
Define - Section Proprties - Frame Sections. Ditunjukkan pada Gambar berikut ini.
-7-
Gambar 11 Input profil kolom
-8-
Gambar 12 Input plat lantai
a. Kolom 0,70Ig
b. Balok 0,35Ig
c. Pelat 0,25Ig
Untuk merubah momen inersia penampang pada ETABS dilakukan dengan cara Define -
Section Properties - Frame Sections - Pilih Elemen Balok atau Kolom - Modify/ Show
Property - Set Modifiers, ditunjukkan pada Gambar berikut ini.
-9-
Gambar 13 Faktor pengaruh penampang retak
- 10 -
BAB III PEMODELAN STRUKTUR
Pemodelan struktur gedung dilakukan secara 3D dengan menggambar semua elemen balok,
kolom, dan plat,. Cara penggambaran masing- masing elemen ditunjukkan sebagai berikut.
- 11 -
Gambar 15 Denah rencana balok lanta 1 - lantai 5 (All Stories)
- 12 -
Gambar 17 Denah rencana balok anak lantai 5 (one story)
- 13 -
Gambar 18 Penggambaran elemen kolom
- 14 -
Gambar 20 Penggambaran elemen plat
- 15 -
Gambar 22 Denah rencana plat atap (one story)
Setelah mendefinisikan diafragma, kemudia diaplikasikan pada setiap lantai dengan cara
blok 1 lantai – Assign – Joint – Diafragms.
Elemen lantai yang didefinisikan sebagai diafragma ditunjukkan pada Gambar berikut :
- 16 -
Gambar 24 Diafragma
- 17 -
BAB IV PEMBEBANAN
Beban mati sendiri elemen struktur (Self Weight) yang terdiri dari kolom, balok dan plat
sudah dihitung secara otomatis dalam ETABS dengan memberikan faktor pengali berat
sendiri (self weight multiplier) sama dengan 1, sedangkan beban mati elemen tambahan yang
terdiri dari dinding, keramik, plesteran, plumbing, dll diberikan faktor pengali sama dengan
0, karena beban tersebut diinput secara manual.
Beban mati elemen tambahan sebaiknya dibuatkan Load Case tersendiri, misal SDL untuk
beban mati tambahan dan Dead untuk beban mati sendiri (Self Weight). Hal ini untuk
menghindari kerancuan antara beban mati tambahan dengan berat sendiri, dan untuk
memisahkan massa bangunan tambahan dengan massa bangunan itu sendiri. Jenis beban
yang bekerja pada struktur gedung dapat diinput dengan cara Define – Load Patterns.
- 18 -
4.2 Beban Mati Tambahan
1. Beban mati tambahan pada pelat lantai
a. Keramik tebal 1 cm = 22 kg/m2
b. Beban spesi 3 cm (0.03 x 2200 kg/m3) = 66 kg/m2
c. Beban pasir 1 cm (0.01 x 1600 kg/m3) = 16 kg/m2
d. Plafon dan penggantung = 18 kg/m2
e. Mekanikal elektrikal = 25 kg/m2 +
147 kg/m2
2. Beban mati pada plat atap
a. Beban waterproofing 2 cm (0.02x1400 kg/m3) = 28 kg/m2
b. Plafon dan penggantung = 18 kg/m2
c. Mekanikal elektrikal = 25 kg/m2 +
71 kg/m2
Beban mati tambahan didistribusikan pada plat secara merata dengan cara pilih plat
yang akan diberi beban lalu klik Assign – Shell Loads – Uniform – Load Case
Name – SDL. Distribusi beban mati yang bekerja pada plat ditunjukkan pada
Gambar berikut.
Beban mati tambahan didistribusikan pada balok secara merata dengan cara, pilih
balok yang akan diberi beban lalu klik Assign – Frame Loads – Distributed – Load
Case Name – SDL. Distribusi beban mati yang bekerja pada balok ditunjukkan pada
Gambar berikut.
