Anda di halaman 1dari 14

V.

TUGAS KHUSUS

Kolom adalah komponen struktur dengan rasio tinggi terhadap dimensi lateral

terkecil melebihi 3 yang digunakan terutama untuk mendukung beban aksial tekan

(SNI 03-2847-2002)

Fungsi Kolom antara lain :

1. Memikul gaya aksial dengan atau tanpa momen

2. Meneruskan beban-beban dari lantai dan atap ke pondasi

Gaya yang bekerja pada kolom adalah gaya aksial tekan sehingga keruntuhan

kolom adalah keruntuhan tekan yang bersifat tiba-tiba tanpa ada aba-aba atau

peringatan yang jelas. Kegagalan kolom akan berakibat langsung pada runtuhnya

komponen struktur yang lain yang berhubungan dengannya. Oleh sebab itu

komponen struktur kolom harus memiliki keamanan yang lebih tinggi.

Jenis-Jenis Kolom :

1. Kolom dengan tulangan utama yang diikat oleh sengkang, dapat berbentuk

persegi, bujur sangkar, atau lingkaran.

2. Kolom dengan tulangan utama yang diikat oleh tulangan spiral, pada

umumnya terdapat pada penampang lingkaran

3. Kolom komposit
Kolom persegi dengan tulangan utamanya diikat oleh sengkang. Kolom persegi

merupakan jenis kolom yang sering digunakan pada bangunan karena

pelaksanaannya tidak terlalu rumit sehingga dapat mempermudah pekerjaan.

Pada tugas khusus kerja praktik ini penulis akan menganalisis tentang gaya

ultimate yang bekerja pada kolom lalu mendesain keperluan tulangan kolom

dengan ukuran kolom. Dalam hal ini mahasiswa pelaksana kerja praktik akan

menghitung dengan berpedoman pada teori yang telah didapat di perkuliahan, SNI

2847-2013 Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung, SNI 1727-2013

Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain, serta

dibantu oleh software SAP2000 versi 14 dalam menentukan besarnya gaya dalam

dan jumlah tulangan perlu.

A. Data Teknis Kolom

1 Jenis kolom : kolom persegi dengan pengikat sengkang

2 Ukuran Kolom dan Balok :

a) Kolom : b = 300 mm

h = 300 mm

b) Balok : b = 250 mm

h = 400 mm

3 Mutu beton (f’c) : 40 MPa (K481)

4 Mutu baja (fy) : 400 MPa

5 Tebal selimut beton (p) : 40 mm

6 Tulangan sengkang (øs) : ø8 - 100 mm

7 Diameter tulangan lentur : D 16 mm


8 Tinggi Kolom 1 : 3500 mm

: 4000 mm

9 Faktor reduksi kolom : 0,65 (SNI 2487-2013)

10 Faktor reduksi geser : 0,75 (SNI 2487-2013)

Letak kolom pada portal yang ditinjau dapat dilihat pada gambar 71 dan

gambar 72.

Gambar 69. Letak Kolom pada Portal 47-43 Lantai 1

Gambar 70. Letak Kolom pada Portal 43-39 Lantai 2


Gambar potongan A-A dapat dilihat pada gambar 77.

Gambar 71. Potongan 39-47

B. Perhitungan

Sebelum menghitung kapasitas daya dukung kolom terlebih dahulu dihitung

besarnya gaya momen, lintang, dan normal. Dalam hal ini untuk

mempermudah menghitung maka digunakan software SAP2000 versi 14.

Berikut adalah perhitungan momen, lintang, dan normal :

1. Menghitung Gaya Momen, Lintang, dan Normal

a. Pembebanan

Perhitungan gaya dilakukan dengan bantuan software SAP2000

dengan memasukkan beban yang bekerja pada struktur.

1) Beban Mati

a) Berat Sendiri

Beban mati didefinisikan sebagai beban yang ditimbulkan

oleh elemen-elemen struktur bangunan; balok, kolom, dan

pelat lantai dihitung secara otomatis melalui bantuan


program SAP 2000. Beban ini akan dihitung otomatis oleh

program SAP 2000.

b) Beban Mati Tambahan

Beban mati tambahan didefinisikan sebagai beban mati

yang diakibatkan oleh berat dari elemen-elemen tambahan

atau finishing yang bersifat permanen. Rician beban mati

tambahan pada tugas khusus ini.

