TERHADAP GEMPA
(STRUKTUR TERATUR DAN TIDAK TERATUR)
“STATIS DAN DINAMIS”
1. MODELISASI STRUKTUR
e) Panjang balok : 4m
g) Struktur Teratur :
h) Struktur Tidak teratur :
2. PRELIMINARY DESIGN
Beton:
j. Tabel Tebal minimum balok non-prategang atau pelat satu arah bila lendutan tidak
dihitung
Pada tugas ini digunakan jenis beton normal. Berdasarkan tabel diatas
didapatkan tebal minimum untuk balok dengan satu ujung menerus h = L/18,5 =
216,22 mm dan untuk balok dengan dua ujung menerus h = L/21 = 380,95 mm.
Tinggi balok harus diambil lebih besar dari kedua nilai tersebut yaitu h = 450 mm.
Lebar balok ditentukan sebesar b = 350 mm. Dimesi balok BALOK-450×350.
Dimensi kolom ditentukan dengan tinggi h = 450 mm dan lebar b = 450 mm
KOLOM-450×450.
4. PERHITUNGAN BEBAN
Beban mati sendiri (DL) dihitung secara otomatis oleh program SAP 2000.
Beban dinding beton = (2200 kg/m3 x tebal dinding m x tinggi dinding m) kg/m =
c. Beban Hidup
Sumber : SNI 1727 2013 “peraturan pembebanan indonesia untuk gedung dan
bangunan lain”
d c
bb. Klik tombol Add New Section maka akan muncul tampilan seperti gambar dibawah
ini :
cc. Selanjutnya pada kotak dialog Shell Section Data :
a) Beri nama penampang pelat pada Section Name dengan “PELAT ATAP”.
b) Pada Type, pilih Shell – Thin. Tipe Shell merupakan gabungan sifat dari plate
dan membrane. Plate adalah elemen luasan yang menahan gaya pada arah tegak
lurus bidang pelat, sedankan membrane searah bidangnya.
c) Pada Material Name pilih material yang telah didefinisikan yaitu ”Beton f’c
30 MPa”
d) Pada Thickness diisi dengan ketebalan elemen pelat atap (10 cm) dan karena
satuan dalam model ini adalah m maka diisi 100 mm. Karena dipakai elemen
shell naka diisikan nilai pada membrane dan bending.
e) Klik Ok.
dd. Setelah kembali ke kotak dialog Area Section, klik Add Copy of Section... untuk
selanjutnya membuat penampang pelat lantai secara cepat.
6. STRUKTUR TERATUR
a. Penggambaran Penampang
Jika memilih pelat atap maka letakkan di area paling atas. Letakkan semua section
sesuai tempatnya pada model gambar.
b. Penggambaran Perletakkan
Membuat perletakan jepit pada struktur. Pada toolbar pilih XY dengan Z paling bawah
kemudian blok semua denah dari kiri ke kanan.
Kemudian Pilih menu Assign, pilih Joint kemudian pilih Restraints
Kemudian pilih perletakan Jepit lalu OK.
c. Modelisasi
Gambar Dinding Geser Gambar Pelat
d. Jenis Pembebanan
Beban mati sendiri (DL) dihitung secara otomatis oleh program SAP 2000.
Secara default program Sap 2000 otomatis akan menghitung berat sendiri struktur
berdasarkan info luas penampang elemen dan berat jenis material yang dipakai.
Selanjutnya, beban akibat berat sendiri dikelompokkan dalam static load case pertama
yaitu DEAD. Jika nilai selfweight multiplier = 0, maka perhitungan berat sendiri
struktur tidak akan dilakukan oleh program. Dalam tugas ini, diinginkan program SAP
2000 menghitung berat sendiri struktur.
c. Pada Kotak dialog Area Uniform Loads, untuk Load pattern name pilih SIDL
dan untuk Load masukkan nilai 0,001334 diberikan pelat atap, lantai 3, lantai 2
dan lantai 1.
d. kemudian pilih Add to Existing Loads lalu pilih Ok.
a. Penggambaran Penampang
Jika memilih pelat atap maka letakkan di area paling atas. Letakkan semua section
sesuai tempatnya pada model gambar.
b. Penggambaran Perletakkan
Membuat perletakan jepit pada struktur. Pada toolbar pilih XY dengan Z paling
bawah kemudian blok semua denah dari kiri ke kanan.