- 19 -
Gambar 28 Distribusi beban mati tambahan pada balok
4. Beban Tangga
Beban pada tangga meliputi beban mati yang berupa antrede, optrede, dan finishing
berupa pasangan keramik. Data teknis tangga dalam perencanaan adalah sebagai
berikut :
Keterangan :
Langkah datar (antrede) = 30 cm
Langkah naik (optrede) = 15 cm
Jumlah total = 18
Plat tangga dimodelkan sebagai elemen Shell dimana plat tersebut menerima beban
vertikal (akibat beban mati dan hidup) dan menerima beban horizontal (akibat
gempa).
- 20 -
Agar tegangan yang bekerja pada pelat tangga dapat merata, maka plat dibagi dengan
pias - pias kecil. Pemodelan struktur tangga dengan SAP v.14 ditunjukkan pada
Gambar berikut :
Plat tangga dimodelkan sebagai elemen Shell dimana plat tersebut menerima beban
vertikal (akibat beban mati dan hidup) dan menerima beban horizontal (akibat
gempa). Agar tegangan yang bekerja pada pelat tangga dapat merata, maka plat
dibagi dengan piaspias kecil dengan cara Edit- Devide Areas.
Gambar 31 Pembagian pias - pias kecil untuk meratakan tegangan yang terjadi
Tulangan plat lantai tangga dapat didesain langsung pada SAP dengan cara
mengganti elemen plat menjadi shell, dengan cara Define – Area Section – Modify
– Shell Layered Modify/ Show Layer Defintion – Quick Start.
- 21 -
A. Beban pada Plat Tangga
Berat finishing lantai (spesi dan tegel) tebal 5 cm
0,05 m x 2200 kg/m3 x 4,05 m x 1,4 m = 624 kg
Beban anak tangga
2200 x 0,5 x 0,3 x 0,15 x 9 x 1,4 = 624 kg
Beban mati total trap beton
(624 kg + 624 kg)/(3,02 x 1,4) = 295,2 kg/m2
Beban hidup = 479 kg/m2
B. Beban pada Bordes
Berat finishing lantai (spesi dan tegel) tebal 5 cm
0,05 m x 2200 kg/m3 = 110 kg/m2
Beban hidup = 479 kg/m2
Tulangan plat lantai tangga dapat didesain langsung pada SAP dengan cara
mengganti elemen plat menjadi shell, dengan cara Define – Area Section – Modify
– Shell Layered Modify/ Show Layer Defintion – Quick Start.
Tegangan yang terjadi pada tangga akibat beban mati dan hidup (kombinasi 1,2 D +
1,6 LL) ditunjukkan pada Gambar berikut :
- 22 -
Gambar 33 Momen pada tangga
1
Luas tulangan terpakai, As = 2 × 𝜋 × 𝑑 2 × 𝑏/𝑆
1 1000
= 2 × 𝜋 × 122 × = 565,487 𝑚𝑚2
200
𝐴𝑠 ×𝑓𝑦
Tinggi blok regangan, a = 0,85×𝑓𝑐 , ×𝑏
565,487×240
= 0,85×25×1000 = 6,387 𝑚𝑚
𝑎
Momen nominal, Mn = 𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 × (𝑑 − 2 ) × 10−6
6,387
= 565,487 × 240 × (124 − 2
) × 10−6
= 16,4 𝑘𝑁𝑚
Syarat : ØMn ≥ Mu
0,8 x 16,4 ≥ 11
13,1 ≥ 11 → OK, Plat tangga mampu menerima
beban.