 Beban Dinding

Beban dinding dimasukkan sebagai beban merata pada

setiap balok yang menopang dinding, untuk dinding

yang tidak berada tepat di atas balok akan dilakukan

transfer pembebanan untuk menjadi beban terpusat

pada balok. Besarnya beban dinding dapat dihitung

dengan rumus :

Qdinding = hdinding x bdinding x BJ Batu Bata......................................(1)

 Bebat Pelat

Beban pelat lantai mempunyai rician sebagai berikut :

Beban Mati Tebal (m) Berat Jenis Berat


(qD) (kN/m3) (kN/m2)
Berat Spesi 0,03 21 0,63
Berat Keramik 0,24
Berat Plafond + 0,18
Penggantung
Berat 0,245
Mekanikal
Elektrikal
Total (qD) 1,295

Tabel 1. Beban Pada Pelat Lantai


Beban pelat atap mempunyai rician sebagai berikut :

Beban Mati Tebal Berat Jenis Berat


(qD) (m) (kN/m3) (kN/m2)

Berat Air Hujan 0,05 10 0,5


Berat Aspal 0,03 22 0,66
Berat Plafond + 0,18
Penggantung
Berat 0,245
Mekanikal
Elektrikal
Total (qD) 1,585

Tabel 2. Beban Pada Pelat Atap

c) Beban Hidup

Untuk beban hidup berdasarkan SNI 1727-2013 pada

bangunan rumah sakit dibagi berdasarkan jenis ruangan

dengan rician sebagai berikut :

Beban Hidup Atap = 1 kN/m2

Beban Hidup lantai = 2,5 kN/m2

Beban hidup diinput ke software SAP2000 v14 berupa

beban area pada pelat. Gambar input pembebanan beban

hidup pada pelat lantai 1 dan pelat atap dapat dilihat pada

gambar 74 dan 75.


Gambar 72. Input Pembebanan Beban Hidup Pelat Lantai 1

Gambar 73. Input Pembebanan Beban Hidup Pelat Atap

b. Kombinasi Beban

Dalam SNI 1727-2013 Beban minimum untuk perancangan

bangunan gedung dan struktur lain pasal 2.3.2 Kombinasi dasar

pembebanan adalah sebagai berikut :

COMB 2 = 1,2 D + 1,6 L


Keterangan :

D = beban mati (DEAD)

L = beban hidup (LIVE)

Gambar 74. Input kombinasi pembebanan pada SAP

Maka perhitungan kombinasi beban yang dipakai adalah sebagai

berikut :

COMB = 1,2 (4,175) + 1,6 (2,5) = 9,0100 Kn/m2

Gambar 75. Kombinasi pembebanan pada SAP


2. Menghitung Jumlah Tulangan

a. Menghitung Jumlah Tulangan Kolom (n)

i. ρrencana

Sesuai SNI 2847-2013 nilai ρ untuk kolom ditaksir antara 1% -

8%. Maka pada perhitungan kali ini ρrencana diambil sebesar 2%

(0,02).

ii. Asrencana

Nilai luas tulangan perlu yang direncanakan (Asrencana) dapat

dihitung dengan rumus :

Asrencana = ρrencana x b x d .............................................................(2)

Perhitungan Asrencana pada kolom 39 – 43adalah sebagai berikut :

Asrencana = 0,01 x 300 x 300 = 900 mm2

iii. Jumlah tulangan perlu (n)

Jumlah tulangan perlu (n) dapat dihitung dengan rumus :

AS perlu
n = .............................................................................
Atulangan

(3)

Diameter tulangan dalam tugas khusus menggunakan D16

(Tulangan ulir diameter 16 mm). Untuk mencari luas tulangan

(Atulangan) diperoleh dari rumus luas lingkaran, yaitu :

1 2
Atulangan =
4
∏ D .......................................................................

(4)

Perhitungan jumlah tulangan perlu (n) pada kolom 39 – 43

adalah sebagai berikut :


1 2
Atulangan =
4
∏ 16 = 201,1429 mm2

900
n= = 4,4744 ~ 6 tulangan
201,1429

Setelah jumlah tulangan didapat maka selanjutnya dihitung luas

tulangan yang terpasang (Asbaru) dengan rumus :

Asbaru = n . Atulangan ....................................................................(5)

Asbaru = 6 x 201,1429 = 1.206,8574 mm2

b. Perhitungan Tulangan Geser

Analisa gaya geser pada kolom dapat dihitung sebagai berikut :

i. Gaya Geser yang Ditahan Kolom (Vc)

Berdasarkan SNI 2847-2013 pasal 11.2.1.2 gaya geser yang

ditahan kolom (Vc) dapat dihitung dengan rumus :

Vc = 0,17 1+ ( Pu
14 Ag )
λ √ f ' c bw d ..........................................(6)

Sedangkan Vc max dapat dihitung dengan rumus :

Vc max = 0,17 x √f'c x b w x d ......................................................