Kemudian Pilih menu Assign, pilih Joint kemudian pilih Restraints
Kemudian pilih perletakan Jepit lalu OK.
c. Modelisasi
Gambar Dinding Geser Gambar Pelat
c. Pada Kotak dialog Area Uniform Loads, untuk Load pattern name pilih SIDL
dan untuk Load masukkan nilai 0,001334 diberikan pelat atap, lantai 1, lantai 2
dan lantai 3.
d. kemudian pilih Add to Existing Loads lalu pilih Ok.
.
8. GEMPA RENCANA
Tata cara ini menentukan pengaruh gempa rencana yang harus ditinjau dalam perencanaan
dan evaluasi struktur bangunan gedung dan non gedung serta berbagai bagian dan peralatannya
secara umum. Gempa rencana ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkinan terlewati
besarannya selama umur struktur bangunan 50 tahun adalah sebesar 2%.
9. FAKTOR KEUTAMAAN DAN KATEGORI RISIKO BANGUNAN
Berdasarkan SNI 1726 2012: Gedung Perkantoran masuk dalam klasifikasi/kategori risiko
Tingkat kepentingan suatu struktur terhadap bahaya gempa dapat berbeda-beda tergantung
pada fungsinya. Oleh karena itu, semakin penting struktur tersebut maka semakin besar
perlindungan yang harus diberikan. Faktor Keutamaan (I) dipakai untuk memperbesar
beban gempa rencana agar struktur mampu memikul beban gempa dengan periode lebih
panjang atau dengan kata lain dengan tingkat kerusakan yang lebih kecil.
10. INPUT BEBAN GEMPA “RESPON SPEKTRUM” PADA SAP 2000
a. Penentuan RS melalui website “Puskim-PU”.
ww. Pada Click to pilih Add New Function... (untuk menambahkan grafik fungsi baru)
xx. Kemudian akan muncul kotak dialog baru seperti pada gambar pada lembar berikutnya:
a. Pada Function Name tulis dengan RS Bau-bau (tanah lunak) yang sesuai dengan
lokasi perencanaan.
b. Pada Function File (File Name) klik Browse... (untuk menabahkan file Respon
Spektrum
yy. Pilih Define Mass Source... Add New Mass Source... (untuk
mereduksi beban hidup)
zz. Pada kotak dialog Mass Source Data masukkan nama pada kotak Mass Source Name
dengan “REDUKSI BEBAN HIDUP”
aaa. Pada Mass Source centang Specified Load Pattern
bbb. Pada Mass Multipliers for Load Patterns untuk Beban DD dan SIDl = 1 dan LL = 0,3.
ccc. Klik Ok.
ddd. Kemudian pada Default Mass Source pilih REDUKSI BEBAN HIDUP.
c. Mengaktifkan Beban Gempa (Load Case)
Untuk mengaktifkan beban gempa, maka harus dibuat terlebih dahulu load case dari
beban tersebut.
eee. Klik menu Define Load Cases... Add New Load Case
fff. Kemudian akan muncul kotak dialog baru berupa Load Case Data
hhh. Pada Load Name Pilih U1 dan Function pilih function yang telah di definisikan dengan
nama RS Bau-bau (Tanah Lunak). Pada Scale Factor untuk arah X U1 =100% dan U2 =
𝐼𝑔 1× 9,8
Scale Factor (SF) = = = 1,96 (Untuk 100 %)
𝑅 5
𝐼𝑔 1× 9,8 × 0,3
Scale Factor (SF) = = = 0,588 (Untuk 30 %)
𝑅 5
Secara default, arah U1 merupakan arah yang sama dengan arah X dalam
koordinat global. Scale factor = I x g/R dimana I adalah faktor keutamaan struktur
(gedung “Kantor”, I = 1), g = satuan percepatan gravitasi (g = 9,8 m/s2) dan R adalah
faktor reduksi gaya gempa (Struktur Rangka Pemikul Momen Menengah, maks nilai
R = 5). Untuk semua mode, redaman (Modal Damping) diasumsikan memiliki nilai
konstan yaitu 5 %.