- 23 -
SDL : 1156,193 kN/m
Live Load : 2100,064 kN/m
- 24 -
Koridor diatas lantai pertama 383 445
Ruang makan dan restoran 479a
Tangga permanen 133
Perpustakaan
Ruang baca 287 445
Ruang penyimpanan 718a,h 445
Atap
Atap datar, berhubung, dan lengkung 96n
Atap digunakan untuk taman atap 479
Atap yang digunakan utnuk tujuan lain Sama seperti
hunian
dilayania
Atap yang digunakan untuk hunian lainnya
Awning dan kanopi
Kontstruksi pabrik yang didukung oleh 24 (tidak
struktur rangka kaku ringan boleh
direduksi)
Rangka tumpu layar menutup 24 (tidak
boleh 89
direduksi)
Semua konstruksi lainnya 96 890
Kompopnen struktur atap utama, yang
terhubung langsung dengan pekerjaan lantai
Titik panel tunggal dari batang bawah 133
rangka atap atau setiap titik sepanjang
komponen struktur utama yang
mendukung atap diatas pabrik, gudang,
dan perbaikan garasi
Semua komponn struktur atap lainnya 133
Semua permukaan atap dengan beban pekerja
pemeliharaan
Sekolah
Ruang kelas 192 450
Koridor di atas lantai pertama 383 450
Koridor lantai pertama 479 450
Berdasarkan tabel di atas, beban hidup yang bekerja untuk perkantoran adalah
sebagai berikut :
Beban hidup ruang kantor = 240 kg/m²
Beban hidup lantai atap = 100 kg/m²
- 25 -
Distribusi beban hidup pada lantai dilakukan dengan cara Assign – Shell/ Area
Loads – Uniform – Load Case Name – Life.
- 26 -
2 2
𝑆𝐷1 = 3 × 𝑆𝑀1 = 3 × 0,527 = 0,351
Setelah dilakukan perhitungan, didapat hasil beban gempa dalam respon spektrum seperti
terlihat pada Gambar berikut :
0.700
Spectral response acceleration (Sa)
0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500
Period (T)
Dengan mengetahui respons struktur terhadap beban gempa menurut SNI 03-1726-2012,
dapat diketahui kategori risiko bangunan gedung berdasarkan jenis kegunaan bangunannya
yang ditentukan.
- 27 -
Tabel 4 Faktor R, Cd, dan 𝛺0 untuk Penahan gaya gempa
Koefisien Faktor Faktor
Sistem penahan-gaya seismik modifikasi kuat pembesaran
respon, R lebih, Ωo defleksi, Cd
Sistem rangka pemikul momen
Rangka beton bertulang pemikul
8 3 5,5
momen khusus
Berdasarkan beban gempa rencana dalam perancangan struktur beton bertulang pemikul
momen khusus dinyatakan dalam skala faktor sebagai berikut:
Cara mendefinisikan beban gempa respon spectrum berdasarkan parameter di atas dapat
dilakukan dengan cara Define – Functions – Respon Spectrum – Add New Function
(standar yang digunakan ASCE7-10)
Setelah mendefinisikan respon spectrum, langkah selanjutnya adalah input respon spectrum
tersebut pada kasus beban (load case). Dilakukan dengan cara Define – Load Case – modify
pada beban gempa EQx dan EQy
- 28 -
Proses modifikasi beban EQx dan EQy, ditunjukkan oleh gambar di bawah ini
- 29 -
4.5 Massa Struktur
Analisis beban gempa dinamik respons spektrum ditentukan oleh percepatan gempa rencana
dan massa total struktur. Dalam analisis struktur terhadap beban gempa, massa bangunan
sangat menentukan besarnya gaya inersia akibat gempa. Menurut SNI SNI 03-1726-2012,
massa seismik efektif struktur harus menyertakan seluruh beban mati yang dikombinasikan
dengan paling sedikit 25 persen beban hidup yang disyaratkan.
Massa akibat berat sendiri (self weight) elemen struktur sudah dihitung secara otomatis oleh
program. Jadi hanya perlu input massa tambahan (berupa beban mati tambahan dan 25
persen beban hidup) yang dilakukan dengan cara Define – Mass Source – Modify/Show
Mass Soucre.