(7)

Berdasarkan SNI 2847 - 2013 pasal 8.6.1 untuk beton normal

nilai

λ=1,0

Perhitungan gaya geser yang ditahan kolom (Vc) pada kolom 39 –

43 adalah sebagai berikut :

Vc = 0,17 1+ ( 5190273
14 x 900 )
x 1,0 x √ 40 x 300 x 300=¿ 136,6260 kN

Vc max = 0,17 x √ 40 x 300 x 300 = 96,7657 kN

Karena Vc > Vc max maka Vc yang dipakai adalah Vc max.


Vc = 96,7657 kN.

ii. Gaya Geser yang Ditahan oleh Sengkang (Vs)

Gaya geser yang ditahan oleh sengkang (Vs) dapat dihitung

dengan rumus :

(Vu – ϕ Vc)
Vs = .........................................................................(8)
ϕ

2
Vsmax = √fc' x b x d .................................................................(9)
3

Berdasarkan SNI 2847 2013 pasal 9.3.2.3 faktor reduksi untuk

geser dan torsi adalah 0,75

Perhitungan gaya geser yang ditahan oleh sengkang pada kolom

39 – 43 adalah sebagai berikut :

(1.0261−0,75 x 96.7657)
Vs = = -95,3976 kN
0,75

2
Vsmax = √40 x 300 x 300 = 379,4733 kN
3

Vs < Vsmax .............................................................................OK!

Karena Vs < Vsmax maka ukuran dimensi kolom cukup

iii. Menentukan Keperluan Tulangan Geser

Suatu kolom akan memerlukan tulangan geser jika :

1
Vu > ϕVc .............................................................................(10)
2
Jika tidak memerlukan tulangan geser maka kolom tersebut tetap

harus dipasang tulangan geser namun dipasang tulangan geser

minimum. Tulangan geser minimum dipakai jika :

Vu < ϕVc ................................................................................(11)

Vu < φVc + Vs min .................................................................(12)

Jika diperlukan tulangan geser namun bukan tulangan geser

minimum maka harus memenuhi persamaan :

Φ(Vc + Vs min) < Vu < φVc + Vs min ....................................(13)

Perhitungan keperluan tulangan geser pada kolom 39 – 43 adalah

sebagai berikut :

Vu = 1,0261 kN

Vc = 96,7657 kN

1 1
ϕVc = 0,75 . 96.7657 = 36,2871 kN
2 2

1
Vu < ϕVc ..............................tidak memerlukan tulangan geser!
2

Meskipun kolom 39 – 43 tidak memerlukan tulangan geser tetapi

tetap harus dipasang tulangan geser dengan memasang tulangan

geser minimum.

iv. Luas Tulangan Sengkang (Av)

Untuk menentukan luas tulangan geser didapat dari rumus :

1 2
Av = n . ∏ ø ........................................................................(14)
4

Keterangan :

n = jumlah kaki sengkang

ø = diameter sengkang
Karena ukuran diameter sengkang pada masing-masing kolom

sama maka luas tulangan sengkang pada tiap kolom juga sama.

Berikut contoh perhitungan luas tulangan sengkang pada kolom

39 – 43 :

1 2
Av = 2. ∏ 10 = 157,0796 mm2
4

c. Jarak Antar Sengkang

Perhitungan jarak antar sengkang dapat diperoleh dari :

ϕ Av . fy . d
S = .................................................................................
ϕ Vs

(15)

Smax = 3 Av.fy / b ..........................................................................(16)

1
Smax = d .......................................................................................(17)
2

Perhitungan jarak antar sengkang pada kolom 39 – 43 adalah sebagai

berikut

Karena pada kolom 39 – 43 menggunakan tulangan geser minimum

maka rumus jarak antar sengkang diambil dari yang terkecil antara

persamaan (16) dan persamaan (17) :

Smax = 3 x 157,0796 x 400 / 300 = 628,3184 mm

1
Smax = x 300 = 150 mm
2

Maka tulangan geser yang dipakai pada kolom 39 – 43 adalah

ø 8−100 mm telah memenuhi syarat. Dari hasil perhitungan tulangan


lentur dan tulangan geser, maka kolom dengan ukuran 300 mm x

300 mm dengan jumlah tulangan lentur 6 butir serta tulangan geser

ø8 – 100 mm dengan jarak sengkang maximal 150 mm telah

memenuhi syarat menahan beban ultimate.

Gambar 76. Detail Gambar Kolom Hasil Perhitungan

Anda mungkin juga menyukai