d. Kombinasi Pembebanan
Untuk memperoleh beban ultimate dari beban-beban yang mungkin akan terjadi pada
iii. Klik menu Define Load Cambinations... Add New combo (untuk
jjj. Kemudian akan muncul kotak dialog baru berupa Load combination Data.
kkk. Pada Load Combination Name masukkan nama kombinasi beban : 1,4DD + 1,4SIDL
lll. Pada Load Case Name pilih DD, pada Scale Factor masukkan 1,4 kemudian klik Add.
mmm. Lakukan hal yang sama untuk beban-beban lainnya.
Untuk Mencari Hasil keluaran / Output Maksimum dari semua kombinasi pembebanan maka
nnn. Klik menu Analyze Set Analysis Options... Pastikan bahwa analisis dilakukan
dalam derajat kebebasan ruang (translasi arah X, translasi arah Y, translasi arah Z, rotasi
rrr. Pada Kotak dialog Deformed Shape, Case/Combo Name pilih ENVELOPE
a. Translasi (gerakan) arah sumbu 1 = -0,0058 mm, berarti joint ini bergerak ke arah
b. Translasi (gerakan) arah sumbu 2 = -0,0058 mm, berarti joint ini bergerak ke arah
c. Translasi (gerakan) arah sumbu 3 = -0,232 mm, berarti joint ini bergerak ke arah
vvv. Pada Kotak dialog Deformed Shape, Case/Combo Name pilih ENVELOPE
a. Translasi (gerakan) arah sumbu 1 = -0,0056 mm, berarti joint ini bergerak ke arah
b. Translasi (gerakan) arah sumbu 2 = -0,0009 mm, berarti joint ini bergerak ke arah
c. Translasi (gerakan) arah sumbu 3 = -0,2127 mm, berarti joint ini bergerak ke arah
C = Sds = 0,422
𝑪 × 𝑰𝒆 𝟎,𝟒𝟐𝟐 ×𝟏
Cs = 𝑹
= 𝟓
= 𝟎, 𝟎𝟖𝟒𝟒
T = Ta = Ct × hnx
b. Beban Hidup
Sumber : SNI 1727 2013 “peraturan pembebanan indonesia untuk gedung dan
bangunan lain”
- Berat atap
Pelat atap = 2400 × 0,10 × 12 × 12 = 34560 kg
Balok = 2400 × 0,30 × 0,40 × 4 × 24 = 27648 kg
Beban mati tambahan = 145 × 12 × 12 = 20880 kg
Beban hidup = 488,28 × 12 × 12 × 30% = 21083,7 kg
Total = 104181,7 kg
Berat lantai 3
Pelat lantai = 2400 × 0,12 × 12 × 12 = 41472 kg
Balok = 2400 × 0,30 × 0,40 × 4 × 24 = 27648 kg
Kolom = 2400 × 0,40 × 0,40 × 4 × 16 = 24576 kg
Dinding = 2400 × 0,25 × 4 × 4 × 24 = 230400 kg
Beban M. tamb. = 145 × 12 × 12 = 20880 kg
Beban hidup = 244,65 × 12 × 12 × 30% = 10568,88 kg
Total = 348632,9 kg
- Berat lantai 2