Dimana:
DL : beban mati sendiri gedung yang secara default dihitung oleh software.
SDL : beban mati tambahan yang diterima oleh gedung seperti dinding,
instalasi dan utilitas gedung lainnya
- 30 -
LL : beban hidup yang ditetapkan berdasarkan fungsi bangunan
Qey : beban gempa arah x
Qey : beban gempa arah y
ρ : faktor redundansi yang ditetapkan sesuai dengan kriteria gempa yang
bekerja pada struktur. Nilai 1,0 untuk desain seismik A, B, C dan 1,3
untuk desain seismik D, E, F.
Dari nilai kombinasi pembebanan diatas, maka akan diperoleh nilai kombinasi pembebanan
yang telah diuraikan untuk menjadi nilai kombinasi yang direncanakan. Kombinasi
pembebanan hasil perhitungan menurut SNI 03-1726-2012 dapat dilihat pada Tabel dibawah
ini
Berbagai kombinasi pembebanan tersebut diinput ke ETABS dengan cara Define – Load
Combination – Add New Combo.
- 31 -
Gambar 41 Mendefinisikan kombinasi pembebanan
- 32 -
BAB V ANALISIS STRUKTUR BANGUNAN
Sebelum menganalisis struktur, model harus di-run terlebih dahulu, yaitu dengan cara klik
Analyze – Run Analysis (F5)
Selanjutnya untuk mengetahui persentasi partisipasi massa dapat dilukan dengan cara klik
Display – Show Tables (ctrl + T)
- 33 -
Pada menu Table, klik tanda plus (+) pada pilihan Analysis – Results – Modal Result –
(centang check box) Modal Participation Mass Ratio. Sehingga muncul tabel seperti di
bawah ini :
Berdasarkan hasil analisis jumlah massa pada 12 Mode sudah mencapai 90%.
Untuk mengeluarkan nilai periode struktur, dapat dilihat pada menu tabel (Modal
Participation Mass Ratio) seperti pada poin (9.1). Sehingga muncul tabel seperti di bawah
ini :
- 34 -
Gambar 44 Tabel periode struktur kondisi Crack
- 35 -
Tabel 6 Koefisien untuk batas atas pada perioda yang dihitung
Untuk karawang dengan SD1 = 0,351g maka dari tabel di atas diperoleh Cu = 1,40
- 36 -
Hasil pengecekan nilai periode struktur antara periode alami struktur yang terjadi, periode
minimum dan periode maksimum dapat dilihat pada Tabel
ETABS
Ta min Ta max
Crack Uncrack
T1x 0.628 0.880 0.660 0.466
T1y 0.628 0.880 0.678 0.480
Batas waktu getar adalah hasil perhitungan berdasarkan rumus empiris SNI 03 – 1726 –
2012, namun tidak perlu lebih kecil dari hasil analisis ETABS kondisi uncracked, maka
waktu getar yang menentukan adalah :
Koefisien respon seismik berdasarkan SNI Gempa 03-1726-2012 Pasal 7.8.1.1, persamaan
- persamaan yang digunakan untuk menentukan koefisien Cs adalah :
Gambar 46 Koefisien Cs
- 37 -
Dimana :
Cs = koefisien respon seismik
SDs = parameter percepatan spektrum respon desain dalam rentang periode pendek S Ds
= parameter percepatan spektrum respon desain dalam rentang periode 1 detik
R = faktor modifikasi respon
Ie = faktor keutamaan
1. Cs hitung
Koefisien respon seismik, Cs, harus ditentukan sesuai dengan persamaan berikut
𝑺𝑫𝑺
Cs = 𝑹
( )
𝑰𝒆
0,572
Cs – x = (8/1) = 0,072
0,572
Cs – y = = 0,072
(8/1)
2. Cs maksimum
Nilai Cs yang dihitung sesuai dengan persamaan diatas tidak perlu melebihi
persamaan berikut ini (Cs max) :
𝑺𝑫𝟏
Cs max = 𝑹
𝑇( )
𝑰𝒆
𝟎,𝟑𝟓𝟏
Cs – x max = 0,660(8/1) = 0,066
𝟎,𝟑𝟓𝟏
Cs – y max = 0,678(8/1) = 0,065
3. Cs minimum
Cs harus tidak kurang dari persamaan berikut (Cs min):
Cs min = 0,044 SDS Ie ≥ 0,01
= 0,044 (0,572 (1) = 0,025
Berat struktur, W, didapatkan dari ETABS dengan cara Display – Show Tables (ctrl + T).
- 38 -
Gambar 47 Menu tabel
Pada menu Table, klik tanda plus (+) pada pilihan Analysis – Results – Reaction – (centang
check box) Base Reaction. Sehingga muncul tabel seperti di bawah ini :
Berdasarkan nilai Cs dan Wt yang didapat, maka nilai gaya lateral ekivalen adalah sebagai
berikut:
V1 – x = Cs. Wt
= 0,066 x 30963,267 kN = 2043,576 kN
- 39 -
V1 – y = Cs. Wt
= 0,065 x 30963,267 kN = 2012,612 kN
Pada menu Table, klik tanda plus (+) pada pilihan Analysis – Results – Reaction – (centang
check box) Base Reaction. Sehingga muncul tabel seperti di bawah ini :
Karena gaya geser akibat respon spectrum (Vrsp) < dari 0,85 gaya geser gempa statik maka
diperlukan suatu faktor skala.
Faktor skala (0.85 Vstatik/ VRSP)
Faktor Eqx = 1737,04 /1675,224 = 1,037
Faktor Eqy = 1710,72/1631,833 = 1,049
Untuk input faktor skala tersebut, dilakukan dengan cara membuka kunci run terlebih
dahulu, lalu klik Define – Load Case – modify pada EQx dan EQy. Kalikan faktor skala
yang sudah ada sebelumnya dengan faktor skala yang telah dihitung.
- 40 -
Gambar 50 Merubah faktor skala
Setelah faktor koreksi dirubah, run kembali model dan periksa kembali gaya geser dasar
akibat respon spectrum seperti pada poin 9.2.4
Gaya geser dasar akibat respon spectrum (VRSP) setelah dikalikan faktor skala
- 41 -
5.2.6 Evaluasi Kinerja Struktur
Dalam analisis simpangan perpindahan lateral harus ditentukan berdasarkan rumus berikut:
𝐶𝑑 ×𝛿𝑥𝑒
𝛿𝑥 = 𝐼𝑒
Keterangan:
𝛿𝑥 : simpangan ultimit atau simpangan inelastik
𝛿𝑥𝑒 : simpangan nominal atau simpangan elastil (ETABS)
Cd : faktor amplifikasi defleksi = 5.5 (Tabel SNI 1726-2012)
Ie : faktor keutamaan = 1 (Tabel SNI 1726-2012)
Simpangan antar lantai tingkat desain (∆) tidak boleh melebihi simpangan antar lantai
tingkat ijin (∆a) untuk semua tingkat.
Untuk mendapatkan simpangan nominal atau simpangan elastik , 𝛿𝑥𝑒 diperoleh dari bantuan
program ETABS dengan cara klik Display – Show Tables (ctrl + T).
Pada menu Table, klik tanda plus (+) pada pilihan Analysis – Results – Displacements –
(centang check box) Story Max/Avg Displacements.
- 42 -
Gambar 52 Menu tabel
- 43 -
Sehingga simpangan setiap tingkat dicek terhadap simpangan ijin dan tidak boleh melebihi
simpangan ijin, rekapitulasi perhitungan setiap lantai disajikan pada Tabel 13 dan Tabel 14
dibawah ini.
- 44 -