Pelat lantai = 2400 × 0,12 × 12 × 12 = 41472 kg
Balok = 2400 × 0,30 × 0,40 × 4 × 24 = 27648 kg
Kolom = 2400 × 0,40 × 0,40 × 4 × 16 = 24576 kg
Dinding = 2400 × 0,30 × 4 × 4 × 24 = 276480 kg
Beban M. tamb. = 145 × 12 × 12 = 20880 kg
Beban hidup = 488,28 × 12 × 12 × 30% = 21093,7 kg
Total = 412149,7 kg
- Berat lantai 1
Pelat lantai = 2400 × 0,12 × 12 × 12 = 41472 kg
Balok = 2400 × 0,30 × 0,40 × 4 × 24 = 27648 kg
Kolom = 2400 × 0,40 × 0,40 × 4 × 16 = 24576 kg
Dinding = 2400 × 0,30 × 4 × 4 × 24 = 276480 kg
Beban M. tamb. = 145 × 12 × 12 = 20880 kg
Beban hidup = 244,65 × 12 × 12 × 30% = 10568,88 kg
Total = 401624,9 kg
Wi Hi V Fi F i tot
Tingkat ×
(Kg) (m) (kN) (kN) (kN)
Atap 104181,7 12,5 1302271,3 1048,69 216,0496 216,0496
Lantai 3 348632,9 8,5 2963379,7 1048,69 491,6311 707,6807
Lantai 2 412149,7 4,5 1854673,7 1048,69 307,6944 1015,375
Lantai 1 401624,9 0,5 200812,44 1048,69 33,31522 1048,69
Ʃ 6321137
- Berat lantai 2
Pelat lantai = 2400 × 0,12 × ((12×12)-(8×4)) = 32256 kg
Balok = 2400 × 0,30 × 0,40 × 4 × 22 = 25344 kg
Kolom = 2400 × 0,40 × 0,40 × 4 × 16 = 24576 kg
Dinding = 2400 × 0,30 × 4 × 4 × 22 = 253440 kg
Beban M. tamb. = 145 × ((12×12)-(8×4)) = 16240 kg
Beban hidup = 488,28 × ((12×12)-(8×4)) × 30% = 16406,21 kg
Total = 368262,21 kg
- Berat lantai 1
Pelat lantai = 2400 × 0,12 × ((12×12)-(8×4)) = 32256 kg
Balok = 2400 × 0,30 × 0,40 × 4 × 22 = 25344 kg
Kolom = 2400 × 0,40 × 0,40 × 4 × 16 = 24576 kg
Dinding = 2400 × 0,30 × 4 × 4 × 22 = 253440 kg
Beban M. tamb. = 145 × ((12×12)-(8×4)) = 16240 kg
Beban hidup = 244,65 × ((12×12)-(8×4)) × 30% = 8220,24 kg
Total = 360076,24 kg
Wi Hi V Fi F i tot
Tingkat ×
(Kg) (m) (kN) (kN) (kN)
Atap 84870,21 12,5 1060877,6 936,46 177,4155 177,42
Lantai 3 317836,2 8,5 2701608 936,46 451,8025 629,22
Lantai 2 368262,2 4,5 1657179,9 936,46 277,1379 906,36
Lantai 1 360076,2 0,5 180038,12 936,46 30,10861 936,46
Ʃ 5599703,7
Berikutnya adalah analisis menggunakan sap 2000 dengan memasukkan
nilai 𝐹 pada struktur yang telah di modelkan. Untuk dimensi balok dan kolom
digunakan dimensi terbaru pada analisis spektrum yang telah aman digunakan..
3. Sap 2000 (Statis Ekivalen “Teratur dan Tidak Teratur”)
a. Reduksi Beban Hidup
Untuk reduksi beban hidup Dalam Peraturan Pembebanan Indonesia
Untuk Gedung (PPIUG) 1983 dalam sumber massa gempa adalah 0,30 untuk
penggunaan gedung kantor.
b. Mengaktifkan Beban Gempa (Load Case)
Untuk mengaktifkan beban gempa, maka harus dibuat terlebih dahulu load case
dari beban tersebut.
aaaa. Klik menu Define Load Cases... kemudian pilih EQ dan klik
bbbb. Kemudian akan muncul kotak dialog baru berupa Load Case Data
𝐼𝑔 1× 9,8
Scale Factor (SF) = = = 1,96
𝑅 5
Secara default, arah U1 merupakan arah yang sama dengan arah X dalam
koordinat global. Scale factor = I x g/R dimana I adalah faktor keutamaan
struktur (gedung “Kantor”, I = 1), g = satuan percepatan gravitasi (g = 9,8
m/s2) dan R adalah faktor reduksi gaya gempa (Struktur Rangka Pemikul
Momen Menengah = 5)
c. Memasukkan Gaya Gempa
Struktur Teratur
Input Fi sebagai beban gempa dengan cara: select joint (pilih joint yang paling
kiri pada atap) => joint load => force. Cari load case name “EQ”, berilah
nilai Fatap pada isian force global x. Lakukan dengan cara yang sama untuk
lantai 3, 2, dan 1.
Gambar Tampilan XY
Gambar Tampilan XZ
Struktur Tidak Teratur
Input Fi sebagai beban gempa dengan cara: select joint (pilih joint yang
paling kiri pada atap) => joint load => force. Cari load case name “EQ”,
berilah nilai Fatap pada isian force global x. Lakukan dengan cara yang sama
untuk lantai 3, 2, dan 1.
Input Fi sebagai beban gempa dengan cara: select joint (pilih joint yang
paling kiri pada atap) => joint load => force. Cari load case name “EQ”,
berilah nilai Fatap pada isian force global x. Lakukan dengan cara yang sama
untuk lantai 3, 2, dan 1.
Gambar Tampilan XY
Gambar Tampilan XZ
d. Kombinasi Pembebanan
jjjj. Pada Kotak dialog Deformed Shape, Case/Combo Name pilih ENVELOPE
mmmm. Pada Kotak dialog Deformed Shape, Case/Combo Name pilih ENVELOPE
Tabel Modal Periode dan Frekuensi Struktur Tidak Teratur untuk Gempa Statis dan
Dinamis
Base Reactions
TERATUR STATIS TERATUR DINAMIS
OutputCase StepType GlobalFX GlobalFY GlobalFZ GlobalMX GlobalMY GlobalMZ GlobalFX GlobalFY GlobalFZ GlobalMX GlobalMY GlobalMZ
Text Text N N N N-mm N-mm N-mm N N N N-mm N-mm N-mm
ENVELOPE Max -5,47E-10 -2,81E-10 17534371 1,052E+11 -9,96E+10 1,405E+11 681,58 681,58 17534371 1,052E+11 -6,4E+10 4269558,8
ENVELOPE Min -23847772 -4,78E-09 10665914 6,4E+10 -2,1E+11 -1,12E-06 -681,58 -681,58 10665914 6,399E+10 -1,05E+11 -4269559
Tabel Base Reactions Struktur Tidak Teratur untuk Gempa Statis dan Dinamis
Base Reactions
TIDAK TERATUR STATIS TIDAK TERATUR DINAMIS
OutputCase StepType GlobalFX GlobalFY GlobalFZ GlobalMX GlobalMY GlobalMZ GlobalFX GlobalFY GlobalFZ GlobalMX GlobalMY GlobalMZ
Text Text N N N N-mm N-mm N-mm N N N N-mm N-mm N-mm
ENVELOPE Max -1,05E-10 -8,32E-10 15300364 9,18E+10 -8,91E+10 1,246E+11 587,98 606,8 15300364 9,18E+10 -5,73E+10 3791526,3
ENVELOPE Min -20771766 -5,56E-09 9542601,2 5,726E+10 -1,81E+11 -3,67E-06 -587,98 -606,8 9542601,2 5,725E+10 -9,18E+10 -3791526
DEFORMASI YANG TERJADI PADA STRUKTUR TERATUR (STATIK EKIVALEN)